Seminar Nosional Peternakan don Veteriner 1997
STRATEGI DAN KEBIJAKSANAAN PENELITIAN DALAM MENUNJANG PEMBANGUNAN PETERNAKAN FAISAL KASRYNO
Badan Penelitian dan Pengentbangan Pertanian, Jalan Raya Ragunan 29, Jakarta
PENDAHULUAN Pembangtman pertanian telah diaraltkan untuk mewujudkan pertanian yang tangguh, maju dan efisien yang dicirikan oleh kemamptkan dalam meningkatkan kesejahteraan petani clan kemampuannya mendorong pertumbulkan ekonomi nasional secara keselurulkan . Keberhasilan pembangunan sub sektor peternakan dalam hal penkembangan produksi selanka ini tidak terlepas dari peaan clan pernanfaatwt ilmu pengetahttian clan teknologi peternakan yang secara bertahap diterapkan dalant usaha peternakan. Dengan demikian, upaya menghasilkan teknologi dan rekomendasi kebijakan penelitian dan pengembangan peternakan yang sestkai dengan kebutuhan pengguna, perlu dilakukan sinkronisasi antara program penelitian dan pengembangan dengan program pembangunan sub sektor peternakan. Demikian juga halnya dalan upaya mempercepat adopsi teknologi dimana keterkaitan antara penelitian, pengkajian dan penyultihmi hanisjuga ditingkatkan . Namun demikian, pembangunan peternakan masa mendatang masih akan dihadapkan kepacla masalah semakin terbatasnya ketersediaan sumberdaya alam sebagai basis penyediaan pakan, karena meningkatnya ttmtutan clan kebutuhan pembtutgunan ekonomi yang semakin kompleks . Selain itu, masalah penyediaan clan penyebaran bibit unggul ternak, efisiensi dalam manajemen pemeliharaan, pemberantasan clan penanggulangan penyaldt hewan, serta persaingan pasar global masih mentmtut keraa keras dan kontribusi nyata dari kegiatan penelitian dan pengembangan peternakan. Selain itu, clampak lain dari adanya persaingai yang seniakin ketat terse-but adalali persyaratan kualitas produk, yang natttpaknya lt
Seminar Nasional Peternakan don Veteriner 1997
konsumen . Secara historis konsumsi perkapita produk daging, telur clan susu dari talrun-ketahun menunjukkan peningkatan yang nyata bahkan untuk beberapa komoditas, seperti daging unggas clan telur, telall mampu melebilu target . Namun demikian, terlepas dari adanya perbaikan pendapatan masyarakat clan meningkatnya kemampuan biding usaha untuk menyediakan produk ternak bahkan pada tingkat kualitas yang baik, pertimbangan tentang kemampuan produksi dalam negeri perlu tetap diperliatikan. Hal tersebut akan sangat berkaitan dengan keberlangsungan usaha yang selianisnya memiliki keunggulan komparatif clan tidak muclah tergoyalikan oleh pengaruh eksternal, tenitama pada era pasar bcbas.
Keragaan perkembangan produk-produk peternakan seperti daging, telur clan susu, menunjukkan bahwa sampai dengan tahun 1990, permintaan daging sebagian besar masih dapat dipenulu olch produksi dalam negcri, sehingga volume impor tidak begitu besar yaitu rata-rata hanya sebesar 2000 ton pertalum. Tetapi mulai talitin 1991, laju impor daging terus meningkat bahkan pada talitin 1996 telah mencapai 23.100 ton. Pemenulian kebutuhan clan permintaan daging sapi nampaknya masili belum dapat tercapai tanpa adanya produksi sapi hasil penggemukan yang menggimakan sapi bakalan impor. Sejalan dengan itu, volume impor sapi bakalan untuk penggemukan semakin meningkat, sejalan dengan peningkatan permintaian clan juga didukung oleh adanya kebijaksanaan impor sapi bakalan yang dimulai sejak talitin 1991 . Pada talitin tersebut mulai diimpor sapi bakalan sekitar 12.500 ekor dengan kenaikan rata-rata sebesar 98,5 % per talitin pada taliun-taliun berikutnya, clan pada tahun 1996 volume impor tersebut telah mencapai 367 .000 ekor. Hal scrupa juga terjadi pada komoditas telur, tetapi dengan kondisi yang jauli lebih baik, yaitu angka rata-rata impor dari talum 1969 sampai 1984 hanya sebesar 100 ton saja, nanum sejak talitin 1985 sudah tidak dilakukan lagi karena produksi dalam negeri telali mampu memenuhi permintaan konsumen . Lain lialnya dengan komoditas susu, dimana angka impornya masih melebilu kemampuan produksi dalam negeri . Produksi susu dalam negeri saat ini baru mampu men ylimbang sekitar 35 bagi kebutuhan konsumsi nasional, sedangkan kekurangannya masili hanu diimpor dari New Zealand clan Australia . Selama periode talitin 1990-1995, produksi susu dalam negeri meningkat, setiap talum, nanum laju impor selama periode tersebut ternyata jauli lebili cepat . Misalnya, pada, talitin 1995 pangsa susu impor sudah melebihi produksi dalam negcri, serta impor balian baku susu olahan tents meningkat dari 533 .180 ton pada talitin 1994 menjacli 1 .026 .200 ton pada talitin 1996. Dengan ketersediaan sumberdaya alam clan genetik yang dimiliki Indonesia, sebenarnya melalui inovasi clan rekayasa teknologi dibidang peternakan dapat diciptakan berbagai produkproduk unggulan dengan muatan iptek yang akan memiliki keunggulan komparatif clan kompetitif karena sifatnya yang lokal spesifik . Dilengkapi dengan penyempurnaan teknik budidaya dari pengendalian penyakit, serta perbaikan efisiensi usalia, maka industri peternakan di Indonesia sudah dapat memanfaatkan pasar lokal yang begitu potensial yang dicerminkan oleh permintaaq yang semakin meningkat sejalan dengan perbaikan tingkat kesejaliteraan clan ekonomi masyarakat. Potcnsi pasar Penawaran produk ternak seperti daging, telur clan susu secara historis telah menunjukkan adanya upaya yang clapat dibanggakan kliususnya komoditas daging clan telur yang berasal dari ayam ras . Selain telah mampu menekan bahkan mengurangi impornya, komoditas ini juga telali mampu melakukan ekspor. Proyeksi perkembangan penawaran daging yang juga telah ditandaj
