ANALISIS SEKTOR KUNCI PENGGERAK PEREKONOMIAN SULAWNSI TENGGARA Oteh : Azhar Bafada/) The objective of this research was to analyse the key sectors of economy in Southeast Sulawesi. The analysis is undertaken by using multiplier and linkages analysis of input-output model. The data for this analysis were obtained fiom "lnput Output'Iable" of Sowth East Sulawesi,2000. The results showed that the key sectors were dominated by government sectors, services sectors as well as infrastructur sectors. In transportation activity, the sea transportation was indicated as a key sector. The cashew nut sector and cocoa sectoi were not key sectors, however they are the potential commodity in Southeast Sulawesi. One major implication of this analysis was that the improvment in activity in service and infiastructur sectors resulted in significant impact on economic development in Southeast Sulawesi.
Key words : linkage, key sector, input-output
PENDAHULUAN
Pembangunan wilayah (regional developmenl) pada dasarnya adalah pelaksanaan pembangunan nasional pada suatu wilayah yang telah disesuaikan dengan kemampuan fisik dan sosial serta ekonomi dari wilayah tersebut serta tetap menghormati peraturan perundangan yang telah ditetapkan. Nasoetion (1992) menyatakan bahwa bias kebijaksanaan pembangunan yang hanya
bertumpu pada kemampuan sektoral, yang apabila ditinjau dari ekonomi wilayaJr akan menimbulkan beberapa masalah, antara lain (I) kemungkinan terjadinya disintegrasi struktur perkonomian dalam pengertian struktur perekonomian cenderung lebih berkembang dan terpusat hanya pada satu wilayah. Akibat dari itu maka untuk jangka panjang dapat menimbulkan hubungan yang
belsifat eksploitatif antara satu wilayah dengan wilayah lainnyq (2) misalokasi sumberdaya nasional, hal ini disebabkan kurang dimanfaatkannya keunggulan komparatif wilayah. sehingga untuk jangka panjang akan melemahkan potensi suatu wilayah untuk berkembang, (3) kemungkinan membesarnya kebocoran wilayah (regional leakages), artinya hasil investasi dari suatu wilayah tidak direinvestasikan ke dalam wilayah tersebut. Kurangnya perdagangan yang saling menguntungkan antar wilayah, disebabkan
terhambatnya proses menuju spesialisasi akibat kebijaksanaan pembangunan yang terlalu umum dan kurang dimanfaatkannya
keunggulan komparatif wilayah. Untuk mengatasi kemungkinan bias kebijaksanaan tersebut hendaknya pembangunan wilayah
mempunyai keterkaitan dergan pembangrrnan sektoral dengan berdasarkan karakteristik dan
fotensi wilayah. Dalam suatu perekonomian
wilayah kemajuan suatu sektor tidak mungkin dicapai tanpa dukungan sektor-seklor lainnya, sehingga antar sektor pgrekonomian selalu Serkaitan satu sama lain, hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa untuk memproduksi suatu output membutuhkan masukan atau input yang dihasilkan oleh sektor lain. Setiap wilayah membutuhkan perencanaan dalam meningkatkan pertumbuhan wilayahnya yang membutuhkan suatu model perencanaan yang mempunyai sifat-sifat antara lain (l) dapat mengestimasi ketergantungan sffuktural antara berbagai sektor yang menyusun perekonomian suatu wilayah secara konsisten, (2) mampu meramalkan dampak langsung dan tidak langsung dari kegiatan ekonomi yang direncanakan, (3) mampu Secara konsisten meramalkan kecenderungan pertumbuhan perekonomian sekurang-kurangnya untuk kurun waktu sampai tiga sampai lima tahun. Pada umumnya model Input-Output (l-O) memenuhi persyaratan di atas.
t) Staf Pengoiar Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Falaitas Perlanian lJniversitas Haluoleo, Kendari.
