SKRIPSI
KEPRIBADIAN DAN CITRA KEPEMIMPINAN JOKOWI DALAM 100 HARI (Studi Korelasional Antara Kepribadian, Citra Kepemimpinan, dan Kebijakan Pada Masa Kepemimpinan Jokowi Selama 100 Hari Sebagai Presiden di Kalangan Masyarakat Kelas Menengah ke Bawah di Kelurahan Sangkrah Surakarta)
Disusun Oleh : Andre Hendrawadi D1212011
SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Politik Program Studi Ilmu Komunikasi
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Program 100 Hari pertama tampaknya sudah menjadi trend politik di negeri ini. Setiap pimpinan puncak yang baru terpilih, baik di organisasi politik, institusi negara dan lebih-lebih pemimpin politik mulai dari Bupati/walikota, Gubernur hingga Presiden selalu „sesumbar‟ dengan janji manis memuaskan aspirasi rakyat dalam 100 Hari pertama. Program kerja 100 hari presiden terpilih Indonesia baru dikenal sejak masa reformasi. 100 hari adalah waktu yang singkat yaitu 3 bulan, dan tradisi ini pun banyak menyita perhatian masyarakat yang ingin tahu tentang kinerja presiden yang baru. Banyak masyarakat yang ingin mengetahui langkah apa saja dan bagaimanakah kinerja presiden terpilih dalam waktu 3 bulan. Dalam 100 hari, presiden terpilih biasanya akan banyak mendapatkan kritikan-kritikan dari masyarakat apabila kinerjanya tidak sesuai janji-janji yang telah diutarakan dalam pemilihan presiden sebelumnya, terlebih bagi mereka yang telah memilih dan ternyata tidak sesuai dengan harapan-harapan mereka sebelumnya. Sebelum menjabat menjadi presiden, Jokowi menjabat sebagai Gubernur Jakarta. Pada saat itu telah banyak pro dan kontra di kalangan masyarakat. Jokowi dinilai berbeda karena beliau sangat berani untuk langsung terjun ke lapangan atau yang biasa disebut dengan blusukan. Pada saat itu beliau berpasangan dengan Basuki Tjahaja Prunama (Ahok) dan sukses merebut hati rakyat. Kemudian Tak berapa lama Jokowi mulai masuk ke berbagai survei capres. Elektabilitas Jokowi pun semakin meroket memasuki tahun 2013. Di awal tahun 2014 ini bahkan elektabilitas Jokowi sudah menembus 40%, setali tiga uang, elektabilitas Jokowi juga menarik perolehan suara PDIP ke titik tertinggi. Banyak pihak memprediksi jika PDIP mencapreskan Jokowi maka akan mendongkrak suara sampai 35%. Jika Jokowi nyapres, diprediksi Pilpres akan berakhir hanya dalam satu putaran.
2
Namun dorongan pencapresan Jokowi di internal PDIP beradu dengan pihak yang masih ingin Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri nyapres lagi. Serangan terhadap Jokowi dari luar juga makin santer. Sampai kemudian Megawati mengajak Jokowi ke makam Bung Karno Kemudian setelah Jokowi pulang dari Blitar kabar deklarasi pencapresan Jokowi pun semakin santer. Dalam hasil pemilu pun banyak sekali hambatan-hambatan yang dihadapi oleh pasangan Jokowi-JK. Penghitungan cepat atau quick count menunjukan hasil yang berbeda-beda tetapi pada saat penghitungan resmi keluar, akhirnya Jokowi-JK menempati posisi tertinggi. Tetapi hal tersebut belum kelar, karena rivalnya saat itu menginginkan untuk diadakan pemilu ulang karena dianggap terjadinya kecurangan. Tetapi pemilu ulang tersebut pun akhirnya ditolak. Akhirnya tanggal 21 Oktober 2014 dimulailah lembaran baru bagi Indonesia dengan Jokowi sebagai presiden yang baru. Pergantian jabatan kepresidenan ini menarik tidak hanya karena kebaruan sosok yang menjabat, tapi juga latar belakang yang dimiliki. Jokowi bisa disebut sebagai presiden pertama di Indonesia dengan latar belakang biasa-biasa saja. Layaknya rakyat kebanyakan, ia menembus sekat-sekat elit politik di Indonesia yang secara tradisi didominasi para petinggi partai politik maupun militer. Merepresentasikan rakyat kebanyakan, Jokowi dipandang mampu membawa harapan dan perubahan besar. Seminggu setelah menjabat menjadi Presiden Indonesia, Pada tanggal 26 Oktober 2014, 34 menteri Kabinet Kerja sudah dilantik dan masyarakat pun menunggu realisasi janji politik Presiden Jokowi saat kampanye. Belum ada 100 hari, pemerintahan Jokowi banyak mendapatkan kritikan dari masyarakat, terlebih akibat kenaikan BBM subsidi pada hari Selasa tanggal 18 November 2014 kemarin, dari harga Rp 6.500,- / liter menjadi Rp 8.500,- / liter untuk premium dan solar dari harga Rp 5.500,- / liter menjadi Rp 7.500,-. Akibatnya banyak aksi demo yang dilakukan oleh masyarakat serta banyak juga media yang mengkritik tentang kenaikan harga BBM subsidi tersebut. BBM adalah sesuatu yang sangat vital bagi masyarakat, karena biasanya kenaikan BBM akan diikuti dengan kenaikan kebutuhan-kebutuhan pokok
3
lainnya. Sudah pasti banyak yang kecewa dengan keputusan kenaikan BBM tersebut terlebih bagi masyarakat kelas bawah.1 Adanya pengumuman kenaikan harga bbm langsung mendapat penolakan di sejumlah daerah. Penolakan kenaikan harga bbm tidak saja dilakukan oleh masyarakat melainkan para akademisi seperti mahasiswa juga turut memberikan aksi penolakan kenaikan harga bbm. Para mahasiswa di berbagai daerah pun melakukan aksi yang sama yaitu melakukan penolakan harga bbm yang dilakukan oleh pemerintahan Jokowi-JK. Para mahasiswa pun mengatasnamakan rakyat kecil melakukan aksi ini. Dengan adanya kenaikan harga bbm semua elemen mengatasnamakan rakyat kecil untuk melakukan aksi ini. Sebenarnya kenaikan BBM tersebut bertujuan untuk mengalihkan subsidi ke arah sektor yang produktif sehingga ada jalan terbuka untuk menghadirkan anggaran belanja yang lebih bermanfaat bagi masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Akan tetapi, banyak pihak-pihak yang tidak setuju dengan langkah yang diambil pemerintah teresebut. Sehingga banyak media yang mengkritik tentang kenaikan harga BBM subsidi dan menimbulkan fenomena sosial di kalangan masyarakat, khususnya masyarakat kelas bawah yang langsung merasakan dampak dari kenaikan harga BBM bersubsidi tersebut. Pemberitaan tersebut menimbulkan polemik baru di masyarakat dan menjadi masalah sosial. Dengan pemberitaan yang ada masyarakat kelas bawah menjadi takut apabila pemerintahan Presiden Jokowi yang telah mereka pilih tidak sesuai harapan ke depannya dan dengan adanya kejadian tersebut tidak dapat dipungkiri citra Pak Jokowi sebagai presiden dapat menurun. Kebijakan
Presiden
Jokowi
menaikan
harga
BBM
ternyata
berpengaruh terhadap popularitasnya. Tak sampai hitungan minggu, popularitas Jokowi merosot tajam setelah mengumumkan kenaikan harga BBM pada Senin 17 November lalu. Berdasarkan hasil jajak pendapat yang dilakukan Lingkaran Survei Indonesia (LSI), kepuasan masyarakat terhadap 1
http://jakartagreater.com/bbm/
4
kebijakan pemerintah menaikan harga BBM hanya 44,94%. "Hasil survei kami menyebutkan, 44,94% responden mengaku puas dengan kebijakan Jokowi menaikan harga BBM. Sedangkan, 43,82% mengaku tidak puas dengan kebijakan itu," kata peneliti LSI, Ade Mulyana, Jumat (21/11/2014). Sedangkan 11,24% masyarakat tidak menjawab. Angka kepuasan yang berada di bawah 50%, menurut Ade, harus menjadi perhatian khusus pemerintahan Jokowi-JK. Sebab, sebelumnya kepuasan masyarakat terhadap pemerintahan Jokowi-JK selalu di atas 50% bahkan mencapai 70%. Tapi kini angka kepuasan masyarakat turun dan bahkan terjadi diawal pemerintahan. "Ini harusnya menjadi warning karena Jokowi belum 100 hari tapi sudah mengambil kebijakan yang tidak populer dengan menaikan harga BBM," ujar Ade. Survei dilakukan pada 18-19 November 2014 dengan melibatkan 1.200 responden. Survei dilakukan dengan metode quickpoll dan multistage random ampling dengan margin of eror plus minus 2,9%.2 Tetapi sebelumnya, Jokowi telah menegaskan, tidak khawatir menjadi tidak populer dengan keputusannya menaikkan harga BBM. Menurut Jokowi, dengan menaikan harga BBM bukan berarti menghapus subsidi BBM. Tapi mengalihkannya dari sektor konsumtif menjadi produktif, yakni antara lain untuk pembangunan infrastruktur dan memperkuat perlindungan sosial bagi masyarakat. Disamping adanya kenaikan harga BBM subsidi, sebelumnya Pemerintahan Jokowi-JK juga meresmikan “kartu sakti” yaitu berupa Kartu Indonesia Sehat (KIS), Kartu Indonesia Pintar (KIP), dan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) kepada warga. Demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, Pemerintah meluncurkan Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar, dan Program Indonesia Sehat hari ini di lima Kantor Pos di Jakarta,