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1997
dengan dominasi daging unggas menunjukkan baltwa komoditas ayam ras baik sebagai penghasil telur matiptin daging serta komoditas daging babi akan tetap mentpakan tiga spesies ternak yang akan tetap mendominasi produksi daging nasional . Kemampuan produksi komoditas ini juga telah ditunjukkan prospeknya oleh peningkatan permintaan yang ditandai olelt elastisitas pendapatan terhadap permintaan daging, baik didaerah perkotaan maupun pedesaan . Dengan demikian, produksi unggas baik untuk daging maupun telur perlu terus didorong sebagai penopang kebuttiltan daging nasional, dalam rangka inentanlaatkan peluang pasar dalam negeri . Permintaan komoditas daging, telur dan susu sejauh ini masih sangat dipengaruhi oleh harga produk yang bersangkutan disamping harga produk substitusinya, tetapi pada ntasa mendatang pilihan konsumen disamping akan didasarkan kepada faklor harga, juga kepada kualitas produk tersebut . Dengan demikian, pola konsumsi masyarakat dimasa mendatang akan sangat diwarnai oleh keragaman produk sebagai pililian karena adanya pentbahan preferensi secara fundamental. Misalnya, pilihan konsumen terhadap daging ayam buras dibanding ayam broiler mentpakan suatu ciri adanya pergescran permintaan yang didasarkan kepada kualitas, yaitu kandungan kolesterol yang rendah dari suatu produk gejala di atas menunjukkan adanya tantangan bagi penelitian dan pengembangan peternakan dalam memenuhi permintaan pasar yang semakin mengarah pada kualitas atau nititti produk tertentu . Trend permintaan dan penawaran Konsuntsi per kapita produk peternakan tents meningkat sejalan dengan peningkatan pendapatan penduduk . Misalnya konsumsi per kapita ayam ras meningkat dari 0,48 kg/kapita talutn 1984 menjadi 1,90 kg/kapita talutn 1992, atau meningkat dengan laju 19%/talutn . Demikian juga, konsumsi daging pcr kapita telah meningkat dari 1,28 kg tahun 1984 menjadi 1,77 kg tahun 1992 . Produ susu segar telah meningkat konsuntsinya dari 1,11 kg/kapita talutn 1984 menjadi 1,95 kg/kapita pada talutn 1992, atau naik dengan laju pertumbultan rata-rata sebesar 10%/talunt . Perilaku konsumsi produk ternak bisa juga dililtat dri besarnya elastisitas pendapatan untuk permintaan . Produk-produk peternakan untuntnya sangat respon terhadap pendapatan seperti tercennin dari elastisitasnya . Misalnya, elastisitas pendapatan untuk susu berkisar antara 0,40 2,52 di pedesaan dan 0,43 - 3,46 di perkotaan. Demikian juga elastisitas pendapatan untuk daging ayam ras ternyata cukup besar yang berkisar 0,49 - 3,59 di pedesaan clan 0,36 - 2,52 di perkot an . Melihat trend permintaan di atas dan besarnya elastisitas pendapatan untuk permintaan ternak, maka permintaan produk ternak dimasa-masa yang akan datang diperkirakan terus meningkat sejalan dengan peningkatan penduduk, peningkatan pendapatan clan pertibalian komposisi penduduk desa dan kota . Sangat menarik untuk disimak balnva sejalan dengan meningkatnya pendapatan rata-rata suatu nintalt tangga, sebagai akibat dari keberhasilan pentban gunan ekonomi, maka pangaa anggaran belanja nimah tangga untuk kebutuhan pangan ntentpunyai tendensi yang semakin berkurang, sehingga tidak jarang dijumpai tenitama pada masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan yang berpendapatan lebih tinggi clan berpendidikan menengalt ke atas, memiliki pangaa anggaran belanja makanan yang kurang dari sepanih pendapatan runtalt tangga tersebut. Namun demikian, bila diantati lebilt jault lagi diketalttii juga baltwa pada fenomena meningkatnya pendapatan nintah tangga masyarakat dijumpai adanya kecendeningan penuninan konsumsi pangan sumber karbohidrat clan terjadi peningkatan konsumsi pangan kearah produk suntber protein seperti produk hasil ternak clan ikan . Dengan pertintbangan keseltatan, permintaan produk
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1997
protein hewani yang berlemak (red meat) cenderung metutrun clan beralih ke sumber protein bebas lemak (white meat) . Proyeksi produksi komoditas peternakan untuk Pelita VII nlemperlihatkan bahwa pertunlbullan produksi daging, yang pada awal Pelita VI mulai mencapai hampir 1,5 juta toil (1994) dengan sasaran pertumbullan pertahun sebesar 5,55%, nanlpaknya masill akan nleruperlillatkan pertumbuhan yang senipa, yaitu dimulai dari sekitar 1,7 juta ton (1998) nlenjadi sekitar 2,5 jutn toil (2005) yang berarti mencapai laju pertumbullan sebesar 5,37% pertahun. Produksi telur, yang pada Pelita VI memiliki laju pertumbuhan sebesar 5,71% per tahun, pada Pelita VII diproyeksikan akan tunlbuh sebesar 3,38% pertahun dimulai dari volume produksi sebesar 0,68 juta toil (1998) nlenjadi sekitar 0,85 juta