35
5t
Selain itu, analisis input-output akan mampu menjawab perubahan struktural dan sumber perubahan struktural perekonomian, sebagaimana yang dilakukan oleh Driver (1994), Korres (1996), Fujimagari (1989) dan Feldman, McClain and palmer (1987). Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan sektor kunci (key seclors) di Propinsi Sulawesi Tenggara (Sultra). Analisis yang dilakukan yaitu analisis multiplier dan
analisis keter-kaitan antar sektor
input-output yang dianalisis adalah tabel I-O terbuka (open table). Pengolahan data menggunakan program komputer (sofiwwe) GRIMP Versi 7.2. Sektor industri diklasifikasikan atas 50 sektor. Tabel I-O sederhana dapat dilihat pada Tabel l. Berdasarkan tabel tersebut diasumsikan bahwa: (1) dalam perekonomian hanya terdapat dua sektor irroduksi, yaitu seklor I dan2; (2) terdapat empat kom-ponen permintaan akhir, yaitu : konsumsi rumahtangga (C), investasi perusahaan (I), pengeluaran pemerintah (G), dan ekspor luar negeri (E); (3) terdapat dua faktor produksi, yaitu : (l) tenaga kerja dengan balasjasa upah (L) dan modal dengan balas jasa sewa (N). Disamping itu, sektor-sektor produksi maupun pengguna akhir juga dapat membeli barang dari luar negeri dalam bentuk impor (M).
pere-
konomian.
METODE PENELITIAN Analisis Input-Output yang dilakukan menggunakan tabel input-output propinsi Sultra tahun 2000, berdasarkan transaksi domestik atas dasar harga produsen. Tabel
Tabel l. Tabel [nput-Ouput
Sederhana
Sektor Prooduksi I 2 Sektor Produksi
I
7tt
ztz
2
7-ct
Nilai
L
Lr
Tambah
N M
Nt Mr
4z L" Nr Mr
xr
X2
Impor Total Input X
c C' C,
Permintaan Akhir I G I Gr
Total Outout E
X
Er
Xr Xz
I{
I
Gr
Ez
Lr
T,G
Lo
L
Nc
Nr
Nc
Ne
M.
Mr
MG
Me
N M
C
I
G
E
X
Sumber:Nazar4 1997 Sebagaimana terlihat dalam
Tabel
input harus sama dengan total
l,
total output.
variabel endogen tertentu apabila terjadi perubahan variabel-variabel eksogen, seperti
di
Kemudian sesuai sifatnya yang linier, maka dapardituliskan dalam bentuk :
permintaan akhir,
Xr+Xu +L+N+M -X :Xr+Xz+C+l+G+E
merupakan pengukuran suatu respon atau merupakan dampak dari stimulus ekonomi. Total pengganda (multiplier) yang diturunkan dari model input-output
atau
L+11=C+l+G+E-M
merupakan persamaan yang menunjukkan identitas pendapatan nasional.
Analisis Pengganda Analisis angka pengganda mencoba melihat apa yang terjadi terhadap variabel-
dalam perekonomian.
Tegasnya angka pengganda
tersebut
diklasifikasikan dalam komponen r (l) dampak Awal (lnitial Impoct), merupakan stimulus yang dikaitkan dengan asumsi peningkatan satuan satuan unit uang penjualan oleh suatu sektor terhadap sektor itu sendiri; (2) Efek Putaran Pertama (First Round Effect),
merupakan dampak putaran
AGRIPLUS, Volume 17 lVomor Lllanuari ZMZ, ISSN 0g54-0129
pertama
38
pembelian
oleh suatu sektor
karena
penambahan output dalam satu satuan unit uang; (3) efek Dukungan Industri (Industrial Support Efect), merupakan efek-efek lanjutan
dari suatu sektor akibat terjadi
dalam satu satuan unit uang terhadap permintaan akhir; (4) efek imbas konsumsi (Consumption Induce Efect), adalah efek tambahan dari akibat masuknya rumahtangga
sebagai suatu sektor produksi di dalam perekonomian; (5) efek Lanjutan (Flow-on Efect), merupakan dampak dari output, pendapatan dan tenaga kerja pada seluruh seklor dalam perekonomian suatu wilayah dari peningkatan satu satuan mata uang penjualan oleh suatu sektor. Analisis pengganda yang dilakukan pada pelitian ini adalah pengganda output dan pengganda income. Pengganda tenaga kerja tidak dapat dianalisis karena pada Tabel I-O Sultra 2000 tidak mencantumkan employment.