2
http://news.liputan6.com/read/2137584/survei-lsi-harga-bbm-naik-kepercayaan-publik-kejokowi-4494
5
termasuk Kantor Pos Pasar Baru, Kantor Pos Kebon Bawang, Kantor Pos Jalan Pemuda, Kantor Pos Mampang, dan Kantor Pos Fatmawati. Secara bertahap pemerintah akan membagikan kepada 15,5 juta keluarga kurang mampu di seluruh Indonesia, yaitu Kartu Keluarga Sejahtera (KKS), yang menggantikan Kartu Perlindungan Sosial (KPS) sebagai penanda keluarga kurang mampu; Kartu HP (SIM card) yang berisi uang elektronik yang digunakan untuk mengakses Simpanan Keluarga Sejahtera; Kartu Indonesia Pintar (KIP), sebagai penanda penerima manfaat Program Indonesia Pintar; dan Kartu Indonesia Sehat (KIS), sebagai penanda penerima manfaat Program Indonesia Sehat.3 KIP, KIS dan KKS merupakan program yang telah didengungkan Jokowi saat masih kampanye Pemilu Presiden 2014. Kini pada hari ke-15-nya bekerja usai dilantik sebagai presiden Indonesia, Jokowi meluncurkan program perdananya tersebut. Program tersebut sangat menguntungkan bagi rakyat kecil. Jokowi mengatakan, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan akan melakukan perbaikan manajemen rumah sakit demi mencegah kesulitan berobat. Sedangkan program KKS, dibuat untuk meningkatkan kemampuan masyarakat kurang mampu. Ke depannya, bantuan ini diusulkan dalam bentuk e-money untuk menggerakkan usaha yang produktif. Adapun KIP, bisa dibawa ke sekolah swasta atau negeri. Dengan menunjukkan KIP ke sekolah disertakan KK dan kartu penunjuk lainnya, kartu ini bisa digunakan. Bagi yang belum mendapatkan KIP bisa mendaftar ke sekolah masing-masing. Selain hal-hal tersebut, di dalam Kabinet Kerja yang telah resmi dilantik juga menuai pro-kontra di masyarkat. Kurang lebih ada beberapa menteri yang dianggap kontoversial di tengah masyarakat. Yang pertama, Susi Pudjiastuti dikarenakan bertato dan merokok. pendapat
seperti
itulah
yang
dituai
oleh
Susi
Pudjiastuti
pasca
pengangkatannya sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan dalam kabinet kerja 2014-2019 ini. Wanita yang berpenampilan cuek dan tidak suka dandan 3
http://health.liputan6.com/read/2128206/3-kartu-sakti-pemerintahan-jokowi-diluncurkan-hariini
6
ini langsung dicap macam-macam bahkan ada yang bilang kalau ia tidak pantas jadi Menteri. Susi Pudjiastuti memang memiliki tato dan merokok, serta tidak lulus SMP. Namun di balik itu semua, Susi adalah sosok yang luar biasa. Ia adalah pelopor penerbangan ke tempat-tempat terpencil yang tidak bisa dijangkau pesawat komersial lainnya. Susi Pudjiastuti mengangkat perdagangan hasil laut Indonesia ke dunia internasional. Baginya, biarlah orang berkata apa yang jelas ia bertekad untuk bekerja dan mempersembahkan yang terbaik untuk bangsanya. Kedua, Rini Soemarno yaitu Menteri BUMN Dengan Jumlah Utang Puluhan Milyar. Kontroversi Rini Soemarno menjadi menteri sudah muncul sejak awal. Ia mendapat „kartu kuning‟ alias kurang direkomendasikan oleh KPK karena pernah dipanggil oleh lembaga ini terkait penyelidikan penerbitan surat keterangan lunas (SKL) beberapa obligor Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). Dalam rekam jejaknya pun, ternyata Rini punya jumlah utang yang fantastis yaitu puluhan milyar. Ketiga, Ignasius Jonan yaitu “Sang Direktur Yang Tidur di Gerbong Kereta”. Nama Ignasius Jonan melesat bagai roket tepat beberapa minggu sebelum Jokowi memilih orang-orang untuk mengisi kursi menteri di kabinet kerja bentukannya. Sosoknya yang dulu tidak dikenal mendadak jadi omongan, tidak lain tidak bukan karena ternyata di bawah kepemimpinan dirinyalah PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) jauh lebih maju dan menambah banyak kereta dengan rute-rute baru. Beliau membuat sistem pembelian tiket kereta jadi lebih mudah (bahkan bisa dibeli di minimarket) dan juga tidak ada lagi kereta ekonomi berdesakan. Pria yang berusia 51 tahun ini mengubah image kereta api yang sumpek dan berantakan menjadi lebih nyaman dan jadi kendaraan umum favorit banyak orang. Bahkan saat ramainya mudik lebaran, Jonan tidur di gerbong kereta, ikut bekerja keras piket siaga mudik agar semuanya berjalan lancar. Kini Jonan menjabat sebagai Menteri Perhubungan dan diharapkan bisa merombak seluruh kendaraan umum agar lebih nyaman dan bisa dinikmati oleh lebih banyak lagi masyarakat Indonesia.
7
Keempat, Anies Baswedan. Kiprahnya dalam dunia politik sebenarnya bukanlah hal yang fantastis. Ia ikut konvensi partai Demokrat lalu kalah, dan kemudian merapat menjadi salah satu orang yang membawa Jokowi meraih kemenangan di Pilpres lalu. Setelah itu ia berkata akan kembali ngajar dan jadi rektor di Universitas Paramadina. Saat ia jadi menteri, banyak orang langsung berkata “gimana sih kok tidak konsisten dengan omongannya”. Namun jika ingin melihat lebih dalam lagi, Anies Baswedan memang sosok yang tepat untuk memimpin Kementerian Kebudayaan dan Pedidikan Dasar dan Menengah. Ia akan merombak sistem pendidikan yang kurang sesuai dan juga membangun sekolah di tempat terpencil agar semuanya bisa mendapatkan pendidikan yang sama rata. Jokowi pun kembali menjadi sorotan publik setelah Komjen Budi Gunawan diajukan sebagai calon tunggal Kapolri ke DPR olehnya. Budi akan menggantikan Jenderal Sutarman yang masa jabatannya akan habis pada Oktober 2015 mendatang. Ternyata Budi Gunawan ditetapkan sebagai tersangka oleh Ketua KPK, Abraham Samad pada hari Senin, 12 Januari 2015 lalu. Menurut Samad, pria yang kini menjabat sebagai Kepala Lembaga Pendidikan Polri itu diduga terlibat kasus dugaan tindak pidana korupsi penerimaan hadiah atau janji saat menduduki jabatan sebagai Kepala Biro Pembinaan Karier Deputi SDM Polri Periode 2003-2006 dan jabatan lainnya di Polri. Selang beberapa hari setelah kasus Komjen Budi Gunawan, Kapolri melaporkan para petinggi KPK dengan tuduhan korupsi. Kepercayaan merupakan aset atau modal yang amat mahal bagi setiap tokoh masyarakat, terlebih seorang presiden. Rumusan ini sudah tidak bisa ditawar lagi, seprofesional apa pun seorang tokoh menjadi presiden, dan sekuat apa pun modal yang dimiliki, akan tetapi bila kepercayaan publik itu sudah negatif dapat dipastikan tokoh masyarakat itu akan terus mendapatkan kritikan yang buruk dan akan merusak atau menurunkan citranya. Oleh karena itu seorang presiden harus berusaha membangun citra yang positif di mata masyarakat. Citra positif penting untuk selalu dibentuk dan dipertahankan untuk menjaga kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat dengan cara
8
membangun kepribadian yang baik dan juga membuat kebijakan-kebijakan yang tidak merugikan masyarakat, khususnya masyarakat menengah ke bawah yang biasanya selalu terabaikan aspirasinya. Berdasarkan dengan penjelasan tersebut, maka diangkatlah persoalan tersebut sebagai skripsi dengan judul KEPRIBADIAN DAN CITRA KEPEMIMPINAN JOKOWI DALAM 100 HARI (Studi Korelasional Antara Kepribadian, Citra Kepemimpinan, dan Kebijakan Pada Masa Kepemimpinan Jokowi Selama 100 Hari Sebagai Presiden di Kalangan Masyarakat Kelas Menengah ke Bawah di Kelurahan Sangkrah Surakarta)
B. Rumusan Masalah 1. Apakah terdapat hubungan yang siginifikan antara Kepribadian dengan Citra Kepemimpinan Jokowi dalam 100 hari kepemimpinannya sebagai presiden di kalangan masyarakat kelas menengah ke bawah di Kelurahan Sangkrah Surakarta. 2. Apakah terdapat hubungan yang siginifikan antara Kepribadian dan Citra Kepemimpinan
Jokowi
dengan
Kebijakannya
dalam
100
hari
kepemimpinannya sebagai presiden di kalangan masyarakat kelas menengah ke bawah di Kelurahan Sangkrah Surakarta?
C. Tujuan 1. Untuk mengetahui respon masyarakat menengah ke bawah terhadap 100 hari kepemimpinan Jokowi. 2. Untuk mengetahui apakah ada perubahan citra Jokowi di masyarakat menengah ke bawah dalam 100 hari kepemimpinannya.
D. Manfaat Manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah agar masyarakat lebih bersikap kritis dalam menyikapi berbagai pemberitaan tentang berbagai masalah yang ada saat ini, selain itu juga bisa dijadikan
9
sebagai bahan evaluasi bagi pimpinan tertinggi di negeri ini sendiri dalam memandang permasalahan ini di tengah masyarakat.