ton (2005) . Sedangkan produksi susu yang pada awal Pelita VI mencapai '09 juta toil (1994) clan menlpunyai laju pertumbullan sebesar 5,71% pertahun, akan mulai mencapai volume produksi sekitar 0,5 juta toil (1998) clan menjadi sekitar 0,56 juta toil (2005), dengan laju pertumbuhan paling rendah diantara komoditas lainnya, yahu hanya 2,53% per talnin . Daging sapi sebagai penlasok yang cukup besar akan tents tumbuh dengan laju 10,7% per talnin pada Pelita VII dinutlai dengan 0,5 juta toil pada tahun 1998 clan nleningkat sainpai 0,9 juta toil pada akhir Pelita VII serta inanlpu mencapai 1,1 juta toil pada tahun 2005 . Daging kerbau malah akan tents terkuras dengan pertumbuhan produksi sebesar 12,9 % per tallun yang akan mencapai 0,15 juta toil pada akhir Pelita VII . Daging donlba clan daging babi memiliki laju yang satna yaitu 0,85 % clan 0,86 %, per tahun tetapi daging domba hanya akan mampu mencapai produksi sebesar 0,04 juta toil dibanding dengan daging babi sebesar 0,19 juta ton pada akhir Pelita VII . Di lain fillak, produksi daging kanlbing clan daging kuda inerniliki pertumbullan negatif masing-masing sebesar -12,5 % clan -6,4 % per tahun, dimana produksi daging kanlbing hanya akan mencapai 0,03 juta toil pada talutn 2003 . Produksi daging ayam ternyata nlenunjukkan peningkatan sebesar 8 % per tahun clan secara absolut kenlanlpuan produksinya akan nlelebilli produksi daging sapi pada akhir Pelita VII tahun 2003, yang nlatnpu nlenyumbangkan sebanyak 1,57 juta toil dibanding daging sapi yang hanya sebesar 0,89 juta toil . Melihat lebill jauh kedalain produksi daging ayam tersebut, ternyata pangsa produksi ayam buras, yang tunlbuh dengan laju 11,3 %, akan nlenyanlai kenlanlpuan produksi ayam broiler yang memiliki laju pertumbuhan sebesar 13,2 % per tahun. Pada akhir Pelita VII produksi ayam buras diperkirakan mencapai 1,24 juta toil dibanding ayam broiler sebesar 1,35 juta toil. Sumbangan daging ayam ras petelur (culling/afkir/petelur jantan) clan daging itik, walaupun tidak sebesar produksi kedua spesies terdahulu, akan semakin berperan dalanl produksi daging ayam. Misalnya, pada Pelita VII yang dinutlai pada tahun 1998/1999 produksi daging ayam ras petelur akan tunlbuh dari 0,031 juta toil menjadi 0,052 juta toil pada akhir Pelita VII . Hal serupa juga diperkirakan terjadi pada daging itik yang dinutlai dari 0,012 juta toil nlenjadi 0,014 juta ton . pada periode tersebut . Sumber protein hewani berasal dari telur nanlpaknya sudah akan mencapai kejenullan produksi . Hal ini juga nampak pada bagian lain yang metnballas konsuinsi, dimana elastisitas pendapatan terhadap perinintaan komoditas telur tents menunin . Telur ayam buras clan telur ayam ras selama Pelita VII diperkirakan akan menlpunyai laju pertumbullan yang hampir sanla yaitu masing-masing sebesar 1,97 % clan 1,7 % per taluul, walaupun secara absolut produksi telur ayam buras hanya mencapai 0,12 juta ton dibanding telur ayam ras sebesar 0,45 juta toil pada akhie Pelita VII . Dilain fillak, produksi telur itik ternyata memiliki tendensi penunman sebesar -6,7 °%o per talutn yang diawali pada talnin 1998 sebesar 0,12 juta ton menjadi hanya 0,08 juta toil pada tahun 2003 clan 0,06 juta toil pada tahun 2005 .
SeminarNasional Peternakan don Veteriner 1997
Kendala-kendala pengembangan Kendala pengembangan pada pembangunan subseklor peternakan pada umumnya masih berkisar pada masalah rendahnya produktifitas ternak . Meskipun demikian, komoditas telur clan daging ayam ras telah mampu menunjukkan peran pentingnya sampai pada tingkat industri . Lain halnya dengan komoditas sapi potong, sapi perah, domba dan kambing serta ayam buras yang sebenarnya secara intensif selalu melibatkan peran dominan dari peternakan rakyat yang sebahagian besar masih tergolong tradisional dengan tingkat efisiensi yang masih rendah . Selain itu, pengembangan ternak juga dihadapkan kepada berbagai penyakit yang seringkali mewabah clan bersifat endemik. Peningkatan populasi sapi potong clan kerbau dari tahun ke tahan relatif stabil dengan pertambahan populasinya yang sangat rendah. Rendalinya tingkat pertambahan populasi tersebut antara lain karena daya reproduksi dan produktivitas ternak rendah dan angka kematian ternak yang tinggi mencapai 3%. Walaupun upaya pengendalian penyakit tents dilakukan, namun wabah penyakit tersebut masih tents bernitnculan setiap tahunnya . Salah satu faktor ketidakberhasilan pengendalian yang dilakukan kemungkinan karena faktor mikroorganisme yang digunakan sebagai vaksin ticlak lagi memberikan daya proteksi yang optimal terhadap agen penyakit di lapangan . Tingginya elastisitas pendapatan masyarakat terhadap pennintaan susu menunjukkan bahwa sapi perah masih merupakan komoditas strategis dalam meningktkan pendapatan dan konsumsi gizi, serta pentingnya pengembangan usalia ternak sapi perah kearah yang lebih kompetitif terutama pada saat diberlakukannya pasar bebas . Keunggulan komparatif dari segi penggunaan tenaga kerja pada usalia sapi perah harus ditingkatkan kearah keunggulan dari segi penggunaan faktor produksi lainnya schingga produk susu dalam negeri cukup bersaing dibanding