SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BONTANG
2013
SAMBUTAN WALIKOTA BONTANG Terbitnya Buku “Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang 2013” ini saya sambut gembira karena buku ini memuat series data mulai tahun 2000 sampai tahun 2013. Buku Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang 2013 pada dasarnya adalah gambaran atau potret kinerja pembangunan dalam bentuk data kuantitatif yang dapat menunjang kebutuhan data dan informasi yang diperlukan dalam rangka melihat kekuatan dan kelemahan daerah dari sisi suplai, demand, keberdayaan pemerintah daerah, sistem keuangan dan keamanan. Oleh Karena itu saya minta kepada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bontang dan Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bontang, agar muatan data series 2000-2013 yang telah disajikan tersebut harus terus diperbaharui agar dapat digunakan untuk berbagai keperluan dalam menyusun dan mengevaluasi hasil-hasil pembangunan yang akan datang. Selanjutnya kepada Dinas/Instansi/Lembaga baik pemerintah maupun Swasta sebagai nara sumber data diharapkan dapat selalu memberikan informasi data yang terbaru,
akurat, dan
tepat waktu
serta dapat
dipertanggungjawabkan untuk publikasi yang akan datang. Semoga Buku Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang 2013 ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak guna menunjang pembangunan Kota Bontang lebih cepat.
Bontang, November 2013 WALIKOTA BONTANG
Ir. H. ADI DARMA, M. Si.
i
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
KATA PENGANTAR Buku Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang 2013 (SIMREDA) merupakan publikasi yang disusun berdasarkan
kerjasama
Badan
Perencanaan
Pembangunan
Daerah
(Bappeda) Kota Bontang dan Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bontang. Informasi yang dimuat dalam Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang 2013 ini yaitu jenis data untuk menunjang perencanaan pembangunan daerah seperti; SDM, SDA, prasarana dan sarana, potensi pertanian, aglomerasi kota-kota, sistem kotakota, perkembangan dan penyebaran investasi, ekspor, impor, perdagangan antar daerah, kemampuan aparatur, kemampuan keuangan, kemampuan kelembagaan, dan keamanan. Data dimasukkan kedalam formulir-formulir yang tersedia, selanjutnya akan dimasukkan kedalam pangkalan data Simreda agar dapat diakses oleh para pelaku perencanaan pembangunan di daerah. Selain itu dilengkapi dengan perangkat analisis untuk perencanaan pembangunan daerah seperti; Analisis LQ, Shifshare, ICOR, Indeks Williamson, Analisis Ketenagakerjaan, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Analisis Indikator Pembangunan Daerah (IPD), dan Analisis Sektor Pertanian. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Instansi Pemerintah maupun Swasta atas kerjasamanya dalam memberikan data dan informasi untuk menyusun buku ini. Disadari bahwa penyusunan buku ini terdapat banyak kekurangan dan untuk penyempurnaan publikasi
berikutnya, kritik dan saran sangat
diharapkan.
Bontang, November 2013 Kepala BAPPEDA Kota Bontang
ii
Ir. Zulkifli, MT. NIP. 196207311993011001
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
KATA PENGANTAR Publikasi Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang 2013 (SIMREDA) ini merupakan serial publikasi yang mengacu pada Sistem Informasi Manajmen perencanaan pembangunan Nasional (SIMRENAS). Publikasi ini dimaksudkan untuk memberikan data akurat dan lengkap dari tahun 2000-2013 yang merupakan sistem informasi yang dibutuhkan, dimanfaatkan dan dikembangkan bagi keperluan pembangunan daerah. Sistem informasi telah berkembang seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat dan terbukti sangat berperan dalam kegiatan perekonomian dan strategi penyelenggaraan pembangunan. Keberadaan sistem informasi mendukung kinerja peningkatan efisiensi, efektivitas dan produktivitas organisasi pemerintah dan dunia usaha, serta mendorong perwujudan masyarakat yang maju dan sejahtera. Dalam penyusunan Publikasi SIMREDA ini, data yang dihimpun selain bersumber dari data primer juga bersumber dari data sekunder, baik dari instansi pemerintah BUMD, maupun swasta. Meskipun telah diupayakan kelengkapan dan penyempurnaan data yang disajikan, namun masih terasa belum dapat memenuhi kebutuhan pemakai data. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan pendapat serta kritik yang kosntruktif dari berbagai pihak untuk perbaikan publikasi ini di masa yang akan datang. Kepada semua Dinas/Instansi/Lembaga Pemerintah maupun swasta di lingkungan Kota Bontang khususnya yang telah membantu penyediaan data hingga tersusunnya publikasi ini, kami sampaikan ucapan terima kasih.
Bontang, November 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Kota Bontang
Drs. Basiran Suwandi NIP. 19601005 198203 1 004
iii
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Ringkasan Eksekutif
RINGKASAN EKSEKUTIF Perekonomian Kota Bontang, sektor industri pengolahan memberikan kontribusi sektoral terbesar hanyalah hingga 95,07 persen. Selanjutnya sektor bangunan atau konstruksi 2,24 persen, serta sektor perdagangan, hotel dan restoran1,35 persen, selebihnya hanya memberi kontribusi dibawah 1 persen. Berdasarkan hasil analisis LQ Kota Bontang dibandingkan dengan Provinsi Kalimantan Timur, sektor Industri Pengolahan di Kota Bontang memiliki kemampuan atau daya saing yang jauh lebih tinggi dibanding sektor yang sama di tingkat Provinsi Kalimantan Timur jika dilihat pada rentang tahun 2006 2011. Nilai LQ sebesar 3,94 berarti bahwa proporsi penciptaan nilai tambah sektor Industri Pengolahan di Kota Bontang 3,94 kali lebih besar dari pada proporsi penciptaan nilai tambah sektor yang sama di Provinsi Kalimantan Timur. Jumlah penduduk usia kerja dari tahun ke tahun selalu meningkat, pada tahun 2011 tercatat 99.032 jiwa dan mengalami peningkatan 6,31% atau sebesar 105.286 jiwa pada tahun 2012. Dari keseluruhan tenaga kerja yang terserap, angka pengangguran pada tahun 2012 sebesar 14,49% dari angkatan kerja di Kota Bontang. Selama periode 2005-2012 pencapaian angka IPM Kota Bontang relatif terus membaik Pada tahun 2011 angka IPM Kota Bontang mencapai 77,52 dan kemudian menunjukkan kemajuan yang cukup berarti di tahun 2012 menjadi 77,85 atau mengalami reduksi shortfall sebesar 1,49 per tahunnya. Pada tahun 2011 capaian indeks pendidikan berupa angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah masing-masing sebesar 99,21 persen dan 10,38 tahun meningkat menjadi 99,22 persen dan 10,40 tahun di tahun 2011. Hal tersebut menunjukkan bahwa penurunan angka drop out yang cukup signifikan dari tahun ke tahun mampu menunjang pencapaian rata-rata sekolah yang cukup membanggakan.
iv
Secara umum di Kota Bontang masyarakat yang mengakses teknologi komunikasi cukup tinggi, hal ini setidaknya dapat dilihat dari Persentase Rumah Tangga Menurut Akses Terhadap Teknologi Komunikasi dan Infomasi Tahun 2012 dari hasil SUSENAS 2012 diperoleh angka
pengguna telepon sebesar 10,8 persen atau sebanyak 7.015 Rumah Tangga, pengguna handphon (HP) sebesar 60,3 persen atau sebanyak 39.308 Rumah Tangga, pengguna komputer sebesar 11,75 persen atau sebanyak 7.657 Rumah Tangga. Sedangkan Indikator untuk melihat fasilitas publik dapat digambarkan salah satunya melalui pelayanan publik bidang kesehatan. Dari data yang ada, terlihat jumlah rumah sakit pada tahun 2005 hanya ada 3 buah dan meningkat menjadi 5 buah di tahun 2012. Jumlah puskesmas dari hanya 5 puskesmas di tahun 2005 menjadi 8 buah ditahun 2012, yang dapat diartikan seluruh kecamatan ( jumlah kecamatan ada 3) saat ini telah memiliki puskesmas, dan puskesmas pembantu (pustu). Usia kerja baik lakilaki maupun perempuan terus mengalami peningkatan. Jika tahun 2011 jumlah usia kerja 99.032 jiwa, maka pada tahun 2012 angka tersebut telah naik sebesar 6,31 persen. Berdasarkan jenis kelamin, usia kerja laki-laki mengalami peningkatan yang lebih besar dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012. Jumlah usia kerja laki-laki naik 10,02 persen, sedangkan usia kerja perempuan hanya naik 7,87 persen. Persentase penduduk usia 10 tahun keatas yang tidak tamat SD atau tidak sekolah 16,87 persen pada tahun 2012. Tamat SD sebesar 16,70 persen, jenjang pendidikan SMU, dan perguruan tinggi sebesar 37,75 persen, dan 9,38 persen. Dari data aparatur Negara (Pegawai Negeri Sipil/PNS) yang ada di Kota Bontang pada tahun 2012 terdapat sebanyak 3.113 orang. Apabila dirinci berdasarkan golongan PNS terdapat PNS Golongan I sebanyak 87 Orang, golongan II sebanyak 1.119 golongan III sebanyak 1.433 dan golongan IV sebanyak 474 orang. Apabiladi rinci berdasarkan Eselon terdapat PNS Eselon I sebanyak 87 orang, Eselon II sebanyak 1.119 Orang, Eselon III dan Eselon IV masingmasing sebanyak 1.433 Orang dan 474 orang. Apabila dirinci berdasarkan persentase Pendidikan PNS Terdapat persentase PNS dengan pendidikan lulus Sekolah Dasar (SD)sebanyak 1,45 persen, PNS dengan pendidikan lulus Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) sebanyak 2,45 persen dan PNS pendidikan lulus Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sebanyak 25,62 persen, PNS dengan
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Ringkasan Eksekutif pendidikan lulus Diploma (Diploma) sebanyak 21,79 persen, serta untuk PNS yang lulus Perguruan Tinggi (S1, S2, dan S3) sebanyak 48,70 persen.
Kecukupan Energi ideal. Sementara, Angka Kecukupan Protein (AKP) Kota Bontang adalah 57,20 gram/kapita/hari, yaitu 114,40 persen dari Angka Kecukupan Protein ideal.
Pemberlakuan otonomi daerah juga ternyata berimbas pada pendapatan asli daerah (PAD) Kota Bontang yang bersumber dari pajak daerah, retribusi daerah, laba badan usaha milik daerah dan pendapatan asli daerah lainnya. PAD pada tahun 2000 sebesar 7,7milyar rupiah juga meningkat menjadi 9,8 milyar rupiah di tahun 2001. Kondisi ini terus berlanjut sampai dengan tahun 2009 sebesar 65,02 milyar, kemudian menurun di 2010 sebesar 60,5 milyar rupiah. Pada tahun 2012 kembali meningkat menjadi 89,67 milyar rupiah. Dari hasil Susenas 2012 di Kota Bontang pada tahun 2012 tercatat penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin, huruf lainnya, atau dapat membaca huruf latin dan lainnya berjumlah sekitar 99,22 persen dari total penduduk berumur 15 tahun ke atas yang atau berarti jumlah buta huruf masih terdapat sekitar 0,78 persen. Rasio murid - guru SD Negeri pada tahun 2012 sekitar 25 murid per guru sedangkan SD swasta sekitar 16 murid per guru. Rasio murid guru SLTP Negeri sekitar 14 murid per guru sedangkan SLTP swasta sekitar 15 murid per guru, dan SLTA sekitar 12 murid per guru. Luas lahan yang tersedia untuk pembangunan pertanian di Kota Bontang adalah 18 Ha, yaitu di Kecamatan Bontang Selatan 16 Ha dan Kecamatan Bontang Barat 2 Ha. Jenis pengairan untuk tanaman padi di Kota Bontang keseluruhan masih menggunakan sistem tadah hujan. Di antara kelompok tanaman padi dan palawija, padi memiliki persentase luas panen paling besar pada tahun ini. Komoditas padi memiliki persentase luas panen lebih dari separuh dari total luas panen padi palawija, yaitu sebesar 70,42%. Sementara urutan kedua hanya sebesar 9,86% diduduki oleh komoditas ubi jalar. Berkebalikan dengan padi, jagung memiliki luas panen paling sedikit diantara komoditas padi-palawija yaitu sebesar 4,23%.
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
v
Berdasarkan hasil penghitungan kuantitas konsumsi pangan rumah tangga Kota Bontang, Angka Kecukupan Energi (AKE) dan Angka Kecukupan Protein (AKP) Kota Bontang berada pada angka yang cukup tinggi. Angka Kecukupan Energi (AKE) di Kota Bontang adalah sebesar 1.713,30 kkal/kapita/hari, yaitu sebesar 77,88 persen dari Angka
Istilah Statistik
ISTILAH STATISTIK Istilah Anak di Bawah Lima Tahun Anak Lahir Hidup Anak Masih Hidup Anak yang baru lahir Anak yang masih hidup Anggota Rumah Tangga
Angka Beban Tanggungan Angka Buta Huruf
Deskripsi Anak di bawah lima tahun (balita) adalah anak laki-laki atau perempuan yang berumur 0-59 bulan. Anak lahir hidup adalah anak yang pada waktu dilahirkan menunjukkan tandatanda kehidupan seperti jantung berdenyut, bernafas, menangis, dan tandatanda hidup lainnya walaupun mungkin hanya beberapa saat saja. Anak masih hidup adalah semua anak yang dilahirkan hidup oleh seorang ibu yang pada saat pencacahan masih hidup, baik yang tinggal bersama-sama maupun yang tinggal di tempat lain. Anak yang pada saat dilahirkan telah menunjukkan tanda-tanda kehidupan, walaupun sesaat, seperti adanya detak jantung, bernafas, menangis dan tandatanda kehidupan lainnya. Anak yang lahir dalam keadaan hidup dan masih hidup pada saat tertentu, tanpa menghiraukan apakah mereka hidup dengan orang tuanya atau terpisah. Anggota rumah tangga adalah semua orang yang biasanya bertempat tinggal di suatu rumah tangga, baik yang berada di rumah pada waktu pencacahan maupun yang sementara tidak ada. Anggota rumah tangga yang telah bepergian 6 bulan atau lebih, dan anggota rumah tangga yang bepergian kurang dari 6 bulan tetapi dengan tujuan pindah/akan meninggalkan rumah 6 bulan atau lebih tidak dianggap sebagai anggota rumah tangga. Tamu yang telah tinggal di rumah tangga 6 bulan atau lebih dan tamu yang tinggal di rumah tangga kurang dari 6 bulan tetapi akan bertempat tinggal 6 bulan atau lebih dianggap sebagai anggota rumah tangga. Angka beban tanggungan adalah angka yang menyatakan perbandingan antara penduduk usia tidak produktif (di bawah 15 tahun dan 65 tahun ke atas) dengan usia produktif (antara 15 sampai 64 tahun) dikalikan 100. Angka Buta Huruf adalah ukuran persentase penduduk usia sepuluh (10) tahun ke atas yang tidak bisa membaca dan menulis.
Angka Harapan Hidup pada Waktu Lahir
Angka harapan hidup pada waktu lahir adalah suatu perkiraan rata-rata lamanya hidup sejak lahir yang akan dicapai oleh penduduk.
Angka Kelahiran menurut Kelompok Umur
Angka kelahiran menurut kelompok umur adalah banyaknya kelahiran per 1.000 wanita dari golongan umur tertentu.
Angka Kelahiran Total
Angka kelahiran total adalah banyaknya anak yang diperkirakan/dilahirkan oleh wanita selama masa reproduksi dengan anggapan bahwa perilaku kelahirannya mengikuti pola kelahiran tertentu. Angka Kelulusan, Angka kelulusan adalah rasio antara murid yang lulus jenjang tertentu terhadap murid kelas tertinggi pada jenjang yang sama , dinyatakan dalam presentase. Angka kematian bayi adalah persentase bayi lahir yang meninggal sebelum berusia satu tahun. Angka migrasi keluar adalah banyaknya migran keluar dari suatu provinsi per 1.000 penduduk provinsi tersebut. Angka migrasi masuk adalah banyaknya migran masuk ke suatu provinsi per 1.000 penduduk provinsi tersebut. Angka migrasi netto adalah banyaknya migran netto (masuk dikurangi keluar) per 1.000 penduduk provinsi tersebut.
Angka Kelulusan Angka Kematian Bayi Angka Migrasi Keluar Angka Migrasi Masuk Angka Migrasi Netto Angka Partisipasi Kasar
Angka Putus Sekolah
vi
Angkatan Kerja
Angka partisipasi kasar adalah angka perbandingan antara banyaknya murid dari jenjang pendidikan tertentu dengan banyaknya penduduk usia sekolah pada jenjang yang sama dinyatakan dalam persen. Misalnya, GER Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Angka putus sekolah menunjukkan tingkat putus sekolah di suatu jenjang pendidikan, misalnya angka putus sekolah SD menunjukkan persentase anak yang berhenti sekolah sebelum tamat SD yang dinyatakan dalam persen. Angkatan kerja adalah mereka yang berumur 15 tahun ke atas dan selama seminggu yang lalu mempunyai pekerjaan, baik yang bekerja maupun yang sementara tidak bekerja karena suatu sebab, seperti sedang menunggu panenan atau cuti. Di samping itu, mereka yang tidak mempunyai pekerjaan tetapi sedang mencari pekerjaan/mengharapkan dapat pekerjaan juga termasuk dalam kelompok angkatan kerja.
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Istilah Statistik Istilah Bagian Bagi Hasil Bukan Pajak Bagian Laba BUMD Balas Jasa Pegawai
Deskripsi Penerimaan bagi hasil bukan pajak terdiri dari Iuran Hasil Hutan (IHH), Iuran Hasil Pengusahaan Hutan (IHPH), Sumbangan Rehabilitasi Cengkeh (SRC), Dana Rehabilitasi Kopra (DRK), pemberian hak atas tanah pemerintah, kompensasi bahan bakar minyak (BBM), bagi hasil landrent, dan lainnya. Bagian laba Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah penerimaan yang berupa bagian laba bersih dari BUMD, yang terdiri dari laba bank pembangunan daerah dan bagian laba BUMD lainnya. Balas jasa pegawai yang dicakup di sini terdiri dari unsur-unsur: a. upah dan gaji dalam bentuk uang; b. upah dan gaji dalam bentuk barang; c. iuran untuk dana jaminan sosial; d. iuran untuk dana pensiun;
Bantuan Bantuan Sosial
Banyaknya sambungan telepon wartel Barang Antara (Producers Material) Barang Konsumsi (Consumer s Good) Barang Modal (Capital Good)
Batubara Bea Masuk
Bebas Setelah Dimuat Bekerja
Belanja Barang
e. asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, tabungan hari tua dan lain-lain yang sejenisnya. Bantuan adalah semua jenis bantuan atas dasar Instruksi Presiden(Inpres) yang diperuntukkan bagi Pemerintah Daerah Tingkat II baik dari Pemerintah Pusat maupun dari Pemerintah Daerah Tingkat I. Bantuan sosial adalah bantuan langsung dari pemerintah kepada perorangan dan rumah tangga. Termasuk di sini bantuan pemerintah kepada masyarakat akibat bencana alam, peperangan, dan pendidikan yang diterimakan langsung kepada orang yang bersangkutan. Banyaknya sambungan telepon wartel adalah banyaknya pesawat telepon dalam satuan sambungan telepon yang dapat digunakan untuk bertelepon melalui warung telekomunikasi (wartel). Barang Antara (Producer s Material) meliputi bahan baku maupun bahan penolong yang belum melalui proses pengolahan ataupun sudah melalui proses pengolahan dan biasanya habis dipakai dalam proses produksi atau umur pemakaiannya relatif pendek (kurang dari satu tahun). Barang Konsumsi (Consumer s Good) meliputi semua jenis barang tahan lama maupun tidak tahan lama yang digunakan untuk keperluan rumah tangga. Barang Modal (Capital Good) meliputi semua jenis barang tahan lama yang digunakan untuk keperluan kelancaran atau kelangsungan suatu kegiatan produksi. Barang modal biasanya dapat dipakai berulang-ulang dan umur pemakaiannya relatif lama (lebih dari satu tahun) serta harga per unit relatif tinggi. Batubara adalah batubara dengan kalori kotor senilai di atas 5.700 kcal/kg. Brown coal/lignite adalah batubara dengan kalori kotor 5.700 kcal/kg atau lebih. Bea masuk adalah pajak yang diterapkan pemerintah pada barang-barang impor sebagai suatu cara melindungi industri domestik dari kompetisi asing, yang tujuannya membantu menghemat devisa suatu negara dan untuk meningkatkan pendapatan pemerintah. Free on Board (F.O.B.) adalah cara penilaian barang yang dijual dalam perdagangan internasional di mana biaya angkutan dan biaya asuransi dari pelabuhan muat sampai gudang pembeli ditanggung pembeli. Bekerja, merupakan kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, paling sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu. Kegiatan tersebut termasuk pula kegiatan pekerja tak dibayar yang membantu dalam suatu usaha atau kegiatan ekonomi. Belanja barang adalah pengeluaran pemerintah untuk pembelian barang-barang yang tidak tahan lama, artinya habis dipakai dalam proses produksi. Pengeluaran pemerintah (baik pemerintah pusat maupun daerah) untuk belanja barang tersebut terdiri dari: a. pembelian alat-alat tulis, barang cetakan, dan alat-alat rumah tangga; b. kantor; c. sewa gudang dan kantor; d. biaya pengepakan, pengiriman, dan penyimpanan barang; e. biaya rapat; f. biaya penerimaan tamu; h. biaya pemeliharaan gedung dan kantor;
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
vii
g. biaya listrik, telepon, teleks, dan air;
Istilah Statistik Istilah
Deskripsi i. biaya pemeliharaan kendaraan dan inventaris kantor; j. biaya perjalanan dinas; k. bunga dan cicilan hutang dalam negeri, yang sebagian besar merupakan pembayaran atas tunggakan rekening telepon, listrik, air dan lain-lain, dan l. pengeluaran rutin lainnya.
Belanja Pembangunan
Belanja Rutin Belum Kawin Biaya Antara Blok Sensus
Belanja pembangunan terdiri dari bermacam-macam pengeluaran, seperti pengeluaran pembangunan untuk SD, Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), penyertaan modal pemerintah di perusahaan-perusahaan dan pengeluaran pembangunan melalui Inpres seperti Inpres pasar, Inpres jalan, dan Inpres reboisasi. Belanja rutin terdiri dari belanja pegawai, belanja barang, subsidi kepada daerah otonom, subsidi kepada perusahaan, pembayaran bunga dan cicilan hutang, serta pengeluaran rutin lainnya. Status dari mereka yang pada saat pencacahan belum terikat dalam perkawinan Biaya Antara, Biaya Antara terdiri dari barang dan jasa yang digunakan di dalam proses produksi. Pengeluaran untuk barang dan jasa sebagai suatu kewajiban untuk penyelesaiaan perkerjaan, diperlakukan sebagai biaya antara. Blok Sensus merupakan daerah kerja dari seorang petugas pencacah surveisurvei yang dilaksanakan BPS. Sesuai dengan rancangan sampel blok sensus terpilih Susenas 2005 sudah ditentukan oleh BPS pada saat penentuan sampel terpilih. Suatu blok sensus memenuhi kriteria sebagai berikut : a. Setiap wilayah desa/kelurahan dibagi habis menjadi beberapa blok sensus. b. Blok sensus harus mempunyai batas-batas yang jelas/mudah dikenali, baik batas alam maupun buatan. Batas satuan lingkungan setempat (SLS seoerti: RT, RW, dusun, lingkungan, dsb) diutamakan sebagai batas blok sensus bila batas SLS tersebut jelas (batas alam atau buatan). c. Satu blok sensus harus terletak dalam satu hamparan.
Budidaya Sapi Perah Budidaya Ternak Bukan Angkatan Kerja
Bukan Tenaga Kerja Buta Huruf
Cerai Hidup
Cerai Mati Cerutu Daerah Perkotaan
viii
Dana Alokasi Umum/DAU Desa
Budidaya sapi perah adalah kegiatan pemeliharaan sapi perah dengan tujuan utama pemerahan susu. Budidaya ternak adalah kegiatan pemeliharaan ternak dengan tujuan utama pembesaran /penggemukan ternak. Bukan angkatan kerja adalah mereka yang berumur 10 tahun ke atas dan selama seminggu yang lalu hanya bersekolah, mengurus rumah tangga atau lainnya, serta tidak melakukan suatu kegiatan yang dapat dimasukkan dalam kategori bekerja, sementara tidak bekerja, atau mencari pekerjaan. Penduduk berusia 15 tahun ke atas tetapi tidak termasuk dalam tenaga kerja, adalah mereka yang bersekolah, ibu rumah tangga, dan lainnya. Buta huruf adalah tidak dapat membaca dan menulis. Dapat membaca dan menulis adalah dapat membaca dan menulis surat/kalimat sederhana atau dapat membaca dan menulis huruf Braile. Orang cacat yang pernah bisa membaca dan menulis digolongkan dapat membaca dan menulis. Cerai hidup adalah status dari mereka yang hidup berpisah sebagai suami isteri karena bercerai dan belum kawin lagi. Dalam hal ini termasuk mereka yang mengaku cerai walaupun belum resmi secara hukum. Sebaliknya, tidak termasuk mereka yang hanya hidup terpisah tetapi masih berstatus kawin, misalnya suami/isteri ditinggalkan oleh isteri/suami ke tempat lain karena sekolah, bekerja, mencari pekerjaan, atau untuk keperluan lain. Wanita yang mengaku belum pernah kawin tetapi pernah hamil, dianggap cerai hidup. Cerai mati adalah status dari mereka yang ditinggal mati oleh suami/isterinya dan belum kawin lagi. Cerutu adalah rokok buatan pabrik berupa gulungan daun tembakau. Daerah perkotaan adalah suatu wilayah administatif setingkat desa/kelurahan yang memenuhi persyaratan tertentu dalam hal kepadatan penduduk, persentase rumah tangga pertanian, dan sejumlah fasilitas perkotaan, seperti jalan raya, sarana pendidikan formal, sarana kesehatan umum, dan sebagainya. Dana Alokasi Umum/DAU merupakan selisih antara penghitungan Kebutuhan(fiscal need) dan kapasitas fiscal (fiscal capacity). Desa adalah satuan wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah dan langsung di bawah camat serta berhak menyelenggarakan rumah tangga sendiri dalam ikatan negara kesatuan Republik Indonesia (RI). Ciri utama desa adalah kepala desanya dipilih oleh masyarakat setempat.
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Istilah Statistik Istilah
Deskripsi
Distribusi PDRB harga berlaku Distribusi PDRB menurut penggunaan
Distribusi PDRB harga berlaku menurut sektor menunjukkan struktur perekonomian atau peranan setiap sektor ekonomi dalam suatu daerah. Distribusi PDRB menurut penggunaan, menunjukkan peranan kelembagaan dalam menggunakan barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai sektor ekonomi. adalah suatu kegiatan penambangan yang meliputi pekerjaan-pekerjaan pengambilan dan pengangkutan endapan bahan galian atau mineral berharga sampai ke tempat penimbunan dan pengolahan/pencucian, kadang-kadang sampai ke tempat pemasaran. adalah suatu kegiatan lanjutan dari prospeksi yang meliputi pekerjaanpekerjaan untuk mengetahui ukuran, bentuk, posisi, kadar rata-rata dan besarnya cadangan serta "studi kelayakan" dari endapan bahan galian atau mineral berharga yang telah diketemukan. Ekspor adalah pengiriman barang dan jasa yang dijual oleh penduduk suatu negara kepada penduduk negara lain untuk mendapatkan mata uang asing dari negara pembeli. Ekspor dan impor merupakan kegiatan transaksi barang dan jasa antara penduduk Indonesia dengan penduduk negara lain, yang meliputi ekspor dan impor barang, jasa pengangkutan, jasa asuransi, komunikasi, pariwisata dan jasa lainnya. Natural gas termasuk dua jenis gas alam yang tidak berkaitan (yakni yang berasal dari hasil lapangan, hidrokarbon dalam bentuk gas); gas alam gabungan (yang berasal dari hasil lapangan berupa cairan dan gas hidrokarbon) dan juga ethene yang dikupas dari lapisan atas pada tambang batubara dan gas buangan. Gas minyak diesel meliputi minyak gas, minyak bakar domestik. Ini dipakai sebagai bahan bakar untuk pembakaran dalam mesin-mesin diesel, sebagai penyala bahan bakar dalam instalasi pemanas seperti furnaces (perapian, dapur untuk melebur logam dan gelas). Hasil produk ini umumnya disebut minyak bakar, minyak diesel, solar, minyak residu, dan minyak gas.
Eksploitasi
Eksplorasi
Ekspor Ekspor dan Impor
Gas Alam
Gas Minyak Diesel
Gasoline Alam Gas Work Gini Ratio Guru Tetap Guru Tidak Tetap Harga Harga eceran
Harga eceran pedesaan
Harga Perdagangan Besar Harga produsen Harga yang dibayar petani
Natural gasoline sering digabungkan dengan minyak mentah, dan digunakan pada pengilangan minyak dan pabrik petrokimia. Gas work termasuk hasil karbonisasi (juga gas produksi pembakaran kokas pada pabrik gas kota), pemecahan gas alam dan pembentukan/pencampuran sederhana dari gas. Ukuran pemerataan pendapatan yang di hitung berdasarkan kelas pendapatan. Guru tetap adalah guru yang sebagian besar waktunya dipergunakan di sekolah bersangkutan, atau guru dengan status pegawai negeri, atau calon pegawai negeri, yang diperbantukan sebagai guru tetap di sekolah tersebut. Guru tidak tetap adalah guru yang hanya menggunakan sebagian kecil waktunya di sekolah bersangkutan, dan sisa waktu yang terbanyak dipergunakan di sekolah/kantor lain. Jumlah uang yang menyatakan nilai tukar suatu kesatuan benda tertentu, misalnya harga sepotong kue adalah Rp50. adalah harga transaksi antara penjual dan pembeli untuk tiap jenis barang yang diecerkan menurut satuan setempat. Karena satuan setempat yang digunakan di tiap daerah mungkin berbeda, oleh karena itu pencatatan dilakukan sesuai dengan harga eceran di dalam satuan setempat yang lazim dipakai di daerah masing-masing. Sedangkan harga yang dicatat di dalam daftar isian adalah harga yang telah dikonversikan ke dalam satuan baku yang tercantum dalam daftar isian. adalah harga transaksi antara penjual dan pembeli secara eceran di pasar setempat untuk tiap jenis barang yang dibeli dengan tujuan untuk dikonsumsi sendiri dan bukan untuk dijual kepada pihak lain. Harga yang dicatat adalah harga modus (yang terbanyak muncul atau harga rata-rata biasa dari beberapa pedagang/penjual yang memberikan datanya Harga perdagangan besar adalah harga transaksi yang terjadi antara penjual/pedagang besar pertama dengan pembeli/pedagang besar berikutnya dalam jumlah besar pada pasar pertama untuk suatu barang. adalah harga transaksi antara petani (penghasil) dan pembeli (pedagang pengumpul/tengkulak) untuk setiap komoditas menurut satuan setempat.
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
ix
adalah rata-rata harga eceran barang/jasa yang dikonsumsi atau diberi petani, baik untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya sendiri maupun untuk keperluan biaya produksi pertanian. Data harga barang untuk keperluan produksi pertanian dikumpulkan dari hasil wawancara langsung dengan petani, sedangkan harga barang/jasa untuk keperluan konsumsi rumah tangga dicatat dari hasil wawancara langsung dengan pedagang atau penjual jasa di pasar terpilih.
Istilah Statistik Istilah Harga yang diterima petani
Hasil Minyak Bumi Lainnya Hortikultura Hortikultura
Hotel
ICOR
Impor Impor dan Ekspor Energi
x
Imunisasi
Deskripsi adalah rata-rata harga produsen dari hasilproduksi petani sebelum ditambahkan biaya transportasi/pengangkutan dan biaya pengepakan ke dalam harga penjualannya atau disebut Farm Gate (harga di sawah/ladang setelah pemetikan). Pengertian harga rata-rata adalah harga yang bila dikalikan dengan volume penjualan petani akan mencerminkan total uang yang diterima petani tersebut. Data harga tersebut dikumpulkan dari hasil wawancara langsung dengan petani produsen. Hasil minyak bumi lainnya adalah produk dari minyak bumi (termasuk bagian dari produk pengilangan) yang tidak disebutkan di atas. Tanaman yang termasuk sayur-sayuran (bawang putih, kentang, kubis, sawi, wortel, cabe, bawang merah, dan lain-lain.) dan buah-buahan (pisang, mangga, pepaya, nanas, jeruk, semangka, rambutan dan lain-lain.) Konsep dan definisi yang disajikan hanya mencakup hal-hal yang sesuai dengan karakteristik yang ditanyakan dalam SP IIA (tanaman sayuran dan buah-buahan semusim) dan SP IIIA (tanaman buah-buahan dan sayuran tahunan), yaitu : a. Tanaman sayuran dan buah-buahan semusim : 1. Tanaman sayuran semusim adalah tanaman sumber vitamin, garam mineral dan lain-lain yang dikonsumsi dari bagian tanaman yang berupa daun, bunga, buah dan umbinya, yang berumur kurang dari setahun. 2. Tanaman buah-buahan semusim adalah tanaman sumber vitamin, garam mineral dan lain-lain yang dikonsumsi dari bagian tanaman yang berupa buah, berumur kurang dari satu tahun, tidak berbentuk pohon/rumpun tetapi menjalar dan berbatang lunak. 3. Tanaman yang dipanen sekaligus adalah tanaman yang biasanya pemanenannya dilakukan sekali dan kemudian dibongkar untuk diganti dengan tanaman lain seperti bawang daun, bawang merah, bawang putih, kentang, lobak, kubis, sawi, wortel dan kacang-kacangan. 4. Tanaman yang dipanen berkali-kali (lebih dari satu kali) adalah tanaman yang biasanya pemanenannya lebih satu kali dan biasanya dibongkar apabila panenan terakhir sudah tidak memadai lagi. Termasuk kategori ini adalah buncis, cabe, terung ketimun, tomat, labu siam, kangkung, bayam dan sebaginya. Luas panen untuk tanaman yang dipanen berkali-kali merupakan penjumlahan panenan per bulan dan dapat berakhir pada tanaman dipanen habis/dibongkar. 5. Produksi adalah banyaknya hasil menurut bentuk hasil yang ditetapkan dan merupakan penjumlahan laporan per bulan. b. Tanaman buah-buahan dan sayuran tahunan : 1. Tanaman buahbuahan tahunan adalah tanaman sumber vitamin, garam mineral dan lain-lain ynag dikonsumsi dari bagian tanaman yang berupa buah dan merupakan tanaman tahunan. 2. Tanaman sayuran tahunan adalah tanamn sumber vitamin, garam mineral dan lain-lain yang dikonsumsi dari bagian tanaman yang berupa daun, bunga, buah dan umbinya yang berumur lebih dari satu tahun serta berbentuk pohon. 3. Tanaman yang menghasilkan adalah tanaman yang pada triwulan yang bersangkutan dipetik hasilnya. 4. Bentuk produksi Bentuk produksi buah-buahan dinyatakan dalam buah segar. Khusus untuk pisang dihitung dengan tandan dan nenas dengan mahkotanya (jambul). 5. Luas disajikan dalam luas kotor. Hotel adalah suatu usaha yang menggunakan suatu bangunan atau sebagian bangunan yang disediakan secara khusus, untuk setiap orang dapat menginap, makan, memperoleh pelayanan dan menggunakan fasilitas lainnya dengan pembayaran. Ciri khusus dari hotel adalah mempunyai restoran yang dikelola langsung di bawah manajemen hotel tersebut. Kelas hotel ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pariwisata atau Dinas Pariwisata Daerah (Diparda). ICOR menunjukkan hubungan antara jumlah kenaikan output/pendapatan (delta Y) yang disebabkan oleh kenaikan tertentu pada stok modal (delta K). ICOR (Incremental Capital Output Ratio) merupakan sebuah koefisien yang digunakan untuk mengetahui berapa kebutuhan investasi guna menghasilkan penambahan output sebanyak 1 unit. Selain itu juga dapat dilihat terjadinya ineficiency dalam investasi, yaitu bila koefisien ICOR bernilai negatif atau nilai relatif besar. Kondisi investasi yang efisien akan terjadi pada koefisien ICOR yang nilainya relatif kecil. Impor adalah pemasukan barang dan jasa yang dibeli oleh penduduk suatu negara dari penduduk negara lain yang berakibat timbulnya arus keluar mata uang asing dari dalam negeri. Sejumlah energi primer dan sekunder yang dikirim atau diterima dari negara lain. Impor dan ekspor minyak mentah termasuk di dalamnya feedstocks dan hasil pengilangan dari minyak mentah. Dalam format neraca energi impor selalu ditandai positif dan ekspor dengan tanda negatif. Imunisasi adalah memasukkan kuman penyakit yang sudah dilemahkan ke dalam tubuh dengan cara suntik atau minum dengan maksud agar terjadi kekebalan terhadap jenis penyakit tertentu di dalam tubuh.
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Istilah Statistik Istilah Indeks Harga Konsumen (IHK) Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB)
Indeks Ketimpangan Williamson
Indeks Tendensi Bisnis (ITB)
Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Industri Industri Besar Industri Kecil
Deskripsi Indeks harga konsumen (IHK) adalah indeks yang mengukur rata-rata perubahan harga antarwaktu dari suatu paket jenis barang dan jasa yang dikonsumsi oleh penduduk/rumah tangga di daerah perkotaan dengan dasar suatu periode tertentu. Indeks harga perdagangan besar adalah indeks yang mengukur rata-rata perubahan harga antarwaktu dari suatu paket jenis barang pada tingkat perdagangan besar atau penjualan secara partai besar. Indeks harga ini merupakan salah satu indikator untuk melihat perkembangan perekonomian secara umum serta sebagai bahan dalam analisa pasar dan moneter, dan disajikan dalam bentuk indeks umum dan juga sektoral yang meliputi pertanian, pertambangan dan penggalian, industri, impor, dan ekspor. Jumlah besar artinya tidak atau bukan eceran. Di sini memang sulit untuk menentukan tentang batasan jumlah besar di dalam suatu perdagangan, karena biasanya dilihat dari dua matra yang kadang-kadang tidak selalu bisa dipertemukan. Matra yang dimaksud adalah kuantitas dan nilai,pengertian jumlah besar tidak bisa diukur dengan kuantitas karena kuantitas yang besar belum tentu menjamin tingkat perdagangan besar. Indeks Ketimpangan Williamson merupakan Perhitungan disparitas dilakukan dengan pendekatan wilayah dan rumah tangga. Dalam pendekatan wilayah sumber data yang digunakan adalah PDRB perkapita. Dengan menggunakan formula yang dikembangkan oleh Williamson yaitu Indeks Disparitas Williamson dapat menggambarkan kesenjangan antar wilayah. Indeks Tendensi Bisnis dihitung dari dari hasil Survei Tendensi Bisnis yang dilakukan setiap triwulan. Unit pencacahan adalah perusahaan sedang dan besar di seluruh sektor kecuali pertanian. Jumlah sampel sekitar 1700 perusahaan dengan dengan sebaran 300 perusahaan di Jabotabek dan 1400 perusahaan di luar Jabotabek. Indeks Tendensi Konsumen (ITK) dihitung dari hasil Survei Tendensi konsumen yang dilakukan setiap triwulan. Unit pencacahan adalah rumahtangga kelas menengah keatas. Jumlah sampel tiap triwulannya kurang lebih 1000 rumahtangga. Survei dilakukan di wilayah Jabotabek. Merupakan cabang kegiatan ekonomi, sebuah perusahaan atau badan usaha sejenisnya dimana tempat seseorang bekerja. Kegiatan ini diklasifikasikan berdasarkan Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI). Industri besar adalah perusahaan yang mempunyai pekerja 100 orang atau lebih. Industri kecil adalah perusahaan yang mempunyai pekerja 5-19 orang.
Industri Pengolahan
didefinisikan sebagai unit produksi yang menyangkut kegiatan ekonomi, produksi barang atau jasa, yang bertempat di suatu bangunan atau lokasi tertentu, keeping business records concerning struktur upah dan produksi, dan mempunyai satu orang atau lebih yang bertanggung jawab atau menanggung resiko dari kegiatan tersebut.
Industri Rumah Tangga
Industri rumah tangga adalah usaha kerajinan rumah tangga yang mempunyai pekerja antara 1-4 orang. Industri sedang adalah perusahaan yang mempunyai pekerja 20-99 orang.
Industri Sedang Inflasi
Inflasi Administered Prices Inflasi Inti Inflasi Volatile Goods
Inflasi merupakan indicator perkembangan harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Barang dan jasa tersebut jumlahnya sangat banyak, namun “ keranjang “ barang dan jasa yang digunakan untuk menghitung konsumsi rumah tangga seluruhnya berjumlah 774 komoditas. Inflasi Administered Prices adalah inflasi barang/jasa yang perkembangan harganya diatur pemerintah. Trend suatu inflasi umum, yaitu komponen inflasi yang pergerakannya cenderung tetap (persisten). Inflasi Volatile Goods adalah inflasi barang/jasa yang perkembangan harganya sangat bergejolak. Berdasarkan tahun 2002, inflasi volatile goods masih didominasi bahan makanan, sehingga sering disebut juga sebagai volatile foods.
xi
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Istilah Statistik Istilah Indeks Pembangunan Manusia ( IPM)
Jalan
Jalan Kelas I
Jalan Kelas II
Jalan Kelas III A
Jalan Kelas III B
Jalan Kelas III C
Jenjang Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Jumlah Hari-Orang Jumlah Jam Kerja Seluruh Pekerjaan Jumlah Keperluan Energi Jumlah Lulusan Jumlah telepon tersambung untuk pengguna berbayar (Line in Service) Kapasitas Sentral Telepon
Indeks Pembangunan Manusia ( IPM) adalah suatu indeks komposit yang terakumulasi dari komponen pendidikan, kesehatan, dan daya beli masyarakat. Pada Prinsipnya Strategi pembangunan endingnya berorientasi pada peningkatan kualitas hidup masyarakat agar tercapai pemerataan hasil-hasil pembangunan secara lebih berkeadilan, Disamping itu pencapaian tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkualitas harus terus diupayakan. IPM merupakan indikator penting yang dapat digunakan untuk melihat upaya dan kinerja program pembangunan secara menyeluruh di suatu wilayah. Dalam hal ini IPM dianggap sebagai gambaran dari hasil program pembangunan yang telah dilakukan beberapa tahun sebelumnya. Demikian juga kemajuan program pembangunan dalam suatu periode dapat diukur dan ditunjukkan oleh besaran IPM pada awal dan akhir periode tersebut. IPM merupakan ukuran untuk melihat dampak kinerja pembangunan wilayah yang mempunyai dimensi yang sangat luas, karena memperlihatkan kualitas penduduk suatu wilayah dalam hal harapan hidup, intelektualitas dan standar hidup layak. Jalan adalah jalan dalam bentuk apapun yang terbuka untuk lalu lintas umum. Untuk keperluan pengaturan penggunaan dan pemenuhan kebutuhan angkutan, jalan dibagi dalam beberapa kelas. Pembagian jalan tersebut didasarkan pada kebutuhan transportasi, pemilihan jenis angkutan secara tepat dengan mempertimbangkan keunggulan karakteristik masing-masing jenis angkutan, perkembangan teknologi kendaraan bermotor, muatan sumbu terberat kendaraan bermotor serta konstruksi jalan. Jalan kelas I adalah jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan lebih besar dari 10 ton. Jalan kelas II adalah jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 10 ton. Jalan kelas III A adalah jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton. Jalan kelas III B adalah jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton. Jalan kelas IIIC adalah jalan lokasi yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 milimeter, dan sumbu muatan terberat yang diizinkan 8 ton. Jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan adalah jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh seseorang. Jumlah hari-orang diperoleh dengan cara mengalikan jumlah hari kerja dengan rata-rata jumlah pekerja per hari kerja. Jam kerja adalah jumlah kerja mereka yang bekerja (tidak termasuk jam kerja istirahat resmi dan jam kerja yang digunakan untuk hal-hal di luar pekerjaan) selama seminggu yang lalu. Jumlah keperluan energi merupakan persediaan energi di dalam negeri yang digunakan untuk konsumsi akhir ataupun dikonversikan menjadi bentuk energi lain. Jumlah lulusan adalah jumlah murid dari tingkatan kelas tertinggi pada jenjang pendidikan tertentu yang lulus dalam ujian akhir yang diselenggarakan pada akhir tahun ajaran. Jumlah telepon tersambung untuk pengguna berbayar (Line in Service) adalah banyaknya telepon subscriber dan public phone (pay phone dan wartel). Kapasitas Sentral Telepon adalah banyaknya telepon yang tersedia (enable capacity) yang telah dipasarkan dan siap untuk dipasarkan. Kategori perusahaan adalah penggolongan berdasarkan wewenang dan tanggung jawabnya.
tingkatan-tingkatan
kantor
xii
Kategori Perusahaan
Deskripsi
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Istilah Statistik Istilah Kawasan Berikat
Kawin
Kebutuhan Fisik Minimum Kecacatan Kecelakaan
Kegiatan Terbanyak yang Dilakukan Kegiatan Utama Kelas Kelompok Segmen Kelompok Usia Narapidana
Deskripsi Kawasan berikat adalah suatu kawasan dengan batas-batas tertentu di wilayah pabean Indonesia yang di dalamnya diberlakukan ketentuan khusus di bidang pabean, yaitu terhadap barang yang dimasukkan dari luar daerah pabean atau dari lokasi lain di dalam daerah pabean Indonesia tanpa terlebih dahulu dikenakan pungutan bea, cukai, dan/atau pungutan negara lainnya sampai barang tersebut dikeluarkan untuk tujuan ekspor, impor, atau reekspor. Kawin adalah status dari mereka yang terikat perkawinan pada saat pencacahan, baik tinggal bersama maupun terpisah. Dalam hal ini yang dicakup tidak saja mereka yang kawin sah secara hukum (adat, agama, negara, dan sebagainya) tetapi juga mereka yang hidup bersama dan oleh masyarakat sekelilingnya dianggap sebagai suami isteri. Kebutuhan fisik minimum (KFM) adalah kebutuhan minimum selama sebulan dari seorang pekerja yang diukur menurut jumlah kalori, protein, vitamin, dan bahan mineral lainnya yang diperlukan sesuai dengan tingkat kebutuhan minimum seorang pekerja dan syarat-syarat kesehatan. Kecacatan adalah hilangnya atau abnormalitas dari fungsi atau struktur anatomi, psikologi maupun fisiologi. Kecelakaan adalah benturan atau sentuhan benda keras atau benda cair (kimiawi) atau gas, atau api yang datangnya dari luar, terhadap badan (jasmani) seseorang, yang mengakibatkan kematian atau cacat atau luka, yang sifat dan tempatnya dapat ditentukan oleh dokter. Kegiatan terbanyak yang dilakukan adalah kegiatan yang menggunakan waktu terbanyak dibandingkan dengan kegiatan lainnya. Kegiatan utama adalah salah satu kegiatan dari perusahaan yang menghasilkan output paling besar. Kelas adalah sekelompok murid dari satu tingkatan dengan lama waktu belajar sama untuk tiap kelompok. Kelompok segmen adalah satu atau gabungan beberapa segmen yang berdekatan, dengan jumlah rumah tangga sekitar 70. Usia narapidana dibagi dalam tiga kelompok: a. Anak-anak adalah mereka yang berumur kurang dari 16 tahun; b. Pemuda adalah mereka yang berumur 16-18 tahun; c. Dewasa adalah mereka yang berumur lebih dari 18 tahun.
Keluhan Kesehatan
Kelurahan
Kemiskinan absolut
Kemiskinan relatif Kemiskinan Struktural
Kendaraan Bermotor Kepadatan Penduduk
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
xiii
Keluhan kesehatan adalah keadaan seseorang yang merasa terganggu oleh kondisi kesehatan, kejiwaan, kecelakaan atau hal lain. Seseorang yang menderita penyakit kronis dianggap mempunyai keluhan kesehatan walaupun pada waktu survei (satu bulan terakhir) yang bersangkutan tidak kambuh penyakitnya. Kelurahan adalah satuan wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah camat dan tidak berhak menyelenggarakan rumah tangga sendiri. Ciri utama kelurahan adalah kepala kelurahannya (lurah) sebagai pegawai negeri dan tidak dipilih oleh rakyat. Kemiskinan absolut adalah kemiskinan yang dihitung dengan standarisasi nilai uang suatu negara yang disepakati bersama, yang dapat memenuhi kebutuhan dasar manusia. Garis kemiskinan dengan menggunakan nilai uang ini tidak berubah, walaupun nilai barang mengalami perubahan setiap saat. Garis kemiskinan absolut ini dapat digunakan untuk membandingkan kemiskinan antar daerah. Kemiskinan relatif diartikan bahwa kemiskinan seseorang timbul dikarenakan faktor pengaruh kebijakan pembangunan yang belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat Kemiskinan Struktural adalah Kemiskinan yang dinilai dari kultur dan adat budaya setempat yang mengelompokkan manusia dalam berbagai tingkatan kehidupan. Kemiskinan struktural lebih bersifat menetes ke bawah (trickle down effect) dikarenakan penataan arah pembangunan yang tidak merata sehingga suatu daerah, atau kelompok masyarakat akan tetap berada didalam kondisi miskin. Sebagai contoh adalah terisolirnya tempat tinggal penduduk dari berbagai akses guna pemenuhan kebutuhan sosial dan ekonomi. Kendaraan bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik yang ada pada kendaraan itu, biasanya digunakan untuk angkutan orang atau barang di jalan selain kendaraan yang berjalan di atas rel. Kepadatan penduduk adalah banyaknya penduduk suatu satuan luas, misalnya banyaknya penduduk per kilometer persegi.
Istilah Statistik Istilah
Deskripsi
Kepala Rumah Tangga
Kepala rumah tangga adalah seorang dari sekelompok anggota rumah tangga yang bertanggung jawab atas kebutuhan sehari-hari rumah tangga tersebut atau orang yang dianggap/ditunjuk sebagai kepala di dalam rumah tangga tersebut.
Ketidakmampuan
Ketidakmampuan adalah keterbatasan atau berkurangnya kemampuan akibat kecacatan untuk melakukan aktivitas normal. Baik kecacatan maupun ketidakmampuan, keduanya merupakan keterbatasan akibat penyakit, cacat lahir atau cedera. Gangguan sementara yang dialami responden seperti gangguan setelah persalinan atau khitan tidak tergolong dalam kecacatan atau ketidakmampuan. Kilometer penumpang adalah jumlah kilometer dari semua penumpang yang berangkat. Besaran ini merupakan penjumlahan jarak tujuan masing-masing penumpang. Kilometer Ton adalah jumlah kilometer semua ton yang diangkut. Besaran ini merupakan hasil penjumlahan jarak asal tujuan masing-masing dalam ton.
Kilometer penumpang Kilometer Ton Kolam/Tebat/Empang
Kolam/tebat/empang adalah lahan yang dipergunakan pemeliharaan/pembenihan ikan dan biota air lainnya.
Komoditas
Komoditas adalah seluruh barang ekonomi yang dipergunakan.
Komunikasi
Komunikasi adalah proses penyampaian lambang-lambang yang mengandung arti antara satu orang dengan orang lain.
Kondom/Karet KB
Kondom adalah alat yang terbuat dari karet, berbentuk seperti balon, yang dipakai oleh laki-laki selama bersenggama dengan maksud agar isterinya/pasangannya tidak menjadi hamil. Orang dikatakan sedang menggunakan kondom apabila sejak haid terakhir pasangannya selalu menggunakan kondom waktu berkumpul, termasuk saat kumpul terakhir (jadi ia terlindung). Konstruksi adalah suatu kegiatan yang hasil akhirnya berupa bangunan/konstruksi yang menyatu dengan lahan tempat kedudukannya, baik digunakan sebagai tempat tinggal atau sarana kegiatan lainnya. Hasil kegiatan tersebut antara lain bangunan gedung, jalan, jembatan, rel dan jembatan kereta api, terowongan, bangunan air dan drainase, bangunan sanitasi, landasan pesawat terbang, dermaga, bangunan pembangkit listrik, transmisi, distribusi dan bangunan jaringan komunikasi. Kegiatan konstruksi meliputi perencanaan, persiapan, pembuatan, pembongkaran, dan perbaikan/perombakan bangunan. Konsultasi adalah datang ke tempat pelayanan kesehatan untuk membincangkan masalah kesehatan, termasuk konsultasi KB dan konsultasi ke dokter.
Konstruksi
Konsultasi Konsultasi kesehatan
Konsumi Kalori atau Protein Konsumsi Akhir Konsumsi Bukan untuk Energi/Bahan Baku Konsumsi dari Sektor Industri, Pertambangan dan Konstruksi Konsumsi dari Sektor Rumah Tangga dan Konsumen Lainnya
Konsumsi dari Sektor Transpor
xiv
Konsumsi Rumah Tangga
untuk
adalah datang ke pemberi pelayanan kesehatan, mencari informasi melalui telepon, korespondensi melalui media cetak dan media elektronik untuk membincangkan masalah keluhan kesehatan, jadi bukan untuk mendapat pengobatan, termasuk konsultasi keluarga berencana (KB) dan konsultasi ke dokter. Banyaknya kalori atau protein yang benar-benar dikonsumsi per orang per hari. Konsumsi akhir adalah konsumsi oleh sektor industri pengolahan, konstruksi, transport, rumah tangga, dan konsumen lainnya. Konsumsi bukan untuk energi/bahan baku adalah produk energi untuk industri kimia atau lainnya yang hasilnya bukan untuk kegunaan energi (misalnya feedstock untuk protein plant, pupuk, dan lain-lain). Konsumsi dari sektor industri, pertambangan, dan konstruksi tidak termasuk yang dipakai oleh sektor energi dan digunakan sebagai input dalam industri konversi energi. Konsumsi pada industri kimia hanya yang digunakan sebagai bahan bakar. Konsumsi dari sektor rumah tangga dan konsumen lainnya termasuk di dalamnya rumah tangga, pertanian, penerangan di rumah tangga sendiri, dan sektor-sektor lain. Sektor pertanian di dalamnya termasuk berburu, kehutanan, dan nelayan. Konsumen lain termasuk perdagangan, komunikasi, jasa, dan aktivitas lain yang belum disebut. Konsumsi dari sektor transpor termasuk yang dipakai untuk pelayaran dalam negeri dan pesawat udara untuk penerbangan domestik. Bahan bakar yang digunakan oleh peralatan pertanian dimasukkan dalam konsumsi untuk sektor pertanian. Konsumsi Rumah Tangga, Pengeluaran konsumsi rumah tangga mencakup semua pengeluaran untuk konsumsi barang dan jasa.
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Istilah Statistik Istilah Konsumsi Sektor Energi Kontrak Pembiayaan Konsumen Konsumsi Pemerintah
Kontrak Sewa Guna Usaha Kontraktor Utama Koperasi
Korban Kejahatan
Deskripsi Konsumsi sektor energi meliputi konsumsi energi oleh produsen atau energi untuk operasi instalasinya. Termasuk di dalamnya konsumsi untuk kompresor dan stasiun pompa. Kontrak pembiayaan konsumen adalah kontrak yang telah ditandatangani atas persetujuan bersama antara perusahaan pembiayaan konsumen dengan konsumen perorangan/perusahaan. Konsumsi Pemerintah, Pemerintah sebagai konsumen akhir mencakup pemerintah umum yang terdiri dari pemerintah pusat yang meliputi unit departemen, lembaga non-departemen dan lembaga pemerintah lainnya, serta pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota dan daerah dibawahnya. Kontrak sewa guna usaha adalah perjanjian sewa guna usaha atas pemakaian suatu barang modal yang disewagunakan. Kontrak ini dibuat antara penyewa (lessee) dengan perusahaan sewa guna usaha (lessor) selama periode tertentu. Main kontraktor adalah perusahaan yang bergerak dalam pelayanan jasa konstruksi. Koperasi adalah perusahaan yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan azas kekeluargaan. Bentuk badan hukum koperasi ini dikeluarkan dan disahkan oleh Departemen Koperasi. Korban kejahatan adalah orang yang menderita kerugian baik badan, jiwa, harta benda (baik milik sendiri atau orang lain), kehormatan, dan lainnya akibat dari suatu tindak kejahatan. Bila tindak kejahatan tersebut ditujukan kepada harta benda milik rumah tangga (bukan milik pribadi anggota rumah tangga), maka yang dicatat sebagai korban kejahatan adalah kepala rumah tangga.
Lahan Rusak
Luas dari tanaman yang mengalami kerusakan akibat organisme dan bencana alam (Produksi berkurang sebesar 10 % dari produksi normal.
Lahan Sawah
Lahan sawah mencakup sawah pengairan, sawah tadah hujan, sawah pasang surut, sawah rembesan, lebak dan sebagainya yang utamanya digunakan menanam padi. Lahan untuk bangunan dan halaman sekitarnya adalah lahan yang terdapat di sekitar bangunan dan biasanya diberi pagar atau batas, tanpa memperhatikan ditanami atau tidak. Bila lahan sekitar rumah tersebut tidak jelas batas-batasnya dengan tegal/kebun, dimasukkan ke dalam kebun/tegal. Lahan untuk tanaman kayu-kayuan adalah lahan yang ditumbuhi kayukayuan/bambu, baik yang tumbuh sendiri maupun yang disengaja ditanami, misalnya semak-semak dan pohon-pohon yang hasil utamanya kayu. Di sini tidak termasuk lahan kehutanan. Lahan yang sementara tidak diusahakan adalah lahan yang biasanya diusahakan tetapi untuk sementara (lebih dari satu tahun dan kurang dari dua tahun) tidak diusahakan. Laju pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) atas dasar harga konstan diperoleh dengan mengurangi nilai pada tahun ke n dengan nilai pada tahun ke (n-1) dibagi dengan nilai pada tahun ke (n-1) dikalikan dengan 100 persen. Laju pertumbuhan PDB menunjukkan tingkat perkembangan riil dari agregat pendapatan untuk masing-masing tahun dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Lama bepergian ialah lamanya seseorang melakukan satu kali perjalanan dihitung dalam malam, jadi kalau kurang dari satu malam dianggap tidak bermalam atau 0 malam. Lama tahun ajaran adalah waktu normal (tanpa mengulang di suatu tingkatan kelas) yang diperlukan oleh seorang murid untuk menyelesaikan jenjang pendidikan tertentu sehingga mendapat ijazah/surat tanda tamat belajar. Lapangan usaha adalah bidang kegiatan dari pekerjaan atau tempat seseorang bekerja. Klasifikasi lapangan usaha mengikuti Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI). Termasuk LPG adalah penyaringan hidrokarbon dengan mengupas gas alam pada sumber minyak mentah/gas alam, penyaringan hidrokarbon dengan memisahkan dari instalasi gas alam impor di negara importir, dan produksi hidrokarbon yang berasal dari pengilangan atau di luar pengilangan pada saat pemrosesan minyak mentah.
Lahan untuk Bangunan dan Halaman Sekitarnya Lahan untuk Tanaman Kayu-kayuan Lahan yang Sementara Tidak Diusahakan Laju Pertumbuhan Produk Domestik Bruto
Lama Bepergian Lama Tahun Ajaran Lapangan Usaha Liquified Petroleum Gases/LPG
xv
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Istilah Statistik Istilah Listrik
Listrik Tenaga Air dan Panas Bumi Luas Lantai Masih Bersekolah Medis Operasi Pria/Sterilisasi Pria /Vasektomi Medis Operasi Wanita/Sterilisasi Wanita/Tubektomi
Mempunyai pekerjaan, namun sementara tidak bekerja Mencari Pekerjaan Migran
Deskripsi Produksinya adalah produksi kotor, yaitu termasuk konsumsi yang dipakai stasiun pembantu dan hilang dalam perjalanan/tranformer dianggap sebagian dari stasiun. Listrik umum adalah listrik yang dihasilkan untuk tujuan dijual dengan memproduksi, mentransmisikan dan mendistribusikan energi listrik. Ini dilaksanakan oleh perusahaan swasta, koperasi, pemerintah daerah/desa, dan pemerintah pusat. Listrik yang diproduksi dan digunakan sendiri adalah listrik yang diproduksi untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Misalnya, rumah tangga atau perusahaan industri yang memproduksi listrik yang digunakan untuk keperluan rumah tangga atau perusahaan tersebut. Penggunaan pada stasiun pembangkit dan yang hilang termasuk konsumsi oleh stasiun pembantu dan hilang dalam perjalanan dianggap sebagai bagian dari pembangkit energi listrik. Listrik tenaga air dan panas bumi terdiri dari tenaga listrik yang dibangkitkan dari tenaga air dan tenaga panas bumi. Tenaga listrik ini merupakan energi primer. Luas lantai yang dimaksud adalah luas lantai yang ditempati dan digunakan untuk keperluan sehari-hari. Masih bersekolah adalah sedang mengikuti pendidikan di pendidikan dasar, menengah atau tinggi. Medis Operasi Pria (MOP) adalah suatu operasi ringan yang dilakukan pada pria dengan maksud untuk mencegah terjadinya kehamilan pada pasangannya. Medis Operasi Wanita (MOW) adalah operasi yang dilakukan pada wanita untuk mencegah terjadinya kehamilan, yaitu mengikat saluran telur agar wanita itu tidak dapat mempunyai anak lagi. Operasi untuk mengambil rahim atau indung telur kadang-kadang dilakukan karena alasan-alasan lain, bukan untuk memberikan perlindungan agar wanita tidak mempunyai anak lagi. Yang dicatat sebagai sterilisasi di sini hanya operasi yang ditujukan agar seorang wanita tidak bisa mempunyai anak lagi. Mereka yang memiliki pekerjaan namun sementara tidak bekerja untuk beberapa alasan selama seminggu yang lalu Mereka yang tidak mempunyai pekerjaan, tetapi sedang mencari pekerjaan selama seminggu yang lalu. Migran adalah penduduk yang melakukan perpindahan tempat tinggal melewati batas wilayah kelurahan/desa dalam kurun waktu lima tahun sebelum survei.
Migran Lokal Kota
Migran lokal kota adalah penduduk migran risen yang tempat tinggalnya saat lima tahun sebelum survei masih di wilayah kota.
Migran Luar Kota
Migran luar kota adalah penduduk migran risen yang tempat tinggalnya saat lima (5)tahun sebelum survei berada di luar wilayah kota. Migran luar kota dikelompokkan menjadi dua, yaitu: a. dari perkotaan jika desa/kelurahan tempat tinggalnya 5 tahun yang lalu termasuk klasifikasi daerah perkotaan; b. dari pedesaan jika desa/kelurahan tempat tinggalnya 5 tahun yang lalu termasuk klasifikasi daerah pedesaan. Migran risen adalah mereka yang pernah pindah dalam kurun 5 tahun terakhir (mulai dari 5 tahun sebelum pencacahan). Keterangan ini diperoleh dari pertanyaan tempat tinggal tahun yang lalu dan tempat tinggal sekarang. Jika kedua tempat berlainan maka dikategorikan sebagai migran risen yang juga merupakan bagian dari migrasi total, hanya saja waktunya dalam kurun 5 tahun terakhir. Migran semasa hidup adalah mereka yang pindah dari tempat lahir ke tempat tinggal sekarang tanpa melihat kapan pindahnya. Dalam teori ini migrasi diperoleh dari keterangan tempat lahir dan tempat tinggal sekarang, jika kedua keterangan ini berbeda maka termasuk migrasi semasa hidup. Migran total adalah mereka yang pernah pindah, sehingga tempat tinggal sebelumnya berbeda dengan tempat tinggal sekarang. Keterangan ini diperoleh dari tempat tinggal sebelumnya dan tempat tinggal sekarang. Ada kemungkinan tempat tinggal sebelumnya sama dengan tempat lahir dan ada juga kemungkinan tidak sama sehingga migrasi semasa hidup termasuk migrasi total.
Migran Risen
Migran Semasa Hidup
Migran Total
xvi
Minyak Mentah dan Natural Gas Liquid
Minyak mentah dan natural gas liquid (NGL) meliputi produk cair yang diperoleh dari sumur minyak, sebagian besar berupa hidrokarbon non aromatic. Termasuk juga sejumlah yang dipakai sendiri pada proses produksi dan juga untuk transformasi energi. Data ini adalah produksi dari onshore dan offshore, termasuk di dalamnya oil shale dan kondensat. Natural gas liquid meliputi natural gasoline, LPG dari pabrik khusus (untuk membedakan dari pengilangan), dan dari pabrik kondensat.