E. Kerangka Teori 1. Kepribadian Kepribadian
dapat
didefinisikan
sebagai
pola
kompleks
karakteristik psikologis tertanam yang sebagian besar di bawah sadar dan tidak mudah diubah, mengekspresikan diri secara otomatis di hampir setiap aspek dari fungsi. Intrinsik dan meresap, sifat-sifat ini muncul dari matriks rumit disposisi biologis dan Experiential pembelajaran, dan akhirnya berdiri pola khas individu yang mempersepsi, merasakan, memikirkan, mengatasi, dan berperilaku. (Millon, 1996, p. 4)4 Menurut Nana Syaodih (2003: 136), kepribadian merupakan keterpaduan antara aspek-aspek kepribadian, yaitu aspek psikis seperti aku, kecerdasan, bakat, sikap, motif, minat, kemampuan, moral, dan aspek jasmaniah seperti postur tubuh, tinggi dan berat badan, indra, dll. Menurut Agus Sujanto dkk (2004), menyatakan bahwa kepribadian adalah suatu totalitas psikofisis yang kompleks dari individu, sehingga nampak dalam tingkah lakunya yang unik. Gordon W. Allport (dalam Pasaribu, I.L. (1984: 95), mendefinisikan Personality is the dynamic organization within the individual of those psychopysical system, that determines his unique adjstment to his environment. (Kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikofisis dalam individu yang menentukan keunikan penyesuaian diri terhadap lingkungan)5 Kebanyak definisi tentang kepribadian mencakup faktor social skill (a roitness) dan keefektipan berhubungan dengan berbagai keadaan. Allport mengemukakan dua aspek dalam definisinya yaitu (1) biosocial, (2) biopshysical. Definisi lain menekankan pada (1) segi integrasi kepribadian (2) tingkah-laku individu (3) menekankan pada keunikan atau 4
Immelman, Aubrey, 2010, The Political Personality of U.S. President Barack Obama : Saint John's University 5 Pasaribu, I.L. (1984). Teori kepribadian. Bandung: Tarsito
10
aspek tingkah-laku tertentu. Ada ahli membuat skema kepribadian sebagai berikut: a. vitalitas: daya pendorong dari kehidupan, baik yang bersifat jasmanirokhani. 1) vitalitas fisis bergantung pada konsistusi fisis a.l susunan sel-sel fungsi kelenjar, pencernaan, susunan syaraf sentral, urat-urat. Konsistusi bawaan ini menjadi konsistusi dasar yang bersifat relatif konstan sepanjang kehidupan. Vitalitas fisis ini merupakan dayahidup yang bersifat jasmaniah seperti tahan penyakit, tahan terhadap iklim, awet muda dan sebagainya. 2) Vitalitas psikis merupakan daya hidup yang bersifat psikis berkaitan erat dengan konstitusi jasmaniah, terjadi tenaga pendorong seluruh kegiatan psikis manusia. Vitalitas psikis ini merupakan refleksi tenaga psikis terhadap pengaruh sensorik merupakan perasaan umum yang vital. Manifestasinya berupa lekas lelah, segar kembali. b. Tempramen c. Karakter d. Bakat ialah suatu kondisi pada seseorang yang memungkinkan mencapai suatu kecakapan, pengetahuan, ketrampilan khusus dengan suatu latihan khusus. Mencakup segala faktor yang ada pada individu sejak awal kehidupan dan bersifat latent sepanjang hidup manusia. Dia dapat diaktuilkan-diaktipkan. e. Diferensiasi regulasi dan integrasi kepribadian. Diferensiasi: ada perbedaan mengenai tugas-tugas masing-masing bagian tubuh a.l. fungsi jantung, lambung, darah, fungsi kejiwaan (inteligensi, kamauan, perasaan dan lain-lain). Regulasi ialah pengaturan yang bersifat mendorong untuk mengadakan perbaikan sesudah terhadap satu gangguan di dalam organisme. Sedang intergrasi ialah suatu proses yang membuat keseluruhan jasmani dan rokhani
11
menjadi satu kesatuan yang harmonis karena satu peraturan yang harmonis-rapih.6 Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepribadian meliputi segala bentuk perilaku dan sifat yang khas yang dapat digunakan untuk bereaksi dan menyesuaikan diri terhadap rangsangan/peristiwa, sehingga corak tingkah lakunya menjadi satu kesatuan fungsional yang khas bagi individu tersebut. Millon membuat delapan domain atribut, antara lain: perilaku ekspresif, perilaku interpersonal, perilaku kognitif, suasana hati, citra diri, mekanisme pengaturan, representasi objek, dan organisasi morfologis.
Tabel 1.1 Delapan Atribut Domain Millon Attribute
Description
Expressive behavior
Perilaku
karakteristik
individu
;
Bagaimana individu biasanya muncul untuk orang lain; apa individu sadar atau
tidak
sadar
mengungkapkan
tentang dirinya- atau dirinya sendiri; apa individu keinginan orang lain berpikir atau mengetahui tentang dia. Interpersonal conduct
Bagaimana
individu
biasanya
berinteraksi dengan orang lain; sikap yang
mendasari,
meminta
dan
memberi bentuk tindakan ini; metode yang melibatkan individu lain untuk memenuhi kebutuhannya; Bagaimana individu berupaya dengan ketegangan sosial dan konflik. Cognitive style
Bagaimana
individu
berfokus
mengalokasikan perhatian, encode dan memproses pikiran,
6
Pasaribu, I.L. (1984). Teori kepribadian. Bandung: Tarsito hal. 95
informasi, membuat
mengatur
atribusi
dan
12
berkomunikasi
reaksi
dan
ide-ide
kepada orang lain. Mood/temperament
Bagaimana
individu
menampilkan
emosi;
biasanya sifat
yang
dominan mempengaruhi individu dan intensitas dan frekuensi dengan mana dia menyatakannya. Self-image
Individu persepsi diri sebagai objek atau cara di mana individu terangterangan
menggambarkan
dirinya
sendiri. Regulatory mechanisms
Mekanisme
perlindungan
diri,
karakteristik individu perlu kepuasan, dan resolusi konflik. Object representations
Jejak batin yang ditinggalkan oleh individu
signifikan
pengalaman
dengan orang lain; residu struktural signifikan terdiri
melewati
dari
mempengaruhi
pengalaman,
kenangan, yang
sikap
dan
mendasari
persepsi individu dan reaksi terhadap peristiwa yang sedang berlangsung dan berfungsi sebagai substrat disposisi untuk
memahami
dan
bereaksi
terhadap peristiwa kehidupan yang sedang berlangsung. Morphologic organization
Arsitektur keseluruhan yang berfungsi sebagai kerangka kerja untuk interior psikis individu; kekuatan struktural, interior
keharmonian
diri,
dan
fungsional kemanjuran dari sistem kepribadian (yaitu, ego kekuatan).
a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepribadian Menurut
Purwanto
(2006),
mempengaruhi kepribadian antara lain:
terdapat
faktor-faktor
yang
13
1) Faktor Biologis Faktor biologis merupakan faktor yang berhubungan dengan keadaan jasmani, atau seringkali pula disebut faktor fisiologis seperti keadaan genetik, pencernaan, pernafasaan, peredaran darah, kelenjar-kelenjar, saraf, tinggi badan, berat badan, dan sebagainya. Kita mengetahui bahwa keadaan jasmani setiap orang sejak dilahirkan telah menunjukkan adanya perbedaanperbedaan. Hal ini dapat kita lihat pada setiap bayi yang baru lahir. Ini menunjukkan bahwa sifat-sifat jasmani yang ada pada setiap orang ada yang diperoleh dari keturunan, dan ada pula yang merupakan pembawaan anak/orang itu masing-masing. Keadaan fisik tersebut memainkan peranan yang penting pada kepribadian seseorang. 2) Faktor Sosial Faktor sosial yang dimaksud di sini adalah masyarakat ; yakni manusia-manusia lain disekitar individu yang bersangkutan. Termasuk juga ke dalam faktor sosial adalah tradisi-tradisi, adat istiadat, peraturan-peraturan, bahasa, dan sebagainya yang berlaku dimasyarakat itu. Sejak dilahirkan, anak telah mulai bergaul dengan orangorang disekitarnya. Dengan lingkungan yang pertama adalah keluarga. Dalam perkembangan anak, peranan keluarga sangat penting
dan
menentukan
bagi
pembentukan
kepribadian
selanjutnya. Keadaan dan suasana keluarga yang berlainan memberikan pengaruh yang bermacam-macam pula terhadap perkembangan kepribadian anak. Pengaruh lingkungan keluarga terhadap perkembangan anak sejak kecil adalah sangat mendalam dan menentukan perkembangan pribadi anak selanjutnya. Hal ini disebabkan karena pengaruh itu merupakan pengalaman yang pertama, pengaruh yang diterima anak masih terbatas jumlah dan luasnya, intensitas pengaruh itu sangat tinggi karena berlangsung
14
terus menerus, serta umumnya pengaruh itu diterima dalam suasana bernada emosional. Kemudian semakin besar seorang anak maka pengaruh yang diterima dari lingkungan sosial makin besar dan meluas. Ini dapat diartikan bahwa faktor sosial mempunyai pengaruh terhadap perkembangan dan pembentukan kepribadian. 3) Faktor Kebudayaan Perkembangan dan pembentukan kepribadian pada diri masing-masing orang tidak dapat dipisahkan dari
kebudayaan
masyarakat di mana seseorang itu dibesarkan. Beberapa aspek kebudayaan yang sangat mempengaruhi perkembangan dan pembentukan kepribadian antara lain : Nilai-nilai, adat dan tradisi, pengetahuan dan ketrampilan, bahasa, dan milik kebendaan.
2. Citra Citra berasal dari bahasa Jawa, berarti gambar. Kemudian dikembangkan menjadi gambaran sebagai padanan kata image dalam bahasa Inggris. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, terbitan Balai Pustaka
menyebutkan, citra berarti: (1) (Kata benda): gambar, rupa,
gambaran. (2) Gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi, perusahaan, organisasi atau produk. (3) Mental atau bayangan visual yang ditimbulkan oleh sebuah kata, frase atau kalimat, dan merupakan unsur dasar yang khas dalam karya prosa atau puisi (Ardial, 2009:45). Berikut ini adalah beberapa definisi citra menurut beberapa sumber antara lain: a. Menurut Philip Kotler (2000:553), “Image is the sum beliefs, ideas and impressions that a person holds regarding an object. People’s attitude and actions toward an object are highly conditioned by that object’s image”. Citra adalah seperangkat keyakinan, ide dan kesan seseorang terhadap suatu obyek tertentu. Sikap dan tindakan seseorang terhadap suatu obyek akan ditentukan oleh citra objek tersebut yang menampilkan kondisi terbaiknya.
