PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL SEBAGAI EKSISTENSI DIRI (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Media Sosial Untuk Eksistensi Diri pada Mahasiswa FISIP UNS Tahun Ajaran 2015/2016)
SKRIPSI
Disusun Oleh : Alboin Leonard PS D1213004
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016 0
PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL SEBAGAI EKSISTENSI DIRI (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Media Sosial Untuk Eksistensi Diri pada Mahasiswa FISIP UNS Tahun Ajaran 2015/2016)
Alboin Leonard PS Mahfud Anshori
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract Social media is now becoming one needs someone to meet the needs, ranging from communication, information and entertainment. Everyone uses social media in accordance with the goals and wishes of each user. One of the goals of a person in using social media is to show its presence to others. Existence is one way someone in showing its existence to others. The aim of this study was to determine the motive of the use of social media as a means of existence itself on student on FISIP 2015 UNS. This research was carried out for 4 months ie in September to December 2015. The research is a qualitative descriptive that aims to describe the use of social media as a means of self-existence. The object of this study was student FISIP UNS 2015 majors. The theory used in this research is the theory of uses and gratification. terori explains that everyone has a particular reason to use social media. The method of selecting the informants in this study was conducted using in-depth interviews with informants who have been in the study. Data analysis techniques to illustrate the results of interviews have been conducted. Aspects to be considered in the data analysis is social media usage patterns of each informant. The results showed that of all the informants were used in this study reveal that they often upload photos of selfie and also check-in via the Path. This is one form of existence in using social media. In addition informant also said frequently upload photos every time they take a holiday or to visit famous places. Some informants also revealed that the existence of the elements contained in every user posting social media is different. Keywords: Social Media, Existence, Uses and Gratification
1
Pendahuluan Perkembangan media sosial yang semakin hari semakin pesat terjadi, telah membawa manusia pada titik dimana tidak bisa lepas dari penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari. Teknologi pun saat ini telah memberikan kemudahan bagi setiap manusia untuk tetap selalu terhubung kepada setiap orang diberbagai belahan dunia. Kemudahan dalam berkomunikasi saat ini semakin terasa kental di kalangan remaja. Facebook, Twitter, BBM, dan lain sebagainya seperti sudah menjadi trend tersendiri dikalangan para remaja. Berbagai macam media sosial tersebut seolah tidak lagi bisa dipisahkan dari diri remaja itu sendiri. Menurut Baran dalam Tamburaka (2013: 14) bahwa teori masyarakat massa pertama kali muncul pada abad ke-19 ketika berbagai elit sosial tradisional berjuang memahami makna dari konsekuensi yang bersifat merusak dari modernisasi. Sebagian (yaitu para aristokrat tanah, penjaga toko di kota-kota kecil, guru sekolah pemuka agama, politisi kelas dua) kehilangan kekuasaan mereka atau sangat lelah dalam usaha mereka menghadapi masalah sosial. Bagi mereka media massa yaitu yellow journalism adalah simbol dari semua kesalahan yang terjadi dalam masyarakat modern. Dalam penggunaan media sosial, tentu seseorang memiliki berbagai motivasi. Untuk sekedar berkomunikasi dengan orang lain, untuk mencari tahu perkembangan sesuatu, untuk berbagi informasi maupun salah satu yang menjadi trend saat ini adalah penggunaan media sebagai bentuk eksistensi diri. Bagi orangorang yang hanya ingin menggunakan media sosial sebagai sarana menjaga silaturhami biasanya akan memilih media sosial yang bersifat privat saja semisal Line, Blackberry Messenger, WhatsUp, Path atau yang lainnya. Kalaupun dia masuk ke media yang terbuka seperti facebook dan twitter maka mereka hanya akan menjadi penonton dan pembaca yang baik dan melihat perkembangan terbaru yang ada di media sosial. Sedangkan orang-orang yang ingin eksistensinya diakui masyarakat luas melalui media sosial biasanya akan banyak menggunakan media sosial yang sifatnya lebih terbuka seperti facebook atau twitter. Karena disinilah tempat kita bisa bersinteraksi secara bebas dan terbuka. Sehingga banyaknya update status
2