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Istilah Statistik Istilah Minyak Pelumas
Minyak Residu
Minyak Tanah Mobil Bus Mobil Gerobak/Truk Mobil Penumpang
Deskripsi Minyak pelumas adalah campuran pada penyulingan hidrokarbon, volumenya kurang dari 30% pada 300 derajat Celcius dengan titik alir lebih rendah dari 30 derajat centigrade. Merupakan cairan berat yang didapat dari pengilangan minyak mentah dan digunakan untuk pelumasan. Minyak residu adalah sisa minyak mentah yang diperoleh dari proses operasi pengilangan minyak mentah setelah gasoline, minyak tanah, minyak diesel dan minyak gas dikeluarkan. Pada umumnya digunakan oleh kapal dan industri besar dengan instalasi pemanas sebagai bahan bakar pada oven dan boiler/ketel. Minyak tanah adalah minyak mentah meliputi campuran hidrokarbon dengan titik nyala 38 derajat Celcius. Mobil bus adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi dengan tempat duduk untuk lebih dari delapan orang, tidak termasuk tempat duduk untuk pengemudi baik dilengkapi/tidak dilengkapi dengan bagasi. Mobil gerobak/truk adalah setiap kendaraan bermotor yang digunakan untuk angkutan barang, selain dari mobil penumpang, mobil bis, dan kendaraan bermotor beroda dua. Mobil penumpang adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi dengan tempat duduk untuk sebanyak-banyaknya delapan orang, tidak termasuk tempat duduk untuk pengemudi, baik dilengkapi/tidak dilengkapi dengan bagasi.
Modal Pemerintah/Swasta Nasional/Asing/Lainnya Modal Ventura
Modal pemerintah/swasta nasional/asing/lainnya adalah besarnya modal atau saham perusahaan yang dimiliki oleh pemerintah/swasta nasional/asing/lainnya. Modal ventura adalah perusahaan yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal pada suatu perusahaan untuk jangka waktu tertentu.
Motor Gasoline
Motor gasoline (mogas) meliputi campuran hidrokarbon yang mudah menguap dengan atau tanpa sejumlah kecil tambahan, yang telah dicampur membentuk bahan-bahan yang sesuai untuk digunakan pengapian pada pembakaran dalam mesin. Muat/Ekspor Barang adalah pemuatan barang ke kapal untuk diangkut ke pelabuhan tujuan di Indonesia atau ke luar negeri.
Muat/Ekspor Barang Murid yang Mengulang Naptha
Nilai absolut
Nilai Produksi Nilai Tambah Nilai Tukar Petani
Norplant/Susuk KB
Obyek Wisata
Murid yang mengulang adalah murid yang tidak naik kelas pada tahun ajaran yang lalu dan masih tercatat sebagai murid pada kelas tersebut untuk tahun ajaran sekarang. Naptha adalah pemurnian yang berasal dari minyak mentah atau gas alam dengan titik didih kira-kira berada di antara 27 dan 221 derajat Celcius. Bila dicampur dengan bahan lain akan menjadi motor gasoline atau jet fuel dengan mutu yang lebih tinggi. Juga digunakan sebagai bahan baku untuk gas kota, atau membuat berbagai jenis produk kimia atau digunakan sebagai bahan pelarut, tergantung pada sifat dari turunan naptha dan permintaan berjenis-jenis industri. Nilai absolut yang digunakan adalah dengan 2 nilai yaitu: US $1 /kapita/hari dan US 2$/kapita/hari. US`$ yang digunakan adalah nilai tukar terhadap kemampuan daya beli standar (Purchasing Power Parity) dan bukan nilai tukar resmi yang digunakan didalam perdagangan komersial antar negara ( Exchange rate). Nilai produksi adalah perkiraan nilai di tingkat petani. Apabila petani menjual hasil pertaniannya di pasar maka nilai penjualan harus dikurangi dengan ongkos membawa ke pasar (pemasaran). Nilai tambah merupakan nilai yang ditambahkan atas nilai barang dan jasa sebagai biaya antara agar menjadi output.
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
xvii
Nilai tukar petani (NTP) adalah perbandingan antara indeks harga yang diterima petani (It) dengan Indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang dinyatakan dalam persentase. Secara konsep NTP menyatakan tingkat kemampuan tukar atas barang-barang (produk) yang dihasilkan petani di pedesaan terhadap barang/jasa yang dibutuhkan untuk konsumsi rumah tangga dan keperluan dalam proses produksi pertanian. Norplant adalah enam batang logam kecil yang dimasukkan ke bawah kulit lengan atas untuk mencegah terjadinya kehamilan. Orang dikatakan menggunakan susuk KB apabila susuk KB terakhir dipasang ditubuhnya kurang dari lima tahun sebelum pencacahan. Obyek wisata adalah suatu obyek yang menjadi tujuan kunjungan wisatawan karena mempunyai sumber daya tarik, baik alamiah, maupun buatan manusia, seperti keindahan alam/pegunungan, pantai, fauna, flora, kebun binatang, bangunan kuno bersejarah, monumen-monumen, dan candi-candi.
Istilah Statistik Istilah Output
Padi dan Palawija
Paid Connection Telephone Pajak Daerah
Pajak Langsung
Deskripsi Output, output perusahaan adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu periode tertentu meliputi produksi utama, produksi ikutan maupun produksi sampingan. Output tersebut merupakan hasil perkalian antara kuantitas produksi dengan unit harganya. Konsep dan definisi hanya mencakup hal-hal yang sesuai dengan karakteristik yang ditanyakan dalam SP IA(Laporan tanaman padi) dan SP IB (Laporan tanaman palawija), yaitu : a. Padi sawah adalah padi yang ditanam di lahan sawah. Termasuk padi sawah ialah padi rendengan, padi gadu, padi gogo rancah, padi pasang surut, padi lebak, padi rembesan dan lain-lain. b. Lahan sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh pematang (galengan), saluran untuk menahan/menyalurkan air, yang biasanya ditanami padi sawah tanpa memandang dari mana diperolehnya atau status lahan tersebut. Termasuk disini lahan yang terdaftar di Pajak Hasil Bumi, Iuran Pembangunan Daerah, lahan bengkok, lahan serobotan, lahan rawa yang ditanami padi dan lahan-lahan bukaan baru. Lahan sawah mencakup pengairan, tadah hujan, sawah pasang surut, rembesan, lebah dan lain sebagainya. c. Padi ladang adalah padi yang ditanam di tegal/kebun/ladang atau huma. d. Palawija terdiri dari jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar. e. Luas bersih adalah luas sawah secara keseluruhan (luas kotor) dikurangi dengan luas pematang/galengan dan luas saluan air. f. Luas panen berhasil (Luas panen) adalah tanaman yang dipungut hasilnya setelah tanaman tersebut cukup umur. Dalam panen berhasil ini termasuk juga tanaman yang hasilnya sebagian saja dapat dipungut (paling sedikit sampai dengan 11%) yang mungkin disebabkan karena mendapat serangan organisme pengganggu tumbuhan atau bencana alam. Mencabut bibit ini tidak termasuk sebagai memungut hasil dan tidak boleh dimasukkan dalam laporan ini. g. Luas panen muda adalah luas tanaman yang dipungut hasilnya sebelum waktunya (belum cukup tua). Tanaman yang dipanen muda hanya tanaman jagung dan kedelai. h. Luas rusak (Tak Berhasil) adalah jika tanaman mengalami serangan organisme pengganggu tumbuhan, bencana alam, sedemikian rupa sehingga hasilnya kurang dari 11% keadaan normal. i. Luas penanaman adalah luas tanaman yang betul-betul ditanam (sebagai tanaman baru) pada bulan laporan, baik penanaman yang bersifat normal maupun penanaman yang dilakukan untuk mengganti tanaman yang dibabat/dimusnahkan karena terserang organisme pengganggu tumbuhan atau sebab-sebab lain, walaupun pada bulan tersebut tanaman baru tadi dibongkar kembali. Paid Connection Telephone ialah jenis sambungan telepon untuk pelanggan tertentu dimana setiap kali pelanggan melakukan pembicaraan telepon maka ia harus membayarnya. Pajak daerah adalah pungutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pajak daerah dapat dibedakan dalam dua kategori, yaitu pajak daerah yang ditetapkan melalui peraturan daerah dan pajak negara yang pengelolaan dan penggunaannya diserahkan kepada daerah. Pungutan ini dikenakan kepada semua obyek pajak seperti orang/badan dan benda bergerak/tak bergerak. Pajak langsung adalah pungutan pemerintah yang berkenaan dengan pendapatan bersih dari seseorang atau perusahaan, seperti pajak perseroan, yaitu pungutan pemerintah atas keuntungan perusahaan yang disetor ke kas negara secara teratur. Pajak langsung dibagi menjadi empat kelompok, yaitu: a. pajak perseroan minyak; b. pajak perseroan selain minyak/pajak penghasilan
xviii
c. pajak pendapatan, yang terdiri dari: pajak rumah tangga; pajak balik nama; setengah dari pajak kendaraan; pajak perponding; pajak bangsa asing; opsen atas pajak kekayaan; pajak anjing; pajak jalan. d. pajak langsung lainnya, yang terdiri dari: delapan puluh satu persen dari pajak lainnya pemerintah pusat; sepertiga dari pajak bumi dan bangunan; lima puluh persen dari pajak lainnya yang diambil dari daftar keuangan pemerintah daerah; dua puluh persen dari penerimaan rutin lainnya untuk penerimaan daerah.
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Istilah Statistik Istilah Pajak Tak Langsung
Deskripsi Pajak tak langsung adalah pajak yang dipungut pemerintah melalui konsumen berkenaan dengan barang dan jasa yang diproduksi, dijual, dikirim, atau digunakan. Umumnya pajak tak langsung tersebut dibebankan pada biaya produksi dari barang dan jasa yang bersangkutan. Dalam neraca ini pajak tak langsung di bagi menjadi 3 kelompok, yaitu: a. pajak impor; b. pajak barang-barang produksi dalam negeri; c. pajak tak langsung lainnya. Yang termasuk dalam masing-masing kelompok di atas adalah: Pajak impor terdiri dari:
Pajak Tak Langsung Neto
Pariwisata
- pajak penjualan barang impor; - bea masuk Pajak barang-barang produksi dalam negeri terdiri dari: - pajak penjualan; - cukai; - pajak ekspor; pendapatan penjualan minyak dalam negeri; - setengah (50 persen) dari pajak kendaraan bermotor; - pajak radio; - pajak pengusahaan hasil hutan; - pajak izin penangkapan ikan; - pajak tontonan; - pajak pembangunan; - pajak pemotongan hewan; - pajak reklame; - pajak minuman keras; - pajak registrasi perusahaan; pungutan desa. Pajak tak langsung lainnya terdiri dari: - sembilan belas persen dari pajak lainnya untuk pemerintah pusat; - lima puluh persen dari pajak tak langsung lainnya yang diambil dari daftar keuangan pemerintah daerah; - tiga puluh persen dari penerimaan rutin lainnya untuk penerimaan daerah; duapertiga dari pajak bumi dan bangunan. Pajak tak langsung neto adalah pajak tak langsung dikurangi dengan subsidi. Pajak tak langsung yang dibayar pemerintah hanya pajak atau retribusi atas kegiatan di sektor real estate dan pajak atas commodities produced. Data mengenai pajak yang dibayarkan pemerintah sampai sekarang belum tersedia, sehingga perincian ini masih kosong. Pariwisata merupakan keseluruhan rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan gerakan manusia yang melakukan perjalanan atau persinggahan sementara dari tempat tinggalnya ke suatu atau beberapa tempat tujuan di luar lingkungan tempat tinggalnya yang didorong oleh beberapa keperluan atau motif tanpa bermaksud mencari nafkah tetap.
Pedagang Besar
Pedagang besar adalah pengusaha/pedagang yang menjual barang dalam jumlah besar untuk setiap jenis barang yang diperdagangkan.
Pedagang Besar Pertama
Pedagang besar pertama adalah pedagang besar sesudah produsen/penghasil. Pada sektor pertanian yang dimaksud pedagang besar pertama adalah pedagang sesudah petani, sedangkan pada sektor pertambangan/penggalian pedagang besar pertama adalah pedagang sesudah pengusaha pertambangan/penggalian, demikian pula untuk sektor industri pedagang besar pertamanya adalah pedagang sesudah produsen. Untuk sektor impor pedagang besar pertamanya adalah importir, demikian pula untuk barang ekspor pedagang besar pertamanya adalah eksportir itu sendiri. Pekerja yang terdaftar dan bekerja serta menerima upah dan gaji baik berupa uang atau lainnya. Pegawai yang setiap bulannya menerima gaji dan tidak tergantung pada jumlah jam kerja per bulan. Pekerja adalah semua orang yang biasanya bekerja di perusahaan/usaha dengan mendapat upah/gaji dan tunjangan-tunjangan lainnya baik uang maupun barang. Yang tidak termasuk dalam ruang lingkup statistik ini adalah ikatan dinas, pelatih, pekerja dalam masa percobaan, pekerja muda, pekerja rumahan, pekerja musiman, dan pekerja sementara dan semua pegawai yang tidak masuk kerja tanpa dibayar, yang masih dalam perdebatan perusahaan, dsb. Pekerja administrasi adalah pekerja yang menangani administrasi keuangan/akunting kepegawaian dan umum. Adalah pekerjaan yang telah diselesaikan oleh pekerja dalam pekan dimana survei diselenggarakan , tanpa memperhatikan jenis industri atau status pekerja. Pekerjaan ini diklasifikasikan menurut Standard Klasifikasi Kerja Indonesia (kji) .
Pegawai Pegawai Tetap Pekerja Pekerja
Pekerja Administrasi Pekerjaan
Pekerja Harian Lepas/Borongan
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
xix
Pekerja Honorer
Pekerja harian lepas/borongan adalah pekerja yang menerima upah harian. Upah tersebut dapat diterima secara mingguan atau bulanan berdasarkan hasil kerjanya, termasuk juga pekerja harian yang dibayar berdasarkan volume/hasil kerja yang dilakukan atau secara borongan. Jumlah hari-orang diperoleh dengan cara mengalikan jumlah hari kerja dengan rata-rata jumlah pekerja per hari kerja. Pekerja honorer adalah mereka yang bekerja secara tidak tetap yang dibayar secara bulanan, tanpa memperhatikan jumlah hari kerja pekerja tersebut.
Istilah Statistik Istilah Pekerja/Karyawan Pekerja Keluarga
Pekerja Lainnya Pekerja Paruh Waktu Pekerja Perikanan
Pekerja Teknis
Pekerja Tetap Pekerja Tetap Pekerja Tidak Dibayar Pekerja Tidak Tetap Pelabuhan
Pelabuhan Bongkar/Pelabuhan Impor Pelabuhan Khusus
Pelabuhan Laut Pelabuhan Muat/Pelabuhan Ekspor Pelabuhan Strategis
Pelabuhan Umum Pelabuhan yang Diusahakan
xx
Pelabuhan yang Tidak Diusahakan
Pelanggan berbayar (Subscriber)
Deskripsi Pekerja/karyawan adalah semua pekerja/karyawan yang secara aktif bekerja dalam usaha operasional perusahaan dengan menerima upah/gaji secara langsung dari perusahaan baik berupa uang maupun barang. Pekerja keluarga adalah seseorang yang bekerja membantu usaha untuk memperoleh penghasilan/keuntungan yang dilakukan oleh salah seseorang anggota rumah tangga atau bukan anggota rumah tangga tanpa mendapat upah/gaji. Pekerja lainnya adalah pekerja yang sifat pekerjaannya mendukung kegiatan operasional perusahaan/usaha, seperti pekerja operator telepon, binatu, keamanan dan tukang kebun. Mereka yang bekerja secara harian dan menerima upah menurut jumlah jam kerja atau hari kerja, atau menurut jumlah barang atau jasa yang diselesaikan. Pekerja perikanan adalah mereka yang bekerja pada Tempat Pelelangan Ikan (TPI)/perusahaan dan namanya terdaftar serta menerima upah/gaji langsung dari TPI/perusahaan, baik berupa uang maupun barang. Pekerja dikelompokkan menjadi dua, yaitu pekerja tetap/honorer dan pekerja harian/lainnya. Pekerja teknis adalah pekerja yang bertugas menangani bidang pekerjaan yang berkaitan langsung dengan kegiatan operasional perusahaan/usaha. Seperti pekerja pemasaran/humas, pemeliharaan, perbaikan, resepsionis/informasi, juru masak, petugas kamar, petugas bar, dan restoran. Pekerja tetap adalah mereka yang bekerja dengan memperoleh upah/gaji secara tetap baik ada kegiatan ataupun tidak. Pekerja tetap adalah pekerja yang dibayar tetap pada suatu periode tertentu dan tidak tergantung pada hari masuk kerjanya. Pekerja tidak dibayar adalah mereka yang bekerja secara rutin di perusahaan dengan tidak memperoleh upah/gaji. Pekerja tidak tetap adalah pekerja yang dibayar sesuai dengan hari masuk kerjanya. Pekerja kontrak/pekerja diperbantukan dimasukkan pada pekerja tidak tetap. Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi. Pelabuhan di mana surat izin bongkar (terhadap barang yang datang di pelabuhan tersebut), dikeluarkan oleh pejabat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai setelah diadakan pemeriksaan seperlunya. Pelabuhan khusus adalah merupakan pelabuhan yang didirikan oleh perusahaan swasta dan digunakan khusus untuk keperluan bongkar muat bahan baku dan hasil produksinya. Pelabuhan khusus didirikan karena bongkar muat barangbarang yang dibutuhkan oleh perusahaan dan hasil produksinya tersebut tidak dapat dilakukan di pelabuhan umum. Jumlah pelabuhan khusus saat ini sebanyak 501 buah. Pelabuhan Laut adalah pelabuhan umum yang menurut kegiatannya melayani kebiatan angkutan laut. Pelabuhan di mana surat izin muat (terhadap barang yang akan diberangkatkan dari pelabuhan tersebut), dikeluarkan oleh pejabat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai setelah diadakan pemeriksaan seperlunya. Pelabuhan strategis adalah pelabuhan yang dianggap telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas modern, di antaranya fasilitas untuk pelayaran angkutan peti kemas, barang curah, barang umum dan penumpang, serta mempunyai kepadatan pergerakan kapal. Pelabuhan Umum adalah pelabuhan yang diselenggarakan untuk kepentingan pelayanan masyarakat umum. Pelabuhan yang diusahakan adalah pelabuhan laut yang diselenggarakan oleh PT (Persero) Pelabuhan Indonesia, untuk memberikan fasilitas-fasilitas yang diperlukan bagi kapal yang memasuki pelabuhan untuk melakukan kegiatan bongkar muat barang dan lain-lain. Pelabuhan yang tidak diusahakan adalah pelabuhan laut yang dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis Kepelabuhanan Kanwil Departemen Perhubungan yang pembinaannya dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Laut. Sedangkan tugas dan fungsinya sama dengan pelabuhan yang diusahakan, tetapi fasilitas yang dimiliki belum selengkap pelabuhan yang diusahakan. Pelanggan berbayar (Subscriber)adalah perseorangan, badan hukum, instansi pemerintah yang menggunakan jaringan telekomunikasi dan atau jasa telekomunikasi berdasarkan kontrak.
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Istilah Statistik Istilah Pelanggan Telepon Pembentukan Modal Tetap Bruto
Deskripsi Pelanggan Telepon adalah seseorang atau institusi yang menjadi pelanggan layanan telepon. Jika seseorang atau sebuah institusi berlangganan dua sambungan telepon, dianggap sebagai dua pelanggan. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) adalah pengeluaran untuk barang modal yang mempunyai umur pemakaian lebih dari satu tahun dan tidak merupakan barang konsumsi. PMTB mencakup bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal, bangunan lain seperti jalan dan bandara, serta mesin dan peralatan. Pengeluaran barang modal untuk keperluan militer tidak dicakup dalam rincian ini tetapi digolongkan sebagai konsumsi pemerintah.
Pemerintahan Umum
Dalam menyusun neraca pemerintah umum Indonesia, sektor pemerintahan umum dibagi dua, yaitu pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pemerintah pusat meliputi seluruh instansi negara, baik yang ada di pusat maupun dinas vertikalnya di daerah. Sedangkan pemerintah daerah meliputi Pemerintah Daerah Tingkat I, Pemerintah Daerah Tingkat II dan Pemerintah Desa.
Pemilik Barang
Pemilik barang adalah perorangan atau badan hukum Indonesia yang menguasai/memiliki barang untuk dikirimkan melalui perusahaan pelayaran. meliputi upah dan gaji atas jam kerja atau pekerjaan yang telah diselesaikan, upah lembur, semua bonus dan tunjangan, perhitungan waktu-waktu tidak bekerja, bonus yang dibayarkan tidak teratur, penghargaan; dan nilai pembayaran sejenisnya. Terdapat dua komponen, yaitu: 1.untuk jam kerja biasa atau untuk pekrjaan yang telah diselesaikan, dan 2.untuk lembur Semua komponen pendapatan lainnya dikumpulkan secara agregat. Pendapatan asli daerah adalah penerimaan yang berasal dari sumber-sumber pendapatan daerah yang terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba BUMD, penerimaan dari dinas-dinas,dan penerimaan lain-lain. Pendapatan nasional merupakan produk nasional neto atas dasar biaya faktor produksi. Pendapatan nasional per kapita adalah pendapatan nasional dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Pendapatan rumah tangga adalah pendapatan yang diterima oleh rumah tangga bersangkutan baik yang berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota-anggota rumah tangga. Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari balas jasa faktor produksi tenaga kerja (upah dan gaji, keuntungan, bonus, dan lain lain), balas jasa kapital (bunga, bagi hasil, dan lain lain), dan pendapatan yang berasal dari pemberian pihak lain (transfer).
Pendapatan
Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Nasional Pendapatan Nasional Per Kapita Pendapatan Rumah Tangga
Pendapatan Rutin
Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
Penduduk Penduduk miskin Penduduk Usia Kerja Penduduk yang Menganggur Penerimaan dari Dinasdinas Penerimaan dari Jasa
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
xxi
Pendapatan rutin meliputi penerimaan pemerintah dari pajak langsung, pajak tak langsung, dan penerimaan bukan pajak. Penerimaan bukan pajak adalah penerimaan dari dinas-dinas, yang mencakup perincian seperti penerimaan dinas kesehatan, pendidikan, dan lain-lain, penerimaan kejaksaan dan pengadilan, penerimaan dinas luar negeri, penerimaan dari hasil kekayaan negara, dan lain-lain. Mereka yang meninggalkan sekolah setelah mengikuti pelajaran pada kelas tertinggi suatu tingkatan sekolah sampai akhir dengan mendapatkan tanda tamat/ijazah baik sekolah negeri maupun swasta. Pada tingkat sekolah dasar sampai dengan sekolah lanjutan atas, seseorang yang belum mengikuti pelajaran pada kelas tertinggi, tetapi jika mengikuti ujian dan lulus, dianggap tamat. Untuk tingkat akademi/universitas adalah mereka yang mendapat gelar Sarjana Muda/Sarjana (BA, BSc, BcHk, Dr, Dra, Drs, Ir, SH dan sebagainya). Penduduk adalah mereka yang sudah menetap di suatu wilayah paling sedikit 6 bulan atau kurang dari 6 bulan tetapi bermaksud untuk menetap. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan. Penduduk Usia Kerja, Penduduk usia kerja yang digunakan di Indonesia adalah penduduk yang berusia 15 tahun ke atas. Penduduk yang menganggur adalah mereka yang termasuk angkatan kerja tetapi tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaan menurut referensi waktu tertentu. Penerimaan dari dinas-dinas adalah penerimaan daerah dari dinas-dinas yang tidak merupakan penerimaan dari pajak dan retribusi daerah, misalnya Dinas Pertanian, Dinas Peternakan, Dinas Kesehatan, dan lain lain. Yang dimaksud dengan penerimaan dari jasa adalah penerimaan pemerintah dari kegiatan jasa yang disediakan untuk masyarakat. Yang termasuk dalam kategori penerimaan dari jasa adalah: a. penerimaan pendidikan, yaitu penerimaan pemerintah yang bersumber dari hasil kegiatan sekolah-sekolah, uang pendaftaran, dan uang ujian menjalankan praktek;
Istilah Statistik Istilah
Deskripsi b. penerimaan dari rumah sakit dan instansi kesehatan lainnya yang diusahakan oleh pemerintah; c. penjualan karcis dan biaya masuk ke tempat-tempat hiburan yang diusahakan oleh pemerintah; d. penerimaan jasa tenaga kerja dan pekerjaan; e. penerimaan proyek-proyek, f. setengah (50 persen) dari sewa, penggantian benda-benda tak bergerak seperti rumah dinas, rumah negeri, benda-benda bergerak, seperti alat-alat besar dan sebagainya; g. setengah (50 persen) dari penerimaan bukan pajak dari luar negeri;
Penerimaan Kekayaan
h. empat puluh persen dari penerimaan lain-lain pada penerimaan bukan pajak pemerintah pusat. Penerimaan kekayaan adalah penerimaan pemerintah yang berasal dari kekayaan yang dimiliki pemerintah, yang terdiri dari tiga jenis penerimaan: a. bunga, b. laba saham, c. sewa tanah dan royalti. Dalam hal tanah bengkok, perlakuannya tanpa memandang apakah tanah tersebut dikerjakan sendiri atau disewakan pada pihak lain, tetap dimasukkan pada perincian ini.
Penerimaan Lain-lain
Yang termasuk dalam penerimaan lain-lain antara lain hasil penjualan milik daerah, penjualan barang-barang bekas, cicilan kendaraan bermotor roda empat dan roda dua, cicilan rumah yang dibangun oleh pemerintah daerah, penerimaan jasa giro (kas daerah), dan lain-lain. Bagian bagi hasil pajak terdiri dari: a. Penerimaan pajak bumi dan bangunan; b. Bagi hasil pajak lainnya.
Penerimaan Pembangunan
Penerimaan pembangunan terdiri dari penerimaan yang berasal dari dalam negeri berupa tabungan negara dan dari luar negeri berupa bantuan proyek dan bantuan program. Penerimaan Pembangunan adalah penerimaan Pembangunan Daerah Tingkat II yang berasal dari pinjaman dan digunakan untuk belanja pembangunan. Penerimaan tersebut dirinci menurut sumber pinjaman sebagai berikut: a. Pinjaman Pemda untuk bantuan kredit pasar, kredit pertokoan, dan lain-lain yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri; b. Pinjaman untuk BUMD.
Penerimaan Pembangunan
Penganggur Pengangguran
Penganggur kentara Pengeluaran
xxii
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
Seseorang yang termasuk kelompok penduduk usia kerja yang selama periode tertentu tidak bekerja, dan bersedia menerima pekerjaan, serta sedang mencari pekerjaan. Pengangguran, adalah angkatan kerja yang tidak bekerja/tidak mempunyai pekerjaan, yang mencakup angkatan kerja yang sedang mencari pekerjaan, mempersiapkan usaha (MP), tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan/putus asa (sebelumnya dikategorikan sebagai Bukan Angkatan Kerja) dan yang punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja (sebelumnya dikategorikan sebagai Bekerja). seorang yang termasuk kelompok penduduk usia kerja yang tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaan. Pengeluaran yang dimaksud adalah pengeluaran per kapita untuk makanan dan bukan makanan. Makanan mencakup seluruh jenis makanan termasuk makanan jadi, minuman, tembakau dan sirih. Bukan makanan mencakup perumahan, sandang, biaya kesehatan, sekolah dan sebagainya. Pengeluaran konsumsi pemerintah sama dengan produksi pemerintah yang dikonsumsi sendiri, yaitu produksi bruto pemerintah dikurangi penerimaan dari produksi berupa barang dan jasa yang dihasilkan.
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Istilah Statistik Istilah Pengeluaran Pembangunan
Pengeluaran Pertanian
Pengeluaran Perusahaan Pengeluaran Rata-rata Per Kapita Sebulan Pengeluaran Rutin
Pengendalian Harga Penggalian
Penggolongan Industri Pengolahan
Deskripsi Pengeluaran pembangunan adalah pengeluaran yang ditujukan untuk pembiayaan proses perubahan, yang merupakan kemajuan dan perbaikan menuju kearah yang ingin dicapai. Pada umumnya biaya pembangunan tersebut sudah diprogram dalam Daftar Isian Proyek Daerah (DIPDA). Pengeluaran pembangunan semuanya diprogramkan dalam berbagai proyek di setiap sektor/sub sektor. Proyek-proyek di setiap sektor adalah Industri; Pertanian dan Kehutanan; Sumber Daya Air dan Irigasi; Tenaga Kerja; Perdagangan; Pengembangan Usaha Daerah; Keuangan Daerah dan Koperasi; Transportasi; Pertambangan dan Energi; Pariwisata dan Telekomunikasi Daerah; Pembangunan Daerah dan Pemukiman; Lingkungan Hidup dan Tata Ruang; Pendidikan, Kebudayaan Nasional, Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Pemuda dan Olah Raga; Kependudukan dan Keluarga Berencana; Kesehatan, Kesejahteraan Sosial, Peranan Wanita, Anak dan Remaja; Perumahan dan Pemukiman; Agama; Ilmu Pengetahuan dan Teknologi; Hukum; Aparatur Pemerintah dan Pengawasan; Politik, Penerangan, Komunikasi dan Media Massa; Keamanan dan Ketertiban Umum; dan Subsidi Pembangunan Kepada Daerah Bawahan. Pengeluran pertanian adalah yang benar-benar digunakan untuk mendapatkan produksi tersebut dan bukan yang dibeli atau dicadangkan. Pengeluaran tidak mencakup nilai bagi hasil, sewa tanah, dan perkiraan sewa tanah milik sendiri dan biaya selamatan. Pengeluaran perusahaan adalah seluruh pengeluaran yang digunakan untuk mengelola perusahaan selama setahun. Pengeluaran rata-rata per kapita sebulan adalah biaya yang dikeluarkan untuk konsumsi semua anggota rumah tangga selama sebulan dibagi dengan banyaknya anggota rumah tangga. Belanja rutin harus dapat dibiayai dari pendapatan daerah sendiri sesuai pasal 64 ayat 5 Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah. Dari pos-pos pengeluaran rutin Pemda Tingkat II yang ada kemudian dirinci menurut sepuluh jenis belanja rutin, yaitu belanja pegawai, belanja barang, belanja pemeliharaan, belanja perjalanan dinas, belanja lain-lain, angsuran pinjaman/hutang & bunga, ganjaran, subsidi, dan sumbangan kepada daerah bawahan, pensiun dan bantuan, pengeluaran yang tidak termasuk bagian lain, dan pengeluaran tidak tersangka. Pengendalian harga yang dilakukan oleh pemerintah dengan jalan menetapkan suatu harga maksimum untuk barang atau jasa tertentu tindakan mana dapat bersifat selektif atau universal. Penggalian adalah suatu kegiatan yang meliputi pengambilan segala jenis barang galian. Barang galian adalah unsur kimia, mineral dan segala macam batuan yang merupakan endapan alam (tidak termasuk logam, batubara, minyak bumi dan bahan radio aktif). Bahan galian ini biasanya digunakan sebagai bahan baku atau bahan penolong sektor industri maupun konstruksi. Hasil kegiatan penggalian antara lain, batu gunung, batu kali, batu kapur, koral, kerikil, batu marmer, pasir, pasir silika, pasir kuarsa, kaolin, tanah liat, dan lain-lain. Kegiatan pemecahan, peleburan, pemurnian dan segala proses pengolahan hasil pertambangan/penggalian tidak termasuk kegiatan pertambangan/penggalian, akan tetapi digolongkan ke dalam kegiatan industri. Kegiatan persiapan tempat penambangan penggalian seperti pembuatan jalan, jembatan dari dan ke arah lokasi penambangan, pengerukan, pemasangan pipa penyaluran dan sebagainya termasuk ke dalam kegiatan konstruksi. Sedangkan kegiatan eksplorasi dan penelitian mengenai prospek barang tambang dan mineral termasuk ke dalam jasa penambangan. Kegiatan pengambilan, pembersihan, dan pemurnian air untuk dijadikan air bersih termasuk dalam sektor air minum. Industri Pengolahan digolongkan menjadi empat kategori berdasarkan jumlah orang yang terlibat tanpa memperhatikan penggunaan tenaga mesin sebagaimana nilai kapital yang dimiliki oleh industri tertentu. Empat kategori tersebut adalah: Besar : 100 dan lebih pekerja Sedang : 20 - 99 pekerja Kecil : 5 - 19 pekerja Rumah Tangga : 1 - 4 pekerja
Perkebunan
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
xxiii
Perkebunan adalah lahan yang memiliki status legal untuk dibuat perkebunan tanaman secara komersil pada lahan tersebut, berdasarkan pada undangundang yang dijamin oleh pemerintah. Dengan kata lain, seperti perkebunan tanaman pribadi yang tidak mempunyai hak untuk mengeksploitasi dengan mempertimbangkan perkebunan rakyat. Komoditas yang dihasilkan adalah karet, kelapa sawit, kopi, kakao, teh, kina, tebu, tembakau dan rosela. data yang dikumpulkan terdiri dari produksi, lahan dan persediaan komoditas.
Istilah Statistik Istilah Perkebunan Besar Pertambangan
Perubahan Stok
Perusahaan
Perusahaan atau Usaha Industri
Perusahaan Daerah Perusahaan Industri Pengolahan Perusahaan Negara
Produk Domestik Bruto PDB atas dasar harga berlaku PDB harga konstan (riil)
xxiv
Produk Nasional Bruto
PNB harga berlaku
Deskripsi Perkebunan besar adalah usaha perkebunan yang dilakukan oleh badan usaha atau badan hukum di atas tanah negara yang mendapat izin usaha dari instansi yang berwenang. Di luar batasan tersebut merupakan perkebunan rakyat. Pertambangan adalah suatu kegiatan yang meliputi pengambilan dan persiapan untuk pengolahan lanjutan dari benda padat, benda cair, dan gas. Pertambangan dapat dilakukan di atas permukaan bumi (tambang terbuka) maupun di bawah tanah (tambang dalam) termasuk penggalian, pengerukan, dan penyedotan dengan tujuan mengambil benda padat, cair atau gas yang ada di dalamnya. Hasil kegiatan ini antara lain, minyak dan gas bumi, batubara, pasir besi, bijih timah, bijih nikel, bijih bauksit, bijih tembaga, bijih emas dan perak, dan bijih mangan. Stok terdiri dari bermacam-bermacam barang yang akan dipakai, yang sedang dalam proses pengerjaan dan barang-barang yang sudah jadi tetapi belum dijual. Dengan demikian pemegang stok sebagian besar adalah perusahaan, termasuk perusahaan pemerintah dan pemerintah sendiri. Yang merupakan stok pemerintah adalah persediaan barang-barang strategis, seperti bahan pangan. Nilai perubahan stok pada tahun tertentu adalah selisih antara stok akhir tahun dengan stok awal tahun. Data perubahan stok barang-barang strategis pemerintah belum tersedia. Perusahaan adalah suatu badan yang melakukan kegiatan ekonomi, bertujuan menghasilkan barang/jasa, terletak di suatu bangunan fisik pada lokasi tertentu, dan mempunyai catatan administrasi tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya, serta ada seorang atau lebih yang bertanggung jawab atas resiko usaha. Badan usaha perusahaan konstruksi dapat berbentuk PT, CV, Firma, PT (Persero), Perusahaan Umum atau Perusahaan Jawatan. Perusahaan atau Usaha Industri adalah suatu unit (kesatuan) usaha yang melakukan kegiatan ekonomi, bertujuan menghasilkan barang atau jasa terletak pada suatu bangunan atau lokasi tertentu, dan mempunyai catatan administrasi tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya serta ada seorang atau lebih yang bertangggung jawab atas usaha tersebut. Perusahaan Daerah adalah perusahaan yang sebagian atau seluruh modalnya milik Pemerintah Daerah, baik berasal dari kekayaan daerah yang dipisahkan maupun dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Perusahaan Industri Pengolahan dibagi dalam 4 golongan yaitu : Industri Besar (banyaknya tenaga kerja 100 orang atau lebih); Industri Sedang (banyaknya tenaga kerja 20-99 orang); Industri Kecil (banyaknya tenaga kerja 5-19 orang); Industri Rumah Tangga (banyaknya tenaga kerja 1-4 orang). Perusahaan Negara adalah perusahaan yang modalnya sebagian atau seluruhnya merupakan kekayaan negara yang dipisahkan maupun dari Anggaran Pendapatan danBelanja Negara (APBN). Berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 tahun 1969 Perusahaan Negara terdiri dari Perusahaan Jawatan (Departemental Agency), Perusahaan Umum (Public Enterprises), dan Perusahaan Perseroan (Public Company). a. Perusahaan Jawatan (Departemental Enterprise) Perusahaan Jawatan adalah perusahaan yang seluruh modalnya termasuk bagian dari anggaran belanja yang menjadi hak dari suatu departemen; b. Perusahaan Umum (Public Enterprise) Perusahaan Umum adalah perusahaan yang seluruh modalnya dimiliki negara dan dananya berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan; c. Perusahaan Perseroan (Public Company) Perusahaan Perseroan adalah perusahaan yang seluruh atau sebagian modalnya berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Produk Domestik Bruto, merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDB atas dasar harga berlaku (at current market prices) atau nominal, PDB yang dinilai atas dasar harga berlaku pada tahun-tahun bersangkutan. PDB harga konstan (riil), merupakan PDB atas dasar harga berlaku, namun tingkat perubahan harganya telah “dikeluarkan” . Peningkatan besarnya nilai PDB ini dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor . Produk nasional bruto merupakan produk domestik bruto ditambah dengan pendapatan faktor neto dari luar negeri. Pendapatan faktor neto itu sendiri merupakan pendapatan atas faktor produksi (tenaga kerja dan modal) milik penduduk suatu negara yang diterima dari luar negeri dikurangi dengan pendapatan yang sama milik penduduk asing yang diperoleh dari negara tersebut yang harus dibayarkan ke luar negeri. PNB harga berlaku, menunjukkan pendapatan yang memungkinkan untuk
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Istilah Statistik Istilah
Deskripsi dinikmati oleh penduduk suatu negara.
Produk Nasional Neto Produk Nasional Neto Atas Dasar Biaya Faktor Produksi
Produksi Produksi Punya Pekerjaan tetapi Sementara Tidak Bekerja
Rasio Anak-Wanita Rasio Jenis Kelamin Rasio Kelas terhadap Ruang Belajar Rasio Murid terhadap Guru Rasio Murid terhadap Kelas Rasio Murid terhadap Sekolah Rata-rata Pertumbuhan Penduduk Rata-rata Tenaga Kerja Per Usaha Rata-rata Upah
Rawat Inap Rawat Jalan/Berobat Jalan
Retribusi Daerah Ruang Kelas/Ruang Belajar Rumah Tahanan Negara/Rutan Rumah Tangga
Produk nasional neto merupakan produk nasional bruto dikurangi dengan seluruh penyusutan atas barang-barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi selama satu periode (setahun). Produk nasional neto atas dasar biaya faktor produksi adalah produk nasional neto atas dasar harga pasar dikurangi dengan pajak tidak langsung neto. Pajak tidak langsung neto merupakan pajak tidak langsung yang dipungut pemerintah dikurangi dengan subsidi pemerintah. Baik pajak tidak langsung maupun subsidi, kedua-duanya dikenakan terhadap barang dan jasa yang diproduksi atau dijual. Produksi adalah semua barang yang dihasilkan/diproses oleh suatu perusahaan. Produksi adalah banyaknya hasil menurut bentuk hasil yang ditetapkan dan merupakan penjumlahan laporan per unit. Punya pekejaan tetapi sementara tidak bekerja adalah mempunyai pekerjaan tetapi selama seminggu yang lalu tidak bekerja karena sesuatu sebab, seperti sakit, cuti, menunggu panen, dan mogok, termasuk menunggu pekerjaan bagi yang sudah diterima bekerja tetapi selama seminggu yang lalu belum mulai bekerja. Rasio anak-wanita adalah rata-rata banyaknya anak di bawah usia lima tahun per 1.000 wanita usia subur (15-49 tahun). Rasio jenis kelamin adalah perbandingan antara jumlah penduduk pria dan jumlah penduduk wanita pada suatu daerah dan pada waktu tertentu, yang biasanya dinyatakan dalam banyaknya penduduk pria per 100 wanita. Rasio kelas terhadap ruang belajar adalah angka perbandingan antara banyaknya kelas dengan banyaknya ruang belajar. Rasio murid terhadap guru adalah angka yang merupakan hasil pembagian antara banyaknya murid dengan banyaknya guru. Rasio murid terhadap kelas adalah angka yang merupakan hasil pembagian antara banyaknya murid dan banyaknya kelas. Rasio murid terhadap sekolah adalah angka yang merupakan hasil pembagian antara banyaknya murid dan banyaknya sekolah. Rata-rata pertumbuhan penduduk adalah angka yang menunjukkan tingkat pertambahan penduduk per tahun dalam jangka waktu tertentu. Angka ini dinyatakan sebagai persentase dari penduduk dasar. Rata-rata tenaga kerja per usaha adalah hasil bagi jumlah tenaga kerja pada usaha akomodasi (sesuai dengan klasifikasi) dengan jumlah usaha akomodasi (yang termasuk ke dalam klasifikasi/kelompok tersebut). Penghitungan rata-rata upah pekerja setiap hari didasarkan pada banyaknya upah yang diterima oleh pekerja dibagi dengan banyaknya hari kerja pekerja dalam periode waktu yang sama. Sedangkan indeks perkembangan rata-rata upah menurut jenis kelamin, jenis pekerjaan, atau jenis tanaman perkebunan adalah dengan membandingkan besar upah antara semester/tahun berjalan dengan upah pada semester/tahun dasar dengan penimbang tetap hari kerja pekerja. Rawat inap adalah kegiatan atau upaya responden yang mengalami keluhan kesehatan dengan mendatangi tempat pelayanan kesehatan (pergi berobat) dan harus menginap. Rawat jalan/berobat jalan adalah upaya responden yang mempunyai keluhan kesehatan untuk memeriksakan atau mengatasi gangguan keluhan kesehatannya dengan mendatangi tempat pelayanan kesehatan modern atau tradisional tanpa menginap, termasuk mendatangkan petugas medis ke rumah pasien, membeli obat atau melakukan pengobatan sendiri. Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran/pemakaian karena memperoleh suatu jasa atau fasilitas yang diberikan secara langsung dan nyata oleh daerah kepada pembayar/pemakai. Ruang kelas (ruang belajar) adalah ruangan yang dibatasi oleh dinding, atau sekat, dan dipergunakan sebagai tempat belajar mengajar. Rumah tahanan negara/rutan adalah tempat penahanan untuk kepentingan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan. Rumah tangga dibedakan menjadi dua, yaitu:
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
xxv
1. Rumah Tangga Biasa (Ordinary Household) adalah seorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik/sensus, dan biasanya tinggal bersama dan makan dari satu dapur. Yang dimaksud dengan makan dari satu dapur adalah mengurus kebutuhan sehari-hari bersama menjadi satu. Ada bermacam-macam bentuk rumah tangga biasa, di antaranya:
Istilah Statistik Istilah
Deskripsi orang yang tinggal bersama isteri dan anaknya; orang yang menyewa kamar atau sebagian bangunan sensus dan mengurus makannya sendiri; keluarga yang tinggal terpisah di dua bangunan sensus, tetapi makannya dari satu dapur, asal kedua bangunan sensus tersebut masih dalam satu segmen; rumah tangga yang menerima pondokan dengan makan (indekos) yang pemondoknya kurang dari 10 orang; pengurus asrama, panti asuhan, lembaga pemasyarakatan dan sejenisnya yang tinggal sendiri maupun bersama anak, isteri serta anggota rumah tangga lainnya, makan dari satu dapur yang terpisah dari lembaga yang diurusnya; masing-masing orang yang bersama-sama menyewa kamar atau sebagian bangunan sensus tetapi mengurus makannya sendiri-sendiri. 2. Rumah Tangga Khusus (Special Household) adalah orang-orang yang tinggal di asrama, tangsi, panti asuhan, lembaga pemasyarakatan, atau rumah tahanan yang pengurusan kebutuhan sehari-harinya dikelola oleh suatu yayasan atau lembaga serta sekelompok orang yang mondok dengan makan (indekos) dan berjumlah 10 orang atau lebih.
Rumah Tangga
Rumah tangga dibedakan menjadi dua, yaitu rumah tangga biasa dan rumah tangga khusus. a. Rumah tangga biasa adalah seseorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik/sensus, dan biasanya makan bersama dari satu dapur. Yang dimaksud dengan makan dari satu dapur adalah mengurus kebutuhan sehari-hari bersama menjadi satu. Ada bermacam-macam bentuk rumah tanga biasa, diantaranya : orang yang tinggal bersama istri dan anaknya; orang yang menyewa kamar atau sebagian bangunan sensus dan mengurus makannya sendiri; keluarga yang tinggal terpisah di dua bangunan sensus, tetapi makannya dari satu dapur, asal kedua bangunan sensus tersebut masih dalam satu segmen; rt yang menerima pondokan dengan makan (indekos) yang pemondoknya kurang dari 10 orang. pengurus asrama, panti asuhan, lembaga permasyarakatan dan sejenisnya yang tinggal sendiri maupun bersama anak, istri serta art lainnya, makan dari satu dapur yang terpisah dari lembaga yang diurusnya; masing-masing orang yang bersama-sama menyewa kamar atau sebagian bangunan sensus tetapi mengurus makannya sendiri-sendiri. b. Rumah tangga khusus
Rumah Tangga Pertanian
Sekolah
xxvi
Sektor Industri Pengolahan
adalah orang-orang yang tinggal di asrama, tangsi, panti asuhan, lembaga permasyarakatan, atau rumah tahanan yang pengurusan kebutuhan sehariharinya dikelola oleh suatu yayasan atau lembaga, dan kelompok orang yang mondok dengan makan (indekos) dan berjumlah 10 orang atau lebih. Rumah tangga khusus tidak dicakup dalam Susenas. Rumah tangga pertanian adalah rumah tangga yang sekurang-kurangnya satu orang anggota rumah tangga melakukan kegiatan yang menghasilkan produk pertanian dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya untuk dijual/ditukar untuk memperoleh pendapatan/keuntungan atas resiko sendiri. Kegiatan dimaksud meliputi bertani/berkebun, beternak ikan dikolam, karamba maupun tambak, menjadi nelayan, dan mengusahakan ternak/unggas. Sekolah yang dimaksud adalah sekolah formal mulai dari pendidikan dasar, menengah dan tinggi, termasuk pendidikan yang disamakan. Sektor ini mencakup semua perusahaan/usaha yang melakukan kegiatan mengubah barang dasar menjadi barang jadi/setengah jadi baik dengan tangan maupun mesin dan atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya sehingga lebih dekat kepada konsumen akhir.
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Istilah Statistik Istilah Sektor Publik
Sensus Penduduk
Sensus Pertanian
Setengah penganggur
Setengah penganggur kentara Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun yang Lalu Sistem Neraca Sosial Ekonomi
Sistem Perdagangan Khusus Sistem Perdagangan Umum
Status Pekerjaan
Sektor publik dibedakan dalam dua kelompok, yaitu kelompok pemerintahan umum dan kelompok badan usaha negara. Pemerintahan umum pada dasarnya mencakup semua departemen dan non- departemen, badan dan lembaga tinggi negara, kantor-kantor dan badan-badan yang berhubungan dengan administrasi pemerintah dan pertahanan dan semua pengadaan pelayanan sosial dan ekonomi terhadap masyarakat yang tidak ditarik pembayaran atau pembayarannya di bawah biaya produksi. Juga dicakup: a. badan-badan yang tidak mencari untung seperti sekolah-sekolah, universitas, rumah sakit, museum, perpustakaan, dan tempat-tempat penyimpanan hasil karya seni yang dibiayai dari keuangan pemerintah; b. instansi pemerintah yang memproduksi barang dan jasa sejenis dengan barang yang dihasilkan oleh perusahaan swasta yang berkaitan erat dengan kegiatan instansi tersebut dan keuangannya tidak dapat dipisahkan dari kegiatan utama instansi itu seperti unit-unit percetakan di kantor-kantor pemerintah yang menjual publikasi, kartu pos bergambar dan reproduksi karya seni, pembibitan tanaman dari kebun percobaan dan lain-lain. Penjualan yang dimaksud di sini hanya bersifat insidental dari fungsi pokok lembaga tersebut; c. instansi yang menyediakan pelayanan finansial tetapi tidak berwenang untuk melakukan transaksi finansial sendiri. Sensus penduduk berarti perhitungan jumlah penduduk secara periodik. Data yang dicapai, biasanya bukan saja meliputi jumlah orang, tetapi juga fakta mengenai misalnya jenis kelamin, usia,bahasa, dan hal-hal lain yang dianggap perlu. Sensus Pertanian merupakan sensus yang bertujuan untuk: 1. Mendapatkan data statistik pertanian yang lengkap dan akurat supaya diperoleh gambaran yang jelas tentang struktur pertanian di Indonesia. 2. Mendapatkan kerangka sampel yang dapat dijadikan landasan pengambilan sampel untuk survei-survei pertanian rutin. 3. Memperoleh informasi tentang populasi rumah tangga pertanian, rumah tangga petani gurem, luas tanam tanaman pangan, jumlah pohon dan ternak, distribusi penguasaan lahan menurut golongan luas, dan sebagainya. Dengan demikian, hasil sensus pertanian juga dapat digunakan sebagai data dasar untuk memperbaiki perkiraan produksi tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan, termasuk juga populasi pohon atau ternak yang diperoleh dari survei-survei pertanian rutin. adalah orang yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu yang masih mencari pekerjaan atau yang masih bersedia menerima pekerjaan lain. Setengah pengangguran yang dimaksudkan definisi itu disebut sebagai setengah penganggur terpaksa. Sedangkan orang yang bekerja di bawah 35 jam per minggu namun tidak mencari pekerjaan dan tidak bersedia menerima pekerjaan lain dikelompokkan sebagai setengah penganggur sukarela. seseorang yang bekerja sebagai buruh/karyawan dan pekerja mandiri (berusaha sendiri) yang selama periode tertentu secara terpaksa bekerja kurang dari jam kerja normal, yang masih mencari pekerjaanlain atau masih bersedia menerima pekerjaan lain/tambahan. Sisa lebih perhitungan anggaran tahun yang lalu adalah sisa lebih perhitungan anggaran tahun yang lalu dari anggaran rutin itu sendiri yang digunakan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tahun berikutnya. Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) merupakan suatu sistem informasi statistik yang disusun dalam bentuk matriks yang merangkum berbagai variabel ekonomi dan sosial di dalam suatu kerangka data sehingga tidak saja mencakup kinerja ekonomi, seperti pendapatan per kapita dan pertumbuhan ekonomi, tetapi juga interaksi antara kinerja ekonomi dengan kondisi sosial masyarakat, seperti distribusi pendapatan dan ketenagakerjaan (kesempatan kerja). SNSE disusun untuk dapat menjawab kebutuhan data yang dapat memberikan informasi mengenai pertumbuhan ekonomi, distribusi pendapatan dan ketenagakerjaan dalam suatu kerangka data yang komprehensif, terintegrasi dan konsisten. Hal ini dilakukan mengingat pertumbuhan ekonomi, pemerataan pendapatan, dan kesempatan kerja merupakan masalah-masalah yang saling terkait antara satu dengan lainnya. Pertumbuhan ekonomi mempunyai dampak terhadap distribusi pendapatan dan juga terhadap kesempatan kerja. Sistem perdagangan khusus adalah sistem perdagangan internasional yang dilakukan penduduk suatu negara, kecuali penduduk yang tinggal di kawasan berikat (bonded zone) karena kawasan berikat dianggap sebagai luar negeri. Sistem perdagangan umum adalah sistem perdagangan internasional yang dilakukan penduduk suatu negara, termasuk penduduk yang tinggal di kawasan berikat (bonded zone) karena kawasan berikat dianggap sebagai dalam negeri. Status gizi yang dimaksud adalah keadaan tubuh anak atau bayi dilihat dari tinggi/berat badan menurut umur. Status pekerjaan adalah jenis kedudukan seseorang dalam pekerjaan, Status tersebut diklasifikasikan dalam: 1. Berusaha sendiri tanpa rekan kerja atau bantuan orang lain.
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
xxvii
Status Gizi
Deskripsi
Istilah Statistik Istilah
Deskripsi 2. Berusaha sendiri dibantu oleh anggota keluarga atau karyawan sementara. 3. Pengusaha dengan pekerja tetap 4. Karyawan 5. Pekerja tidak dibayar
Subsidi
Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS)
Survei Usaha Terintegrasi (SUSI)
Tamat Sekolah
Tanaman Buah-buahan Tegal/Kebun/Ladang/ Huma Telekomunikasi
xxviii
Telepon Tempat Kelahiran Tempat Lahir
Dalam subsidi termasuk semua bantuan dalam bentuk uang atau barang yang diberikan pemerintah pada perusahaan swasta maupun perusahaan pemerintah. Yang dimaksud dengan subsidi dalam bentuk barang adalah subsidi untuk barang-barang yang habis dipakai dalam satu kali proses produksi, sehingga bantuan berupa barang modal dan dalam bentuk uang untuk pembentukan modal tidak termasuk. Tujuan pemberian subsidi, antara lain, adalah menjaga kestabilan harga, menutupi kerugian yang diderita perusahaan dan lain-lain. Data yang tercakup dalam perincian subsidi ini adalah subsidi bahan bakar dan subsidi pupuk. Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) merupakan survei khusus untuk mengumpulkan data ketenagakerjaan. Pengumpulan data ketenagakerjaan melalui SAKERNAS mempunyai tiga tujuan utama. Ketiga tujuan tersebut adalah untuk mengetahui : Kesempatan kerja, dan kaitannya dengan pendidikan, jumlah jam kerja, jenis pekerjaan, lapangan pekerjaan dan status pekerjaan; Pengangguran dan setengah pengangguran; Penduduk yang tercakup dalam kategori bukan angkatan kerja yaitu, mereka yang sekolah, mengurus rumah tangga dan melakukan kegiatan lainnya. Pada kegiatan Sensus Ekonomi pengumpulan data dari usaha kecil tidak berbadan hukum selain pertanian dilakukan secara terpadu 10 tahun sekali, sehingga belum diperoleh series data tahunan. Untuk menyediakan series data sektor non formal, yaitu data dari usaha kecil dan menengah yang berkesinambungan, maka BPS melaksanakan survei terpadu yang diberi nama Survei Usaha Terintegrasi (SUSI), meliputi sektor angkutan, pergudangan dan komunikasi serta sektor perdagangan besar, eceran, rumah makan dan jasa akomodasi. Secara umum tujuan dari kegiatan SUSI sektor angkutan adalah tersedianya data tentang keadaan ekonomi mutakhir yang terinci menurut sub sektor, regional dan nasional, sedangkan tujuan khususnya adalah : Tersedianya data tentang struktur perusahaan/usaha kecil dan menengah tidak berbadan hukum serta usaha rumah tangga sektor angkutan, pergudangan dan komunikasi, baik menurut sub sektor maupun wilayah; Tersedianya informasi secara rinci tentang karakteristik dari perusahaan/usaha kecil dan menengah tidak berbadan hukum serta usaha rumah tangga dari sektor angkutan, pergudangan dan komunikasi; Tersedianya data ekonomi mikro yang berupa profil dan ciri dari perusahaan/usaha kecil dan menengah tidak berbadan hukum termasuk usaha rumah tangga dalam setiap sub sektor. Secara umum tujuan dari kegiatan SUSI sektor perdagangan adalah tersedianya data tentang keadaan ekonomi mutakhir yang terinci menurut sub sektor, regional dan nasional. Sedangkan tujuan khususnya adalah : Tersedianya data tentang struktur perusahaan/usaha kecil dan menengah tidak berbadan hukum serta usaha rumah tangga sektor perdagangan, baik menurut sub sektor maupun wilayah; Tersedianya informasi secara rinci tentang karakteristik dari perusahaan/usaha kecil dan menengah tidak berbadan hukum serta usaha rumah tangga dari sektor perdagangan; Tersedianya data ekonomi mikro yang berupa profil dan ciri dari perusahaan/usaha kecil dan menengah tidak berbadan hukum termasuk usaha rumah tangga dalam setiap sub sektor. Tamat sekolah adalah menyelesaikan pelajaran pada kelas atau tingkat terakhir suatu jenjang sekolah di sekolah negeri maupun swasta dengan mendapatkan tanda tamat/ijazah. Orang yang belum mengikuti pelajaran pada kelas tertinggi tetapi telah mengikuti ujian dan lulus dianggap tamat sekolah. Tanaman buah-buahan adalah tanaman sumber vitamin, garam mineral dan lain-lain yang dikonsumsi dari bagian tanaman berupa buah umumnya merupakan tanaman tahunan. Tegal/kebun/ladang/huma adalah lahan kering yang ditanami tanaman musiman atau tahunan seperti padi ladang, palawija/hortikultura dan letaknya terpisah dengan halaman sekitar rumah. Telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman atau penerimaan atau segala jenis tanda, isyarat, tulisan gambar, suara, atau berita melalui kawat, radio, secara visual, atau sistem elektonik. Telepon adalah suatu sistem telekomunikasi yang diadakan untuk meneruskan berita dengan percakapan. Tempat ibu kandungnya melahirkannya. Tempat lahir responden adalah Provinsi tempat tinggal ibu kandungnya pada saat melahirkannya.
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Istilah Statistik Istilah Tempat Pelelangan Ikan
Tenaga Kerja Tenaga Kerja Dibayar Tenaga Kerja Tidak Dibayar Tidak/Belum Pernah Sekolah Tidak Sekolah Lagi Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
Tingkat Pengangguran Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Tingkat upah/gaji Tipe Daerah
Umur Perkawinan Pertama Untuk Indonesia kemiskinan Upah/Gaji
Usia
TPI adalah pasar yang biasanya terletak di dalam pelabuhan/pangkalan pendaratan ikan, dan di tempat tersebut terjadi transaksi penjualan ikan/hasil laut baik secara lelang maupun tidak (tidak termasuk TPI yang menjual/melelang ikan darat). Biasanya TPI ini dikoordinasi oleh Dinas Perikanan, Koperasi, atau Pemerintah Daerah. TPI tersebut harus memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Tempat tetap (tidak berpindah-pindah); b. Mempunyai bangunan tempat transaksi penjualan ikan; c. Ada yang mengkoordinasi prosedur lelang/penjualan; d. Mendapat izin dari instansi yang berwenang (Dinas Perikanan/Pemerintah Daerah). Penduduk usia 15 tahun ke atas yang sedang bekerja, yang memiliki pekerjaan namun sementara tidak bekerja, seseorang yang tidak memiliki pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan dikategorikan bekerja. Tenaga kerja dibayar adalah semua orang yang bekerja di perusahaan/usaha dengan mendapatkan upah dan gaji dan tunjangan-tunjangan lainnya baik berupa uang maupun barang. Tenaga kerja tidak dibayar adalah orang yang bekerja pada perusahaan dengan tidak menerima upah dan gaji sebagaimana yang berlaku di perusahaan tersebut. Tenaga kerja ini biasanya berasal dari pekerja pemilik/pengusaha dan pekerja keluarga lainnya. Tidak/belum pernah sekolah adalah tidak atau belum pernah sekolah di sekolah formal. Termasuk mereka yang tamat/belum tamat Taman Kanak-kanak yang tidak melanjutkan ke SD. Tidak sekolah lagi adalah pernah mengikuti pendidikan dasar, menengah atau tinggi, tetapi pada saat pencacahan tidak sekolah lagi. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), mengindikasikan besarnya penduduk usia kerja (15 tahun ke atas yang aktif secara ekonomi di suatu negara atau wilayah. TPAK diukur sebagai persentase jumlah angkatan kerja (bekerja dan pengangguran) terhadap jumlah penduduk usia kerja. Indikator ini menunjukkan besaran relatif dari pasokan tenaga kerja (labour supply) yang tersedia untuk memproduksi barang-barang dan jasa dalam suatu perekonomian. Tingkat pengangguran adalah banyaknya jumlah angkatan kerja yang tidak bekerja dan aktif mencari pekerjaan. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), memberikan indikasi tentang penduduk usia kerja yang termasuk dalam kelompok pengangguran. Tingkat pengangguran terbuka diukur sebagai persentase penganggur terhadap jumlah angkatan kerja. Mengacu pada tingkat upah minimum dan lainnya, seperti yang telah ditentukan dalam peraturan atau hukum mengenai upah. Untuk menetukan apakah suatu desa tertentu termasuk daerah perkotaan atau pedesaan digunakan suatu indikator komposit (indikator gabungan) yang skor atau nilainya didasarkan pada skor atau nilai-nilai tiga buah variabel : kepadatan penduduk, persentase rumah tangga pertanian, dan akses ke fasilitas umum. Daftar variabel dan cara penghitungan skor suatu desa dapat dilihat pada publikasi Profil Statistik Kesejahteraan Rakyat (Kesra), tahun 2005. Umur perkawinan pertama adalah umur pada saat wanita melakukan perkawinan secara hukum dan biologis yang pertama kali. Untuk Indonesia kemiskinan dihitung dengan pengeluaran minimum makanan yang didekati dengan kebutuhan 2100 kkalori ditambah dengan kebutuhan bukan makanan. Upah/gaji adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada pekerja untuk pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu persetujuan, atau perundang-undangan dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pengusaha dengan pekerja termasuk tunjangan baik untuk pekerja sendiri maupun keluarganya. Informasi tentang tanggal, bulan dan tahun dari waktu kelahiran responden tersebut menurut sistem kalender Masehi. Informasi ini digunakan untuk mengetahui usia dari responden tersebut. Usia tersebut dibulatkan kebawah, dalam arti usia tersebut merujuk saat ulang tahun terakhir dari si responden. Wanita pasangan usia subur adalah wanita berstatus kawin dan berusia 15-49 tahun, wanita berstatus kawin yang berusia kurang dari 15 tahun dan sudah haid, dan wanita berstatus kawin yang berusia lebih dari 50 tahun dan masih haid.
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
xxix
Wanita Pasangan Usia Subur
Deskripsi
Istilah Statistik Istilah Wanita Pernah Kawin
Yang dimaksud dengan wanita pernah kawin adalah penduduk/anggota rumah tangga perempuan/wanita yang pada saat pencacahan status perkawinannya kawin, cerai hidup, atau cerai mati. Wilayah pencacahan (wilcah) adalah bagian dari suatu wilayah desa/kelurahan yang pada umumnya merupakan wilayah kerja seorang pencacah. Wilcah harus mempunyai batas yang jelas, baik alam maupun buatan, dan diperkirakan tidak akan berubah dalam jangka waktu kurang lebih 10 tahun. Sebuah wilcah pada umumnya mencakup sekitar 200-300 rumah tangga atau bangunan fisik bukan tempat tinggal, atau gabungan dari rumah tangga dan bangunan fisik bukan tempat tinggal.
xxx
Wilayah Pencacahan
Deskripsi
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Daftar Grafik
DAFTAR ISI SAMBUTAN WALIKOTA BONTANG ..........................................................i KATA PENGANTAR ............................................................................................................ ii KATA PENGANTAR ........................................................................................................... iii RINGKASAN EKSEKUTIF .................................................................................................. iv ISTILAH STATISTIK ........................................................................................................... vi DAFTAR ISI .................................................................................................................... xxxi DAFTAR GRAFIK ......................................................................................................... xxxiv DAFTAR PETA ............................................................................................................. xxxvi BAB I ...............................................................................................................................1 PENDAHULUAN ................................................................................................................ 1 1.1. LATAR BELAKANG ................................................................................................... 1 1.2. MAKSUD DAN TUJUAN ......................................................................................... 1 1.3. HASIL YANG DIHARAPKAN ................................................................................... 1
BAB II ...............................................................................................................................2 PERLUNYA PERENCANAAN PEMBANGUNAN................................................................ 2 2.1. Pengertian Perencanaan Pembangunan ................................................................ 2
BAB III ...............................................................................................................................4 DATA UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN .......................................................... 4 3.1. Data Perencanaan Pembangunan Daerah ............................................................ 4 3.2. Lembaga Penyedia Data Pembangunan Daerah ................................................... 4 3.3. Penggunaan Data dan Informasi Untuk Kebijakan Pembangunan ................. 5
BAB IV ...............................................................................................................................7 JENIS-JENIS DATA PERENCANAAN PEMBANGUNAN ................................................... 7 4.1. Pengenalan Daerah dari Sisi Suplai. ...................................................................... 7 A. Sumber daya manusia (SDM) ........................................................................ 7 4.2. Pengenalan daerah dari sisi demand ................................................................... 16 4.3. Pengenalan Daerah Dari Sisi Keberdayaan Pemerintah Daerah .................... 18 4.4. Sistem Keuangan/Perbankan ............................................................................... 21 4.5. Data Keamanan ..................................................................................................... 21
BAB V .............................................................................................................................22 TOOLS ANALISIS UNTUK PERENCANAAN ................................................................... 22 5.1. LOCATION QUOTIENT (LQ) ................................................................................ 23 5.2. COR (CAPITAL-OUTPUT RATIO)......................................................................... 24
A. Jumlah Angkatan Kerja ................................................................................ 32 B. Produktivitas Pekerja .................................................................................... 33
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
xxxi
5.3. SHIFT SHARE .......................................................................................................... 25 5.4. Ketenagakerjaan .................................................................................................... 32
Daftar Grafik
5.5 KETIMPANGAN PEMBANGUNAN WILAYAH ...................................................... 33 5.5.1 GINI RASIO ............................................................................................. 36 5.5.2 INDEKS WILLIAMSON............................................................................ 39 5.5.3 INDEKS ENTROPY THEIL ........................................................................ 39 5.5.4 Angka Inflasi ........................................................................................... 41 5.6. INDIKATOR PEMBANGUNAN DAERAH ............................................................. 43 5.7. PERANGKAT ANALISIS BIDANG PERTANIAN ..................................................... 46
BAB VI... ........................................................................................................................... 48 ANALISIS DAN PEMBAHASAN ....................................................................................... 48 6.1. Struktur Perekonomian Kota Bontang ................................................................. 48 6.2. Analisis Location Quotient (LQ)........................................................................... 50 6.3. Analisis Shift Share ................................................................................................ 54 6.4 Incremental Capital Output Ratio (ICOR) ........................................................... 59 6.5 Gini Ratio ................................................................................................................ 61 6.6. Indeks ketimpangan Williamson (Indeks Ketimpangan Regional) ................ 64 6.7. Indeks Entropy Theil (IET) .................................................................................... 67 6.7.1. Indeks Entropy Theil Tingkat Provinsi .................................................. 68 6.8. Angka Pendekatan Inflasi ..................................................................................... 69 6.9. Analisis Ketenagakerjaan ...................................................................................... 75 6.10. Analisis Indeks Pembangunan Manusia ( IPM) ............................................... 80 6.10.1 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BONTANG ..................... 80 6.10.2 ANGKA HARAPAN HIDUP ................................................................... 82 6.10.3 ANGKA MELEK HURUF ...................................................................... 83 6.10.4 RATA-RATA LAMA SEKOLAH............................................................. 85 6.10.5 RATA-RATA PENGELUARAN RIIL ....................................................... 86 6.11. Indikator Pembangunan Daerah ...................................................................... 89 6.11.1. Indikator untuk menilai Kapabilitas Aparat ...................................... 89 6.11.2. Indikator untuk menilai Keuangan Daerah ....................................... 90 6.11.3. Indikator untuk menilai Sarana dan Prasarana Pemerintahan .......... 98 6.11.4. Indikator Untuk Menilai Fasilitas Publik ........................................ 102 6.11.5 Indikator-indikator yang digunakan untuk menilai Ekonomi Wilayah: ............................................................................................ 117
xxxii
6.11.6. .......Indikator-indikator yang digunakan untuk menilai Kondisi Fisik, Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam: ........................... 120 6.11.7. Indikator-indikator yang digunakan untuk menilai Kependudukan dan Ketenagakerjaan adalah : ................................. 132 6.11.8.