15
b. Menurut Rhenald Kasali (2005:30), citra adalah kesan yang timbul karena pemahaman akan suatu kenyataan. Pemahaman itu sendiri muncul karena adanya informasi. c. Citra adalah segala sesuatu yang dipelajari seseorang, yang relevan dengan situasi dan dengan tindakan yang bisa terjadi di dalamnya. Ke dalam citra tercakup seluruh pengetahuan seseorang (kognisi), baik benar ataupun keliru, semua preferensi (afeksi) yang melekat kepada tahap tertentu, peristiwa yang menarik atau menolak orang tersebut dalam situasi itu, dan semua pengharapan (konasi) yang dimiliki orang tentang apa yang mungkin terjadi jika ia berperilaku dengan cara yang berganti-ganti terhadap objek di dalam situasi itu. Ringkasnya citra adalah kecenderungan yang tersusun dari pikiran, perasaan dan kesudian. Citra selalu berubah seiring dengan berubahnya pengalaman (Nimmo, 2000:4). d. Dalam konteks kampanye pemilihan, citra adalah bayangan, kesan atau gambaran tentang suatu objek terutama partai politik, kandidat, elite politik dan pemerintah. Citra sejauh ada kebebasan yang memadai, dapat menentukan cara berpikir dan cara berperilaku seseorang termasuk dalam mengambil keputusan dalam pemilihan (Pawito, 2009:263) Dengan memahami definisi citra yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa citra tokoh adalah seperangkat kesan yang timbul dan keyakinan seseorang terhadap seorang tokoh. Citra tokoh tersebut menentukan sikap dan tindakan seseorang termasuk dalam hal loyalitas dan kepercayaan. Menurut Frank Jefkins dalam buku Public Relations , definisi citra dalam konteks humas citra diartikan sebagai "kesan, gambaran, atau impresi yang tepat (sesuai dengan kenyataan) atas sosok keberadaan berbagai kebijakan personil personil atau jasa-jasa dari suatu organisasi atau perusaahaan.”
16
Jefkins (2003) menyebutkan beberapa jenis citra (image). Berikut ini lima jenis citra yang dikemukakan, yakni: a. Mirror Image (Citra Bayangan). Citra ini melekat pada orang dalam atau anggota-anggota organisasi – biasanya adalah pemimpinnya – mengenai anggapan pihak luar tentang organisasinya. Dalam kalimat lain, citra bayangan adalah citra yang dianut oleh orang dalam mengenai pandangan luar, terhadap organisasinya. Citra ini seringkali tidak tepat, bahkan hanya sekedar ilusi, sebagai akibat dari tidak memadainya informasi, pengetahuan ataupun pemahaman yang dimiliki oleh kalangan dalam organisasi itu mengenai pendapat atau pandangan pihak-pihak luar. Dalam situasi yang biasa, sering muncul fantasi semua orang menyukai kita. b. Current Image (Citra yang Berlaku). Citra yang berlaku adalah suatu citra atau pandangan yang dianut oleh pihak-pihak luar mengenai suatu organisasi. Citra ini sepenuhnya ditentukan oleh banyak-sedikitnya informasi yang dimiliki oleh mereka yang mempercayainya. c. Multiple Image (Citra Majemuk). Yaitu adanya image yang bermacammacam dari publiknya terhadap organisasi tertentu yang ditimbulkan oleh mereka yang mewakili organisasi kita dengan tingkah laku yang berbeda-beda atau tidak seirama dengan tujuan atau asas organisasi kita. d. Corporate Image (Citra Perusahaan). Apa yang dimaksud dengan citra perusahaan adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan sekedar citra atas produk dan pelayanannya. e. Wish Image (Citra Yang Diharapkan). Citra harapan adalah suatu citra yang diinginkan oleh pihak manajemen atau suatu organisasi. Citra yang diharapkn biasanya dirumuskan dan diterapkan untuk sesuatu yang relatif baru, ketika khalayak belum memiliki informasi yang memadai mengenainya.
17
Sutojo, Siswanto (dalam Widodo Muktiyo. 2006-cetakan I), ada beberapa strategi dasar membangun citra (image) antara lain: a. Menentukan kelompok sasaran. Memilih segmen sasaran dengan saran riset pasar. b. Keberhasilan membangun citra dipengaruhi oleh beberapa faktor: 1) Citra dibangun berdasarkan orientasi terhadap manfaat yang dibutuhkan dan diinginkan kelompok sasaran. 2) Manfaat yang ditonjolkan cukup realistis. 3) Citra yang ditonjolkan sesuai dengan kemampuan perusahaan. 4) Citra mudah dimengerti kelompok sasaran. 5) Citra merupakan sarana, bukan tujuan usaha c. Koordinasi di dalam. d. Merger dan Franchising sebagai sarana penunjang membangun citra.
Menurut Soleh Sumirat dan Elvinaro Ardianto, terdapat empat komponen pembentukan citra antara lain : a. Persepsi, diartikan sebagai hasil pengamatan unsur lingkungan yang dikaitkan dengan suatu proses pemaknaan dengan kata lain. Individu akan
memberikan
makna
terhadap
rangsang
berdasarkan
pengalamannya mengenai rangsang. Kemampuan mempersepsi inilah yang dapat melanjutkan proses pembentukan citra. Persepsi atau pandangan individu akan positif apabila informasi yang diberikan oleh rangsang dapat memenuhi kognisi individu b. Kognisi, yaitu suatu keyakinan diri dari individu terhadap stimulus keyakinan ini akan timbul apabila individu harus diberikan informasiinformasi yang cukup dapat mempengaruhi perkembangan kognisinya. c. Motivasi dan sikap yang ada akan menggerakan respon seperti yang diinginkan oleh pemberi rangsang. Motif adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan.
18
d. Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berfikir, dan merasa dalam menghadapi obyek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan prilaku tetapi merupakan kecenderungan untuk berprilaku dengan prilaku tetapi merupakan kecendrungan untuk berprilaku dengan caracara tertentu, sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi sikap menentukan apakah orang harus pro atau kontra terhadap sesuatu, menentukan apa yang disukai, diharapkan dan diinginkan, sikap mengandung aspek evaluatif artinya mengandung nilai menyenangkan atau tidak menyenangkan, sikap juga diperhitungkan atau diubah.
Gambar 1.1 Model Pembentukan Citra
Proses ini menunjukan bagaimana stimulus yang berasal dari luar diorganisasikan dan mempengaruhi respons. Stimulus atau rangsangan yang diberikan pada individu dapat diterima atau ditolak. Jika rangsangan ditolak, maka proses selanjutnya tidak akan berjalan. Hal ini menunjukan bahwa rangsangan tersebut tidak efektif dalam mempengaruhi individu karena tidak adanya perhatian dari individu tersebut. Sebaliknya, jika rangsangan itu diterima oleh individu, berarti terdapat komunikasi dan perhatian dari organisme, dengan demikian proses selanjutnya dapat berjalan. Berdasarkan penjelasan diatas penulis memahami bahwa terdapat empat komponen pembentukan citra, yaitu persepsi, kognisi, motivasi dan sikap. Persepsi diartikan sebagai hasil pengamatan unsur lingkungan
19
dimana kemampuan mempersepsi inilah dapat melanjutkan proses pembentukan citra dengan memberikan informasi-informasi kepada individu untuk memunculkan suatu keyakinan. Sehingga dari keyakinan tersebut timbul suatu sikap pro dan kontra tentang produk, dari sikap itulah terbentuknya citra yang positif atau negatif.
3. Kebijakan Dalam buku Dwiyanto, Indiahono (2009) Kebijakan Publik Berbasis Dynamic Policy Analisys, kebijakan menurut Lasswell adalah sebagai suatu program pencapaian tujuan, nilai-nilai dan praktik-praktik yang terarah. Menurut Budiardjo (2008), kebijakan adalah sekumpulan keputusan yang diambil oleh seorang pelaku atau kelompok politik dalam usaha memilih tujuan-tujuan dan cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut. Kebijakan publik dalam definisi yang manshur dari Dye adalah whatever governments choose to do or not to do, maksudnya bahwa apapun kegiatan pemerintah baik yang exsplisit maupun implisit merupakan kebijakan. James E. Anderson mendefinisikan kebijakan sebagai perilaku dari sejumlah aktor (pejabat, kelompok, instansi pemerintah) atau serangkaian aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu. Pembicaraan tentang kebijakan memang tidak lepas dari kaitan kepentingan antar kelompok, baik di tingkat pemerintahan maupun masyarkat secara umum (Anderson, 1979: 2-3)7 Hogwood dan Gunn (1984 dalam Parson. 2006-cetakan kedua: 15) menyatakan bahwa terdapat 10 istilah kebijakan dalam pengertian modern, yaitu: a. sebagai label untuk bidang aktivitas b. sebagai ekspresi tujuan umum atau aktivitas negara yang diharapkan c. sebagai proposal spesifik d. sebagai keputusan pemerintah 7
Dwiyanto, Indiahono. 2009. Kebijakan Publik Berbasis Dynamic Policy Analisys.Yogyakarta: Gava Media.
20
e. sebagai otorisasi formal f. sebagai sebuah program g. sebagai output h. sebagai “hasil” (outcome) i. sebagai teori dam model j. sebagai sebuah proses
Kebijakan memang menjadi ranah yang amat berbau kekuatan untuk saling mempengaruhi dan melakukan tekanan para pihak. Sehingga tidak heran jika Carl Friedrich pun mendefinisikan kebijakan sebagai suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan tertentu (Carl J. Friedrich, 1963 dalam Anderson, 1979-second edition:2)8 Dengan demikian dapat disimpulkan kebijakan adalah suatu konsep
yang
menjadi
dasar
rencana
dalam
suatu
pekerjaan,
kepemimpinan, serta menjadi keputusan cara untuk bertindak. Kebijakan publik diarahkan untuk memecahkan masalah publik untuk memenuhi kepentingan dan penyelenggaraan urusan-urusan publik. Kebijakan publik sejauh mungkin diupayakan berada dalam rel kebijakan yang beraras pada sebesar-besarnya kepentingan publik. Kebijakan publik memang masuk dalam ranah kepentingan dengan banyak aktor yang berkepentingan di dalamnya.
8
Dwiyanto, Indiahono. 2009. Kebijakan Publik Berbasis Dynamic Policy Analisys.Yogyakarta: Gava Media.