Analisis Keterksitrn Anal isis keterkaitan untuk mengetahui keterkaitan antara sektor perekonomian yang diukur berdasarkan derajat saling ketergantungan antara sektor. Analisis keterkaitan ini meliputi keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan dan ke belakang baik untuk output dan income. Penentuan Sektor Kunci (Key Secton) Penentuan sektor kunci (key sectors)
kriteria
HASIL DAIY PEMBAHASANT
peningkatan
output dalam perekonomian untuk mendukung industri sebagai respon peningkatan penjualan
didasarkan pada
total output multiplier, total income multiplier dan total employment multiplier.
Rasmussen
(R4smussen's dua criteria). Kriteria ini mengatakan bahwa suatu sektor dikatakan sebagai sektor kunci kalau indeks backward Iinlrage dan indeks/orward linkage lebih besar dari satu. Selain itu juga harus memenuhi ketentuan bahwa hackward .spred effect dan forward spread efect lebih kecil dari satu, pada matriks Leontief atau yang menyatakan keterkaitan langsung dan tidak langsung. Selain itu pula, sektor kunci dapat dideteksi dengan menggunakan kriteria Cohrane, (1990), dimana mengakomodir atau memasukkan secara bersama-sama kriteria
Penggenda Output (O uput Multiplier) Pengganda output total terbesar adalah jasa pemerintahan (sektor 47), yang Sektor bernilai 2,70. Kemudian berturut-turut diikuti oleh Sektor industri kertas dan barang cetakan
(Sektor 27) dengan nilai total output 2.55, Sektor Jasa Pendidikan, kesehatan dan kemasyarakatan sosial (sektor 48) dengan nilai 2,51. Pengganda output terkecil adalah Sektor Pengilangan minyaik (Sektor 23) dengan nilai 1,00, Sektor unggas dan hasil-hasilnya (Sektor 14) dengan nilai 1,33 dan Selrtor buatr-buahan (Sektor 4) dengan nilai 1,34. Pengganda
Sektor jambu mete (Sektor 7) dan Sektor kakao (sektor 9) yang merupakan komoditas unggulan masing masing sebesar 1,65 dan 1,73.
Pengganda Sektor jasa pemerintahan sebesar 2,70, artinya bila terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar Rp 1.000 pada Sektor jasa pemerintahan maka akan meningkatkan output sektor ini sebesar Rp 2.700, dengan jumlah kenaikan sebesar Rp 1.700. Kenaikan tersebut sebagai akibat dampak putaran pertama sebesar Rp 260, akibat
dampak industri
Rp 650, dan
dampak
konsumsi sebesar Rp 1.320.
Nilai efek induksi konsumsi Sek;tor jasa pemerintahan adalah 1,32. Angka ini lebih tinggi dari angka rata-ratanya (0,44), yang berarti bahwa pendapatan rumah tangga yang disebabkan oleh meningkatnya penjualan output sebesar satu satuan kepada permintaan akhir dari Sektor jasa pemerintahan masih lebih tinggi dibandingkan dengan efek induksi rata-rata sektor perekonomian. Seklor yang mempunyai nilai total output urutan relatif atas mempunyai nilai efek induksi yang lebih
tinggi
dibandingkan angka rata-ratanya,
seperti sektor-sektor industri dan sektor jambu mete serta kakao. Sedangkan sektor yang
mempunyai
nilai output realtif kecil
berada pada bagian urutan bawah
AGRIPLAS, Volume 17 Nomot Oltanueri
&07
ISSN 0854l0US
dan
nilai efek
39
induksinya lebih rendah dan berada di bawah nilai rata-rata induksi sektor perekonomian.