Indikator-indikator untuk menilai Sosial, Politik dan Budaya: ........146
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Daftar Grafik 6.12. Analisis Pertanian.............................................................................................153 Perikanan .....................................................................................................................158
BAB VII. ..........................................................................................................................163 KESIMPULAN .................................................................................................................163
xxxiii
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Daftar Grafik
DAFTAR GRAFIK Grafik 6.1.
Kontribusi Sektoral PDRB Kota Bontang Tahun 2012(persen) ........................ 48
Grafik 6.2.
Grafik Perkembangan ICOR Kota Bontang, 2006–2012.................................. 60
Grafik 6.3.
Grafik Indeks Williamson Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2006–2012 ... 66
Grafik. 6.4.
Indeks Entropy Theil Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2006 - 2011 .......... 68
Grafik 6.5.
Pola Pergerakan Inflasi dari Indeks Harga Implisit dan Inflasi dari Indeks Harga Konsumen Kota Samarinda Tahun 2007-2012 ..................................... 70
Grafik 6.6.
Pola Pergerakan Inflasi Bulanan Kota Samarinda Tahun 2007-2012 ............ 74
Grafik 6.7.
Pola Pergerakan Inflasi Bulanan Kota Bontang Tahun 2007 – Tahun 2012.. 75
Grafik 6.8.
Pola Pergerakan Inflasi dari proxy IHK dan Indeks harga Implisit Kota Bontang Tahun 2004-2012 ............................................................................... 77
Grafik .6.9.
Perbandingan Angka Harapan Hidup (AHH) Kab/kota di Kalimantan Timur Tahun 2010-2012 (Tahun) ..................................................................... 82
Grafik .6.10. Perbandingan Angka Melek Huruf (AMH) Kab/kota di Kalimantan Timur Tahun 2010 dan 2012 (Tahun).......................................................................... 84 Grafik .6.11. Perbandingan Rata-rata Lama Sekolah Kab/kota di Kalimantan Timur Tahun 2010 dan 2012 (Tahun).......................................................................... 88 Grafik .6.12. Perbandingan Rata-rata Pengeluaran Riil Kab/kota di Kalimantan Timur Tahun 2010 dan 2012 (000 Rupiah)................................................................. 89 Grafik 6.13. Perkembangan IPM Kota Bontang Tahun 2003-2012 .................................... 91 Grafik 6.14. Struktur Pendapatan Asli DaerahPemerintah Kota Bontang Tahun 20002012 ...................................................................................................................... 97 Grafik 6.15. Persentase Struktur PAD Kota Bontang Tahun 2012(%) .................................. 98 Grafik 6.16. Perkembangan Jumlah SekolahMenurut Jenjang Pendidikan Kota Bontang Tahun 2000-2012(unit) ...................................................................................109 Grafik 6.17. Perkembangan Jumlah Murid Menurut jenjang Pendidikan Kota Bontang Tahun 2006-2012(orang) ................................................................................110 Grafik 6.18. Perkembangan Jumlah Guru Menurut jenjang Pendidikan Kota Bontang Tahun 2008-2012(orang) ................................................................................110 Grafik 6.19. Persentase penduduk Berumur 5 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kelamin dan Jenis Partisipasi Sekolah, 2012 ..................................................................113 Grafik 6.20. Perkembangan Total Panjang Jalan dan Panjang Jalan Propinsi dan Kabupaten di Kota Bontang Tahun 2010- 2013 (km) ...................................119 Grafik 6.21. Struktur Perekonomian Kota Bontang (%) .......................................................122
xxxiv
Grafik 6.22 Luas Panen Padi, Kacang Tanah, Ubi kayu, Ubi Jalar dan jagung Kota Bontang (%) ........................................................................................................156 Grafik 6.23 Luas Tanam Padi, Kacang Tanah, Ubi kayu, Ubi Jalar dan jagung Kota Bontang Tahun 2012(%) ...................................................................................156
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Daftar Grafik Grafik 6.24. Luas Tanam dan Luas Panen Padi, Kacang Tanah, Ubi kayu, Ubi Jalar dan jagung Kota Bontang Tahun 2012....................................................................156 Grafik 6.25. Perbandingan Luas Panen dan Luas panen Muda Jagung Berdasarkan Sub Round ..................................................................................................................159
xxxv
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Daftar Peta
DAFTAR PETA Peta Sebaran Penduduk Kota Bontang Tahun 2012 ........................................ 61
xxxvi
Peta 6.1
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 1 Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Seiring dengan telah diberlakukannya otonomi daerah kebutuhan akan data dan informasi yang cepat, akurat, dan mutakhir semakin dirasakan. Hal ini dapat dilihat bahwa pemerintah pusat selalu membutuhkan data dan informasi dari daerah bagi penentuan besaran dana perimbangan (DAU, DAK, Bagi Hasil), sedangkan pemerintah daerah memerlukan data untuk membantu pemda dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Kondisi demikian, secara praktis sebenarnya dapat dibantu melalui data dan informasi tentang pembangunan daerah yang merupakan suatu unit fungsional pengelolaan basis data dan informasi daerah bagi perencanaan dan pengendalian pembangunan daerah, serta dapat digunakan dalam rangka pengembangan peluang investasi dan potensi daerah. Sehubungan dengan hal tersebut, diperlukan data dan informasi perencanaan pembangunan nasional dan daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah.
1.2. MAKSUD DAN TUJUAN Maksud dari penyusunan Sistem Informasi Perencanaan Pembangunan Daerah (SIMREDA) Kota Bontang adalah : 1. Memenuhi kebutuhan data dan informasi yang diperlukan dalam rangka melihat kekuatan dan kelemahan daerah dari sisi suplai,
demand, keberdayaan pemerintah daerah, sistem keuangan dan keamanan. 2. Menyusun format standar tentang data dan informasi yang mesti dikumpulkan oleh daerah dalam mendukung Pusat Data Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan Daerah.
1.3. HASIL YANG DIHARAPKAN Tersusunnya sistem informasi mengenai kondisi suplai, permintaan, keberdayaan pemerintah daerah, sistem keuangan dan data keamanan yang berguna untuk perencanaan pembangunan nasional dan daerah yang akan digunakan oleh aparatur di daerah.
1
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 2 Perlunya Perencanaan Pembangunan
BAB II PERLUNYA PERENCANAAN PEMBANGUNAN 2.1. Pengertian Perencanaan Pembangunan Istilah perencanaan pembangunan (khususnya pembangunan ekonomi) sudah sangat umum didengar dalam pembicaraan sehari-hari. Namun demikian dalam berbagai literatur tentang perencanaan memberikan pengertian berbeda-beda tentang pengertian tersebut. Conyers & Hills (1994) mendefinisikan perencanaan sebagai suatu proses yang berkesinambungan yang mencakup keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan
berbagai alternatif
penggunaan
sumberdaya
untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu pada masa yang akan datang. Berdasarkan definisi tersebut berarti ada 4 elemen dasar perencanaan yakni: •
Merencanakan berarti memilih," Definisi ini dikenalkan oleh Yulius
Nyerere (mantan Presiden Tanzania) ketika menyampaikan pidato Repelita II Tanzania pada tahun 1969. Perencanaan merupakan proses memilih di antara berbagai kegiatan yang diinginkan karena tidak semua yang diinginkan tersebut dapat dilakukan dan tercapai secara simultan. Hal ini menyiratkan bahwa hubungan antara perencanaan dengan proses pengambilan keputusan sangat erat sehingga banyak literatur perencanaan membahas pendekatan-pendekatan alternatif proses pengambilan keputusan, terutama sekali berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan keputusan dan uruturutan tindakan di dalam proses pengambilan keputusan. •
Perencanaan merupakan alat pengalokasian sumberdaya. Penggunaan istilah "sumberdaya" di sini menunjukkan segala sesuatu yang dianggap berguna dalam pencapaian suatu tujuan tertentu. Sumberdaya disini mencakup sumberdaya alam (tanah, air. hasil tambang, dan sebagainya), sumberdaya manusia, sumberdaya modal, dan keuangan. Perencanaan mencakup proses pengambilan keputusan tentang bagaimana penggunaan sumberdaya yang tersedia sebaik-baiknya. Oleh karena itu, kuantitas dan kualitas sumberdaya tersebut berpengaruh sangat penting dalam proses memilih di antara berbagai
2
pilihan tindakan-tindakan yang ada.
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 2 Perlunya Perencanaan Pembangunan •
Perencanaan merupakan alat untuk mencapai tujuan. Konsep perencanaan sebagai alat pencapaian tujuan muncul berkenaan dengan sifat dan proses penetapan tujuan. Salah satu masalah yang sering dihadapi oleh seorang perencana adalah bahwa tujuan-tujuan mereka kurang dapat diartikulasikan secara tepat. Seringkali tujuan-tujuan tersebut didefinisikan secara kurang tegas, karena kadang kala tujuantujuan tersebut ditetapkan oleh pihak lain.
•
Perencanaan untuk masa depan. Salah satu elemen penting dalam perencanaan adalah elemen waktu. Tujuan-tujuan perencanaan dirancang untuk dicapai pada masa yang akan datang dan oleh karena itu perencanaan berkaitan dengan masa depan.
3
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 3 Data Untuk Perencanaan Pembangunan
BAB III DATA UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN 3.1. Data Perencanaan Pembangunan Daerah Data untuk perencanaan daerah dapat dibedakan menjadi berbagai aspek menurut tinjauan yang diinginkan.
Hal ini disebabkan tujuan dari
perencanaan itu sendiri juga berbagai macam. Sebagaimana dijelaskan di depan inti dari perencanaan adalah bagaimana mengantisipasi masa depan menurut tujuan yang diinginkan dengan melakukan persiapan yang didasarkan data dan informasi yang tersedia saat ini. Jadi aspek yang terkandung dalam perencanaan adalah adanya tujuan dan cara mencapai tujuan tersebut dengan menggunakan sumberdaya yang ada. Untuk menentukan alat atau cara mencapai tujuan tersebut seringkali tidak mudah, mengingat bahwa tujuan dari pembangunan seringkali abstrak dan sangat ideal. Sedangkan apa yang dihadapi saat ini dengan melihat sumberdaya yang ada seringkali masih jauh dari apa yang diinginkan. Untuk itulah perencanaan juga menjadi ilmu tersendiri dalam khasanah ilmu pengetahuan. Seringkali dalam ilmu perencanaan, dibedakan menjadi perencanaan sektoral dan perencanaan nasional/regional. Bagaimana data dapat membantu proses pembuatan perencaaan? Menurut beberapa ahli ekonomi bahwa penggunaan paling penting dari data atau indikator-indikator pembangunan adalah untuk menyediakan target-target untuk perencanaan. Beberapa contoh misalnya indikator pendapatan perkapita yang ingin dicapai oleh suatu daerah sering dijadikan target dari kemajuan pembangunan yang diinginkan. Selain itu target-target pengurangan angka kemiskinan juga menjadi proyek atau program yang relatif strategis bagi daerah.
3.2. Lembaga Penyedia Data Pembangunan Daerah Berbicara mengenai lembaga penyedia data tidak terlepas dari sistem perstatistikan nasional Indonesia. Di Indonesia lembaga yang mempunyai tugas pemerintahan di bidang kegiatan statistik adalah Badan Pusat Statistik (BPS). BPS secara struktural bertangung jawab langsung kepada Presiden.
4
Di samping berada di pusat BPS juga mempunyai kantor perwakilan di setiap provinsi dan kabupaten/kota yang merupakan instansi vertikal yang disebut BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/kota.
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 3 Data Untuk Perencanaan Pembangunan Berkaitan dengan penyediaan data untuk perencanaan pembangunan di daerah maka mekanisme yang berjalan semala ini adalah berkoordinasinya BPS Provinsi maupun BPS Kabupaten/kota dengan pemerintah daerah. Untuk itu upaya penyediaan data untuk perencanaan pembangunan haruslah melibatkan pihak-pihak tersebut. Secara teknis data yang diolah dan kemudian didiseminasikan oleh BPS provinsi atau kabupaten/kota diperoleh dengan cara survei dan laporan/catatan rutin dari instansi pemerintah daerah.
3.3.
Penggunaan Data Pembangunan
dan
Informasi
Untuk
Kebijakan
Selama ini, proses perencanaan pembangunan daerah dilakukan dengan berbagai pendekatan. Sebelum era desentralisasi proses perencanaan pembangunan daerah lebih bersifat sentralistik. Dalam proses ini pemerintah daerah menerima agenda perencanaan pembangunan dari pusat untuk selanjutnya menjalankannya dalam kerangka memenuhi jadwal atau agenda perencanaan yang telah menjadi pola baku yang ditetapkan pemerintah pusat. Implikasi lebih jauh dari proses ini adalah ketergantungan yang semakin besar dari pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat. Dalam era desentralisasi proses perencanaan pembangunan sudah mengalami pergeseran paradigma. Dalam hal ini sudah mulai dilakukan proses bottom up planing pada taraf yang lebih intensif dibandingkan masa sebelumnya. Kemudian pada tataran pelaksanaan pembangunan juga sudah lebih melihat kepentingan daerah dan lebih banyak melibatkan masyarakat dan dunia usaha. Hal ini diharapkan ke depan dapat mengurangi ketergantungan pemerintah daerah dari pemerintah pusat. Kemudian juga akan menumbuhkan kemandirian dalam pendanaan dan pelaksanaan pembangunan. Namun demikian dengan semakin intens-nya peran pemerintah daerah dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di daerah akan menimbulkan beberapa konsekuensi yang harus diterima antara lain: a. Pelaksanaan pembangunan di daerah membutuhkan kelengkapan database yang lebih lengkap lagi, agar setiap tahapan pembangunan didasarkan pada data yang semakin aktual. b. Dibutuhkan sumberdaya manusia yang lebih baik lagi dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan. c. Dibutuhkan semakin besarnya partisipasi dari masyarakat dan swasta dalam proses pembangunan.
5
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 3 Data Untuk Perencanaan Pembangunan d. Dibutuhkan kreativitas untuk mencari sumber-sumber pendapatan daerah yang baru. Hal ini untuk mengimbangi pertumbuhan
6
pembangunan daerah yang semakin pesat.
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 4 Jenis-jenis data Perencanaan Pembangunan
BAB IV JENIS-JENIS DATA PERENCANAAN PEMBANGUNAN Jenis data untuk perencanaan secara umum dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar yaitu data spasial (keruangan) dan non spasial. Kedua data tersebut juga masih bisa dikembangkan menjadi dua macam dalam hal manajemennya, yaitu data fisik yang bersifat statis dan data sosial-ekonomi yang dinamis sehingga penting untuk selalu di update. Namun dari sisi substansi pembangunan ekonomi, data perencanaan pembangunan juga bisa dilihat dari perspektif suplai dan demand. Dengan melihat dari dua sisi ini diharapkan akan dapat memenuhi dua aspek penting pembangunan . Dalam SIMREDA ini jenis-jenis data yang tercakup tidak hanya mengambil dari salah satu aspek saja melainkan dari beberapa aspek, guna kelengkapan dan keluasan kegunaan dari yang yang dihimpun.
4.1. Pengenalan Daerah dari Sisi Suplai. Dilihat potensi dan prospek sumberdaya manusia, sumber daya alam, sarana dan prasarana fisik, aglomerasi kegiatan ekonomi, serta sistem kotakota yang mendukung perkembangan dan pertumbuhan daerah.
A. Sumber daya manusia (SDM) Data tentang SDM digunakan untuk melihat seberapa jauh ketersediaan dan kualitas SDM, mobilitas SDM untuk melihat pola penyebaran dan pola migrasi, dan produktivitas SDM daerah. Data yang dibutuhkan adalah : No. 1
Variabel/Aspek Kependudukan Kuantitas
Data Dasar jumlah penduduk per kecamatan
kepadatan penduduk (jml pddk per luas wilayah) Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur Angka kelahiran dan kematian
Data Turunan Perkembangan jumlah penduduk Laju pertumbuhan penduduk
Keterangan Menggambarkan perkembangan Kependudukan suatu daerah agar antisipasi dan perencanaan lebih baik
Sumber Data BPS setempat
Penduduk usia produktif (15-64 tahun)
Menunjukan struktur penduduk
BPS setempat
Untuk melihat dinamika kependudukan
BPS setempat
BPS setempat
7
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 4 Jenis-jenis data Perencanaan Pembangunan No.
Variabel/Aspek
Kualitas
2
Ketenagakerjaan
Data Dasar Angka kematian bayi Jumlah penduduk setiap wilayah (perdesaan dan perkotaan) daerah asal (tempat tinggal sebelum di wilayah yang sekarang) Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan yang ditamatkan
Jumlah tenaga kerja berdasarkan lapangan pekerjaan utama Jumlah angkatan kerja Tingkat pengangguran (presentase penduduk yang tidak bekerja terhadap total angkatan kerja)
Jumlah permintaan tenaga kerja
Data Turunan Persebaran penduduk di setiap wilayah
Keterangan Melihat tingkat kesehatan masyarakat Melihat peta persebaran penduduk dalam struktur ruang wilayah
Mobilitas penduduk antar wilayah (migran) Tingkat pendidikan
Proporsi penduduk berpendidikan tinggi Lama sekolah Proporsi tenaga kerja terhadap penduduk
Tingkat partisipasi angkatan kerja Jumlah pengangguran
Proporsi tenaga kerja sektor primer Proporso tenaga kerja sektor sekunder Proporsi tenaga kerja sektor tersier Pertumbuhan kesempatan kerja dibagi pertumbuhan penduduk usia produktif
Sumber Data BPS setempat BPS setempat
BPS setempat
Menunjukan kemampuan manusia sebagai pelaku pembangunan
BPS setempat
BPS setempat
Menunjukan potemsi tenaga kerja yang ada di daerah tersebut
BPS setempat dari Sakernas (survei Angkatan Kerja Nasional)
Menyatakan potensi angkatan kerja yang siap masuk pasar kerja Menunjukan beban, sekaligus target bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat
Menunjukan upaya peningkatan kesempatan kerja daerah
Dinas kependuduka n dan ketenaga kerjaan setempat
B. SUMBER DAYA ALAM (SDA) Data tentang SDA digunakan untuk melihat potensi dan pola ketersediaan, penyebaran dalam mendukung aktivitas perekonomian daerah. Data yang dibutuhkan adalah: No.
8
1
Variabel/Aspek
Data Dasar
Data Turunan
Keterangan
Sumber Data
Pertambangan dan Penggalian Bahan galian gol. A, B, C, (Tabel 12)
Potensi emas, perak, timah,
Perkembangan produksi bahan
Menunjukan potensi, produksi,
BPS atau Dinas Pertambangan
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 4 Jenis-jenis data Perencanaan Pembangunan No.
Variabel/Aspek
2
Migas
Data Dasar
Data Turunan
Keterangan
Sumber Data
tembaga, batu bara, dll.
galian
dan perkembangan produksinya
dan Penggalian
Produksi bahan tambang (Tabel 13) Potensi bahan galian berdasarkan wilayah (Tabel 13) Potensi minyak bumi (tabel 15)
Perkembangan produksi bahan tambang Wilayah persebaran potensi bahan galian gol. C ( Tabel 14)
Potensi Gas alam (Tabel 15) Wilayah persebaran minyak bumi (Tabel 16) Wilayah persebaran Gas alam (Tabel 16) Kontribusi PDRB sektor pertambangan (Tabel 17)
3e
Kontribusi sektor pertambangan dalam PDRB
Bagi hasil SDA (Tabel 18)
Nilai Bagi Hasil SDA
Luas hutan
Luas hutan produksi Luas hutan tanaman industri Pertumbuhan luas hutan
Luas wilayah
Proporsi luas hutan Proporsi luas perkebunan Pertumbuhan luas perkebunan
Produksi
Produksi Hutan Produksi perkebunan luas kawasan lindung jenis, luas, dan lokasi objek wisata Jumlah kunjungan wisatawan
Untuk kebijaksanaan pengembangan wilayah Menunjukan potensi, produksi, dan persebaran migas di setiap wilayah
Departemen energi dan sumber daya mineral
Melihat peranan pertambangan dalam perekonomian daerah Bagi hasil SDA yang diterima selama ini
BPS setempat
Melihat potensi hutan berdasarkan peruntukannya Menunjukan perkembangan luas hutan untuk kebijakan pelestarian Luas hutan dibagi luas wilayah. Perkembangan data ini akan menunjukan upaya yang telah dilakukan untuk pelestarian
BPS atau Dinas Kehutanan dan Perkebunan setempat
Bappeda/Dinas Pendapatan Daerah
Kehutanan
Kawasan lindung 4
Potensi wisata alam
Jumlah objek wisata
BPS atau Dinas Kehutanan dan Perkebunan setempat
BPS atau Dinas Kehutanan dan Perkebunan setempat BPS atau Dinas Pariwisata
C. Prasarana Dan Sarana Data prasarana dan sarana wilayah berguna untuk melihat seberapa jauh
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
9
ketersediaan prasarana dan sarana transportasi, telekomunikasi, listrik,
Bab 4 Jenis-jenis data Perencanaan Pembangunan kesehatan, pendidikan dna peribadatan dalam mendukung aktivitas perekonomian daerah. Data yang dibutuhkan : NO 1
Variabel/Aspek Prasarana Transformasi darat
Data Dasar
Data Turunan
Keterangan
Panjang jalan
Pertumbuhan panjang jalan Panjang jalan per klasifikasi (jalan Provinsi,kabupaten, kec,jalan usaha tani,dll)
Luas wilayah
panjang jalan per luas wilayah
Kondisi jalan
panjang jalan menurut kelas jalan
Perkembangan pembangunan fisik jalan dan manajemen pengelolaaan/pemeliharaan . Juga ntuk kebijakan penurnan biaya transportasi hasil pertanian Menunjukan kerapatan jalan (mencirikan wilayah perkotaan/pedesaan) mantap,sedang,tidak mantap.
panjang jalan menurut jenis permukaan jalan panjang jalan menurut kualitas panjang jalan menurut fungsi jalan panjang jalan menurut kelas jalan Kepadatan jaringan jalan Lalu-lintas harian rata-rata Waktu tempuh rata-rata jam/Km Jumlah jembatan
2
10
3
Sarana Transformasi Darat
Prasarana dan sarana Transformasi Sungai dan laut
Jumlah sungai besar Panjang jembatan Kondisi jembatan Panjang rel kereta api Jumlah Kendaraan menurut Golongan(I,II,III,I V) per ras Kapasitas angkut kereta api Frekuensi armada angkutan Biaya/tarip transportasi yang berlaku didaerah Jumlah terminal Panjang sungai
Jumlah pelabuhan laut
Aspal,batu kerikil,tanah. baik,sedang,rusak arteri,kolektor,lokal kelas I,II,III,IV,V Peningkatan manajemen lalu-lintas oleh daerah
Perkembangan lalu-lintas
jumlah jembatan yang seharusnya ada Jumlah jembatan yang terbangun
Menunjukan upaya meniadakan keterisolasian wilayah terpencil
Panjang jalan per luas wilayah untuk melihat komposisi ideal menurut prasarana jalan yang ada
Breakdown per jenis armada
Terminal menurut jenis dan kelas pelayanannya Jumlah armada angkutan sungai Jumlah penumpang angkutan sungai jumlah barang yang dibongkar muat dari angkutan sungai Jumlah armada yang melakukan bongkar muat
Melihat skala pelayaran armada angkutan sungai dibandingkan panjang sungai yang ada
Menunjukan kapasitas pelabuhan yang ada untuk
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 4 Jenis-jenis data Perencanaan Pembangunan NO
Variabel/Aspek
Data Dasar
Data Turunan Jumlah penumpang angkutan laut jumlah barang yang dibongkar muat di pelabuhan laut Kualitas pelayanan angkutan laut(kecepatan bongkar muat,dsb)
4
5
Prasarana dan sarana perhubungan udara Prasarana listrik
6
Prasarana telekomunikasi
7
Sarana Kesehatan
Keberadaan bandara Banyaknya penerbangan dari dan ke daerah bersangkutan Kapasitas listrik terpasang
Ketersediaan listrik selain PLN Sarana Telekomunikasi yang tersedia didaerah
Jumlah Rumah sakit Jumlah Puskesmas/ Posyandu Jumlah balai/klinik pengobatan Jumlah tenaga medis
Sarana Pendidikan
Jumlah sekolah Jumlah Kelas Jumlah tenaga pengajar/ pendidik Jumlah murid
perencanaan pengembangan pelabuhan
Untuk pembenahan manajemen pelabuhan. Bila terdapat beberapa pelabuhan akan diketahui prioritas penanganan
Klas bandara yang dimiliki Jumlah penerbangan,jumlah penumpang dan kota tujuan.
Menunjukan Mobilitas penumpang angktan udara
tingkat elektrifikasi suatu daerah Jumlah RT pelanggan listrik Distribusi pemakaian daya menurut kelas pelanggan kapasitas listrik non PLN
Ketersediaan energi listrik bagi pembangunan industri, ekonomi, masyarakat dan kegiatan lain
Produksi pulsa Jumlah pelanggan telepon tetap Jumlah operator telepon seluler yang ada Jumlah pelanggan/pengguna telepon seluler Perkembangan jumlah kamar RS Perkembangan jumlah Puskesmas
Menunjukan tingkat kemajuan teknologi informasi yang ada dimasyarakat. Salah satu indikator perkembangan ekonomi bisnis di suatu wilayah
Puskesmas menurut jenis pelayanan Perkenbangan jumlah balai/klinik pengobatan Rasio sarana kesehatan (RS,Puskesmas,dll) per 1000 penduduk Perkembangan jumlah dokter Perkembangan jumlah bidan Perkembangan jumlah mantri kes/paramedis lain Perkembangan apotik/toko obat
8
Keterangan
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Tingkat pelayanan sarana kesehatan Ketersediaan tenaga medis di suatu wilayah
Ketersediaan sarana penunjang kesehatan masyarakat Ketersediaan Ruang bagi pendidikan masyarakat dan kapasitasnya Kecukupan dari sisi kuantitas dan kualitas tenaga pengajar/pendidik
Kecukupan atau kelayakan dan sarana yang ada
11
Jumlah sekolah menurut jenjang sekolah (SD,SLTP,SLTA,PT) Jumlah ruang kelas setiap jenjang sekolah Jumlah pendidik/pengajar menurut jenjang pendididkan Kualitas guru(tingkat pendidikan,dll) Perkembangan jumlah murid Raso guru : murid pada setiap jenjang pendidikan
Menunjukan ketersediaan fasilitas kesehatan bagi masyarakat dan aksesibilitas masyarakat terhadap sarana kesehatan
Bab 4 Jenis-jenis data Perencanaan Pembangunan NO
9
Variabel/Aspek
Sarana air bersih
Data Dasar
Data Turunan
Sumber air bersih tama masyarakat
Air baku utama PDAM
Keterangan
disetiap wilayah
terhadap jumlah pengguna
Prosentase penduduk yang terlayani air bersih cakupan pelayanan PDAM (%) Jmlah pelanggan Asal sumber air baku PDAM Kapasitas produksi Debit yang dihasilkan
Pemenuhan kebuthan dasar kehidupan masyarakat,baik untuk air minum,masak,mandi,cuci dan sebagainya Kinerja PDAM dalam melayani air bersih bagi masyarakat
D. POTENSI PERTANIAN Potensi pertanian berguna untuk melihat potensi dan prospek komoditi unggulan baik untuk domestik dan ekspor serta penyebarannya. Data yang dibutuhkan No. 1
Variabel/Aspek Pertanian
Data Dasar
Data Turunan
umum PDRB tahunan (Tabel 19) Tenaga Kerja (tahunan) (Tabel 19) Rumah Tangga Petani (Tahunan) (Tabel 19) Lahan (Tabel 20)
PDRB setiap subsektor pertanian Perkembangan jumlah tenaga kerja disetiap sub-sektor Perkembangan rumah tangga petani Lahan baku pertanian Jenis irigasi Bencana banjir
12
Konversi lahan pertanian kelahan nonpertanian
Input produksi pertanian (Tabel 19)
Kepemilikan lahan (Tabel 21) Jumlah RT pemilik lahan : a. 0,1-0,5 b. 0,6-0,9 c.1-1,99 d. > 2 (Tabel 21) Kebutuhan pupuk per bulan atau per tahun. Lebih terperinci
Keterangan Pertanian dimaksud adalah dalam arti luas, meliputi sub-sektor Tanaman Pangan, Perkebunan, Peternakan,Hortikultura, Kehutanan, dan Kelautan Perikanan Data yang berlaku bagi semua subsektor pertanian Peranan pertanian secara lebih terperinci dalam perekonomian wilayah Untuk pembuatan kebijakan ketenagakerjaan di suatu wilayah
Sumber Data
BPS BPS atau Dinas pertanian BPS atau Dinas pertanian
Teknis, semiteknis, tadah hujan, dll. Luas area banjir yang tejadi diarea pertanian (Umum) menunjukan peralihan lahan yang terjadi di wilayah bersangkutan untuk masukan kebijakan tata ruang dan pengembangan wilayah Bahan kebijakan pemberdayaan petani (pemilik dan Buruh tani) Menunjukan tingkat kepemilikan lahan oleh petani. Untuk pembuatan kebijakan peningkatan kesejahteraan petani dan Buruh tani kebijakan penyediaan sarana produksi pertanian
BPS atau Dinas pertanian BPS atau Dinas pertanian BPS atau Dinas pertanian BPS atau Dinas pertanian
BPS atau Dinas pertanian Dinas Pertanian
BPS atau Dinas pertanian
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 4 Jenis-jenis data Perencanaan Pembangunan No.
Variabel/Aspek
Data Dasar
Jumlah penyuluh pertanian (Tabel 19) Jumlah organisasi petani (Tabel 19) Pembiayaan kredit (Tabel 19) alokasi anggaran pembangunan (Tabel 19) Kemiskinan
Data Turunan sesuai jenis pupuk kebutuhan akan pestisida Jumlah penyuluh pertanian untuk setiap subsektor Kelompok Tani P3A,dll Alokasi kredit perbankan Realisasi kredit perbankan Alokasi APBD untuk sektor pertanian Pendapatan rumah tangga petani Pemenuhan pangan keluarga
Keterangan
Sumber Data
Kebijakan pemberdayaan petani
BPS atau Dinas pertanian
Kemampuan masyarakat petani mengorganisasikan diri. Upaya mengefektifkan pemberdayaan petani Menunjukan peranan perbankan dalam membantu permodalan petani
BPS atau Dinas pertanian
Menunjukkan komitmen pemda dalam peningkatan sektor pertanian Untuk kebijakan peningkatan pendapatan petani
BPS atau Dinas pertanian
Melihat produktivitas pertanian sebagai input kebijakan pengembangan produk unggulan di suatu wilayah
BPS atau Dinas pertanian
masukan bagi kebijakan tata ruang Menunjukan kebutuhan potensial di wilayah yang bersangkutan
BPS atau Dinas pertanian BPS atau Dinas pertanian
Mengetahui tingkat keterlibatan masyarakat dalam setiap komoditas
BPS atau Dinas pertanian
Menunjukan pola tanam dari waktu ke waktu Menunjukan tingkat kesejahteraan petani di setiap komoditas yang digelutinya
BPS atau Dinas pertanian BPS atau Dinas pertanian
Mengetahui komoditas unggulan subsektor perkebunan untuk bahan kebijakan pengembangan
BPS atau Dinas pertanian
BPS atau Dinas pertanian
BPS atau Dinas pertanian
Luas Lahan non-sawah (tabel 22) Kehutanan dan perkebunan (Tabel 23) 2
Tanaman Pangan Untuk setiap komoditas (misal: padi, jagung, kedelai, dll)
Produksi
Data produksi komoditas bulanan
Produktivitas
Data produktivitas per ha bulanan perkembangan luas area tanam Konsumsi setiap komoditas per kapita agregrat dari konsumsi komoditas setiap wilayah Jumlah rumah tangga para petani setiap komoditas Perkembangan IP per tahun Pendapatan petani setiap komoditas
Luas area tanam Konsumsi per kapita Konsumsi Total
Jumlah Rumah Tangga petani Intensitas Penanaman Pendapatan petani 3
Perkebunan Untuk setiap komoditas (misal: Kelapa sawit, tebu/gula, kakao, dll.) (Tabel 25)
Produksi Produktivitas
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
13
Data produksi komoditas bulanan Data produktivitas per ha bulanan
Bab 4 Jenis-jenis data Perencanaan Pembangunan No.
Variabel/Aspek
Data Dasar Luas area tanam Konsumsi per kapita Konsumsi Total
Jumlah Rumah Tangga petani Pendapatan petani 4
Keterangan Masukan bagi kebijakan tata ruang manunjukan kebutuhan potensial di wilayah yang bersangkutan
Sumber Data BPS atau Dinas pertanian BPS atau Dinas pertanian
Mengetahui tingkat keterlibatan masyarakat dalam setiap komoditas
BPS atau Dinas pertanian
Menunjukan tingkat kesejahteraan petani di setiap komoditas yang digelutinya
BPS atau Dinas pertanian
Data produksi setiap hasi ternak data populasi di wilayah bersangkutan Konsumsi setiap jenis hasil ternak per kapita Agregat dari konsumsi hasil ternak setiap wilayah Pendapatan peternak setiap hasil ternak
Menunjukan jenis ternak unggulan daerah Perkembangan populasi ternak akan menjadi input pengembangan Menunjukan kebutuhan potensial di wilayah yang bersangkutan
BPS atau Dinas pertanian BPS atau Dinas pertanian
Menunjukan tingkat kesejahteraan petani di setiap komoditas yang digelutinya
BPS atau Dinas pertanian
Data produksi komoditas bulanan data produktivitas setiap komoditas di wilayah bersangkutan perkembangan luas area tanam
Menunjukan komoditas buah dan sayuran unggulan daerah
BPS atau Dinas pertanian
Persebaran dan perkembangan luas area tanam menjadi input bagi kebijakan pemetaan komoditas di wilayah bersangkutan Dapat menunjukan tingkat konsumsi untuk setiap komoditas dan menunjukan pasar potensial bagi pengembangan komoditas yang bersangkutan
BPS atau Dinas pertanian
Peternakan Untuk setiap jenis hasil ternak (misal: telur, daging, susu, dll.) (Tabel 26)
Produksi Populasi Konsumsi per kapita Konsumsi total
Pendapatan peternak 5
Data Turunan perkembangan luas area tanam Konsumsi setiap komoditas per kapita agregrat dari konsumsi komoditas setiap wilayah Jumlah rumah tangga para petani setiap komoditas Pendapatan petani setiap komoditas
BPS atau Dinas pertanian
Hortikultura Untuk setiap jenis komoditas buah dan sayuran (misal: buah-buahan, sayur-sayuran, tanaman hias, dll.)
Produksi Produktivitas
Luas area tanam
Konsumsi per kapita Konsumsi Total
Konsumsi setiap komoditas per kapita agregat dari setiap komoditas di wilayah bersangkutan
BPS atau Dinas pertanian
E. AGLOMERASI EKONOMI Data aglomerasi ekonomi berguna untuk melihat konsentrasi kegiatan ekonomi daerah dari pola penyebaran industri dan perdagangan.
14
Data yang dibutuhkan :
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 4 Jenis-jenis data Perencanaan Pembangunan No. 1
Variabel/Aspek Industri
Data Dasar
Data Turunan
Jumlah industri
Perkembangan jumlah per jenis industri
Perkembangan jenis industri
Jumlah kelompok industri diperinci berdasarkan lokasi atau wilayah
Jumlah kawasan industri
Perkembangan kawasan industri
Luas kawasan Industri
Perkembangan luas kawasan industri
Keterangan
Sumber Data
Menunjukan peta industri berdasarkan jenisnya dan jumlah pelaku usaha industri Berkumpulnya industri-industri sejenis/tidak dalam suatu kawasan tertentu tanpa pengelolaan. Berkumpulnya industri yang dikelola sebagai kawasan industri untuk input kebujakan panataan ruang dan tata kota.
Dinas Perdagangan dan Industri
Persebaran kawasan industri Kontribusi
2
Perdagangan
Jumlah kelomp. Pertokoan & perdagangn Persebaran pusat perdagangan jumlah pasar
Kontribusi PDRB sektor perdagangan
Kontribusi industri pada PDRB (diperinci berdasarkan klasifikasi industri) Diperinci berdasaran skala usaha Diperinci berdasaran daerah sampai terkecil (desa atau kecamatan) Jumlah pasar diperinci berdasarkan jenis pasar dan lokasi atau wilayah Kontribusi perdagangan pada PDRB (perinci berdasarkan berbagai klasifikasi perdagangan)
Peranan sektor industri dalam perekonomian daerah Aglomerasi di bidang perdagangan yang direncanakan
Memperlihatkan persebaran lokasi pasar dalam konstelasi wilayah perencanaan Peranan perdagangan dalam perekonomian
Dinas Perdagangan dan Industri
Dinas Perdagangan dan Industri Dinas Perdagangan dan Industri Dinas Perdagangan dan Industri BPS setempat
Dinas Perdagangan dan Industri Dinas Perdagangan dan Industri Dinas Perdagangan dan Industri Dinas Perdagangan dan Industri
F. SISTEM KOTA-KOTA Data sistem kota-kota berguna untuk melihat keterkaitan kota-desa, mana yangberperan sebagai agent of development dan hinterland. Data yang dibutuhkan : No.
Variabel/Aspek
Data Dasar
Data Turunan
Keterangan
Sumber Data
1
Sistem kota-kota
Jumlah penduduk pedesaan per tahun
Pertumbuhan penduduk perdesaan
Melihat latar belakang penduduk di perdesaan
BPS setempat
Mobilitas penduduk
Jumlah penduduk perkotaan pertahun
Jumlah penduduk terlibat dalam pertanian Jumlah penduduk terlibat dalam nonpertanian pertumbuhan penduduk perkotaan
BPS setempat BPS setempat Melihat pengaruh pertumbuhan perdesaan terhadap perkotaan
BPS setempat
15
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 4 Jenis-jenis data Perencanaan Pembangunan No.
Variabel/Aspek
Data Dasar
Data Turunan
Keterangan
Sumber Data
jumlah penduduk musiman di perkotaan
Jumlah penduduk musiman setiap kota atau daerah perkotaan
Menunjukan mobilitas penduduk ke wilayah perkotaan
BPS setempat dari sensus penduduk atau SUPAS
Migran permanen Migran non permanen
Perkembangan angkanya munujukan pola migrasi antarwilayah di daerah bersangkutan. Mengetahui latar belakang dan alasan migrasi penduduk. Untuk input kebijakan perekonomian wilayah perdesaan dan perkotaan.
BPS setempat dari sensus penduduk atau SUPAS
angka migrasi
life time migrant (migran semasa hidup)
Latar belakang Migran
Tingkat pendidikan penduduk migran Pekerjaan tetap migran untuk mengetahui presentase petani yang migran pada saat paceklik
BPS setempat dari sensus penduduk atau SUPAS
4.2. Pengenalan daerah dari sisi demand Potensi konsumsi dan daya beli masyarakat untuk melihat kemampuan daya beli dalam menyerap produksi daerah itu sendiri A. Perkembangan dan penyebaran investasi Perkembangan dan persebaran investasi berguna untuk melihat pola penyebaran investasi pemerintah dan swasta dalam pembangunan daerah. Data yang dibutuhkan : No. 1
Variabel/Aspek
Data Dasar
Data Turunan
Keterangan
Sumber Data
Investasi
Pembentukan modal Tetap Domestik Bruto
ICOR = PMTDP / perubahan PDRB
Menunjukan efisiensi dari investasi
Perkembangan PMA
Jumlah investasi asing yang masuk setiap tahun anggaran Perkembangan PMDN per tahun
Menunjukan iklim investasi bagi investor asing. Menunjukan iklim investasi bagi investor dalam negeri.
BKPMD atau Badan yang mengurusi investasi daerah BKPMD atau Badan yang mengurusi investasi daerah
Perkembangan PMDN
Laju investasi Data Perkembangan Proyek PMA Berdasarkan Sektor dan Bidang Usaha
Menunjukan sektor prioritas yang cenderung menarik bagi investasi asing
A. Perkembangan Ekspor Data perkembangan ekspor berguna untuk melihat potensi permintaan pasar internasional, peluang diversifikasi produk ekspor dan diversifikasi negara tujuan, analisis perkembangan harga pasar internasional terhadap
16
produk unggulan daerah.
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 4 Jenis-jenis data Perencanaan Pembangunan Data yang dibutuhkan : No. 1
Variabel/ Aspek Perkemban gan ekpor
Data Dasar
Data Turunan
Keterangan
Sumber Data
Ekspor barang dan jasa (juta Rp)
Pertumbuhan Ekspor barang dan jasa (juta Rp)
Menujukan potensi permintaan pasar internasional terhadap komoditas daerah
BPS setempat atau Dinas perdagangan Bisa juga diperoleh dari Asosiasi eksportir komoditas tertentu yang telah ada.
B. Perkembangan impor Data perkembangan impor berguna untuk melihat permintaan daerah, penjajagan pasar domestik. Data yang dibutuhkan : No.
Variabel/Aspek
Data Dasar
Data Turunan
Keterangan
Sumber Data
1
Perkembangan impor
Impor barang dan jasa (juta Rp)
Pertumbuhan Impor barang dan jasa (juta Rp) Perkembangan impor berdasarkan negara asal
Menujukan potensi permintaan pasar dalam negeri perkembengn impor berdasarkan jenis komoditas
BPS setempat atau Dept. Perindustrian dan Dinas perdagangan
Impor berdasarkan negara asal Impor berdasarkan komoditas
Untuk input kebijakan subtitusi impor bila memungkinkan
C. Perdagangan Antar Daerah Data perdagangan antar daerah berguna untuk melihat hubungan ekonomi antar daerah. Data yang dibutuhkan : No. 1
Variabel/Aspek Perdagangan antar daerah
Data Dasar Jenis komoditas yang diperdagangkan antara daerah
Data Turunan
Nilai barang yang diperdagangkan ke luar daerah Modal angkutan utama untuk perdagangan antar daerah
Keterangan Atau data lain yang bisa menunjukan hubungan ekonomi antar daerah Biasanya data yang ada antar kota/pelabuhan besar, maka perlu justifikasi untuk dikelompokkan menjadi daerah administrasi
Sumber Data BPS setempat atau Dept. Perindustrian dan Dinas perdagangan
17
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 4 Jenis-jenis data Perencanaan Pembangunan 4.3.
Pengenalan Daerah Dari Sisi Keberdayaan Pemerintah Daerah A. Kemampuan aparat Data tentang kemampuan aparat berguna untuk melihat kemampuan, efisiensi, dan produktivitas. Data yang dibutuhkan:
No. 1
Variabel/Aspek kemampuan aparat
Data Dasar
Data Turunan
Keterangan
Sumber Data
Jumlah Pegawai berdasarkan kelompok umur
Rasio aparat terhadap penduduk
Menunjukan kecukupan aparat dalam melayani masyarakat
Badan Kepegawaian yang ada di daerah
Menunjukan keterwakilan masyarakat dalam politik Menunjukan kualitas pegawai
DPRD setempat
Jumlah pegawai berdasarkan jenis kelamin Jumlah pegawai berdasarkan jabatan fungsional di setiap sektor Jumlah Anggota Legislatif
2
Kualitas (Manajemen dan profesionalisme) aparat
Misal pertanian (penyuluh,mantri, dll)
Pegawai berdasarkan Tingkat pendidikan Jumlah Anggota legislatif berdasarkan tingkat pendidikan Rasio Komputer terhadap jumlah pegawai
Menunjukan kualitas wakil masyarakat (input)
Jumlah keluhan masyarakat dalam hal pelayanan publik
Banyaknya Komplain masyarakat terhadap layanan publik.
Ketersediaan sarana penunjang pelayanan masyarakat Menunjukkan kinerja aparat (perlu survey/pencatatan rutin terhadap laporan masyarakat
Badan Kepegawaian yang ada di daerah DPRD setempat
Badan Kepegawaian yang ada di daerah
B. Kemampuan keuangan Kemampuan keuangan daerah berguna untuk melihat kemandirian daerah,
18
ketergantungan anggaran daerah terhadap pemerintah pusat.
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 4 Jenis-jenis data Perencanaan Pembangunan Data yang dibutuhkan : No.
Variabel/Aspek
Data Dasar
Data Turunan
Keterangan
Sumber Data
1
Penerimaan asli daerah
PAD
PAD per PDRB PAD Per PDRB
Menunjukan kapasitas keuangan daerah
2
dana Perimbangan
DAU DAK Reboisasi dan Non Reboisasi Bagi hasil
Perkembangan DAU Perkembangan DAK
Menunjukan tingkat ketergantungan anggaran daerah
Statistik Keuangan Daerah BPS atau Statistik PDRB Statistik Keuangan Daerah BPS atau Statistik APBD
3
Pinjaman Daerah
Belanja Wajib Daerah Angsuran Pokok Pinjaman
Bagi hasil pajak, sumberdaya alam, PBB dan BPHTB Debt Service Coverage Ratio (DSCR)
Menunjukan Sumber pendanaan pembangunan yang lain
Statistik Keuangan Daerah BPS atau APBD
Bunga Pinjaman Biaya-biaya lain (biaya komitmen, biaya Bank, dll)
C. Kemampuan Kelembagaan Kemampuan kelembagaan daerah berguna untuk melihat kelembagaan dengan pelayanan publik. Data yang dibutuhkan : No. 1
Variabel/Aspek
Data Dasar
Data Turunan
Keterangan
Sumber Data
Kemampuan Kelembagaan
Jumlah dinas/instansi daerah
Jumlah dinas yang seharusnya ada
Kecakupan terhadap bidang yang ditangani
Analisis berdasarkan potensi dan permasalahan yang dihadapi pemda Perda tentang Struktur Organisasi Pemerintah daerah Menunjukan kelayakan pelayanan dalam keamanan Kepolisian daerah setempat BPSempat atau PDAM setempat
Jumlah dinas yang ada
Jumlah polisi yang bertugas
2
Pelayanan Publik
Air bersih
Telekomunikasi
Kelistrikan
Rasio penduduk per polisi
Menunjukan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat Menunjukan tingkat aktivitas ekonomi
Rasio elektrifikasi (jumlah penduduk dibagi jumlah pelanggan listrik)
Menunjukan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
BPS setempat atau PT Telkom setempat BPS setempat atau PLN setempat
19
Perkembangan penduduk yang terlayani air bersih (PDAM) jumlah penduduk dibagi satuan sambungan telepon
Bab 4 Jenis-jenis data Perencanaan Pembangunan No.
Variabel/Aspek
Data Dasar
Data Turunan
Keterangan
Sumber Data
Pasar dan Pusat perdagangan
Jumlah pasar (tradisional) di bagi jumlah penduduk di kawasan perdesaan
Menunjukan aksesibilitas masyarakat terhadap pasar baik tradisional maupun modern
Dinas atau UPT yang mengurusi Pasar tradisional di daerah Dinas Perindustrian dan Perdagangan setempat Dinas Perhubungan atau Dinas Lalu Lintas Jalan Raya setempat Dinas Sosial setempat
Jumlah pusat perdagangan berdasarkan skala usaha dan skala pelayanan Angkutan Umum
Jumlah penduduk dibagi jumlah angkutan umum massal yang ada di perkotaan
Bila memungkinkan diperinci berdasarkan jenis alat transportasi yang ada
Sosial
jumlah kantongkantong kemiskinan
Pelayanan Standard perkotaan
Ketersediaan dinas pemadam kebakaran
Kesehatan
Jumlah puskesmas Jumlah rumah sakit
Input bagi upaya jaring pengaman sosial masyarakat Perlu dilihat juga kecukupan melayani persebaran kawasan permukiman dan kawasan komersial/industri Menunjukkan kecukupan fasilitas kesehatan dalam melayani masyarakat
Dinas yang menangani Pemadam Kebakaran setempat Dinas Kesehatan
D. KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH Kebijakan pemerintah daerah berguna untuk melihat dukungan terhadap kesempatan berusaha dan menggerakkan investasi daerah. data yang dibutuhkan : No. 1
Variabel/Aspek
Data Dasar
Data Turunan
Keterangan
Sumber Data
Kebijakan Pemda
Peraturan Darah (Perda)
Aturan perijinan dibidang usaha perdagangan Aturan tentang penunjukkan badan tertentu dalam perdagangan komoditas pertanian Aturan dibidang persaingan usaha Aturan tentang keharusan menanam komoditas tertentu kepada petani Aturan perpajakan daerah (pungutan/retribusi)
Menunjukkan kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk mengatur sistem perdagangan, persaingan usaha dan tekanan terhadap petani
Perda-perda tentang atau yang terkait dengan perdagangan
Mendeteksi adanya perda yang distorsif terhadap iklim usaha di daerah Menunjukan Kepastian hukum yang dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat pada pemerintah
Perda Pajak Daerah dan Retribusi
Perpajakan dan Retribusi Kepastian Hukum
Penegakan Hukum Konsistensi Peraturan
20
Pungli di luar Birokrasi
Analisis terhadap situasi kepastian hukum (bisa melalui survey atau FGD)
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 4 Jenis-jenis data Perencanaan Pembangunan 4.4. Sistem Keuangan/Perbankan Sistem keuangan dalam hal ini berkaitan dengan aspek perbankan berguna untuk melihat kemampuan sistem finansial perbankan dan non-perbankan daerah sejauh mana mempengaruhi alokasi faktor produksi. Data yang dibutuhkan: No. 1
2
3
Variabel/Aspek Dana Pihak Ketiga (DPK) Kredit Perbankan
Data Dasar Perimbangan Masyarakat (lokal)Masyarakat (Asing) Plafon/rencana total (akumulasi)
Data Turunan Rasio / kredit DPK
Keterangan
Sumber Data Bank Indonesia
Breakdown berdasarkan:
Mengetahui sektor prioritas yang menerima kredit perbankan
Bank Indonesia
-Sektor ekonomi - jenisPenggunaan: Investasi, Modal Kerja, Konsumsi. -UKM dan Non-UKM -Bentuk Bank
Realisasi total (akumulasi) Kredit Baru (bulanan) Emisi Obligasi Korporasi BPD BUND lainnya Emisi Obligasi PEMDA (municipalbonds) Nilai kapitalisasi pasar obligasi - koorporasi - Pemda
Obligasi
Bank Indonesia Bank Indonesia Bank Indonesia
4.5. Data Keamanan Data tentang keamanan ini digunakan untuk melihat kepastian hukum dan gangguan keamanan yang terjadi di suatu daerah. Data yang dibutuhkan: No. 1
Variabel/Aspek Politik dan Keamanan
Data Dasar Tingkat kriminalitas
Data Turunan jumlah peristiwa kriminal diperinci menurut jenis kasus kriminal
Keterangan Menunjukan tingkat keamanan di suatu wilayah
Perhatian terhadap hukum
Prosentase biaya penegakan hukum terhadap pengeluaran total daerah Jumlah peristiwa konflik sosial dalam setahun terakhir
Perhatian pemerintah terhadap penegakan hukum dan keamanan Tingkat kerawanan sosial suatu wilayah
Konflik sosial
Sumber Data Data Podes (BPS) atau Kepolisian setempat APBD
Dinas sosial atau yang sejenis
21
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 5Tools Analisis Untuk Perencanaan
BAB V TOOLS ANALISIS UNTUK PERENCANAAN Pembahasan mengenai tool analisis untuk perencanaan pembangunan sangatlah luas cakupannya. Namun dengan menampilkannya sebagian dari
tool-tool yang ada diharapkan akan memperkaya wawasan pengguna modul dan sekaligus dapat mempraktekkan secara langsung metode analisis yang berkaitan dengan data atau indikator yang ditampilkan. Berbagai tool analisis yang lazim digunakan dalam perencanaan pembangunan seringkali langsung berhubungan dengan indikator yang ada. Misalnya dengan menggunakan indikator investasi ingin dilakukan analisis mengenai efisiensi investasi di suatu wilayah. Dalam istilah umum seringkali tools analisis yang dimaksud dalam modul ini disebut sebagai indikator pembangunan. Misalnya ICOR (Incremental Capital Output Ratio) walaupun dalam modul ini disebut sebagai tools analisis, dalam istilah umum juga dijadikan indikator pembangunan ekonomi. Jadi dalam penyebutan indikator dan tools analisis seringkali masih terjadi kerancuan. Hal ini terjadi karena sebagai sebuah indikator memang seharusnya mengindikasi perubahan dari suatu ukuran. Dan dalam prakteknya, indikator itu tidak selalu dapat diperoleh secara langsung dari data sekunder, melainkan harus dihitung terlebih dahulu dengan tools analisis tertentu. Dalam modul ini tools analisis yang akan ditampilkan adalah tools yang sederhana dan umum digunakan dalam pembuatan perencanaan pembangunan, antara lain : • LQ • ICOR • Shift Share • Analisis Ketenagakerjaan • Gini Ratio • dll Selain itu juga akan diberikan indikator pembangunan lainnya, seperti • IPM (Indeks Pembangunan Manusia)
22
• IPD (Indikator Pembangunan Daerah) • Indeks Williamson • Indeks Entropy Theil
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 5Tools Analisis Untuk Perencanaan 5.1. LOCATION QUOTIENT (LQ) Location Quotien (LQ) adalah suatu metode yang didasarkan pada teori basis ekonomi untuk menghitung perbandingan relatif sumbangan nilai tambah sebuah sektor di suatu daerah (kabupaten/kota) terhadap sumbangan nilai tambah sektor yang bersangkutan pada tingkatan di atas daerah tersebut, atau dengan kata lain pada tingkat provinsi. Atau menghitung perbandingan antara share output sektor i di kabupaten/kota terhadap share output sektor i di provinsi:
dengan X = output (PDRB); super skrip r = kabupaten dan n = provinsi. LQ>1 mengindikasikan adanya kegiatan/kemampuanuntuk ekspor bagi sektor tersebut atau sektor basis (B) dengan kata lain bahwa suatu daerah tersebut lebih berspesialisasi memproduksi sektor i dibanding wilayah di atasnya. Sedangkan LQ<1 disebut sektor non basis (NB) yang artinya bahwa suatu daerah tersebut tidak berspesialisasi memproduksi sektor i dibanding wilayah diatasnya sehingga memerlukan pasokan/impor dari luar daerah. Jika LQ = 1 mengindikasikan bahwa baik daerah tersebut maupun wilayah diatasnya sama-sama derajatnya memproduksi sektor i. Dalam analisis LQ, ekonomi diasumsikan tertutup. Dengan demikian hasilnya hanya dapat digunakan untuk mengetahui struktur ekonomi, tidak dapat digunakan untuk proyeksi kedepan.. Keunggulan Metode LQ Ada beberapa keunggulan dari metode LQ, antara lain 1. Metode LQ memperhitungkan ekspor langsung dan ekspor tidak langsung 2. Metode LQ sederhana dan tidak mahal serta dapat diterapkan pada data historik untuk mengetahui trend. Kelemahan Metode LQ Beberapa kelemahan dari Metode LQ adalah : 1. Berasumsi bahwa pola permintaan di setiap daerah adalah identik dengan pola permintaan bangsa, bahwa produktivitas tiap pekerja di setiap sektor regional adalah sama dengan produktivitas tiap pekerja 2. Tingkat ekspor tergantung pada tingkat disagregasi.
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
23
dalam industri-industri nasional.
Bab 5Tools Analisis Untuk Perencanaan
5.2. COR (CAPITAL-OUTPUT RATIO) Konsep capital-output ratio (COR) atau sering juga disebut koefisien modal menunjukkan hubungan antara besarnya investasi (modal) dengan nilai output. Konsep COR ini dikenal melalui teori yang dikemukakan oleh Harrod-Domar. Konsep COR ini ada 2 macam yaitu average capital-output ratio (ACOR) dan incremental capital-output ratio (ICOR). ACOR menunjukkan, hubungan antara stok modal yang ada dengan aliran output lancar yang dihasilkan. Sedangkan ICOR menunjukkan hubungan antara jumlah kenaikan output/pendapatan (delta Y) yang disebabkan oleh kenaikan tertentu pada stok modal (delta K). ICOR dapat digambarkan sebagai delta K/delta Y. atau dirumuskan sebagai berkut : ICOR = dK/dY Dengan kata lain, ACOR menunjukkan hubungan antara segala sesuatu yang telah diinvestasikan pada masa lalu dengan keseluruhan pendapatan. Sedangkan ICOR menunjukkan segala sesuatu yang saat ini ditambahkan pada modal atau pendapatan. ACOR merupakan konsep statis, sementara ICOR merupakan konsep dinamis. Istilah COR sebagaimana sering digunakan dalam ilmu ekonomi biasanya berkaitan dengan ICOR. Nilai rasio ini biasanya bergerak antara 3 dan 4 dan menunjuk pada suatu periode waktu. Konsep COR dapat diterapkan tidak hanya pada perekonomian secara keseluruhan, tetapi juga di berbagai sektor perekonomian. Besarnya COR tergantung pada teknik produksi yang digunakan. Pada sektor yang teknik produksinya bersifat padat modal, COR-nya akan tinggi. Sebaliknya sektor dengan teknik produksi padat karya COR-nya akan rendah. Sektor-sektor seperti transportasi, telekomunikasi, perhubungan, perumahan dan industri barang modal akan mempunyai COR sektoral yang relatif tinggi. Tingginya COR pada sektor-sektor tersebut disebabkan oleh besarnya modal yang dibutuhkan untuk menghasilkan setiap output yang diinginkan. Dengan kata lain, sektor-sektor tersebut merupakan sektor yang menggunakan teknik produksi yang bersifat lebih padat modal ketimbang sektor-sektor lain. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika sektor-sektor tersebut memiliki COR yang tinggi. Sementara COR di sektor pertanian, industri barang konsumsi manufaktur
24
(misalnya tekstil atau rokok), dan industri jasa pada umumnya relatif rendah. Rendahnya nilai COR tersebut merupakan konsekuensi dari teknik produksi yang relatif padat karya, sehingga kebutuhan modal yang
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 5Tools Analisis Untuk Perencanaan diperlukan tidak seperti sektor-sektor yang menggunakan teknik produksi yang cenderung lebih padat modal. Nilai COR keseluruhan dari suatu negara adalah rata-rata dari semua rasio sektoral tersebut.
5.3. SHIFT SHARE Analisis shift–share dipergunakan untuk menganalisis dan mengetahui pergeseran dan peranan perekonomian di daerah. Metode ini dipakai untuk mengamati struktur perekonomian dan pergeserannya dengan cara menekankan pada pertumbuhan sektor di daerah dibandingkan dengan sektor yang sama pada tingkat daerah yang lebih tinggi atau provinsi. Analisis ini dapat digunakan untuk menganalisa pergeseran struktur perekonomian
daerah
dalam
hubungannya
dengan
peningkatan
perekonomian daerah yang bertingkat lebih tinggi. Perekonomian daerah yang didominasi oleh sektor yang lamban pertumbuhannya maka perekonomian daerah tersebut akan tumbuh dibawah tingkat pertumbuhan perekonomian daerah diatasnya. Data yang biasa dipergunakan untuk analisis shift-share adalah pendapatan per kapita (Y/P), PDRB (Y) atau Tenaga kerja (e) dengan tahun pengamatan pada rentang tertentu misalnya 1993-1997, 1997 - 2002. Dalam menjelaskan pertumbuhan ekonomi dan pergeseran struktural suatu perekonomian daerah ditentukan oleh tiga komponen : 1. Provincial share, dipakai untuk mengetahui pertumbuhan atau pergeseran struktur perekonomian suatu daerah (kabupaten/kota) dengan melihat nilai PDRB daerah pengamatan pada periode awal yang dipengaruhi oleh pergeseran pertumbuhan perekonomian daerah yang lebih tingi (provinsi). Hasil perhitungan ini akan menggambarkan besarnya peranan wilayah provinsiyang mempengaruhi pertumbuhan perekonomian daerah kabupaten. Jika pertumbuhan kabupaten sama dengan
pertumbuhan
provinsimaka
peranannya
terhadap
provinsitetap. 2. Proportional (Industry-Mix) Shift, adalah pertumbuhan Nilai Tambah Bruto suatu sektor i dibandingkan total sektor di tingkat provinsi. 3. Differential Shift (Sd), adalah perbedaan antara pertumbuhan ekonomi daerah (kabupaten) dengan nilai tambah bruto sektor yang sama di tingkat provinsi. Suatu daerah dapat saja memiliki keunggulan dibandingkan daerah lainnya karena lingkungan dapat mendorong sektor tertentu untuk tumbuh lebih cepat.
shift (Sp dan Sd) ini memisahkan unsur-unsur pertumbuhan regional yang
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
25
Menurut Glasson (1977), mengkaji lebih jauh bahwa kedua komponen
Bab 5Tools Analisis Untuk Perencanaan bersifat eksternal dan internal. Sp merupakan akibat pengaruh unsurunsur eksternal yang bekerja secara nasional(provinsi), sedangkan Sd adalah akibat dari pengaruh faktor-faktor yang bekerja di dalam daerah yang bersangkutan (Paul Sitohang, 1977). Apabila nilai Sd maupun Sp bernilai positif, menunjukkan bahwa sektor yang bersangkutan dalam perekonomian di daerah menempati posisi yang baik untuk daerah yang bersangkutan. Sebaliknya bilai nilainya negatif menunjukkan
bahwa sektor tersebut dalam perekonomian
masih
memungkinkan untuk diperbaiki dengan membandingkannya terhadap struktur perekonomian provinsi(Harry W. Richardson, 1978, 202) Untuk sektor-sektor yang memiliki differential shift yang positif maka sektor tersebut memiliki keunggulan dalam arti komparatif terhadap sektor yang sama di daerah lain. Dan untuk sektor-sektor yang memiliki
proportional shift positif berarti bahwa sektor tersebut terkonsentrasi di daerah dan mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan daerah lainnya. Apabila negatif maka tingkat pertumbuhan sektor tersebut relatif lamban. Pengaruh pertumbuhan ekonomi nasional disebut pengaruh pangsa (share). Pertumbuhan atau perubahan perekonomian suatu daerah dianalisis dengan melihat pengaruh pertumbuhan ekonomi nasional terhadap variabel regional sektor/industri daerah yang diamati. Hasil perhitungan tersebut akan menggambarkan peranan nasional yang mempengaruhi pertumbuhan perekonomian daerah. Diharapkan bahwa apabila suatu negara mengalami pertumbuhan ekonomi maka akan
26
berdampak positif terhadap perekonomian daerah.