serta tweet yang kita miliki adalah salah satu bentuk jika kita ingin dikenal secara luas. Kita dikenal sebagai apa dan siapa itu kita yang memutuskan. Karena apa yang kita tuliskan melalui media sosial akan menjadi gambaran diri kita bagaimana kita memposisikan diri dimata masyarakat luas. Maka, saat ini banyak himbauan dan peringatan bagi para pengguna media sosial untuk berhati-hati dalam membuat status maupun tweet melalui media sosial. Karena setiap orang dapat melihat apa yang kita tulis tersebut. Banyak orang yang saat ini memanfaatkan media sosial sebagai ajang untuk menunjukkan keberadaan dirinya kepada dunia luar. Setiap orang berlomba-lomba untuk menampilkan dan membuat branding tentang dirinya kepada dunia luar. Melalui berbagai foto, video, pernyataan yang ada di media sosial, seseorang ingin mengungkapkan kepada orang lain bahwa inilah dirinya. Tidak jarang pula bahkan seseorang bisa bertindak berlebihan untuk sekedar menunjukan eksistensi dirinya kepada orang lain. Seperti yang disebutkan dalam konsep Dramaturgi karya Erving Goffman, yang dikutip oleh Mulyana (2006: 112) bahwa Individu akan berlomba-lomba menampilkan dirinya sebaik mungkin. Goffman mengasumsikan bahwa ketika orang-orang berinteraksi, mereka ingin menyajikan suatu gambaran diri yang akan diterima orang lain. Upaya ini disebut sebagai pengelolaan kesan (impression management), yaitu teknik yang digunakan aktor untuk memupuk kesan-kesan tertentu dalam situasi tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam konsep dramaturgi, kehidupan sosial manusia dimaknai sama seperti pertunjukkan drama dimana terdapat aktor yang memainkan perannya. Melihat teori dramaturgi diatas maka kita dapat menyimpulkan bahwa setiap orang memiliki hasrat untuk menjadi titik perhatian pusat bagi orang lain. Setiap orang memiliki keinginan untuk menunjukkan yang terbaik dari yang mereka miliki untuk sekedar mendapakan pengakuan dari orang lain. Kemampuan media sosial menyediakan fasilitas untuk menjawab kebutuhan manusia akan aktualisasi diri menjadikan jejaring sosial ini tidak hanya sebagai media berbagi informasi, tetapi juga sebagai media yang tepat untuk menunjukkan eksistensi
3
penggunanya. Karena media sosial membantu seseorang untuk mampu terhubung dengan lingkungan dunia maya yang lebih luas dibanding lingkungan asli. Berkaitan dengan permasalahan yang dijabarkan sebelumnya tentang media sosial dan juga penggunaannya bagi masyarakat. Terutama penggunaan media sosial dalam membentuk eksistensi diri bagi seseorang. Maka disini penulis ingin melakukan penelitian yang mengangkat permasalahan tentang penggunaan media sosial sebagai eksistensi diri. Dalam penelitian ini peneliti memilih subjek penelitian yakni mahasiswa FISIP UNS angkatan 2015/2016.
Rumusan Masalah Peneliti telah merumuskan masalah yang akan dijawab melalui penelitian ini, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, “Bagaimanakah penggunaan media sosial oleh mahasiswa FISIP UNS angkatan 2015/2016 dalam hal eksistensi diri?”
Landasan Teori a. Komunikasi Komunikasi merupakan suatu proses sosial yang sangat mendasar dan vital dalam kehidupan manusia. Dikatakan mendasar karena setiap masyarakat manusia, baik yang primitif maupun yang modern, berkeinginan mempertahankan suatu persetujuan mengenai berbagai aturan sosial melalui komunikasi. Dikatakan vital karena setiap individu memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan individu – individu lainnya sehingga meningkatkan kesempatan individu itu untuk tetap hidup (Rakhmat, 2005:1). Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasl dari bahasa
Latin
communis
yang berarti
“sama”,
communico,
communicatio, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling sering sebagai asal usul komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin
4
lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama (Mulyana, 2006 : 4). Begitu banyak pengertian komunikasi yang coba ditawarkan oleh beberapa ahli. beberapa diantaranya adalah Para ahli di Amerika Serikat yang menaruh minat kepada perkembangan komunikasi, adalah Carl I. Hovlan, yang pertama kali dalam karyanya Sosial Communication mengetengahkan definisi mengenai ilmu komunikasi. Menurut Carl I. Hovland, “science of communication” adalah :“a systematic attempt to formulate in rigorous fashion the principles by which informationis transmitted and opinion and attitude are formed” (upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegar asas-asas penyampaian Informasi serta pembentukan opini dan sikap) (Effendi, 2003: 2).
Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society dalam Effendy (2005: 10), mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What in Which Channel To Whom With What Effect? Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni: a. Komunikator ( communicator, source, sender ) b. Pesan ( message ) c. Media ( channel, media ) d. Komunikan ( communicant, communicatee, receiver, recipient ) e. Efek (effect, impact, influence) Jadi berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. b. Komunikasi Massa Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dirumuskan oleh Bitner sebagai berikut “mass communication is message communicated
5
through mass medium to a large number of people. Dapat diartikan disini bahwa komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. (Rakhmat, 2005: 188) Definisi komunikasi massa yang dikemukakan oleh Bittner yakni “komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah orang besar”. Sedangkan defenisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli komunikasi yakni Gerbner “kommunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontiniu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (Ardianto, 2004:4). Sementara itu, menurut Jay Black dan Frederick C dalam (Nurudin, 2008 : 12) disebutkan bahwa komunikasi massa adalah sebuah proses dimana pesan-pesan yang diproduksi secara massal/tidak sedikit itu disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas, anonim, dan heterogen.
Dalam komunikasi massa, menurut Winarni (2003: 4-5) dapat dipusatkan pada komponen-komponen komunikasi massa, yaitu variabel yang dikandung dalam setiap tindak komunikasi dan bagaimana variabel ini bekerja pada media massa, kelima komponen yang terkandung didalam komunikasi massa adalah: 1. Sumber. Komunikasi massa adalah suatu organisasi kompleks yang mengeluarkan biaya besar untuk menyusun dan mengirimkan pesan. 2. Khalayak. Komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, yaitu khalayak yang jumlahnya besar yang bersifat heterogen dan anonim. 3. Pesan. Pesan dalam komunikasi massa bersifat umum, maksudnya adalah setiap orang bisa mengetahui pesan-pesan komunikasi dari media massa. 4. Proses. Ada dua proses dalam komunikasi massa yaitu: Komunikasi massa merupakan proses satu arah. Komunikasi ini berjalan dari sumber ke penrima dan tidak secara langsung dikembalikan kecuali dalam bentuk umpan balik tertunda.
6
Komunikasi massa merupakan proses dua arah (Proses seleksi). Baik media ataupun khalayak melakukan seleksi. Media menyeleksi khalayak sasaran atau penerima menyeleksi dari semua media yang ada, pesan manakah yang mereka ikuti. 5. Konteks komunikasi massa berlangsung dalam suatu konteks sosial. Media mempengaruhi konteks sosial masyarakat, dan konteks sosial masyarakat mempengaruhi media massa. Komunikasi massa, seperti bentuk komunikasi lainnya, memiliki ciri-ciri tersendiri. Menurut Nurudin dalam bukunya yang berjudul Pengantar Komunikasi Massa (2008 : 19), menjelaskan ciri komunikasi massa sebagai berikut: 1. Komunikator dalam Komunikasi Massa Melembaga Komunikator dalam komunikasi massa bukan satu orang, tetapi kumpulan orang. Artinya, gabungan antarberbagai macam unsur dan bekerja sama satu sama lain dalam sebuah lembaga. 2. Komunikasi dalam Komunikasi Massa Bersifat Heterogen Komunikan dalam komunikasi massa sifatnya heterogen/beragam. Artinya, komunikan terdiri dari beragam pendidikan, umur, jenis kelamin, status sosial ekonomi, jabatan yang beragam, dan memiliki agama atau kepercayaan ynag berbeda pula. 3. Pesannya Bersifat Umum. Pesan-pesan dalam komunikasi massa tidak ditujukan kepada satu orang atau kelompok masyarakat tertentu. Dengan kata lain, pesanpesannya ditujukan kepada khalayak yang plural. 4. Komunikasinya Berlangsung Satu Arah Pada media massa, komunikasi hanya berjalan satu arah. Kita tidak bias langsung memberikan respon kepada komunikator. 5. Komunikasi Massa Menimbulkan Keserempakan Salah satu ciri komunikasi massa selanjutnya adalah adanya keserempakan dalam proses penyebaran pesannya. Serempak berarti khalayak bisa menikmati media massa tersebut hampir bersamaan.
