SIKAP MAHASISWA TERHADAP PERILAKU MEROKOK DI POLITEKNIK KESEHATAN MAJAPAHIT MOJOKERTO Yuke Andika Mei Syah 1212010050 Subject : Perilaku, Merokok, Sikap, Mahasiswa
DESCRIPTION Mahasiswa disebut sebagai change agents atau kaum intelektual yang dapat berpikir secara logis seperti halnya mahasiswa keperawatan yang merupakan seseorang yang sedang sedang belajar tentang keperawatan atau kesehatan disebuah institusi pendidikan. Namun menurut penelitian, ada banyak mahasiswa di seluruh Indonesia yang menggunakan rokok untuk penguat, penenang, dan penghibur di saat mereka menghadapi masalah yang kalut. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sikap mahasiswa terhadap perilaku merokok di Poltekkes Majapahit Mojokerto. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Variabel dalam penelitian ini adalah sikap. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester 6 di poltekkes majapahit mojokerto. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik total sampling, Lokasi dan waktu penelitian yaitu di Poltekkes Majapahit Mojokerto pada tanggal 27 – 28 juli 2015. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Penyajian data menggunakan tabel distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan sikap mahasiswa terhadap perilaku merokok adalah baik sejumlah 15 orang (57,70 %), dan yang tidak baik sejumlah 11 orang (42,30 %). Sikap yang baik ditunjukkan dengan individu yang mampu berespon terhadap stimulus yang ada. Respon yang muncul adalah respon yang menuju arah positif yaitu sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki. Banyak hal yang mempengaruhi sikap seseorang, teman sebaya adalah pengaruh terbesar dalam mempengaruhi sikap seseorang. Seseorang yang memiliki sikap baik belum tentu memiliki perilaku yang baik. Semua bergantung pada individu itu sendiri dan faktor yang mempengaruhi perilaku merokok. Sikap yang baik hendaknya dipertahankan supaya tidak berubah menjadi sikap kurang baik. Peneliti menyarankan untuk mahasiswa mampu mempertahankan sikap yang baik, terutama pada mahasiswa yang sudah memiliki sikap baik terhadap perilaku merokok. Abstract University students are called as change agents or intellectual group who can think logically such as nursing student who is someone studying about nursing or health care in the education institution. However, according to research, many university students in Indonesia use cigarette to make them stronger, calmer, and as a means of entertainment whenever they have problem. The purpose of this research was to know how university student attitude about smoking behavior particularly at Poltekkes Majapahit Mojokerto.
The design of this research is descriptive research. The variable of this research was attitude. Population of this research was semester 6 students at Poltekkes Majapahit Mojokerto. The sampling method of this research is total sampling. This research was conducted from 27 until 28 july 2015 at Poltekkes Majapahit Mojokerto. Data collection used questionnaire. Data was presented by using frequency table data. The result suggests that university students attitude about smoking behavior are good (15 people or 57.70%), not too good (11 people or 42,30%). Good attitude is showed by individual who give positive response about correct stimulus. Positive response is the one which is appropriate with their knowledge. Many things can influence someone’s attitude. Peer group is the biggest influence in someone’s attitude. Someone with good attitude can’t be assured that he also has good behavior. All depends on individual and factors that influence smoking behavior. A good attitude should be kept so that it will not change into bad attitude. Researcher suggests that university students keep their good attitude, especially university student with good attitude about smoking behavior. Keyword : smoking behavior, cigarette, university student attitude Contributor Date Type material Permanen link Right Summary
: 1. Eka Diah K,Skm.,M.Kes 2. Sunyoto, S. Kep. Ns : 30 Juli 2015 : Laporan Penelitian : : Open Document :
Latar Belakang Perilaku merokok merupakan kebiasaan buruk yang merugikan dan membahayakan kesehatan diri sendiri dan orang lain yang berada di dekatnya. Saat ini kelompok umur perokok pun bervariatif dan bukan menjadi dominasi kaum pria saja (astuti,2010). Fakta yang terjadi saat ini menunjukkan bahwa kebiasaan merokok telah menjadi trend di kalangan remaja. Bahkan kecenderungan usia mulai merokok yang semakin muda (Anonim, 2014). Rokok mengandung 4000 zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan, seperti nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat karsinogenik, bahkan juga formalin. Dampak jangka pendek yang dapat timbul akibat merokok adalah batuk-batuk, mudah lelah, nafas pendek, serta kurangnya kemampuan mencium bau dan mengecap rasa. Sedangkan dampak jangka panjang yang dapat terjadi adalah kanker (bibir, lidah, kerongkongan dan paru-paru), gangguan pernafasan, TBC, jantung, hipertensi, osteoporosis, gangguan ginjal, gangguan kesuburan, kulit keriput dan lain-lain (Promkes, 2012). Kebiasaan merokok di kalangan remaja memiliki dampak negatif yang lebih berbahaya jika dibandingkan dengan perokok secara umum, karena dapat membuat individu mengalami bahaya yang lebih besar seperti bahaya narkotika terutama ganja (Anggraini, 2013).