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 5Tools Analisis Untuk Perencanaan Gambar 1 Diagram Konsep Mix dan Share
Mengenai pegaruh Bauran Industri (Industry Mix) dan pengaruh Regional Shares, kedua pengaruh tersebut dapat dijelaskan dengan Gambar 1. Untuk mempermudah pengertian, notasi-notasi yang ada diberikan contoh sebagai berikut. 1. Industri 1 Sektor 1 di tingkat provinsi 2. Industri 2 Sektor 2 di tingkat provinsi 3. Industri 3 Sektor 3 di tingkat provinsi 4. 1r Sektor 1 di Kabupaten r 5. 2r Sektor 2 di Kabupaten r 6. 3r Sektor 3 di Kabupaten r Pengaruh Bauran Industri disebut proportional shift atau bauran komposisi. Analisis proportional shift dilakukan dengan membandingkan suatu sektor sebagai bagian dari perekonomian daerah dengan sektor tersebut sebagai bagian dari perekonomian nasional. Komponen ini menunjukkan apakah aktivitas ekonomi pada sektor tersebut tumbuh lebih cepat atau lebih lambat dibandingkan pertumbuhan aktivitas ekonomi secara nasional. Pengaruh bauran industri akan positif apabila pertumbuhan variabel total sektor di tingkat nasional. Sebaliknya bauran industri akan negatif apabila
pertumbuhan
variabel
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
regional
suatu
sektor
lebih
kecil
27
regional suatu sektor lebih besar daripada pertumbuhan variabel regional
Bab 5Tools Analisis Untuk Perencanaan dibandingkan pertumbuhan variabel tersebut di tingkat nasional. Nilai positif atau negatif tersebut akan menunjukkan tingkat spesialisasi suatu sektor, yaitu tumbuh lebih cepat atau lebih lambat terhadap perekonomian nasional. Jadi, suatu daerah yang memiliki lebih banyak sektor-sektor yang tumbuh lebih cepat secara nasional akan memiliki pengaruh bauran industri yang positif. Demikian juga sebaliknya, suatu daerah yang memiliki lebih banyak sektor-sektor yang tumbuh lebih lambat secara nasional akan memiliki pengaruh bauran industri yang negatif. Secara matematis, Bauran Industri dapat diekspresikan sebagai berikut.
relatif terhadap
Berdasarkan ilustrasi di atas, maka Bauran Industri Sektor 1 dianalisis dengan membandingkan Sektor 1 di Kabupaten r sebagai bagian dari perekonomian daerah dengan Sektor 1 sebagai bagian dari perekonomian provinsi. Apabila Sektor 1 adalah Sektor Pertanian, maka pengaruh Bauran Sektor Pertanian Kabupaten r adalah perbandingan antara nilai variabel regional Sektor Pertanian di Kabupaten r dibandingkan nilai variabel regional Sektor Pertanian secara provinsi. Sementara itu, pengaruh keunggulan kompetitif dinamakan differential
shift atau regional share. Differential Shift menjelaskan tingkat kompetisi suatu aktivitas/sektor tertentu dibandingkan dengan pertumbuhan total sektor tersebut secara nasional. Komponen ini mengukur perubahan dalam suatu industri di suatu daerah karena adanya perbedaan antara pertumbuhan industri di daerah tersebut dengan pertumbuhan industri tersebut
secara
nasional.
Differential Shift yang bernilai positif
menunjukkan bahwa aktivitas sektor tersebut kompetitif. Secara matematis, Regional Shares (differential shift) dapat diekspresikan sebagai berikut.
28
Pada permulaan periode, yang relatif terhadap
Pada akhir periode
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 5Tools Analisis Untuk Perencanaan Berdasarkan ilustrasi di atas, makaRegional Shares Sektor 1 dianalisis dengan membandingkan variabel regional Sektor 1 di Kabupaten r dengan sektor yang sama di tingkat provinsi. Dengan demikian, analisis Shift-share akan dapat memberikan dua indikator positif sebagai berikut. 1. suatu wilayah mengadakan spesialisasi
di sektor-sektor yang
berkembang secara nasional (industry-mix effect) 2. sektor-sektor dari perekonomian wilayah telah berkembang lebih cepat daripada rata-rata nasional untuk sektor-sektor tersebut (competitive
advantage effect) Model Analisis Shift-share Dalam uraian berikut akan dijelaskan model analisis Shift-share klasik beserta modifikasinya. Analisis Shift-share Klasik Secara ringkas, dengan analisis
Shift-share dapat dijelaskan bahwa
perubahan suatu variabel regional suatu sektor di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu dipengaruhi oleh pertumbuhan nasional, bauran industri, dan keunggulan kompetitif (Bendavid-Val, 1983; Hoover, 1984). Dij = Nij + Mij + Cij Keterangan: Dij : perubahan suatu variabel regional sektor i di wilayah j dalam kurun waktu tertentu Nij
: komponen pertumbuhan nasional sektor i di wilayah j
Mij : bauran industri sektor i di wilayah j Cij
: keunggulan kompetitif sektor i di wilayah j
Bila analisis itu diterapkan pada variabel regional, misalnya kesempatan kerja, maka tiap komponen dapat didefinisikan sebagai berikut. Perubahan suatu variabel regional suatu sektor sektor di suatu wilayah tertentu juga merupakan perubahan antara kesempatan kerja pada tahun akhir analisis dengan kesempatan kerja pada tahun dasar. Dij = E*ij – Eij Keterangan: E*ij : kesempatan kerja sektor i di wilayah j pada tahun akhir analisis Eij : kesempatan kerja sektor i di wilayah j pada tahun dasar.
29
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 5Tools Analisis Untuk Perencanaan Komponen pertumbuhan nasional suatu sektor di suatu wilayah menunjukkan bahwa kesempatan kerja tumbuh sesuai dengan laju pertumbuhan nasional. Nij = Eij.rn Keterangan: rn: laju pertumbuhan provinsi Komponen bauran industri suatu sektor di suatu wilayah menunjukkan bahwa kesempatan kerja tumbuh sesuai laju selisih antara laju pertumbuhan sektor tersebut di tingkat Provinsi dengan laju pertumbuhan provinsi. Sementara itu, komponen keunggulan kompetitif suatu sektor di suatu wilayah merupakan kesempatan kerja yang tumbuh sesuai laju selisih antara laju pertumbuhan sektor tersbut di wilayah tersebut dengan laju pertumbuhan sektor tersebut secara provinsi. Mij = Eij (rin – rn) Cij
= Eij (rij – rin)
Keterangan: rn : laju pertumbuhan provinsi rin : laju pertumbuhan sektor i wilayah j Masing-masing laju pertumbuhan didefinisikan sebagai berikut. 1. mengukur laju pertumbuhan sektor i di wilayah j rij = (E*ij – Eij)/Eij 2. mengukur laju pertumbuhan sektor i perekonomian nasional rin = (E*in – Ein)/Ein 3. mengukur laju pertumbuhan provinsi rn = (E*n – En)/En Keterangan: E*in : kesempatan kerja sektor i di tingkat provinsi pada tahun terakhir analisis Ein
: kesempatan kerja sektor i di tingkat provinsipada suatu tahun dasar tertentu
E*n : kesempatan kerja provinsipada tahun terakhir analisis En
: kesempatan kerja provinsipada suatu tahun dasar tertentu
Untuk suatu wilayah, pertumbuhan provinsi,
bauran industri, dan
keunggulan kompetitif dapat ditentukan bagi suatu sektor (i) atau dijumlahkan untuk semua sektor sebagai keseluruhan wilayah.
30
Persamaan Shift-share untuk sektor i di wilayah j adalah : Dij = Eij.rn + Eij (rin – rn) + Eij (rij – rin)
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 5Tools Analisis Untuk Perencanaan Persamaan ini membebankan tiap sektor wilayah dengan laju pertumbuhan yang setara dengan laju yang dicapai oleh perekonomian nasional selama kurun waktu analisis. Persamaan diatas menunjukkan bahwa semua wilayah dan sektor-sektor sebaiknya memiliki tingkat pertumbuhan yang paling kecil sama dengan laju pertumbuhan provinsi(rn). Perbedaan
antara
pertumbuhan
suatu
variabel
wilayah
dengan
pertumbuhan provinsimerupakan net gain atau net loss (atau shift) wilayah bersangkutan (Supomo, 1993). Bila tiap komponen (pengaruh)
Shift-share dijumlahkan untuk semua
sektor, maka tanda hasil penjumlahan itu akan menunjukkan arah perubahan dalam pangsa wilayah kesempatan kerja tingkat provinsi. Pengaruh bauran industri total akan positif/negatif/nol di semua wilayah bila kesempatan kerja suatu sektor tumbuh di atas/di bawah/sama dengan kesempatan kerja tingkat provinsi. Demikian pula, pengaruh keunggulan kompetitif total akan positif/negatif/nol di wilayah-wilayah, dimana kesempatan kerja berkembang lebih cepat/lebih lambat atau sama dengan pertumbuhan kesempatan kerja sektor yang bersangkutan di tingkat provinsi. Keunggulan Analisis Shift-Share Ada beberapa keunggulan dari analisis shift share, antara lain : 1. Analisis shift share adalah sederhana, tetapi secara mudah memberikan gambaran kepada kita akan perubahan struktur ekonomi yang terjadi. 2. Bagi seorang pemula dalam mempelajari struktur perekonomian akan terbantu dengan cepat. 3. Gambaran pertumbuhan ekonomi dan perubahan struktur yang diberikan cukup akurat. Kelemahan analisis Shift-Share Ada beberapa kelemahan analisis shift-share yaitu: Hanya bisa digunakan untuk analisis ex-post. Masalah Benchmark berkenaan dengan homothetic change, apakah t, t+1 tidak dapat dijelaskan dengan baik. Ada data di tengah tahun pengamatan periode waktu yang tidak terungkap. Analisis ini sangat berbahaya untuk alat peramalan, mengingat bahwa
regional shift tidak konstan dari suatu periode ke periode lainnya. Tidak bisa dipakai untuk melihat keterkaitan antar sektor.
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
31
Tidak ada keterkaitan antar daerah.
Bab 5Tools Analisis Untuk Perencanaan Untuk analisis lebih rinci mengenai differensial shift yang terdapat dalam analisis Shift share, dapat menggunakan modifikasi Esteban Marquillas yang dibagi menjadi dua bagian yaitu : Regional Shift Effect (RSE) Allocation Effect (AE) Hasil penghitungan RSE dapat menggambarkan seberapa kompetitif sektorsektor yang ada di Bontang dibandingkan sektor-sektor yang sama di level Kalimantan Timur. Jika suatu sektor nilai RSE-nya positif, maka dapat diketahui bahwa sektor tersebut cukup kompetitif dalam pergerakan perekonomian regional. Sedangkan penghitungan AE digunakan untuk mendapatkan gambaran mengenai spesialisasi sektor-sektor Bontang terhadap perekonomian regional. Sektor yang memiliki nilai AE positif berarti memiliki spesialisasi konstribusi dalam perekonomian.
5.4. Ketenagakerjaan A. Jumlah Angkatan Kerja Berdasarkan publikasi ILO (International Labour Organization) penduduk dapat dikelompokkan menjadi tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Tenaga kerja dikatakan juga sebagai penduduk usia kerja, yaitu penduduk usia 10 tahun atau lebih atau akhir-akhir ini menjadi penduduk usia 15 tahun atau lebih, seiring dengan program wajib belajar 9 tahun. Selanjutnya tenaga kerja dibedakan menjadi: angkatan kerja dan bukan angkatan kerja (penduduk yang sebagian besar kegiatannya adalah: sekolah, mengurus
32
rumah tangga, atau kegiatan lainnya selain bekerja).
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 5Tools Analisis Untuk Perencanaan Klasifikasi Penduduk Menurut Ketenagakerjaan (ILO) Angkatan kerja dibedakan dua, yaitu: • penduduk yang bekerja (sering disebut pekerja), dan • penduduk yang tidak bekerja dan atau sedang mencari pekerjaan. Dengan demikian angkatan kerja merupakan bagian penduduk yang sedang bekerja dan siap masuk pasar kerja, atau dapat dikatakan sebagai pekerja dan potensi penduduk yang akan masuk pasar kerja. Angka yang sering digunakan untuk menyatakan besarnya angkatan kerja adalah TPAK (tingkat partisipasi angkatan kerja), yang merupakan rasio antara angkatan kerja dengan tenaga kerja.
B. Produktivitas Pekerja Produktivitas pekerja dapat diukur dengan menggunakan produktivitas rata-rata pekerja, yang menyatakan rasio nilai tambah dengan jumlah pekerja. Produktivitas pekerja juga dapat diukur dengan ukuran yang lebih baik, yaitu produktivitas marjinal pekerja yang menyatakan besarnya balas jasa terhadap kenaikan produktivitas pekerja. Apabila pekerja dibayar sesuai dengan produktivitas marjinalnya, maka upah merupakan ukuran yang tepat untuk menggambarkan produktivitas pekerja. Secara praktis untuk mengukur produktivitas pekerja dapat menggunakan data nilai tambah suatu daerah yaitu PDRB dengan jumlah pekerja. Rasio dari kedua data tersebut menunjukkan produktivitas tenaga kerja.
5.5 KETIMPANGAN PEMBANGUNAN WILAYAH Tujuan dari penulisan ini adalah membuat indikator yang memberikan gambaran proporsi tingkat pendapatan yang dapat digunakan untuk perencanaan pembangunan daerah secara umum serta sebagai bahan evaluasi pembangunan daerah. Dari kegiatan ini diharapkan dapat; a. Memberi gambaran tentang pendapatan perkapita masyarakat b. Memberikan gambaran tentang pengeluaran konsumsi perkapita c. Memberi gambaran kemajuan wilayah d. Menggambarkan ketimpangan pendapatan antar golongan penduduk e. Menggambarkan ketimpangan antar wilayah Sumber data yang digunakan dalam data hasil survei Susenas BPS Kota Bontangtahun 2011. Untuk melengkapi kajian digunakan juga beberapa sebagai gambaran awal dalam membuat kajian analisis keterbandingan.
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
33
sumber data lain seperti data PDRB, IPM, dan lain-lain tahun sebelumnya
Bab 5Tools Analisis Untuk Perencanaan Secara teoritis, permasalahan ketimpangan pembangunan antar wilayah mula-mula dimunculkan oleh Douglas C North dalam analisanya tentang Teori Pertumbuhan Neo-Klasik. Dalam teori tersebut dimunculkan sebuah prediksi tentanghubungan antara tingkat pembangunan ekonomi nasional suatu negara denganketimpangan pembangunan antar wilayah. Hipotesa ini kemudian lazim dikenalsebagai Hipotesa Neo-Klasik (Sjafrizal, 2008). Menurut Hipotesa Neo-klasik, pada permulaan proses pembangunan suatu negara, ketimpangan pembangunan antar wilayah cenderung meningkat. Proses iniakan terjadi sampai ketimpangan tersebut mencapai titik puncak. Setelah itu, bilaproses pembangunan terus berlanjut, maka secara berangsur-angsur ketimpangan pembangunan antar wilayah tersebut akan menurun (Sjafrizal, 2008). Myrdal dalam Jhingan (1990), ketimpangan wilayah berkaitan erat dengan sistem kapitalis yang dikendalikan oleh motif laba. Motif laba inilah
yang
mendorongberkembangnya
pembangunan
terpusat
di
wilayah-wilayah yang memiliki harapanlaba tinggi, sementara wilayahwilayah yang lainnya tetap terlantar. Lincolin Arsyad (1997) juga berpendapat perbedaan tingkat pembangunan ekonomi antar wilayah menyebabkan perbedaan tingkat kesejahteraan antar wilayah. Ekspansi ekonomi suatu daerah akan mempunyai pengaruh yang merugikan bagi daerah-daerah lain, karena tenaga kerja yang ada, modal, perdagangan akan pindah ke daerah yangmelakukan ekspansi tersebut. Ketimpangan
pada
kenyataannya tidak dapat
dihilangkan
dalam
pembangunan suatu daerah. Adanya ketimpangan, akan memberikan dorongan kepada daerah yangterbelakang untuk dapat berusaha meningkatkan kualitas hidupnya agar tidak jauhtertinggal dengan daerah sekitarnya. Selain
itu
daerah-daerah tersebut
akan
bersaingguna
meningkatkan kualitas hidupnya, sehingga ketimpangan dalam hal ini memberikan dampak positif. Akan tetapi ada pula dampak negatif yang ditimbulkan dengan semakin tingginya ketimpangan antar wilayah. Dampak negatif tersebutberupa inefisiensi ekonomi, melemahkan stabilitas sosial dan solidaritas, sertaketimpangan yang tinggi pada umumnya dipandang tidak adil (Todaro,2004). Adapun faktor-faktor yang menentukan ketimpangan pembangunan antar wilayah antara lain konsentrasi kegiatan ekonomi antar daerah, mobilitas barang dan faktor produksi antar daerah serta alokasi investasi antar wilayah dengan wilayah lainnya.
34
Bahkan kebijakan yang dilakukan oleh suatu daerah depat pula mempengaruhi ketimpangan pembangunan regional. Oleh karena itu untuk menghitung tingkat ketimpangan wilayah digunakan beberapa
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 5Tools Analisis Untuk Perencanaan metode yaitu Gini Ratio yang menggunakan pendekatan pengeluaran perkapita dan indeks Williamson serta indeks Entrophy Theil yang menghitung ketimpangan berdasarkan pendapatan perkapita dengan proxy konsep PDRB perkapita relatif. Pengertian Ketimpangan Kesenjangan dapat diterjemahkan sebagai gap antara yang tertinggi dan yang terendah. Dalam konteks ekonomi Aspek “keadilan dan pemerataan” selain dapat ditinjau berdasarkan hubungan interpersonal, namun dapat pula ditinjau menurut perbandingan antar daerah (Raksaka Mahi, 2000). Beberapa kriteria bagi sebuah ukuran ketimpangan yang baik memenuhi beberapa syarat seperti: Tidak tergantung pada nilai rata-rata (mean independence). Ini berarti bahwa jika semua pendapatan bertambah dua kali lipat, ukuran ketimpangan tidak akan berubah. Koefisien Gini memenuhi syarat ini. Tidak tergantung pada jumlah penduduk ( population size independence). Jika penduduk berubah, ukuran ketimpangan seharusnya tidak berubah, jika kondisi lain tetap (ceteris paribus). Koefisien Gini juga memenuhi syarat ini. Simetris. Jika antar penduduk bertukar tempat tingkat pendapatannya, seharusnya tidak akan ada perubahan dalam ukuran ketimpangan. Koefisien Gini juga memenuhi hal ini. Sensitivitas Transfer Pigou-Dalton. Dalamkriteria ini, transfer pandapatan dari si kaya ke si miskin akan menurunkan ketimpangan. Gini juga memenuhi kriteria ini. Selain itu ukuran ketimpangan yang baik juga diharapkan mempunyai sifat sebagai berikut : Dapat didekomposisi Hal ini berarti bahwa ketimpangan mungkin dapat didekomposisi (dipecah) menurut kelompok penduduk atau sumber pendapatan atau dalam dimensi lain. Indeks Gini tidak dapat didekomposisi atau tidak bersifat aditif antar kelompok. Yakni nilai total koefisien Gini dari suatu masyarakat tidak sama dengan jumlah nilai indeks Gini dari sub-kelompok masyarakat (subgroup). Dapat diuji secara statistik Seseorang harus dapat menguji signifikansi perubahan indeks antar waktu. Hal ini sebelumnya menjadi masalah, tetapi dengan teknik bootstrap interval (selang) kepercayaan umumnya dapat dibentuk. terkait dengan perbandingan kesenjangan antara kelompok yang kaya dan
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
35
Pada saat membahas kesejangan pendapatan golongan penduduk akan
Bab 5Tools Analisis Untuk Perencanaan kelompok yang miskin, ini menimbulkan konsep “garis kemiskinan “ (poverty line) yang menunjukkan batas terendah untuk memenuhi kebutuhan pokok manusia. Penduduk yang berada digaris kemiskinan (absolute poverty) apabila pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan paling pokok seperti sandang, pangan, perumahan, pendidikan kesehatan dan lainnya.
5.5.1 GINI RASIO Koefisien Gini (Gini Ratio) adalah salah satu ukuran yang paling sering digunakan untuk mengukur tingkat ketimpangan pendapatan secara menyeluruh. Koefisien Gini didasarkan pada kurva Lorenz, yaitu sebuah kurva pengeluaran kumulatif yang membandingkan distribusi dari suatu variabel tertentu (misalnya pendapatan) dengan distribusi uniform (seragam) yang mewakili persentase kumulatif penduduk. Untuk membentuk koefisien Gini, gambarlah grafik persentase kumulatif rumah tangga (dari termiskin hingga terkaya) pada sumbu horizontal dan persentase kumulatif pengeluaran (pendapatan) pada sumbu vertikal. Ini menghasilkan kurva Lorenz seperti yang ditunjukkan pada gambar 6. Garis
diagonal
mewakili
pemerataan
sempurna.
Koefisien
Gini
didefinisikan sebagai A/(A+B), dimana A dan B seperti yang ditunjukkan pada grafik. Jika A=0 koefisien Gini bernilai 0 yang berarti pemerataan sempurna, sedangkan jika B=0 koefisien Gini akan bernilai 1 yang berarti ketimpangan sempurna. Koefisien Gini tidak sepenuhnya memuaskan.
36
Perhatikan gambar berikut!
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 5Tools Analisis Untuk Perencanaan Dari gambar di atas, sumbu horisontal menggambarkan prosentase kumulatif penduduk, sedangkan sumbu vertikal menyatakan bagian dari total pendapatan yang diterima oleh masing-masing prosentase penduduk tersebut. Sedangkan garis diagonal di tengah disebut “garis kemerataan sempurna”. Karena setiap titik pada garis diagonal merupakan tempat kedudukan
prosentase
penduduk
yang
sama
dengan
prosentase
penerimaan pendapatan. Semakin jauh jarak garis kurva Lorenz dari garis diagonal, semakin tinggi tingkat ketidakmerataannya. Sebaliknya semakin dekat jarak kurva Lorenz dari garis diagonal, semakin tinggi tingkat pemerataan distribusi pendapatannya. Pada gambar di atas, besarnya ketimpangan digambarkan sebagai daerah yang diarsir. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa suatu distribusi pendapatan makin merata jika nilai Koefisien Gini mendekati nol (0). Sebaliknya, suatu distribusi pendapatan dikatakan makin tidak merata jika nilai Koefisien Gininya makin mendekati satu. Perhatikan tabel 5.5.1. Tabel 5.5.1.1 Patokan Nilai Koefisien Gini Nilai Koefisien < 0,4
Distribusi Pendapatan
Tingkat ketimpangan rendah
0,4 – 0,5
Tingkat ketimpangan
> 0,5
Tingkat ketimpangan tinggi
Rumus untuk menghitung gini ratio: k
G 1 i 1
dengan:
Pi (Qi Qi 1 ) 10.000
Pi
: persentase rumahtangga atau penduduk pada kelas ke-i
Qi
: persentase kumulatif total pendapatan atau pengeluaran sampai kelas ke-i
Data yang diperlukan dalam penghitungan gini ratio:
Jumlah rumahtangga atau penduduk
Rata-rata pendapatan atau pengeluaran rumahtangga yang sudah dikelompokkan menurut kelasnya.
dapat menggunakan kriteria yang ditentukan Bank Dunia (World Bank).
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
37
Selain penggunaan Koefisien Gini, untuk melihat distribusi pendapatan
Bab 5Tools Analisis Untuk Perencanaan Tingkat kemerataan menurut Bank Dunia (dilihat dari sebaran atau distribusi pendapatan pada kelompok penduduk) yang dibagi menjadi 3, yaitu: 40 % pertama
→ kelompok kurang beruntung
40 % kedua
→ kelompok menengah
20 % ketiga
→ kelompok kaya
Menurut teori neoklasik, perbedaan kepemilikan faktor produksi, lama kelamaan akan hilang atau berkurang melalui suatu proses penyesuaian otomatis. Bila proses otomatis tersebut masih belum mampu menurunkan perbedaan pendapatan yang sangat timpang, maka dapat dilakukan melalui sistem perpajakan dan subsidi. Kedua sistem ini dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan redistribusi pendapatan. Penetapan pajak pendapatan/penghasilan akan mengurangi pendapatan penduduk yang pendapatannya tinggi. Sebaliknya subsidi akan membantu penduduk yang pendapatannya rendah, asalkan tidak salah sasaran dalam pemberiannya. Pajak yang telah dipungut apalagi menggunakan sistem tarif progresif (semakin tinggi pendapatan, semakin tinggi prosentase tarifnya),
oleh
pemerintah
digunakan
untuk
membiayai
roda
pemerintahan, subsidi dan proyek pembangunan. Dari sinilah terjadi proses
redistribusi pendapatan yang
akan
mengurangi terjadinya
ketimpangan. Pengeluaran rata-rata per kapita sebulan adalah rata-rata biaya yang dikeluarkan rumahtangga sebulan untuk konsumsi semua anggota rumahtangga
dibagi
dengan
banyaknya
anggota
rumahtangga.
Pengeluaran atau konsumsi rumahtangga dibedakan menjadi dua yaitu konsumsi makanan dan bukan makanan tanpa memperhatikan asal barang dan terbatas pada pengeluaran untuk kebutuhan rumahtangga saja, tidak termasuk konsumsi pengeluaran untuk keperluan usaha rumahtangga atau yang diberikan kepada pihak lain. Pengeluaran untuk konsumsi makanan ditanyakan selama seminggu yang lalu, sedangkan pengeluaran untuk bukan makanan setahun yang lalu. Baik konsumsi makanan maupun bukan makanan selanjutnya dikonversikan ke dalam
38
pengeluaran rata-rata sebulan.
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 5Tools Analisis Untuk Perencanaan 5.5.2
INDEKS WILLIAMSON Ukuran ketimpangan pendapatan/pengeluaran lainnya yang lebih penting lagi untuk dikaji adalah kesenjangan antar wilayah/ daerah dengan menggunakan perhitungan indeks Williamson. Dasar perhitungannya adalah dengan menggunakan PDRB per kapita dalam kaitannya dengan jumlah penduduk per daerah dengan rumus : Untuk IW tingkat kabupaten, pendekatan pendapatan melalui PDRB perkapita tidak dapat dilakukan karena hingga saat ini, di Kota Bontangbelum tersedia data PDRB per kecamatan. Sehingga penghitungan IW Kota Bontangmenggunakan pendekatan pengeluaran. Rumus Indeks Williamson
IW
(y
i
Y )2
ni n
Y
Tingkat Provinsi yi = PDRB perkapita di kab/kota i Y = PDRB perkapita rata-rata provinsi ni = jumlah penduduk di kab/kota i n = jumlah penduduk di provinsi Tingkat kabupaten/kota yi = Pengeluaran perkapita di kecamatan I Y = Pengeluaran perkapita rata-rata kab/kota ni = jumlah penduduk di kecamatan i n = jumlah penduduk di kab/kota
5.5.3
INDEKS ENTROPY THEIL Indeks ketimpangan regional Theil tersebut dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu ketimpangan regional dalam wilayah dan ketimpangan regional antarwilayah atau regional. Indeks entrophy Theil memungkinkan untuk membuat perbandingan selama kurun waktu tertentu. Indeks ini juga dapat menyediakan secara rinci dalam sub unit geografis yang lebih kecil, yang pertama akan digunakan untuk menganalisis kecenderungan konsentrasi geografis selama periode tertentu dan yang kedua juga penting ketika
kita
mengkaji
gambaran
yang
lebih
rinci
mengenai
kesenjangan/ketimpangan spasial. Adapun rumus untuk menghitung Indeks Entrophy Theil untuk melihat kesenjangan didalam wilayah adalah sebagai berikut :
39
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 5Tools Analisis Untuk Perencanaan
Di mana : Tingkat Provinsi I(y) : Indeks Entrophy Theil yj : PDRB per kapita kota/kabupaten j Y : Rata-rata PDRB per kapita Provinsi xj : Jumlah penduduk kota/kabupaten j X : Jumlah penduduk Provinsi
Tingkat Kabupaten/kota I(y) : Indeks Entrophy Theil yj : Pengeluaran per kapita kecamatan j Y : Rata-rata pengeluaran per kapita Kabupaten xj : Jumlah penduduk kecamatan j X : Jumlah penduduk kabupaten Sedangkan untuk menghitung Indeks Entrophy Theil untuk melihat kesenjangan antar wilayah adalah sebagai berikut :
Di mana : Tingkat Provinsi I(w) : Indeks Entrophy Theil antar Wilayah Xi : PDRB per kapita kota/kabupaten j Y : Rata-rata PDRB per kapita Provinsi xj : Jumlah penduduk kota/kabupaten j X : Jumlah penduduk Provinsi
Tingkat Kabupaten/kota I(y) : Indeks Entrophy Theil yj : Pengeluaran per kapita kecamatan j Y : Rata-rata pengeluaran per kapita Kabupaten xj : Jumlah penduduk kecamatan j X : Jumlah penduduk kabupaten
Sama hanya dengan Indeks Willamson, Indeks Entrophy Theil berkisar antara 0 < IET < 1, di mana semakin mendekati nol artinya wilayah tersebut semakin tidak timpang. Sedangkan bila mendekati satu maka
40
semakin timpang wilayah yang diteliti.
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 5Tools Analisis Untuk Perencanaan 5.5.4 Angka Inflasi Inflasi adalah suatu keadaan dalam perekonomian di mana terjadi kenaikan harga-harga secara umum. Kenaikan dalam harga barang dan jasa yang biasa terjadi jika permintaan bertambah dibandingkan dengan jumlah penawaran atau persediaan barang di pasar, dalam hal ini lebih banyak uang yang beredar yang digunakan untuk membeli barang dibanding dengan jumlah barang dan jasa. Tidak semua kenaikan harga selalu diidentikan dengan inflasi, misalnya kenaikan harga pada hari Lebaran, ini hanya gejolak pasar yang terjadi sesaat saja dan tidak berlangsung terus-menerus. Setiap negara pasti mengalami inflasi dengan tingkat yang berbeda-beda, inflasi yang terjadi dapat disebabkan oleh faktor yang berbeda-beda. Beberapa penyebab inflasi diantaranya bisa disebabkan oleh sektor eksporimpor, tabungan atau investasi, pengeluaran dan penerimaan negara, sektor pemerintah dan swasta. Untuk mengukur tingkat inflasi dapat menggunakan indek harga konsumen. Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu). Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-mempengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah IHK dan GDP Deflator. Ada beberapa indikator makroekonomi yang digunakanuntuk mengetahui laju inflasi selama satu periode tertentu, yaitu (PratamaRahardja, Mandala Manurung: 2004): a. Indeks harga konsumen Indeks harga konsumen (IHK) adalah angka indeks yang menunjukkan tingkat harga barang dan jasa yang harus dibeli konsumen dalam satu periode tertentu. IHK dihitung berdasarkan harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat dalam satu periode tertentu. Inflasi dapat diperoleh dengan
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
41
rumus :
Bab 5Tools Analisis Untuk Perencanaan
b. Indeks harga perdagangan besar (wholesale price index) Berbeda dengan metode perhitungan IHK yang melihat
inflasi dari
segikonsumen, indeks harga perdagangan (IHPB) melihat inflasi dari segi produsen. IHPB menunjukkan tingkat harga yang diterima produsen pada berbagai tingkat produksi. Prinsip menghitung inflasi berdasarkan data IHPB adalah:
c. Indeks harga implisit (GDP Deflator) Perhitungan
inflasi
menggunakan
IHK
dan
IHPB
mempunyai
keterbatasan,karena hanya memperhitungkan beberapa ratus barang dari beberapa puluh kota saja. Padahal barang yang diproduksi dan dikonsumsi tidak hanya barang yang diperhitungkan saja, namun masih banyak barang yang mungkin belum dimasukkan dalam perhitungan padahal barang tersebut diproduksi dan dikonsumsi. Kegiatan ekonomi juga tidak terjadi di beberapa kota saja, melainkan di seluruh pelosok tanah air. Untuk itu, untuk mendapatkan gambaran inflasi yang mendekati keadaan sebenarnya, maka para ekonom menggunakan indeks harga implisit (GDP deflator) atau disingkat IHI. Untukmenghitung IHI kita dapat menggunakan rumus berikut ini: IHI = (Harga tahun t : Harga tahun t-1) x 100% Prinsip perhitungan inflasi berdasarkan IHI adalah sebagai berikut:
Indeks
Harga
Implisit
adalah
suatu
indeks
harga
yang
mengambarkan perbandingan antara nilai produk atas dasar harga berlaku dan atas harga konstan,sedangkan perubahan Indeks Harga Implisit mencerminkan tingkat inflasi yang terjadidalam suatu periode.Perubahan Indeks Harga Implisit dapat dianggap lebih menggambarkan tingkatinflasi yang menyeluruh dibandingkan dengan indikator inflasi lainnya seperti
42
IndeksHarga Konsumen (IHK) atau Indeks Sembilan Bahan Pokok. Hal ini disebabkan IndeksHarga Implisit sudah mewakili semua jenis harga yaitu harga konsumen, harga produsen,harga perdagangan besar, harga eceran
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 5Tools Analisis Untuk Perencanaan dan harga lainnya yang sesuai dengan berbagai jenis harga yang dipergunakan dalam penghitungan nilai produksi setiap sektor. Inflasi dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu inflasi ringan, sedang, berat, dan hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah angka 10% setahun; inflasi sedang antara 10%—30% setahun; berat antara 30%—100% setahun; dan hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100% setahun.
5.6. INDIKATOR PEMBANGUNAN DAERAH a. Pengertian umum Indikator
Pembangunan
Daerah
adalah
suatu
konsep
ukuran
pembangunan. Dengan demikian, IPD haruslah dapat diukur berdasarkan indikator-indikator yang tersedia. Ketiga konsep pembangunan yang dijadikan kriteria di atas adalah sesuatu konsep pembangunan yang sifatnya abstrak. Untuk itu kita perlu mengurangi ‘kadar’ keabstrakannya tersebut agar dapat sampai kepada sesuatu yang sifatnya riil dan terukur. Masing-masing kriteria diatas dapat dipecah-pecah lagi menurut beberapa aspek/unsur. Misalkan untuk kriteria Keberdayaan pemerintahan, aspekaspek yang tercakup didalamnya seperti kemampuan dan kualitas aparat pemerintahan itu sendiri, atau sarana dan prasarana yang digunakan oleh aparat untuk melayani masyarakat, atau kita juga dapat melihat dari aspek besarnya kemampuan keuangan pemerintah daerah dalam usahanya melakukan pembangunan dan melayani masyarakat. Begitu pula dengan kedua kriteria pembangunan yang lain. Setiap kriteria pembangunan, pada dasarnya dapat kita lihat dari berbagai aspek. Aspekaspek yang menjelaskan kriteria-kriteria tersebut disebut subkriteria. Untuk kriteria Keberdayaan Pemerintah memiliki subkriteria : • Kapabilitas Aparat • Keuangan Daerah • Sarana dan Prasarana Pemerintah Untuk kriteria Perkembangan Wilayah memiliki sub kriteria: • Fasilitas Publik • Ekonomi Wilayah • Kondisi Fisik, Lingkungan Hidup, dan Sumber Daya Alam. Sedangkan kriteria yang terakhir, yaitu Keberdayaan Masyarakat memiliki • Kependudukan dan Ketenagakerjaan • Kesejahteraan masyarakat
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
43
sub kriteria:
Bab 5Tools Analisis Untuk Perencanaan • Sosial, Politik dan Budaya b. Definisi dari Kriteria dan Sub Kriteria Definisi untuk Keberdayaan Pemerintah adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan upaya dan atau hasil pemberdayaan pemerintah (reinventing government) di suatu daerah. Sedangkan Perkembangan Wilayah definisinya adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan kondisi ekonomi wilayah, penyediaan fasilitas publik dan potensi fisik dan lingkungan suatu daerah. Sedangkan untuk kriteria yang terakhir yaitu Keberdayaan
Masyarakat
definisinya
adalah
segala
sesuatu
yang
berhubungan dengan upaya dan hasil pemberdayaan masyarakat di suatu daerah. Kriteria yang pertama yaitu Keberdayaan Pemerintah memiliki subkriteria Kapabilitas Aparat, yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan keberadaan dan upaya peningkatan dan kemampuan aparat pemerintah di suatu daerah. Sedangkan sub kriteria yang kedua yakni Keuangan Daerah adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan potensi keuangan daerah dan pengelolaan keuangan di suatu daerah. Sub kriteria terakhir adalah Sarana dan Prasarana Pemerintah yang didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan ketersediaan fasilitas bagi kelancaran pemerintahan daerah. Kriteria yang kedua yaitu Perkembangan Wilayah memiliki subkriteria Fasilitas Publik, yaitu sarana dan prasarana publik yang tersedia di suatu daerah. Sub kriteria yang kedua adalah Ekonomi Wilayah yang memiliki definisi potensi dan hasil dari kegiatan ekonomi dan industri di suatu daerah. Sedangkan yang terakhir adalah Kondisi Fisik, Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam, memiliki definisi segala sesuatu yang berhubungan dengan alam, kondisi geografis dan masalah lingkungan hidup. Kriteria yang terakhir yakni Keberdayaan Masyarakat memiliki subkriteria Kependudukan dan Ketenagakerjaan yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan potensi penduduk dan tenaga kerja di suatu daerah. Subkriteria yang kedua adalah Kesejahteraan Masyarakat yang memiliki definisi segala sesuatu yang berhubungan dengan peningkatan mutu hidup masyarakat di suatu daerah. Sedangkan Sosial, Politik dan Budaya adalah segala kegiatan masyarakat yang berhubungan dengan bidang sosial politik dan budaya di suatu daerah.
44
Berikut ini adalah indikator-indikator yang digunakan untuk menilai keberhasilan pembangunan berdasarkan kriteria dan sub kriteria yang di atas.
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 5Tools Analisis Untuk Perencanaan Indikator-indikator yang digunakan untuk menilai Kapabilitas Aparat adalah: 1. Indikator Pendidikan PNS 2. Indikator Jumlah PNS 3. Indikator Kreativitas PNS Indikator-indikator yang digunakan untuk menilai Keuangan Daerah adalah: 1. Indikator Tax Effort 2. Indikator Investasi Pemerintah 3. Indikator Transfer Pusat Indikator-indikator yang digunakan untuk menilai Sarana dan Prasarana Pemerintahan adalah: 1. Indikator Belanja Non Pegawai 2. Indikator Rentang Kendali Desa 3. Indikator Sarana Komunikasi Indikator-indikator yang digunakan untuk menilai Fasilitas Publik: 1. Indikator Pelayanan Kesehatan 2. Indikator Pelayanan Pendidikan 3. Indikator Pelayanan Jalan Indikator-indikator yang digunakan untuk menilai Ekonomi Wilayah: 1. Indikator PDRB per kapita 2. Indikator ICOR 3. Indikator Akses Keuangan Indikator-indikator
yang
digunakan
untuk
menilai
Kondisi
Fisik,
LingkunganHidup, dan Sumber Daya Alam: 1. Indikator Kawasan Lindung 2. Indikator Pencemaran Air 3. Indikator Pencemaran Udara Indikator-indikator yang digunakan untuk menilai Kependudukan dan Ketenagakerjaan adalah : 1. Indikator TPAK 2. Indikator Kompetitif Tenaga Kerja 3. Indikator Kualitas Tenaga Kerja Indikator-indikator
yang
digunakan
untuk
menilai
KesejahteraanMasyarakat: 1. Indikator Penduduk Miskin 2. Indikator Angka Kematian Bayi 3. Indikator Konsumsi Non Makanan 1. Indikator Aktivitas Sosial
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
45
Indikator-indikator untuk menilai Sosial, Politik dan Budaya:
Bab 5Tools Analisis Untuk Perencanaan 2. Indikator Pengaman Sosial 3. Indikator Partisipasi Pemuda
5.7. PERANGKAT ANALISIS BIDANG PERTANIAN Model yang digunakan untuk menghitung pertumbuhan sektor pertanian di daerah adalah pendekatan/taksiran pertumbuhan produk domestik bruto (PDRB) sektor pertanian. Taksiran pertumbuhan sektor pertanian thaun ke-t dihitung dengan pendekatan produksi dari kondisi PDRB tahun sebelumnya (t-1) atas dasar harga yang berlaku (current price). Dalam pendekatan produksi, PDRB adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan dalam waktu satu tahun. Perhitungan nilai tambah produksi tahun ke-t dilakukan taksiran laju pertumbuhan produksi dan harga atau nilai produksi tahun ke-t dari masing-masing komoditi (sub sektor). Nilai nominal tahun ke-t dari masing-masing komoditi diperoleh dari nilai penjumlahan nilai nominal tahun ke t-1 dan nilai tambah pada tahun ke-t. dengan cara serupa akan diperoleh nilai nominal menurut sub sektor dan sektor pertanian. Laju pertumbuhan tahun ke-t dihitung dalam nilai konstan dengan menggunakan dasar nilai PDRB tahun ke t-1 pada harga konstan. PDB nasional sektor pertanian merupakan penjumlahn (agregasi) dari PDRB sektor pertanian secara keseluruhan. Perhitungan Nilai Investasi di sektor Pertanian Perhitungan teknis: 1. taksiran pertumbuhan sektor pertanian di daerah tahun ke-t dihitung dengan pendekatan produksi dari kondisi PDRB tahun sebelumnya (t-1) atas dasar harga yang berlaku 2. perhitungan nilai tambah produksi tahun ke-t dilakukan dari taksiran laju pertumbuhan produksi dan harga atau nilai produksi tahun ke-t dari masing-masing komoditi. 3. nilai nominal tahun ke-t dari masing-masing komoditi diperoleh dari penjumlahan nilai nominal tahun ke-t dan nilai tambah pada tahun ket 4. dengan cara serupa akan diperoleh nilai nominal menurut sub sektor dan sektor pertanian (tanaman pangan, holtikultura, peternakan, dan perkebunan, dll) pada tahun ke-t 5. laju pertumbuhan tahun ke-t dihitung dalam nilai konstan dengan
46
menggunakan dasar nilai PDRB tahun ke-(t-1) pada harga konstan. 6. Bila dikaitkan dengan besarnya investasi yang dibutuhkan maka rumusnya :
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 5Tools Analisis Untuk Perencanaan ICOR = dI/dY, atau dI = ICOR * dY Dengan demikian besaran ICOR sangat menentukan besarnya investasi di sektor pertaian. Hasil studi menunjukkan bahwa ICOR sektor pertanian berada pada kisaran 0,8 – 1,4 Interpretasi Hasil Perhitungan Dengan skenario beberapa nilai ICOR dan target pertumbuhan sektoral di daerah (PDRB) yang ingin dicapai, maka melalui rumus di atas dapat dihitung berapa besarnya nilai investasi yang dibutuhkan.
47
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan
BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN 6.1. Struktur Perekonomian Kota Bontang Perubahan struktur perekonomian Kota Bontang dapat dilihat berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB). Perubahan struktur perekonomian yang ditunjukkan dengan kontribusi sektor ekonomi terhadap nilai PDRB digunakan sebagai salah satu ukuran dalam perekonomian regional Kota Bontang. Oleh karena itu, dengan mencermati struktur ekonomi di Kota Bontang diharapkan dapat diketahui potensi ekonomi yang menjadi karakteristik wilayah tersebut.
Grafik 6.1.
Kontribusi Sektoral PDRB Kota Bontang Tahun 2012 (persen)
1,35
0,08
2,24
0,12 0,06 0,30
95,07
0,39
0,40
Pertanian Industri Pengolahan Bangunan dan Konstruksi Pengangkutan dan Komunikasi Jasa-Jasa
Pertambangan dan Penggalian Listrik, Gas dan Air Minum Perdagangan, Restoran dan Hotel Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Seperti hal nya tahun-tahun sebelumnya, maka pada tahun 2012 yang memberikan kontribusi sektoral terbesar adalah sektor industri pengolahan dengan
48
nilai mencapai 95,07 persen. Selanjutnya sektor bangunan atau konstruksi 2,24
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan persen, serta sektor perdagangan, hotel dan restoran 1,35 persen dan selebihnya sektor lain hanya memberi kontribusi dibawah 1 persen.
Tabel 6.1.
Kontribusi Sektoral PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kota Bontang 2006-2012(%)
Sektor Ekonomi
2006
(1) 1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, gas, dan Air Bersih 5. Konstruksi 6. Perdagangan 7. Angkutan dan Komunikasi 8. Keuangan dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa TOTAL
2007
2008
2009
2010
2011r
2012*
(2) 0,08 0,13
(3) 0,08 0,13
(4) 0,06 0,09
(5) 0,08 0,14
(6) 0,09 0,14
(7) 0,08 0,12
(8) 0,08 0,12
96,33 0,05
96,28 0,05
97,12 0,04
95,37 0,06
94,95 0,07
95,08 0,06
95,07 0,06
1,80 0,95 0,22
1,85 0,93 0,22
1,42 0,72 0,17
2,21 1,20 0,26
2,37 1,35 0,28
2,28 1,37 0,26
2,24 1,35 0,30
0,24
0,26
0,22
0,35
0,39
0,39
0,39
0,20 100,00
0,20 100,00
0,15 100,00
0,34 100.00
0,37 100,00
0,36 100,00
0,40 100,00
Sejak berdirinya Kota Bontang, sektor industri pengolahan selalu memberikan kontribusi yang dominan khususnya industri pengolahan gas alam cair dan ada kecenderungan selalu meningkat hingga tahun 2008. Namun mulai tahun 2009 industri pengolahan mulai mengalami penurunan seiring dengan menurunnya suplai produksi gas alam dari Muara Badak – Kabupaten Kutai Kertanegara. Tabel 6.2.
Perbandingan Kontribusi Sektoral PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kota Bontang dan Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2012* (%)
Sektor Ekonomi (1) 1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, gas, dan Air Bersih 5. Konstruksi 6. Perdagangan 7. Angkutan dan Komunikasi 8. Keuangan dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa TOTAL
Kota Bontang (2) 0,08 0,12 95,07 0,06 2,24 1,35 0,30 0,39 0,40 100.00
Kalimantan Timur (3) 6,16 47,44 23,50 0,27 2,98 8,62 3,97 2,89 4,17 100.00
Jika kita lihat kontribusi sektor pada tabel 6.2 terlihat bahwa kontribusi sektor industri pengolahan paling dominan di Kota Bontang, lain halnya dengan di Provinsi Kalimantan Timur sektor pertambangan dan penggalian yang menyumbang terhadap
49
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan Produk Domestik Bruto Kalimantan Timur. Sedangkan sektor lainnya hanya berkontribusi 0 – 11 persen.
6.2. Analisis Location Quotient (LQ) Penentuan komoditas unggulan nasional dan daerah merupakan langkah awal menuju pembangunan yang berpijak pada konsep efisiensi untuk meraih keunggulan komparatif dan kompetitif dalam menghadapi era globalisasi. Langkah menuju efisiensi dapat ditempuh dengan fokus pada pengembangan sektor ekonom yang mempunyai keunggulan komparatif terhadap daerah lainnya. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi sektor ekonomi unggulan adalah metode Location Quotient (LQ). Metode Location Quotient (LQ) digunakan untuk mengidentifikasi sektor basis atau sektor yang menjadi unggulan suatu daerah. Secara matematik, Location Quotient atau lebih populer disebut dengan LQ diformulasikan sebagai perbandingan relatif antara kemampuan suatu sektor di daerah yang diamati dengan kemampuan sektoryang sama pada daerah yang lebih luas. Analisis LQ salah satunya dilakukan untuk menentukan sektor basis atau sektor yang menjadi unggulan suatu daerah. Walaupun pada perkembangannya analisis LQ juga digunakan dengan berbasis pada data tenaga kerja dan pendapatan. Secara matematis, LQ diformulasikan sebagai berikut:
dimana: : PDRB sektor i di Kota Bontang : PDRB total di Kota Bontang : PDRB sektor i di Provinsi Kalimantan Timur : PDRB total di Provinsi Kalimantan Timur Setiap metode analisis memiliki kelebihan dan keterbatasan. Kelebihan metode LQ dalam mengidentifikasi sektor basis antara lain penerapannya sederhana, mudah dan tidak memerlukan program pengolahan data yang rumit. Sedangkan
50
kelemahannya adalah analisis LQ tidak bisa menjawab apa yang menyebabkan
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan sebuah sektor menjadi sektor unggulan. Selain itu, dalam analisis LQ juga diperlukan data pembanding antara dua wilayah pada periode yang sama Tabel 6.3.
PDRB Sektoral Kota Bontang Tahun 2007 – 2012 Sektor Ekonomi
2007
2008
2009
(1)
(2)
(3)
(4)
1. Pertanian
27.750,85
28.266,84
27.896,41
2. Pertambangan dan Penggalian
55.233,91
55.429,48
53.791,13
22.751.337,67
22.808.665,43
21.990.997,84
11.703,60
12.062,77
13.249,15
5. Konstruksi
862.467,79
901.556,56
943.918,01
6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran
397.083,43
417.100,42
434.001,62
95.584,82
99.490,42
104.594,53
104.731,63
110.023,01
116.494,34
84.506,04
86.797,30
91.086,41
24.390.399,73
24.519.392,22
23.776.029,45
Sektor Ekonomi
2010
2011r)
2012*)
(1)
(5)
(6)
(7)
3. Industri Pengolahan 4. Listrik, gas, dan Air Bersih
7. Angkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa TOTAL PDRB
Lanjutan.
1. Pertanian
28.028,63
28.551,12
29.172,74
2. Pertambangan dan Penggalian
53.103,78
53.295,17
53.160,46
21.094.472,24
19.079.828,89
17.468.536,36
14.809,83
15.835,24
15.917,36
5. Konstruksi
987.484,09
1.043.396,71
1.094.284,43
6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran
451.648,15
472.869,92
493.984,58
7. Angkutan dan Komunikasi
109.434,17
114.393,47
134.815,05
8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa
123.014,72
130.271,32
137.949,47
95.713,87
99.007,50
106.748,76
22.957.709,48
21.037.449,34
19.534.569,21
3. Industri Pengolahan 4. Listrik, gas, dan Air Bersih
Perusahaan 9. Jasa-jasa TOTAL PDRB
51
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan Tabel 6.4.
PDRB Sektoral Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2007 – 2012 Sektor Ekonomi
2007
(1)
(2)
1. Pertanian
2008 (3)
2009r) (4)
6.651.355
6.844.815
6.947.066
2. Pertambangan dan Penggalian
38.321.837
40.527.149
42.446.807
3. Industri Pengolahan
31.946.299
32.975.825
31.666.162
303.431
319.610
337.693
5. Konstruksi
3.339.516
3.617.582
3.977.671
6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran
8.130.803
8.419.720
8.909.855
7. Angkutan dan Komunikasi
5.052.690
5.450.459
5.851.250
8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
2.741.785
3.008.421
3.277.736
9. Jasa-jasa
1.898.665
2.043.292
2.150.697
98.386.382
103.206.871
105.564.937
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih
TOTAL PDRB
Lanjutan. Sektor Ekonomi
2010
2011r)
2012*)
(1)
(5)
(6)
(7)
1. Pertanian
7.355.266
7.791.010
8.121.502
2. Pertambangan dan Penggalian
45.971.874
48.952.935
51.680.117
3. Industri Pengolahan
30.779.604
29.020.968
27.257.060
364.354
404.892
437.758
5. Konstruksi
4.337.922
4.811.824
5.416.402
6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran
9.862.236
10.863.952
11.753.417
7. Angkutan dan Komunikasi
6.392.724
7.055.234
7.891.160
8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
3.578.785
4.023.775
4.693.671
9. Jasa-jasa
2.310.685
2.551.093
2.816.208
110.953.452
115.475.684
120.067.296
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih
52
TOTAL PDRB
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan Berdasarkan tabel diatas, dapat dihitung nilai LQ tahun 2007-2012 sebagai berikut : Tabel 6.5.
Nilai LQ Sektoral Kota Bontang Tahun 2007 – 2012 LQ
Sektor Ekonomi
2007
2008
2009
2010
2011r)
2012*)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
1. Pertanian
0,02
0,02
0,02
0,02
0,02
0,02
2. Pertambangan dan Penggalian
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
3. Industri Pengolahan
2,87
2,91
3,08
3,31
3,61
3,94
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih
0,16
0,16
0,17
0,20
0,21
0,22
5. Konstruksi
1,04
1,05
1,05
1,10
1,19
1,24
6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran
0,20
0,21
0,22
0,22
0,24
0,26
7. Angkutan dan Komunikasi
0,08
0,08
0,08
0,08
0,09
0,11
0,15
0,15
0,16
0,17
0,18
0,18
0,18
0,18
0,19
0,20
0,21
0,23
(1)
8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa
Berdasarkan hasil analisis LQ Kota Bontang dibandingkan dengan Provinsi Kalimantan Timur, sektor Industri Pengolahan di Kota Bontang memiliki kemampuan atau daya saing yang jauh lebih tinggi dibanding sektor yang sama di tingkat Provinsi Kalimantan Timur jika dilihat pada rentang tahun 2007 - 2012. Nilai LQ sebesar 3,94 berarti bahwa proporsi penciptaan nilai tambah sektor Industri Pengolahan di Kota Bontang 3,94 kali lebih besar dari pada proporsi penciptaan nilai tambah sektor yang sama di Provinsi Kalimantan Timur. Nilai tambah ini terus meningkat dari tahun ke tahun, dimana pada tahun 2007 nilai LQ sektor Industri Pengolahan Kota Bontang sebesar 2,87 dan menjadi 3,94 pada tahun 2012. Kota Bontang merupakan daerah yang dikelilingi industri - industri yang berskala nasional dan internasional. Kota Bontang memiliki 2 (dua) perusahaan besar, yaitu PT. Pupuk Kaltim (PKT) yang bergerak dibidang industri pupuk urea dan amoniak, dan PT. Badak NGL yang konsentrasi usahanya pada industri pengolahan gas alam. Selain itu, terdapat juga beberapa perusahaan lainnya di Kota Bontang, diantaranya PT. Kaltim Methanol Industri (KMI), PT. Kaltim Pasifik Amoniak (KPA), dan PT. Kaltim Parna Industri (KPI). Dan masih banyak lagi industri - industri sedang dan kecil lainnya di Kota Bontang. Selain sektor Industri Pengolahan, proporsi penciptaan nilai tambah sektoral di Kota Bontang yang lain dan juga mengalami kenaikkan walaupun tidak tahun mengalami peningkatan, walaupun tidak terlalu signifikan, dari 1,04 pada tahun
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
53
cukup signifikan adalah sektor Konstruksi. Nilai LQ sektor Konstruksi dari tahun ke
Bab 6 Analisis dan Pembahasan 2007 menjadi 1,24 pada tahun 2012, hasil penghitungan LQ selengkapnya dapat dilihat pada tabel 6.5.
6.3. Analisis Shift Share Konsep dasar Shift Share berkaitan dengan kebijakan anggaran, Pemerintah Daerah perlu untuk menentukan sektor-sektor prioritas agar kebijakan pengeluaran yang dilakukan dapat berjalan sesuai rencana. Namun demikian, pemerintah daerah sering dihadapkan pada kendala keterbatasan data dan sumber daya manusia yang kurang memadai. Untuk mengakomodasi kepentingan tersebut, analisis Shift-share dapat menjadi salah satu alternatif. Analisis
Shift-share
dapat
membantu
para
pengambil
kebijakan
(pemerintah daerah) untuk membuat keputusan dengan mudah. Hal ini dikarenakan analisis Shift-share memiliki metode yang sederhana dan mudah digunakan untuk menggambarkan perubahan ekonomi suatu daerah. Selain itu, data yang dibutuhkan untuk menganalisis juga relatif mudah didapatkan.Analisis Shift-share merupakan suatu analisis dengan metode yang sederhana dan sering dilakukan oleh praktisi dan pembuat keputusan baik lokal maupun regional di seluruh dunia untuk menetapkan target industri/sektor dan menganalisis dampak ekonomi. Analisis Shift-share memungkinkan pelaku analisis untuk dapat mengidentifikasi keunggulan daerahnya dan menganalisis industri/sektor yang menjadi dasar perekonomian daerah. Analisis Shift-share juga merupakan suatu analisis yang dilakukan untuk mengetahui perubahan dan pergeseran sektor atau industri pada perekonomian regional maupun lokal. Analisis Shift-share menggambarkan kinerja sektor-sektor di suatu daerah dibandingkan dengan perekonomian wilayah yang lebih besar/Provinsi. Bila suatu daerah memperoleh kemajuan sesuai dengan kedudukannya dalam perekonomian Provinsi, maka akan dapat ditemukan adanya shift (pergeseran) hasil pembangunan perekonomian daerah. Selain itu, laju pertumbuhan sektor-sektor di suatu wilayah akan dibandingkan dengan laju pertumbuhan perekonomian Provinsi beserta sektorsektornya. Kemudian dilakukan analisis terhadap penyimpangan yang terjadi sebagai hasil dari perbandingan tersebut. Bila penyimpangan itu positif, hal itu disebut keunggulan kompetitif dari suatu sektor dalam wilayah tersebut (Soepono, 1993:44) Analisis
Shift-share
dikembangkan oleh Daniel B. Creamer (1943).
Analisis ini digunakan untuk menganalisis perubahan ekonomi (misalnya pertumbuhan atau perlambatan pertumbuhan) suatu variabel regional sektor/industri dalam suatu daerah. Variabel atau data yang dapat digunakan dalam analisis adalah tenaga kerja
54
atau kesempatan kerja, nilai tambah, pendapatan, Pendapatan Regional Domestik Bruto (PDRB), jumlah penduduk, dan variabel lain dalam kurun waktu tertentu.
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan Tabel 6.6
PDRB Sektoral Kota Bontang Tahun 2007 dan 2012 Nilai PDRB Kota Bontang Perubahan Absolut Persen (Juta Rp) (4) (5) 1.421,89 5,12 -2.073,45 -3,75
2007 (Juta Rp) Eij (2) 27.750,85 55.233,91
2012 (Juta Rp) Eij (3) 29.172,74 53.160,46
22.751.337,67 11.703,60
17.468.536,36 15.917,36
-5.282.801,31 4.213,77
-23,22 36,00
5. Konstruksi
862.467,79
1.094.284,43
231.816,64
26,88
6. Perdagangan
397.083,43
493.984,58
96.901,15
24,40
7. Angkutan dan Komunikasi 8. Keuangan dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa
95.584,82 104.731,63
134.815,05 137.949,47
39.230,24 33.217,84
41,04 31,72
84.506,04
106.748,76
22.242,72
26,32
24.390.399,73
19.534.569,21
-4.855.830,52
-19,91
Sektor Ekonomi (1) 1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, gas, dan Air Bersih
TOTAL
Tabel 6.7 PDRB Sektoral Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2007 dan 2012
Sektor Ekonomi (1) 1. Pertanian
Nilai PDRB Provinsi Kalimantan Timur 2007 2012 Perubahan (Juta Rp) (Juta Rp) Absolut Persen Eij Eij (2) (3) (4) (5) 6.651.355
8.121.502
1.470.147
22,10
38.321.837
51.680.117
13.358.280
34,86
31.946.299
27.257.060
-4.689.239
-14,68
303.431
437.758
134.327
44,27
5. Konstruksi
3.339.516
5.416.402
2.076.886
62,19
6. Perdagangan
8.130.803
11.753.417
3.622.614
44,55
7. Angkutan dan Komunikasi
5.052.690
7.891.160
2.838.470
56,18
8. Keuangan dan Jasa Pershan 9. Jasa-jasa
2.741.785
4.693.671
1.951.886
71,19
1.898.665
2.816.208
917.543
48,33
98.386.382
120.067.296
21.680.914
22,04
2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, gas, dan Air Bersih
TOTAL
Analisis Shift-share untuk perekonomian Kota Bontang dilakukan dengan menggunakan variabel regional PDRB sektoral Kota Bontang dan PDRB sektoral Provinsi Kalimantan Timur tahun 2007 dan 2012. Nilai PDRB sektoral Kota Bontang tahun 2007 dan 2012 disajikan dalam Tabel 6.6. Pada Tabel 6.6, nilai PDRB sektoral Kota Bontang dihitung perubahannya, yaitu selisih antara nilai PDRB tahun dasar dengan tahun
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
55
analisis. Hal yang sama dilakukan juga pada nilai PDRB Propinsi Kalimantan Timur,
Bab 6 Analisis dan Pembahasan disajikan pada Tabel 6.7. Berdasarkan data tersebut, nilai PDRB sektoral Kota Bontang telah mengalami perubahan atau perkembangan. Nilai PDRB tersebut mengalami penurunan pertumbuhan sebesar 4,86 triliun rupiah atau turun sebesar 19,91 persen. Sedangkan perekonomian provinsi Kalimantan Timur tumbuh sebesar 21,68 triliun rupiah atau sebesar 22,04 persen. Tabel 6.8
Laju Pertumbuhan Sektoral Perekonomian Bontang dan Kalimantan Timur 2012 (dalam persen) Laju Pertumbuhan Sektor Ekonomi
sektor i di Bontang rij
sektor i di Kalimantan Timur rin
Kalimantan Timur rn
(1)
(2)
(3)
(4)
1. Pertanian
0,05
0,22
2. Pertambangan dan Penggalian
-0,04
0,35
3. Industri Pengolahan
-0,23
-0,15
4. Listrik, gas, dan Air Bersih
0,36
0,44
5. Konstruksi
0,27
0,62
6. Perdagangan
0,24
0,45
7. Angkutan dan Komunikasi
0,41
0,56
8. Keuangan dan Jasa Perusahaan
0,32
0,71
9. Jasa-jasa
0,26
0,48
-0,20
0,22
JUMLAH
0,22
Analisis Shift-share mensyaratkan untuk menghitung laju pertumbuhan variabel regional yang dianalisis (PDRB sektoral) baik dalam perekonomian daerah maupun dalam perekonomian wilayah. Selain itu, dihitung juga laju pertumbuhan untuk perekonomian tingkat wilayah. Tabel 6.8 menyajikan perhitungan tersebut. Setelah rumus dasar yang diperlukan dalam analisis Shift-share dihitung,
56
masing-masing komponen pembentuk rumus dapat dihitung.
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan Tabel 6.9
Analisis Shift-share Klasik untuk Kota Bontang, 2007 dan 2012 Pergeseran Struktur Ekonomi
Komponen Sektor Ekonomi
Pertumbuhan Kalimantan Timur Nij
Bauran Industri Mij
Keunggulan Kompetitif Cij
Pertumbuhan Dij
(2)
(3)
(4)
(5)
(1) 1. Pertanian
6.115,32
18,45
-4.711,87
1.421,90
12.171,62
7.081,89
-21.326,97
-2.073,46
5.013.598,33
-8.353.154,50
-1.943.245,14
-5.282.801,31
2.579,06
2.602,05
-967,34
4.213,77
190.057,71
346.321,60
-304.562,67
231.816,64
6. Perdagangan
87.503,29
89.414,05
-80.016,18
96.901,16
7. Angkutan dan Komunikasi
21.063,55
32.633,52
-14.466,83
39.230,24
8. Keuangan dan Jasa Perusahaan
23.079,18
51.479,62
-41.340,96
33.217,84
18.622,17 5.374.790,23 -110,69
22.215,96 -7.801.387,37 160,66
-18.595,41 -2.429.233,37 50,03
22.242,72 -4.855.830,51 100,00
2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, gas, dan Air Bersih 5. Konstruksi
9. Jasa-jasa JUMLAH Prosentase Thd Pertumbuhan Dij
Hasil analisis Shift-share menunjukkan bahwa selama tahun 2007-2012, nilai PDRB sektoral Kota Bontang telah mengalami perubahan atau perkembangan. Nilai PDRB tersebut tumbuh menurun sebesar 4,86 triliun rupiah atau sebesar 19,91 persen. Sedangkan perekonomian Kaltim tumbuh sebesar 18,6 triliun rupiah atau sebesar
22,04
persen.