rumah tangga seluruh sektor sebesar 1,36 satuan, baik langsung dan tidak langsung dimana rumah tangga sebagai faktor induce
Pengganda Pendapatan (Income M ultipler\ Pengganda pendapatan total terbesar adalah Sektorjasa pemerintahan (sektor 47) dengan nilai pengganda 0,93. Nilai itu mengandung bahwa terjadi
(dimasukkan ke dalam model).
arti
bila
peningkatan permintaan akhir sebesar Rp
1.000 pada seklor tersebut maka
akan
meningkatkan pendapatan tenaga kerja sebesar
Rp 930, yang merupakan akibat dari dampak sektor itu sendiri (initial impact) sebesar Rp 690, dampak putaran pertama Rp 40, dampak industri Rp 20, serta dampak konsumsi Rp lEO. Sektor jasa pendidikan, kesehatan dan kemasyarakatan sosial (sektor 48) dan Sektor jasa perorangan dan p€rorangan (sektor 50) merupakan dua sektor teratas lainnya yang bernilai multiplier income yang paling tinggi dengan nilai masing-masing 0,64 dan0,47. Sedangkan sektor yang mempunyai nilai pengganda terkecil adalah Sektor unggas dan hasil-hasilnya (sektor 14) dengan nilai 0,14. Kemudian disusul kemudian Sektor kacang-kacangan (sel(or 4) dan Sektorjagung (sektor 2) dengan nilai masing-masing 0,14 dan 0,16.
Nilai pengganda tipe I dan tipe II jasa pemerintahan adalah 1,09 dan sektor 1,36, lebih kecil dari rata-rata nilai pengganda dan II yang masing-masing 1,44 dan Hal berarti bahwa dampak
tipe
I
1,79.
itu
peningkatan pendapaan kepada sektor-sektor ekonomi lainnya yang disebabkan oleh peningkatan output sektor jasa pemerintahan lebih kecil dari rata-rata sektor perekonomian
wilaiah. Nilai
pengganda pendapatan tipe I sektor jasa pemerintahan adalah 1,09, artinya
bila tedadi peningkatan permintaan akhir Settor jasa pemerintahan sebesar satu satuan, maka akan meningkatkan pendapatan rumah tangga pada semua sektor ekonomi sebesar 1,09 satuan baik langsung dan tidak langsung dengan rumah tangga sebagai faktor eksogen. Koefisien pengganda pendapatan tipe II sebesar 1,36, artinya pengaruh peningkatan permintaan akhir Sektor jasa pemerintahan satu satuan akan meningkatkan pendapatan
Efek pengganda total pendapatan Sektor jasa pemerintahan berdasarkan komponen penyusunnya adalah efek awal (initial) 0,69; efek putaran pertama 0,04; efek dukungan industri 0,02; dan efek induksi konsumsi 0,18. Efek induksi konsumsi yang menunjukkan konsumsi rumah tangga pada
perekonomian
wilayah dalam
rangka
menciptakan pengganda di semua sektor ekonomi besarnya 0.18 tiap perubahan satu satuan output di Sektor jasa pemerintahan. Efek putaran pertama berarti peningkatan output Sektor jasa pemerintahan sebesar satu satuan kepada permintaan akhir akan dapat memberi dampak langsung sebesar 0,04 satuan terhadap pendapatan sektor-sektor perekonomian lainnya.
Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung Output
1.
Keterkaitan Langsung Ke Belakang Output Total keterkaitan langsung output terbesar adalah Sektor industri makanan, minuman dan tembakau (sektor 24) dengan nilai total output 0,6944. Nilai koefisien penyebaran (bachward linkage) sebesar 2,3669, artinya Sektor makanan, minuman dan tembakau menggunakan input secara langsung sebesar 2,3669 unit untuk kepentingan proses produksi sebagai dampak dari kenaikan
permintaan akhir sektor yang bersangkutan sebesar satu unit. Sektor jambu mete merupakan sektor yang mempunyai total keterkaitan langsung paling rendah (0,0009) dengan koefisien penyebaran 0,1 541. Total keterkaitan langsung dan tidak langsung Sektor makanan, minuman dan tembakau adalah 1,857. Koefisien penyebaran bernilai 7,2991, artinya jika terjadi kenaikan permintaan akhir dari ou@ut Sektor makanan, minuman dan tembakau sebesar Rp 1.000 maka ouQut sektor perekonomian secara keseluruhan meningkat sebesar Rp 1.2991.