7
6. Komunikasi Massa Mengandalkan Peralatan Teknis Media massa sebagai alat utama dalam menyampaikan pesan kepada khalayaknya sangat membutuhkan bantuan peralatan teknis. Peralatan teknis yang dimaksud misalnya pemancar untuk media elektronik (mekanik atau elektronik).
c. Media Sosial Internet yang selain memungkinkan untuk transformasi elektronik, yang disebut dengan new media, juga dapat menghubungkan manusia diseluruh dunia, yaitu dalam proses interaksi. Itu sebabnya, proses interaksi melalui teknologi dengan media internet disebut dengan intetactive media. Hal tersebut juga menjadikan perkembangan bagi proses komunikasi yang memungkinkan proses tersebut tidak selalu melalui tatap muka. Kegunaan utama internet seperti halnya ARPANET, yaitu mengirim pesan email dalam bahasa „sesungguhnya‟ antara seseorang dengan lainnya (Burke, 2000: 380). Internet
(interconnection
networking)
merupakan
jaringan
komputer yang dapat menghubungkan suatu komputer atau jaringan komputer dengan jaringan komputer lain, sehingga dapat berkomunikasi atau berbagi data tanpa melihat jenis komputer itu sendiri. Seperti yang diketahui internet merupakan bentuk konvergensi dari beberapa teknologi penting terdahulu, seperti komputer, televisi, radio, dan telepon (Bungin, 2006 : 135). Media sosial merupakan salah satu bentuk perkembangan dari adanya internet. Melalui media sosial, seseorang dapat saling terhubung dengan setiap orang yang tergabung dalam media sosial yang sama untuk berbagi informasi dan berkomunikasi. Media sosial memiliki sifat yang lebih interaktif apabila dibandingkan dengan bentuk media tradisional seperti radio maupun televisi. Melalui media sosial, kita dapat secara langsung berinteraksi dengan orang lain, baik melalui komentar dalam
8
media sosial maupun dengan sekedar memberikan tanda like pada setiap postingan seseorang. Menurut Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan media sosial sebagai sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang dibangun di atas dasar ideology dan teknologi web 2.0 dan memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content. Web 2.0 menjadi platform dasar media sosial. Media sosial ada dalam berbagai bentuk yang berbeda, termasuk sosial network, forum internet, weblogs, sosial blogs, micro blogging, wikis, podcasts, gambar, video, ratting, dan bookmark sosial (Lesmana, 2012:10) Sebuah studi University of Georgia menunjukkan bahwa situs jaringan sosial online seperti Facebook mungkin menjadi alat yang berguna untuk mendeteksi apakah seseorang adalah seorang narsisis. "Penemuan bahwa orang yang narsis menggunakan Facebook dalam mempromosikan diri dengan cara yang dapat diidentifikasi oleh orang lain," kata penulis utama Laura Buffardi, mahasiswa program doktor dalam bidang psikologi yang turut menulis penelitian dengan associate professor
W.
Keith
Campbell.