susu impor. Masalah penggunaan konsentrat tenitama yang menggunakan bahan baku jagung diperkirakan akan semakin bersaing dengan usahalernak lainnya yang menggunakan konsentrat, seperti ayam ras, clan kebutuhan lainnya bagi konsumsi langsung olch penduduk . Domba clan kambing menipakan komoditas ternak yang banyak dipelihara olch peternak kecil di pedesaan secara tradisional dengan menggantungkan kebutuhan ternak pada potensi lahan yang ada di sekitarnya. Perkembangan populasi ternak kambing dan domba sangat lambat clan dari segi kesehatan hewan, pennasalahan yang sering dijumpai di lapangan adalah tingginya angka kematian anak bart lahir (1G-20%), serta masih tingginya tingkat infestasi penyakit parasiter saluran pencernaan clan penyakit kulit. Beberapa penyakit, seperti penyakit Orf clan pink eye masih sering dilaporkan tenitania pada ternak-ternak yang mengalami transportasi clan bant tiba di lokasi baru. Meskipun obat-obatan untuk mengatasi penyakit domba clan kambing telah tersedia secara komersil, tetapi balian baku obat tersebut sebagian besar berasal dari impor, clan belum banyak digunakan karena harganya behun terjangkau oleh peternak. Kebutuhan pakan ternak khususnya ntminansia seperti sapi, domba, dan kambing dimasa mendatang akan semakin meningkat karena adanya penuintaan tidak langsung sebagai akibat meningkatnya permintaan daging ternak nuninansia. Pengembangan kawasan produksi ternak ruminansia dikaitkan dengan kebutuhan pakan hijauan, perlu diarahkan ke luar Jawa dengan alasan baliwa ketersediaan sumberdaya clan persaingan penggunaannya di Jawa akan semakin ketat . Seleksi maupun introduksi jenis nimput clan leguminosa potensial, tenitania yang tahan kekeringan, genangan, injakan ternak, clan naungan, nienipakan prioritas utania dalam penyediaan teknologi tepat guna dibidang hijauan pakan ternak .
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1997
Ayam ras merupakan komoditi ternak unggas yang sudah ditangani oleh peternak secara komersil, baik untuk jenis petelur maupun pedaging. Skala peternakan bervariasi mulai dari peternak skala kecil sampai skala besar . Pengelolaanuya sudah lebih baik dibanding komoditi ternak lainnya . Produk teknologi benipa pakan, bibit serta teknologi lainnya seperti bahan biologik vaksin dan obat-obatan sudah diterapkan secara etisien dan ekonomis. Peningkatan volume produksi sebagai respon dari besarnya permintaan produk ayam ras, diperkirakan akan mendorong permintaan tidak langsung akan kebutuhan bahan baku ransum atau pakan konsentrat seperti jagung dan bungkil kedelai yang bersaing dengan usahaternak lain. Perkembangan ayam ras yang cukup pesat ini harus dapat ditingkatkan dengan cara mengendalikan kejadian wabah penyakit pada unggas di dalam negeri, serta mengamankan produk-produk untuk ekspor agar bebas dari residu bahan kimia, cemaran toksin dan cemaran mikroba patogen . Masuknya bibit-bibit penyakit baru yang mungkin terbawa melalui produk impor hanis dideteksi sedini mungkin dengan mengembangkan teknologi diagnosis penyakit sehingga penolakan terhadap ayam produk impor dapat segera dilakukan . Tingginya populasi clan volume kegiatan usaha pcnmggasan di Indonesia menyebabkan tingginya penggunaan bahan-bahan kimia/obat-obatan baik untuk pencegalian clan pengobatan penyakit seperti antibiotika dan bahan lainnya sebagai pemacu pertumbuhan . Apabila penggunaan bahan-bahan tersebut tidak terkendali, maka akan timbul dampak negatif seperti resistensi mikroorganisme terhadap obat, serta residu yang dapat membahayakan konsumen dalam produk daging clan telur yang diliasilkannya. Ayam buras di dalam negeri terdiri dari beragam jenis, seperti ayam kedu, ayam nunukan, pelting dan lain sebagainya yang lersebar di selunih tanah air. Diantaranya memiliki keunggulankeungggulan yang belum dioptimalkan, baik dalam produksi telur maupun daging . Upaya untuk meningkatkan perkembangan ayam buras di pedesaan dapat dilakukan dengan mengembangkan sistem beternak dari liar menjadi terkuning atau dari ekstensif menjadi semi intensif. Upaya ini perlu didukung dengan penciptaan teknologi-teknologi yang tepat guna yang terpadu dari berbagai disiplin ilnui, khususnya dalam upaya pengendalian penyakit, terutama penyakit ND yang sangat menigikan . Itik menipakan komoditas ternak yang pengembangannya lebih bersifat regional yang pada tahun 1994 populasinya di Indonesia mencapai sekitar 27 juut ekor. Meskipun penyebaran ternak meliputi selunih wilayah tanah air, populasi tertinggi melebihi I jata ekor terdapat di beberapa wilayah seperti di DI Aceh, Sumut, Sumbar, Sumsel, Jabar, Jateng, Jatim, Kalsel, dan Salsel. Pengembangan sistem usaliatani berbasis ternak tenitama didaerah rawa dan pasang sunit akan semakin meningkatkan peran ternak itik sebagai salah satu komponen usaha, disamping permintaan akan daging dan telur itik yang terns meningkat . Perkembangan ternak babi sampai dengan tahun 1994 cukup stabil dengan populasi sekitar 9 juta ekor. Ternak babi dikembangkan pada daerah-daerall tertentu dengan populasi lebih dari 1 jata ekor seperti yang terdapat di Sumatera Utara, Bali, clan Nusa Tenggara Timur. Pengembangan ekspor ternak babi ke Singapura seperti yang selama ini dilakukan, akan semakin+ bersaing ketat dengan negara produsen lain karena masalah kualitas yang direlleksikan olehl kondisi usalia di Indonesia pada umumnya, kecuali yang berasal dari produsen yang sudah berskalA internasional. Penyakit babi yang memang sudah ada di dalam negeri seperti erysipelas, coli dail' sebagainya sewaktu-waktu dilaporkan terjadi pada peternakan-peternakan babi secara lokal meskipun obat-obatan clan bahan biologik pada unuimnya sudah tersedia secara komersil d pasaran. Hal ini menunjtdckan perlunya melakukan kajian-kajian ulang dan penelitian untuk
