Hubungan Antara Sikap Terhadap Kesehatan Dengan Perilaku Merokok Di Sma Negeri 1 Pleret Bantul Maya Aryani Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan JL. Kapas 9, Semaki Yogyakarta Telp (0274) 563515, 511829
[email protected] Abstrak Tujuan penelitian ini mengungkap hubungan antara sikap terhadap kesehatan dengan perilaku merokok. Responden penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1 Pleret Bantul Kelas XI (N=45). Para partisipan mengisi 2 skala yaitu skala sikap terhadap kesehatan dan skala perilaku merokok. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara sikap terhadap kesehatan dengan perilaku merokok (r = -0,045). Dan sikap terhadap kesehatan memberikan sumbangan efektif sebesar 2%. Kata kunci: sikap terhadap kesehatan, perilaku merokok. Abstact The purpose of this study reveal the relationship between attitudes toward health with smoking behavior. The respondents of this study were high school students Pleret Bantul School 1 of class XI (N = 45). The participants filled two scales are scales attitudes towards health and smoking behavior scale. These results indicate that there is no relationship between attitudes toward health with smoking behavior (r = -0.045). And attitudes toward health the effective contributed of 2%. Keyword: attitude to health, smoking behavior
Pendahuluan Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Masa remaja sering dilukiskan sebagai masa badai dan topan karna, pada masa ini remaja terus berkembang dengan pemahaman mereka sendiri. Tanpa memperdulikan lingkungan disekitarnya, kecuali teman sebaya. Pada umumnya remaja lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman sebaya, dari pada orang tua atau anggota keluarga lainnya sehingga sering menimbulkan kekhawatiran pada orang tua. Pada masa transisi, kemungkinan besar remaja akan mengalami banyak masalah, salah satunya adalah krisis identitas. Ketidakjelasan jatidiri sering kali membuat remaja bingung untuk menempatkan posisi mereka dimana. Remaja belum bisa disebut dewasa karena belum matang dari segi emosi, sosial dan pikiran akan tetapi tidak bisa disebut anak-anak karena secara fisik
mereka sudah sama dengan manusia dewasa. Krisis identitas yang dialami oleh remaja ditandai dengan kecenderungan munculnya perilaku menyimpang misalnya perilaku merokok. Perilaku merokok merupakan suatu kegiatan yang banyak dilakukan oleh banyak orang dan menjadi trend khususnya dikalangan remaja akan tetapi dapat berakibat buruk bagi kesehatan. Seperti yang dikatakan oleh Ray (dalam Kurniawan, 2002) mengatakan bahwa perilaku merokok adalah perilaku yang membahayakan kesehatan baik bagi perokok sendiri maupun orang lain dan berakibat buruk bagi kesehatan seperti : kanker paru-paru, bronkitis kronik, Jantung koroner, Hipertensi. Pada dasarnya remaja sudah mengetahui akibat buruk dari rokok, namun remaja tidak pernah perduli, karena remaja telah memiliki tujuan tertentu antara lain: ingin terlihat lebih gagah dan lebih dewasa, ingin memperoleh kenimatan, ingin menyesuaikan diri dengan lingkungan supaya terlihat lebih modern dan dianggap gaul. Selain itu ada beberapa faktor yang melatarbelakangi perilaku merokok pada remaja, salah satunya adalah sikap terhadap kesehatan. Menurut Azwar (dalam Suyono, 2008) sikap adalah suatu bentuk reaksi perasaan seseorang terhadap sesuatu objek, baik perasaan mendukung (favorebel) atau tidak mendukung (unfavorebel), memihak atau tidak memihak, suka atau tidak suka sehingga menimbulkan pengaruh tertentu terhadap perilaku seseorang. Selain itu menurut Sarwono (2000) sikap merupakan hal yang sangat penting berkaitan dengan perilaku merokok, karena pada hakekatnya sikap akan menentukan seseorang berperilaku terhadap sesuatu objek baik yang disadari atau tidak disadari. Berdasarkan pengertian sikap yang diungkap oleh beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa adanya erat antara hubungan sikap dengan perilaku. Karna pada dasarnya sikap akan menentukan seseorang berperilaku terhadap suatu objek. Dengan adanya hubungan sikap dan perilaku muncul sikap terhadap kesehatan yang berfungsi untuk mencegah perilaku merokok. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, karena didalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Menurut WHO (dalam Smet, 1994) kesehatan adalah suatu keadaan sehat utuh secara fisik, mental (rohani) dan sosial. Sikap terhadap kesehatan adalah suatu bentuk reaksi perasaan seseorang terhadap sesuatu objek, baik perasaan mendukung (favorebel) atau tidak mendukung (unfavorebel), memihak atau tidak memihak, suka atau tidak suka sehingga menimbulkan pengaruh tertentu terhadap perilaku seseorang dan pada akhirnya seseorang tersebut merasa sejahtera secara fisik, mental, rohani dan sosial. Akan tetapi sikap seseorang terhadap objek tidak selalu sama apalagi dalam bidang kesehatan. Misalnya seseorang individu memilki sikap positif terhadap kesehatan maka individu tersebut akan lebih memperhatikan kondisi kesehatannya, dengan cara menghindari perilaku yang berakibat buruk terhadap kesehatan seperti menjaga pola hidup sehat dengan tidak merokok. Sebaliknya seseorang indiviu yang mempunyai perilaku yang buruk terhadap kesehatan, maka
sikap mereka terhadap kesehatan cenderung negatif. Oleh karna itu, dengan adanya sikap terhadap kesehatan diharapkan dapat mencegah perilaku merokok.