(esciencenews.com/
articles/2008
/09/22/study.facebook.profiles.can.be).
d. Eksistensi Diri Kata eksistensi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai hal berada; keberadaan. Jika diaplikasikan dalam eksistensi diri yang digunakan dalam diri remaja untuk menggunakan media sosial sebagai cara untuk menunjukkan eksistensi diri. Eksistensi diri diartikan sebagai usaha individu dalam mendapatkan pengakuan oleh orang lain tentang keberadaan dirinya. Dengan menggunakan media sosial, setiap individu berusaha untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain tentang eksistensi dirinya. Banyak cara yang dilakukan oleh individu untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain. Secara etimologi, eksistensialisme berasal dari kata eksistensi, eksistens berasal dari bahasa Inggris yaitu excitence; dari bahasa 9
latinexistere yang berarti muncul, ada, timbul, memilih keberadaan aktual. Dari kata ex berarti keluar dan sistere yang berarti muncul atau timbul. Beberapa pengertian secara terminologi, yaitu pertama, apa yang ada, kedua, apa yang memiliki aktualitas (ada), dan ketiga adalah segala sesuatu (apa saja) yang di dalam menekankan bahwa sesuatu itu ada. Berbeda dengan esensi yang menekankan kealpaan sesuatu (apa sebenarnya sesuatu itu seseuatu dengan kodrat inherennya) (Lorens, 2005: 183). Sementara itu dalam menggunakan media sosial, seseorang memiliki motif atau latar belakang yang menyebabkan dia menggunakan media sosial. Teori komunikasi yang membahas mengenai motif seseorang dalam menggunakan media adalah teori uses and gratification. Teori Uses and Gratifications dikenalkan tahun 1974 dalam buku The Uses on Mass Communications : Current Perspective on Gratification Research. Teori Uses and Gratifications milik Blumer dan Katz yang mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha untuk mencari sumber media yang paling baik di dalam usaha memenuhi kebutuhannya. Artinya, Teori Uses and Gratifications mengasumsikan bahwa pengguna mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya. (Nurudin, 2008: 192). Seperti yang disebutkan dalam konsep Dramaturgi karya Erving Goffman bahwa Individu akan berlomba-lomba menampilkan dirinya sebaik mungkin. Goffman mengasumsikan bahwa ketika orang-orang berinteraksi, mereka ingin menyajikan suatu gambaran diri yang akan diterima orang lain. Upaya ini disebut sebagai pengelolaan kesan (impression management), yaitu teknik yang digunakan aktor untuk memupuk kesan-kesan tertentu dalam situasi tertentu untuk mencapai tujuan tertentu (Mulyana, 2006:112). Dalam konsep dramaturgi,
10
kehidupan sosial manusia dimaknai sama seperti pertunjukkan drama dimana terdapat aktor yang memainkan perannya.
Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan kualitatif. . Sedangkan metode penelitian kualitatif menurut Lexy J. Moleong dalam (Sudarto, 1995: 63-64) berdasarkan pada pondasi penelitian, paradigma penelitian, perumusan masalah, tahap-tahap penelitian, teknik penelitian, kriteria dan teknik pemeriksaan data dan analisis dan penafsiran data. Sedangkan pengertian deskriptif-kualitatif adalah peneltian yang mempelajari masalah-masalah yang ada serta tata cara kerja yang berlaku. Penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku. Di dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, analisis dan menginterpretasikan kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada. Dengan kata lain penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi mengenai keadaan yang ada. (Mardalis, 1999: 26). Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode wawancara untuk menjalankan penelitian. Wawancara dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan metode wawancara mendalam (in depth interview) yakni proses memperoleh keterangan atau informasi untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka langsung dengan informan atau informan. Dalam penelitian ini digunakan daftar pertanyaan yang dijadikan pedoman peneliti. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah penggunaan media sosial sebagai sarana eksistensi diri. Sedangkan yang menjadi subjek peneltian ini adalah mahasiswa FISIP UNS angkatan 2015. Dalam memilih informan digunakan teknik snowball sampling, yakni memilih informan awal yang kemudian menunjuk informan selanjutnya. Dalam penelitian ini digunakan 20 informan yang berasal dari berbagai jurusan yang ada di FISIP UNS.