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1997
mengidentifikasi permasalahan yang tnenjadi dasar timbulnya kejadian-kejadian penyakit tersebut di lapangan. Berbagai kendala yang dihadapi dalam upaya peningkatan produksi ternalc dari berbagai spesies seperti yang disebutkan diatas menuntut peran penelitian clan pengernbangan peternakan yang secara menyeluruh mulai dari identifikasi, prioritisasi dan topik-topik penelitian baik yang bersifat hulu oleh Balai Penelitian (Balitt>ak/Balitvet) maupun yang bersifat hilir bersanna-sama dengan Balai Pengkajian (B/LPTP) . STRATEGI DAN KEBIJAKSANAAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN Penelitian peternakan sebagai bagian integral dari pennbangtman pertanian berperan dalam menyediakan landasan ilmu pengetalnuan clan teknologi peternakan serta memberikan tunpan ke depan bagi pennbwngunan sektor pertanian. Untuk itu, penelitian dan pengembangan peternakan hares diaraltkan untuk inendukting msaran pernbangunan pertanian dalam mewttjudkan pcrtanian yang lebih tanggttln clan rnampu memberikan sumbangannya kepada swasembada pangan clan gizi, penyediawn lapangan ketja, peningkatan pendapatan clan kesejahteraan peternak serta kelornpok rnasyarakat yang ludupnya terganhmg pada kegiatan yang terkait dengan peternakan. Reoricntasi Penelitian dan Pcngcmbangan Penelitian menipakan suatu upaya unhtk inenglnasilkan data, infortnasi, pengetalnttan, atau balnan yang diperlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi saat itni alau dimasa mendatang, disamping membuka peltking-peltking baru dalam pembangunan. Dari tingkat kedalanan ketcrlibatan stkatu disiplin din interaksi antar disiplin, jetus penelitian dapat dikelonnpokkan kedalam penelitian disiplin, penelitian bidang inasalah, serta penelitian pemecahan masalah . Penelitian disiplin ditttiukan untuk meningkatkan kenkampttan disiplin itu sendiri, mencakup penyempurnaan pengetalutan tentang kejelasan hubungan sebab akibat, pengttkttran parameter, pengembangan metode, dan lnal lainnya. Penelitian pemecalnan nnasalaln selain nnemerlttkan pendekatan multi-disiplin juga ntenglnantskan adanya infonnkasi tentang nilai, inforn>
SeminarNosionalPeternakan dan Veteriner 1997
Karena araln pembangunan pertanian adalah untuk mewujudkan perlanian yang tangguh, maju dan efisien yang dicirikan oleh kemannpuannya "am meningkatkan kesejahteraan petani dan kemampuannya mendorong pertumbuhan sektor terkait dan ekonomi nasional secara keseluruhan, maka penelitian dan pengembangan peternakan harm didasarkan kepada strategi dan kebijaksanaan pembangtman agribisnis terpadu yang berkelanjutan. Melalui strategi ini orientasi penclitian dan pengembangan petemakan tidak saja ditujukan untuk peningkatan produksi dan pendapatan peternak, tetapi juga untuk mentiangani pengembangan sistem agribisnis secara terpadu dengan penekanan kepada usaha penrbinaan keterkaitan para pelaku sistem agribisnis terutama dalain inengembangkan sistem ekonomi pedesaan berdas<arapkan akan lebih tangguh menghadapi perkembangan kebutulkan pasar baik didalam maupun dilu<ar negeri disamping peranan yang besar daam proses industrialiasi pedesaan . Melalui pendekatan tersebut orientasi pembangunan petenakan dilkarapkan akan menjadi lebih llkas, tidak hanya terbatas pacia peningkatan prodndcsi dan penclapatan, tetapi juga menjangkau kelompok sasaran,dan dampak yang lebilr luas. Ter>
SeminarNosional Peternakan don Yeteriner 1997
melalui
teknologi manipulasi rumen, suplementasi clan pemuliaan hijauan pakan . Upaya meningkatkan mutu ternak bibit dapat dilakukan melalui pemuliaan dan rekayasa genetika seperti seleksi, DNA marking, protein polymorphism untuk menghasilkan bibit ternak unggul . Selain itu perlu juga dikaji peranan berbagai teknologi yang telah diterapkan, termasuk dnseminasi Buatan, terhadap peningkatan produksi ternak . Pola pembibitan untuk berbagai bangsa sapi lokal juga perlu mendapat perhatian. Di bidang penyakit ternak, harus terus dikembangkan teknologi pembuatan vaksin, metode diagnosa, obat hewan, pengendalian secara biologis, epidemiologi
penyakit dan seleksi bangsa hewan tahan penyakit . Disamping itu, perlu juga dilakukan penelitian keamanan bahan pangan asal ternak yang hasilnya sangat diperlukan . Usaha peningkatan produksi ternak di lokasi spesifik harus dilakukan melalui pengkajian/penerapan pemuliaan ternak dan hijauan pakan, pengkajian kendala kelayakan penyediaan dan penggunaan pakan dan pengkajian teknik produksi veteriner.