Perkembangan
tersebut
dipengaruhi
oleh
komponen
pertumbuhan wilayah (Nij), bauran industri (Mij), dan keunggulan kompetitif (Cij). Menurut perhitungan komponen pertumbuhan wilayah, pertumbuhan ekonomi wilayah Kalimantan Timur telah mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Kota Bontang sebesar 5,37 triliun rupiah. Namun disaat yang bersamaan pertumbuhan Bontang turun 4,4 triliun. Kondisi ini mengindikasikan bahwa ada faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan Bontang, yaitu bauran industri (proporsional shift) dan regional share (differensial shift). Komponen bauran industri menunjukkan nilai penurunan sebesar 7,80 triliun yang berarti secara agregat sektor-sektor di Bontang tumbuh lebih lambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan agregat di Kalimantan Timur. Namun jika dilihat per sektor, ternyata hanya industri pengolahan yang tumbuh lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan sektor di Kalimantan Timur. Kondisi ini wajar, karena nilai tambah yang dihasilkan industri pengolahan merupakan sektor yang dibandingkan dengan sektor yang sama di level Kalimantan Timur. Untuk regional
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
57
paling dominan di Bontang. Sedangkan untuk sektor yang lain tumbuh lebih cepat jika
Bab 6 Analisis dan Pembahasan share yang bernilai negatif mengindikasikan bahwa sektor-sektor di Bontang tidak memiliki aktivitas yang kompetitif. Jika dilihat per sektor, hampir semua sektor tidak memiliki daya saing yang kuat dibandingkan sektor yang sama di level Kalimantan Timur. Tabel 6.10
Analisis Shift-share Modifikasi Esteban Marquillas untuk Kota Bontang, 2007 dan 2012 Komponen Sektor Ekonomi
Regional Shift Effect (RSE)
Allocation Effect (AE)
kompetitif
spesialis
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
1. Pertanian
-279.969,65
275.257,78
-0,17
-1.621.148,17
-3.668.204,44
3.646.877,48
-0,39
-9.444.911,47
-676.433,55
-1.266.811,59
-0,09
14.831.715,11
-6.217,33
5.249,99
-0,08
-63.518,23
5. Konstruksi
-292.348,75
-12.213,92
-0,35
34.587,66
6. Perdagangan
-406.175,23
326.159,05
-0,20
-1.618.577,00
7. Angkutan dan Komunikasi
-189.579,38
175.112,55
-0,15
-1.156.998,39
8. Keuangan dan Jasa Perusahaan
-268.299,62
226.958,66
-0,39
-574.968,46
9. Jasa-jasa
-103.573,89
84.978,48
-0,22
-386.181,04
2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, gas, dan Air Bersih
JUMLAH
-10.230.620,75
3.461.568,48
Untuk melihat lebih rinci digunakan analisis Shift-share Modifikasi Esteban Marquilas. Dalam analisis ini regional share dibagi menjadi dua bagian yaitu Regional Shift Effect (RSE) dan Allocation Effect (AE). RSE yang bernilai negatif memberikan informasi bahwa sektor-sektor di Bontang memang tidak kompetitif jika dibandingkan sektor-sektor yang sama di level Kalimantan Timur. Nilai AE yang bernilai positif memberikan informasi bahwa sektor-sektor di Bontang memiliki spesialisasi. Berdasarkan Tabel 6.10 ternyata hanya sektor industri pengolahan dan konstruksi memiliki spesialisasi di Bontang. Berdasarkan uraian analisis di atas maka dapat disimpulkan bahwa Kota Bontang dalam menggerakkan roda perekonomiannya sangat bergantung kepada sektor industri pengolahan dan konstruksi. Sehingga jika terjadi pergeseran nilai di sektor ini
58
akan berimbas signifikan terhadap perekonomian secara makro. Sektor-sektor lain tumbuh positif, namun share-nya terhadap perekonomian masih kecil. Perlu dicari solusi dan gagasan untuk memacu peningkatan pertumbuhan ekonomi sektor-sektor
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan diluar
sektor
industri
pengolahan
ataupun
konstruksi,
sehingga
mengikis
ketergantungan Bontang terhadap sektor ini.
6.4 Incremental Capital Output Ratio (ICOR) ICOR (Incremental Capital Output Ratio) merupakan sebuah koefisien yang digunakan untuk mengetahui berapa kebutuhan investasi guna menghasilkan penambahan output sebanyak 1 unit. Selain itu juga dapat dilihat terjadinya ineficiency dalam investasi, yaitu bila koefisien ICOR bernilai negatif atau nilai relatif besar. Kondisi investasi yang efisien akan terjadi pada koefisien ICOR yang nilainya relatif kecil. Dalam konsep ICOR, investasi yang dimaksud adalah total dari pembentukan modal tetap (fixed capital formation) dan stok barang yang terdiri dari gedung, mesin dan perlengkapan, kendaraan, stok bahan baku dan barang modal lainnya. Sedangkan output adalah nilai tambah bruto (NTB) yang merupakan selisih antara nilai produksi dengan biaya–biaya untuk bahan baku dan penolong. Dalam penggunaan koefisien ICOR diasumsikan bahwa faktor faktor lain yang dapat meningkatkan tambahan output seperti penambahan tenaga kerja dan penggunaan teknologi pada mesin mesin produksi dianggap konstan. Dalam menghitung ICOR, faktor penambahan tenaga kerja dan penerapan teknologi diasumsikan tetap. Dengan kata lain, diasumsikan penambahan output terjadi karena adanya tambahan investasi. Secara matematis ICOR dinyatakan sebagai rasio antara penambahan modal (investasi) terhadap tambahan output. ICOR dapat dinotasikan sebagai berikut:
dimana : dK = Investasi atau penambahan kapasitas dY = Pertumbuhan output
59
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan Tabel 6.11
Analisis ICOR Kota Bontang, 2000 - 2012
TAHUN
PDRB KOTA BONTANG (Juta Rupiah)
PMTB (Juta Rupiah)
ICOR
(1)
(2)
(3)
(4)
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011r) 2012*)
27.344.123,72 29.455.021,69 27.113.011,72 29.226.188,87 36.062.525,47 48.178.447,91 50.865.149,33 53.902.405,82 74.716.372,12 52.664.324,61 53.366.144,07 62.052.362,11 68.508.564,30
917.226,68 1.421.504,67 1.712.380,00 2.100.114,51 2.558.450,33 3.277.877,00 4.007.853,55 4.797.653,57 5.547.571,27 6.404.728,94 3.460.930,81 3.792.834,07 4.156.566,86
3,74 3,67 4,47 4,26 3,53 2,76 2,75 2,69 2,04 3,29 3,83 3,74 2,84
Nilai Koefisien ICOR Kota Bontang tahun 2012 sebesar 2,84 yang berarti bahwa untuk menghasilkan tambahan (increment) 1 juta rupiah output diperlukan tambahan modal Rp 2,84 juta pada tahun 2008. Angka ini menunjukkan bahwa kegiatan ekonomi, dalam hal ini proses produksi barang dan jasa di Kota Bontang sudah semakin efisien. Hal ini disebabkan kontribusi sektor industri LNG Badak (liquids natural
gas) terbesar di Indoesia dan industri pupuk Kaltim sangat dominan di Kota Bontang. Sehingga untuk investasi sektor industri pengolahan di Kota Bontang, menjadi efisien bagi para pelaku usaha di sektor ini. Grafik 6.2.
Grafik Perkembangan ICOR Kota Bontang, 2000– 2012
004 004
004
004
004
004
004
003 003
003
003
003 002
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
60
2000
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan Model pertumbuhan ICOR dari Harrod-Domar, berasumsi bahwa pertumbuhan ekonomi atau kenaikan output nasional merupakan indikator terhadap adanya kenaikan tingkat kesejahteraan masyarakat, melalui penciptaan lapangan kerja baru. Dengan adanya tambahan atau perluasan investasi, mampu menciptakan
multiplier dari pengeluranan investasi tersebut, dan juga melalui efek penetesan ke bawah (trickling down effect). Indikator makro ekonomi seperti PDRB/PDB dihubungkan dengan variabel ekonomi di Kota Bontang
6.5 Gini Ratio Ketersediaan data pendapatan perkapita untuk daerah di Indonesia dapat dikatakan tidak tersedia, oleh karena itu pengukuran kesejahteraan masyarakat suatu wilayah umumnya didekati dengan dua pendekatan (proxy) pendapatan yaitu Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita dan Pengeluaran Konsumsi Perkapita. Walaupun kedua nilai tersebut tidak menggambarkan pendapatan riil penduduk akan tetapi secara empiris terbukti dapat memberikan gambaran pendapatan penduduk untuk dapat menjadi indikator kesejahteraan masyarakat suatu wilayah. Tingkat pendapatan pendapatan suatu wilayah selain dari kemampuan ekonomi wilayah tersebut juga tergantung jumlah penduduk yang ada di wilayah tersebut, jadi wilayah yang mempunyai nilai PDRB tertinggi belum tentu memiliki PDRB perkapita yang tinggi pula apabila jumlah penduduk wilayah tersebut sangat tinggi. Sebaran Penduduk tahun 2010 di Kota Bontang dapat dilihat pada sebaran peta berikut ini, Peta 6.2
Peta Sebaran Penduduk Kota BontangTahun 2012
61
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan Dari peta tersebut terlihat bahwa pada tahun 2012 penduduk Kecamatan Bontang Utara memiliki sebaran yang terbanyak yaitu 44,51 % dari total penduduk Kota Bontang. Sedangkan Kecamatan Bontang Selatan dihuni oleh sekitar 38,96 % penduduk dan Kecamatan Bontang Barat sekitar 16,53 % penduduk.
Ukuran Kemiskinan Menurut Andre Bayo Ala, 1981 kemiskinan itu bersifat multi dimensional. Artinya kebutuhan manusia itu bermacam – macam maka kemiskinan pun memiliki banyak aspek antara lain : 1). Aspek Primer berupa : -
Miskin aset.
-
Organisasi sosial politik.
-
Pengetahuan dan Keterampilan.
2). Aspek Sekunder berupa : -
Jaringan sosial
-
Sumber Keuangan dan Informasi.
Penyebab Kemiskinan : ∗ Karena ciri dan keadaan masyarakat dalam suatu daerah sangat beragam
(berbeda)
ditambah
dengan
kemajuan
ekonomi
dan
pertumbuhan ekonomiyang masih rendah. ∗ Kebijakan dalam negeri seringkali dipengaruhi oleh kebijakan luar negeri atau internasional antara lain dari segi pendanaan. Ada dua macam ukuran kemiskinan yang umum dan dikenal antara lain : 1. Kemiskinan Absolut Konsep
kemiskinan
pada
umumnya
selalu
dikaitkan
dengan
pendapatan
dankebutuhan, kebutuhan tersebut hanya terbatas pada kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar ( basic need ). Kemiskinan dapat digolongkan dua bagian yaitu : a. Kemiskinan untuk memenuhi bebutuhan dasar. b. Kemiskinan untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi. 2. Kemiskinan Relatif Kemiskinan relatif merupakan kondisi miskin karena pengaruh kebijakan pembangunan yang belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan distribusi pendapatan. Standar minimum disusun berdasarkan kondisi hidup suatu negara pada
62
waktu tertentu dan perhatian terfokus pada golongan penduduk “termiskin”, misalnya 20 persen atau 40 persen lapisan terendah dari total penduduk yang telah diurutkan
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan menurut pendapatan/pengeluaran. Kelompok inimerupakan penduduk relatif miskin. Dengan demikian, ukuran kemiskinan relatif sangat tergantung pada distribusi pendapatan/pengeluaran penduduksehingga dengan menggunakan definisi ini berarti “orang miskin selalu hadir bersama kita”. Dari hasil pendataan lapangan SUSENAS 2011 dengan penambahan sampel, dapat dihitung ukuran kemiskinan di Kota Bontang Tahun 2011 berdasarkan garis kemiskinan sebesar Rp. 347.312,-. Dalam hal mengidentifikasi dan menentukan sasaran penduduk miskin, maka garis kemiskinan relatif cukup untuk digunakan, dan perlu disesuaikan terhadap tingkat pembangunan negara secara keseluruhan. Tabel 6.12
Garis kemiskinan Kota Bontang Tahun 2008-2011 Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan)
Tahun (1)
(2)
2008
240.748
2009
285.402
2010
313.718
2011
347.312
Sumber : BPS Propinsi Kalimantan Timur Tabel 6.13
Distribusi Persentase Pembagian Total Pendapatan Perkapita dan Gini Ratio Kota Bontang Tahun 2011-2012
Distribusi Pembagian Pendapatan (1)
40% Rendah 40%Sedang 20%Rendah Gini Ratio
2011
2012
(2)
(3)
18,99 34,20 46,81 0,3694
16,78 36,02 47,20 0,3694
Sedangkan jika kita lihat Indeks Gini menunjukkan bahwa Gini ratio selama periode 20011-2012 cenderung tidak mengalami perubahan yaitu sebesar 0,3694. Sehingga ketimpangan distribusi pendapatan Kota Bontang termasuk kategori
sedang. Kriteria Bank Dunia (relative inequality), tingkat ketimpangan distribusi pendapatan Kota Bontang selama dua tahun terakhir tergolong relatif tinggi (high inequality). Hal ini ditunjukan kelompok 20 % dari penduduk berpendapatan tinggi dapat menikmati pendapatan rata-rata diatas 45 persen, baik di tahun 2011 maupun tahun 2012, akan tetapi porsi pendapatan yang diterima golongan penduduk berpendapatan
rendah
tersebutmeningkat,
yang
berarti
tingkat
ketimpangan
pendapatan masyarakat selama dua periode tersebut semakin meningkat.
63
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan 6.6. Indeks ketimpangan Williamson (Indeks Ketimpangan Regional) Perhitungan disparitas dilakukan dengan pendekatan wilayah dan rumah tangga. Dalam pendekatan wilayah sumber data yang digunakan adalah PDRB perkapita. Dengan menggunakan formula yang dikembangkan oleh Williamson yaitu Indeks Disparitas Williamson dapat menggambarkan kesenjangan antar wilayah. Perhitungan Indeks Disparitas Williamson ini merupakan koefisien variasi yang diberi penimbang proporsi jumlah penduduk masing-masing kabupaten/kota terhadap jumlah penduduk Kalimantan Timur. Tabel 6.14 Kabupaten/Kota (1) 1. Paser 2. Kutai Barat 3. Kutai Karta 4. Kutai Timur 5. Berau 6. Malinau 7. Bulungan 8. Nunukan 9. Penajam P .U 10. Tana Tidung 11.Balikpapan 12.Samarinda 13.Tarakan 14.Bontang
Penduduk menurut kabupaten/kota di Propinsi Kalimantan Timur Tahun 2006-2012 2006 (2)
2007 (3)
2008 (4)
2009 (5)
179.150 155.787 508.664 203.156 156.991 53.148 107.270 118.312 123.807
180.986 157.847 518.722 208.662 163.309 56.107 110.978 125.421 125.106
182.745 159.852 528.702 213,762 169.793 59.200 114.756 132.886 126.354
184.402 161.778 538.529 196.738 176.422 62.423 118.587 140.707 127.532
487.353 590.519 166.588 125.187
497.168 597.075 175.291 129.700
506.915 603.389 184.353 133.512
516.522 609.380 193.759 137.349
2010 (6) 230.316 165.091 626.680 255.637 179.079 62.580 112.663 140.841 142.922 15.202 557.579 727.500 193.370 143.683
2011 (7)
2012 (8)
239.221 171.474 650.908 265.521 186.003 64.999 117.019 146.286 148.448 15.790 579.137 755.628 200.847 149.239
247.612 173.003 674.464 279.718 193.415 68.337 121.323 154.308 152.121 17.079 596.031 779.347 210.504 154.414
2.975.932 3.046.372 2.902.671 3.164.128 3.553.143 3.690.520 3.821.676
Tabel 6.15 Kabupaten/Kota
PDRB Perkapita menurut kabupaten/kota di Propinsi Kalimantan Timur Tahun 2006-2012
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Pasir
(2) 27.452.476
(3) 33.988.209
(4) 46.274.513
(5) 53.727.827
(6) 57.343.697
(7) 69.727.541
(8) 72.062.332
Kutai Barat
23.094.415
25.201.042
31.128.092
34.052.116
41.366.124
47.144.033
51.717.601
Kutai Karta
130.466.549
139.310.211
189.840.716
163.579.111
157.685.147
189.712.084
195.853.258
Kutai Timur
89.484.609
98.509.017
126.806.167
139.118.887
133.704.809
172.297.558
179.410.863
Berau
25.299.047
26.605.319
28.084.269
30.011.542
44.086.122
51.652.000
55.640.363
Malinau
16.166.996
18.567.973
21.719.781
25.043.767
33.914.682
39.368.329
40.558.748
Bulungan
17.028.870
19.192.253
20.771.331
21.609.501
25.170.229
23.196.831
27.741.277
Nunukan
18.548.718
20.497.500
23.496.341
22.181.674
27.298.561
31.860.069
34.750.164
Penajam PU
16.554.070
17.627.906
19.292.550
19.121.287
20.452.897
25.902.296
26.997.042
22.770.563
24.037.999
25.666.871
Balikpapan
54.361.185
56.482.190
76.004.757
71.231.877
72.226.709
77.923.396
79.048.073
Samarinda
24.555.089
26.681.156
30.853.863
33.266.084
33.071.228
36.297.271
46.015.026
Tarakan
21.391.392
23.339.486
28.413.886
31.260.837
36.101.260
39.656.784
43.230.708
Bontang
406.313.348
415.592.945
559.622.896
383.434.351
371.415.853
415.791.865
443.668.089
67.531.086
73.601.204
101.532.771
88.920.062
90.330.889
97.604.190
109.664.351
(1)
PROPINSI
64
Tana Tidung
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan Rumus Indeks Williamson
IW
(y Y) i
2
ni n
Y
Tingkat kabupaten/kota : yi Y ni n
= = = =
Rata-Rata Pengeluaran perkapita di kecamatan i Rata-Rata Pengeluaran perkapita rata-rata kab/kota jumlah penduduk di kecamatan i jumlah penduduk di kab/kota
Tingkat Provinsi: yi Y ni n
= = = =
PDRB perkapita di kab/kota i PDRB perkapita rata-rata provinsi jumlah penduduk di kab/kota i jumlah penduduk di provinsi
Tabel 6.16..... Indeks Williamson Tahun 2005-2012 Tahun
Indeks Williamson
(1) 2005
(2) 1,28
2006
1,21
2007 2008
1,15 1,18
2009 2010
0,93 0,85
2011
0.91
2012
0,85
65
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan Grafik 6.3.
001
Grafik Indeks Williamson Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2006-2012
001
001
001 001
2006
2007
2008
2009
2010
001
2011
001
2012
Data di atas menunjukkan angka indeks ketimpangan PDRB per kapita antar kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Timur selama periode tahun 2005 – 2012. Data di atas juga menunjukkan bahwa dari tahun 2005 hingga tahun 2012 distribusi pendapatan Propinsi Kaltim belum merata (Indeks Williamson masih jauh dari nol). Hal ini ditunjukkan dengan nilai indeks Williamson yang menjauhi nol (0), dengan nilai rata-rata indeks sebesar 1,06. Ketimpangan terbesar adalah pada tahun 2005 dan 2006 yaitu 1,28 dan 1,21. Sedangkan yang Indeks Williamson paling kecil adalah di tahun 2010 dan tahun 2012, yaitu sebesar 0,85. Ketimpangan antar kabupaten/kota yang terjadi di Provinsi Kalimantan Timur dari tahun 2005 – 2012 cenderung menurun, walaupun tahun 2011 antar kabupaten/kota lebih timpang dibandingkan tahun 2010. Tingginya nilai indeks ketimpangan produk domestik regional bruto (PDRB) per kapita antar kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Timur, menunjukkan bahwa rata – rata tingkat produk domestik regional bruto per kapita antar kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Timur mengalami ketimpangan yang cukup melebar. Dan perbedaan antara suatu daerah dengan daerah yang lain cukup besar. Hal lain yang menjadi pemicu adalah kondisi kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Timur cukup berbeda. Ada yang merupakan daerah penghasil minyak dan gas yang cukup besar. Sedangkan yang lainnya hanya daerah pertanian yang tidak mempunyai sektor unggulan untuk dikembangkan. Akibatnya ketimpangan yang terjadi jauh lebih besar.
66
Tingginya tingkat ketimpangan produk domestik regional bruto (PDRB) perkapita antar kabupaten/kota, tidak berarti secara otomatis menerangkan bahwa
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan tingkat kesejahteraan masyarakat di Provinsi Kalimantan Timur ada yang baik dan ada yang sangat buruk dibandingkan daerah lain. Karena indeks williamson hanya menjelaskan distribusi PDRB perkapita antar kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Timur tanpa menjelaskan seberapa besar PDRB perkapita yang didistribusikan tersebut dengan rata – rata PDRB daerah lainnya. Tabel 6.17
Proporsi PDRB Perkapita Kab/Kota Terhadap PDRB Perkapita Propinsi Kalimantan Timur Tahun 2005 – 2012
Kabupaten/ Kota
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011r
2012*
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
Pasir Kutai Barat Kutai Kartanegara Kutai Timur Berau Malinau Bulungan Nunukan Penajam P U Tana Tidung Balikpapan Samarinda Tarakan Bontang PROPINSI
36,51 33,86 192,04 113,74 39,21 24,17 24,10 30,24 25,51
40,65 34,20 193,19 132,51 37,46 23,94 25,22 27,47 24,51
46,18 34,24 189,28 133,84 36,15 25,23 26,08 27,85 23,95
45,58 30,66 186,97 124,89 27,66 21,39 20,46 23,14 19,00
60,42 38,30 183,96 156,45 33,75 28,16 24,30 24,95 21,50
75,70 36,36 31,47 637,08 100,00
80,50 36,36 31,68 601,67 100,00
76,74 36,25 31,71 564,66 100,00
74,86 30,39 27,98 551,17 100,00
80,11 37,41 35,16 431,21 100,00
63,48 45,79 174,56 148,02 48,81 37,54 27,86 30,22 22,64 25,21 79,96 36,61 39,97 411,17 100,00
71,44 48,30 194,37 176,53 52,92 40,33 23,77 32,64 26,54 24,63 79,84 37,19 40,63 426,00 100,00
65,71 47,16 178,59 163,60 50,74 36,98 25,30 31,69 24,62 23,40 72,08 41,96 39,42 404,57 100,00
6.7. Indeks Entropy Theil (IET) Indeks Entropi Theil yang merupakan aplikasi konsep teori informasi dalam mengukur ketimpangan dan konsentrasi industri yang menawarkan tentang pendapatan regional perkapita dan kesenjangan pendapatan. Indeks ketimpangan regional Theil tersebut dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu ketimpangan regional dalam wilayah dan ketimpangan regional antarwilayah atau regional. Indeks entrophy Theil memungkinkan untuk membuat perbandingan selama kurun waktu tertentu. Indeks ini juga dapat menyediakan secara rinci dalam sub unit geografis yang lebih kecil, yang pertama akan digunakan untuk menganalisis kecenderungan konsentrasi geografis selama periode tertentu dan yang kedua juga penting ketika kita mengkaji gambaran yang lebih rinci mengenai kesenjangan/ketimpangan spasial. Dengan indikator bahwa apabila semakin besar nilai indeks entropi
Theil maka
semakinbesar ketimpangan yang terjadi sebaliknya apabila semakin kecil nilai indeks
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
67
maka semakin merata terjadinya pembangunan.
Bab 6 Analisis dan Pembahasan 6.7.1. Indeks Entropy Theil Tingkat Provinsi Pengukuran pola konsentrasi geografis kemiskinan dalam penelitian iniakan
menggunakan
indeks
entropi
Theil
untuk
mengukur
tingkat
kesenjangankemiskinan antar daerah dengan menggunakan pangsa jumlah penduduk sebagai pembobot (weights). Indeks ini mula-mula diperkenalkan oleh Henri Theil (1969). Nilai indeks entropi yang lebih rendah menunjukkan kesenjangan yang lebih rendah, dan sebaliknya. Tabel. 6.18
Indeks Entropy Theil Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2006 – 2011 TAHUN (1)
Indeks Entropy Theil Provinsi (2)
2006
0,1932
2007
0,1920
2008
0,1842
2009
0,1639
2010
0,1610
2011
0,1757
Dengan indikator bahwa apabila semakin besar nilai indeks entropi Theil maka semakin besar ketimpangan yang terjadi sebaliknya apabila semakin kecil nilai indeks makasemakin merata terjadinya pembangunan. Dengan demikian dari tahun 2006 hingga tahun 2011, perencanaan pembangunan di Provinsi Kalimantan Timur telah berhasil dengan baik ditandai dengan semakin meratanya pembangunan antar kabupaten/kota. Nilai indeks entropy theil diharapkan pada tahun-tahun berikutnya selalu memiliki kecenderungan menurun. Tetapi pada tahun 2011, sama halnya dengan Indeks Williamson, IET juga semakin besar. Artinya ketimpangan pendapatan di kabupaten/kota semakin besar pada tahun 2011 dibanding tahun 2010. Grafik. 6.4. Indeks Entropy Theil Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2006 - 2011 00,250 00,200
00,150 00,100 00,050 00,000 2007
2008
2009
2010
2011
68
2006
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan 6.8. Angka Pendekatan Inflasi Indeks harga Implisit diperoleh dengan membagi nilai PDRB atas dasar harga berlakiu dengan nilai PDRB atas dasar harga konstan untuk masing – masing tahun dikalikan 100. Indeks ini menunjukkan tingkat perkembangan harga dari agregat pendapatan terhadap harga pada tahun dasar. Selanjutnya bila dari indeks harga implisit ini dibuatkan indeks berantainya (dengan rusmus indeks berantai) akan terlihat tingkat perkembangan harga setiap tahun terhadap tahun sebelumnya. Indeks ini secara berkala juga dapat menunjukkan besaran inflasi yang mencakup seluruh barang dan jasa yang diproduksi diwilayah penghitungan PDRB. Perubahan Indeks Harga Implisit mencerminkan tingkat inflasi yang tejadi dalam suatu periode. Perubahan Indeks Harga Implisit dapat dianggap lebih menggambarkan tingkat inflasi yang menyeluruh dibandingkan dengan indikator inflasi lainnya seperti Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Indeks Sembilan Bahan Pokok. Hal ini disebabkan Indeks Harga Implisit sudah mewakili semua jenis harga yaitu harga konsumen, harga produsen, harga perdagangan besar, harga eceran dan harga lainnya yang sesuai dengan berbagai jenis harga yang dipergunakan dalam penghitungan nilai produksi setiap sektor. Pada grafik dibawah ini ditampilkan pola pergerakan hubungan antara indeks implisit Kota Samarinda dan indeks implisit Kota Bontang. Ternyata dari grafik terlihat pola yang jelas bahwa ada korelasi positif dari nilai Indeks Implisit Kota Bontang dan nilai Indeks Implisit Kota Samarinda. Setiap kenaikan nilai inflasi di Kota Samarinda diikuti juga dengan kenaikan nilai inflasi di Kota Bontang. Tetapi kenaikan harga di Kota Bontang lebih reaktif. Demikian juga pada saat terjadi penurunan. Hal ini dimungkinkan terjadi karena lokasi ibukota Kota Bontang dengan Kota Samarinda melalui darat dan ke Kota Balikpapan melaui udara. Sedangkan sebagian besar komoditas berasal dari Kota Samarinda dan Kota Balikpapan. Kenaikan inflasi sedang teryang reaktif terjadi karena ada faktor margin perdagangan didalamnya dengan jadi pada tahun 2008 baik IHK dan Inflisit PDRB Kota Samarinda, serta Inflisit PDRB Kota Bontang sedangkan tahun 2011 terjadi pada inflasi Proxy IHK Kota Bontang dan Inflasi Inflisit PDRB Kota Samarinda. Dimana pada tahun 2012 dari dua pendekatan inflasi tersebut Kota Bontang dan Kota Samarinda sama-sama terjadi inflasi ringan terlihat pada grafik 6.5.
69
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan Grafik 6.5 Pola Pergerakan Inflasi Kota Samarinda dan Inflasi Kota Bontang Tahun 2007-2012 16
IHK Smd
Proxy IHK BTG
Inflisit SMD
Inflisit BTG
14 12 10 8 6 4 2 -
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Pola inflasi Tahunan yang disebut inflasi tahun kalender dari tahun 20062012 di Kota IHK Provinsi Kalimantan Timur dan Inflasi Nasional. Tabel 6.19 Perkembangan Inflasi Tahun Kalender Nasional, Kaltim, dan Kota, 2006-2013 Tahun (1)
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013* Ket’
Samarinda
Inflasi Kalender Januari – Desember Balikpapan Tarakan Kaltim
Nasional
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
6.50 9.18 12.69 4.06 7.00 6.23 4,81 10,86
5.52 7.27 11.30 3.60 7.38 6.45 6,41 8,46
19.85 7.21 7.92 6.43 5,99 10,97
6.04 8.30 13.06 4.31 7.28 6.35 5,60 9,48
6.60 6.59 11.06 2.78 6.96 3,79 4,30 8,32
= Belum menjadi Kota IHK (belum dihitung)
* = Angka inflasi Year on Year Oktober 2013 terhadap Oktober 2012 Inflasi ringan terjadi selama tahun 2008, tertinggi terjadi di Kota Tarakan mencapai 19,85%, Kota Samarinda 12,69%, Kota Balikpapan 11,30% menyebabkan inflasi Kaltim mencapai 13,06% hingga jauh diatas angka inflasi Nasional 11,06%. Biasanya inflasi Tahun Kalender tersebut, biasanya ada kebijakan Pemerintah yang menyebabkan harga barang dan jasa sedikit bergejolak menaik terutama terkait bahan
70
bakar mempunyai dampak multiplier efek.
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan Tabel 6.20
Perkembangan Inflasi Bulanan Kota Samarinda Tahun 2007 - 2012
BULAN (1) Januari
2007
2008
2009
2010
2011
2012
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
1,91
2,51
(0,44)
0,60
2,45
1,33
Februari
(0,05)
0,00
1,62
0,76
0,02
0,40
Maret
(0,14)
1,43
0,31
0,29
0,29
0,38
April
(0,37)
0,55
0,25
0,18
0,38
0,25
Mei
1,28
2,06
(0,08)
0,13
(0,28)
0,26
Juni
(0,38)
3,32
0,24
0,43
1,09
0,62
Juli
0,96
1,23
(0,18)
1,98
0,44
0,58
Agustus
1,80
0,52
0,78
0,42
1,38
2,29
September
2,01
1,18
1,20
0,84
0,52
0,56
Oktober
0,93
1,03
0,12
(0,50)
(0,75)
0,58
November
0,16
(1,27)
(0,09)
0,79
(0,03)
0,37
Desember
0,75
0,20
0,26
0,46
0,57
0,42
Inflasi Year on Year
9,18
12,69
4,06
7,00
6,23
4,81
Inflasi adalah kenaikan harga yang kenaikannya pada bulan-bulan tertentu lebih tinggi dari bulan yang lainnya. Biasanya pada bulan-bulan menjelang idul fitri, natal dan tahun baru, dan pada menjelang kenaikan sekolah harga-harga akan naik melebihi bulan yang lain. Pada grafik dibawah, terlihat dalam setiap tahunnya antara tahun 2007 – 2012, pada bulan Januari, September, Desember selalu terjadi kenaikan inflasi yang lebih tinggi dibanding bulan lainnya. Karena pada bulan-bulan tersebut adalah perayaan hari besar keagamaan.
Grafik 6.6. Pola Pergerakan Inflasi Bulanan Kota Samarinda Tahun 2007 –2012 4
3
2007 2
2008 2009
1
2010 2011
0
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
Nov
Des
2012
-1
-2
71
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan Tabel 6.21
Perkembangan Pendekatan Proxy Inflasi Bulanan Kota Bontang Tahun 2007 – 2012
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Bontang Grafik
6.7.
Pola Pergerakan Inflasi Bulanan Kota Bontang Tahun 2007–2012 (%)
4
2007 2008
3
2009 2010
2
2011 2012
1
0
-1
-2
Berdasarkan pola inflasi pada indeks harga implisit Kota Bontang yang lebih reaktif terhadap pola inflasi indeks harga implicit Kota Samarinda, maka estimasi angka inflasi dari indeks harga konsumen Kota Bontang pun demikian.Karena hargaharga di Kota Bontang dipengaruhi oleh harga-harga di Kota Samarinda, maka setiap kenaikan harga di Kota Samarinda akan diikuti oleh kenaikan harga di Kota Bontang. Bahkan kenaikannya lebih tinggi lagi. Angka inflasi secara umum menggambarkan besarnya peningkatan harga-
72
harga barang/jasa di suatu daerah tertentu pada waktu tertentu, sehingga tingkat inflasi dipakai sebagai tolak ukur dalam melihat stabilitas perekonomian di suatu daerah.
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan Tingkat hiperinflasi atau inflasi tak menentu apabila terjadi diatas 30% per bulan ataupun per tahun akan sangat tidak menguntung suatu wilayah, tetapi sebaliknya yang tergambar di Kota Bontang relatif mencerminkan stabilitas ekonomi yang sangat baik. Untuk melihat besarnya inflasi di Kota Bontang selama periode 2004-2012 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 6.22
Tingkat Inflasi Kota Bontang Tahun 2004-2012 (%) Tingkat Inflasi (%)
Tahun
Indeks Harga Implisit
(1) 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
(2) 163,49 184.83 200,20 214,58 238,41 257,65 279,25 300,73 323,04
Proxy IHK (3) 5,98 15,85 6,09 8,41 6,44 3,83 7,19 12,20 5,21
Indeks Harga Implisit (4) 2,07 13,32 8,32 7,18 11,10 8,07 8,38 7,69 7,42
Sumber : BPS Kota Bontang Tabel diatas adalah tingkat Inflasi di Kota Bontang pada Tahun 2004–2012 dengan mengacu pada besanya perubahan Indeks Implisit PDRB Non Migas dan Proxy Indeks Harga Konsumen (IHK) dengan asumsi seperti pola konsumsi ¾ struktur Kota Samarinda dan ¼ Kota Balikpapan Tahun berjalan. Tingkat inflasi dari indeks harga inflisit (IHI) yang terjadi pada Tahun 2004 adalah sebesar 2,07% merupakan tingkat inflasi yang paling rendah dan tertingga pada tahun 2005 sebesar 13,32% selama periode 2004-2012 year on year (YoY). Inflasi proxy IHK dari asumsi penulis tersebut Kota Bontang terjadi inflasi tertinggi pada tahun 2005 mencapai 15,85% dan terendah pada tahun 2010 yaitu 3,83% berdasarkan tahun dasar penghitungan IHK-2007 serempak di (66 Kota IHK seIndonesia). Dari pengamatan kedua pendekatan diatas, Kota Bontang inflasi atas dasar indeks harga inflisit Produk Domestik Regional Bruto relative setabil bila dibandingkan dengan inflasi hasil proxy IHK pendekatan dari 2 kota yaitu Kota Samarinda dan Kota Balikpapan dengan tahun dasar Survey Biaya Hidup (SBH) 2007.
penurunan nilai tukar rupiah setiap tahun terhadap barang dan jasa di secara perlahan.
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
73
Berarti di Kota Bontang sama dengan Kab/Kota SBH yang juga terjadi
Bab 6 Analisis dan Pembahasan Di sadari atau tidak dari sejumlah uang tertentu, setiap tahun nlai tukarnya terhadap barang dan jasa telah terjadi penurunan, bahkan yang sangat terasa kenaikan harga property dan tanah, sedangkan harganya tetap adalah garam, terasi, dan penyedap masakan. Tingkat inflasi diatas adalah inflasi di tingkat produsen, dan inflasi berdasarkan harga konsumen menurut asumsi tersebut, sebagai pembanding secara series. Kota yang menghitung indeks harga konsumen dan perubahan harganya setiap bulan di Kalimantan Timur adalah di Kota Samarinda, Kota Bontang dan Kota Tarakan. Grafik 6.8
Pola Pergerakan Inflasi dari Proxy Indeks Harga Konsumen dan Indeks Harga Implisit Kota Bontang, Tahun 2004-2012
18.00 15.85
Proxy IHK
13.05
Indeks Harga Implisit
16.00 14.00 12.00
11.10
10.00
8.32
8.00
8.41 7.18
8.07
8.38 7.19
7.69
6.44
6.09
6.00 4.00
12.20
7.42 5.21
5.98 3.83
2.07
2.00 2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Jika dilihat grafik pola pergerakan Inflasi dari Indeks Harga Implisit dan inflasi dari Indeks Harga Konsumen, terdapat ketidak sesuaian pergerakan pada tahun 2007. Hal ini mengindikasikan bahwa ada hubungan antara indeks implisit yang dihitung berdasarkan harga produsen terkait erat dengan harga bahan baku dan perubahan harga factor produksi. Sedangkan indeks harga konsumen yang dihitung dari harga konsumen sangat rentan terhadap faktor pasokannya baik bahan makanan dan non makanan. Dengan demikian pendekatan inflasi konsumen dengan menggunakan angka dari indeks implisit dapat dilakukan. Pada grafik diatas, ditandai dengan kenaikan harga konsumen lebih tinggi dibandingkan kenaikan harga produsen. Kecuali pada tahun 2008-2010 dan 2012 ada perbedaan signifikan, dibandingkan penurunan inflasi
74
harga konsumen.
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan 6.9. Analisis Ketenagakerjaan Ketenagakerjaan merupakan aspek yang mendasar dalam kehidupan manusia karena mencakup dimensi sosial ekonomi. Salah satu sasaran dalam pembangunan adalah diarahkan pada perluasan kesempatan kerja dan terciptanya lapangan kerja baru dalam jumlah dan kualitas yang seimbang dan memadai untuk dapat menyerap tambahan angkatan kerja yang memasuki pasar kerja setiap tahunnya. Banyak permasalahan yang bisa ditimbulkan dari pengelolaan tenaga kerja yang tidak terencana, dan permasalahan awal yang timbul adalah pengangguran. Sebagai Kota yang terus berkembang, Bontang terus bergerak untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakatnya. Berbagai kebijakan pembangunan telah diundangkan. Salah satunya adalah pembangunan di bidang ketenagakerjaan. Pembangunan di bidang ini mendesak untuk dilaksanakan karena dampaknya yang luar biasa bagi kebangkitan bangsa. Dengan pembangunan ketenagakerjaan yang baik dan terencana diharapkan dapat mengurangi tingkat pengangguran yang pada akhirnya mengurangi tingkat kemiskinan yang selama ini telah menjadi momok bagi tiap daerah, termasuk Kota Bontang. Memperluas kesempatan kerja bukan hanya penting dari sisi ekonomi, namun juga sosial. Selain menciptakan lapangan kerja baru, memperluas kesempatan kerja juga akan meningkatkan pendapatan masyarakat. Hal ini secara tidak langsung akan juga mengurangi kemungkinan terjadinya masalah sosial dalam kehidupan masyarakat.
Pengalaman
membuktikan
bahwa
banyak
gejolak
sosial
seperti
meningkatnya angka kriminal terjadi disebabkan oleh banyaknya pengangguran.Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka setiap upaya pembangunan yang dilakukan selalu diarahkan pada perluasan kesempatan kerja dan berusaha. Angkatan kerja atau lebih dikenal dengan istilah tenaga kerja berdiri dalam dua posisi penting dalam pembangunan, yaitu sebagai subyek sekaligus obyek dalam pembangunan itu sendiri. Karena itu peningkatan dalam jumlah angkatan kerja bila tidak
diimbangi
dengan
penambahan
kesempatan
kerja
akan
menimbulkan
permasalahan dalam pembangunan.
75
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan Tabel 6.23
Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas (Penduduk Usia Kerja) Kelompok Umur di Kota Bontang Tahun 2011-2013
Kelompok Umur (1)
P (2)
2011 L (3)
P (4)
L (5)
2012 P (6)
L (7)
menurut
L (8)
2013*) P (9)
L+P (10)
11.491
11.720
23.211
13.682
12.962
26.644
13.735
12.818
26.553
13.978
15.566
29.544
13.131
12.816
25.947
15.409
14.897
30.306
11.968
11.718
23.686
13.403
12.859
26.262
13.016
13.660
26.676
45-54 55-59
9.402
6.610
16.012
10.918
7.667
18.585
11.726
8.903
20.629
1.689
1.405
3.094
2.575
1.393
3.968
2.976
1.478
4.454
60+ Jumlah
2.061
1.424
3.485
2.097
1.783
3.880
2.101
1.786
3.887
50.589
48.443
99.032
55.806
49.480
105.286
58.963
53.542
112.505
15-24 25-34 35-44
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Bontang& Provinsi Kalimantan Timur (SAKERNAS) * = Angka Sementara
Tabel di atas memberikan informasi tentang terus meningkatnya jumlah usia kerja baik laki-laki maupun perempuan. Jika tahun 2011 jumlah usia kerja 99.032 jiwa, maka pada tahun 2013 angka tersebut telah naik sebesar 13.60 persen. Berdasarkan jenis kelamin, usia kerja laki-laki mengalami peningkatan yang lebih besar dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013. Jumlah usia kerja laki-laki naik 16,55 persen, sedangkan usia kerja perempuan hanya naik 10,52 persen. Tabel 6.24
Penduduk Usia 15 tahun ke atas menurut Jenis Kelamin di Kota Bontang 2009-2012 Uraian
2009
2010
2011
2012
(1) Angkatan Kerja
(2) 53.497
(3) 55.708
(4) 62.257
(5) 64.728
Laki-laki Perempuan Bukan Angkatan kerja
39.034 14.463 38.741
42.109 13.671 41.975
43.042 19.215 36.775
45.975 18.753 40.557
8.243
8.955
8.752
9.349
Laki-laki
Perempuan 30.498 33.020 28.023 31.208 TOTAL 92.230 97.755 99.032 105.285 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Bontang dan BPS Provinsi Kalimantan Timur (SAKERNAS) Tabel di atas memperlihatkan bahwa jumlah angkatan kerja terus bertambah seiring bertambahnya usia kerja. Jika pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2012, angkatan kerja laki-laki terus mengalami kenaikan, tidak demikian dengan angkatan kerja perempuan yang terlihat berfluktuasi walaupun kecenderungannya meningkat. Mayoritas penduduk yang menjadi Angkatan kerja adalah laki-laki dengan persentase 71,02 persen. Sedangkan penduduk usia kerja, yang bukan angkatan kerja
76
mayoritas adalah perempuan dengan angka mencapai 76,94 persen. Meski demikian jumlah wanita yang bukan angkatan kerja mengalami penurunan yang cukup besar
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan sejak dua tahun terakhir. Jika dibandingkan dengan tahun 2011, telah terjadi peningkatan sebesar 11 persen. Tabel 6.25
Persentase Penduduk Usia 15 tahun ke atas menurut menurut Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja di Kota Bontang 2010-2013 Uraian
(1) Angkatan Kerja Bekerja Mencari Pekerjaan Bukan Angkatan kerja Ibu rumah tangga Sekolah Lainnya Total Sumber :
2011
2012
2013*
(2) 71,09 87,56 12,44 28,91 25,28 67,22 7,50 100.00
(3) 73,28 85,68 14,32 26,72 31,17 62,50 6,33 100.00
(4) 61,92 92,05 7,95 38,08 25,85 61,91 12,24 100.00
Badan Pusat Statistik Kota Bontang dan BPS Provinsi Kalimantan Timur (SAKERNAS)
Dari tabel 6.30 disajikan keadaan angkatan kerja dan bukan angkatan kerja di Kota Bontang Tahun 2010-2013. Dari jumlah angkatan kerja yang ada di Kota Bontang pada tahun 2013, mereka yang bekerja mencapai 92,05 persen atau meningkat 7,43 persen dari tahun sebelumnya. Hal sebaliknya terlihat dari angka pengangguran. Jika pada tahun 2012 angka pengangguran berada di posisi 14,32 persen, maka pada tahun 2013 angka telah turun menjadi 7,95 persen. Namun, meski pengangguran turun, bukan berarti tugas untuk terus mengurangi pengangguran berhenti. Karena setiap daerah tak akan pernah lepas dengan permasalahan ini, hanya saja tingkat keparahannya di Kota Bontang tidak besar. Penduduk usia kerja yang terus meningkat berakibat juga terhadap peningkatan para pencari kerja. Disinilah diperlukan perencanaan yang matang agar pertumbuhan usia kerja yang berjalan alamiah dapat dibarengi dengan penciptaan lapangan kerja, sehingga tingkat pengangguran dapat di tekan. Jika pertumbuhan penduduk usia kerjahampir sama dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang bekerja maka hal ini mengindikasikan bahwa jumlah penduduk yang terserap ke dalam lapangan pekerjaan yang ada relatif lebih sedikit daripada penambahan jumlah penduduk yang siap kerja. Artinya bahwa setiap tahun akan selalu terjadi penambahan pengangguran baik itu terbuka atau setengah terbuka jika penciptaan lapangan kerja berjalan stagnan.
77
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan Tabel 6.26
Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Pekerjaan Utama di Kota Bontang 2010-2013
Sektor/Lapangan Pekerjaan Utama (1) Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa Lainnya Total
2010 Jumlah % (2) (3) 3.584 6,93 5.143 9,95 5.513 10,66
2011 Jumlah % (4) (5) 4.583 7,35 6.203 9,95 6.558 10,52
Berdasarkan Lapangan
2012 Jumlah % (6) (7) 5.848 8,93 5.301 8,10 6.718 10,26
2013* Jumlah % (8) (9) … 14,55 … 8,86 … 3,41
1.057
2,04
1.234
1,98
173
0,26
…
0,45
5.794 10.210
11,21 19,75
5.730 14.326
9,19 22,97
5.038 17.964
7,69 27,43
… …
11,36 29,55
2.624
5,07
2.873
4,61
2.695
4,12
…
4,55
1.286
2,49
2.620
4,20
6.855
10,47
…
3,41
13.088 3.408 51.707
25,31 6,59 100,00
15.272 2.969 62,368
24,49 4,76 100,00
10.490 4.398 65.480
16,02 6,72 100,00
…
23,86
…
100,00
Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Timur (SAKERNAS) * = Sensus Penduduk 2010 Berdasarkan tabel 6.24. di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 2013 terdapat 4 sektor paling dominan dalam penyerapan tenaga kerja, yaitu sektor jasa-jasa, perdagangan, sektor pertanian, dan sektor konstruksi/bangunan. Pada tahun 2013 terjadi
peningkatan
persentase
pekerja
di
sektor
pertanian
dan
sektor
konstruksi/bangunan, sementara di sektor pertambangan dan jasa-jasa justru mengalami penurunanan. Keempat sektor ini, masing-masing menyerap tenaga kerja lebih dari sepuluh persen. Total tenaga kerja yang diserap oleh keempat sektor tersebut mencapai 79,32 persen. Pada tahun 2013 dari total 100 persen penduduk laki-laki yang berusia 15 tahun ke atas yang bekerja, ada sebanyak 20,74 persen yang bekerja di sektor pertanian, sedangkan tenaga kerja perempuan hanya 1,42 persen yang terserap di sektor ini. Tenaga kerja perempuan lebih banyak terserap di sektor perdagangan, hotel, dan restoran, ada sebanyak 56,74 persen tenaga kerja perempuan yang bekerja di sektor ini. Sektor lain yang menjadi pilihan perempuan untuk bekerja adalah sektor jasa dengan angka mencapai 34,04 persen. Sementara itu di sektor pertambangan, ada sekitar 13,04 persen dari total laki-laki yang bekerja menggeluti sektor ini. Hal yang menarik dari tenaga kerja di sektor pertambangan ini adalah bahwa di Kota Bontang sendiri sebenarnya tidak memiliki lapangan usaha sektor
78
pertambangan dan penggalian pasir. Lapangan usaha sektor pertambangan sendiri dimiliki oleh wilayah Kabupaten di sekitar Kota Bontang. Sedangkan para pekerjanya
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan banyak menetap dan tinggal sebagai penduduk Kota Bontang, kota terdekat dengan fasilitas yang cukup layak. Sektor ini menyerap 8,86 persen tenaga kerja di Kota Bontang. Kota Bontang terdapat dua perusahaan industri berskala internasional, yaitu PT. PKT dan PT. Badak LNG. Kedua perusahaan ini memiliki peran yang besar bukan hanya terhadap penyerapan tenaga kerja namun juga terhadap perekonomian Kota Bontang. Pada tahun 2013 sektor ini menyerap 3,41 persen tenaga kerja. Sektor konstruksi/ bangunan sendiri, di Kota Bontang, merupakan sektor yang menerima efek positif dari sektor industri dan sektor pertambangan. Banyaknya pendatang yang mengadu nasib di sektor industri dan pertambangan tentunya menaikkan permintaan akan kebutuhan tempat tinggal. Selain itu, meningkatnya permintaan akan fasilitas tempat tinggal dapat dipicu dari meningkatnya pendapatan masyarakat karena berkembangnya kedua sektor tersebut. Sektor ini mampu menyerap 11.36 persen tenaga kerja ditahun 2013, atau terbesar ke empat. Menjadi kondisi yang umum bahwa jumlah penduduk yang besar akan menjadi modal pembangunan apabila kualitas penduduk itu sendiri adalah baik. Untuk dapat mengetahui kualitas penduduk usia kerja dapat dilihat dari golongan umur dan tingkat pendidikan penduduk menurut usia kerja. Semakin tinggi tingkat pendidikan penduduk dapat diasumsikan kualitas tenaga kerja tersebut semakin baik, karena tingginya tingkat pendidikan akan berkorelasi positif dengan tingkat keterampilan dan kemampuan tenaga kerja yang pada gilirannya dapat mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Tabel 6.27
No. (1) 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Jumlah Permintaan Tenaga Kerja Menurut Tingkat Pendidikan di Kota Bontang 2011-2012
Permintaan Tenaga Kerja Menurut Pendidikan (2) SD SLTP SLTA Sarjana Muda Sarjana Lainnya Jumlah
2011 Lakilaki (3) 84 245 746 142 496 1.713
2012
Perempuan
Laki-laki + Perempuan
(4)
(5) 2 8 190 11 45 256
86 253 936 153 541 1.969
Lakilaki (6) 283 329 1.214 26 23 1.875
Perempuan
Laki-laki + Perempuan
(7)
(8) 0 0 178 27 44 249
283 329 1.392 53 67 2.124
Sumber : Disosnaker Kota Bontang (Bontang Dalam Angka 2012)
Dari
tabel di atas terlihat bahwa permintaan tenaga kerja oleh
pengguna/user pekerja terpusat pada tenaga kerja yang berpendidikan menengah. Pada tahun 2012 permintaan tenaga kerja lulusan SLTA mencapai 65 persen, dengan jumlah 1.214 orang. Sementara itu permintaan tenaga kerja yang
merupakan lulusan sarjana mengalami penurunan. Pada tahun 2012 jumlah
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
79
laki-laki mencapai
Bab 6 Analisis dan Pembahasan permintaan sarjana hanya 67 orang atau 3 persen saja dari total permintaan tenaga kerja. Tabel di atas juga memberikan informasi kepada kita bahwa laki-laki tetap menjadi incaran banyak perusahaan. Sementara permintaan tenaga kerja wanita justru mengalami penurunan.
6.10. Analisis Indeks Pembangunan Manusia ( IPM) Manusia
merupakan
unsur
utama
dari
seluruh
kepentingan
pembangunan yang menempatkan posisinya pada dua peran yaitu sebagai subyek dan sekaligus juga sebagai obyek pembangunan. Oleh karenanya tuntutan kearah terciptanya manusia yang Berkualitas hanya melalui pendidikan sebagai modal pembangunan semakin besar. Dengan dimasukkannya konsep pembangunan manusia ke dalam kebijakan-kebijakan pembangunan sama sekali tidak berarti meninggalkan berbagai strategi pembangunan terdahulu, yang antara lain bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan absolut dan mencegah perusakan lingkungan. Perbedaan dari sudut pandang pembangunan manusia, adalah semua tujuan tersebut di atas diletakkan dalam kerangka untuk mencapai tujuan utama, yaitu memperluas pilihan-pilihan bagi manusia. Pendekatan pembangunan manusia menggabungkan aspek produksi dan distribusi komoditas, serta peningkatan dan pemanfaatan kemampuan manusia. Pembangunan manusia melihat secara bersamaan semua isu dalam masyarakat baik itu tentang pertumbuhan ekonomi, perdagangan, ketenagakerjaan, kebebasan politik ataupun nilai-nilai kultural dari sudut pandang manusia. Pembangunan manusia juga mencakup isu penting lainnya, yaitu gender. Dengan demikian, pembangunan manusia tidak hanya memperhatikan sektor sosial, tetapi merupakan pendekatan yang komprehensif dari semua sektor.
6.10.1 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BONTANG Dari hasil prediksi indeks pembangunan manusia Kota Bontang tahun 2013, maka dapat diketahui secara umum terjadi peningkatan yang cukup signifikan dalam keberhasilan pembangunan manusia. Hal ini terjadi karena hasil diterapkan otonomi daerah, dimana daerah diberikan kewenangan yang luas dalam membangun daerahnya sehingga tiap daerah dapat menentukan prioritas mana yang harus lebih di dahulukan. Kota Bontang sebagai kota baru hasil pemecahan (Kab Kutai
80
Kertanegara) yang menerapkan system prioritas pembangunan tersebut. Dari sekian kegiatan pembangunan di Kota Bontang dititik beratkan pada pembangunan
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan infrastruktur dan sumber daya manusia. Pembangunan infrastruktur berperanan terhadap pembangunan sumber daya manusia, secara tidak langsung dapat sebagai pemacu untuk meningkatkan kualitas manusia. Sebagai contoh pembangunan infrastruktur yang paling terlihat jelas adalah terbangunnya sarana jalan yang membuka akses masyarakat terhadap berbagai fasilitas, terutama fasilitas kesehatan dan pendidikan. Dengan terbukanya akses ini, pemerintah berharap masyarakat dapat secara aktif menggunakannya untuk tujuan meningkatkan kesejahteraannya. Jika diukur dengan menggunakan kecepatan mencapai nilai IPM ideal (reduksi shortfall) selama kurun waktu 2010-2013 mencapai angka 6,35 persen. Hal tersebut menunjukkan kecepatan capaian angka IPM ideal Kota Bontang dalam istimasi tiga tahun terakhir mengalami kemajuan yang cukup tinggi, dari upaya pemerintah membangun kualitas penduduk sudah menunjukkan suatu keberhasilan. Sedangkan untuk peringkat IPM antar Kab/Kota di Provinsi Kalimantan Timur, Kota Bontang masih berada pada peringkat ke-3, dimana posisi pertama dan kedua masih diduduki oleh Kota yang sama seperti tahun-tahun sebelumnya yaitu Kota Balikpapan dan Kota Samarinda. Berdasarkan kajian analisis IPM Kota Bontang dilihat dari komponennya, maka yang menguatkan nilai indeks IPM Kota Bontang terletak pada komponen capaian Angka Harapan Hidup (AHH), Angka Melek Huruf (AMH), dan Rata-rata Lama Sekolah. Ketiga indikator ini pada tahun 2012 mengalami peningkatan yang signifikan dengan indeks masing-masing AHH sebesar 72,78, AMH (99,22) dan ratarata lama sekolah (10,40), masih terbaik diatas capaian Kota Balikpapan, Samarinda dan Tarakan di Kalimantan Timur. Dengan kontribusi dari masing-masing Kecamatan sebagai berikut.
Tabel 6.28 Pencapaian Komponen dan IPM Kecamatan Kota Bontang, 2011-2012 Kecamatan (1) 2011 Bontang Selatan Bontang Utara Bontang Barat BONTANG 2012 Bontang Selatan Bontang Utara Bontang Barat BONTANG
Angka Harapan Hidup (Tahun)
Angka Melek Huruf (%)
Rata-rata Lama sekolah (Tahun)
Pengeluaran Riil/Kapita yang disesuaikan (Rp)
IPM
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
72,34 72,53 72,93 72,60
98,85 99,11 99,65 99,21
10,37 10,40 10,36 10,38
634.224 635.893 639.357 636.470
77,11 77,43 78,00 77,52
72,65 72,74 72,94 72,78
99,04 99,18 99,46 99,22
10,38 10,40 10,39 10,40
639.677 639.207 640.639 639.881
77,71 77,77 78,05 77,52
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
81
Sumber : BPS Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan Namun dari hasil capaian IPM Kota Bontang tahun 2012 sebesar 77,85 persen tersebut yang masih tertinggal yaitu komponen daya beli masyarakat, karena kurangnya variasi konsumsi komoditas yang di rekomendasi UNDP sebanyak 27 komoditi yang disesuaikan sampai dengan tahun 2018 (setara harga Kota Jakarta Selatan). Kedepan komitmen program dan ketersediaannya dari Pemerintah Daerah, SKPD terkait dan seluruh stekholder terkait sangat diharapkan, sehingga peningkatan konsumsi komoditas rekomendasi UNDP tersebut dapat dicapai.
6.10.2 ANGKA HARAPAN HIDUP Indikator ini menunjukkan kondisi dan system pelayanan kesehatan masyarakat, karena mampu mempresentasikan output dari upaya pelayanan kesehatan secara komprehensip. Hal ini didasarkan pada suatu pandangan bahwa jika seseorang memiliki derajat kesehatan yang semakin baik maka yang bersangkutan akan berpeluang memiliki derajat kesehatan yang semakin baik maka yang bersangkutan akan berpeluang memiliki usia lebih panjang atau mempunyai angka harapan hidup yang tinggi. Besarnya nilai AHH berkaitan erat dengan angka kematian bayi, dimana semakin tinggi kematian bayi nilai AHH akan menurun. Faktor yang mempengaruhi perubahan AHH dapat ditinjau dari berbagai hal seperti kondisi lingkungan dan status sosial ekonomi penduduk, ketersediaan fasilitas dan tenaga kesehatan, status gizi dan lain-lain. Angka harapan hidup Kota Bontang mencapai 72,78 Tahun selalu diatas angka Provinsi yang saling berebut posisi antara Kabupaten Pasir dan Kabupaten Bulungan selama tahun 2005-2012 terlihat pada tabel berikut ini.
Perbandingan Angka Harapan Hidup (AHH) Kab/Kota di Kalimantan Timur, Tahun 2010 dan 2012 (Tahun)
82
Grafik 6.9
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan Dari grafik di atas, angka harapan hidup penduduk Kota Bontang dengan besaran 72,78 tahun telah menempatkan Bontang pada posisi ke 3 tertinggi setelah Pasir 73,79 tahun dan Bulungan 73,32 tahun. Angka harapan hidup Kota Bontang tahun 2012 ini mengalami peningkatan yang cukup significan sebesar 0,50 persen dari tahun 2010. Sedangkan kecepatan mencapai angka edeal angka harapan hidup penduduk Kota Bontang mencatat 1,32 persen atau sedikit dibawah angka provinsi Kalimantan Timur mencatat 1,44 persen pada periode 2010-2012. Pembangunan yang dilakukan Kota Bontang dalam mewujudkan Bontang Sehat dengan memberikan fasilitas pengobatan gratis (Jamkesda) dengan motto melayani sepenuh hati baik di Puskesmas Pembantu, Poliklinik, Puskesmas, dan RSUD Taman Husadha kepada masyarakat ikut mendongkrak kenaikan komponen angka harapan hidup. Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa kualitas hidup penduduk Kota Bontang relatif lebih baik dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya. Upaya penurunan mortalitas perlu dilakukan demikian pula usaha pengendalian fertilitas, karena keberhasilan mengurangi laju pertumbuhan penduduk pada dasarnya akan mempercepat terjadinya peningkatan kualitas hidup. Dengan demikian penanganan masalah demografi sepatutnya ditempatkan sebagai isu sentral dalam perencanaan pembangunan yang terintegrasi, baik untuk kesehatan, pendidikan, perumahan maupun perluasan kesempatan kerja. Hal ini diupayakan karena sebagai dasar untuk memperkuat pertumbuhan dan pemerataan ekonomi.
6.10.3 ANGKA MELEK HURUF Proses pendidikan akan melahirkan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dan ketrampilan sebagai bekal untuk berperan dan berinteraksi dalam masyarakat.
Kemampuan dasar yang diperoleh dalam proses belajar adalah
kemampuan baca tulis. Kemampuan ini penting bagi seseorang sebagai sarana untuk dapat mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan peluang penduduk untuk mendapatkan/menciptakan lapangan kerja dengan hasil yang lebih baik demi menunjang kesejahteraan keluarga. Indikator
ini
dapat
diukur
dengan
angka
melek huruf, yang
merupakan proporsi penduduk berusia 15 tahun keatas yang dapat membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya terhadap seluruh penduduk yang berusia 15 tahun keatas. Pada tahun 2012 Angka Melek Huruf (AMH) Kota Bontang sebesar 99,22 artinya sudah 99,22 persen penduduk Kota Bontang yang berusia 15 tahun ke atas dapat membaca dan menulis huruf latin dan lainnya. Hanya tinggal 0,78 persen saja penduduk yang tidak bisa membaca dan menulis, mereka umumnya
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
83
penduduk yang berusia lanjut dan cacat fisik sehingga sangat sulit lagi untuk mau
Bab 6 Analisis dan Pembahasan belajar membaca dan menulis. Sebagaimana diketahui sangat beratnya untuk bisa mencapai angka ideal 100 persen AMH dan Kota Bontang di tahun 2010 sudah mampu mencapai 99,20 persen.
Grafik 6.10 Perbandingan Angka Melek Huruf (AMH) Kab/Kota di Kalimantan Timur, Tahun 2010 dan 2012 97. 55
98 96
2010
99. 29
100
98. 33
97.05
96.87 96.00
2012
98. 86 98. 56 98. 89 99. 22
97. 26
96. 71 96. 61
95. 95
97.28 97.18
95. 77
99.20 97.97
94. 79
95.97
95.56
92. 97
94
98.76 98.01
94.35
95.55
92.94
92
90. 15
90
89.05
88 86 84 82
M Meskipun angka melek huruf penduduk Kota Bontang telah mencapai angka ideal yaitu diatas 90 persen,namun belum berarti tugas pemerintah telah usai,
akan
tetapi
tantangan
baru
untuk
mempertahankan
atau
bahkan
meningkatkan prestasi telah menunggu. Dalam upaya meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di
bidang pendidikan telah dicanangkan program Wajib
Belajar (Wajar) pendidikan dasar 12 tahun sejak tahun 2004. Landasan ini memberi gambaran bahwa pemerintah daerah telah serius dalam upaya meningkatkan kualitas SDM bidang pendidikan di Kota Bontang. Buah dari otonomi daerah Kota Bontang, selain berupaya membangun dan memperbaiki sarana dan prasarana pendidikan, peningkatan pemerintah
kota
mutu
pendidikan,
juga memberikan honor tambahan bagi tenaga pendidik dan
administrasi untuk semua jenjang pendidikan baik negeri maupun swasta termasuk Taman Kanak-kanak. Selain memperhatikan kesejahteraan tenaga pendidik, pemerintah juga serius dalam menangani pendidikan yaitu dengan dibebaskannya SPP dari tingkat dasar sampai tingkat menengah atas serta pemberian bea siswa di perguruan tinggi. Pemberian beberapa beasiswa pendidikan, kepada siswa kurang mampu dan prestasi baik dari pemerintah kota maupun dari organisasi non pemerintah seperti PT.Badak LNG dan PT. Pupuk Kaltim kepada pegawai pemerintah daerah dan masyarakat Bontang sehingga memberikan dampak yang luas bagi percepatan
84
peningkatan sumber daya manusia.
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan 6.10.4 RATA-RATA LAMA SEKOLAH Disamping kemampuan dasar baca tulis, diperlukan suatu indikator yang dapat mewakili tingkat ketrampilan bagi mereka yang telah memperoleh pendidikan. Semakin lama mereka mengenyam bangku sekolah diharapkan memiliki ketrampilan yang lebih baik. Indikator yang digunakan untuk menggambarkan hal itu adalah ratarata lama sekolah. Ukuran ini memberikan sejauhmana tingkat pendidikan yang telah dicapai oleh penduduk suatu daerah atau negara. Pada tahun 2012 rata-rata lama bersekolah Kota Bontang
mencapai
angka 10,40 tahun, yang artinya rata-rata penduduk Kota Bontang usia 15 tahun keatas bersekolah hingga kelas sepuluh/sebelas atau setingkat kelas dua Sekolah lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Dengan kata lain penduduk Kota Bontang rata-rata mengenyam pendidikan hingga jenjang SLTA selama 1 tahun lebih 4,80 bulan atau 0,24 bulan lebih lama daripada tahun lalu. Peningkatan rata-rata lama sekolah Kota Bontang dari tahun lalu telah menggeser Kota Balikpapan dari posisi jawara di Kalimantan Timur, Sehingga urutannya menjadi Kota Bontang di peringkat pertama, disusul Kota Balikpapan dan Kota Samarinda, prestasi yang sungguh membanggakan bagi Kota Bontang (2011).