21
a. Proses Kebijakan Publik Gambar 1.2 Proses Kebijakan Publik Penyusunan Agenda
perumusa nmasalah
Formulasi Kebijakan
forecastin g rekomendas i kebijakan
Adopsi Kebijakan
Implementasi Kebijakan
monitorin g
Evaluasi kebijakan
Penilaian Kebijakan
Tabel 1.2 Tahap Analisis Kebijakan Tahap
Karakteristik
Perumusan
Memberikan informasi mengenai kondisi-kondisi
Masalah
yang menimbulkan masalah
Forecasting
Memberikan informasi mengenai konsekuensi di masa
mendatang
dari
diterapkannya
alternatif
kebijakan termasuk apabila membuat kebijakan Rekomendasi
Memberikan informasi mengenai manfaat bersih dari
Kebijakan
setiap alternatif dan merekomendasikan alternatif kebijakan yang memberikan manfaat bersih paling tinggi
Monitoring
Memberikan
informasi
mengenai
komsekuensi
22
Kebijakan
sekarang dan masa lalu dari diterapkannya alternatif kebijakan termasuk kendala-kendalanya
Evaluasi
Memberikan informasi mengenai kinerja atau hasil
Kebijakan
dari suatu kebijakan
sumber: Subarsono, 2005: 109
4. Presiden Presiden Indonesia (nama jabatan resmi: Presiden Republik Indonesia) adalah kepala Negara sekaligus kepala pemerintahan Indonesia. Sebagai kepala Negara, Presiden adalah symbol resmi Negara Indonesia di dunia. Sebagai kepala pemerintahan, Presiden dibantu oleh wakil presiden dan menteri-menteri dalam kabinet, memegang kekuasaan eksekutif untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintahan sehari-hari. Presiden (dan Wakil Presiden) menjabat selama 5 tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama untuk satu kali masa jabatan.10 a. Wewenang, Kewajiban, dan Hak Wewenang, kewajiban, dan hak Presiden antara lain : 1) Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD 2) Memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara 3) Mengajukan
Rancangan
Undang-Undang
kepada
Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR). Presiden melakukan pembahasan dan pemberian persetujuan atas RUU bersama DPR serta mengesahkan RUU menjadi UU. 4) Menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (dalam kegentingan yang memaksa) 5) Menetapkan Peraturan Pemerintah 6) Mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri
9
Dwiyanto, Indiahono. 2009. Kebijakan Publik Berbasis Dynamic Policy Analisys.Yogyakarta: Gava Media. 10 Buku Pintar Politik: Sejarah, Pemerintahan, dan Ketatanegaraan : Jogja Great Publiser
23
7) Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain dengan persetujuan DPR 8) Membuat perjanjian internasional lainnya dengan persetujuan DPR 9) Menyatakan keadaan bahaya. 10) Mengangkat duta dan konsul. Dalam mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan DPR 11) Menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan DPR. 12) Memberi grasi, rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung 13) Memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR 14) Memberi gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan lainnya yang diatur dengan UU 15) Meresmikan anggota Badan Pemeriksa Keuangan yang dipilih oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah 16) Menetapkan hakim agung dari calon yang diusulkan oleh Komisi Yudisial dan disetujui DPR 17) Menetapkan hakim konstitusi dari calon yang diusulkan Presiden, DPR, dan Mahkamah Agung 18) Mengangkat dan memberhentikan anggota Komisi Yudisial dengan persetujuan DPR.
5. Kepemimpinan a. Arti Kepemimpinan Istilah “kepemimpinan” sebagai terjemahan dari “leadership” seringkali kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pengertian umum, kepemimpinan menunjukan proses kegiatan seseorang dalam memimpin, membimbing, mempengaruhi atau mengontrol pikiran, perasaan, atau tingkah laku orang lain. Kegiatan tersebut dapat
24
dilakukan melalui suatu karya, seperti buku, lukisan dan sebagainya, atau melalui kontak pribadi antara seseorang dengan orang lain secara tatap muka (face to face).11 b. Ciri-ciri Kepemimpinan 1) Persepsi Sosial Yang dimaksud persepsi sosial ialah kecakapan dalam melihat dan memahami perasaan, sikap, dan kebutuhan anggota-anggota lainnya dalam suatu kelompok. 2) Kemampuan berfikir abstrak Kemampuan berabstraksi yang sebenarnya merupakan salah satu segi dari struktur intelegensi, khusus dibutuhkan oleh seorang pemimpin untuk dapat menafsirkan kecenderungan-kecenderungan kegiatan di dalam kelompok dan keadaan umum di luar kelompok dalam hubungannya dengan tujuan kelompok. 3) Keseimbangan Emosional Pada diri seorang pemimpin harus terdapat suatu kematangan emosional yang berdasarkan kesadaran yang mendalam akan kebutuhan-kebutuhan. Keinginan-keinginan, cita-cita, dan alam perasaan, serta pengintegrasian kesemuanya itu ke dalam suatu kepribadian yang harmonis. c. Faktor-faktor dalam kepemimpinan politik 1) Kapasitas Intelektual Sesorang yang memiliki kemampuan intelektual yang menonjol dapat mempengaruhi orang banyak yang intelektualitanya biasa. Kapasitas intelektual mencakup sifat-sifat yang khusus, seperti: mental, moral, kepekaan social, kecakapan dalam berbagai lapangan, atau ketangkasan dalam memecahkan masalah yang sifatnya philosofis, artistic, dan ilmiah, dan kecakapan yang tinggi untuk kegiatan ituitif.
11
Effendy Onong Uchjana 1993. Kepemimpinan Dan Komunikasi. Bandung; PT Mandar Maju
25
2) Rasa Diri Penting Percaya kepada diri sendiri, kepada cara sendiri, dan kepada tujuan sendiri dipadukan dengan hasrat untuk bergiat guna menerima pengakuan,
kepatuhan
dan
kepercayaan,
cenderung
untuk
membawa seseorang kepada posisi yang lebih tinggi. 3) Vitalitas Seseorang pemimpin harus memiliki daya lenting spirit dan phisik yang secara cepat dapat mengisi lagi benaknya, tubuhnya, dan spiritnya setelah melakukan kegiatan politik yang melelahkan 4) Latihan Pemimpin yang bijaksana senantiasa menambah pengetahuannya dengan jalan mengikuti salah satu bentuk latihan. 5) Pengalaman Pengalaman merupakan fakor yang sedemikian pentingnya sehingga dianggap sebagai kunci kepemimpinannya. 6) Reputasi Untuk memperoleh reputasi dalam kemampuan menjadi pemimpin yang sukses, seorang pemimpin harus dapat memberikan vitallitas dan kesempatan kepada pengalaman, latihan, dan kapasitas intelektual.
Kartono (2009) menyebutkan, macam gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh pemimpin di seluruh dunia antara lain: a. Gaya Kepemimpinan Paternalistik Tipe pemimpin paternalistic yang bersifat kebapakan, dengan sifatsifat diantaranya: 1) Overly protective 2) Selalu bersikap maha tahu dan maha besar 3) Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk berinisiatif, hanya terdapat di lingkungan masyarakat yang bersifat tradisional, umumnya di masyarakat agraris.
26
b. Gaya Kepemimpinan Karismatik Kelebihan gaya kepemimpinan karismatis ini adalah mampu menarik orang. Mereka terpesona dengan cara berbicaranya yang membangkitkan semangat c. Gaya kepemimpinan bebas Kepemimpinan yang bebas ialah kepemimpinan di mana si pemimpin menyerahkan penentuan tujuan dan usaha-usaha yang akan dicapai, sepenuhnya kepada anggota-anggota kelompok. Si pemimpin dalam menjalankan peranan kepemimpinannya hanya pasif saja. Dialah yang menyediakan bahan-bahan dan alat-alat untuk suatu pekerjaan, tetapi inisiatif diserahkan kepada para anggota.12 d. Gaya Kepemimpinan Demokratis Pemimpin yang demokratik biasanya memandang peranannya selaku koordinator dan integrator dari berbagai unsur dan komponen organisasi. Kepemimpinan demokratis biasanya berlangsung secara mantap dengan gejala-gejala sebagai berikut : 1) Organisasi dengan segenap bagiannya berjalan lancar 2) Otoritas sepenuhnya didelegasikan ke bawah, dan masing-masing menyadari tugas serta kewajibannya masing-masing e. Gaya kepemimpinan Otokratis Kelebihan model kepemimpinan otoriter ini ada di pencapaian prestasinya. Tidak ada satupun tembok yang mampu menghalangi langkah pemimpin ini. Ketika dia memutuskan suatu tujuan, itu adalah harga mati, tidak ada alasan, yang ada adalah hasil. Langkahlangkahnya penuh perhitungan dan sistematis. Dingin dan sedikit kejam adalah kelemahan pemimpin dengan kepribadian merah ini. f. Gaya Kepemimpinan Militeristis Tipe kepemimpinan ini sangat mirip dengan otoriter. Adapun sifatsifat dari tipe kepemimpinan militeristik adalah: 12
Effendy Onong Uchjana 1993. Kepemimpinan Dan Komunikasi. Bandung; PT Mandar Maju hal.28
27
1) Lebih banyak menggunakan sistem perintah, keras dan sangat otoriter, kaku dan seringkali kurang bijaksana 2) Menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan 3) Sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tandatanda kebesaran yang berlebihan 4) Menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya 5) Tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahannya 6) Komunikasi hanya berlangsung searah g. Gaya Kepemimpinan Populistis Kepemimpinan populis berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisional, tidak mempercayai dukungan kekuatan serta
bantuan
hutang
luar
negeri.
Kepemimpinan
jenis
ini
mengutamakan penghidupan kembali sikap nasionalisme. h. Gaya Kepemimpinan Administratif/Eksekutif Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif.