11
Sajian dan Analisis Data Salah satu informan dalam penelitian ini yang rata-rata menggunakan media sosial selama 2 jam dalam satu hari mengatakan bahwa dia menggunakan media sosial sekedar untuk berhubungan dengan teman kuliah atau mencari tahu tentang informasi perkuliahan. Yakni pernyataan dari Gunawan Budi Kusuma, mahasiswa prodi Perpustakaan FISIP UNS, “Kalau untuk saat ini saya lebih sering menggunakan media sosial sebagai sarana untuk mencari tahu masalah perkuliahan, mas. Karena kan saya juga menyadari bahwa saat ini saya adalah mahasiswa baru yang belum sepenuhnya memahami tentang sistem perkuliahan disini”. Sedangkan dalam konteks penggunaan media sosial sebagai sarana untuk eksistensi, dia mengatakan “Eksistensi, saya sebenarnya belum begitu paham tentang itu, mas. Kalau maksudnya eksistensi adalah untuk sekedar pamer foto atau kalau istilahnya dalam Path, untuk check in ditempat tempat terkenal, saya terkadang risih juga mas” Pada informan kedua adalah mahasiswi FISIP UNS jurusan Periklanan, yakni Siti. Dari wawancara yang dilakukan dengan informan kedua ini, peneliti mengetahui bahwa tujuan yang ingin didapatkan dalam menggunakan media sosial adalah untuk sarana berbagi foto maupun video. “Saya sering menggunakan path untuk sarana berbagi foto maupun video mas. Karena menurut saya, media sosial memang seharusnya digunakan untuk sarana berbagi. Ya menurut saya sah saja mas banyak posting foto di media sosial”. Jika dilihat dari penggunaan media sosial yang setiap hari rata-rata dia menggunakan media sosial selama 4 jam. Tentu hal tersebut memberikan gambaran tentang penggunaan media sosial yang bisa dikatakan di atas rata-rata. Informan juga mengatakan bahwa jika dihubungkan dengan permasalahan eksistensi, informan menjawab bahwa hal tersebut menjadi hak setiap pengguna media sosial dalam berekspresi melalui media sosial. “Kan ga ada aturan yang ngatur masalah eksistensi. Jadi ya itu menurut saya jadi hak setiap orang mas. Kalau masalah orang suka atau tidak dengan apa yang kita lakuin, itu kembali ke pribadi masing-masing”. Dari pernyataan informan ini memberikan penjelasan serta pernyataan tentang pandangannya terhadap permasalahan eksistensi. Dimana menurutnya eksistensi menjadi hak setiap orang yang menggunakan media sosial. Eksistensi yang menjadi tujuan dalam menggunakan media sosial memang menjadi semacam
12
dua sisi yang berbeda. Dimana pada sisi pertama eksistensi memang menjadi suatu bentuk sifat ingin mengekspresikan sesuatu. Sedangkan pada sisi lain mungkin menjadi hal yang tidak sepenuhnya memiliki tujuan yang jelas. Sementara itu pandangan lainnya disampaikan oleh Fetti Conita Sari, mahasiswa perpustakaan FISIP UNS angkatan 2015 yang menggunakan media sosial seperti instagram, twitter dan juga path. “Kan setiap jenis media sosial sebenarnya memiliki karakteristik sendirisendiri. Misalnya kalau twitter itu efektif untuk mencari informasi, kemudian kalau instagram kan bisa untuk sarana melihat berbagai foto dan video. Nah kalau path kan karakteristiknya memang lebih untuk media mengekspresikan diri mas. Misalnya lewat path kita bisa berbagi video, foto maupun untuk check-in ke suatu tempat”. Dari informan ini dapat kita tarik pendapat bahwa setiap media sosial memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Sehingga dalam menggunakannya pun disesuaikan dengan tujuan awal dari pengguna media tersebut. M. Ibnu Nawafil, salah satu mahasiswa jurusan Hubungan Internasional FISIP UNS angkatan 2015 yang rata-rata menggunakan media sosial selama 2 jam dalam sehari memberikan penilaian dari sudut pandang yang positif terkait dengan media sosial sebagai media eksistensi. “Saya tidak pernah mempersoalkan eksistensi melalui media sosial. Karena dilain sisi hal tersebut menjadi menguntungkan bagi pengguna media sosial. Karena hal tersebut menjadi alat untuk menunjukkan potensi diri mereka. Banyak entertainer yang lahir dari eksistensi mereka di media sosial. Tetapi seperti yang kita tahu suatu pasti tidak dapat selalu dibenarkan, beberapa orang menggunakannya secara negatif dengan tujuan yang tidak jelas”. Dari pandangan Ibnu tersebut dapat kita lihat dari sisi positif mengenai penggunaan media sosial sebagai sarana eksistensi. Dimana pada suatu kondisi, eksistensi menjadi salah satu jalan dalam mengeksplor berbagai potensi diri bagi pengguna media sosial. Dengan menggunakan media sosial, mereka dapat menyebarkan berbagai foto, video atau apapun yang menunjukkan berbagai kelebihan atau ketrampilan yang dimilikinya. Dengan begitu, orang lain yang melihat atau memperhatikannya dapat merasa terhibur atau bahkan dapat membuat pengguna media sosial tersebut menjadi terkenal dan menjadi entertainer dalam dunia hiburan. sebagai contoh adalah dengan mengupload video
13
ketika seseorang bernyanyi dengan merdu, dan mendapat apresiasi yang tinggi dari pengguna media sosial lainnya. Sehingga dari hal tersebut akan membuat dirinya dikenal orang lain dan akan memberikan kesempatan baginya agar dapat masuk ke dunia hiburan.