Non Ruminansia (unggas dan aneka ternak).- Untuk mengatasi kendala kebutuhan pakan segera dilakukan penelitian dalam rangka meningkatkan efisiensi penyediaan dan
harus
penggunaan pakan (teknologi pengkayaan protein pakan kaya pati, peningkatan kecernaan pakan dan enzim) . Upaya meningkatkan mutu ternak bibit dilakukan dengan pemuliaan dan rekayasa genetika (seleksi, karakterisasi potensi genetik,
pembentukan galur harapan) . Demikian pula halnya di bidang penyakit ternak yang perlu terus dikembangkan 'teknologi pembuatan vaksin, metode diagnosa, obat hewan, epidemiologi penyakit dan seleksi bangsa unggas tahan penyakit . Penelitian tentang keamanan balian pangan asal ternak unggas (daging, telur) juga sangat diperlukan, termasuk peningkatan produksi untuk lokasi spesifik dilakukan pengkajian/penerapan pemuliaan
ternak, pengkajian kendala kelayakan penyediaan pengkajian teknik pengendalian penyakit ternak unggas .
dan
penggunaan
pakan
dan
Hiiauan Pakan Ternak .- Upaya meningkatkan produksi hijauan harus dilakukan dengan pemanfaatan bioteknologi dan rekayasa produksi balian pakan (konservasi hijauan, pemuliaan hijauan, pakan ternak), termasuk pengkajian/penerapan teknik produksi hijauan pakan dan jenis leguminosa diperlukan untuk memanfaatkan lahan secara optimal pada berbagai agroekosistem, sekaligus meningkatkan fungsinya untuk konservasi lahan, khususnya pada lalian kering dan lahan kritis. Pasca Panen.- Penelitian terobosan dibidang ini harus segera dilakukan untuk pengamanan asal ternak termasuk kedalamnya aspek penanganan dan pengolahan, serta perlindungan terhadap konsumen (penanggulangan pencemaran mikroba, toksin dan residu). sumber pangan
Disamping itu, dalam upaya meningkatkan nilai tambah produk peternakan perlu dilakukan pengkajian kelayakan teknis, ekonomis dan sosial dari pengolalian produk primer dan hasil ikutannya. Pemasyarakatan teknologi unggulan Keberhasilan program penelitian peternakan dapat diukur dari dampak dan manfaat hasilnya pengguna Iptek yang dalam hal ini adalah masyarakat peternak maupun kelompok masyarakat yang bergerak di sub-sektor peternakan . Teknologi peternakan yang dihasilkan harus oleh
mampu memenuhi
kebutuhan peternak dalam hal pemecahan masalah yang dihadapinya di lapangan, mudah diadopsi dan diterapkan, mampu meningkatkan kesejahteraan petani, mampu meningkatkan produktivitas, serta ramah terhadap lingkungan . Oleh karena itu di dalam perencanaan suatu kegiatan penelitian perlu memperhatikan pengembangan alih teknologi, komunikasi, diseminasi dan pemanfaatan hasil penelitian . Perencanaan penelitian perlu
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1997
merancang kegiatan alih teknologi dan penyebar-luasan hasil penelitan secara terpadu, sehingga program penelitian mampu memberikan sumbangan yang lebih baik untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan di dalam pengembangan peternakan secara umum. Secara ringkas alur penelitian dan pengkajian teknologi mulai dari penelitian komponen teknologi sampai pentasyarakatannya disajikan pada Gambar 1. Penelitian akan berhasil dengan baik apabila diawali dengan perencanaan yang mantap dan mampu mengidentifikasi berbagai masalah dan kendala yang dihadapi petani di lapang. Oleh karena itu, proses perencanaan penelitian harus berawal dari petani dan berakhir pula pada petani sebagai subyek pembangunan . Jalinan kerjasama clan hubungan timbal balik yang baik antara peneliti, penyuluh dan petani maupun pihlk terkait lainnya sangat diperlukan di dalam perencanaan penelitian, sehinga inovasi baru dan teknologi yang dihasilkan oleh peneliti dapat segera diketahui dan diadopsi oleh petani . Untuk mendukung harapan tersebut, kebijaksanaan regionalisasi penelitian yang ditempuh oleh Badan Litbang Perakdan dengan pentbentukan Balai/Loka Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP/LPTP) antara lain dimaksudkan untuk memperktiat lini pelayatkan teknologi di wilayah agroekosistem sejalan dengan ciri teknologi pertanian yang spesifik lokasi . "
Karakterisasi Sumberdaya & sosial ekonomi
"
Perbaikan genetik
"
Komponen teknologi budidaya
laboratorimn/ " Di lahan percobaan " Pendekatan komoditas
" Puslit, Balit, Universitas, Lembaga lain
Perakitan clan adaptasi teknologi spesifik lokasi
Perluasan dan pengembangan paket teknologi (SUTPA/SUP)
Program pengembangan komoditas
" Di lalian percobaan/lahan petani " Luas 1-5 ha " Pendekatan sistem usahatani
" Di lahan petani " Luas areal se-suai skala eko-nomi " Pendekatan sistem agribisnis
" Dilakukan secara masal di lahan petani / swasta
" BPTP kerjasama dengan hislitBalit
" BPTP kerjasama dengan Puslit/ Balit, Pemda, dan Swasta
" Dinas,Pemda, Swasta
" Skala komersial " Pendekatan sistem agribisnis
Gambar 1. Alur penelitian clan pengkajian teknologi pertanian
10
SeminarNasional Peternakan dan Vetertner 1997
Program alih teknologi perlu dilakukan secara bersamaan antara peneliti, B/LPTP dan penyuluh uniuk merakit sualu paket teknologi yang efektif. Teknologi yang dihasilkan oleh balai perlu dikaji dilapangan melalui perakitan dan uji adaptasi oleh B/LPTP yang pelaksanaannya harus direncanakan bersama antara balai penelitian dan BPTP . Selanjutnya, teknologi yang telah diuji tersebul dirangkum oleh , kedua bclah pihak dengan mengikut-sertakan penyuluh lapang sehingga terciptanya sualu paket teknologi yang terpadu. Keterpaduan antara pihak-pihak tersebut di dalam sistim alih teknologi akan menintbulkan interaksi yang lebih baik di dalam perencanaan, pelaksanaan dan penyampaian hasil penelitian . Proses komunikasi seperti itu akan mentbuka peluang bagi terciptanya harapan bahwa pelaksanaan penelitian akan berawal dari petani dan bemkhir pada petani . Untuk ntempercepat diseminasi dari teknologi unggulan yang telah diadaptasi di wilayah yang spcsifik perlu pcrluasan (upscalfng) melalui pengkajian Sistem Usaha Pcrtanian (SUP). Komponen terpenting dari pengkajian SUP adalah : (a) ada teknologi unggulan ; (b) dilakukan di lahan petani dengan skala ekonomi, (c) ada