6. Masyarakat Kelas Menengah ke Bawah Di Indonesia, kelas menengah ke bawah merupakan kelompok dengan penghasilan per bulannya kurang dari Rp 2.6 juta. Kelas ini terdiri dari sebagian besar dari total penduduk suatu Negara. Kelas menengah ke bawah berjuang untuk sampai ke tingkat kelas menengah ke atas, yang pada gilirannya bertujuan untuk memasuki kelas kaya atau elit.13 BPS telah menetapkan 14 (empat belas) kriteria keluarga miskin, seperti yang telah disosialisasikan oleh Departemen Komunikasi dan Informatika (2005), rumah tangga yang memiliki ciri rumah tangga miskin, yaitu: a. Luas bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang. b. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah 13
http://www.fiskal.co.id
28
c. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/rumbia d. Tidak memiliki fasilitas buang air besar e. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik. f. Sumber air minum berasal dari sungai g. Bahan bakar untuk memasak adalah kayu bakar h. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu. i. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun. j. Hanya sanggup makan hanya satu/dua kali dalam sehari. k. Tidak sanggup membayar pengobatan di puskesmas l. Penghasilan kepala rumah tangga dengan pendapatan di bawah Rp. 600.000 per bulan. m. Pendidikan tertinggi kepala keluarga : tidak bersekolah/tidak tamat SD/hanya SD. n. Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai Rp. 500.000
F. Penelitian terdahulu
Tabel 1.3 Penelitian Terdahulu No
Judul
1
The Political Personality of U.S. President BarackObama
Pengarang
Tahun
Variabel
Aubrey
2010
Personality
Immelman
Temuan Kepribadian merupakan salah satu yang menjadi faktor masyarakat mejadi percaya terhadap Obama
2
Personality and Nigeria‟s Foreign Policy: A Comparative Analysis of Obasanjo‟s
Ngara, Christopher
2013
Personality,
Temuan
Policy
menunjukkan bahwa
Ochanja ;
kepribadian
Esebonu,
Obasanjo memiliki
29
Foreign Policy as Military Head of State and Civilian President
Edward
tingkat nasionalisme
Ndem ;
tinggi dan keyakinan
Ayabam,
kuat dari kemampuan
Alexius
untuk mengendalikan
Terwase
peristiwa dan telah mempengaruhi kebijakan luar negeri Nigeria selama dua era yang berbeda. Sehingga membuat pemerintahan menjadi lebih baik
3
Membangun Citra Positif Organisasi melalui Public Relations
Lena Satlita
2015
Citra
Publik sebuah organisasi akan mendukung keberadaan organisasi, programprogram dan kebijakan organisasi. Dukungan publik terhadap organisasi menujukkan adanya kepercayaan publik yang sekaligus bisa dimaknai bahwa organisasi tersebut memiliki citra dan reputasi yang baik.
30
G. Definisi Konsepsional dan Operasional 1. Definisi Konsepsional Definisi konsepsional adalah definisi yang dipakai peneliti untuk menggambarkan fenomena sosial atau alami secara abstrak (Singarimbun, 1989:33). Definisi konsepsional dalam penelitian ini antara lain: a. Kepribadian Teori Kepribadian ialah suatu ilmu yang membahas secara sistematis mengenai manusia sebagai individu. Ilmu ini mencoba mengenal individu dalam hubungannya dengan situasinya, lingkungan, pengalaman sehari-hari. Inilah sebabnya mengapa teori kepribadian menitik-beratkan pada sifat-sifat individual dari manusia dan dihubungkan dalam/situasi yang konkrit.14 Koentjaraningrat dalam bukunya “Pengantar Antropologi I” menyatakan bahwa kepribadian ialah susunan dari unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan tingkah laku dan tindakan seseorang. Pasaribu dan Simandjuntak (1984:118) berpendapat bahwa kepribadian merupakan susunan yang dinamis pada individu di dalam sistem psikofisik yang menentukan keunikan penyesuaian terhadap lingkungannya. Keunikan menunjukkan bahwa tidak ada dua atau lebih individu yang menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara tepat sama.15 1) Tipe Kepribadian Hall dan Lindzey dalam Pasaribu (1984) membedakan dua orientasi utama kepribadian, yaitu: a) Tipe Kepribadian Ekstravert Pasaribu (1984:227-228) menyatakan bahwa individu dengan pribadi ekstravert yaitu individu yang melihat pada 14 15
Pasaribu, I.L. (1984). Teori kepribadian. Bandung: Tarsito hal. 94 Pasaribu, I.L. (1984). Teori kepribadian. Bandung: Tarsito hal 118
31
kenyataan dan keharusan, tidak lekas merasakan kritik, ekspresi emosinya spontan, dan dirinya tidak dituruti dalam alasannya, tidak
begitu
merasakan
kegagalannya,
tidak
banyak
mengadakan analisa dan kritik sendiri. Individu dengan tipe kepribadian ekstravert memiliki kendali diri yang kuat. Ketika dihadapkan pada rangsanganrangsangan traumatik, individu bertipe kepribadian ekstravert akan menahan diri, artinya dia tidak akan ”mengacuhkan” trauma yang dialami dan karenanya tidak akan terlalu teringat akan apa yang terjadi (Boree, 2005:233). Individu-individu yang memiliki kepribadian ekstravert bersikap positif terhadap masyarakatnya, hatinya terbuka, mudah bergaul, hubungan dengan individu lain lancar. Bahaya bagi tipe kepribadian ekstravert ialah apabila ikatan terhadap dunia luar terlampau kuat, sehingga akan menyebabkan ia tenggelam di dalam dunia obyektif,
kehilangan
diri
atau
asing
terhadap
dunia
subyektifnya sendiri (Suryabrata, 1990:190). Berdasarkan uraian-uraian tersebut, maka disimpulkan bahwa sifat-sifat individu tipe ekstravert: (1) Cenderung menyukai pertisipasi dalam realita sosial, dalam dunia obyektif dan dalam peristiwa-peristiwa praktis lancar dalam pergaulan. (2) Bersikap realitas, aktif dalam bekerja dan komunikasi sosialnya baik (positif), serta ramah tamah. (3) Gembira dalam hidup, bersikap spontan dan wajar dalam ekspresi serta menguasai perasaan. (4) Bersikap optimis, tidak putus asa dalam menghadapi kegagalan
atau
dalam
menghadapi
konflik-konflik
pekerjaan selalu tenang, bersikap suka mengabdi.
32
(5) Tidak begitu banyak pertimbangan, ceroboh dan kadangkadang tidak terlalu banyak melakukan analisa serta kurang kritik diri, berpikir kurang mendalam. (6) Relatif bersikap bebas dalam berpendapat, mempunyai cita-cita yang bebas. (7) Meskipun
ulet
dalam
berpikir
namun
mempunyai
pandangan yang pragmatis, di samping punya sifat keras hati. b) Tipe Kepribadian Introvert Individu dengan tipe kepribadian introvert mengacu pada individu yang tertutup, ragu-ragu, pemikir, suka merenung, kurang spontan, tujuannya tersembunyi, agak defensif, tidak mudah percaya dan hati-hati. Individu dengan tipe kepribadian introvert ialah individu yang suka memikirkan tentang diri sendiri, banyak fantasi, lekas merasakan kritik, menahan ekspresi emosinya, lekas tersinggung dalam latihan, suka membesarkan kesalahan kecil, analisa dan kritik sendiri menjadi buah pikirannya (Pasaribu, 1984:227-228). Individu introvert memiliki kendali diri yang buruk. Ketika mengalami trauma yang sama seperti orang ekstravert tadi, otaknya tidak terlalu sigap melindungi diri dan ”berdiam diri”, akan tetapi malah membesar-besarkan persoalan dan mempelajari detail-detail kejadian sehingga individu ini dapat mengingat apa yang terjadi dengan sangat jelas (Boeree, 2005:234). Gambaran tipe kepribadian introvert menurut Pervin (1984:271-272) merupakan individu yang tenang, mawas diri, bersikap hati-hati, pemikir, kurang percaya pada keputusan yang impulsif, lebih suka hidup teratur, pemurung, kuatir, kaku, sederhana, pesimis, suka menyendiri, kurang suka bergaul, pendiam, pasif, berhati-hati, tenggang rasa, damai,
33
terkendali, dapat diandalkan, mampu menguasai diri, dan tenang. Individu-individu
yang
mempunyai
kepribadian
introvert penyesuaiannya dengan dunia luar kurang baik: jiwanya tertutup, sukar bergaul, sukar berhubungan dengan individu lain, kurang dapat menarik individu lain. Penyesuaian dengan batinnya sendiri baik. Bahaya tipe introvert ialah jika jarak dengan dunia obyektif terlalu jauh, maka individu dengan tipe kepribadian ini dapat lepas dari dunia obyektifnya (Suryabrata, 1990:190). Berdasarkan uraian-uraian di atas maka sifat-sifat manusia tipe introvert: (1) Cenderung lebih suka ”memasuki” dunia imaginer, biasa merenung yang kretif. (2) Produksi dan ekspresi-ekspresinya diwarnai oleh perasaanperasaan yang subyektif, pusat kesadaran dirinya adalah kepada egonya sendiri dan sedikit perhatian pada dunia luar. (3) Perasaan halus dan cenderung untuk tidak melahirkan emosi secara menyolok; biasanya melahirkan ekspresinya dengan cara-cara yang halus yang jarang ditemukan pada individu-individu yang lain. (4) Sikapnya ”tertutup”, sehingga jika ada konflik-konflik disimpannya dalam hati dan ia berusaha menyelesaikannya sendiri. (5) Banyak pertimbangan, sering suka mengadakan analisis dan kritik diri. (6) Sensitif terhadap kritik, pengalaman-pengalaman pribadi bersikap mengendap dalam kenangan yang kuat, apalagi hal-hal yang bersifat pujian atau celaan tentang dirinya.
34
(7) Pemurung, dan cenderung selalu bersikap menyendiri, serta kurang bergaul. (8) Lemah lembut tindak dan sikapnya, serta punya pandangan idealistis.