Kesimpulan Media sosial telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari mahasiswa FISIP UNS, hal ini terbukti dari seluruh informan yang dijadikan informan dalam penelitian ini menggunakan media sosial. Berkaitan dengan penggunaan media sosial sebagai sarana untuk eksistensi oleh mahasiswa FISIP UNS angkatan 2015, dapat terlihat dari berbagai fasilitas dalam media sosial. Salah satu diantaranya adalah media sosial yang sering digunakan sebagai sarana untuk ajang eksis dengan cara mengunggah foto selfie. Bentuk lain dari ajang eksis melalui media sosial yakni yang terlihat pada media sosial jenis Path. Media ini memiliki fasilitas check-in, yakni fasilitas yang memungkinkan pengguna agar dapat menandai tempat dimana dia sedang berada. Saat ini pengguna media sosial berlomba-lomba untuk dapat mengikuti atau mengunjungi tempat-tempat yang nge-hits atau sedang menjadi tempat populer untuk dikunjungi.
Saran Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan, terdapat beberapa hal yang menjadi fokus penulis. Sehingga penulis memberikan beberapa saran terkait dengan penggunaan media sosial sebagai sarana eksistensi, sebagai berikut: a. Untuk pengguna media sosial, agar lebih bijaksana dalam menggunakan media sosial. Meskipun merupakan hak setiap orang untuk menangkap pendapat kepada muka umum, namun ada baiknya agar lebih bijaksana dalam berpendapat di muka umum. b. Untuk pemerintah, agar lebih memperhatikan masalah-masalah sosial yang terjadi di dunia maya atau media sosial. Dengan membuat regulasi yang mengatur kehidupa sosial melalui dunia maya, maka akan lebih menciptakan pola sosial yang lebih baik bagi kehidupan dunia maya.
14
Daftar Pustaka Ardianto, Elvinaro. (2004). Komunikasi Massa : Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama. Bungin, Burhan. (2006). Sosiologi Komunikasi – Teori Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi Masyarakat. Jakarta : Prenada Media Group. Burke, P. & Briggs, A. (2000). Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg Sampai Internet. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Effendy, Onong, U. (2005). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. PT. Remaja Rosda. Karya, Bandung. Effendy, Onong, U. (2003). Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT Citra Aditya Bakti Persada. Lesmana, Gusti Ngurah Aditya. (2012). Analisis Pengaruh Media Sosial Twitter Terhadap Pembentukan Brand Attachment. Tesis. Jakarta. Universitas Indonesia. Lorens, Bagus. (2005). Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Mardalis. (1999). Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta : Bumi Aksara. Mulyana, Dedy. (2006). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nurudin. (2008). Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta : Raja Grafindo. Rakhmat, Jalaluddin. (2012). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda Karya. Sudarto. (1995). Metodologi Penelitian Filsafat. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Tamburaka. Apriadi. (2013). Agenda Setting. Media Massa. Bandung: Remaja Rosdakarya. Winarni. (2003). Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Malang: UMM Press.
15