AGRIPLAS,VoIune 17 Nomor Lllanuari 2NZ ISSN0SS+012g
40
air
Pada kelompok transportasi, keterkaitan langsung terbesar ditunjukkan oleh
kutan
Sektor Angkutan udara dengan nilai koefisien penyebaran 2,2A28, lalu berturut-turut diikuti
1,3863.
Sektor angkutan air (2,0325\, dan Sektor angkutan darat ( 1,2880). Keterkaitan langsung dan tidak langsung pada ketiga kelompok sektor transportasi berdasarkan koefisien penyebarannya berturut-turut adalah Sektor angkutan udara (I,3610), Sektor angkutan air (1.2913), Sektor angkutan darat (1,0569). Dari angka-angka tersebut tampak bahwa baik nilai keterkaitan langsung maupun keterkaitan langsung dan tidak langsung lebih besar dari satu, sehingga dapat dikatakan bahwa ketiga sektor tersebut dapat diharapkan menjadi sektor andalan Sultra.
2.
Keterkaiten Ke Depan Output (Output Forward Lin*age) Total keterkaitan langsung output terbesar adalah Sektor Aspal (sektor 2l) dengan nilai total output 0,8848. Sedangkan kepekaan penyebarannya (forward linkage\ sebesar 3,02A4. Selain Sektor jasa pemerintahan (sektor 47) yang memiliki kepekaan penyebaran nol, sektor yang terkecil keterkaitannya adalah Sektor kakao (Sektor 9) dengan kepekaan penyebaran 0,001 1..
Total keterkaitan langsung dan tidak langsung Sektor aspal adalah 2,1289. Sedangkan kepekaan penyebarannya 1,493,
artinya
jika tcrjadi
kcnaikan permintaan sebesar Rp 1.000 dari output sektor perekonomian secara keseluruhan di Sultra, maka akan mampu meningkatkan output Sektor aspal tersebut sebesar Rp 1.493. Sektor Padi (Selitor I ) menempati urutan kedua berdasarkan total keterkaitan langsung dan tidak langsung dengan nilai 2,120, dengan kofisien penyebaran sebesar 1,4868.
Pada kelompok transportasi, keterkaitan langsung ke depan terbesar ditunjukkan oleh Sektor angkutan air (Sektor 40) dengan kepekaan penyebaran 2,2&9, sedangkan yang terkecil adalah Sektor angkutan udara (Sektor 4l) dengan nilai 0.2271. Begitu pula denga
kriteria keterkaitan langsung dan
tidak langsung menunjukkan bahwa Sektor ang-
nilai
merupakan sektor yang mempunyai
kepekaan penyebaran terbesar yaitu
Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung Pendapatan (Income)
l.
Keterkaitan Langsung dan Tidak langsung Ke Belakang
Keterkaitan langsung
terbesar
ditunjukkan oleh Sektor industri kertas dan
barang cetakan dengan nilai koefisen penyebaran 2,2887. Sedangkan sektor yang
paling kecil koefisien penyebarannya adalah Sektor unggas dan hasil-hasilnya (Sektor 14) yaitu 0,1514, selain sektor pengilangan minyak (sektor 23) yang mempunyai nilai koefisien penyebaran nol. Berdasarkan keterkaitan langsung dan tidak langsung maka Sektor jasa pemerintahan (sektor 47) menempati urutan pertama dengan koefisien penyebaran 2,9950, sedangkan sektor terkecil pengaruhnya terhadap sektor lain adalah Sektor kacang-kacangan (0,4381), selain sektor pengilangan minyak yang mempunyai nilai nol. Pada kelompok transportasi, sektor yang dapat menjadi pemimpin adalah Sektor angkutan udara (Sektor 4l) dimana koefisien penyebarannya masing-masing 1,1325. Sektor angkutan darat (Sektor 40) nrerupakan sektor yang mempunyai keterkaitan langsung dan tidak langsung yang paling kecil (0,795 I ).