Grafik 6.11
Perbandingan Rata-Rata Lama Sekolah Kab/Kota di Kalimantan Timur, Tahun 2010 dan 2012 (Tahun)
12.00 10.46 10.36
10.00
10.40 9.44
9.22 8.10
8.21
8.76
8.47
8.62
8.26
8.00
8.17
7.55
7.71
7.64
6.00
2010
4.00
2012
2.00 0.00
Pada tahun 2010 rata-rata lama sekolah Kota Bontang sudah mencapai 10,04 tahun, atau sedikit dibawah capaian Kota Balikpapan tercatat 10,08 tahun. Tidak dapat dipungkiri angka rata-rata lama sekolah ini akan terus meningkat dari tahun ke tahun, karena semakin sadarnya penduduk akan pentingnya pendidikan dan
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
85
juga peranan aktif dari pemerintah untuk semakin membuka akses penduduk
Bab 6 Analisis dan Pembahasan terhadap sarana dan fasilitas pendidikan. Terlebih pada era globalisasi dan telekomunikasi ini, investasi pendidikan yang tidak akan luntur tergilas oleh moderenisasi.
6.10.5 RATA-RATA PENGELUARAN RIIL Indikator ini merupakan indikator dengan perkembangan paling cepat dari indikator pembangunan manusia lainnya. Hal ini terlihat dari peningkatan pengeluaran riil per Kapita penduduk Kota Bontang, dimana pada tahun 2011 sebesar 636.970 rupiah dan meningkat di tahun 2012 sebesar 639.880 rupiah bertambah sebesar 2.910 rupiah perkapita atau sekitar 0,46 persen. Peningkatan pengeluaran tersebut dipengaruhi banyak hal, terutama adanya kondisi
perekonomian secara global,
seperti
peningkatan
harga
bahan
kebutuhan pokok baik bahan makanan maupun non bahan makanan, inflasi, dan lain-lain. Tetapi peningkatan pengeluaran juga bisa disebabkan karena peningkatan pendapatan penduduk, sehingga mereka tidak hanya sekedar memenuhi kebutuhan pokoknya saja, tetapi sudah mulai memikirkan kebutuhan sekunder dan tersier.
Grafik 6.12
Perbandingan Rata-rata Pengeluaran Riil Kab/Kota di Kalimantan Timur, Tahun 2005, 2010 Dan 2012 (000 Rupiah)
6474 BONTANG 6473 TARAKAN 6472 SAMARINDA 6471 BALIKPAPAN 6410 TANA TIDUNG 6409 PPU 6408 NUNUKAN 6407 BULUNGAN 6406 MALINAU 6405 BERAU
2012
6404 KUTAI TIMUR
2010
6403 KUKAR 6402 KUTAI BARAT
2005
6401 PASER 6474 KALTIM
-
Pendekatan
100
200
melalui pengeluaran
300
yang
400
500
merefleksikan
600
pendapatan
penduduk merupakan ukuran kemampuan penduduk untuk melakukan pemenuhan kebutuhan hidup secara wajar dan layak. Keterkaitan masalah pendapatan tentunya ada
hubungannya dengan variabel yang mempengaruhi pertumbuhan kemampuan
daya beli masyarakat, variabel sub komponen pendapatan tersebut adalah:
86
a. Produktivitas : PDRB per kapita. b. Pendidikan, meliputi persentase penduduk tamat SLTA atau lebih tinggi. c. Lapangan pekerjaan, meliputi persentase angkatan kerja di sektor skunder.
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
700
Bab 6 Analisis dan Pembahasan d. Status pekerjaan. Variabel
di
atas
sangat
dominan
sekali
dalam mempengaruhi
pendapatan yang akan memberikan konsekuensi pengaruhnya terhadap kemampuan daya beli masyarakat. Oleh karena itu perhatian terhadap variabel-variabel di atas termasuk sub variabel yang eksis dalam mempengaruhi kemampuan daya beli masyarakat,
sebaiknya mendapatkan perhatian yang khusus. Hal ini dikarenakan
komponen pendapatan merupakan komponen yang sangat rawan dalam melahirkan ketimpangan distribusi pendapatan,kecemburuan sosial serta masalah pengangguran dan kemiskinan. Daya beli ini ditekankan pada kemampuan untuk memenuhi kebutuhan keluarga sesuai paket komoditi hasil rekomendasi UNDP sampai dengan tahun 2018, yang disesuaikan dengan kebutuhan di Kota Madya Jakarta Selatan DKI Jakarta. Adapun tingkat pencapaian angka ideal masing-masing komponen IPM setiap tahun dapat dilihat pada tabel 6.29.
Tabel 6.29 Perkembangan Indikator Dan Reduksi Sortfall IPM Kota Bontang, Tahun 2005-2013 Indikator
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013*)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
Komponen IPM : Angka Harapan Hidup (Tahun)
71,7
71,8
71,89
72,11
72,26
72,42
72,6
72,28
72,96
Angka Melek Huruf (%) Rata-rata Lama Sekolah (MYS/Tahun) Konsumsi per kapita di sesuaikan (000 Rp)
98,1
98,1
98,12
98,34
99,08
99,2
99,21
99,22
99,24
9,9
9,9
9,91
9,97
10,01
10,04
10,38
10,4
10,49
617,1
619,56
625,25
628,37
630,41
633,43
636,97
639,88
642,79
IPM/HDI 74,9 75,13 75,61 Kecepatan pencapaian Angka Ideal (Reduksi Shortfall) per Tahun :
76,08
76,52
76,88
77,52
77,85
78,26
Angka Harapan Hidup (Tahun)
0,4
0,17
0,15
0,37
0,25
0,27
0,3
0,3
0,3
Angka Melek Huruf (%) Rata-Rata Lama Sekolah (MYS/Tahun) Konsumsi per Kapita di sesuaikan (000 Rp)
0,05
0
0,02
0,22
0,74
0,12
0,01
0,01
0,02
0,47
0
0,07
0,4
0,27
0,2
2,27
0,13
0,6
0,42
0,65
1,49
0,82
0,54
0,79
0,93
0,76
0,76
IPM/HDI
0,95
0,92
1,93
1,93
1,84
1,55
2,77
1,49
1,85
Keterangan : *) Angka Prediksi Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Bontang
Komponen Indeks Pembangunan Manusia Kota Bontang selama sembilan tahun terakhir mengalami trend yang positif, besarnya tiap tahun selalu naik. Dengan
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
87
kecepatan pencapaian yang bervaiasi, tertinggi terjadi pada tahun 2011 angka rata-
Bab 6 Analisis dan Pembahasan rata lama sekolah mencapai 2,27 persen, disusul kecepatan daya beli masyarakat 0,93 persen. Sehingga mampu mendorong pertumbuhan indeks pembangunan manusia (IPM) mencapai 77,52 persen dengan reduksi shortfall 2,77 persen. Upaya percepatan mencapai angka ideal IPM suatu wilayah yang disebut
reduksi shortfall terendah terjadi pada tahun pada tahun 2005 dan 2006 masingmasing mencatat 0,95 dan 0,92. Angka IPM Kota Bontang pada tahun 2000 baru mencapai 73,41, kemudian naik menjadi 73,89 di tahun 2001, dan selanjutnya tahun 2013 diprediksi mengalami kenaikan menjadi 78,26. Angka series sejak tahun 2000-2013 indeks pembangunan manusia di Kota Bontang dapat dilihat pada grafik 10.5 berikut ini. Grafik 6.13 Perkembangan IPM Kota Bontang, Tahun 2003-2012 (Persen)
Tingkat kecepatan pencapaian menuju angka ideal IPM (100 persen) Kota Bontang dari tahun 2010 ke tahun 2013 adalah 5,97 persen, masing-masing tahun 2010 sebesar 1,53 persen menjadi 2,77 persen (2011), terus naik 1,47 persen (2012) dan selanjutnya 1,85 persen (2013 angka prediksi). Kota Bontang masih bertahan pada posisi urutan ke tiga tertinggi, hanya tertinggal di daya beli masyarakat. Untuk mencapai angka ideal IPM memerlukan waktu relatif panjang, disamping tingginya capaian IPM juga berdampak pada semakin berat dan sulitnya mencapai pertubuhan yang positif. Diperlukan kesadaran seluruh lapisan masyarakat melakukan hidup sehat, lingkungan hidup yang sehat, berpendidikan formal dan non formal, tersedianya sarana-prasarana yang memadai serta kemudahan aksesnya. Mengingat semua daerah akan melakukan hal yang sama untuk mencapai derajat predikat yang berhasil dalam bidang pembangunan sumber daya manusia. Kota Bontang sudah melakukan hai itu, hingga berbuah pada posisi ke 3 selama Sembilan
88
tahun terakhir, akan terus berusaha keras untuk mencapai yang lebih baik lagi.
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan 6.11. Indikator Pembangunan Daerah Dalam IPD, yang diukur adalah konsep atau kriteria pembangunan suatu daerah. Minimal ada 3 kriteria untuk mengukurnya. Kriteria pertama, Keberdayaan pemerintahan, aspek-aspek yang tercakup didalamnya seperti kemampuan dan kualitas aparat pemerintahan itu sendiri, atau sarana dan prasarana yang digunakan oleh aparat untuk melayani masyarakat, atau kita juga dapat melihat dari aspek besarnya kemampuan keuangan pemerintah daerah dalam usahanya melakukan pembangunan dan melayani masyarakat. Kriteria yang kedua yaitu Perkembangan Wilayah memiliki subkriteria Fasilitas Publik, yaitu sarana dan prasarana publik yang tersedia di suatu daerah. Sub kriteria yang kedua adalah Ekonomi Wilayah yang memiliki definisi potensi dan hasil dari kegiatan ekonomi dan industri di suatu daerah. Sedangkan yang terakhir adalah Kondisi Fisik, Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam, memiliki definisi segala sesuatu yang berhubungan dengan alam, kondisi geografis dan masalah lingkungan hidup. Kriteria yang terakhir yakni Keberdayaan Masyarakat memiliki subkriteria Kependudukan dan Ketenagakerjaan yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan potensi penduduk dan tenaga kerja di suatu daerah. Subkriteria yang kedua adalah Kesejahteraan Masyarakat yang memiliki definisi segala sesuatu yang berhubungan dengan peningkatan mutu hidup masyarakat di suatu daerah. Sedangkan Sosial, Politik dan Budaya adalah segala kegiatan masyarakat yang berhubungan dengan bidang sosial politik dan budaya di suatu daerah.
6.11.1. Indikator untuk menilai Kapabilitas Aparat A. Indikator Kualitas PNS B. Indikator Jumlah PNS C. Indikator Kreativitas PNS Dalam rangka meningkatkan kapasitas Pemerintah Daerah untuk memberdayakan masyarakat melalui pelayanan masyarakat secara lebih efektif, efisien dan
berkeadilan,
diperlukan
penataan kembali administrasi dan
manajemen
pemerintahan yang bertumpu pada nilai-nilai dan paradigma baru. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, dan Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2000 tentang pedoman Organisasi Perangkat Daerah, maka Pemerintah Kota Bontang sebagai daerah otonom di wilayah Provinsi Kalimantan Timur mempunyai fungsi dan tugasnya adalah sebagai pengelola pemerintahan di Kotanya. Untuk pemerintah Kota diberi wewenang untuk menjalankan/mengatur rumah tangganya sendiri dengan memanfaatkan dan mengelola
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
89
sumberdaya daerah demi kesejahteraan rakyat secara menyeluruh.
Bab 6 Analisis dan Pembahasan Dari data aparatur Negara (Pegawai Negeri Sipil/PNS) yang ada di Kota Bontang pada tahun 2012 terdapat sebanyak 3.113 orang. Apabila dirinci berdasarkan golongan PNS terdapat PNS Golongan I sebanyak 87 Orang, golongan II sebanyak 1.119 orang, golongan III sebanyak 1.433 dan golongan IV sebanyak 474 orang. Apabila di rinci berdasarkan jabatan, terdapat 506 orang menduduki jabatan struktural dan sisanya sebagai fungsional. Apabila dirinci berdasarkan eselon, terdapat 30 Orang PNS Eselon II, 111 orang Eselon III dan 365 orang Eselon IV. Tabel.6.30 Tahun (1) 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Jumlah Pegawai di Kota Bontang 2000-2013
I (2) 25 28 29 20 15 10 49 61 83 114
Golongan III (4)
II (3) 419 450 518 479 533 625 724 789 1.045 1.225
IV (5)
Jumlah (6)
661 745 830 842 941 1.026 906 948 1.145 1.365
60 95 104 137 157 176 349 356 414 423
1.165 1.318 1.481 1.478 1.646 1.837 2.028 2.154 2.687 3.127
89 1.167 1.415 87 1.119 1.433 2013 85 1.063 1.449 Sumber : Badan Kepegawaian Daerah Kota Bontang
482 474 477
3.153 3.113 3.074
Rasio Pegawai/ (000) Penduduk (7) 11.32 12.47 12.64 12.50 13.59 14.67 15.63 16.13 19.56 21.76 21,13 20,14 18,30
Dari jumlah Pegawai sebanyak 3.113 tersebut harus melayani jumlah penduduk sebanyak 149.230 orang yang berarti setiap pegawai melayani penduduk sebanyak 47 orang. Kondisi rasio pelayanan pegawai terhadap penduduk dari tahun ke tahun naik. Apabila dilihat dari jumlah pejabat struktural yang sebanyak 483 orang, ini berarti setiap pejabat eselon II rata-rata membawahi jumlah pejabat structural eselon III sebanyak 3 orang, dan eselon III membawahi pejabat struktural Eselon IV sebanyak rata-rata 3 orang.
6.11.2. Indikator untuk menilai Keuangan Daerah 1. Indikator Tax Effort 2. Indikator Investasi Pemerintah
90
3. Indikator Transfer Pusat
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan A. Perkembangan Pendapatan Pemerintah Kota Bontang Tahun 2000-2012 Perlakuan sistem pemerintahan yang sentralistik yang berjalan cukup lama menimbulkan kesenjangan pembangunan antar daerah dan mengakibatkan beberapa daerah mengalami ketertinggalan pembangunan dibandingkan dengan daerah lainnya. Kota Bontang berada di wilayah selatan Provinsi Kalimantan Timur dimana infrastruktur baik berupa jalan, jembatan, infrastruktur sarana pendidikan, sarana kesehatan, air dan listrik serta jaringan komunikasi masih tertinggal bila dibandingkan dengan Kota Samarinda maupun Balikpapan. Namun setelah adanya gerakan reformasi, kebijakan pemerintah pusat dalam menentukan arah dan strategi pembangunan mengalami perubahan, dimana kesenjangan pembangunan antar daerah yang terjadi selama ini mulai berkurang secara bertahap. Sebagai langkah awal, sejak tanggal 1 Januari 2001, pemerintah pusat telah memberlakukan UU No. 22 tahun 1999, yang mengatur tentang pelimpahan beberapa tugas dan kewenangan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah termasuk kewenangan antara Provinsi dan Kabupaten/Kota. Kemudian sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan UU tersebut pada tanggal yang sama juga mulai diberlakukan UU No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Dalam bagian ini akan diuraikan mengenai perkembangan dan struktur pendapatan daerah Pemerintah Kota Bontang, serta kontribusi setiap komponen sumber pendapatan terhadap total pendapatan Pemerintah Kota Bontang selama tahun 20002012. B. Perkembangan Pendapatan Daerah Kota Bontang Dalam ulasan ini disajikan data pendapatan daerah Kota Bontang tahun 2000-2012 sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 105 tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah. Formulasi kebijakan dalam mendukung pengelolaan anggaran pendapatan daerah akan lebih difokuskan pada upaya untuk memobilisasi pendapatan asli daerah. Pertumbuhan komponen pajak daerah, retribusi daerah dan hasil perusahaan daerah akan menjadi faktor yang penting dalam mendorong pertumbuhan PAD nanti. Sedangkan untuk dana perimbangan komponen Bagi Hasil Pajak dan bagi Hasil Bukan Pajak adalah unsur yang penting dalam mendorong pertumbuhan Dana Perimbangan yang akan diperoleh nantinya. Ditinjau dari komposisi Pendapatan Daerah, dana perimbangan masih merupakan komponen dominan yang terutama bersumber dari bagi hasil pajak dan bukan pajak. Secara lengkap gambaran tentang prospek pendapatan daerah Kota Bontang dapat dilihat pada tabel berikut.
91
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan Tabel 6.31
Struktur Pendapatan Daerah Pemerintah Kota Bontang dari Pos PAD dan Dana Perimbangan Tahun 2000-2013
Sumber
2000
Pendapatan
2001
2002
2003
(1)
(2)
(3)
PAD Perimbangan Lain-lain Yang Sah Jumlah
7.768.980.407,00 26.309.938.089,19 238.528.860,00
9.827.273.882,73 253.627.297.267,18 4.652.836.208,93
14.921.129.376,97 306.292.422.155,70 5.313.945.090,89
18.769.987.424,05 354.409.990.096,45 11.755.520.375,90
34.317.447.356,19
268.107.407.358,84
326.527.496.623,56
384.935.497.896,40
2006
2007
1. 2. 3.
(4)
(5)
Lanjutan: Sumber Pendapatan (1)
1. PAD 2. Perimbangan 3.Lain-lain Yang Sah Jumlah
2004
2005
(6)
(7)
(8)
17.261.436.161,74 373.452.689.370,50 14.453.490.525,00
19.407.575.620,18 534.819.367.758,10 15.003.587.200,00
27.456.823.546,71 711.084.748.194,40 25.358.304.200,00
37.544.459.801,54 581.655.634.409,00 34.582.586.000,00
(9)
405.167.616.057,24
569.230.530.578,28
763.899.875.941,11
653.782.680.210,54
2008
2009
2010
Lanjutan: Sumber Pendapatan (1)
3.
1.PAD 2.Perimbangan 3.Lain-lain Yang Sah Jumlah
2011
(10)
(11)
(12)
32.449.302.859,01 763.375.922.261,00 50.578.697.000,00
65.024.474.843,46 564.622.632.474,00 51.380.350.990,00
60.557.108.974,03 757.194.227.798,00 60.834.982.500,00
88.169.806.581,23 976.947.605.197,00 122.571.499.000,00
(13)
846.403.922.120,01
681.027.458.307,46
878.586.319.272,03
1.187.688.910.778,23
Lanjutan:
4.
Sumber Pendapatan
2012
(1)
(14)
1.PAD 96.732.453.663,73 2.Perimbangan 1.136.383.763.043,00 3.Lain-lain Yang 251.385.726.080,88 Sah Jumlah 1.484.501.942.787,61 Sumber data : Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan, dan Aset Kota Bontang
C. Perkembangan Pendapatan Asli Daerah Kota Bontang Pemberlakuan otonomi daerah juga ternyata berimbas pada pendapatan asli daerah (PAD) Kota Bontang yang bersumber dari pajak daerah, retribusi daerah, laba
92
badan usaha milik daerah dan pendapatan asli daerah lainnya. PAD pada tahun 2000 sebesar 7,7milyar rupiah juga meningkat menjadi 9,8 milyar rupiah di tahun 2001. Kondisi ini terus berlanjut sampai dengan tahun 2009 sebesar 65,02 milyar, kemudian
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan menurun di 2010 sebesar 60,5 milyar rupiah. Pada tahun 2011 dan 2012 kembali meningkat menjadi 88,16 milyar rupiah dan 96,7 milyar rupiah. Tabel 6.32
Sumber PAD
Struktur Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Kota Bontang Tahun 2000 2013 2000 Rupiah
2001 Rupiah
% (3)
(4)
2002 Rupiah
% (5)
(6)
%
(1)
(2)
(7)
1. Retribusi 2. Pajak Daerah 3. Laba BUMD 4. Pendapatan Lainnya Jumlah
386.998.974,00 7.381.981.433,00 -
4,98 95,02 -
2.263.720.548,90 6.958.568.374,83 604.994.959,00
23,03 70,81 6,16
1.691.302.753,48 9.831.588.249,30 1.883.295.267,19 1.514.943.107,00
11,33 65,89 12,62 10,15
7.768.980.407,00
100,00
9.827.283.882,73
100,00
14.921.129.376,97
100,00
Lanjutan: Sumber PAD (1)
2003 Rupiah (8)
1. Retribusi 2. Pajak Daerah 3. Laba BUMD 4. Pendapatan Lainnya Jumlah
2004 Rupiah
% (9)
(10)
2005 Rupiah
% (11)
(12)
% (13)
2.057.054.036,01 12.012.047.144,20 3.703.166.068,32 997.720.175,52
10,96 64,00 19,73 5,32
2.065.817.450,69 11.109.221.102,00 3.171.230.573,64 915.167.035,41
11,97 64,36 18,37 5,30
2.621.289.726,89 11.509.557.383,60 2.634.948.862,65 2.641.779.647,04
13,51 59,30 13,58 13,61
18.769.987.424,05
100,00
17.261.436.161,74
100,00
19.407.575.620,18
100,00
Lanjutan: Sumber PAD
2006 Rupiah
2007 Rupiah
% (15)
(16)
% (17)
2008 Rupiah (18)
%
(1)
(14)
(19)
1. Retribusi 2. Pajak Daerah 3. Laba BUMD 4. Pendapatan Lainnya Jumlah
2.102.901.205,50 14.208.450.200,99 2.143.771.965,60 9.001.700.174,66
7,66 51,75 7,81 32,78
2.549.897.478,00 14.629.144.970,68 4.529.572.945,39 15.835.844.407,47
6,79 38,96 12,06 42,18
3.255.166.857,43 16.572.114.060,08 6.425.456.126,81 6.196.565.814,69
10,03 51,07 19,80 19,10
27.456.823.546,71
100,00
37.544.459.801,54
100,00
32.449.302.859,01
100,00
Lanjutan: Sumber PAD
2009 Rupiah
2010 Rupiah
% (21)
(22)
% (23)
2011 Rupiah (24)
%
(1)
(20)
(25)
1. Retribusi 2. Pajak Daerah 3. Laba BUMD 4. Pendapatan Lainnya Jumlah
3.686.696.546,88 16.006.408.602,88 9.562.661.861,28 35.768.707.832,42
5,67 24,62 14,71 55,01
2.968.851.624,50 15.126.014.339,75 8.921.906.736,86 33.540.336.272,92
4,90 24,98 14,73 55,39
3.663.367.153,00 27.908.404.760,41 9.816.808.264,20 46.781.226.403,62
4,15 31,65 11,13 53,06
65.024.474.843,46
100,00
60.557.108.974,03
100,00
88.169.806.581,23
100,00
93
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan Lanjutan: 2012 Rupiah
Sumber PAD (1)
%
(26)
1. Retribusi 2. Pajak Daerah 3. Laba BUMD 4. Pendapatan Lainnya
2013*) Rupiah
(27)
4.512.252.870,63 36.145.578.819,82 7.061.099.486,67 49.013.522.486,61
5,03 40,31 7,87 54,66
%
(28)
(29)
3.401.820.920,01 30.749.932.367,20 7.243.464.076,64 22.638.485.480,00
5,31 48,02 11,3 35,35
Jumlah 89.671.354.177,06 100,00 64.033.702.843,95 Sumber : Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan, dan Aset Kota Bontang Keterangan : *) data sampai dengan bulan Agustus
100,00
Grafik 6.14 Struktur Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Kota Bontang Tahun 2000 – 2012 100.000.000.000 Retribusi
90.000.000.000
Pajak Daerah
80.000.000.000
Laba BUMD/hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Pendapatan Lainnya
70.000.000.000 60.000.000.000 50.000.000.000 40.000.000.000 30.000.000.000 20.000.000.000 10.000.000.000 0 2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Peningkatan PAD di tahun 2000 sampai 2012 sangat dipengaruhi oleh penerimaan pajak daerah dan pendapatan lainnya. Dalam grafik terlihat, bahwa sejak tahun 2000 kenaikan maupun penurunan PAD lebih dipengaruhi oleh fluktuasi variable Pendapatan Lainnya. Dalam komposisi PAD Pemerintah Kota Bontang selama tahun 2000-2008 penyumbang utamanya adalah komponen pajak daerah yang rata-rata menyumbang lebih dari 50% terhadap pembentukan PAD. Namun sejak tahun 2009-2012
94
pembentuk PAD lebih banyak dipengaruhi oleh Pendapatan Lainnya.
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan Grafik 6.15 Persentase Struktur Pendapatan Asli Daerah Kota Bontang Tahun 2012
5%
Retribusi 37% 51%
Pajak Daerah Laba BUMD Pendapatan Lainnya
7%
D. Perkembangan Penerimaan Dana Perimbangan Pemerintah Kota Bontang Sangat dominannya peranan dana perimbangan dalam struktur APBD Pemerintah Kota Bontang, merupakan cerminan begitu besarnya ketergantungan Pemerintah Kota Bontang terhadap bantuan pemerintah pusat dalam membiayai pembangunan di Kota Bontang. Pada tahun 2000 dimana dana perimbangan hanya berupa bagi hasil pajak dari pajak bumi dan bangunan (IPEDA), bagi hasil sumber daya alam dari pengusahaan sektor kehutanan dan landrent, serta subsidi daerah otonom dan bantuan pembangunan. Peranan dana perimbangan dalam struktur penerimaan Pemerintah Kota Bontang saat itu sudah mencapai 76,67 persen.Kemudian sejak diberlakukannya PP No. 104 tahun 2000 pada tahun 2001, dimana komponen pendapatan daerah yang bersumber dari dana perimbangan mengalami penambahan dua komponen, yaitu komponen bagi hasil pajak perorangan pasal 21, serta komponen bagi hasil bukan pajak yang merupakan bagi hasil potensi sumber daya alam dari sektor pertambangan bumi dan gas alam.
95
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan Tabel 6.33
Struktur Penerimaan Dana Perimbangan Pemerintah Kota Bontang 2000- 2012
Sumber Perimbangan (!)
Bagi Hasil Pajak Bagi Hasil Bukan Pajak/ Pajak Sumber Daya Alam DAU DAK Dana Dekonsentrasi Jumlah
2000
2001
Rp
%
Rp
%
(2)
(3)
(4)
(5)
5.056.835.802,00 571.647.695,00
19,22 2,17
21.800.467.314,14 153.959.666.953,04
8,60 60,70
3.041.664.255,19 17.639.790.337,00 26.309.938.089,19
11,56 67,05 100,00
75.720.000.000,00 2.147.163.000,00 253.627.297.267,18
29,85 0,85 100,00
Lanjutan: 2002
2003
Sumber Perimbangan
Rp
%
Rp
%
(!)
(6)
(7)
(8)
(9)
Bagi Hasil Pajak Bagi Hasil Bukan Pajak/ Pajak Sumber Daya Alam DAU DAK Dana Dekonsentrasi Jumlah
28.884.354.136,00 195.315.929.269,70
9,43 63,77
59.474.625.150,00 212.784.387.946,45
16,78 60,04
82.092.138.750,00 306.292.422.155,70
26,80 100,00
79.048.750.000,00 3.102.227.000,00 354.409.990.096,45
22,30 0,88 100,00
Lanjutan: Sumber Perimbangan (!)
2004
2005
Rp
%
Rp
%
(10)
(11)
(12)
(13)
Bagi Hasil Pajak Bagi Hasil Bukan Pajak/ Pajak Sumber Daya Alam DAU DAK Dana Dekonsentrasi
73.258.282.324,00 214.932.219.690,50
19,62 57,55
107.574.966.673,16 343.140.187.333,00
20,11 64,16
78.085.187.356,00 7.177.000.000,00 -
20,91 1,92 -
77.531.000.000,00 6.573.213.751,94 -
14,50 1,23 -
Jumlah
373.452.689.370,50
100,00
534.819.367.758,10
100,00
Lanjutan: Sumber Perimbangan (!)
Bagi Hasil Pajak Bagi Hasil Bukan Pajak/ Pajak Sumber Daya Alam DAU DAK Dana Dekonsentrasi Jumlah
2006
2007
Rp
%
Rp
%
(2)
(3)
(4)
(5)
115.361.800.706,40 499.876.127.878,00
16,22 70,30
135.036.844.376,00 371.884.123.370,00
23,22 63.94
82.027.833.333,00 13.818.986.277,00 711.084.748.194,40
11,54 1,94 100,00
69.408.166.663,00 5.326.500.000,00 581.655.634.409,00
11,93 0,92 100,00
96
Lanjutan:
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan Sumber Perimbangan (!)
Bagi Hasil Pajak Bagi Hasil Bukan Pajak/ Pajak Sumber Daya Alam DAU DAK Dana Dekonsentrasi Jumlah
2008
2009
Rp
%
Rp
%
(14)
(15)
(16)
(17)
143.537.080.786,00 563.519.359.475,00
18,80 73,82
137.462.885.650,00 137.462.885.650,00
24,35 71,39
48.929.482.000,00 7.390.000.000,00 763.375.922.261,00
6,41 0,97 100,00
16.421.023.000,00 7.667.000.000,00 564.622.632.474,00
2,91 1,36 100,00
Lanjutan: Sumber Perimbangan (!)
2010
2011
Rp
%
Rp
%
(18)
(19)
(20)
(21)
Bagi Hasil Pajak Bagi Hasil Bukan Pajak/ Pajak Sumber Daya Alam DAU DAK Dana Dekonsentrasi
164.117.777.073,00 579.345.897.586,00
21,67 76,51
168.004.452.390,00 710.188.307.807,00
17,20 72,69
13.730.553.139,00 -
1,81 -
93.934.545.000,00 4.820.300.000,00 -
9,62 0,49 -
Jumlah
757.194.227.798,00
100,00
976.947.605.197,00
100,00
Lanjutan: Sumber Perimbangan (1)
Bagi Hasil Pajak Bagi Hasil Bukan Pajak/ Pajak Sumber Daya Alam DAU DAK Dana Dekonsentrasi Jumlah
2012
2013
Rp
%
Rp
%
(22)
(22)
(23)
(24)
169.111.114.841
8,59
437.736.889.081,00
47,74
832.728.924.202,00
42,29
374.014.990.452,00
40,79
134.543.724.000,00 -
6,83 -
105.081.993.000,00
11,46 -
1.969.112.687.245,00
100,00
916.833.872.533
100,00
Sumber data : Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan, dan Aset Kota Bontang Realisasi penerimaan dana perimbangan Kota Bontang, baik dari bagi hasil pajak, bagi hasil bukan pajak, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus di tahun 2000 yang hanya mencapai 26 milyar rupiah kemudian cenderung mengalami peningkatan tiap tahunnya kecuali di tahun 2007 dan 2009, tercatat pada tahun 2012 nilai dana perimbangan menjadi 1,9 triliun rupiah. Peranan dana perimbangan pada tahun 2012 terhadap total pendapatan daerah Kota Bontang menyumbang 76,55%, dimana
peranan bagi hasil bukan
pajak/pajak sumber daya alam merupakan komponen penyumbang terbesar terhadap dana perimbangan yaitu sebesar 47,74%. Sedangkan peranan bagi hasil pajak
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
97
meskipun secara relatif menurun namun secara riil mengalami peningkatan tiap
Bab 6 Analisis dan Pembahasan tahunnya. Tercatat bagi hasil pajak di tahun 2000 hanya sebesar 5,05milyar rupiah dan mengalami peningkatan sebesar 164,05milyar selama kurun waktu 13 tahun atau menjadi 169,1milyar rupiah di tahun 2012.
6.11.3. Indikator untuk menilai Sarana dan Prasarana Pemerintahan 1. Indikator Belanja Non Pegawai 2. Indikator Rentang Kendali Desa 3. Indikator Sarana Komunikasi 1. Indikator Belanja Non Pegawai Dana yang diperoleh oleh Pemerintah Kota Bontang secara garis besar digunakan untuk membiayai belanja pemerintah daerah. Setelah diterapkannya sistem anggaran berdasarkan kepada pendekatan kinerja sejak tahun 2002, belanja daerah dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu belanja Aparatur Daerah dan Belanja Pelayanan Publik. Belanja Aparatur Daerah dan Belanja Pelayanan Publik masing-masing terdiri atas 3 (tiga) kelompok belanja, yaitu Belanja Administrasi Umum, Belanja Operasi dan Pemeliharaan, serta Belanja Modal/Pembangunan. Pada bagian Belanja Pelayanan Publik, selain terdiri atas 3 (tiga) kelompok belanja tersebut di atas juga termasuk di dalamnya adalah Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan, serta Pengeluaran Tidak Tersangka/Terduga. Kelompok Belanja Administrasi Umum dan Belanja Operasi dan Pemeliharaan, masing-masing terdiri atas belanja pegawai/personalia, belanja barang dan jasa, belanja perjalanan dinas, dan belanja pemeliharaan. Sedangkan kelompok Belanja Modal terdiri atas 19 jenis belanja modal, antara lain belanja modal tanah; jalan dan jembatan; bangunan air (irigasi); instalasi; jaringan; bangunan gedung; monumen; alat-alat besar; alat-alat angkutan; alat-alat bengkel; alat-alat pertanian; alat-alat kantor dan rumah tangga; alat-alat studio dan alat-alat konsumsi; alat-alat kedokteran; alat-alat laboratorium; buku/perpustakaan; barang bercorak kesenian dan kebudayaan hewan, ternak serta tanaman; dan persenjataan/keamanan. Sejak tahun 2008 terjadi perubahan jenis pengeluaran pemerintah daerah, yaitu menjadi Belanja Modal, Belanja Operasi dan Belanja Tak terduga. Belanja modal terdiri atas Belanja Tanah; Belanja Peralatan dan Mesin; Belanja Gedung dan Bangunan; Biaya Jalan, Irigasi, dan Jaringan; Belanja Aset tetap lainnya dan Belanja Aset lainnya. Sedangkan Belanja Operasi dirinci menjadi Belanja Pegawai; Belanja Barang; Belanja Bunga; Belanja Subsidi; Belanja Hibah; Belanja Bantuan Sosial dan Belanja Bantuan
98
Keuangan. Tabel.6.34
Realisasi Anggaran Pengeluaran Pemerintah Daerah Kota Bontang Menurut Jenis Pengeluaran Tahun 2011—2013
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan
Kontribusi No.
Jenis Pengeluaran
(1)
2011
2012
2013*)
(Nilai Rp.000)
(Nilai Rp.000)
(Nilai Rp.000)
(2)
(4)
2013*) (8)
(6)
(7)
Belanja Modal
266.211.082,74
410.146.745,31
72.694.827,00
27,30
32,50
14,41
1.
Belanja Tanah
922.278.884,39
88.808.993,51
169.863,05
2,29
7,04
0,03
2.
Belanja Peralatan dan Mesin
45.051.596,28
69.758.113,78
10.878.235,49
4,62
5,53
2,16
3.
Belanja Gedung dan Bangunan
146.747.918,56
86470471,34
19.507.858,02
15,05
6,85
3,87
4.
Belanja Jalan, Irigasi,dan Jaringan
49.923.464,69
158.489.862,89
40.711.492,29
5,12
12,56
8,07
5.
Belanja Aset tetap lainnya
1.696.068,82
1.454.405,49
53.565,00
0,17
0,12
0,01
6.
Belanja Aset lainnya
513.150,00
5.164.898,30
1.373.813,15
0,05
0,41
0,27
B.
Belanja Operasi
708.296.096,26
851.379.911,46
431.809.161,95
72,65
67,45
85,59
1.
Belanja Pegawai
305.447.427,60
370.300.377,77
214.220.086,15
31,33
29,34
42,46
2.
Belanja Barang
254.023.275,11
341.336.368,83
186.126.197,10
26,05
27,04
36,89
3.
Belanja Bunga
-
-
-
-
-
-
4.
Belanja Subsidi
12.619.674,50
3.140.527,50
-
1,29
0,25
-
5.
Belanja Hibah
115.023.192,53
133.709.495,34
31.378.558,70
11,80
10,59
6.
Belanja Bantuan Sosial
21.182.526,52
2.418.165,50
84.320,00
2,17
0,19
0,02
7.
Belanja Bantuan Keuangan
-
474.976,52
-
0,04
-
C.
Belanja Tak Terduga
454.769,50
637.909,64
0,05
0,05
0,00
974.961.948,50
1.262.164.566,41
(5)
2012
A.
TOTAL
(3)
(%) 2011
-
2.045,46 504.506.034,41
100,00
100,00
6,22
100,00
*) Data sampai Bulan Agustus Sumber data : Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan, dan Aset Kota Bontang
Realisasi belanja daerah pada tahun 2012 mengalami peningkatan yang cukup signifikan apabila dibandingkan dengan realisasi belanja pada tahun 2011, yaitu dari 974 milyar rupiah pada tahun 2011 menjadi 1,26 triliun rupiah pada tahun 2012, atau meningkat sebesar 29,46 persen. Peningkatan ini lebih banyak disebabkan oleh peningkatan belanja modal yang meningkat sekitar 54,07 persen apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Peningkatan belanja modal terutama pada belanja tanah, belanja jalan, irigasi, dan jaringan, dan belanja aset lainnya. Peningkatan belanja modal ini sejalan dengan komitmen Pemerintah Kota Bontang untuk meningkat infrastruktur. Sedangkan belanja operasi naik sekitar 20,20 persen dari belanja operasi tahun 2011. Kenaikan belanja yang lebih lambat apabila dibandingkan dengan kenaikan belanja modal menyebabkan proporsi belanja operasi sedikit menurun pada tahunn 2012, yaitu dari sebesar 72,65 persen pada tahun 2011 menjadi sebesar 67,45 persen pada tahun 2012. Pada tahun 2013, realisasi belanja sampai Bulan Agustus masih didominasi oleh belanja operasi yaitu mencapai 85,59 persen dari keseluruhan belanja Pemerintah Kota Bontang. Sedangkan belanja modal sampai Bulan Agustus 2013 hanya sebesar
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
99
14,41 persen dari belanja keseluruhan. Hal ini kemungkinan akan mengalami
Bab 6 Analisis dan Pembahasan perubahan dalam empat bulan berikutnya karena sifat belanja modal yang cenderung meningkat di akhir tahun. 2. Indikator Rentang Kendali Desa Komponen rentang kendali menunjukkan keterjangkauan sebuah desa ke pusat pemerintahan kabupaten/kota, yaitu Berapa jarak dan waktu tempuh yang diperlukan untuk mencapai pusat pemerintahan. Dalam hal ini sarana transportasi dan kondisi jalan digunakan sebagai komponen utama yang dinilai. Berdasarkan hal tersebut, di Kota Bontang rentang kendali ini tidak terlalu bervariasi, karena cukup mudah mengakses pusat pemerintahan dari hampir semua wilayah di Kota Bontang. 3. Indikator Sarana Komunikasi Kemajuan yang telah dicapai dalam bidang pembangunan ekonomi mempunyai pengaruh cukup besar terhadap sosial budaya di daerah. Meningkatnya pendapatan masyarakat sangat berpengaruh terhadap perilaku sosialnya, baik ekonomi maupun budaya setempat. Era globalisasi yang terjadi di dunia saat ini dirasakan sangat luar biasa. Tantangan ini menyebabkan penyebaran informasi makin cepat dan memberikan kehidupan yang makin transparan. Keadaan ini dapat dirasakan dengan makin gencarnya informasi ke segala pelosok dunia, baik melalui media elektronik seperti radio dan televisi, maupun melalui media cetak seperti surat kabar atau majalah. Segi positif informasi adalah membuka cakrawala berpikir masyarakat sehingga menerima tantangan perubahan zaman dengan keterbukaan dan menjadikan masyarakat yang makin dewasa. Segi negatifnya, informasi cenderung merusak budaya dan tradisi yang sudah dilestarikan masyarakat. Bahkan informasi tanpa batas yang diterima oleh masyarakat tanpa kedewasaan cenderung meracuni generasi muda. Dampaknya rasa peduli terhadap sesama makin menipis, rawan kenakalan remaja, dan tindakan kriminalitas makin tinggi. Oleh karena itu, dalam rangka meraih kemajuan, konsekuensinya kita harus menyiapkan segala sesuatu guna menghadapi tantangan informasi. Secara umum masyarakat Kota Bontang yang mengakses teknologi komunikasi cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat pada banyaknya jumlah rumah tangga yang menggunakan perangkat komunikasi seperti telepon dan komputer seperti yang
100
ditunjukkan oleh Tabel 6.35 di bawah ini.
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan Tabel 6.35
Persentase Rumah Tangga Menurut Akses Terhadap Teknologi Komunikasi dan Infomasi Tahun 2011—2012
Akses Terhadap Teknologi dan Informasi (1) Telepon rumah Handphone Komputer/desktop Laptop/notebook
Rumah Tangga Pengguna 2011 (2) 8.401 37.677 6.048 12.633
2012 (3) 7.015 39.308 7.657 11.172
Rumah Tangga Bukan Pengguna 2011 2012 (4) (5) 30.281 33.137 1.005 844 32.634 32.495 26.049 28.980
Sumber : BPS Kota Bontang (SUSENAS 2011 dan 2012) Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional Tahun 2012, pada tahun 2012 terdapat sekitar 7.015 rumah tangga yang menggunakan telepon rumah atau sekitar 17,47 persen dari seluruh rumah tangga yang ada. Sedangkan jumlah rumah tangga yang menggunakan telepon genggam mencapai 39.308 rumah tangga atau 97,90 persen. Perbedaan yang sangat signifikan antara rumah tangga pengguna telepon rumah dan rumah tangga pengguna telepon genggam bisa jadi sangat dipengaruhi oleh sifat telepon genggam yang bisa dibawa ke mana-mana serta tarif pemakaiannya yang cukup terjangkau. Selain itu, tingkat migrasi penduduk Kota Bontang cenderung tinggi, sehingga pemakaian telepon genggam jauh lebih menguntungkan dari pada telepon rumah yang sulit untuk dipindah. Hal tersebut terlihat pula pada peningkatan persentase rumah tangga pengguna telepon genggam yang disertai dengan penurunan persentase rumah tangga pengguna telepon rumah pada tahun 2012 apabila dibandingkan dengan hasil survei pada tahun 2011. Selain telepon, perangkat telekomunikasi dan teknologi yang sudah cukup marak digunakan oleh masyarakat Kota Bontang adalah komputer baik komputer meja maupun komputer jinjing (laptop/notebook). Pada tahun 2012, jumlah rumah tangga yang memiliki komputer meja adalah sebanyak 7.657 rumah tangga atau sekitar 19,07 persen dari seluruh rumah tangga di Kota Bontang. Sedangkan jumlah rumah tangga pengguna komputer jinjing adalah sekitar 11.172 rumah tangga (27,82 persen). Seperti halnya telepon genggam, penggunaan komputer jinjing lebih tinggi dari pada penggunaan komputer meja karena sifatnya yang bisa dibawa ke mana-mana dan dapat terhubung dengan mudah ke internet menggunakan modem atau wifi. Selain peningkatan pendapatan, peningkatan jumlah rumah tangga pengguna berbagai perangkat teknologi dan komunikasi ini juga dipengaruhi oleh gaya hidup, kebutuhan komunikasi, dan tuntutan perkembangan zaman.
101
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan 6.11.4. Indikator Untuk Menilai Fasilitas Publik 1. Indikator Pelayanan Kesehatan 2. Indikator Pelayanan Pendidikan 3. Indikator Pelayanan Jalan 1. Pelayanan Kesehatan Dalam penentuan keberhasilan peningkatan kesejahteraan digunakan berbagai indikator kesejahteraan yang bersifat input dan output. Indikator input berupa proses yang mempengaruhi tercapainya indikator output.
Indikator input adalah
variabel-variabel yang bersifat investasi berupa pemenuhan fasilitas sosial-ekonomi guna tercapainya suatu output kesejahteraan rakyat. Implementasi dari indikator input dan output, bila terjadi kesenjangan antara variabel input dengan implementasi hasil (output) yang diharapkan, dapat diartikan bahwa arah kebijakan yang diambil dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat daerah terjadi kekeliruan. Dan sebaliknya jika terjadi kesinergisan antara indikator input dan output maka program kesejahteraan diartikan berhasil mengena pada kebutuhan masyarakat. Indikator lainnya tentang peningkatan kesejahteraan masyarakat adalah fasilitas kesehatan. Gambaran mengenai terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan fasilitas kesehatan masih terkendala oleh minimnya informasi yang ada. Untuk melihat terpenuhinya sarana tersebut masih dibutuhkan berbagai variabel mengingat jauhnya jarak antar kecamatan dan masih minimnya sarana transportasi yang ada, maka diperlukan pos-pos kesehatan atau puskesmas pembantu yang menyebar di kelompokkelompok daerah tempat tinggal penduduk. Untuk rumah sakit diperlukan informasi mengenai jumlah tempat tidur pasien rawat inap, perawat dan tenaga medis lainnya seperti bidan, apoteker. Dari data yang ada, terlihat jumlah rumah sakit pada tahun 2000 hanya ada 2 buah dan meningkat menjadi 4 buah di tahun 2012. Jumlah puskesmas sebanyak 3 di tahun 2000 di tahun 2012 menjadi 6 puskesmas yang tersebar merata di 3 kecamatan dan puskesmas pembantu (pustu) tahun 2012 tercatat ada 2 unit. Pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan ibu dan anak melalui Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) juga terus mengalami peningkatan dari 62 di tahun 2000 menjadi 102 buah di tahun 2012. Idealnya setiap kelurahan mempunyai minimal 1 unit posyandu yang bertujuan peningkatan kesehatan ibu, ibu hamil/menyusui dan anak
102
balita.
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan Tabel 6.36
Indikator Layanan Kesehatan/Desa, Persentase Fasilitas kesehatan terhadap Jumlah Desa/Kelurahan di Kota Bontang Tahun 2012
Indikator kesehatan/desa
Satuan
(1)
(2)
Klinik/Balai Pengobatan Puskesmas Puskesmas pembantu
Ratio (3)
Persen Persen Persen
20 40 13,33
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bontang
Tabel .6.37 Sarana Kesehatan di Kota Bontang 2000-2013
Tahun
Jumlah Rumah Sakit
Jumlah Puskesmas
Puskesmas Pembantu
Jumlah Apotek
Jumlah Toko Obat
Jumlah Klinik/Bala i Pengobatan
Jumlah Posyandu
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 6 6
2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
4 5 2 6 6 5 6 6 6 13 13 15 15 17
33 34 33 31 32 28 16 32 32 32 32 32 32 32
5 3 2 2 4 4 3 3 3 8 8 9 3 4
62 62 62 64 88 88 88 94 94 97 100 102 102 108
Sumberdata :Dinas Kesehatan Kota Bontang
1.1. Tenaga Kesehatan Pada tahun 2000 jumlah dokter (umum, gigi dan spesialis) berjumlah 27 orang, dalam kurun waktu sepuluh tahun meningkat menjadi 142 orang,
atau
meningkat 426 persen namun pada tahun 2012 mengalami penurunan menjadi 136 orang atau turun 5,56 persen. Namun demikian jumlah tenaga kesehatan yang ada di Kota Bontang sudah cukup memadai, dilihat dari ratio jumlah dokter pada tahun 2012, setiap kecamatan memiliki
46 dokter, atau 9 dokter untuk setiap desa/kelurahan.
Sedangkan jumlah tenaga perawat pada tahun 2012 adalah 496 orang berkurang 7 orang dari tahun 2011.
103
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan Tabel.6.38 Indikator Tenaga Kesehatan/desa, Persentase Jumlah tenaga kesehatan terhadap jumlah desa/kelurahan di Kota Bontang Tahun 2012
Indikator kesehatan/desa
Satuan
Ratio
(1)
(2)
(3)
Dokter Tenaga perawat
Persen Persen
907 3.307
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bontang Dari tabel di atas dapat kita ketahui bahwa rasio antara dokter dengan jumlah desa/kelurahan sebesar 907 persen yang berarti jumlah dokter sudah mampu tersedia di desa/kelurahan sebesar 907 persen. Tabel .6.39 Jumlah Tenaga Kesehatan dan rasio dokter, perawat terhadap penduduk di Kota Bontang Tahun 2000-2013 Dokter Tahun (1)
Dokter Umum
Dokter Gigi
Dokter Spesialis
(2)
(3)
(4)
2000 15 5 2001 20 8 2002 25 12 2003 38 14 2004 47 17 2005 40 20 2006 41 20 2007 52 21 2008 78 39 2009 78 42 2010 79 40 2011 87 34 2012 86 25 2013 96 27 Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bontang
7 7 26 26 14 26 26 18 28 22 23 23 25 26
Jumlah Dokter
Jumlah Perawat
(5)
(6)
27 35 63 78 78 86 87 91 145 142 142 144 136 149
56 142 186 215 253 302 307 333 336 464 451 513 496 492
Rasio terhadap (000) Penduduk Dokter (7)
(8)
0,271 0,340 0,596 0,666 0,660 0,710 0,695 0,702 1,086 1,034 0,988 9,650 0,880 0,887
0,562 1,381 1,760 1,836 2,140 2,494 2,452 2,567 2,517 3,378 3,139 3,438 3,208 2,930
1.2 Angka Beban Tanggungan (ABT) Pengelompokkan penduduk berdasarkan stuktur penduduk usia muda, produktif dan tua, memberikan suatu gambaran sosial ekonomi bahwa menurut indikator demografi, Kota Bontang masih dapat berkembang dikarenakan kondisi struktur penduduknya sebagian besar merupakan penduduk yang masih mampu melakukan kegiatan ekonomi guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam suatu indikator untuk melihat seberapa besar penduduk usia produktif
104
Perawat
dapat membantu dalam pemenuhan ekonomi struktur umur muda dan tua yang disebut sebagai kelompok umur yang belum/tidak dapat berproduksi lagi secara
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan ekonomi biasa disebut dengan angka beban ketergantungan (ABT) yang biasa disebut dengan dependency ratio. Usia produktif yang digunakan di Indonesia adalah usia 1564 tahun. Tabel.6.40 Struktur Penduduk dan Dependency ratio di Kota Bontang Kel. Umur (1) non produktif produktif Jumlah Dependency Ratio
2006
2007
2008
(2) 44.877
(3) 42.349
(4) 44.421
2009 (5) 46.459
2010 (6) 47.521
2011
2012
(7) 51.716
(8) 51.250
80.310
87.351
89.091
90.888
96.162
97.514
103.354
125.187
129.700
133.512
137.347
143.683
149.230
154.604
55,88
48,48
49,86
51,12
49,42
53,03
49,52
Sumber : BPS Kota Bontang dan BPS Provinsi Kalimantan Timur
Dependency Ratio (DR) Kota Bontang tahun 2012 tercatat 49,52 yang artinya bahwa terdapat sekitar 49-50 orang usia non produktif yang ditanggung oleh 100 orang usia produktif, atau bisa dikatakan setiap 2 orang usia produktif menanggung 1 orang usia non produktif. 2. Indikator Pelayanan Pendidikan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aspek yang sangat berperan dalam pembangunan suatu wilayah. Namun SDM yang dimaksud adalah sumber daya yang berkualitas atau SDM yang memiliki pendidikan, skill, maupun kemauan untuk maju demi kesejahteraan hidupnya, masyarakat dan Negara. Berkenaan dengan hal tersebut, pemerintah khususnya pemerintah daerah harus mengedepankan peningkatan kualitas SDM melalui program-program pembangunan yang berorientasi pada pendidikan baik formal maupun non formal yang tepat sasaran. Undang-undang Dasar 1945 mengamanatkan pemerataan akses bagi setiap penduduk umtuk memperoleh pendidikan sehingga tercapai tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Di dalam Sistem Pendidikan Nasional dapat dibedakan atas struktur pendidikan yaitu pendidikan umum, pendidikan masyarakat dan pendidikan kedinasan. Pada bahasan ini lebih ditekankan pada pendidikan umum, yang terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan dasar adalah pendidikan yang bertujuan untuk memberikan dasar pengembangan kehidupan, baik untuk pribadi maupun untuk masyarakat. Pendidikan dasar juga dipersiapkan untuk dapat mengikuti pendidikan menengah. Dalam upaya meningkatkan kualitas SDM, dibidang pendidikan telah direncanakan program wajib belajar (wajar) pendidikan dasar 9 tahun sejak tahun 1994.
warga wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah membiayainya. Landasan ini
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
105
Pasal 31 ayat 2 UUD 1945 beserta amandemennya menyatakan bahwa setiap
Bab 6 Analisis dan Pembahasan memberikan gambaran bahwa pemerintah serius dalam upaya meningkatkan kualitas SDM bidang pendidikan. Di tingkat regional. 2.1. Sekolah, Guru, Murid, dan Sarana Pendidikan Berdasarkan data empiris, yang paling menentukan keberhasilan suatu pembelajaran adalah sarana pendidikan berupa gedung sekolah dan prasarananya juga sosok guru (Jurnal Pendidikan, Mei 2006). Guru sebagai tokoh sentral serta tenaga profesional dibidang pendidikan mempunyai peran yang penting dalam membimbing peserta didiknya dalam upaya menyiapkan SDM berkualitas sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945. Selama kurun waktu tahun 2000-2012 telah terjadi peningkatan jumlah sekolah, murid dan guru menurut jenjang pendidikan, dimana jumlah sekolah tingkat Sekolah Dasar (SD) dalam kurun waktu semula 38 SD bertambah menjadi 59 buah sekolah, jumlah Murid bertambah sebanyak 45,48 persen dari 14.005 orang tahun 2000 menjadi 20.374 orang di tahun 2012, dan untuk jumlah guru bertambah sebanyak 604 orang menjadi 20.374 orang guru. Untuk jenjang pendidikan SLTP baik negeri maupun swasta, dalam kurun waktu yang sama telah terjadi peningkatan jumlah sekolah sebanyak 13 unit menjadi 34 unit atau meningkat sebesar 62 persen, jumlah Murid bertambah sebanyak 3.032 orang menjadi 8.534 atau 55,10 persen, dan jumlah guru meningkat sebanyak 195 orang menjadi 580 guru. Untuk jenjang pendidikan SLTA negeri dan swasta di tahun 2012 terdapat 22 sekolah, dengan 7.593 murid dan 660 guru. Grafik.6.16
70 60 50 40 30 20 10 0
Perkembangan Jumlah Sekolah menurut jenjang pendidikan Kota Bontang Tahun 2000-2012 (unit)
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
SD
38
53
51
53
53
56
58
55
55
56
56
56
59
SLTP
21
30
25
30
30
30
30
30
34
34
34
34
34
SLTA
9
16
17
16
16
16
16
17
19
20
20
21
22
106
2000
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan Grafik.6.17
Perkembangan Jumlah Murid menurut jenjang pendidikan Kota Bontang Tahun 2006-2012 (orang)
25.000 20.000
20.374
20.204
19.883
19.683
19.204
18.719
18.527
15.000 10.000
7.255
7.219
6.494
7.223
6.905
6.467
5.000
8.534 7.593
8.227
7.855
7.758
7.077
7.540
3.779
2006
2007
2008
2009
SD
Grafik.6.18
SLTP
2010
2011
2012
SLTA
Perkembangan Jumlah Guru menurut jenjang pendidikan Kota Bontang Tahun 2008-2012 (orang)
660 580
2012
1.087 666
2011
566
2010
562 534
2009
528
1.024
SLTA SLTP
1.019
SD
619 976 321 590
2008
942
-
200
400
600
800
1.000
1.200
107
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan 2.2. Tingkat Melek Huruf Kemampuan membaca dan menulis seseorang menjadi modal dasar untuk meningkatkan pengetahuannya. Oleh karena itu pembangunan pendidikan dianggap berhasil apabila mampu menurunkan angka buta huruf.
Program wajib belajar
pendidikan dasar 9 tahun (SD 6 tahun + SLTP 3 tahun) dan wajib belajar 12 tahun merupakan upaya pemerintah untuk memperluas jangkauan dan peningkatan pendidikan di Indonesia umumnya dan Bontang khususnya. Angka Melek Huruf Kota Bontang cukup tinggi, mencapai 99,22 persen pada tahun 2012 selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya. Angka ini menunjukan bahwa setiap 100 orang penduduk usia 15 tahun keatas di Kota Bontang, kurang dari 1 persen saja yang buta huruf. Tabel.6.41. Kemampuan Baca/Tulis Penduduk usia 15 tahun ke atas Kemampuan membaca/menulis
2000
2001
2002
2003
2004
2005
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Buta huruf Mampu Jumlah
3,75 96,25 100,00
2,5 97,5 100,00
1,7 98,3 100,00
1,9 98,1 100,00
1,9 98,1 100,00
2,09 97,91 100,00
Kemampuan membaca/menulis
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
(1)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
Buta huruf 1,9 1,9 1,66 0,92 Mampu 98,1 98,1 98,34 99,08 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : BPS Kota Bontang dan Provinsi Kalimantan Timur (SUSENAS)
0,80 99,20 100,00
0,79 99,21 100,00
2.3. Rata-rata Lama Sekolah Indikator lain selain Angka Melek Huruf yang dapat digunakan untuk melihat keberhasilan pembangunan di bidang pendidikan adalah rata-rata lama sekolah. Ratarata lama sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang telah dihabiskan oleh penduduk usia 15 tahun keatas diseluruh jenjang pendidikan formal yang dijalani. Adapun di Kota Bontang pada tahun 2012 rata-rata lama sekolah penduduk sekitar 10,40 tahun, atau dapat dikatakan rata-rata penduduk Bontang menduduki jenjang pendidikan kelas 3
108
SLTP sampai kelas 1 SLTA.
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
0,78 99,22 100,00
Bab 6 Analisis dan Pembahasan Tabel.6.42 Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Kota Bontang 2004-2012
Tahun
Rata-rata Lama Sekolah
Pertumbuhan(%)
(1)
(2)
(3)
2004
1,02
-
2005
9,90
1,01
2006
9,90
-
2007
9,90
-
2008
9,97
0,71
2009
10,01
0,40
2010
10,04
0,30
2011
10,38
3,39
2012
10,40
0,19
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Bontang dan Badan Pusat Statistik Provinsi KalimantanTimur
2.4 Tingkat Partisipasi Sekolah Semakin tinggi akses terhadap fasilitas pendidikan, diharapkan semakin banyak pula penduduk yang dapat mengenyam pendidikan yang lebih baik, sehingga pemerataan pendidikan dapat terwujud. Salah satu indikator mengukur pemerataan akses pendidikan adalah tingkat partisipasi sekolah. Berdasarkan partisipasi sekolah, penduduk dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu penduduk yang tidak/belum bersekolah, penduduk yang masih bersekolah, dan penduduk yang sudah tidak sekolah lagi. Indikator ini dihitung pada kelompok penduduk berusia 5 tahun keatas, hal ini disebabkan karena pendidikan yan dimaksud adalah pendidikan formal yang diawali jenjang pendidikan Sekolah Dasar atau sederajat, sehingga jenjang pendidikan di bawah itu seperti Taman Kanak-Kanak, Play Group atau Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) tidak diperhitungkan. Berdasarkan hasil susenas 2012, persentase penduduk menurut partisipasi sekolah dan jenis kelamin dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Pada gambar terlihat bahwa sebagian besar penduduk berumur 5 tahun keatas adalah penduduk yang tidak bersekolah lagi yaitu 67,3 persen, dan yang masih mengikuti jenjang pendidikan adalah 26,54 persen, Sedangkan penduduk yang tidak/belum bersekolah diperkirakan adalah 6,16 persen yang terdiri dari 4,62 persen laki-laki dan 7,86 persen perempuan.
109
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan Grafik .6.19 Persentase Penduduk Berumur 5 tahun ke atas menurut Jenis Kelamin dan Jenis Partisipasi Sekolah, 2012
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
46,81
47,2
34,2
36,02
18,99
16,78
2011
2012 40% Rendah
40%Sedang
20%Rendah
Indikator partisipasi sekolah diatas tidak membedakan penduduk berdasarkan kelompok umur, sehingga penghitungannya tidak memisahkan antara penduduk yang masih usia sekolah,
dengan penduduk yang tidak berusia sekolah ataupun belum
memasuki usia sekolah. Indikator yang memperhitungkan kelompok umur yang sering digunakan adalah Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Sekolah (APS). Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah proposi penduduk yang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan tertentu dalam kelompok umur sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut. Kesesuaian masing-masing jenjang pendidikan yang disepakati adalah usia 7-12 tahun untuk jenjang SD/sederajat, usia 13-15 tahun untuk jenjang SLTP/sederajat, usia, dan usia 19-24 tahun untuk jenjang Perguruan Tinggi. Dengan demikian, APK untuk SD/sederajat adalah perbandingan antara penduduk yang masih bersekolah di jenjang SD/sederajat dengan seluruh penduduk yang berusia 7-12 tahun. Sedangkan Angka Partisipasi Murni (APM) memperhitungkan kesesuaian antara kelompok usia dengan jenjang pendidikan yang sedang ditempuh. APM adalah proporsi penduduk pada kelompok usia yang bersesuaian dengan jenjang pendidikan tertentu dalam kelompok umur sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut. Sehingga APM untuk SLTP/sederajat adalah perbandingan antara penduduk berusia 13-15 tahun
110
dan sedang bersekolah di jenjang SLTP/sederajat dengan seluruh penduduk usia 13-15 tahun.
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan Sementara itu, indikator Angka Partisipasi Sekolah (APS) juga tidak memperhitungkan kesesuaian antara usia dengan jenjang pendidikan, namun hanya melihat status penduduk yang masih bersekolah pada masing-masing kelompok usia. Misalnya, APS untuk SLTA/sederajat adalah perbandingan antara penduduk berusia 1618 tahun yang berstatus masih sekolah (tanpa melihat di SD/SLTP/SLTA/PT) dengan seluruh penduduk berusia 16-18 tahun. Nilai APK, APM dan APS untuk masing-masing jenjang pendidikan di Kota Bontang tahun 2012 dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 6.43
Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM), dan Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut JenjangPendidikan Kota Bontang, Tahun 2012
Jenjang Pendidikan (1)
APK
APM
APS
(2)
(3)
(4)
SD/sederajat
102,49
91,74
98,45
SLTP/sederajat
104,53
77,17
99,20
SLTA/sederajat
89,55
70,03
75,09
8,29
4,92
8,72
Perguruan Tinggi Sumber : Susenas 2012
Nilai APK pada tingkat SD/sederajat pada tahun 2012 adalah 102,49 persen, atau dapat dikatakan bahwa jumlah penduduk yang sedang bersekolah di jenjang pendidikan SD/sederajat tanpa melihat usianya melebihi 100 persen apabila dibandingkan tahu.
dengan jumlah penduduk berusia 7-12, hal ini kemungkinan
disebabkan karena terdapat beberapa anak yang terlalu cepat mendaftar, atau terlambat mendaftar ataupun mengulang kelas. Nilai APK pada tingkat SLTP/sederajat merupakan yang tertinggi yaitu 104,53 persen , sedangkan APK SLTA/sederajat adalah 89,55 persen dan APK pada jenjang Perguruan Tinggi yang paling rendah yaitu 8,29 persen. Nilai APM untuk masing-masing jenjang pendidikan lebih rendah dibanding dengan nilai APK yaitu, 91,74 persen, 77,17 persen 70, 03 persen dan 4,92 persen masing-masing SD/sederajat, SLTP/sederajat, SLTA/sederajat dan Perguruan tinggi. Sedangkan Nilai APS untuk masing-masing jenjang pendidikan adalah 98,45 persen untuk SD/sederajat, 99,20 persen untuk SLTP/sederajat, 75,09 persen untuk SLTA/sederajat dan 8,72 persen APS untuk Perguruan tinggi.
111
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan 2.5. Pendidikan yang Ditamatkan Pendidikan yang ditamatkan merupakan indikator pokok kualitas pendidikan formal. Para analis mengandalkan pendidikan formal yang dicapai oleh masyarakat sebagai gambaran keterampilan yang mereka peroleh dan keterbukaan mereka terhadap ide-ide baru. Tingginya tingkat pendidikan yang dapat dicapai oleh rata-rata penduduk suatu negara mencerminkan taraf intelektualitas suatu bangsa. Pada tabel dibawah ini memperlihatkan bahwa pada tahun 2013 persentase penduduk Kota Bontang berusia 10 tahun ke atas terbanyak adalah penduduk yang menamatkan pendidikan tertinggi pada tingkat SLTA/sederajat, yaitu sebesar 37,75 persen. Terbanyak kedua adalah persentase penduduk yang menamatkan pendidikan tertingi SLTP/sederajat yaitu 19,30 persen, dan urutan ketiga adalah penduduk yang belum/tidak tamat sekolah dasar yaitu 16,87 persen, yang selanjutny adalah penduduk yang menamatkan pendidikan tertinggi SD/sederajat yaitu 16,70 persen, dan persentase penduduk Kota Bontang terkecil adalah penduduk yang menamatkan pendidikan jenjang Perguruan Tinggi yaitu 9,38 persen. Tabel. 6.44
Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Yang Ditamatkan dan jenis kelamin, Tahun 2012
Pendidikan (1) Belum/tdk sekolah/tdk tamat Sd SD/sederajat SLTP/sederajat SMU/sederajat PT/sederajat TOTAL
Laki-laki (2) 15,18 15,83 19,69 40,38 8,92 100,00
Perempuan (3) 18,82 17,71 18,84 34,71 9,92 100,00
Total (4) 16,87 16,70 19,30 37,75 9,38 100,0
Sumber : BPS Bontang 2.6. Rasio Murid – Guru Indikator ini digunakan untuk menggambarkan beban kerja guru dalam mengajar, juga dapat digunakan untuk melihat mutu pengajaran di kelas karena semakin tinggi nilai rasio ini berarti semakin berkurang tingkat pengawasan atau perhatian guru terhadap murid sehingga mutu pengajaran cenderung rendah. Rasio murid – guru SD Negeri pada tahun 2012 sekitar 25 murid per guru sedangkan SD swasta sekitar 16 murid per guru, rasio murid – guru SLTP Negeri sekitar 14 murid per guru sedangkan SLTP swasta sekitar 15 murid per guru, dan SLTA sekitar 12 murid per
112
guru.