Setiap individu memiliki ciri-ciri kepribadian tersendiri, mulai dari yang menunjukkan kepribadian yang sehat atau justru yang tidak sehat. Dalam hal ini, Elizabeth (Syamsu Yusuf, 2003) mengemukakan ciri-ciri kepribadian yang sehat dan tidak sehat, sebagai berikut : 1) Kepribadian Sehat a) Mampu menilai diri sendiri secara realisitik; mampu menilai diri apa adanya tentang kelebihan dan kekurangannya, secara fisik, pengetahuan, keterampilan dan sebagainya. b) Mampu menilai situasi secara realistik; dapat menghadapi situasi atau kondisi kehidupan yang dialaminya secara realistik dan mau menerima secara wajar, tidak mengharapkan kondisi kehidupan itu sebagai sesuatu yang sempurna. c) Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik; dapat menilai keberhasilan yang diperolehnya dan meraksinya secara rasional, tidak menjadi sombong, angkuh atau mengalami superiority complex, apabila memperoleh prestasi yang tinggi atau kesuksesan hidup. Jika mengalami kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan frustrasi, tetapi dengan sikap optimistik. d) Menerima tanggung jawab; dia mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya. e) Kemandirian; memiliki sifat mandiri dalam cara berfikir, dan bertindak, mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku di lingkungannya.
35
f) Dapat mengontrol emosi; merasa nyaman dengan emosinya, dapat menghadapi situasi frustrasi, depresi, atau stress secara positif atau konstruktif , tidak destruktif (merusak) g) Berorientasi tujuan; dapat merumuskan tujuan-tujuan dalam setiap aktivitas dan kehidupannya berdasarkan pertimbangan secara matang (rasional), tidak atas dasar paksaan dari luar, dan berupaya mencapai tujuan dengan cara mengembangkan kepribadian (wawasan), pengetahuan dan keterampilan. h) Berorientasi keluar (ekstrovert); bersifat respek, empati terhadap orang lain, memiliki kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah lingkungannya dan bersifat fleksibel dalam berfikir, menghargai dan menilai orang lain seperti dirinya, merasa nyaman dan terbuka terhadap orang lain, tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk menjadi korban orang lain dan mengorbankan orang lain, karena kekecewaan dirinya. i) Penerimaan sosial; mau berpartsipasi aktif dalam kegiatan sosial dan memiliki sikap bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain. j) Memiliki filsafat hidup; mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang berakar dari keyakinan agama yang dianutnya. k) Berbahagia; situasi kehidupannya diwarnai kebahagiaan, yang didukung oleh faktor-faktor achievement (prestasi), acceptance (penerimaan), dan affection (kasih sayang). 2) Kepribadian tidak sehat a) Mudah marah (tersinggung) b) Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan c) Sering merasa tertekan (stress atau depresi) d) Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya lebih muda atau terhadap binatang
36
e) Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang meskipun sudah diperingati atau dihukum f) Kebiasaan berbohong g) Hiperaktif h) Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas i) Senang mengkritik/mencemooh orang lain j) Sulit tidur k) Kurang memiliki rasa tanggung jawab l) Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan faktor yang bersifat organis) m) Kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama n) Pesimis dalam menghadapi kehidupan o) Kurang
bergairah
(bermuram
durja)
dalam
menjalani
kehidupan
b. Citra Menurut Ruslan (2008:75), citra adalah penerimaan dan tanggapan baik positif maupun negatif yang khususnya datang dari publik (khalayak sasaran) dan masyarakat luas pada umumnya. Menurut Lawrence L. Steinmetz yang dikutip oleh Sutojo (2004: 1), citra adalah pancaran atau reproduksi jati diri atau bentuk perorangan, benda atau organisasi. Jadi citra memiliki definisi sesuatu yang ada dalam diri seseorang yang dapat dinilai oleh publik karena sifat, tingkah laku, maupun cara berpikir. Citra pemimpin yang positif dapat meliputi: 1) jujur, bisa dipercaya dan amanah 2) bersih dari korupsi 3) berwibawa 4) pintar dan berwawasan luas 5) perhatian pada rakyat
37
6) Tegas 7) berpelangalaman Internasional
c. Kebijakan publik Definisi dari kebijakan publik yang paling awal dikemukakan oleh Harold Laswell dan Abraham Kaplan dalam Howlett dan Ramesh (1995:2) yang mendefinisikan kebijakan publik/public policy sebagai “suatu program yang diproyeksikan dengan tujuan-tujuan, nilai-nilai, dan praktik-praktik tertentu (a projected of goals, values, and practices)” George C. Edwards III dan Ira Sharkansky dalam Suwitri (2008: 10) mendefinisikan kebijakan publik sebagai “suatu tindakan pemerintah
yang
berupa
program-program
pemerintah
untuk
pencapaian sasaran atau tujuan” Menurut James A. Anderson dalam Subarsono (2005: 2), kebijakan publik merupakan “kebijakan yang ditetapkan oleh badanbadan dan aparat pemerintah”. 1) Implementasi Kebijakan Ukuran
keberhasilan
maupun
kegagalan
dari
suatu
kebijakan sebagian besar ditentukan dari implementasi kebijakan, sebagaimana dikemukakan oleh Nugroho (2008: 501): “Rencana adalah 20% keberhasilan, implementasi adalah 60% sisanya, 20% sisanya adalah bagaimana kita mengendalikan implementasi. Implementasi kebijakan adalah hal yang paling berat, karena di sini masalah-masalah yang kadang tidak dijumpai dalam konsep, muncul di lapangan. Selain itu, ancaman utama, adalah konsistensi implementasi.” Menurut Bridgman & Davis, Fenn, dan Turner & Hulme dalam Badjuri dan Yuwono (2002, 113-129), terdapat beberapa pelajaran yang bisa diambil dari kesuksesan sebuah kebijakan, yaitu:
38
a) Jika kebijakan publik didesain tidak berdasar kerangka dan acuan teori yang kuat dan jelas, maka implementasinya akan terganggu. b) Antara kebijakan dan implementasi harus disusun suatu korelasi yang jelas sehingga konsekuensi yang diinginkanpun jelas. c) Implementasi kebijakan publik akan gagal jika terlalu banyak lembaga yang bermain. d) Sosialisasi kebijakan kepada mereka yang akan melaksanakan kebijakan sangatlah penting karena akan sangat mempengaruhi keberhasilan implementasi. e) Evaluasi kebijakan secara terus menerus (monitoring) terhadap sebuah kebijakan sangatlah krusial karena sebuah kebijakan akan berevolusi menjadi baik dan efisien jika ada evaluasi yang terus menerus dan berkesinambungan. f) Untuk berhasil dengan baik, pembuat kebijakan publik harus menaruh perhatian yang sama terhadap implementasi dan perumusan kebijakan. Prof. Graeme Hugo dalam Yuwono (2002) menyatakan bahwa terlalu banyak bukti yang menunjukkan bahwa kebijakan publik di Indonesia sebagian besar perhatian ditujukan pada bagaimana kebijakan publik dibuat, bukan pada bagaimana implementasi kebijakan dikelola dandiawasi dengan baik. Contoh dari hal ini adalah : pemberantasan korupsi, JPS, maupun bantuan masyarakat miskin.
Berikut ini adalah model dasar yang menghubungkan antara satu teori dan lainnya dalam penelitian ini:
39
Gambar 1.3 Model Hubungan Antar Variabel
-
Variabel Bebas (X)
Variabel Terikat (Y)
Kepribadian Jokowi :
Citra Kepemimpinan -
Tidak sombong Bertanggung jawab Mandiri Dapat mengontrol emosi Peduli
Jujur Bersih dari korupsi Berwibawa Tegas
Variabel Kontrol (Z)
-
Kebijakan dalam 100 hari Kepemimpinan : Kabinet Kerja Jokowi
-
Kasus Kapolri vs KPK
2. Definisi Operasional Dengan telah ditetapkan definisi konsepsional, maka perlu untuk meneruskan kepada bentuk operasionalnya, sebagai seperangkat petunjuk yang lengkap mengenai apa yang akan diamati dan bagaimana mengukur suatu (konsep), sehingga dapat menggolongkan gejala lingkungannya kedalam berbagai kategori variabel. Definisi operasional adalah meletakan arti pada suatu konstruk atau variabel dengan cara menetapkan kegiatan-kegiatan atau tindakan-
40
tindakan yang perlu untuk mengukur konstruk atau variabel itu (Kerlinger, 2000:51). Untuk membantu pemahaman dalam penelitian ini maka dibuat tabel sebagai berikut:
Tabel 1.4 Variabel
Variabel Bebas (X)
Variabel Terikat
X → Kepribadian Jokowi
Y → Citra Kepemimpinan
(Y) Z → Kebijakan
Variabel
1. Kinerja kabinet kerja
Kontrol
2. Kasus Kapolri vs
(Z)
KPK
Indikator
-
Tidak sombong / angkuh
-
Bertanggung jawab
-
Mandiri
-
Dapat mengontrol emosi
-
Peduli
-
Jujur, bisa dipercaya dan amanah
-
Bersih dari korupsi
-
Berwibawa
-
Tegas
-
Pemilihan menteri-menteri yang berkompeten
-
Keputusan pemberhentian Budi Gunawan
H. Hipotesis 1. Terdapat hubungan yang siginifikan antara Kepribadian Jokowi dengan Citra Kepemimpinan Jokowi dalam 100 hari kepemimpinannya sebagai presiden di kalangan masyarakat kelas menengah ke bawah di Kelurahan Sangkrah Surakarta. 2. Hubungan antara Kepribadian Jokowi dengan Citra Kepemimpinan Jokowi dalam 100 hari kepemimpinannya di kalangan masyarakat kelas
41
menengah ke bawah di Kelurahan Sangkrah Surakarta dipengaruhi oleh Kebijakannya sebagai variabel kontrol.
I. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode survei. Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme
(memandang
realitas/gejala/fenomena
itu
dapat
diklasifikasikan, konkrit, teramati, terukur, dan hubungan gejala bersifat sebab akibat), digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2008:13) Metode survei digunakan dalam penelitian ini untuk menjelaskan hubungan kausal antara beberapa variabel dengan pengujian hipotesis. Secara umum, penelitian ini dibatasi pada penelitian yang datanya dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi. Data
dikumpulkan
dengan
menggunakan
kuesioner
sebagai
alat
pengumpulan data yang pokok.