pengawalan yang ketat oleh tim multidisiphn ; (d) ada koordinasi yang crat dcngan pemda, dinas dan instansi lain yang terkait. Perkembangan ]pick cendcrung meningkat dan berlangsung dengan cepat pada dekade terkahir ini, sehingga balai penelitian hams mampu menyesuaikan diri dengan perubahan yang cepat tersebut melalui pemanfaatan dan peng»asaan sislem informasi secara efektif dan efisien. Perkembangan informasi dan telekomunikasi melalui media elektronik memberikan peluang uniuk membentuk sustu sistem Informasi ]pick yang lebilt berkualitas dan efisien. Unluk mengatasi perkembangan ]pick yang pesat tersebut kchadiran sistem Infonnasi Iplek baik intra balai, antar balai, maupun dcngan instansi terkait lainnya dapat memperlancar proses pemasyarakatan teknologi unggulan yang dihasilkan oleh Balai Penelitian . Selain pentasyarakalan teknologi melalui pengkajian SUP, diseminasi hasil penelitian lainnya mempakan proses akhir dari kegiatan penelitian yang penyampaian hasil penelitiannya perlu disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan daya adopsi petani yang relatif masih rendah . Dalam hal ini, penyuluht dan B/LPTP sangat diperlukan untuk memiliki ketnampuan yang tinggi di dalam ntenerjemaltkan teknologi yang dihasilkan oleh balai penelitian . Unluk mencapai sasaran dan meningkatkan efektifitas diseminasi hasil penelitian kepada petani dan pihak lainnya beberapa program kegiatan pemasyarakatan teknologi dan hasil penelilian dibidang petemakan yang selama ini pernalt dilakukan, perlu tents dipertahankan, misalnya : Temu Lapang, yang ditujukan uniuk menyampaikan paket teknologi peternakan yang telah dirancang dengan baik oleh peneliti di tingkat balai, B/LPTP dan penyuluht kepada petani serta mengidentifikasi masalah yang dihadapi petani di lapang uniuk perencanaan penelitian berikutnya . Lokakarya maupun rapat teknis lingkup Puslitbang Peternakan dilakukan sebelum penyustman rencana kegiatan penelitian yang diajukan olch peneliti di balai untuk mendapatkan untpan balik hasil penelitian maupun rencana kegiatan penelitian yang akan diajukan . Pameran, mempakan kegiatan atau keikutsertaan Puslitbang Peternakan di dalam patneran pembangunan maupun pameran hasil penelitian yang ternyata lebilt efektif didalam penyaluran hasil penelitian kepada petani, dan cara penyampaian yang sederhana dapat memudahkan untttk dipahaini khususnya petani kecil.
Seminar Na .sional Peternakan don Veteriner 1997
Seminar, diselenggarakan secara rutin dengan waktu penyelenggaraan yang tetap setiap tahunnya, dengan tema seminar/simposium yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang ,cdang berlangsung atau menjadi isu nasional . Publikasi, dalam bentuk Jurnal Ilmiah, Publikasi Senti Ilmialt dalam bentuk Newsletter maupun Informasi Singkat, Publikasi Populer, Publikasi Teknis din Brosur . Pelatihan, bertujuan untuk meningkatkan kentantpuan dan daya adopsi petani, penyuluh dan pengguna hasil penelitian sehingga teknologi yang dihasilkan balai dapat diterapkan dengan mudah di lapangan. Pelatiltan/magang harus diselenggarakan dengan melakukan seleksi yang baik bagi peserta kegiatan seperti penyuluht kesehatan hewan, peternakan maupun petani contolt. Kunjungan, akan sangat bermanfaat bagi petani maupun peneliti karena petani dapat mengetalmi dengan jelas berbagai kegiatan penelitian di balai dan sebaliknya bagi peneliti akan dengan mudah mendiskusikan kendala-kendala yang dihadapi oleh petani di lapangan . Audiovisual dan Siacan Pers, dalam, mengltadapi tantangan dimasa mendatang, Puslitbang Peternakan dapat memanfaatkan penggiinaan sarana audiovistkil berupa rekaman video, kasct maupun peralatan elcktronik lainnya baik untuk kegiatan penelitian maupun kasus-kasus/temuantemuan baru di dalam kegiatan peternakan . KESIMPULAN Keberhasilmi pembangutkan sub sektor peternakan dalam ltal penkembangan produksi rata-rata selanta ii-ti tidak terlepas dari pen, n dan pemanfaatan ilmu pengetahwin dan teknologi peternakan yang secara bcnahap diterapkan dalam umha peternakan, sehingga upaya menghasilkan teknologi dan rekontend-isi kebijiMn penelitian chn pengembangan peternakan perlu dilAukan dalam upaya mempercepat adopsi teknologi dimasa keterkaitan antam penelitian, pengkajian dan penytilultan . Nanum demikian, masalah penyediain dan penyebaran bibit unggul ternak, efisiensi dalam ntanajetnen penteliharaan, pernberantasim dan penanggulangan penyakit he%Ann, serta persaingan pasar global masih menuntut kerja keras dan kontribttsi nyata dari penelitian dan pengembangan peternakan karena adanya persaingan yang semakin ketat dalam hal persyaratan kmilitas produk di ntiasa mendatang. Deugan demikian, diperlukan teknologi petcrmtkan yang mantpu meningkatkan proditktivitas chn kualitas produk peternakan, teknologi pentbibitan, teknologi budidaya, seria teknologi pasaa panen, yang mentenulti kriteria kelayakan teknis, ekonomis, sosial, dan kelestarian lingkungan . Berbagai kendala yang dihadapi oleh bidang peternakan khususnya dalam upaya meningkatkan produksi ternak dari berbagai spesies, menuntut peran penelitian dan pengembangan peternakan yang semakin dinamis dan komprehensif mulai dari identifikasi, prioritisasi dan penentuan topik-topik penelitian baik yang bersifat hulu oleh Balai Penelitian (Balitnak/Balitvet) maupun yang bersifat hilir bersama-sanut dengan Balai Pengkajian (B/LPTP) . Dengan ketersediaan sumberdaya alam dan genetik yang dimiliki Indonesia, sebenarnya melalui inovasi dan rekayasa teknologi dibidang peternakan dapat diciptakan berbagai produkproduk unggulan dengan muatan iptek yang akan memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif karena sifawya yang lokal spesifik . Dilengkapi dengan penyempurnaan teknik budidaya dan pengendalian penyakit . serta perbaikan efisiensi usalta, maka industri peternakan di Indonesia sudah dapat memanfaatkan pasar lokal yang bcgitu potensial yang dicerminkan oleh permintaan yang sentakin meningkat sejalan dengan perbaikan tingkat kesejahteraan dan ekonomi ntasyarakat .