2.
Keterkritan Langsung dan tidak
Langsung Ke Depan Keterkaitan langsung terbesar adalah Sektor padi (sektor l) dengan kepekaan penyebaran 5,3123. Kemudian diikuti oleh Sektor kopi (sektor l0) dan Sektor bank dan lembaga keuangan lainnya, masing-masing bernilai 4,40W dan 1,765. Sedangkan yag terkecil adalah Sektor Kakao (sektor 9), Sektor cehgkeh (sektor ll), Sektor nikel (sektor 20) dan Sektor jasa pemerintahan (sektor 47). Sektor kopi (sektor l0) mempunyai keterkaitan langsung dan tidak langsung yang paling besar dimana kepekaan penyebaran 2,284. Hal itu berarti bila terjadi kenaikan
AGRIPLUS,Volume 17 Nomor LlJanuari zWZ ISSN08S4-0128
4t
permintaan akhir sebesar Rp 1.000 maka output sektor kopi secara keseluruhan dalam wilayah Sultra akan mampu meningkatkan pendapatan tenaga kerja pada sektor kopi sebesar Rp 2284. Sektor jagung (Sektor 2) dan Sektor hasil hutan lainnya (sektor 17)
merupakan
sektor yang
mempunyai
keterkatian langsung dan tidak langsung terbesar setelah Sektor padi dengan nilai kepekaan penyebaran masing-masing 1,8766 dan 1,E579. Sektor padi yang mempunyai keterkaitan
^ langsung terbesar,
ternyata
keterkaitan langsung dan tidak langsungra menempati urutan pertengahan dengan nilai sebesar 1,1753.
Sektor Kunci Setelah melakukan pembahasan secara parsial, maka untuk melihat atau menetukan sektor kunci (key sectors) atau sektor unggulan atau andalan (eading sectyors),
maka harus diadakan analisis
secara
menyeluruh terhadap informsi yang diberilan
secara parisal tersebut. Penentuan sektor kunci pada tulisan ini didasarkan pada kriteria Rasmussen (Rasmussen's dual criteria). Berdasarkan kriteria tersebut dan informasi dari analisis keterkaitan output, maka seklor kunci di Sultra adalah Sektor angkutan air (sektor 40), Sektor industri pupulq kimia dan barang dari karet (sektor 28), Sektor jasa restoran (Sektor 38), Sektor industri semen dan barang galian bukan
kriteria output multiplier, suatu sektor menjadi sektor kunci, tetapi dengan kriteria income maka bisa saja diperoleh hasil yang berbeda seperti yang diperoleh di atas. Hal tersebut akan menyulitkan di dalam pengambil kebijakan. Jika tujuan suatu analisis ingin melihat output dari perkonomian, maka total output multiplier dapat dijadikan kriteria untuk melihat atau menentukan sektor kunci sehingga arahan investasi dapat menggunakan kriteria ini. Cara lain untuk menentukan sektor kunci seperti yang dikemukakan oleh
Cohrane, 1990 (dalam Daryanto, 1995), dimana mengakomodir atau memasukkan secara bersama-sama kriteria outpu! income dan employment. Cohrane memberi ranking pada masing-rnasing sektor untuk masing masing-masing multiplier (output, income, employment) berdasarkan besarnya nilai total penggandanya. Kemudian, Cohrane men-
jumlahkan ranking dari masing-masing kriteria multiplier tersebut sehingga akan diperoleh indeks kombinasi (combined index)Indeks kombinasi yang terkecil akan menjadi sektor kunci atau paling tidak dapat menjadi arahan bahwa sektor tersebut punya potensi yang tinggi menjadi sektor kunci. Hal tersebut diilustrasikan pada Tabel 2.