2. Populasi dan Sampel a. Populasi Populasi merupakan keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang ingin diteliti (Sugiarto, dkk., 2003). Populasi penting artinya dalam menentukan cara pengambilan sampel dan besarnya sampel (Budiarto, 2003). Populasi pada penelitian ini adalah warga Kelurahan Sangkrah Surakarta RW 10. Artinya populasi dari penelitian ini adalah mereka yang terdaftar sebagai pemilih dalam pemilihan Presiden 2014. Jumlah populasi berjumlah 567 warga.
42
b. Sampel Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili populasinya (Sugiarto, dkk, 2003). Sampel dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria sebagai berikut : 1) Laki-laki dan perempuan yang bertempat tinggal di Kelurahan Sangkrah 2) Berusia 17 tahun ke atas 3) Bersedia dijadikan sampel dalam penelitian ini Berdasarkan data yang diperoleh maka peneliti menggunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dengan tingkat kepercayaan 90% (Bungin, 2005: 105), yakni sebagai berikut: n=
( )
Keterangan : N = Jumlah Populasi n
= Sampel
d² = presisi (digunakan 10% atau 0.1) Berdasarkan rumus tersebut maka dapat diperhitungkan jumlah sampel yang dijadikan responden sebagai berikut: n=
( )
n=
(
)
n= n=
( )
n = 85.007 n = 85 Jadi, sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 85 orang.
43
3. Teknik Penarikan Sampel Karena berbagai alasan, tidak semua hal yang ingin dijelaskan atau diramalkan atau dikendalikan dapat diteliti. Penelitian ilmiah boleh dikatakan hampir selalu hanya dilakukan terhadap sebagian saja dari halhal yang sebenarnya mau diteliti. Jadi penelitian hanya dilakukan terhadap sampel, tidak terhadap populasi. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah accindental sampling, yaitu mengambil sampel siapa saja yang ada atau kebetulan ditemui. Jadi setiap warga yang ditemui oleh peneliti di Kelurahan Sangkrah akan menjadi sampel penelitian ini sebanyak 85 orang.
4. Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan Penelitian Lapangan (Field Research), yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara melakukan survey di lokasi penelitian. Metode survey yaitu suatu metode pengumpulan data primer dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada responden individu (Jogiyanto, 2004: 115). Metode penelitian survei merupakan penelitian yang menitikberatkan atau bertujuan untuk menemukan pendapat atau opini atau sikap atau orientasi yang terdapat di dalam masyarakat dengan cara meminta informasi dari individu. Metode survey yang akan digunakan adalah teknik kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data-data dengan cara member seperangkat pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Data diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada 85 responden, yang berisi pertanyaan-pertanyaan seputar Presiden Jokowi. Peneliti melakukan penyebaran seluruh kuesioner selama 3 hari, yaitu pada tanggal 22 april sampai 24 april 2015. Waktu penyebaran dipilih sore hari karena lebih banyak responden yang telah pulang ke rumahnya setelah bekerja. Diharapkan dengan angket ini peneliti dapat menggali banyak
44
informasi dari subjek yang berkaitan secara langsung dengan masalah penelitian yang menjadi fokus utama dalam penelitian ini. Kuesioner/angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup, dimana pertanyaan atau pernyataan telah memiliki alternatif jawaban (option) yang tinggal dipilih responden. Responden tidak bisa memberikan jawaban atau respon lain kecuali yang telah tersedia sebagai alternatif jawaban. Skala yang digunakan dalam angket ini menggunakan skala likert. Suharsimi Arikunto dalam Ramanda (2010 : 63) menyebutkan beberapa keuntungan teknik pengumpulan data dengan menggunakan angket, antara lain: a. Tidak memerlukan hadirnya peneliti b. Dapat dibagikan secara serentak kepada responden c. Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing dan menurut waktu senggang responden d. Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas, jujur, dan tidak malumalu menjawab e. Dapat dibuat standar sehingga bagi semua responden dapat diberi pertanyaan yang benar-benar sama f. Waktu yang diperlukan relatif singkat dalam menghimpun data g. Pengumpulan data akan lebih efisien ditinjau dari segi biaya, tenaga, dan memudahkan dalam pengelolaannya. Skala yang digunakan dalam angket ini adalah skala likert. Sugiyono (2008: 134) menyatakan “Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.” Fenomena sosial disini telah ditetapkan sebagai variabel penelitian. Lebih lanjut Sugiyono (2008: 134) menjelaskan “Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan.”
45
Pernyataan yang dijawab oleh responden mendapat nilai sesuai dengan alternatif jawaban yang bersangkutan. Kriteria penilaian dari pernyataan tersebut memiliki 5 alternatif jawaban, yaitu untuk pernyataan positif mempunyai nilai SS=5, S=4, BS=3, TS=2, dan STS=1 sedangkan untuk pernyataan negatif mempunyai sifat SS=1, S=2, BS=3, TS=4, dan STS=5. Tabel 1.5 rentang skala pada model Likert : Pernyataan Sangat Setuju
Biasa
Tidak
Sangat
sikap
Saja
Setuju
Tidak
(BS)
(TS)
Setuju (STS)
Setuju
(S)
(SS) Positif
5
4
3
2
1
Negatif
1
2
3
4
5
sumber: Syaodih (2007: 240)
5. Validitas dan Reliabilitas Data a. Uji validitas Uji validitas dalam penelitian ini digunakan untuk menguji kevalidan kuesioner. Validitas menunjukkan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi alat ukurnya. Uji validitas digunakan untuk mengetahui valid atau tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan suatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2006). Setiap uji dalam statistik tentu mempunyai dasar dalam pengambilan keputusan sebagai acuan untuk membuat kesimpulan, begitu pula Uji Validitas Product Momen Pearson Correlation dalam uji validitas, dasar pengambilan keputusannya adalah: 1) Jika nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel, maka angket tersebut dinyatakan valid
46
2) Jika nilai r hitung lebih kecil dari nilai r tabel, maka angket tersebut dinyatakan tidak valid. Proses perhitungan dalam uji validitas dalam penelitian ini menggunakan program SPSS 20 for Windows. b. Uji reliabilitas Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk (Gozali, 2006). Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Adapun cara yang digunakan untuk menguji reliabilitas kuesioner dalam penelitian ini adalah mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha. Untuk mengetahui kuesioner tersebut sudah reliabel akan dilakukan pengujian reliabilitas kuesioner dengan bantuan komputer program SPSS 20 for Windows. Dasar pengambilan keputusan dalam Uji Reliabilitas adalah jika nilai Alpha lebih besar dari r tabel maka item-item angket yang digunakan dinyatakan reliabel atau konsisten, sebaliknya jika nilai alpha lebih kecil dari r tabel maka item-item angket yang digunakan dinyatakan tidak reliabel atau tidak konsisten.
6. Teknik analisis data Berdasarkan bentuk rumusan hipotesisnya, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini tergolong hipotesis asosiatif. Menurut Sugiyono (2008 : 224), hipotesis asosiatif merupakaan dugaan tentang adanya hubungan antar variabel dalam sampel yang diambil dari populasi tersebut. Jadi menguji hipotesis asosiatif adalah menguji koefisiensi korelasi yang ada pada sampel untuk diberlakukan pada seluruh populasi dimana sampel diambil. Pemilihan teknik statistik korelasi tergantung pada jenis data yang akan dianalisis. Pedomannya dapat dilihat pada tabel berikut:
47
Tabel 1.6 Macam/Tingkatan Data
Teknik Korelasi yang Digunakan
Nominal
1. Koefisien Kontingency
Ordinal
1. Spearman Rank 2. Kendal Tau
Interval dan Ratio
1. Pearson Product Moment 2. Korelasi Ganda 3. Korelasi Parsial
Sumber : Sugiyono (2008: 227)
Dengan demikian terdapat dua tahap analisis data yang dilakukan dengan penelitian ini. Tahap pertama yakni perhitungan dengan rumus korelasi Pearson’s Product Moment untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Berikut ini rumus korelasi Pearson’s Product Moment :
rxy =
( √*
(
) +*
)(
) (
) +
Keterangan : rxy
= Koefisien korelasi
n
= jumlah sampel
x
= skor variabel x
y
= skor variabel y
48
Bentuk hubungan positif atau negatif menyatakan arah hubungan, sedangkan kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi. Interpretasi terhadap besar kecilnya koefisien korelasi dapat berpedoman pada ketentuan dari Sugiyono16: 0,00 – 0,199
= Sangat Rendah
0,20 – 0,399
= Rendah
0,40 – 0,599
= Sedang
0,60 – 0,799
= Kuat
0,80 – 1,000
= Sangat Kuat
Untuk mengetahui apakah koefisien korelasi yang diperoleh signifikan (dapat digeneralisasikan pada populasi) atau tidak, maka perlu dibandingkan dengan nilai rtabel dengan taraf kesalahan tertentu. Bila ternyata lebih besar dari rtabel, berarti data dari sampel dapat digeneralisasikan pada populasi dimana sampel diambil. Kemudian tahap kedua adalah untuk mengetahui pengaruh variabel kontrol terhadap hubungan antara variabel independen dan variabel dependen dengan rumus korelasi parsial Pearson’s Product Moment. Korelasi parsial antara dua variabel didefinisikan sebagai korelasi antara dua variabel yang dikontrol oleh dua variabel lain atau lebih. Berikut ini rumus korelasi parsial Pearson’s Product Moment : ryx1.x2=
√
√
Keterangan : ry1.2 = korelasi antara Y dengan X1 yang dikontrol oleh X2 ryX1 = korelasi antara y dengan X1 Seberapa besar kontribusi variabel kontrol dapat dilihat dari koefisien korelasi parsial yang diperoleh. Jika selisih antara nilai koefisien korelasi tanpa variabel kontrol (rx.y) dan dengan adanya variabel kontrol 16
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Dan R&D. (Bandung: CV. Alfabeta, 2008), hal. 231
49
(rxy.z) cukup besar, dapat disimpulkan bahwa variabel kontrol memiliki kontribusi yang siginifikan dalam hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, dan demikian pula sebaliknya. Analisis pada data penelitian ini dilakukan dengan program komputer SPSS 20 for Windows.