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan 2.7. Indikator Pelayanan Jalan dan Pelayanan publik lainnya Berdasarkan uraian konseptual yang telah dipaparkan diatas, gambaran Kota Bontang dalam hal melihat tingkat kesejahteraan masyarakatnya dapat menggunakan kondisi pemenuhan kebutuhan dasar yang diimplikasikan berupa indikator input investasi pemenuhan kebutuhan akan layanan publik seperti pemenuhan air bersih, listrik, fasilitas keamanan kebakaran, pendidikan dan transportasi. Persentase pemenuhan kebutuhan masyarakat akan layanan publik seperti air bersih, listrik dan sarana kesehatan terlihat berfluktuasi. Fluktuasi ini lebih dikarenakan pertambahan jumlah rumahtangga masih belum diimbangi dengan pertambahan peningkatan sarana layanan publik. 2.8. Pelayanan Air dan Listrik Air dan listrik merupakan kebutuhan dasar manusia, terutama untuk peningkatan ekonomi masyarakat. Dengan tersalurnya air secara merata, terpenuhinya standar air layak dan higienis untuk dikonsumsi oleh masyarakat yang 80% kebutuhan fisik manusia adalah pemenuhan kebutuhan akan air, menjadikan tubuh yang sehat dan siap melakukan kegiatan sosial ekonomi guna pemenuhan kebutuhan hidupnya. Tabel 6.45
Banyaknya Pelanggan PDAM, Ketersediaan Air Baku dan Jumlah air yang disalurkan Kota Bontang 2000-2013
Tahun
Air Baku Utama (M3)
Jumlah Pelanggan PDAM (Pelanggan)
Jumlah Air Yang disalurkan (M3)
(1)
(2)
(3)
(4)
988.271
3.174
961.300
2001
977.600
4.041
960.120
2002
1.663.971
4.492
1.646.754
2003
1.813.817
4.720
1.784.353
2004
2.799.171
5.444
2.683.157
2005
3.939.577
7.343
3.656.401
2006
4.459.867
9.053
4.163.250
2007
4.833.235
9.795
4.468.222
2008
5.066.672
10.784
4.693.910
2009
5.227.348
11.567
4.854.458
2010
5.396.500
12.087
4.963.173
2011
5.789.495
12.622
5.254.410
2012
5.690.016
15.170
5.803.454
2013*
2.983.684
16.357
3.183.861
Sumber : Kantor PDAM Kota Bontang Keterangan : *) Data sampai dengan Juni 2013
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
113
2000
Bab 6 Analisis dan Pembahasan Jumlah pelanggan air bersih yang dikelola oleh PDAM (Perusahaan Air Minum Daerah) 5 tahun terakhir ini terus mengalami kenaikan, Tahun 2007 jumlah pelanggan PDAM baik rumah tangga maupun non rumah tangga adalah 9.795 sambungan, dan meningkat terus tiap tahunnya hingga tahun 2012 mencapai 15.170 pelanggan yang mendapat layanan air bersih. Peningkatan jumlah pelanggan harus selalu diiringi dengan peningkatan penyediaan air bersih, pada tahun 2007 dalam rangka pemenuhan kebutuhan air bersih untuk 9.795 pelanggan, PDAM mampu menyediakan air baku 4.833.235 m3, dan di tahu 2011 dengan pelanggan sebanyak 12.622 sambungan, air baku utama yang tersedia 5.789.495,00 m3. Sedangkan di tahun 2012 kemampuan PDAM menyediakan air baku menurun 1,72 persen dibanding tahun 2011 yaitu sebesar 5.690.016 m3 untuk 15.170 pelanggan.
Kondisi ini sangat menghawatirkan karena seharusnya
kemampuan PDAM menyediakan air baku tiap tahunnya terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah pelanggan. Sehingga untuk pemerataan penyaluran air bersih kepada pelanggan, PDAM Kota Bontang untuk saat ini menerapkan strategi pemadaman bergilir. Tabel 6.46
Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum yang digunakan, Tahun 2011-2012
Sumber Air Minum
2011
2012
(1)
(2)
(3)
Air dalam kemasan bermerk Ledeng Meteran/air isi ulang Ledeng Eceran Sumur bor/pompa Sumur terlindung Sumur tak terlidung Lainnya Total
4,91 84,45 4,38 3,05 1,43 1,79 100,00
3,52 89,00 4,39 0,82 1,15 1,00 0,12 100,00
Dari tabel diatas terlihat rumahtangga pengguna air bersih untuk minum tidak hanya bersumber dari PDAM, tidak sedikit rumahtangga yang menggunakan air kemasan bermerk dan sumur tidak terlindung.
Pada tahun 2012 persentase
rumahtangga yang mengunakan ledeng meteran dan air isi ulang menduduki urutan tertinggi yaitu 89%, disusul rumah tangga pengguna ledeng eceran yaitu sebesar 4,39% dan rumah tangga yang mengkonsumsi air dalam kemasan bermerk sebesar 3,52%. Sementara yang menggunakan sumur terlindung, sumur tak terlindung dan sumur bor masing-masing adalah 1,15 persen, 1persen dan 0,82 persen dan sisanya 0,12% rumah
114
tangga mengkonsumsi air lainnya.
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan Tabel 6.47
Banyaknya Pelanggan Listrik, tenaga listrik terjual dan rata-rata pemakaian menurut Jenis Pelanggan Kota Bontang 2012
Jenis Pelanggan (1)
Jumlah Pelangggan
Banyak tenaga listrik terjual (kwh)
(2)
Sosial Rumah Tangga Usaha Industri Umum Jumlah
558 36.066 3.132 12 262 40.030
(3)
4.569.847 81.132.002 21.137.032 13.598.814 4.833.722 125.271.417
Rata-rata pemakaian listrik (kwh) (4)
8.189,69 2.249,54 6.748,73 1.133.234,50 18.449,32 3.129,44
Sumber : PT. PLN (Persero) Cabang Bontang
Berdasarkan hasil Susenas 2012 lebih dari 95 % masyarakat di Bontang sudah terlayani listrik PLN sedangkan 4 persennya menggunakan listrik non PLN yaitu yang bersumber dari pasokan PT Pupuk Kaltim dan PT Badak. Sementara itu masih ada 0,4 persen masyarakat di kota Bontang yang menggunakan sumber lain seperti petromaks, pelita atau obor. Berdasarkan tabel diatas, jumlah seluruh pelanggan listrik PLN adalah 40.030 pelanggan dengan total tenaga listrik terjual adalah 125.271.417 kwh. Apabila dirinci per jenis pelanggan, pelanggan rumah tangga paling dominan yaitu sekitar 90%, sedangkan pelanggan pemilik usaha sekitar 8%, dan selebihnya digunakan untuk industri dan penerangan fasilitas umum. Namun apabila dilihat tenaga listrik yang terjual, pelanggan rumah tangga menyerap 65% dari total listrik, pelanggan pemilik usaha menggunakan 16,87% dari total tenaga listrik, pelanggan industri menyerap 10,86%.dan selebihnya untuk penerangan umum. 2.10. Perumahan Peningkatan kesejahteraan rakyat dan kualitas masyarakat diwujudkan dengan pembangunan nasional di segala bidang secara berimbang. Dalam bidang perumahan, pembangunan tidak hanya menyangkut segi kuantitatif, melainkan juga kualitatif yang memungkinkan terselenggaranya perumahan sesuai dengan hakekat dan fungsinya. Kondisi perumahan dan lingkungan mencerminkan kondisi penduduk yang tinggal di perumahan dan lingkungan tersebut. Gambaran kondisi perumahan dan lingkungan tidak hanya dilihat secara fisik saja tetapi juga harus dilihat dari akses penghuni rumah ke berbagai fasilitas perumahan, seperti air bersih, pembuangan sampah/kotoran, listrik, dsb.
dipenuhi selain pangan dan sandang. Rumah dalam kehidupan berfungsi sebagai
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
115
Rumah merupakan salah satu kebutuhan primer manusia yang harus
Bab 6 Analisis dan Pembahasan temapt tinggal yang diperlukan manusia untuk memasyarakatkan diri. Kondisi fisik sebuah bangunan mencakup lantai, atap dan dinding. Rumah merupakan pusat kegiatan budaya manusia dalam rangka mencapai tujuan dan kesempurnaan hidup. Luas lantai yang dihuni rumahtangga menggambarkan kondisi tempat tinggal penduduk. Semakin luas lantai yang dihuni oleh suatu rumahtangga, maka semakin baik pula kondisi rumah tangga tersebut. Pada tahun 2012 sebagian besar rumah tangga di Kota Bontang menempati rumah dengan status milik sendiri, yaitu sebesar 61,55 persen, namun tidak sedikit juga yang menempati rumah dengan status menyewa atau kontrak yaitu sebesar 26,66 persen, sisanya 11,78 persen menempati rumah dengan status lainya. 2.11. Pelayanan Jalan Pembangunan transportasi di Kota Bontang memiliki arti terpenting dan strategis untuk mendorong pertumbuhan dan pemerataan pembangunan. Sehingga pembangunan transportasi sangat berperan dalam langkah awal dalam upaya pemerataan pembangunan di semua sektor. Prasarana Jalan Sarana dan prasarana transportasi di Kota Bontang sangat memadai, hampir semua jalan baik negara, alan provinsi dan jalan kota kondisinya baik dan sedang. Pembangunan infrastruktur prasarana jalan hingga menghasilkan jalan yang dapat dilalui tahun 2012 mencapai 203,492 km yang terdiri dari Jalan Negara 9,036 km, dan jalan kabupaten 194,456 km. Grafik 6.20 Perkembangan Total Panjang Jalan dan Panjang jalan Provinsi dan Kabupaten di Kota Bontang 2010-2013 (km)
300
203,429
194,456 203,492
194,456 203,492
194,456 203,492
194,456
200 100
9,036
9,036
9,036
9,036
2010
2011
2012
2013
0
Total
Jalan Negara
Jalan Provinsi
Jalan Kabupaten
Kondisi permukaan jenis jalan di Kota Bontang, untuk jalan negara sebagian
116
besar berpermukaan aspal, jalan provinsi sebagian besar aspal dan jalan kabupaten sebagian besar aspal dan lainnya. Sementara itu kondisi jalan negara sebagian besar
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan pada kondisi baik, jalan provinsi dalam kondisi baik, dan jalan kabupaten sebagian besar kondisinya juga baik.
6.11.5 Indikator-indikator yang digunakan untuk menilai Ekonomi Wilayah: 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi 1.2 Struktur Ekonomi 1.3 Indikator PDRB per kapita Berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan dengan migas, laju perekonomian Kota Bontang menunjukkan tren negatif. Jika pada tahun 2001 PDRB Kota Bontang berdasarkan harga konstan 28,5 triliun, maka pada tahun 2012, nilainya menjadi 19,5 triliun. Nilai PDRB Kota Bontang atas dasar harga berlaku pada tahun 2012 adalah sebesar 68,51 triliun rupiah atau lebih tinggi nilainya dibandingkan dengan tahun 2011 yang hanya sebesar 62,05 triliun rupiah. Sedangkan PDRB atas dasar harga berlaku tanpa migas nilainya meningkat dari 9,5 triliun rupiah pada tahun 2011 menjadi 10,9 triliun rupiah pada tahun 2012. 1.1.
Laju Pertumbuhan Ekonomi Pada tahun 2012, meskipun pertumbuhan ekonomi Kota Bontang dengan
migas masih negatif, tetapi jika dibandingkan dengan tahun 2011 perekonomian Kota Bontang mengalami sedikit kenaikan yaitu sekitar 1,2 persen. Pertumbuhan positif terjadi jika unsur migas diabaikan. Pada tahun 2012 perekonomian Kota Bontang tanpa migas tumbuh sebesar 7,18 persen, walaupun angka ini mengalami penurunan 0.11 persen dari tahun sebelumnya. Angka pertumbuhan ini memberikan gambaran yang bersifat makro bahwa perekonomian Kota Bontang di tahun 2012, terus menguat jika dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya. Tanpa unsur migas, perekonomian Kota Bontang tumbuh positif, tetapi jika dengan unsur migas pertumbuhannya menjadi negatif. Namun, demikian sampai saat ini perekonomian Kota Bontang masih di dominasi oleh industri pengolahan dengan kontribusi mencapai 95,07 persen.
117
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan Tabel 6.48
Perkembangan PDRB dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Bontang Tahun 2000-2012(Juta Rp) Tahun (1) 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011r 2012*
Perkembangan PDRB (Juta Rp) (2) 27,344,124.16 29,455,021.47 27,113,011.79 29,226,188.74 36,062,525.65 48,181,490.33 50,865,149.13 53,842,569.92 74,716,372.12 52,664,324.61 53,037,253.10 62,052,362.11 68,508,564.30
Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) (3) 10,53 4,14 -5,09 -0,36 -2,67 -0,26 -2,94 -4,27 0,84 -3,03 -4,03 -8,36 -7,14
Sumber : BPS Kota Bontang dan BPS Prov. Kaltim Dari 9 lapangan usaha sektor ekonomi yang ada, pada tahun 2012 tercatat semua sektor menghasilkan pertumbuhan yang positif, kecuali sub sektor Industri Pengolahan (-8,45%) dan Pertambangan dan penggalian (0,25%). Sedangkan sektor yang tertinggi pertumbuhannya adalah sektor pengangkutan dan komunikasi (17,85%). Bila diurutkan pertumbuhan PDRB menurut sektor ekonomi dari yang tertinggi ke yang terendah, maka pertumbuhan tertinggi dihasilkan oleh sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 17,85 %, diikuti oleh sektor Jasa-jasa 7,82 % sedangkan sektor yang paling rendah pertumbuhannya adalah industri pengolahan dengan nilai -8,45 persen. Mayoritas pertumbuhan PDRB lapangan usaha di Kota Bontang mengalami penurunan diantaranta sektor Pertambangan dan penggalian, sektor listrik, gas, dan air minum, sektor bangunan, sektor perdagangan, restoran, dan hotel, dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan. Sedangkan yang mengalami kenaikan adalah sektor pertanian, industri pengolahan, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor jasajasa. 1.2.
Struktur Ekonomi Besarnya peranan atau kontribusi suatu sektor terhadap sektor lainnya
dapat dilihat dari distribusi persentase atau peranan suatu sektor terhadap total seluruh sektor dalam membentuk PDRB Kota Bontang. Selama lebih dari 10 tahun, sejak tahun 2002 hingga tahun 2012, sumbangan sektor industri pengolahan dengan komoditi andalannya LNG terus menjadi penyumbang terbesar dalam perjalanan perekonomian Kota Bontang. Setiap tahun kontribusi sektor ini mencapai 95 persen lebih, walaupun
118
pertumbuhannya cenderung mengalami perlambatan. Pada tahun 2008 sektor ini mencapai kontribusi tertinggi yaitu 97,12%, dan pada tahun 2012 kontribusinya berada
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan di angka 95,07. Angka ini menunjukkan bahwa sumbangan sektor lainnya selain industri pengolahan tidak lebih dari 5%. Grafik 6.21 Struktur Perekonomian Kota BontangTahun 2012* (%) 1,35
0,3 0,39
2,24 0,06
0,4
Pertanian 0,08
0,12
Pertambangan dan penggalian Industri pengolahan Listrik, gas, dan air minum Bangunan dan konstruksi
95,07
Perdagangan, restoran, dan hotel Pengangkutan dan komunikasi Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan Jasa-jasa
Pada tahun 2012 sektor Industri pengolahan merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar pada perekonomian Kota Bontang yaitu sebesar 95,07%. Sektor yang kontribusinya terbesar kedua adalah bangunan dan konstruksi. Peran sektor Industri pengolahan dalam struktur perekonomian Bontang sejak tahun 2000 sampai 2012 selalu menjadi yang terbesar. Pada tahun 2000 peran sektor ini sebesar 96,23 %, tahun 2009 sebesar 95,37 %, tahun 2010 94,98 %, tahun 2011 95,09 %, dan tahun 2012 sebesar 95,07 persen Adapun sumbangan sektor-sektor lainnya pada perekonomian Kota Bontang masih dibawah 3 % yaitu sektor bangunan dan konstruksi dengan share sebesar 2,24%, perdagangan 1,35 %, jasa-jasa 0,40 %, keuangan dan jasa perusahaan 0,39%, serta angkutan dan komunikasi 0,30 %. Sedangkan sumbangan terkecil berasal dari sektor listrik, gas, dan air minum 0.06%, pertanian 0,08%, dan sektor pertambangan dan penggalian 0,12%. 1.3.
PDRB Per Kapita dan Pendapatan Regional Per Kapita PDRB per kapita Kota Bontang pada tahun 2012 adalah sebesar 443,66 juta
rupiah atau naik sebesar 6,7% dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan pendapatan 2011 menjadi 355,78 juta rupiah pada tahun 2012, sehingga dapat dikatakan bahwa
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
119
regional per kapita Kota Bontang juga meningkat dari 328,88 juta rupiah pada tahun
Bab 6 Analisis dan Pembahasan secara rata-rata penduduk Kota Bontang mampu menciptakan nilai tambah 355 juta rupiah pada tahun 2012. Tabel 6.49
PDRB Per Kapita dan Pendapatan Regional Per KapitaKota Bontang Tahun 2000 – 2012*
Tahun (1) 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011r 2012*
PDRB Per Kapita (Juta Rp) (2) 266.444.411,46 279.823.123,70 251.902.407,16 249.621.502,37 307.383.381,07 399.511.532,49 406.313.348,30 415.131.610,66 559.622.896,22 383.434.350,51 369.126.849,00 415.791.864,79 443.668.089,04
Pendapatan Regional Per Kapita (Juta Rp) (3) 200.639.997,18 200.117.886,13 173.874.241,17 172.731.582,57 219.683.641,46 312.715.029,89 320.865.120,37 329.195.369,48 468.822.850,83 302.332.707,97 291.811.725,00 328.880.574,02 355.781.786,46
Sumber : BPS Kota Bontang Sejalan dengan distribusi persentase PDRB yang dipisahkan menurut PDRB dengan migas dan PDRB tanpa migas dan batubara, maka akan terlihat besaran PDRB per kapita dan pendapatan regional per kapita apabila unsur migas dan batubara dikeluarkan dari perhitungan.
6.11.6.
Indikator-indikator yang digunakan untuk menilai Kondisi Fisik, Lingkungan Hidup, dan Sumber Daya Alam:
1. Indikator Kawasan Lindung 2. Indikator Pencemaran Air 3. Indikator Pencemaran Udara A. Indikator Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Sebagai daerah pemekaran, Kota Bontang dihadapkan pada tantangan internal yakni bagaimana mengembangkan wilayah pedesaan, meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi khususnya ekspor non migas, memperkuat SDM, meningkatkan pelayanan prasarana dasar, meningkatkan efektivitas pengelolaan dan rehabilitasi SDA,
120
memperkuat manajemen dan kelembagaan daerah serta mengembangkan pola pemukiman.
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan Sementara itu berkaitan dengan arus globalisasi dan akan diberlakukannya pasar bebas, merupakan tantangan eksternal yang mau tidak mau harus dihadapi dimasa-masa yang akan datang. Oleh karenanya, daya saing wilayah merupakan kunci yang harus digali dan dikembangkan dalam rangka pembangunan wilayah Kota Bontang. 1. Potensi Aktivitas Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Pembangunan sumber daya alam dan lingkungan hidup diarahkan untuk mempertahankan keberadaannya yang dinamis melalui berbagai usaha pengelolaan, perlindungan dan rehabilitasi serta usaha pemeliharan, pengendalian keseimbangan unsur-unsurnya secara berkesinambungan. Dengan demikian untuk dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat dan generasi sekarang sampai generasi yang akan datang. Potensi jumlah luasan dan sub sektor sumber daya alam yang dimanfaatkan antara lain: 1.1. Kehutanan Hutan mempunyai peranan yang sangat penting bagi keberlanjutan kehidupan di bumi ini, baik segi ekologi maupun ekonomi. Bermacam-macam fungsi hutan antara lain; penyedia sumberdaya kayu dan produk hutan lainnya; rekreasi dan pengaturan bagi ekosistem tanah, udara dan air; tempat tumbuh berkembangnya keanekaragaman hayati; sebagai paru-paru dunia yang mengubah gas karbon monoksida menjadi oksigen segar yang siap dikonsumsi bagi hewan dan manusia. Dampak dari aktivitas atau tekanan manusia terhadap hutan telah mengganggu keseimbangan daya dukung sumberdaya hutan. Beragam jenis hutan yang mengalami penurunan kualitas dan kuantitasnya (tegakan dan luasan) akibat eksploitasi yang berlebih (overexploitation) dan Overharvesting, dan konversi hutan menjadi hutan produksi atau lahan lainnya (perambahan, perkebunan, permukiman). Tetapi tekanan aktivitas manusia terhadap hutan juga datang dari berbagai segi seperti pembebasan lahan kehutanan untuk pembangunan infrastruktur transportasi (jalan, jembatan), telekomunikasi, energi listrik, perluasan lahan pertanian (misalnya program satu juta Ha lahan gambut), pencemaran udara dan kebakaran hutan. Pengelolaan
sumberdaya
hutan
yang
berkelanjutan
dengan
tetap
memperhatikan fungsi hutan sebagai penghasil kayu, paru-paru dunia, konservasi kehidupan keanekaragaman hayati dan sebagai penyeimbang ekosistem lahan, tata guna air dan udara agar tetap berlangsung harus diusahakan.Indikator yang disajikan untuk
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
121
mengukurnya adalah:
Bab 6 Analisis dan Pembahasan Produksi kayu per luas hutan produksi (m3/Ha). Indikator ini digunakan untuk melihat perkembangan intensitas pemanenan hutan (kayu gergajian, kayu lapis dan kayu olahan) pada periode tertentu per satuan Ha per Provinsi. Luas kebakaran hutan menurut fungsi hutan (hutan lindung, produksi, wisata alam, taman nasional, Tahura, hutan penelitian, hutan kota, hutan buru dan hutan masyarakat) Luas kebakaran hutan menurut jenis vegetasi hutan (hutan sekunder, hutan tanaman industri, tegakan campuran, reboisasi, HPH, hutan primer, eks HPH dan lainnya) Luas hutan secara keseluruhan di Kota Bontang adalah 6.795 ha atau 45,97 % dari luas total wilayah kota tersebut yang seluas 14.780 hektar. Menurut fungsinya, hutan di Kota Bontang yaitu hutan lindung luasnya 37,71 % serta hutan suaka alam dan wisata 8,26 %. Lihat Tabel 6.73 berikut: Tabel. 6.50 Luas Hutan di Kota Bontang,2000-2012 No
Fungsi Hutan
(1) 1. 2.
(2)
1.141 1.141 11.639
1.141 1.141 11.639
14.780
14.780
14.780
14.780
2005 (8) 15.590,54 89.164,64
2006 (9) 5.230 720
Luas (ha) 2007 (10) 21.728 720
2008 (11) 4.704 1.221
2009 (12) 4.704 1.221
35.134,39
1.141 1.861,00 5.248
1.221
11.836,65
1.141 1.861 5.248
14.780
14.780
14.780
14.780
2000 (3)
Hutan Lindung Hutan Suaka Alam dan Wisata
3. 4. 5. 6.
Hutan Produksi Terbatas Hutan Produksi Tetap Hutan Tetap Hutan Produksi Yang Dapat dikonversi
7.
Hutan Pendidikan/Penelitian
8.
Luas Hutan
9.
Luas Wilayah
14.780
No
Fungsi Hutan
(1) 1. 2. 3. 4. 5. 6.
(2) Hutan Lindung Hutan Suaka Alam dan Wisata Hutan Produksi Terbatas Hutan Produksi Tetap Hutan Tetap Hutan Produksi Yang Dapat dikonversi Hutan Pendidikan/Penelitian Luas Hutan Luas Wilayah
2003 (6) 111
2004 (7) 15.590,54 89.164,64 35.134,39 11.836,65
14.780
122
7. 8. 9.
2001 (4) 3.920
Luas (ha) 2002 (5) 3.920
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan Lanjutan Tabel 6.50 No
Fungsi Hutan
(1) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
(2) Hutan Lindung Hutan Suaka Alam dan Wisata Hutan Produksi Terbatas Hutan Produksi Tetap Hutan Tetap Hutan Produksi Yang Dapat dikonversi Hutan Pendidikan/Penelitian Luas Hutan
9.
Luas Wilayah
2010 (13) 4.704 1.221
Luas (ha) 2011 (14) 4.704 1.221
2012 (15) 5.574 1.221
14.780
14.780
14.780
Sumber: Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim Dalam Angka 2013) 1.2
Pertanian, peternakan, perkebunan, dan perikanan Luas lahan yang tersedia untuk pembangunan pertanian dan perkebunan di
Kota Bontang adalah 18 yaitu 16 Ha di kecamatan Bontang Selatan dan 2 Ha di kecamatan Bontang Barat. Jenis pengairan untuk lahan sawah dan bukan sawah di kota Bontang keseluruhan masih menggunakan sistem tadah hujan. Sedangkan populasi ternak di kota Bontang sebagai berikut:
Tabel. 6.51 Populasi Ternak di Kota Bontang, 2010-2012 No.
Uraian
Satuan
2010
2011
2012
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1.
2.
Populasi Ternak Akhir: Sapi
Ekor
296
460
602
Sapi Perah
Ekor
9
9
9
Kerbau
Ekor
7
31
33
Kambing
Ekor
88
177
358
Domba
Ekor
-
18
36
Babi
Ekor
2.441
1.761
1.775
Kuda
Ekor
6
1
-
Ayam Kampung
Ekor
77.750
72.550
72.550
Ayam Ras Pedaging
Ekor
1.781.200
-
-
Ayam Ras Petelur
Ekor
-
-
-
Itik
Ekor
679
985
3.079
Populasi Unggas:
Sumber data : Dinas Perikanan, Kelautan dan Pertanian Kota Bontang
kelapa sebanyak 26,5 ha.
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
123
Sementara sektor perkebunan di Kota Bontang sebagian besar adalah perkebunan
Bab 6 Analisis dan Pembahasan Sektor perikanan merupakan lapangan pekerjaan sebagian besar penduduk pesisir kota Bontang, karena wilayah kota Bontang sebagian besar berbatasan dengan laut. Tabel 6.52
Rumah Tangga Perikanan Tahun 2010-2012
No
Uraian
Satuan
2010
2011
2012
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1
Rumah Tangga Perikanan:
2
3
4
RT
3.026
2.850
Perikanan Perairan Umum
RT
-
-
Tambak
RT
90
81
81
Kolam
RT
62
86
86
Keramba
RT
48
63
63
Budidaya Pantai/Sawah
RT
311
397
397
Produksi Hasil Perikanan: Perikanan Laut
Ton
8.384,60
812
Perikanan Perairan Umum
Ton
-
-
Tambak
Ton
9,4
12,3
14,2
Kolam
Ton
10,1
28
34,6
Keramba
Ton
4,8
14,8
14,8
Budidaya Pantai/Sawah
Ton
2.977,50
5.531,5
7.811,9
Nilai Produksi Hasil Perikanan Perikanan Laut
Ribu Rp
219.486.950
292.418.765
Perikanan Perairan Umum
Ribu Rp
-
-
-
Tambak
Ribu Rp
372.560
456.460.0
492.748,00
Kolam
Ribu Rp
261.104
957.856,00
925.508,00
Keramba
Ribu Rp
107.884
349.659,20
349.473,60
Budidaya Pantai/Sawah
Ribu Rp
4.957.090
Banyaknya Perahu/Kapal Penangkap Ikan Laut Perahu tanpa motor
unit
241
64
60
Perahu motor tempel
unit
446
446
616
Kapal Motor
unit
660
660
577
Pukat
buah
22
40
28
Jaring Insang
buah
371
402
390
Jaring Angkat
buah
22
26
Pancing
buah
720
642
22 620
Perangkap
buah
1.046
1.324
1.302
Lainnya
buah
383
75
240,00
Banyaknya Alat penangkap ikan laut
124
5
Perikanan Laut
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan Lanjutan Tabel 6.52 (1)
(2)
6
Banyaknya rumah tangga perairan umum Tanpa perahu
RT
-
-
-
Perahu tanpa motor
RT
-
-
-
Perahu motor tempel
RT
-
-
-
Kapal motor
RT
-
-
-
Banyaknya Perahu/Kapal Penangkap Ikan di Perairan Umum Perahu tanpa motor
unit
-
-
60
Perahu Motor Tempel
unit
-
-
616
Kapal Motor
unit
-
-
577
Banyaknya alat penangkap di perairan umum Pukat
buah
-
-
28
Jaring Insang
buah
-
-
390
Jaring Angkat
buah
-
-
22
Pancing
buah
-
-
620
Perangkap
buah
-
-
1.302
Lainnya
buah
-
-
240
7
8
9
10
(3)
(4)
(5)
(6)
Banyaknya rumah tangga perikanan budidaya Tambak air payau
RT
90
81
81
Kolam air tawar
RT
62
85
85
Keramba
RT
48
63
63
Budidaya laut/pantai
RT
311
39
397
Luas Kotor
ha
148,70
1.135,00
1.135,00
Luas Bersih air
ha
148,70
1.135,00
1.135,00
Luas kotor
ha
28,00
33,00
33,00
Luas bersih air
ha
21,30
28,30
28,30
Luas Kotor
ha
-
Luas Bersih air
ha
7,8
8,3
8,3
Luas Kotor
ha
-
Luas Bersih air
ha
423
476
476
Luas usaha pemeliharaan ikan budidaya Tambak
Kolam
Keramba
Budidaya Laut/Pantai
125
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan Kondisi Fisik Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam
B.
Indikator Pencemaran Air Kualitas air, termasuk kuantitas merupakan aspek penting dipandang dari
sudut ekonomi, lingkungan dan sosial. Peranan air begitu kompleks dalam kehidupan, ditinjau dari aspek fisik, kimiawi, mikrobiologi dan biologisnya. Juga kegunaan yang vital bagi kehidupan di daratan dan makhluk akuatik, baik perairan umum, pantai maupun lautan. Walaupun wilayah Indonesia memiliki 6 persen persediaan air dunia atau sekitar 21 persen persediaan air di Asia Pasifik, namun kelangkaan dan kesulitan dalam mendapatkan air bersih dan layak pakai mulai menjadi masalah yang menggejala di banyak tempat di negeri ini terutama di saat tibanya musim kemarau. Kecenderungan konsumsi air semakin meningkat secara eksponensial sedangkan ketersediaan air bersih cenderung menurun akibat penurunan kualitas lingkungan hidup akibat kerusakan sumberdayanya sebagai dampak aktivitas manusia (pembangunan) yang tidak terkendali. Pencemaran air sungai akibat pembuangan limbah yang tidak memenuhi Baku Mutu Limbah Cair (BMLC), limbah rumah sakit, limbah peternakan dan pertanian, limbah domestik dan sebagainya telah menurunkan kualitas air sungai dan perairan umum seperti danau dan muara. (Lihat Status Lingkungan Hidup Indonesia 2004, KLH 2005). Potensi sumberdaya air Indonesia yang besar baik air permukaan dan air tanah serta pasokan air dari curah hujan yang tinggi ternyata belum cukup untuk memenuhi besarnya kebutuhan air bersih karena pencemaran yang terjadi. Kualitas air hujan yang telah tercemar di beberapa titik pengamatan berdasarkan parameter yang dipantau seperti nilai pH yang rendah (hujan asam) menyebabkan potensi air pasokan ini semakin memprihatinkan. Semakin tinggi tekanan terhadap lingkungan (udara dan tanah) yang tidak bisa dikendalikan semakin berpotensi mengurangi (deplisi) dan merusak (degradasi) kualitas sumberdaya air. Disinilah arti pentingnya pembangunan berkelanjutan terhadap sumberdaya air, air permukaan (sungai, danau, situ, bendungan), air tanah dan perbaikan kualitas air hujan dengan pengendalian kualitas udara, terutama di wilayah yang padat kendaraan bermotor (perkotaan), kawasan industri dan pengendalian kebakaran hutan/lahan dengan mengurangi titik-titik api atau hot spot pada beberapa provinsi .Indikator yang disajikan dalam dalam nenilai kualitas air adalah:
Pengukuran status kualitas air sungai pada beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS)
126
tertentu berdasarkan klasifikasi memenuhi, cemar ringan-sedang, cemar sedang, cemar berat, cemar ringan, cemar ringan-berat, cemar sedang-berat. Indikator ini
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan menunjukkan derajat pencemaran yang terjadi pada air sungai yang dipantau berdasarkan parameter kualitas air sungai yang terukur.
Derajat keasaman (pH) air hujan di beberapa kota yang dipantau, Indikator ini menunjukkan tingkat pencemaran yang diakibatkan oleh pencemaran udara yang dengan daur hidrologi terbawa oleh air hujan.
Pengukuran kualitas air laut/Pelabuhan Utama
berdasarkan parameter utama
yaitu pH, temperatur, Daya Hantar Listrik (DHL) dan salinitas. Tabel.6.53 Sarana Air Bersih di Kota Bontang 2000-2013
Tahun (1)
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013* Sumber Keterangan
Air Baku Utama (M3)
Jumlah Pelanggan PDAM (Pelanggan)
Kapasitas Produksi (Liter/detik)
(2)
(3)
(4)
988.271,00 3.174,00 977.600,00 4.041,00 1.663.971,00 4.492,00 1.813.817,00 4.720,00 2.799.171,00 5.444,00 3.939.577,00 7.343,00 4.459.867,00 9.053,00 4.833.235,00 9.795,00 5.066.672,00 10.784,00 5.227.348,00 11.567,00 5.396.500,00 12.087,00 5.789.495,00 12.622,00 5.690.016,00 15.170,00 2.983.684,00 16.357,00 : Kantor PDAM Kota Bontang : *Data sampai Juni 2013
31,43 31,43 53,50 58,31 89,99 126,66 143,39 215,48 196,81 243,05 233,51 251,06 180,81 208,53
Jumlah Air Yang disalurkan (M3)
Cakupan Layanan PDAM Terhadap Rumah Tangga (%)
(5)
(6)
961.300,00 960.120,00 1.646.754,00 1.784.353,00 2.683.157,00 3.656.401,00 4.163.250,00 4.468.222,00 4.693.910,00 4.854.458,00 4.963.173,00 5.254.410,00 5.803.454,00 3.183.861,00
45,79 47,63 50,72 52,72 52,57 53,09 57,17
127
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan Tabel.6.54
Jumlah Perusahaan Air Minum, Kapasitas Produksi, sumber Air Baku dan Tenaga Kerja di Kota Bontang 2000-2013 Satuan
2000
(1) 1. Jumlah Perusahaan Jumlah Kantor Cabang 2. Status Perusahaan 2.1. Pemerintah 2.2. Swasta 3. Kapasitas 3.1. Potensial 3.2. Efektifitas Produksi 4. Volume Air Baku 4.1. Sungai 4.2. Danau 4.3. Mata Air 4.4. Waduk 4.5. Artesis 4.6. Lainnya 5. Jumlah Tenaga Kerja 5.1. Pekerja Teknis 5.2. Pekerja Non Teknis 5.3. Pekerja Dipl/S1 5.4. Pekerja tidak tetap 6. Jumlah Pelanggan 7. Volume Air Yang disalurkan 8. Jumlah Desa yang dialiri
(2) Buah Unit Buah Buah Buah Ltr/Detik Ltr/detik Ltr/detik
(3)
Uraian (1) 1. Jumlah Perusahaan Jumlah Kantor Cabang 2. Status Perusahaan 2.1. Pemerintah 2.2. Swasta 3. Kapasitas 3.1. Potensial 3.2. Efektifitas Produksi 4. Volume Air Baku 4.1. Sungai 4.2. Danau 4.3. Mata Air 4.4. Waduk 4.5. Artesis 4.6. Lainnya 5. Jumlah Tenaga Kerja 5.1. Pekerja Teknis 5.2. Pekerja Non Teknis 5.3. Pekerja Dipl/S1 5.4. Pekerja tidak tetap 6. Jumlah Pelanggan 7. Volume Air Yang disalurkan
Satuan (2) Buah Unit Buah Buah Buah Ltr/Detik Ltr/detik Ltr/detik
8. Jumlah Desa yang dialiri
Desa/Kel
128
Uraian
M3 M3 M3 M3 M3 M3 Orang Orang Orang Orang Orang KK M3 Desa/Kel
M3 M3 M3 M3 M3 M3 Orang Orang Orang Orang Orang KK M3
2001
2002
(4)
(5)
1 -
1 -
1 -
1 -
1 -
1 -
50,00 31,43
50,00 31,43
75,00 53,50
988.271,00 29 14 15 4 0 3.174 -
977.660,00 29 14 15 4 0 4.041 -
1.663.971,00 30 14 15 4 1 4.492 1.391.006,00
2003 (6)
2004 (7)
2005 (8)
1 -
1 -
1 -
1 -
1 -
1 -
90,00 58,31
240,00 89,99
277,20 126,66
1.813.817,00 32 15 16 10 1 4.720 1.676.722,00
2.799.171,00 35 15 16 11 4 5.444 1.928.243,00
393.577,00 51 27 17 12 7 7.343 2.519.911,00
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan Lanjutan Uraian (1) 1. Jumlah Perusahaan Jumlah Kantor Cabang 2. Status Perusahaan 2.1. Pemerintah 2.2. Swasta 3. Kapasitas 3.1. Potensial 3.2. Efektifitas Produksi 4. Volume Air Baku 4.1. Sungai 4.2. Danau 4.3. Mata Air 4.4. Waduk 4.5. Artesis 4.6. Lainnya 5. Jumlah Tenaga Kerja 5.1. Pekerja Teknis 5.2. Pekerja Non Teknis 5.3. Pekerja Dipl/S1 5.4. Pekerja tidak tetap 6. Jumlah Pelanggan 7. Volume Air Yang disalurkan 8. Jumlah Desa yang dialiri
Satuan
2006
(2) Buah Unit Buah Buah Buah Ltr/Detik Ltr/detik Ltr/detik
(9)
M3 M3 M3 M3 M3 M3 Orang Orang Orang Orang Orang KK M3 Desa/Kel
2007
2008
(10)
(11)
1 -
1 -
1 -
1 -
1 -
1 -
375,00 143,39
375,00 21,48
345,00 196,81
4.459.867,00 54 24 25 14 5 9.053 3.093.165,00
4.833.235,00 55 24 25 14 6 9.795 3.245.186,00
5.066.672,00 54 24 25 14 5 10.784 3.793.236,00
Lanjutan Uraian
Satuan
2009
2010
(1)
(12)
(13)
(14)
1. Jumlah Perusahaan Jumlah Kantor Cabang 2. Status Perusahaan 2.1. Pemerintah 2.2. Swasta 3. Kapasitas 3.1. Potensial 3.2. Efektifitas Produksi 4. Volume Air Baku 4.1. Sungai 4.2. Danau 4.3. Mata Air 4.4. Waduk 4.5. Artesis 4.6. Lainnya 5. Jumlah Tenaga Kerja 5.1. Pekerja Teknis 5.2. Pekerja Non Teknis 5.3. Pekerja Dipl/S1 5.4. Pekerja tidak tetap 6. Jumlah Pelanggan 7. Volume Air Yang disalurkan 8. Jumlah Desa yang dialiri
Buah Unit Buah Buah Buah Ltr/Detik Ltr/detik Ltr/detik M3 M3 M3 M3 M3 M3 Orang Orang Orang Orang Orang KK M3 Desa/Kel
2011 (15)
1 -
1 -
1 -
1 -
1 -
1 -
315,00 243,05
315,00 233,51
315,00 251,06
5.227.348,00 57 24 25 14 8 11.567 3.944.273,00
5.396.500,00 58 24 25 18 9 12.087 4.362.560,00
5.789.495,00 59 24 23 18 12 12.622 4.852.509,00
129
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan Lanjutan Uraian (1) 1. Jumlah Perusahaan Jumlah Kantor Cabang 2. Status Perusahaan 2.1. Pemerintah 2.2. Swasta 3. Kapasitas 3.1. Potensial 3.2. Efektifitas Produksi 4. Volume Air Baku 4.1. Sungai 4.2. Danau 4.3. Mata Air 4.4. Waduk 4.5. Artesis 4.6. Lainnya 5. Jumlah Tenaga Kerja 5.1. Pekerja Teknis 5.2. Pekerja Non Teknis 5.3. Pekerja Dipl/S1 5.4. Pekerja tidak tetap 6. Jumlah Pelanggan 7. Volume Air Yang disalurkan 8. Jumlah Desa yang dialiri
Satuan (2) Buah Unit Buah Buah Buah Ltr/Detik Ltr/detik Ltr/detik
2012 (16)
M3 M3 M3 M3 M3 M3 Orang Orang Orang Orang Orang KK M3 Desa/Kel
2013* (17) 1 Perusda 1 -
1 Perusda 1 -
300 180,81
330,00 208,53
5.690.016,00 59 24 23 18 12 15.170 5.803.454,00
2.983.684,00 59 24 23 18 12 16.357 3.183.861,00
Sumber Data : Kantor PDAM Kota Bontang (*) Data sampai Juni 2013
Tabel.6.55
Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Mandi/Cuci yang digunakan di Kota Bontang 2000-2012
No.
Sumber Air
2000
2001
2002
(2)
(3)
(4)
(5)
(1)
Air Dalam Kemasan/Isi Ulang Ledeng Meteran Ledeng Eceran Sumur Bor/Pompa Sumur Terlindung Sumur Tidak terlindung Mata Air terlindung Mata Air Tak terlindung Air Sungai Air Hujan JUMLAH
1,39 63,19 4,17 6,25 12,50 12,50
0,4 66,00 7,5 14,4 8,5 3,2
1,49 67,80 4,89 20,65 4,62 0,14
100,00
100,00
100,00
130
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan Lanjutan No.
Sumber Air
2003
2004
2005
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Air Dalam Kemasan/Isi Ulang Ledeng Meteran Ledeng Eceran Sumur Bor/Pompa Sumur Terlindung Sumur Tidak terlindung Mata Air terlindung Mata Air Tak terlindung Air Sungai Air Hujan JUMLAH
3,85 76,87 6,08 6,76 4,08 0,00
9.33 71,82 9,48 6,99 2,38
100,00
100,00
Lanjutan No.
Sumber Air Minum
2006
2007
2008
(1)
(2)
(6)
(7)
(8)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Air Dalam Kemasan/Isi Ulang Ledeng Meteran Ledeng Eceran Sumur Bor/Pompa Sumur Terlindung Sumur Tidak terlindung Mata Air terlindung Mata Air Tak terlindung Air Sungai Air Hujan JUMLAH
3,32 80,49 9,76 5,84 0,58
9,98 55,64 13,85 9,33 2,95 7,03 0,21 100,00
100,00
3,26 72,85 8,03 5,56 6,59 3,40 0,32 100,00
Lanjutan No.
Sumber Air
2009
(1)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
Air Dalam Kemasan/Isi Ulang 1,95 Ledeng Meteran 80,66 Ledeng Eceran 4,10 Sumur Bor/Pompa 2,54 Sumur Terlindung 1,76 Sumur Tidak terlindung 8,98 Mata Air terlindung Mata Air Tak terlindung Air Sungai Air Hujan 0,01 JUMLAH 100,00 Sumber : BPS Kota Bontang (Hasil SUSENAS)
7,69 72,14 6,03 1,46 1,66 8,94 2,08 100,00
5.47 79.55 4.10 2.46 1.91 5.46 1,05 100,00
0,61 75,29 8,55 4,65 8,48 1,36 0,66 0,40 100,00
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
2010
2011
2012
Bila sumber daya air yang ada ditangani dengan bijaksana dan berbagai aktivitas
pembangunan
dilakukan
dengan
memperhatikan
aspek
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
131
lingkungan, sebenarnya Kota Bontang tidak mungkin kekurangan air bersih.
kebersihan
Bab 6 Analisis dan Pembahasan Walaupun sesungguhnya air di daerah ini jumlahnya tetap, namun karena terjadinya perubahan lingkungan menyebabkan perputaran air semakin hari semakin berubah, sehingga terjadi ketidakmerataan penyebaran stok air. Ketidakseimbangan tata guna air ini sangat rawan, karena dapat menyebabkan terjadinya berbagai bencana alam. Pada musim penghujan terjadi banjir, sedangkan pada musim kemarau terjadi kekeringan. Hal ini memang tidak terjadi dengan sendirinya. Penyimpangan pembangunan dari perencanaan tata ruang dan tata wilayah dan berkurangnya penahan air seperti hutan dan pepohonan, menyebabkan aliran air (tata air) dan tanahtanah gundul di berbagai tempat. Tanah-tanah gundul seperti akibat pembukaan lahan baru pertanian tidak lagi mampu menyerap air hujan, akibatnya air hujan yang jatuh ke permukaan tanah akan langsung mengalir di atas permukaan tanah, meluapkan sumber-sumber air dan menggenangi permukiman dan perumahan dulu sebelum mengalir ke laut.
6.11.7.
Indikator-indikator yang digunakan untuk Kependudukan dan Ketenagakerjaan adalah :
menilai
1. Indikator TPAK 2. Indikator Kompetitif Tenaga Kerja 3. Indikator Kualitas Tenaga Kerja A. Penduduk dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Jumlah penduduk Kota Bontang mengalami kenaikan yang cukup berarti dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007 diperkirakan penduduk Kota Bontang adalah sebesar 129.700 jiwa, yang kemudian meningkat menjadi 154.604 jiwa pada tahun 2012. Dengan kata lain, selama periode enam tahun penduduk Bontang bertambah sebanyak 24.904 jiwa atau rata-rata bertambah sebanyak 4.980 jiwa pertahun. Pertumbuhan penduduk setiap tahunnya pada periode 2007—2012 tidak merata, yaitu berkisar antara 2,87 persen sampai 4,61 persen. Sebagaimana pertumbuhan penduduk, persebaran penduduk Kota Bontang juga tidak merata di antara tiga kecamatan yang ada. Jumlah penduduk terbesar berada di Kecamatan Bontang Utara yaitu sebanyak 66.941 jiwa atau sebesar 44,51 persen dari seluruh penduduk Kota Bontang pada tahun 2012. Sementara itu jumlah penduduk paling sedikit terdapat di Kecamatan Bontang Barat yaitu sebanyak 26.164
132
jiwa atau sebesar 16,53 persen dari seluruh penduduk Bontang pada tahun 2012.
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan
Tabel.6.56
Jumlah Penduduk, Pertumbuhan, dan persebaran serta kepadatan penduduk Kota Bontang Tahun 2000—2012
Uraian
Satuan
2000
2001
2002
2003
2004
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Jumlah Penduduk Pertambahan jumlah Penduduk Pertumbuhan Penduduk Kepadatan Penduduk
Jiwa
102.853
105.696
117.082
118.232
121.082
Jiwa
3.236
2.843
11.386
1.150
2.850
Persen
3,25
2,76
10,77
0,98
2,41
674
696
715
792
800
Jiwa/ Km2
99.617
674
2005
Uraian
Satuan
2006
2007
2008
2009
2010
(1)
(2)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
Jumlah Penduduk Pertambahan jumlah Penduduk Pertumbuhan Penduduk Kepadatan Penduduk
Jiwa
125.187
129.700
133.512
137.349
143.683
149.230
Jiwa
4.105
4.513
3.812
3.837
6.334
5.547
3,39
3,61
2,94
2,87
4,61
3,86
819
878
903
929
972
1.010
Persen Jiwa/ Km2
Uraian
Satuan
(1)
(2)
(15)
Jumlah Penduduk Pertambahan jumlah Penduduk Pertumbuhan Penduduk Kepadatan Penduduk
Jiwa
154.604
Jiwa
5.374
Persen
3,60
2011
2012*
Jiwa/ 1.046 Km2 Sumber : Bontang Dalam Angka, Bontang Dalam Angka Tahun 2000 - Tahun 2013, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Bontang *) Berdasarkan angka proyeksi
Konsep dasar yang digunakan dalam penggolongan Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja mengacu pada konsep Labour Force Approach (LFA) yang direkomendasikan oleh International Labour Organization (ILO). Konsep ini membagi penduduk menjadi dua kelompok, yaitu penduduk usia kerja dan penduduk bukan usia kerja. Selanjutnya penduduk usia kerja dibedakan pula menjadi dua kelompok berdasarkan kegiatan utama yang sedang dilakukannya. Kelompok tersebut adalah Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja. Penduduk usia kerja adalah penduduk yang berumur 15 tahun ke atas. Penduduk usia kerja yang bekerja atau punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja, dan penduduk usia kerja yang sedang mencari pekerjaan digolongkan ke dalam angkatan kerja. Sementara itu, penduduk usia kerja yang kegiatannya tidak bekerja maupun mencari pekerjaan, digolongkan menjadi bukan angkatan kerja. Penduduk bukan angkatan kerja biasanya memiliki aktivitas lainnya.
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
dan melaksanakan kegiatan
133
utama berupa bersekolah, mengurus rumah tangga,
Bab 6 Analisis dan Pembahasan Pembangunan ketenagakerjaan merupakan upaya menyeluruh dan ditujukan pada peningkatan, pembentukan dan pengembangan tenaga kerja yang berkualitas, produktif, efisien, efektif dan berjiwa wiraswasta sehingga mampu mengisi, menciptakan dan memperluas lapangan kerja, yang pada gilirannya akan mampu meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat. Tabel 6.57 di bawah ini memperlihatkan perkembangan penduduk usia kerja di Kota Bontang dari tahun ke tahun. Tabel 6.57 Kelompok Umur (1) 15-24 25-34 35-44 45-54 55-59 60+ Jumlah Kelompok Umur (1) 15-24 25-34 35-44 45-54 55-59 60+ Jumlah Kelompok Umur (1) 15-24 25-34 35-44 45-54 55-59 60+ Jumlah Kelompok Umur
2000 L (2) 10.032 12.243 9.532 3.652 514 703 36.676
P (3) 9.539 11.183 6.554 1.909 337 593 30.115
2001 L+P (4) 19.571 23.426 16.086 5.561 851 1.296 66.791
L (5) 7.458 10.758 10.774 3.616 1.112 468 34.186
2003 L (2) 8.018 11.860 12.383 4.686 904 377 38.228
P (3) 8.945 14.845 9.460 1.712 219 296 35.477
P (3) 9.714 14.285 9.053 3.715 507 805 38.078
L+P (4) 16.963 26.705 21.843 6.398 1.123 673 73.705
L (5) 8.741 11.260 11.731 5.441 959 840 38.973
P (3) 12.355 12.025 11.822 4.022 442 1.573 42.239
L+P (7) 16.694 23.424 17.266 5.664 1.852 632 65.532
L (8) 9.171 11.226 10.317 5.084 795 849 37.442
P (6) 9.533 13.820 9.504 2.984 558 1.136 37.536
L+P (4) 19.405 25.769 20.219 8.973 1.547 2.079 77.994
L (5) 11.536 10.256 10.754 6.349 640 1.437 40.972
P (6) 11.463 11.651 9.927 3.335 682 981 38.039
L+P (7) 18.274 25.080 21.235 8.426 1.517 1.977 76.509
L (8) 10.165 10.454 11.749 6.191 739 1.203 40.591
L (5) 12.600 14.374 11.796 8.691 1.541 1.998 51.000
P (6) 11.886 13.893 11.227 6.096 1.166 1.235 45.503
L+P (10) 18.986 22.320 18.509 7.709 1.035 1.829 70.388
P (9) 11.595 11.305 9.667 2.654 804 423 36.447
L+P (10) 21.760 21.750 21.415 8.845 1.543 1.715 77.038
2008 L+P (7) 22.999 21.907 20.681 9.684 1.322 2.418 79.011
L (8) 12.045 11.532 12.656 7.775 1.374 983 46.365
2010 L+P (4) 24.793 23.934 24.855 12.023 1.408 3.047 90.050
P (9) 9.815 11.094 8.192 2.625 240 980 32.946 2005
2007
2009 L (2) 12.438 11.899 13.033 8.001 966 1.474 47.811
2002
2004
2006 L (2) 9.691 11.485 11.167 5.258 1.041 1.274 39.916
P (6) 9.236 12.666 6.492 2.048 740 164 31.346
menurut
P (9) 11.995 11.610 11.352 3.900 465 1.480 40.802
L+P (10) 24.040 23.142 24.008 11.675 1.839 2.463 87.167
2011 L+P (7) 24.486 28.267 23.023 14.787 2.707 3.233 96.503
L (8) 11.491 13.978 11.968 9.402 1.689 2.061 50.589
P (9) 11.720 15.566 11.718 6.610 1.405 1.424 48.443
L+P (10) 23.211 29.544 23.686 16.012 3.094 3.485 99.032
134
(1) 15-24 25-34 35-44 45-54 55-59 60+ Jumlah
Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas (Penduduk Usia Kerja) Kelompok Umur di Kota Bontang 2000—2012
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan Kelompok Umur
2012
(1)
L (2)
P (3)
L+P (4)
15-24 25-34 35-44 45-54 55-59 60+ Jumlah
13.682 13.131 13.403 10.918 2.575 2.097 55.806
12.962 12.816 12.859 7.667 1.393 1.783 49.480
26.644 25.947 26.262 18.585 3.968 3.880 105.286
Sumber : BPS Kota Bontang dan BPS Provinsi Kalimantan Timur, Data Diolah
Tabel 6.88 di atas memperlihatkan bahwa jumlah penduduk usia kerja di Kota Bontang selalu meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011 diperkirakan penduduk usia kerja berjumlah 99.032 jiwa dan meningkat sebesar 6,32 persen menjadi 105.286 jiwa pada tahun 2012. Apabila dilihat menurut jenis kelamin, kenaikan jumlah penduduk usia kerja berjenis kelamin laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan. Penduduk laki-laki mengalami kenaikan sebesar 10,31 persen, sedangkan penduduk perempuan meningkat sebesar 2,05 persen. Hal tersebut boleh jadi dipengaruhi oleh ketersediaan lapangan kerja di Kota Bontang dan sekitarnya adalah yang utamanya diperuntukkan bagi laki-laki, seperti pabrik dan pertambangan. Tabel 6.89. berikut ini memperlihatkan perkembangan jumlah angkatan kerja dan bukan angkatan kerja menurut jenis kelamin di Kota Bontang. Tabel 6.58
Penduduk Usia 15 tahun ke atas menurut Jenis Kelamin di Kota Bontang 2000—2012 Uraian 2000 2001 2002 (1)
Angkatan Kerja Laki-laki Perempuan Bukan Angkatan kerja Laki-laki Perempuan TOTAL
(2)
(3)
(4)
34.986 36.568 38.328 31.745 7.027 28.019 29.684 32.060 4.931 23.088 66.791 66.252 70.389
Lanjutan
Uraian
2003
2004
2005
(1)
(5)
(6)
(7)
Angkatan Kerja Laki-laki Perempuan Bukan Angkatan kerja Laki-laki Perempuan TOTAL
47.702
45.922 52.305 40.057 49.679 5.865 2.626 27.955 30.937 29.162 75.657 76.859 81.467
135
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan Lanjutan
Uraian
2006
2007
2008
(1)
(8)
(9)
(10)
Angkatan Kerja Laki-laki Perempuan Bukan Angkatan kerja Laki-laki Perempuan TOTAL
-
54.296 55.238 28.043 29.166 26.253 26.072 35.074 35.466 18.115 18.726 16.959 16.740 89.370 90.704
Lanjutan
Uraian
2009
2010
2011
(1)
(11)
(12
(13)
Angkatan Kerja Laki-laki Perempuan Bukan Angkatan kerja Laki-laki Perempuan TOTAL
53.497 55.780 62.257 39.034 42.109 43.042 14.463 13.671 19.215 38.741 41.975 36.775 8.243 8.955 8.752 30.498 33.020 28.023 92.238 97.755 99.032
Lanjutan
Uraian (1)
Angkatan Kerja Laki-laki Perempuan Bukan Angkatan kerja Laki-laki Perempuan TOTAL
2012 (14)
64.728 45.975 18.753 40.557 9.349 31.208 105.285
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Bontang dan BPS Provinsi Kalimantan Timur (SAKERNAS), Data Diolah
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan persentase angkatan kerja terhadap jumlah penduduk usia kerja. Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS), dalam kurun waktu 12 tahun terakhir nilai TPAK Kota Bontang mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada tahun 2010 nilai TPAK Kota Bontang diperkirakan sebesar 57,06 persen, kemudian meningkat menjadi 62,86 persen pada tahun 2011 dan menjadi 61,48 persen pada tahun 2012. Peningkatan nilai TPAK tersebut menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja yang sedang dan siap terlibat di dalam usaha produktif di Kota Bontang mengalami peningkatan setiap tahunnya. Tentu saja hal ini hendaknya diiringi pula oleh peningkatan ketersediaan lapangan
136
usaha.
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan Tabel 6.59
Jumlah Angkatan Kerja dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Kota Bontang 2000—2012
No
2000
(1)
1. 2.
(2)
Angkatan Kerja/AK Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja/TPAK
1. 2.
No
(4)
(5)
(6)
38.328 54,45
36.568 55,19
42.081 55,62
2004
2005
2006
2007
1. 2.
(7)
(8)
(9)
(10)
44.857 58,36
52.305 64,20
50.331 61,87
54.300 60,75
2008
(1)
(2)
Angkatan Kerja/AK Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja/TPAK
2003
(3)
(2)
Angkatan Kerja/AK Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja/TPAK
2002
38.772 58,05
No (1)
2001
2009
2010
2011
2012
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
55.238 60,90
53.496 58,00
59.978 62,15
71.230 71,09
76.422 73,28
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Bontang dan BPS Provinsi Kalimantan Timur (SAKERNAS)
B. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dan Setengah Menganggur Tingkat pertumbuhan angkatan kerja dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk usia kerja. Penambahan angkatan kerja mengindikasikan adanya penambahan penduduk yang siap terlibat di dalam aktivitas usaha produktif. Namun apabila penambahan angkatan kerja lebih rendah atau tidak sejalan dengan penambahan ketersediaan lapangan kerja, maka akan mengakibatkan meningkatnya jumlah tenaga kerja yang tidak terserap oleh usaha produktif (pengangguran). Tabel 6.60 di bawah ini menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja yang terserap ke dalam lapangan pekerjaan mengalami peningkatan selama periode 2000— 2012. Pada tahun 2000 jumlah tenaga kerja yang terserap sebanyak 37.123 orang dari seluruh angkatan kerja. Sekitar 21,14 % terserap di sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, sedangkan pada tahun 2012 naik menjadi sebesar 27,43 % dari jumlah angkatan kerja yang terserap sebanyak 65.490 orang. Pada tahun 2012 lapangan pekerjaan utama kedua adalah di bidang jasa-jasa yaitu menyerap tenaga kerja sebesar 16,02 %.
137
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan Tabel. 6.60
Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama di Kota Bontang 2000—2012
Sektor/Lapangan Pekerjaan Utama (1) Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa Lainnya Total Sektor/Lapangan Pekerjaan Utama (8) Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa Lainnya Total Sektor/Lapangan Pekerjaan Utama (15) Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih
2001
2002
Jumlah (2) 4.339 4.672 4.532 255 7.744
% (3) 11,69 12,59 12,21 0,69 20,86
Jumlah (4) 3.199 3.612 4.875 165 8.118
% (5) 8,66 9,78 13,20 0,45 21,99
Jumlah (6) 2.058 2.551 5.217 74 8.491
% (7) 5,60 6,95 14,21 0,20 23,12
7.848
21,14
7.457
20,20
7.066
19,24
1.329
3,58
1.673
4,53
2.016
5,49
2.136 4.225 43 37.123
5,75 11,38 0,12 100,00
2.289 5.164 373 36.925
6,20 13,99 1,01 100,00
2.442 6.103 703 36.721
6,65 16,62 1,91 100,00
Jumlah (9) 5.360 1.512 5.935 108 6.525
% (10) 12,87 3,63 14,25 0,26 15,66
Jumlah (11) 6.264 3.497 15.871 246 12.290
% (12) 8,15 4,55 20,65 0,32 15,99
Jumlah (13) 7.054 4.212 15.534 240 9.040
% (14) 8,81 5,26 19,40 0,30 11,29
8.074
19,38
15.149
19,71
16.062
20,06
3.394
8,15
5.957
7,75
4.012
5,01
3.099 6.712 938 41.657
7,44 16,11 2,25 100,00
5.157 12.236 192 76.859
6,71 15,92 0,25 100,00
5.653 18.024 240 80.071
7,06 22,51 0,30 100,00
2003
2004
2006 Jumlah % (16) (17) 2.819 6,90 2.877 7,05 6.992 17,13
2005
2007 Jumlah % (18) (19) 4.512 9,81 2.853 6,20 6.034 13,12
2008 Jumlah % (20) (21) 3.276 6,46 3.793 7,48 7.290 14,38
245 5.148
0,60 12,61
125 4.308
0,27 9,37
564 4.848
1,11 9,56
9.135
22,37
9.930
21,59
12.376
24,41
2.452
6,01
1.633
3,55
1.676
3,31
5.090 5.949 122 40.829
12,47 14,57 0,30 100,00
3.676 11.737 1.177 45.985
7,99 25,52 2,56 100,00
3.272 11.402 2.203 50.700
6,45 22,49 4,35 100,00
138
Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa Lainnya Total
2000
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan
Sektor/Lapangan Pekerjaan Utama (22) Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa Lainnya Total Sektor/Lapangan Pekerjaan Utama (29) Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran
2009 Jumlah % (23) (24) 4.979 9,87 3.897 7,72 6.381 12,64
2010 Jumlah % (25) (26) 3.584 6,93 5.143 9,95 5.513 10,66
2011 Jumlah % (27) (28) 4.583 7,35 6.203 9,95 6.558 10,52
539 3.495
1,07 6,93
1.057 5.794
2,04 11,21
1.234 5.730
1,98 9,19
12.029
23,84
10.210
19,75
14.326
22,97
2.083
4,13
2.624
5,07
2.873
4,61
2.758 12.551 1.751 50.463
5,47 24,87 3,47 100,00
1.286 13.088 3.408 51.707
2,49 25,31 6,59 100,00
2.620 15.272 2.969 62.368
4,20 24,49 4,76 100,00
2012 Jumlah % (30) (31) 5.848 8,93 5.301 8,10 6.718 10,26 173 0,26 5.038 17.964
7,69 27,43
2.695
4,12
Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa
6.855
10,47
10.490
16,02
Lainnya Total
4.398 65.480
6,72 100,00
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Bontang, Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Timur (SAKERNAS), Data Diolah
Dari keseluruhan angkatan kerja yang tersedia, hanya sebagian yang terserap ke dalam lapangan kerja dan menyisakan para pencari pekerjaan yang harus menjadi perhatian besar bagi para pemegang kebijakan untuk mengatasinya. Selain angkatan kerja yang sama sekali tidak memiliki pekerjaan dan sedang berusaha mencari pekerjaan atau sedang menyiapkan suatu usaha, terdapat pula angkatan kerja yang sudah bekerja namun dalam jumlah jam kerja yang rendah. Jam kerja normal yang disepakati adalah paling sedikit 35 jam dalam satu minggu. Oleh sebab itu, selain tingkat pengangguran terbuka, terdapat indikator lain yang menunjukkan kondisi (TPT) merupakan persentase pencari kerja terhadap keseluruhan angkatan kerja.