Tabel
2.
listrik (sektor 33), Sektor nikel (Sektor 20), Sektor industri barang kayu dan hasil hutan lainnya (sektor 26), Sektor bank dan lembanga
keuangan lainnya (sektor 44), Sektor aspa (sektor 2l), Sektor angkutan darat (sektor 39), dan Sektor jasa penunjang angkutan (sektor
42).
Jika digunakan kriteria keterkaitan pendapatan (income) maka sektor kunci adalah Sektor j asa penunjang angkutan. antara
p€nggunaan kriteria output dan income di dalam penentuan sektor kunci, artinya dengan
Cohrane),
Sultra 2000 Sek-
TOM 47 48
lndeks Kombinasi
Ranking
tor
Rank-
ins
TIM
I
I
2
I
2
5
2
35
J 4
5
9
49
7
6
l3
J 4
ll 17 5 : Keterangan ; TOM Total output multiplier, TIM : Total income multiplier 28
Dengan kriteria Rasmussen tampak
bahwa ada semacan trade-off
Indeks
Multiplier (Kriteria
logam (sektor 29), Sektor jasa
hiburan, rekrerasi dan kebudayaan swasta (sektor 49), Sektor jasa komunikasi (sektor 43), Sektor
Lima Sektor Teratas Berdasarkan Rangking Kombinasi
6
Karena nilai total
employement yang
multiplier sama dengan nol, maka
menjadi penentu hanya total output multiplier
AGRIPLUS,Volume 17 Nomor LlJanuari
2nZ fSSN0SS+0129
42
dan income
multiplier. Tampak bahwa Sektor
jasa pemerintahan (Sektor 47) menempati ranking pertama sebagai sektor kunci,
kemudian diikuti oleh Sektor jasa pendidikan, kesehatan dan kemasyarakatan sosial (sektor 48), Sektor konstruksi/bangunan (sektor 35), Sektor jasa hiburan, rekreasi dan kebudayaan
swasta (sektor 49), Sektor industri pupuk, kimia dan barang dari karet (Sektor 28). Berarti untuk mencapai keseimbangan di
dalam tujuan y^ng berorientasi pada keseimbangan antara output dan income maka konsentrasi arah kebijakan pengembangan lebih ditekankan pada sektor jasa pemerintahan.
Dapat dikatakan bahwa
dengan
kriteria Cohrane, maka sektor kunci di Sultra lebih didominasi oleh sektor jasa. Sektor pemerintahan yang nrenempati rangking pertama sebagai scktor kunci menunjukkan bahwa di daerah Sultra masih sangat berharap banyak kegiatan perekonomian dari pemerintah. Sektor perkebunan, perikanan, kehutanan yan selama ini diharapkan dapat menjadi andalan Sultra ternyata kurang dan belum mampu menggerakkan perekonomian. Hal tersebut didasarkan pada analisis yang menunjukkan kurang terkaitnya sektor tersebut dengan sektor lainnya dan kurang
memberikan dampak yang besai pada perekonomian jika terjadi sfurck.s pada sektor tersebut.