12
SeminorNasional Peternakan dan betenner 1997
Penelitian dan pengembangan peternakan yang didukung oleh kebijaksanaan pengembangan agribisnis diharapkan akan lebilt tangguli mengliadapi perkembangan kebutultan pasar baik didalam maupwt diltiar negeri disamping peranan yang besar dalant proses industrialiasi pedesiaan. Sehingga melalui pendekatan tersebut orientasi pentbangunan peternaakan diltarapkan akan menjadi Iebilt luas, tidak lkanya terbatas pada peningkatan prodtdcsi clan pendapatan, tetapi juga menjangkau kelompok sasaran din dampak yang lebilt luas . Unhlk mempercepat alili teknologi unggulan yang diltasilkan Balai Penelitian perlu pelnasyarakatan teknologi yang dilaktdcan dalam perspektif sistem agribisnis . I.angkalt tersebut antara lain ditempult melalui Pengkajian Sistem Usalta Perlanian (SUP). Disetninasi hasil penelitian lainnya yang ntenlpakan proses akhir dari kegiatan penelitian yang penyampaian ltasil penclitiannya perlu disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan daya adopsi petani yang relatif masih rendah, sangat diperlukan kemampuan alilt teknologi yang tinggi di dalaln menerjelnaltkan teknologi yang diltasilkan olelt balai penelitian . Untuk ntencapai sasaran dan nteningkatkan efektifitas diseminasi hasil penelitian kepada petani clan piltak lainnya beberapa program kegiatan pentasyarakatan teknologi dan hasil penelitian dibidang peternakan yang selanta ini pernalt dilakukan (seperti tenul lapang, lokakarya, pantcran, seminar, publikasi) perlu lerus dipertaltankan . Sehingga kegiatan penetnu
Rencana Strategls, Jakarta.
BADAN PENELITIAN DAN PLNGEMBANGAN PERTANIAN. 1995 .
Repelita V1, Jakarta.
DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN . 1994 .
Rancangan Repelita VI, Direktorot Bina Pro-ram, Jakarta.
DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN . 1995 .
Buku Slalislik Peternakan, Jakarta.
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PETERNAKAN .
Pengembangan Pelernakan, Rapat Teknis, Bogor .
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PETERNAKAN . 1996 .
Peternakan,
1997-2007,
Bogor.
PUSAT PENELITIAN SDs1AL EKONOMI PERTANIAN. 1997 .
Dalaln Pelita VII (Drali), Bogor.
19962
Prlorltas Program dolt Penelitian dale
Rencana Strategls Penelitian dalt Pengembangan
Pennintaan dall Penawaran Komodltas Pertanian Ulama
Penawaran, Pennintaan dan Konsuntsi produk Peternakan di Indonesia, Makalah Pra Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi, Sub-Tema 111, 29 Oktober, Jakarta.
SOEDIANA, T. 1997.
DISKUSI Tanya Jawab H. Jamaludin Malik : Diinformasikan baltwa JaNva Tinulr sedang ntengembangkan studi peternakan tnelalui : (a). Penelitian agroindustri berbasis ternak dengan lokasi P. Madura ditambah 10 Doti 11 terpililt ; (b). SPAKU (Sentra Pengembangan Agribisnis Komoditas Unggulan) dengan bentuk KUBA (Kelontpok Usalta Bersama Agribisnis) dan KAT (Kawasan Agroindustri
13
SeminarNasional Peternakan din Veteriner 1997
Terpadu). Keduanya dalam proses studi kelayakan . Bila pusat dan daerah lain ingin mengetahui bisa studi banding ke Jatim . Ridwan : Di beberapa kota, ada penggemukan ternak dengan memanfaatkan sampah kota, apakah hal ini baik dan sehit ? Hasil ikutan perkebunan apa saja yang dapat dimanfaatkan ? Apakah ada informasi tentang teknologi budidaya burung puyuh, merpati, aneka ternak di perkotaan ? Faisal Kasryno : Mengenai hubungan penyakit dari sampah kota, akan dikerjakan oleh Balitvet ; Konsep pengembangan ternak dengan hasil ikutan sawit, teh, karet akan dikembangkan. Dalam penelitian Litbang sistem prioritas harus nasional dan dampaknya besar . Penelitian ini bukan tidak dilakukan tetapi dilanjutkan . Murlid : Bagaimana penelitian tentang kerbau ? Faisal Kasryno : Kerbau menipakan ternak masa depan tetapi kerbau adalah masalah regional spesifik.