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
139
angkatan kerja yaitu tingkat setengah pengangguran. Tingkat pengangguran terbuka
Bab 6 Analisis dan Pembahasan Sedangkan setengah pengangguran adalah persentase penduduk yang bekerja di bawah jam kerja normal terhadap jumlah angkatan kerja. Dalam rentang waktu tahun 2000 sampai 2012, tingkat pengangguran terbuka Kota Bontang mengalami fluktuasi dari 5,80 persen hingga 24,43 persen. Jumlah pencari kerja di Kota Bontang sangat dipengaruhi oleh tingkat migrasi Kota Bontang yang cukup tinggi. Hal itu disebabkan oleh adanya dua perusahaan besar yang beroperasi di Kota Bontang sehingga meningkatkan minat para pencari kerja dari daerah lain untuk mencoba bersaing mendapatkan lapangan pekerjaan di kota ini. Di antara penduduk yang bekerja, masih terdapat penduduk yang bekerja dalam jumlah jam kerja yang rendah (di bawah jam kerja normal). Makin tinggi tingkat setengah pengangguran dapat mengindikasikan makin rendah pemanfaatan sumber saya manusia yang ada. Namun hal tersebut tidak selalu berlaku mutlak. Pada tahun 2011, tingkat pengangguran di Kota Bontang diperkirakan sebesar 12,44 persen, atau dengan kata lain jumlah angkatan kerja yang bekerja adalah sebesar 87,56 persen. Tingkat pengangguran sedikit meningkat pada tahun 2012 yaitu menjadi 14,32 persen yang diikuti oleh penurunan pada persentase penduduk yang bekerja, yaitu menjadi 85,68 persen. Dari keseluruhan angkatan kerja, terdapat sekitar 10,71 persen penduduk yang bekerja dalam jumlah jam kerja kurang dari 35 jam dalam satu minggu pada tahun 2011. Angka tersebut meningkat menjadi 14,49 persen pada tahun 2012. Terkait dengan tingkat setengah pengangguran, ada hal yang penting untuk diperhatikan, yaitu metodologi dan waktu pelaksanaan survei. Tingkat pengangguran terbuka dan tingkat setengah pengangguran diperoleh dari Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) yang dilaksanakan pada Bulan Agustus dan menanyakan mengenai aktivitas responden dalam rentang waktu satu minggu yang lalu dihitung mundur dari hari pendataan. Oleh sebab itu, selain karena memang jam kerja yang rendah, angka setengah pengangguran bisa pula disebabkan karena pada saat pendataan, responden dalam kondisi cuti, sakit, atau mogok bekerja. Termasuk pula di dalam ini tenaga kerja keluarga yang bekerja membantu anggota rumah tangga lainnya secara paruh waktu, misalnya anak yang kegiatan utamnya bersekolah bekerja membantu orang tua berjualan setelah pulang dari sekolah, atau ibu rumah tangga yang kegiatan utamanya adalah mengurus rumah tangga membantu usaha suaminya di sela-sela kegiatan utamanaya. Tabel . 6.61
Tingkat pengangguran di Kota Bontang 2000-2012
No.
Variabel
2000
2001
2002
2003
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
10,82
5,80
11,52
11,45
140
1. 2.
Angka pengangguran Angka setengah menganggur
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan Lanjutan No. (1)
Variabel
2004
2005
2006
2007
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
24,43
23,91
-
15,21
2008
2009
2010
2011
1.
Angka pengangguran
2.
Angka setengah menganggur
No.
Variabel
(1)
(12)
(13)
(14)
(15)
(17)
1.
Angka pengangguran
8,22
5,49
17,10
2.
Angka setengah menganggur
12,44 10,71
No.
Variabel
2012
1.
Angka pengangguran
14,32
2.
Angka setengah menganggur
14,49
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Bontang, Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Timur (SAKERNAS), Data Diolah
C. Kompetitif/kemampuan bersaing Tenaga Kerja Jumlah penduduk yang besar akan menjadi modal pembangunan apabila penduduk yang masuk ke dalam pasar tenaga kerja (menjadi angkatan kerja) tersebut memiliki tingkat daya saing yang tinggi. Tingkat daya saing penduduk usia kerja dapat dilihat antara lain dari keterampilan dan tingkat pendidikannya. Makin tinggi tingkat keterampilan dan tingkat pendidikannya, dapat diasumsikan makin baik kualitas tenaga kerja yang tersedia, karena pada umumnya tingkat pendidikan berkorelasi positif dengan tingkat keterampilan dan kemampuan tenaga kerja. Sehingga pada gilirannya dapat mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat. Jumlah penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) di Kota Bontang selalu mengalami peningkatan yaitu dari 65.660 orang pada tahun 2000 menjadi sebanyak 145.852 orang pada tahun 2012. Penduduk usia kerja Kota Bontang didominasi oleh penduduk berpendidikan SLTA/sederajat yaitu sekitar 40 persen pada setiap tahunnya. Sedangkan penduduk usia kerja yang berpendidikan tertinggi setingkat perguruan tinggi juga mengalami kenaikan yang cukup berarti, yaitu dari sekitar 7,14 persen pada tahun 2000, meningkat menjadi sekitar 10 persen pada tahun 2009 dan kembali meningkat menjadi sekitar 10,96 persen pada tahun 2012. Hal itu menandakan bahwa kualitas calon pekerja di Kota Bontang mengalami peningkatan sehingga diharapkan pendidikan tertinggi yang ditamatkan diperlihatkan oleh Tabel 6.93 berikut ini.
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
141
akan lebih siap bersaing. Jumlah dan persentase penduduk usia kerja menurut
Bab 6 Analisis dan Pembahasan Tabel.6.62
No.
Tingkat Pendidikan
(1)
1.
Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Tingkat Pendidikan Yang ditamatkan di Kota Bontang 2000—2012
(2)
2.
Tidak Pernah Sekolah/ Tidak Tamat SD/Tamat SD SLTP
3.
SLTA
4.
Perguruan Tinggi TOTAL
No.
Tingkat Pendidikan
(1)
1.
(2)
2.
Tidak Pernah Sekolah/ Tidak Tamat SD/Tamat SD SLTP
3.
SLTA
4.
Perguruan Tinggi TOTAL
No.
Tingkat Pendidikan
(1)
1.
(2)
2.
Tidak Pernah Sekolah/ Tidak Tamat SD/Tamat SD SLTP
3.
SLTA
4.
Perguruan Tinggi TOTAL
No.
Tingkat Pendidikan
(1)
(2)
2.
Tidak Pernah Sekolah/ Tidak Tamat SD/Tamat SD SLTP
3.
SLTA
4.
Perguruan Tinggi TOTAL
(3)
(4)
18.962
19.092
19.221
28,88
28,30
27,76
14.529
15.919
17.308
22,13
23,60
24,99
27.484
26.996
26.507
41,86
40,02
38,28
4.685
5.451
6.216
65.660
67.458
8,08 100,00
8,98 100,00
2003
(5)
Persentase (%) 2000 2001 2002 (6)
(7)
7,14 69.252 100,00
Jumlah (Orang) 2004 2005
(9)
(10)
(11)
18.257
19.099
25.168
18.228
18.355
31.612
2003
(8)
Persentase (%) 2004 2005 (13)
(14)
24,77
25,22
31,02
17.461
24,73
24,24
21,52
31.903
29.942
42,89
42,13
36,90
5.608
6.375
8.573
7,61
8,42
10,57
73.705
75.732
81.144
100,00
100,00
100,00
Jumlah (Orang) 2006 2007 2008 (15)
(16)
21.237
(12)
Persentase (%) 2006 2007 2008
(17)
(18)
(19)
(20)
23.010
10.662
26,93
26,57
12,27
18.701
18.647
19.877
23,71
21,53
22,87
33.670
35.832
38.713
42,69
41.38
44,55
5.258
9.101
9.215
78.866
86.590
86.900
10,51 100,0
10,60 100,0
Jumlah (Orang) 2009 2010 2011 (21)
(22)
25.204
6,67 100,0
Persentase (%) 2009 2010 2011
(23)
(24)
(25)
(26)
21.959
21.578
28,32
22,99
22,01
19.164
19.502
20.333
21,53
20,42
20,74
35.744
40.863
44.149
40,16
42,78
45,02
8.898
13.192
11.998
89.010
95.516
98.058
10,00 100,0
13,81 100,0
12,24 100,0
142
1.
Jumlah (Orang) 2000 2001 2002
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan No.
Tingkat Pendidikan
(1)
(2)
1. 2. 3. 4.
Tidak Pernah Sekolah/ Tidak Tamat SD/Tamat SD SLTP SLTA Perguruan Tinggi TOTAL
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
2012
2012
(27)
(28)
36.422
24,97
31.865 61.577 15.989 145.852
21,85 42,22 10,96 100,00
Sumber : *) Badan Pusat Statistik Kota Bontang (susenas)
Sementara itu data dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Kalimantan Timur menunjukkan bahwa jumlah permintaan tenaga kerja dalam rentang waktu 2001 sampai 2013 didominasi oleh tenaga kerja berpendidikan SLTA/sederajat. Dari 2.124 permintaan tenaga kerja pada tahun 2012, sebanyak 1.392 merupakan permintaan terhadap tenaga kerja berpendidikan SLTA/sederajat atau sekitar 65,54 persen dari seluruh permintaan. Persentase ini meningkat menjadi 77,65 persen pada tahun 2013, yaitu sebanyak 1.348 permintaan tenaga kerja berpendidikan SLTA/sederajat dari 1.736 permintaan yang ada. Namun demikian, permintaan terhadap tenaga kerja berpendidikan setingkat perguruan tinggi, baik sarjana muda maupun sarjana juga mengalami peningkatan dalam dua tahun terakhir, yaitu dari sebesar 5,65 persen pada tahun 2012 menjadi 10,48 persen pada tahun 2013. Apabila dilihat dari jenis kelamin tenaga kerja yang dibutuhkan, tenaga kerja laki-laki masih sangat dominan. Namun yang menarik adalah bahwa persentase permintaan tenaga kerja berpendidikan setingkat perguruan tinggi lebih tinggi pada tenaga kerja perempuan. Pada tahun 2012 sebanyak 28,51 persen permintaan tenaga kerja perempuan adalah yang berpendidikan perguruan tinggi, sedangkan pada permintaan tenaga kerja laki-laki hanya sekitar 2,61 persen. Kondisi tersebut berlanjut pada tahun 2013 yaitu sebanyak 35 persen permintaan tenaga kerja perempuan adalah yang berpendidikan perguruan tinggi, sedangkan permintaan tenaga kerja laki-laki berpendidikan perguruan tinggi hanya sebesar 8,33 persen. Makin tingginya tingkat pendidikan tenaga kerja yang diinginkan mengharuskan penduduk usia kerja di Kota Bontang untuk meningkatkan pendidikan dan keterampilannya. Jika tidak, maka akan kalah bersaing dengan tenaga kerja dari daerah lain yang berusaha bersaing di dalam bursa tenaga kerja di kota ini.
143
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan Tabel 6.63
No.
Permintaan Tenaga Kerja Menurut Pendidikan
L
(2)
(3)
(1)
1. 2. 3. 4. 5. 6.
No.
Jumlah Permintaan Tenaga Kerja Menurut Tingkat Pendidikan di Kota Bontang 2000—2013
SD SLTP SLTA Sarjana Muda Sarjana Lainnya Jumlah
(5)
-
-
P
L+P
L
P
L+P
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
2 9 45 33 16 5 110
13 29 79 54 35 8 218
144 103 597 34 64 13 948
11 20 34 21 19 3 108
41 8 13 1 63
144 103 638 42 7 14 948
L
P
L+P
L
P
L+P
L
P
L+P
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
5. 6.
Sarjana Lainnya Jumlah Permintaan Tenaga Kerja Menurut Pendidikan
(1)
(2)
1. 2. 3. 4.
SD SLTP SLTA Sarjana Muda
5. 6.
Sarjana Lainnya Jumlah Permintaan Tenaga Kerja Menurut Pendidikan
(1)
(2)
1. 2. 3.
SD SLTP SLTA
4.
Sarjana Muda
144
(4)
-
L
(12)
SD SLTP SLTA Sarjana Muda
5. 6.
L+P
2002
(2)
1. 2. 3. 4.
No.
P
2001
Permintaan Tenaga Kerja Menurut Pendidikan
(1)
No.
2000
Sarjana Lainnya Jumlah
2003
2004
2005
187 316 536 43
8 50
187 316 544 93
210 50 487 48
84 25
210 50 571 73
27 14 1.123
48 23 129
75 37 1.252
85 33 913
65 5 179
150 38 1.092
2006 L
P
230 220
10
230 230
1 12 463
6 16
1 18 479
2007 L+P
L
L
P
(21)
(220
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
1.190 54 410
10
1.190 54 420
15 67 374
211
15 67 585
1 48 815
0 5 38
1 53 853
9 23 2 1.688
11 9 1 31
20 32 1 1.717
75 85 53 669
60 63 45 379
135 148 88 1.038
230 339 125 1.558
13 116 9 181
243 455 134 1.739
2009
P
2008 L+P
2010 L+P
L
P
L+P
2011
L
P
L
P
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
L+P (35)
(36)
(37)
L+P (38)
100 12 37
3 132
100 15 169
42 86 216
7 6 347
49 92 563
84 245 746
2 8 190
86 253 936
259
146
405
142
11
153
29 19 37 234
8 11 154
29 27 48 388
603
506
1.109
496 1.713
45 256
541 1.969
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan Permintaan Tenaga Kerja Menurut Pendidikan
No. (1)
(2)
1. 2. 3. 4. 5. 6.
SD SLTP SLTA Sarjana Muda Sarjana Lainnya Jumlah
2012
2013
L
P
L
P
(39)
(40)
L+P (41)
(42)
(43)
L+P (44)
283 329 1.214 26 23 1.875
178 27 44 249
283 329 1.392 53 67 2.124
61 139 1.263 70 63 1.596
6 85 21 28 140
61 145 1.348 91 91 1.736
Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Kalimantan Timur (Kalimantan Timur Dalam Angka) D. Kualitas Tenaga Kerja Terdapat beberapa indikator/parameter untuk mengukur kualitas tenaga kerja di antaranya adalah tingkat output yang dihasilkan, produktivitas tenaga kerja, dan
sektor
pekerjaan
yang
dijadikan
sandaran.
Menurut
sektornya,
suatu
pekerjaan/usaha dapat dikelompokkan menjadi sektor formal dan sektor informal. Sektor formal biasanya ditandai dengan kelengkapan administrasi dan persyaratanpersyaratan formal yang diatur oleh pemerintah melalui berbagai peraturan. Sebaliknya, sektor informal biasanya tidak memiliki kelengkapan administrasi seperti ijin usaha dan pencacatan keuangan. Sektor informal juga ditandai oleh jumlah tenaga kerja yang tidak banyak, modal yang tidak besar, teknologi yang digunakan masih sederhana, dan biasanya tidak memerlukan pendidikan formal di dalam menjalankan usahanya. Dalam rentang waktu 2001 sampai 2012, penduduk bekerja di Kota Bontang didominasi oleh penduduk yang bekerja di sektor formal, yaitu berkisar antara 66,76 persen sampai 79,04 persen. Sedangkan penduduk yang bekerja di sektor informal berkisar antara 20,96 persen sampai 33,24 persen. Sektor informal yang biasanya merupakan sektor riil merupakan sektor yang cukup resisten terhadap krisis karena pada umumnya kebergantungan sektor ini terhadap lembaga keuangan cukup rendah. Hal tersebut terlihat secara jelas pada saat Indonesia mengalami krisis keuangan di tahun 1998. Tabel.6.64 No. (1)
1. 2.
Penduduk bekerja menurut Sektor Formal dan Informal di Kota Bontang 2000—2012
Sektor (2)
2001
2002
%
Jumlah
%
Jumlah
%
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
25.218 10.884 36.102
69,85 30,15 100,00
28.355 8.403 36.758
77,14 22,86 100,00
-
-
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
145
Formal Informal TOTAL
2000 Jumlah
Bab 6 Analisis dan Pembahasan No.
Sektor
(1)
(2)
1. 2.
2003
Sektor
(1)
(2)
%
Jumlah
%
Jumlah
%
(9)
(10)
(11)
(12
(13)
(14)
27.994 13.067 41.061
68,18 31,82 100,00
26.479 11.295 37.773
70,10 29,90 100,00
31.814 11.170 42.984
74,01 25,99 100,00
2006
2007
Jumlah 1. 2.
Formal Informal TOTAL Sektor
(1)
(2)
1. 2.
Sektor
(1)
(2)
(16)
28.644 9.965 38.610
74,19 25,81 100,00
2008
Jumlah
%
Jumlah
%
(17)
(18)
(19)
(20)
25.157 12.523 37.680
66,76 33,24 100,00
34.438 9.135 43.573
79,04 20,96 100,00
2009
2010
2011
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
33.638 13.395 47.033
71,52 28,48 100,00
37.897 14.421 52.318
72,44 27,56 100,00
45.003 17.365 62.368
72,16 27,84 100,00
Formal Informal TOTAL
No.
1. 2.
%
(15)
No.
2005
Jumlah Formal Informal TOTAL
No.
2004
2012 Jumlah
%
(27)
(28)
45.943 19.726 65.669
69,96 30,04 100,00
Formal Informal TOTAL
Sumber : Sakernas, Badan Pusat Statistik Kota Bontang, Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Timur (SAKERNAS)
6.11.8.
Indikator-indikator untuk menilai Sosial, Politik dan Budaya:
1. Indikator Aktivitas Sosial 2. Indikator Pengaman Sosial 3. Indikator Partisipasi Pemuda 1. Aktivitas Sosial Sebagian besar penduduk Kota Bontang tahun 2013 beragama Islam yaitu mencapai 142.056 jiwa atau 87,4 persen, kemudian diikuti oleh pemeluk agama Kristen Protestan16.698 jiwa, Katolik 3.254 jiwa, Hindu 372 jiwa dan Budha123 jiwa.
146
Jumlah
sarana
ibadah
meningkat
setiap
tahunnya,
masjid/musholla/langgar yang pada tahun 2000 berjumlah 60 unit pada tahun 2013 meningkat menjadi 193 unit atau dalam kurun waktu 14 tahun mengalami
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan pertambahan sebanyak 133 unit atau 221,7 persen. Untuk gereja pada tahun 2000 berjumlah 27 unit pada tahun 2013 meningkat menjadi 57 unit atau selama periode tsb mengalami pertambahan sebanyak 30 unit atau 111,7 persen. Sementara untuk pura dan vihara tidak mengalami peningkatan selama periode yang sama. Lihat Tabel.6.104 berikut. Tabel.6.65 No. (10 1. 2. 3. 4.
Sarana Peribadatan di Kota Bontang 2000-2013 Sarana Ibadah
(2) Masjid/Musholla/ Langgar Gereja Kristen Protestan dan Kristen Katolik Pura Vihara Jumlah
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
(3) 60
(4) 92
(5) 94
(6) 111
(7) 113
(8) 132
(9) 132
(10) 143
27
18
27
34
34
39
39
43
1 88
1 111
1 122
1 146
1 148
1 172
1 172
1 187
Pertamb ahan 20002013 (Unit) (19) 133
Persent ase (%)
No.
Sarana Ibadah
2008
2009
2010
2011
2012
2013*)
(11)
(12)
(13) 94
(14) 146
(15) 147
(16) 176
(17) 193
(18)
Gereja Kristen Protestan dan Kristen Katolik Pura
44
39
52
53
53
30
117,7
1
1
1
1
1
0
0
Vihara Jumlah
140
186
200
230
239
142
289,62
1. 2. 3. 4.
Masjid/Musholla/ Langgar
(20) 222,2
Sumber : Kementerian Agama Kota Bontang *) Data sampai dengan bulan Juli
Dari segi potensi wisata di Kota Bontang memang belum tergarap dengan baik, walaupun sebenarnya obyek wisata tersebut dapat dijadikan salah satu instrumen sumber pendapatan daerah. Berbagai obyek wisata alam seperti pantai dan hutan telah menarik perhatian wisatawan domestik maupun asing yang datang berkunjung. Pada tahun 2013 sebanyak 15.800 wisatawan domestikyang telah berkunjung ke tempat wisata dimana 60,8persen mengunjungi objek wisata pantai dan 39,2persen telah mengunjungi obyek wisata hutan. Dengan
keberadaan obyek wisata tersebut para
wisatawan tidak perlu khawatir kesulitan untuk mendapatkan tempat menginap, karena telah tersedia fasilitas hotel yang memadai dan jumlahnyapun cukup memadai. Dalam waktu beberapa tahun (2000-2013) perkembangan jumlah hotel dan akomodasi meningkat menjadi 27 unit atau mengalami peningkatan sebesar 35 persen
147
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan Tabel.6.66 No
Potensi Wisata Alam di Kota Bontang2011 Jumlah Pengunjung (Orang) Jenis Objek Wisata 2010 2011 2012
(1)
(2)
1 Pantai 2 Pegunungan 3 Hutan Jumlah
2013*)
(3)
(4)
(5)
(6)
9.500
9.500
9.550
9.600
5.000 14.000
5.600 15.100
5.800 15.350
6.200 15.800
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bontang
*)Data s/d bulan Agustus Tabel.6.67 No. (1)
1.
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11. 12. 13.
No. (1)
1.
148
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11. 12. 13.
Sarana dan Prasarana Wisata di Kota Bontang 2000-2012
Saran dan Prasarana Wisata
2000
2001
2002
2003
2004
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
23 663 1.000
24 661 1.015
Akomodasi Hotel Jumlah Kamar Jumlah Tempat Tidur Taman Wisata Alam Event Budaya Peninggalan Sejarah dan Purbakala Museum Art Galeri Taman Budaya Desa Kerajinan Tradisional Taman Nasional Taman Hutan raya Taman Wisata Laut Taman Buru Hutan Manggrove
20 560 860
Saran dan Prasarana Wisata
2005
2006
2007
2008
2009
(2)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
28 815 1.077
28 748 1.097
28 748 1.097
25 727 1.124
Akomodasi Hotel Jumlah Kamar Jumlah Tempat Tidur Taman Wisata Alam Event Budaya Peninggalan Sejarah dan Purbakala Museum Art Galeri Taman Budaya Desa Kerajinan Tradisional Taman Nasional Taman Hutan raya Taman Wisata Laut Taman Buru Hutan Manggrove
26 695 1.019
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan
No. (1)
1.
Saran dan Prasarana Wisata (2)
Akomodasi Hotel Jumlah Kamar Jumlah Tempat Tidur Taman Wisata Alam Event Budaya Peninggalan Sejarah dan Purbakala Museum Art Galeri Taman Budaya Desa Kerajinan Tradisional Taman Nasional Taman Hutan raya Taman Wisata Laut Taman Buru Hutan Manggrove
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11. 12. 13.
2010
2011
(13)
(14)
26 643 944
27 671 968
2012
(15) 27 671 968 1 3 9
Perkembangan Pertamba han Persentase 2000(%) 2013 (Unit)
2013
(16)
(17)
912 1016 4 3 9
4 3
6 3
1 1 3
1 1 3
3 27
3
156 4 3 9 6 3 1 1 3 3 352 156
(18)
62,86 18,14
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bontang
1.
Pengaman Sosial Pengamanan sosial di daerah ini terutama pada banyaknya peristiwa
kejahatan relatif bervariasi setiap tahun karena angkanya tidak cenderung turun dan naik dalam arti di tahun tertentu angkanya naik dan tahun lainnya turun. Pada tahun 2005 jumlah kejahatan sebanyak 157 kali kemudian tahun 2006 jumlahnya naik menjadi 235 kali dan selanjutnya hingga tahun 2011 angkanya naik turun menjadi 309 kali, 96 kali, 64 kali, 185 kali dan 433 kali. Kejahatan yang paling dominan ada dua yaitu pencurian dengan pemberatan dan penipuan, di tahun 2011 jenis kejahatan penipuan dan pencurian meningkat.Tindak kejahatan di tahun 2012 mengalami penurunan menjadi 304 kali dengan kasus pencurian terbanyak yaitu sebesar 175 kasus; penipuan sebanyak 42 kasus dan penganiyayaan sebanyak 40 kasus.
149
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan Tabel 6.68
Banyaknya Peristiwa Kejahatan dan Pelanggaran di Kota BontangTahun 2005-2012
Jenis Kejahatan/ Pelanggaran (1)
I. Kejahatan Pembakaran Kebakaran Memalsukan Materai/Surat/Merk Perzinahan Perjudian Penculikan Pembunuhan Penganiayaan Pencurian Pemerasan Penggelapan Penipuan Merusak Penadahan Pemerkosaan I. Kejahatan Pembakaran Kebakaran Jumlah
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
1 4
1 4
9 1 14 91 3 12 18 1 6 2
157
0 1
1 14
4
5
8
1
3 16 0 0 54 192
1
1
1 14 434
4 304
20
128
7
32 83 13 24 39
1 34 94 10 10 19
1 19 50 1 2 7
1 8 26 2 9 6
20
1 11
9
1 7
3 2 0 0 28 91 5 16 27 5 4 0
1 65
0 1 187
235
309
96
35 92 18
10 1 1 40 175 1 28 42
Sumber : Polresta Kota Bontang
Tabel 6.69
Jumlah Tindak Kejahatan di Kota Bontang 2005-2011
No.
Uraian Tindak Kejahatan
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
1.
Jumlah Tindak Pidana Yang Dilaporkan Jumlah Tunggakan Perkara tindak Kejahatan Jumlah Tindak Pidana Yang Diselesaikan Persentase Penyelesaian Tindak Kejahatan
2. 3. 4.
145
296
391
127
119
1.268
141
159
205
96
92
561
Sumber data : Kantor Pengadilan Negeri Kota Bontang 3. Partisipasi Pemuda Salah satu komponen penting dalam perencanaan kebijakan pembangunan
150
adalah jumlah dan struktur demografi penduduk. Dari sisi perencanaan data jumlah dan struktur penduduk memberikan gambaran mengenai jumlah tenaga kerja yang tersedia yang dapat disertakan dalam proses pembangunan. Di sisi lain, perencanaan
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan output pembangunan membutuhkan tersedianya informasi jumlah dan struktur penduduk untuk menentukan jenis dan jumlah kelompok sasaran pembangunan. Sejalan dengan itu, data mengenai jumlah dan struktur demografis pemuda merupakan bahan dasar dalam merumuskan arah dan kebijakan pembangunan kepemudaan. Kondisi pemuda di Indonesia, dapat dilihat baik secara kuantitas maupun kualitas. Secara kuantitas, dapat dilihat melalui komposisi jumlah penduduk usia 15-35 tahun dengan berbagai karakteristiknya. Pada bagian ini akan dilihat gambaran mengenai struktur demografis pemuda dari beberapa karakteristik seperti jenis kelamin, umur, status perkawinan, dan hubungan dengan kepala rumah tangga, sedangkan kualitas pemuda dapat dilihat pada pendidikan, ketenagakerjaan dan kesehatan yang dibahas pada bab-bab berikutnya. 3.1. Jumlah Pemuda Generasi muda atau pemuda di Indonesia hingga saat ini masih merupakan bagian terbesar dari populasi penduduk Indonesia. Berdasarkan hasil Susenas 2012, jumlah penduduk Kota Bontang mencapai 105.286 jiwa. Dari jumlah tersebut, kelompok yang dikategorikan generasi muda atau yang berusia 15-34 tahun, diperkirakan berjumlah sekitar 52.591 jiwa atau 49,95 persen dari jumlah penduduk seluruhnya (Tabel 6.70). Hal ini menunjukkan bahwa penduduk Kota Bontang didominasi oleh golongan penduduk usia muda. Di sisi lain, persentase jumlah penduduk yang berumur kurang dari 15 tahun dan lebih dari 34 tahun masing-masing hanya sebesar 29,08 persen dan 34,17 persen. Mengingat jumlah pemuda yang relatif besar, merupakan potensi yang besar sebagai sumber daya manusia yang dapat diandalkan dalam pembangunan. Pemuda akan menempati posisi penting dan strategis, baik sebagai pelaku-pelaku pembangunan maupun sebagai generasi penerus untuk berkiprah di masa depan. Tabel. 6.70
Persentase Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010-2012 2010
2011
2012
Kelompok Umur
L
P
L+P
L
P
L+P
L
P
L+P
(1)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
15-24
24,70
26,12
25,37
22,71
24,19
23,43
24,52
26,17
25,30
25-34 35-44
28,18 23,12
30,53 24,67
29,29 23,85
27,63 23,65
32,13 24,18
29,83 23,91
23,53 24,01
25,90 25,98
24,64 24,94
45-54 55-59
17,04 3,02
13,39 2,56
15,32 2,81
18,58 3,33
13,64 2,90
16,16 3,12
19,56 4,61
15,49 2,81
17,65 3,76
3,92 100,00
2,71 100,00
3,35 100,00
4,07 100,00
2,93 100,00
3,51 100,00
3,75 100,00
3,60 100,00
3,68 100,00
60+ Jumlah
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
151
Sumber: Badan Pusat Statistik, Susenas 2010-2012
Bab 6 Analisis dan Pembahasan 3.2. Struktur Pemuda menurut Jenis Kelamin SDM merupakan faktor mendasar dan strategis bagi pembangunan suatu bangsa. SDM yang kuat dan berdaya saing tinggi di berbagai aspek akan mendukung peningkatan pembangunan di bidang ekonomi, sosial dan budaya. SDM merupakan faktor utama dan strategis bagi tercapainya keberhasilan pembangunan suatu bangsa. SDM yang kuat dan berdaya saing tinggi dalam berbagai aspek akan mendukung peningkatan pembangunan, baik di bidang ekonomi maupun di bidang sosial dan budaya. Untuk memenangkan dan menangkap peluang yang ada, maka pengembangan SDM merupakan suatu keniscayaan. Pengembangan SDM harus ditekankan pada penguasaan kompetensi yang fokus pada suatu bidang tertentu yang pada gilirannya akan mampu berdaya saing di tingkat nasional maupun internasional. Untuk mewujudkan SDM seperti yang dicita-citakan tersebut diperlukan kerja keras karena akan menghadapi berbagai kendala dan tantangan yang berat. Untuk tercapainya pemberdayaan SDM yang berkualitas, perlu pendidikan yang menyeluruh terhadap pemuda. Karena pemuda merupakan populasi terbesar dari penduduk suatu wilayah. Yang dikelompokkan dalam pemuda adalah penduduk yang berumur 15 – 34 tahun. Dari perkembangan pemuda di Kota Bontang dari tahun 2010-2012 terlihat bahwa jumlah laki-laki lebih dominan dibanding jumlah perempuan. Pada tahun 2012 tercatat laki-laki berjumlah 55.806 orang, sedangkan
152
perempuan berjumlah 49.480 orang.
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan
6.12. Analisis Pertanian 1.Padi Palawija Sebagai makanan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia, adalah wajar jika pemerintah Indonesia fokus terhadap komoditi tanaman padi. Demikian halnya dengan kota Bontang. Meski tergolong sebagai kota industri hilir, Bontang tidak mau ketinggalan dalam peran sertanya untuk mewujudkan ketahanan pangan melalui produksi padinya.
Grafik 6.22
Luas Panen Padi, Kacang Tanah, Ubi Kayu, Ubi Jalar dan Jagung Bontang Tahun 2012
Luas Panen Kacang Tanah 7,04% Jagung 4,23% Ubi Jalar 9,86%
Ubi Kayu 8,45%
Padi 70,42%
Di antara kelompok tanaman padi dan palawija, padi memiliki persentase luas panen paling besar pada tahun ini. Komoditas padi memiliki persentase luas panen lebih dari separuh dari total luas panen padi palawija, yaitu sebesar 70,42%. Sementara urutan kedua hanya sebesar 9,86% diduduki oleh komoditas ubi jalar. Berkebalikan dengan padi, kacang tanah dan jagung memiliki luas panen paling sedikit diantara komoditas padi-palawija yaitu sebesar 7,04% dan 4,23%.
153
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan Tabel 6.71 Luas Panen dan Produksi Padi Bontang Tahun 2010 - 2011 Uraian
Satuan
Jan-April
Mei-Agust
Sep - Des
Jan-Des
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Tahun 2011 Luas Panen Produksi Tahun 2012 Luas panen Produksi Persentase perubahan(%) Luas panen Produksi
Hektar
70
4
1
75
Ton
229
13
3
245
Hektar
4
44
2
50
Ton
13
145
7
165
Hektar
-
-
-
(33,33)
Ton
-
-
-
(32,65)
Namun demikian, meski masih memegang rekor sebagai tanaman dengan luas panen terbesar, produksi padi di bontang pada tahun 2012 mengalami penurunan produksi jika dibandingkan produksi tahun 2011. Penurunan produksi padi ini yaitu sebesar 80 ton, sebagai makanan pokok hal ini cukup menjadi perhatian pemerintah daerah Kota Bontang. Hal lain yang cukup menarik adalah periode masa panen di tahun 2012 mengalami pergeseran jika dibandingkan tahun sebelumnya. Jika di tahun 2011 seluruh panen dilakukan pada subround pertama yaitu antara bulan Januari-April, maka di tahun 2011 ini sebagian besar panen dilakukan pada sub round kedua, yaitu antara bulan Mei-Agustus. Jika padi bisa memegang rekor sebagai tanaman dengan luas panen paling besar, hal ini sebanding dengan luas tanam nya. Padi memegang hampir 55% dari total luas tanam tanaman padi-palawija. Sementara, jagung memiliki persentase sebesar 22%
154
dari kelima komoditas padi-palawija yang ada di Bontang.
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan Grafik 6.23 Luas Tanam Padi, Kacang Tanah, Ubi Kayu, Ubi Jalar dan Jagung Bontang Tahun 2012 Luas Tanam Kacang Tanah 3,409% Ubi Jalar 7,955% Ubi Kayu 6,818%
Padi 54,545%
Jagung 27,273%
Gambar 6.23 menunjukan bahwa luas panen jagung jauh lebih kecil dari luas tanamnya. Sementara, luas panen padi jauh lebih besar daripada luas tanamnya. Meski sekilas terlihat mirip, namun kedua perbandingan luas panen dan luas tanam merupakan fenomena yang berbeda. Perbedaan luas tanam dan luas panen pada tanaman padi ini dijelaskan oleh periode masa tanam, dimana banyak tanaman yang dipanen tahun ini sebenarnya telah ditanam pada tahun sebelumnya. Ini signifikan dengan tabel 6.71 yang menunjukan bahwa sebagian besar panen dilakukan di antara bulan januari dan april.
Grafik 6.24 Luas Tanam dan luas Panen padi, kacang Tanah, Ubi kayu, Ubi Jalar dan jagung Bontang Tahun 2012 60 50
48
50
40 30
24
20 10
3
6
6
7
7
3
5
0
Padi
Jagung
Ubi Kayu Luas Tanam
Ubi Jalar
Kacang Tanah
Luas Panen
lebih disebabkan karena sebagian besar tanaman jagung dipanen muda. Perbandingan
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
155
Sementara itu, kecilnya luas panen jagung dibandingkan dengan luas tanamnya
Bab 6 Analisis dan Pembahasan panen tua dan panen muda bisa dilihat pada Gambar 6.24. Dari ketiga subround (periode) komoditas jagung, sub round pertama dan ketiga memiliki luas panen muda yang berbeda drastis dibandingkan dengan luas panennya. Pada sub round 1 luas panen muda pada komoditas jagung yaitu sebesar 20 hektar dan pada sub round ke tiga memiliki luas panen muda muda sebesar 9 hektar. Hanya pada subround kedua komoditas jagung memiliki selisih yang sedikit antara luas panen dan luas panen mudanya.
Grafik 6.25 Perbandingan Luas Panen dan Luas Panen Muda Jagung Berdasarkan Sub Round 15
16 14 12 9
10 7
8
Luas Panen Luas Panen Muda
6 4 2
1
2 0
0 Sub I
Sub II
Sub III
Selain jagung, kacang tanah adalah komoditas yang memiliki luas panen lebih kecil daripada luas tanamnya. Jika kecilnya luas panen jagung dikarenakan banyak tanaman jagung yang dipanen muda, lain halnya dengan kacang tanah. Kacang tanah baru mulai ditanam dibontang pada tahun 2010, sehingga pada tahun 2012 ada peningkatan hasil panen yang berasal dari penanaman tahun sebelumnya. Produksi ubi kayu pada tahun 2012 mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jika pada tahun lalu Bontang bisa memproduksi sebesar 244 ton, tahun 2012 turun menjadi 119 ton. Penurunan produksi ubi kayu disebabkan karena berkurangnya luas panen sebagai akibat menurunnya luas tanam ubi kayu di tahun 2012
156
ini.
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan Tabel 6.72 Luas panen dan Produksi Ubi Kayu Bontang Tahun 2011-2012 Uraian
Satuan
Jan-April
Mei-Agust
Sep-Des
Jan-Des
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Tahun 2011 Luas Panen Produksi Tahun 2012 Luas panen Produksi
Hektar
3
9
1
13
Ton
56
169
19
244
Hektar
3
0
3
6
59,5
0
59,5
119
Hektar
-
-
-
(53,85)
Ton
-
-
-
(51,23)
Ton
Persentase perubahan(%) Luas panen Produksi
Komoditas ubi jalar pada tahun 2012 terjadi penurunan baik produksi maupun luas panen nya. Pada tahun 2012 luas panen ubi jalar mencapai 7 hektar cenderung menurun sebesar 52,99 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan produksinya pada tahun 2012 mengalami penurunan 56,25 persen dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 63 ton.
Tabel 6.73 Luas panen dan Produksi Ubi Jalar Bontang Tahun 2010-2012 Uraian
Satuan
Jan-April
Mei-Agust
Sep-Des
Jan-Des
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Tahun 2011 Luas Panen Produksi Tahun 2012 Luas panen Produksi Persentase perubahan(%) Luas panen Produksi
Hektar
9
3
4
16
Ton
76
25
34
134
Hektar
2
2
3
7
Ton
18
18
27
63
-
-
-
(56,25)
(76,31)
(28)
(20,59)
(52,99)
Hektar Ton
Produksi ubi jalar bervariasi untuk masing-masing subround. Produksi tertinggi ada pada subround ketiga, yaitu sebesar 27 ton. Ini berbeda dengan kondisi sebesar 76 ton. Bervariasinya produksi dan luas panen ubi jalar untuk masing-masing
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
157
tahun sebelumnya dimana produksi tertinggi justru ada pada subround pertama, yaitu
Bab 6 Analisis dan Pembahasan subround mengakibatkan persentase perubahan masing-masing subround memiliki angka yang berkebalikan. Pada subround pertama, yaitu bulan januari-april, produksi ubi jalar turun 76%. Sebaliknya pada subround terakhir produksi padi turun sebesar 20,59 %.
Perikanan Analisis pola konsumsi sangat berperan penting dalam menggambarkan taraf hidup masyarakat. Data pola konsumsi dapat dijadikan acuan dalam memprediksi indikator-indikator kesejahteraan penduduk seperti status kesehatan penduduk, gizi, ataupun kemiskinan penduduk. Pola konsumsi juga merupakan masalah perilaku penduduk yang berkaitan erat dengan kondisi sosial-ekonomi, budaya, dan lingkungan, sehingga analisis pola konsumsi dapat memberikan gambaran tingkat kesejahteraan penduduk yang berkaitan dengan keadaan sumber daya manusia yang merupakan modal dasardalam pertumbuhan ekonomi negara. Berdasarkan hal tersebut, maka kajian tingkat kesejahteraan tidak terlepas dari bagaimana faktor-faktor dari karakteristik tersebut di atas mempengaruhi perilaku dan pola komsumsi dari masyarakat. Penentuan pola konsumsi pangan pokok rumah tangga didasarkan pada sumbangan energi dari setiap komoditas pangan pokok terhadap total energi pangan pokok. Kriteria yang digunakan seperti berikut : pola pangan pokok beras apabila sumbangan energi dari beras lebih besar dari 90 persen, sedangkan pola pangan pokok beras + komoditas lain bila masing-masing komoditas lain menyumbang lebih dari 5 persen. Keanekaragaman konsumsi pangan menjadi salah satu pilar utama untuk mewujudkan ketahanan pangan dan dalam upaya peningkatan, pemanfaatan dan penyediaan pangan.
Diversifikasi konsumsi ini diharapkan menuju ke arah yang
semakin beragam dalam memenuhi kebutuhan pangan. Keragaman ini jugalah yang menentukan status gizi serta perbaikan gizi untuk mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pencapaian ragam diversifikasi konsumsi pangan ini dapat diukur dengan Pola Pangan Harapan (PPH), sehingga akan diketahui tingkat diversifikasi pangan di daerah tersebut. Kompleksitas masalah pola konsumsi pangan baik meliputi gizi buruk atau rendahnya kualitas gizi pangan dapat menyebabkan terjadinya kelaparan dan busung lapar. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh pola pangan tunggal dan ketergantungan akan beras yang tinggi. Berdasarkan hal tersebut, maka pola dan kuantitas tingkat konsumsi pangan (energi dan protein) pada masyarakat perlu mendapat perhatian.
158
Dalam hal konsumsi pangan, permasalahan yang dihadapi tidak hanya mencakup keseimbangan komposisi, namun juga masih belum terpenuhinya kecukupan gizi. Selama ini sebagian besar kasus di berbagai daerah di Indonesia, pangan yang
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan tersedia baru mencukupi dari segi jumlah dan belum memenuhi keseimbangan yang sesuai dengan norma gizi. Seiring dengan semangat otonomi daerah, maka kebijakan di bidang ketahanan pangan melalui pendekatan Pola Pangan Harapan dalam rangka perencanaan kebutuhan konsumsi dan penyediaan pangan yang berbasis sumber daya pangan lokal. Tabel 6.74 Persentase Kontribusi Konsumsi Kelompok Makanan terhadap Total Energi dan Protein Tahun 2012
Jenis Energi
Satuan
Jumlah
AKG
%AKG
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Kalori
Kal
Protein
gram
1713,30
2200
77,88
57,20
50
114,40
Berdasarkan hasil penghitungan kuantitas konsumsi pangan rumah tangga Kota Bontang,
Angka Kecukupan Energi (AKE) dan Angka Kecukupan Protein (AKP) Kota
Bontang berada pada angka yang cukup tinggi. Angka Kecukupan Energi (AKE) di Kota Bontang adalah sebesar 1713,30 kkal/kapita/hari, yaitu sebesar 77,88 persen dari Angka Kecukupan Energi ideal. Sementara, Angka Kecukupan Protein (AKP) Kota Bontang adalah 57,20 gram/kapita/hari, yaitu 114,40 persen dari Angka Kecukupan Protein ideal. Kedua angka ini mengindikasikan bahwa kuantitas dan kualitas konsumsi pangan di Kota Bontang sudah memenuhi standar normatif yang diharapkan. Bahkan kecukupan protein di Bontang sudah melebihi standar yang telah ditetapkan. Potensi perikanan laut Kota Bontang mungkin merupakan jawaban dari tingginya Angka Kecukupan Protein di wilayah ini.
159
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan Tabel 6.75 Rata-Rata Konsumsi Energi dan Protein Menurut Kelompok Makanan di Kota Bontang Tahun 2012 No
Kelompok Makanan
(1) 1
(2) Padi-padian
Konsumsi Energi (Kal) (3) 679,75
Protein (gram) (4) 15,96
2
Umbi-umbian
15,19
0,15
3
Pangan hewani
242,60
22,46
4
Minyak & lemak
211,89
0,18
5
Buah/biji berminyak
28,42
1,05
6
Kacang-kacangan
43,90
4,13
7
Gula
135,56
1,30
8
Sayur & buah
67,52
2,05
9
Lain-lain
288,49
9,92
1.713,30
57,20
Jumlah
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa beras masih menjadi menjadi pangan pokok bagi masyarakat Kota Bontang. Dari 1713,30 konsumsi energi masyarakat Kota Bontang, 679,75 kalori-nya disumbang oleh padi-padian atau beras. Hal ini tidak berbeda dengan kondisi hampir di semua daerah di Indonesia. Hal ini sudah menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia yang menjadikan nasi sebagai bahan makanan pokok. Namun hal yang membedakan Bontang dengan sebagian wilayah lain di Indonesia adalah jenis pangan yang menjadi pokok kedua. Jika di kebanyakan daerah lain di Indonesia, umbi- umbian, jagung, pisang dan sagu merupakan jenis pangan yang menduduki urutan pokok kedua, di Kota Bontang pangan hewani merupakan makanan yang menjadi pokok kedua, yaitu sebesar 242,60 kalori.
160
Tabel 6.76 Persentase Kontribusi Konsumsi Kelompok Makanan terhadap Total Energi dan Protein Tahun 2012 No
Kelompok Makanan
(1) 1
(2) Padi-padian
Konsumsi Energi (%) (3) 39,67
Protein (%) (4) 27,91
2
Umbi-umbian
0,89
0,27
3
Pangan hewani
14,16
39,27
4
Minyak & lemak
12,37
0,31
5
Buah/biji berminyak
1,66
1,83
6
Kacang-kacangan
2,56
7,21
7
Gula
7,91
2,28
8
Sayur & buah
3,94
3,58
9
Lain-lain
16,84 100
17,34 100
Jumlah
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 6 Analisis dan Pembahasan Separuh lebih wilayah Botang adalah laut. Ini membuat Bontang menjadi daerah potensi penghasil berbagai jenis ikan laut yang besar. Disamping untuk memenuhi kebutuhan sendiri, beberapa hasil perikanan Kota Bontang ini juga dikirim untuk memenuhi kebutuhan perikanan di beberapa wilayah di sekitar Botang. Di negara maju, sudah banyak orang yang mengubah pola konsumsi pangan hewaninya, dari red meat (daging-dagingan) ke white meat (ikan-ikanan). Ikan dipercaya lebih menyehatkan daripada makan daging. Kebiasaan masyarakat Bontang dalam mengkonsumsi ikan, harusnya dapat menjadi contoh wilayah lain di Indonesia. Dimana di sebagian besar wilayah di Indonesia, tingkat partisipasi konsumsi daging masih tinggi dan cenderung meningkat, apalagi untuk daging ayam. Konsumsi daging sapi masih rendah karena harga daging relatif mahal sehingga tidak semua lapisan masyarakat mampu membelinya. Ada jugadaerah yang justru masyarakatnya cenderung meninggalkan ikan dan menyenangi daging yang bahan baku pakan ternaknya masih diimpor. Kecenderungan ini perlu mendapat perhatiandari semua pihak terutama dari pemerintah. Orientasi kebijakan ekspor ikan untuk memperoleh devisa jangan sampai menyebabkan harga ikan domestik menjadi mahal, sehingga sulit dijangkau oleh masyarakat luas. Padahal peranan ikan dalam peningkatan kualitas sumberdaya sangat erat, karena asam amino yang diperlukan untuk kecerdasan pada ikan lebih lengkap dan juga efek sampingnya lebih sedikit. Mengkonsumsi ikan dapat terhindar dari penyakit jantung dan penyakit degeneratif lainnya. Tabel 6.77 Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Menurut Kelompok Bahan Makanan Tahun 2012 No
Kelompok Makanan
Bobot
(1)
(2)
(3)
% terhadap Total Energi (4)
Skor PPH
Skor Maksimal (6)
(5)
1
Padi-padian
0,50
39,67
19,84
25
2
Umbi-umbian
0,50
0,89
0,44
2,5
3
Pangan hewani
2,00
14,16
28,32
24
4
Minyak & lemak
0,50
12,37
6,18
5
5
Buah/biji berminyak
0,50
1,66
0,83
1
6
Kacang-kacangan
2,00
2,56
5,12
10
7
Gula
0,50
7,91
3,96
2,5
8
Sayur & buah
5,00
3,94
19,70
30
9
Lain-lain
0,00
16,84
-
0
100
84,40
100
Tabel 4. Menunjukan skor pola pangan harapan yang diraih oleh Kota Bontang. Dari skor maksimal 100 persen, skor Pola Pangan Harapan Kota Bontang ada pada angka Kota Bontang yang berada di atas skor maksimal PPH, yaitu pangan hewani, minyak dan
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
161
84,40 persen. Angka ini terbilang cukup tinggi. Ada tiga kelompok makanan masyarakat
Bab 6 Analisis dan Pembahasan lemak, serta gula. Sementara kelompok yang lain ada dibawah skor maksimal. Skor padipadian sendiri adalah 19,84 persen, sementara skor maksimal untuk padi-padian adalah
162
25 persen.
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 7 Kesimpulan
BAB VII KESIMPULAN 1. Dengan perekonomian Kaltim yang tumbuh sebesar 18,6 triliun rupiah atau sebesar 22,04 persen ternyata telah mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Kota Bontang sebesar 5,37 triliun rupiah. Namun disaat yang bersamaan pertumbuhan Bontang turun 4,4 triliun 2. Sektor industri pengolahan sejak berdirinya Kota Bontang selalu memberikan kontribusi yang dominan khususnya industri pengolahan gas alam, dan ada kecenderungan selalu meningkat hingga tahun 2008. Namun mulai tahun 2009 industri pengolahan mulai mengalami penurunan seiring dengan menurunnya suplai produksi gas alam dari Muara Badak – Kabupaten Kutai Kertanegara. 3. Sektor yang kontribusinya terbesar kedua adalah bangunan dan konstruksi. Peran sektor Industri pengolahan dalam struktur perekonomian Bontang sejak tahun 2000 sampai 2012 selalu menjadi yang terbesar. Pada tahun 2000 peran sektor ini sebesar 96,23 %, tahun 2009 sebesar 95,37 %, tahun 2010 94,98 %, tahun 2011 95,09 %, dan tahun 2012 sebesar 95,07 persen. 4. Pada tahun 2012, meskipun pertumbuhan ekonomi Kota Bontang dengan migas masih negatif, tetapi jika dibandingkan dengan tahun 2011 perekonomian Kota Bontang mengalami sedikit kenaikan yaitu sekitar 1,2 persen. Pertumbuhan positif terjadi jika unsur migas diabaikan. Pada tahun 2012 perekonomian Kota Bontang tanpa migas tumbuh sebesar 7,18 persen, walaupun angka ini mengalami penurunan 0.11 persen dari tahun sebelumnya. 5. Berdasarkan hasil analisis LQ Kota Bontang dibandingkan dengan Provinsi Kalimantan Timur, sektor Industri Pengolahan di Kota Bontang memiliki kemampuan atau daya saing yang jauh lebih tinggi dibanding sektor yang sama di tingkat Provinsi Kalimantan Timur jika dilihat pada rentang tahun 2007 - 2012. 6. Nilai LQ sebesar 3,94 berarti bahwa proporsi penciptaan nilai tambah sektor Industri Pengolahan di Kota Bontang 3,94 kali lebih besar dari pada proporsi penciptaan nilai tambah sektor yang sama di Provinsi Kalimantan Timur. 7. Hasil analisis Shift-share menunjukkan bahwa selama tahun 2007-2012, nilai PDRB sektoral Kota Bontang telah mengalami perubahan atau perkembangan. Nilai PDRB tersebut tumbuh menurun sebesar 4,86 triliun rupiah atau sebesar 19,91 persen. menghasilkan output sebesar 1 juta satuan diperlukan input atau investasi sebesar 2,84 juta satuan.
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
163
8. ICOR Kota Bontang tahun 2012 sebesar 2,84 yang dapat diartikan bahwa untuk
Bab 7 Kesimpulan 9. Nilai ICOR Kota Bontang tahun 2012 merupakan hasil penghitungan dengan menggunakan waktu lag 0 dan asumsi investasi selama 5 tahunan kurun waktu 2008-2012, dimana perhitungan ICOR menggunakan data PDRB menurut harga berlaku tahun 2008-2012 10. Sejak tahun 2010 ICOR Kota Bontang mengalami peningkatan efisiensi dalam hal investasi. 11. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir indeks ketimpangan Williamson tingkat provinsi mengalami penurunan rata-rata 0,95 yang memiliki arti bahwa ketimpangan dalam tingkat pendapatan perkapita antar kabupaten/kota seKalimantan Timur berlahan mulai mengalami pemerataan, walaupun cukup lambat. 12. Dari jumlah angkatan kerja yang ada di Kota Bontang pada tahun 2013, mereka yang bekerja mencapai 92,05 persen atau meningkat 7,43 persen dari tahun sebelumnya. Hal sebaliknya terlihat dari angka pengangguran. Jika pada tahun 2012 angka pengangguran berada di posisi 14,32 persen, maka pada tahun 2013 angka telah turun menjadi 7,95 persen. 13. Pada tahun 2013 terjadi peningkatan persentase pekerja di sektor pertanian dan sektor konstruksi/bangunan, sementara di sektor pertambangan dan jasa-jasa justru mengalami penurunanan. Keempat sektor ini, masing-masing menyerap tenaga kerja lebih dari sepuluh persen. Total tenaga kerja yang diserap oleh keempat sektor tersebut mencapai 79,32 persen. Sementara itu dari total 100 persen penduduk
laki-laki yang berusia 15 tahun ke atas yang bekerja, ada
sebanyak 20,74 persen yang bekerja di sektor pertanian, sedangkan tenaga kerja perempuan hanya 1,42 persen yang terserap di sektor ini. 14. Pertambahan penduduk Kota Bontang diiringi oleh pertambahan jumlah angkatan kerja. Berdasarkan jenis kelaminnya, pertambahan angkatan kerja laki-laki lebih tinggi dari pertambahan angkatan kerja perempuan. 15. Dependency Ratio (DR) Kota Bontang tahun 2012 tercatat 49,59 yang artinya bahwa terdapat sekitar 49-50 orang usia non produktif yang ditanggung oleh 100 orang usia produktif, atau bisa dikatakan setiap 2 orang usia produktif menanggung 1 orang usia non produktif. 16. Lapangan usaha perdagangan, hotel, dan restoran, dan lapangan usaha jasa-jasa merupakan lapangan usaha yang menyerap tenaga kerja terbanyak di Kota Bontang. 17. Tingkat pengangguran terbuka (TPT) Kota Bontang masih cukup tinggi yang lebih banyak dipengaruhi oleh arus migrasi tenaga kerja yang mencari kerja di Kota
164
Bontang. TPT Kota Bontang pada tahun 2012 adalah sebesar 14,32 persen. 18. Tenaga kerja Kota Bontang didominasi oleh tenaga kerja dengan tingkat pendidikan tertinggi setingkat SLTA. Jumlah tenaga kerja dengan berpendidikan setingkat perguruan tinggi juga mengalami peningkatan dalam sepuluh tahun terakhir.
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 7 Kesimpulan 19. Tenaga kerja Kota Bontang yang bekerja di sektor informal masih jauh lebih sedikit apabila dibandingkan dengan tenaga kerja di sektor formal. 20. Meskipun Kota Bontang sendiri tidak memiliki lapangan usaha sektor pertambangan dan penggalian pasir. Lapangan usaha sektor pertambangan sendiri dimiliki oleh wilayah Kabupaten di sekitar Kota Bontang. Sedangkan para pekerjanya banyak menetap dan tinggal sebagai penduduk Kota Bontang, kota terdekat dengan fasilitas yang cukup layak. Sektor ini menyerap 8,86 persen tenaga kerja di Kota Bontang. 21. Selama periode 2000-2013 secara rata-rata pembangunan manusia di Kota Bontang mengalami peningkatan dengan status pembangunan manusia yakni pada tingkat status menengah atas, status yang
sama
dengan
tahun
sebelumnya, namun dalam nilai yang lebih tinggi yaitu 78,26 persen. 22. Pada tahun 2013 seluruh komponen IPM mengalami kenaikan, angka harapan hidup meningkat 0,18 poin dari tahun sebelumnya. Sedangkan untuk komponen angka melek huruf mengalami kenaikan sebesar 0,02 poin. Begitupun dengan rata-rata lama sekolah naik 0,09 poin dan pengeluaran riil perkapita keduanya mengalami peningkatan sebesar 2.910 rupiah. 23. Peningkatan angka harapan hidup di Kota Bontang kesehatan peranan
menunjukkan
taraf
penduduk Kota Bontang semakin baik. Peningkatan tidak lepas dari Pemerintah yang memberikan program jaminan kesehatan daerah,
melengkapi program jamkesmas dan sekarang ini ada lagi program jaminana kesehatan provinsi dan juga kesadaran masyarakat untuk memeriksakan kesehatannya secara dini. 24. Dalam bidang ekonomi, juga terjadi peningkatan pendapatan penduduk yang berdampak pada peningkatan kesejahteraannya. Hal ini dapat dilihat dari kenaikan
rata-rata pengeluaran riil perkapita. Pada tahun 2010 rata-rata
pengeluaran riil perkapita sebesar 633.430 rupiah meningkat menjadi 642.790 rupiah di tahun 2013. 25. Secara keseluruhan Indeks Pembangunan Manusia Kota Bontang Tahun 2013 adalah sebesar 78,26 jauh diatas angka capian provinsi Kalimantan Timur yang mencapai 76,73 persen di tahun 2012 lalu. 26. Angka Melek Huruf Kota Bontang cukup tinggi, mencapai 99,22 persen pada tahun 2012 dan selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya. Angka ini berarti dari jumlah penduduk Kota Bontang berusia 15 tahun ke atas 99,24 persen tidak lagi buta huruf. Angka ini juga menunjukan bahwa setiap 100 orang penduduk usia 15 tahun keatas di Kota Bontang, kurang dari 1 persen saja yang buta huruf. Angka ini memang cukup memuaskan dan telah mencapai angka ideal yaitu di Pemerintah Kota Bontang yang membebaskan biaya spp dari tingkat sekolah dasar hingga tingkat SLTA. Sedangkan rata-rata lama sekotah
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Kota Bontang
165
atas 95 persen (target nasional). Hal tsb juga dapat terwujud berkat kebijakan
Bab 7 Kesimpulan adalah sebesar 10,49 tahun, atau rata-rata telah mencapai jenjang
Sekolah
Lanjutan Tingkat Atas selama 1 tahun lebih 5 bulan lebih (setara kelas sebelas SLTA). 27. Nilai APK pada tingkat SD/sederajat pada tahun 2012 adalah 102,49 persen, atau dapat dikatakan bahwa jumlah penduduk yang sedang bersekolah di jenjang pendidikan SD/sederajat tanpa melihat usianya melebihi 100 persen apabila dibandingkan tahu. dengan jumlah penduduk berusia 7-12, hal ini kemungkinan disebabkan karena terdapat beberapa anak yang terlalu cepat mendaftar, atau terlambat mendaftar ataupun mengulang kelas. 28. Nilai APK pada tingkat SLTP/sederajat merupakan yang tertinggi yaitu 104,53 persen , sedangkan APK SLTA/sederajat adalah 89,55 persen dan APK pada jenjang Perguruan Tinggi yang paling rendah yaitu 8,29 persen. Nilai APM untuk masingmasing jenjang pendidikan lebih rendah dibanding dengan nilai APK yaitu, 91,74 persen, 77,17 persen 70, 03 persen dan 4,92 persen masing-masing SD/sederajat, SLTP/sederajat, SLTA/sederajat dan Perguruan tinggi. Sedangkan Nilai APS untuk masing-masing jenjang pendidikan adalah 98,45 persen untuk SD/sederajat, 99,20 persen untuk SLTP/sederajat, 75,09 persen untuk SLTA/sederajat dan 8,72 persen APS untuk Perguruan tinggi. 29. Rasio murid – guru SD Negeri pada tahun 2012 sekitar 25 murid per guru sedangkan SD swasta sekitar 16 murid per guru, rasio murid – guru SLTP Negeri sekitar 14 murid per guru sedangkan SLTP swasta sekitar 15 murid per guru, dan SLTA sekitar 12 murid per guru. 30. Untuk Sarana pendidikan pada tahun 2012, Kota Bontang sudah memiliki 59 unit Sekolah Dasar baik Negeri maupun swasta, 34 unit SLTP negeri dan swasta serta memiliki 21 unit SLTA negeri dan swasta. Dengan jumlah tenaga pengajar 1.081, 586 dan 1.292 orang masing masing untuk tenaga pengajar di SD, SLTP dan SLTA. 31. Sarana Kesehatan yang ada di Kota Bontang terdiri dari rumah sakit berjumlah 5 unit, puskesmas berjumlah 6 unit, dan balai pengobatan berjumlah 4 unit. Sedangkan jumlah toko obat dan Apotek masing-masing berjumlah 32 dan 17 unit. Sementara untuk Tenaga kesehatan, Kota Bontang memiliki 136 dokter (86 dokter umum, 25 dokter gigi, dan 25 dokter spesialis) dan memiliki 496 tenaga perawat. 32. Dari data aparatur Negara (Pegawai Negeri Sipil/PNS) yang ada di Kota Bontang pada tahun 2012 terdapat sebanyak 3.113 orang.
Apabila dirinci berdasarkan
golongan PNS terdapat PNS Golongan I sebanyak 87 Orang, golongan II sebanyak 1.119 orang, golongan III sebanyak 1.433 dan golongan IV sebanyak 474 orang. Apabila di rinci berdasarkan jabatan, terdapat 506 orang menduduki jabatan
166
struktural dan sisanya sebagai fungsional.
Apabila dirinci berdasarkan eselon,
terdapat 30 Orang PNS Eselon II, 111 orang Eselon III dan 365 orang Eselon IV. 33. Belanja Pemerintah Kota Bontang didominasi oleh belanja operasi yaitu sekitar 67,45 persen dari keseluruhan belanja Pemerintah Kota Bontang pada tahun 2012.
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
Bab 7 Kesimpulan 34. Belanja Modal mengalami peningkatan sebesar 54,07 persen pada tahun 2012 dan utamanya ditujukan untuk membiayai belanja jalan, irigasi, dan jaringan. 35. Kota Bontang memliki rentang kendali desa yang cukup stabil karena akses yang cukup mudah dari seluruh wilayah Kota Bontang ke Pusat Pemerintahan. 36. Era keterbukaan informasi juga sudah meluas di kalangan masyarakat Kota Bontang yang ditandai dengan makin meningkatnya penggunaan perangkat komunikasi seperti telepon dan komputer. Telepon genggam dan komputer jinjing merupakan perangkat yang lebih disukai, terlihat dari tingginya jumlah rumah tangga yang menggunakan perangkat tersebut. 37. Jumlah pelanggan air bersih yang dikelola oleh PDAM adalah 16.357 sambungan baik rumah tangga maupun non rumah tangga dengan jumlah air yang disalurkan adalah 3.183.861 m3 selama tahun 2012. 38. Analisis
pertanian
di
Kota
Bontang
menunjukkan
perkembangan
yang
menggembirakan. Produksi padi selama tahun 2012 di Kota Bontang mencapai 165 Ton GKG atau sekitar 105,4 Ton beras karena konversi GKG ke beras adalah 63,90 persen. 39. Padi memegang rekor sebagai tanaman dengan luas panen paling besar, hal ini sebanding dengan luas tanam nya. Padi memegang hampir 55% dari total luas tanam tanaman padi-palawija. Sementara itu, kecilnya luas panen jagung dibandingkan dengan luas tanamnya lebih disebabkan karena sebagian besar tanaman jagung dipanen muda. Dari ketiga subround (periode) komoditas jagung, sub round pertama dan ketiga memiliki luas panen muda yang berbeda drastis dibandingkan dengan luas panennya. Lain halnya dengan kacang tanah. Kacang tanah baru mulai ditanam dibontang pada tahun 2010, sehingga pada tahun 2012 ada peningkatan hasil panen yang berasal dari penanaman tahun sebelumnya. Produksi ubi kayu pada tahun 2012 mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jika pada tahun lalu Bontang bisa memproduksi sebesar 244 ton, tahun 2012 turun menjadi 119 ton. Penurunan produksi ubi kayu disebabkan karena berkurangnya luas panen sebagai akibat menurunnya luas tanam ubi kayu di tahun 2012. 40. Keanekaragaman konsumsi pangan menjadi salah satu pilar utama untuk mewujudkan ketahanan pangan dan dalam upaya peningkatan, pemanfaatan dan penyediaan pangan. Diversifikasi konsumsi ini diharapkan menuju ke arah yang semakin beragam dalam memenuhi kebutuhan pangan. Keragaman ini jugalah yang menentukan status gizi serta perbaikan gizi untuk mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pencapaian ragam diversifikasi konsumsi pangan ini dapat diukur dengan Pola Pangan Harapan (PPH), sehingga akan diketahui tingkat 41. Hasil penghitungan kuantitas konsumsi pangan rumah tangga Kota Bontang, Angka Kecukupan Energi (AKE) dan Angka Kecukupan Protein (AKP) Kota Bontang
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
167
diversifikasi pangan di daerah itu.
Bab 7 Kesimpulan berada pada angka yang cukup tinggi. Angka Kecukupan Energi (AKE) di Kota Bontang adalah sebesar 1713,30 kkal/kapita/hari, yaitu sebesar 77,88 persen dari Angka Kecukupan Energi ideal. Sementara, Angka Kecukupan Protein (AKP) Kota Bontang adalah 57,20 gram/kapita/hari, yaitu 114,40 persen dari Angka Kecukupan Protein ideal. Kedua angka ini mengindikasikan bahwa kuantitas dan kualitas konsumsi pangan di Kota Bontang sudah memenuhi standar normatif yang diharapkan. Bahkan kecukupan protein di Bontang sudah melebihi standar yang telah ditetapkan. Potensi perikanan laut Kota Bontang mungkin merupakan jawaban dari tingginya Angka Kecukupan Protein di wilayah ini. 42. Beras masih menjadi menjadi pangan pokok bagi masyarakat Kota Bontang. Dari 1713,30 konsumsi energi masyarakat Kota Bontang, 679,75 kalori-nya disumbang oleh padi-padian atau beras. Hal ini tidak berbeda dengan kondisi hampir di semua daerah di Indonesia. Namun hal yang membedakan Bontang dengan sebagian wilayah lain di Indonesia adalah jenis pangan yang menjadi pokok kedua. Di Kota Bontang pangan hewani merupakan makanan yang menjadi pokok kedua, yaitu sebesar 242,60 kalori. Separuh lebih wilayah Botang adalah laut. Ini membuat Bontang menjadi daerah potensi penghasil berbagai jenis ikan laut yang besar. Disamping untuk memenuhi kebutuhan sendiri, beberapa hasil perikanan Kota Bontang ini juga dikirim untuk memenuhi kebutuhan perikanan di beberapa
168
wilayah di sekitar Bontang.
Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang
LAMPIRAN TABEL DI BUKU II