lainnya (sektor 26), Sektor bank dan lembaga keuangan lainnya (sektor 44), Sektor aspal (sektor 2l), Sektor angkutan darat (sektor 39), dan Sektor jasa penunjang angkutan (sektor 42). Jika digunakan kriteria keterkaitan pendapatan (income') maka sektor kunci adalah Sektorjasa penunjang angkutan (sektor 42\. (2) Sektor kunci di Sultra menunjukkan
bahwa infrastruktur seperii listrik,
tele-
komunikasi dan perbankan memberikan peran berarti dalm menggerakkan perekonomian. (3) Berdasarkan kriteria yang mengakomodir secara bersama-sama fujuan pencapaian output dan income maka Sektor jasa pemerintahan (Sektor sebagai sektor kunci pada rang-
47)
king pertam4 kemudian diikuti oleh Seltor
jasa pendidikan, kesehatan dan kemasyarakatan sosial (sektor 48), Sektor kons-
ffuksi/bangunan (sektor 35), Sektor jasa hiburan, rekreasi dan kebudayaan swasta (sektor 49), dan Sektor industri pupuk, kimia dan barang dari karet (Sektor 28). (4) Sektor pada pertanian, perkebunan, perikanan dan kehutanan ternyata belum menunjukkan arah
menjadi sektor kunci yang dapat menggerakkan perekonomian Sultra. Hal itu disebabkan pada sektor tersebut belum terkait
secara kuat dengan sektor lain sehingga kurang dapat memberikan kontribusi yang hesar pada perekonomian jika terjadi shocks. r Adapun saran sebagai berikut: (l) Sebaiknya perlu lebih ditingkatkan kegiatan sektor jasa dan infrastruktur karena akan dapat
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil pembahasan yang dilaliukan, maka dapat ditarik kesimpulan, yaitu : (l) Sektor kuci (/rey sectors\ di Sultra berdasarkan orientasi output adalah Sektor angkutan air (sektor 40), Sektor industri pupuk, kimia dan barang dari karet (sektor 28), Sektor jasa restoran (Sektor 38), Sektor industri semen dan barang galian bukan logam (sektor 29\, Sektor jasa hiburan, rekrerasi dan kebudayaan swasta (sektor 49),
Sektor jasa komunikasi (sektor 43), Sektor listrik (sektor 33), Sektor nikel (Sektor 20), Sektor industri barang kayu dan hasil hutan
memberikan peran berarti dalam meningkatkan dan menggerakkan perkonomian di Sultra. (2\ Sebaiknya peningkatan jasa angkutan air dan jasa penunjang angkutan lebih diprioritaskan pada sektor transportasi. Hal ini relevan mengingat banyaknya daerah yang hanya dapat dicapai dengan transportasi laut dan sekaligus membuka isolasi daerah lain.
DAFTAR PUSTAKA Akita T. 1991. Industrial Structure and the Sources of lndustrial Growth in Indonesia: an Analusis Between l97l and 1985. Asian Economic Journal,5 (2): 139-158.
AGRIPLUS,Volume 17 Nomor 0lJanuari 2(n7, ISSN08S4-0129
43
BPS
Sulra. 2001.
Tabel Input Output Propinsi
Sulawesi Tenggara
2000.
Kerjasama BAPPEDA Sultra dengan BPS Sultra.
Budiharsono, S. 2001. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan. Cetakan Pertama. PT Pradnya
Korres G.M. 1996. Sources of Structural Change : an Input0utput Decomposition Analysis for Greece. Applied Economics Letters 3 : 707-710.
D. 19E9. The Sources of Change in Canadian Industry Ouput. Economic Systems Research I (2) : 187-201.
Fujimagari
Paramita Jakarta.
Coharane S.G. 1990. Input-Output Lingkage in a
Frontier Region of
L.l. 1992. Beberapa Hasil Kajian Penerapan Konsep dan Metode Pengembangan Wilayah dalam
Nasoetion,
Indonesia.
International Regional Science Review l3
(l
and 2)
Indoesia.
: 183-203.
Pembangunan Makalah disampaikan pada Pentaloka Managemen Areq Kanwil Pertanian NTB, Mataram,
Driver C.l9y4- StmcturalChange in the UK 19741984: : an Input-Output Analysis. Applied Economics 26 : I 53- 158.
A. 1995. Application of lnput-Ouput Analysis. Department of Socio-
Daryanto,
Economics Faculty of Agriculture, Bogor
Agriculture University, Indoensia. Feldman G., D. McClain, K. Palmer. 1987. Sources of Stnrctural Change in The United Sated, 1963-1978 : an Input-Output Perspective. The Review of Economics and Statistics 69 (3) : s03-510.
20-26 April1992. Nezara,
S.
1997. Analisis lnput Output. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Powell, R.A., R-C. Jensen, A.L. Gibson.
1985.
The Economic lmpact of Irrigated Agriculture in NSW. Department of Agricultural Economics and Business Management, University of New England, Armidale, NSW.
AGRTPLUS, volume IZ Nomor 0|lanuati 2(nz, rssNogs+Ll2s