Studi di 16 negara yang meliputi penduduk sebanyak tiga milyar jiwa, menemukan 48,6 persen total penduduk pria dan 11,3 persen penduduk perempuan, mengkonsumsi tembakau. Terutama di negara-negara ekonomi lemah anak perempuan yang merokok dalam usia dini makin meningkat dan seringkali pada usia yang sama dibanding dengan anak laki-laki (Admin, 2012). Di Indonesia didapatkan 70% remaja memiliki kesan positif terhadap ikian rokok, 50% remaja merasa lebih percaya diri sebagaimana yang dicitrakan dalam ikian rokok dan 37% perokok merasa keren seperti citra yang dibangun dalam ikian dan percaya merokok akan memiliki banyak teman (Susanto, 2014). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menyatakan bahwa perilaku merokok penduduk 15 tahun keatas masih belum terjadi penurunan dan dari 2007 ke 2013, cenderung mengalami peningkatan yakni 34,2% di tahun 2007 menjadi 36,3% tahun 2013). Enam puluh empat koma Sembilan persen laki-laki dan 2,1% perempuan masih menghisap rokok tahun 2013. Ditemukan 1,4% perokok umur 10-14 tahun, 9,9% perokok pada kelompok tidak bekerja, dan 32,3% pada kelompok kuintil indeks kepemilikan terendah. Di Provinsi Jawa Timur perilaku kebiasaan merokok pada tahun 2013 didapatkan sebanyak 23,9% perilaku kebiasan merokok setiap hari, 5,0% perilaku kebiasaan merokok kadang-kadang (Riskesdas, 2013). Hasil studi pendahuluan melalui penyebaran kuesioner pada 5 mahasiswa didapatkan hasil bahwa 5 mahasiswa memiliki sikap baik (2 mahasiswa) dan sikap kurang baik (3 mahasiswa). Perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya perilaku merokok selain disebabkan faktor-faktor dari dalam diri, juga disebabkan faktor lingkungan. Perilaku seseorang termasuk perilaku merokok dipengaruhi oleh faktor pendahulu (predisposing), yang meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, tradisi nilai, faktor pemungkin (enabling) atau pendorong (reinforcing) yang meliputi sikap dan perilaku orang disekitarnya (Amelia, 2009). Disamping itu, banyak alasan yang melatarbelakangi remaja merokok yaitu kurangnya pengetahuan secara mendalam akan akibat merokok, melihat dan mengikuti kebiasaan di lingkungannya (misalnya orang tua, teman, guru), identitas diri, menyangkut rasa kedewasaan dan harga diri, terpengaruh oleh iklan-iklan rokok, memperoleh rasa tenang ketika merokok, serta merokok sudah lumrah bagi manusia (Anggraini, 2013). Mahasiswa disebut sebagai agent of change atau kaum intelektual yang dapat berpikir secara logis seperti halnya mahasiswa keperawatan adalah seseorang yang sedang menjalankan studi atau sedang belajar tentang keperawatan atau kesehatan disebuah institusi pendidikan. Namun ironisnya alasan untuk merokok masih tetap dipertahankan oleh mahasiswa keperawatan itu sendiri. Kebiasaan merokok di kalangan mahasiswa bukanlah hal yang biasa lagi. Menurut penelitian, ada banyak mahasiswa di seluruh Indonesia yang menggunakan rokok untuk penguat, penenang, dan penghibur di saat mereka menghadapi masalah yang kalut (Amir, 2011). Upaya untuk mencegah perilaku kebiasaan merokok pada kalangan remaja khususnya mahasiswa atau masyarakat umum yaitu dengan melakukan kampanye “anti rokok” dapat dijadikan contoh dalam melakukan upaya pencegahan dalam merokok, karena ternyata program tersebut membawa hasil yang menggembirakan. Kampanye anti merokok ini dilakukan dengan cara membuat berbagai poster, film dan diskusi-diskusi tentang berbagai aspek yang berhubungan dengan merokok. Lahan yang digunakan untuk kampanye ini adalah
sekolah-sekolah, televisi atau radio. Disamping hal tersebut mahasiswa keperawatan diharapkan dapat memotivasi diri untuk berhenti atau tidak mencoba untuk merokok, akan membuat mereka mampu untuk tidak terpengaruh oleh godaan merokok yang datang dan teman, media massa atau kebiasaan keluarga atau orang tua (Suparyanto, 2014). Berdasarkan permasalahan diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ sikap mahasiswa terhadap perilaku merokok di Politeknik Kesehatan Majapahit Mojokerto” METODELOGI PENELITIAN Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif. Variabel independent dalam penelitian ini adalah sikap. Populasi adalah seluruh mahasiswa di Politeknik Kesehatan Majapahit Mojokerto tahun 2015 sejumlah 26 mahasiswa semester 6. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa sejumlah 26 mahasiswa semester 6. Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah total sampling. yaitu teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan jumlah populasi. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan angket yaitu peneliti memberikan kuesioner. Teknik analisa data Analisis univariat adalah analisis statistik yang memperhitungkan faktor atau variabel tunggal. Hasil penelitian dan pembahasan Hasil penelitian menunjukkan sikap mahasiswa terhadap perilaku merokok adalah baik sejumlah 15 orang (57,70 %), dan yang tidak baik sejumlah 11 orang (42,30 %). Hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden mampu memiliki sikap positif terhadap perilaku merokok, meskipun rentang dengan sikap yang tidak baik tidak terlalu besar. Menurut penelitian faktor yang mempengaruhi sikap tentang merokok meliputi faktor kepribadian, faktor pengaruh teman, faktor orang tua, dan faktor iklan. Faktor lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung dan akan mempengaruhi perubahan sikap seseorang, karena sikap dipengaruhi oleh komponen afektif dan kognitif, komponen afektif selalu berhubungan dengan komponen kognitif. Sikap dapat berubah-ubah karena sikap dapat dipelajari dan sikap dapat berubah pada orang bila terdapat pada keadaan tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu berubah. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa berhubungan terhadap suatu objek yang dapat dipelajari dan sikap dapat berkaitan dengan satu objek. Menurut Notoatmodjo (2010) sikap merupakan respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik dan sebagainya). Berdasarkan usia, sebagian besar responden berusia 20-25 tahun sebanyak 24 orang (92,32 %). Hal ini menunjukkan responden menunjukkan sikap yang sesuai dengan usia mereka yang memasuki usia yang bukan lagi remaja, melainkan tergolong dewasa muda (elderly adulhood). Sikap biasa saja menunjukkan bahwa mahasiswa itu kurang berespon pada stimulus yang ada. Merokok merupakan stimulus eksternal yang sudah seharusnya menjadikan individu itu berespon. Karena nikotin yang terdapat dalam rokok
dapat membuat efek kecanduan dan pemicu stress. Hasil penelitian menunjukkan sikap mahasiswa bila ada yang merokok di sekitarnya, sebagian besar bersikap biasa saja sejumlah 65,38 %. Sedangkan sikap mahasiswa yang merasa terganggu akibat asap rokok sejumlah 50 %. Hasil ini menunjukkan separuh dari mereka mampu berespon positif yaitu merasa terganggu. Tapi sebagian lagi tidak merasa terganggu karena memilih tidak perduli dengan stimulus yang ada. Sikap biasa saja dapat dikatakan bahwa tidak berespon terhadap stimulus yang ada. Jika mahasiswa sudah bersikap biasa saja bahkan tidak merasa terganggu oleh asap rokok, maka mahasiswa mudah terpengaruh. Sehingga kemungkinan mahasiswa menjadi perokok sangat besar dan dapat merugikan dirinya sendiri. Sebagian besar mahasiswa bersikap menolak dan mengatakan dirinya tidak merokok bila ada yang menawari rokok sejumlah 53.84%. Hasil ini menunjukkan bahwa sebagiann besar mahasiswa mampu bersikap selektif, tapi masih separuh lagi yang belum mampu bersikap selektif sesuai dengan pengetahuan mereka. Menurut Bimo Walgito (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2003), pembentukan dan perubahan sikap akan ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Sikap menolak dan mengatakan bahwa dirinya tidak merokok dipengaruhi oleh faktor internal yaitu cara individu menanggapi dunia luar dengan selektif. Gerakan anti rokok di kampus merupakan salah satu upaya pencegahan dan pengurangan kebiasaan merokok dalam dunia pendidikan. Maka dari itu, sudah seharusnya gerakan ini memperoleh respon positif dari seluruh warga kampus. Hasil penelitian sikap mendukung dengan senang hati bila ada gerakan anti rokok di kampus sejumlah 84.61%. Sikap menolak bila ada gerakan anti rokok di kampus sejumlah 38.46%. Sikap cuek saja bila ada gerakan anti rokok di kampus sejumlah 61.53%. Hasil ini menunjukkan sebagaian besar mahasiswa mampu bersikap baik dengan mendukung adanya gerakan anti rokok dibandingkan dengan menolak. Tapi masih banyak pula yang hanya bersikap cuek saja atau tidak berespon. Hasil mendukung pernyataan bahwa kini mahasiswa lebih banyak bersikap apatis. Seharusnya mahasiswa yang banyak berperan dalam berbagai hal. Atau disebut sebagai agen of change. Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa dimulai pada domain kognitif, dalam arti subyek atau terlebih dahulu terhadap stimulasi yang berupa materi atau objek di luarnya, sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada subyek yang diketahui itu. akhirnya rangsangan yakni objek yang telah diketahui dan disadari sepenuhnya tersebut akan menimbulkan respon lebih jauh lagi, yaitu berupa tindakan (action) terhadap atau sehubungan dengan stimulasi atau objek tadi. Faktor faktor yang mempengaruhi seseorang untuk merokok menurut Suparyanto (2012) ada 5 yaitu pengaruh orang lain, tekanan kelompok sebaya, keinginan untuk menyesuaikan diri, kedewasaan, dan keinginan untuk mencoba. Hasil penelitian tokoh yang dapat memberikan pengaruh perilaku merokok menunjukkan orang tua sebanyak 50%. Hasil ini mendukung hasil penelitian Komasari (2000) yang mengatakan keluarga perokok sangat berperan terhadap perilaku merokok anak-anaknya dibandingkan keluarga non-perokok. Dalam hal ini menurut pandangan social cognitive learning theory, merokok bukan semata-mata proses belajar pengamatan anak terhadap orang tua atau saudaranya tetapi adanya pengukuh positif dari orang tua dan konsekuensi-
konsekuensi merokok dirasakan menyenangkan remaja. Guru sebanyak 38,46%. Guru sebagai orang tua kedua di sekolah yang memberi banyak pengaruh terhadap perilaku individu. Mulai dari cara bersosialisasi antar individu sampai pembentukan karakter individu tersebut. Pengukuh positif lain diterima dari teman sebaya. Teman sebanyak 84,1%. Hasil penelitian ini memperkuat penelitian yang dilakukan oleh Komasari (2000) bahwa lingkungan teman sebaya memberikan sumbangan efektif sebesar 33,04 %. Lingkungan teman sebaya mempunyai arti yang sangat penting bagi remaja. Kebutuhan untuk diterima dan usaha untuk menghindari penolakan kelompok teman sebaya merupakan kebutuhan yang sangat penting. Remaja tidak ingin dirinya ditolak dan menghindari sebutan “banci” atau “pengecut”. Merokok bagi remaja juga merupakan simbolisasi, simbol atas kekuasaan, kejantanan, dan kedewasaan (Brigham, 1991). dan artis idola 19,23%. Artis idola mempengaruhi melalui media massa. Hasil ini menunjukkan bahwa artis idola tidak banyak memberikan pengaruh. Seperti teori mengatakan pengaruh media masa tidaklah sebesar pengaruh interaksi individual secara langsung, namun dalam proses pembentukan dan perubahan sikap (Suparyanto, 2012). Sikap mahasiswa seharusnya sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki. Penelitian yang dilakukan oleh pradana (2014) sebagian besar mahasiswa menunjukkan pengetahuan baik sejumlah 81,3%, tapi sebagian besar sikap mereka mendukung adanya perilaku merokok. Sikap yang baik belum tentu individu memiliki perilaku yang baik pula. Semua bergantung pada individu itu sendiri dan faktor yang mempengaruhi perilaku merokok. Sikap yang baik hendaknya dipertahankan sehingga tidak berubah menjadi sikap kurang baik. Simpulan Dari penelitian secara univariat menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa mempunyai sikap baik terhadap perilaku merokok di Poltekkes Majapahit Mojokerto. Rekomendasi Bagi Tempat Yang Diteliti a. Memasang poster mengenai bahaya merokok bagi kesehatan tubuh di lingkungan kampus. b. Membuat / menyusun peraturan di kampus yang melarang kebiasaan merokok di kawasan Poltekkes Majapahit Mojokerto. Bagi Perokok a. Mencari kegiatan positif seperti olahraga untuk mengalihkan keinginan untuk merokok. b. Mencoba mengikuti kegiatan UKM yang ada di kampus agar perasaan ingin merokok teralihkan.
Bagi Peneliti selanjutnya Adanya penelitian selanjutnya dengan menggunakan variabel yang lain, misalnya dalam segi kognitif dan psikomotorik. Alamat Corespondensi
: Asrama Korem 082 Jl. Gajahmada No. 4 Mojokerto.
Alamat e-Mail
:
[email protected]
No Hp
: 081252540724