Telaah Teori 1. Perilaku Merokok a. Definisi Pada kehidupan sehari-hari manusia selalu melakukan aktivitas, kemudian aktivitas tersebut menciptakan suatu perilaku yang dapat diamati melalui panca indera. Sarwono (2000) mendefinisikan perilaku sebagai sesuatu yang dilakukan oleh individu satu dengan yang lain dan sesuatu itu bersifat nyata. Sedangkan merokok merupakan suatu aktivitas atau kegiatan yang dilakukan oleh banyak orang. Perilaku merokok merupakan salah satu salah satu kebiasaan yang dapat merugikan kesehatan. Seperti yang dikatakan oleh Ray (dalam Kurniawan, 2002) perilaku merokok adalah perilaku yang membahayakan kesehatan baik bagi perokok sendiri maupun orang lain yang kebetulan menghisap asap rokok tersebut, namun kenyataannya dari hari ke hari semakin banyak orang yang merokok dan semakin bertambah muda (Komalasari & Helmi, 2000). Menurut Aula (2010) perilaku merokok merupakan suatu fonomena yang muncul dalam masyarakat, dimana sebagian besar masyarakat sudah mengetahui dampak negatif merokok, namun bersikeras menghalalkan tindakan merokok. Menurut Sitepoe (2005) perilaku merokok adalah suatu perilaku yang melibatkan proses membakar tembakau yang kemudian dihisap asapnya, baik menggunakan rokok ataupun pipa. Menurut Levy (1984) perilaku merokok adalah suatu yang dilakukan seseorang berupa mambakar dan menghisapnya serta dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya. Berdasarkan beberapa definisi yang telah dikemukakan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian perilaku merokok adalah suatu kegiatan atau aktivitas membakar rokok dan kemudian menghisapnya dan menghembuskannya kembali dan dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya. b. Aspek-aspek perilaku merokok Menurut Komalasari dan Helmi (2000) aspek-aspek yang dari perilaku merokok terdiri dari : 1) Fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari Adalah seberapa penting atau bermakna aktivitas merokok bagi individu dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya dengan menjadikan rokok sebagai penghibur saat beraktivitas. 2) Intensitas merokok. Adalah seberapa sering individu melakukan aktivitas yang berhubungan dengan perilaku merokok seperti menghisap, merasakan dan menikmatinya. Seseorang yang merokok dalam jumlah yang banyak
seperti 24 batang perhari hal itu menunjukan perilaku merokok sangat tinggi. 3) Tempat merokok Adalah individu akan melakukan kegiatan merokok dimana saja, bahkan diruangan yang dilarang untuk merokok atau tempat-tempat dimana individu biasa melakukan aktivitas merokoknya seperti sekolah, kampus, mol, toilet dan lain sebagainya. 4) Waktu merokok Adalah kapan atau momen-momen apa saja individu melakukan aktivitas merokok tidak pandang waktu bisa pagi, siang, sore dan malam hari. Berdasarkan aspek-aspek diatas dapat diambil kesimpuan bahwa aspekaspek perilaku merokok terdiri dari : fungsi merokok dalam kehidupan seharihari. intensitas merokok, tempat merokok dan waktu merokok. c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Menurut Komalasari dan Helmi (2000) ada tiga faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja : 1) Kepuasan Psikologis Kepuasan psikologis adalah akibat atau efek yang diperoleh dari merokok yang berupa keyakinan atau perasaan yang menyenangkan, yang dirasakan oleh individu. 2) Sikap permisif orang tua terhadap perilaku merokok pada remaja Sikap permisif orang tua terhadap perilaku merokok pada remaja adalah penerimaan dari keluarga terhadap perilaku merokok. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek maka semakin besar kemungkinan pengaruh keluarga terhadap pembentukan merokok.. 3) Pengaruh teman sebaya Lingkungan teman sebaya adalah sejauh mana individu mempunyai teman atau kelompok teman sebaya yang merokok dan mempunyai penerimaan positif terhadap perilaku merokok. Menurut Sarafino (1994) faktor-fakor yang mempengaruhi perilaku merokok ada tiga yaitu : 1) Faktor Sosial Faktor terbesar dari kebiasaan merokok adalah faktor sosial atau lingkungan. Telah diketahui bahwa karakter seseorang banyak dibentuk oleh lingkungan sekitar baik keluarga, tetangga, maupun teman pergaulan. 2) Faktor Paikologis Beberapa alasan psikologis yang menyebabkan seseorang merokok, yaitu demi relaksasi atau ketenangan serta mengurangi kecemasan atau ketegangan. 3) Faktor Genetik Faktor genetik dapat menjadikan seseorang tergantung pada rokok. Faktor genetik atau biologis ini dipengaruhi juga ileh faktor-faktor lain seperti faktor sosial dan psikologis.
Dalam Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengarui perilaku merokok pada remaja yaitu kepuasan psikologis, sifat permisif orang tua dan pengaruh teman sebaya. Pendapat Komalasari dan Helmi (2000) dianggap lebih relevan dengan penelitian ini sehingga bisa mempengararuhi tinggi rendahnya perilaku merokok.
d. Tahapan Perilaku Merokok Menurut Leventhal dan Cleary (dalam Komalasari dan Helmi 2000) ada empat tahap perilaku merokok : 1. Tahap pengenalan terhadap rokok (preparatory) Tahap ini adalah dimana seeorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan terhadap rokok. Seseorang yang melihat, mendengar atau mungkin membacanya dari sebuah majalah. Pada tahap ini pemunculan penilaian positif terhadap rokok. Penilaian positif ini ungkin didapat karena melihat atau membandingkan orang yang merokok dengan yang tidak merokok. Penilaian positif terhadap orang yang merokok misalnya orang yang merokok akan terlihat lebih macho, maskulin dan lebih menggambarkan kelelakian. Hal ini akan memunculkan minat terhadap rokok. 2. Tahap pemutusan (initiation) Tahap ini dimana seseorang mencoba merokok, dan memberikan penilaian. Dia akan meneruskan jika dianggapnya adalah hal yang baik bagi dirinya. Tahap ini adalah tahap penggambilan keputusan apakah dia akan terus apa tidak. 3. Tahap menjadi seseorang perokok (become a smoker) Tahap ini adalah tahap dimana seseorang menjadi seorang perokok. Jika seseorang secara rutin menghabiskan rokok sebanyak 4 batang sehari, maka bisa dikatakan dia adalah seorang perokok dan ketergantungan untuk meneruskan kebiasaan merokok. 4. Tahap ketergantungan (maintenance of smoking ) Tahap ini seseorang menjadi rokok sebagaian pengaturan diri (self regulation). Merokok sudah menjadi ketergantungan karena mempunyai efek fisiologis yang menyenangkan. Berdasarkan tahapan-tahapan di atas dapat disimpulkan bahwa tahapan perilaku merokok pada remaja yaitu tahap pengenalan terhadap rokok (preparatory), tahap pemutusan (initiation), tahap menjadi seseorang perokok (become a smoker), tahap ketergantungan (maintenance of smoking ). e. Tipe- tipe Perokok Menurut Mu’tadin (2000) perokok dapat dibagi dalam beberapa tipe yaitu :
a.
Tipe merokok dipengaruhi perasaan oleh positif : perokok akan menambah intensitas merokoknya karena dia merasakan positif, dibagi menjadi tiga tipe yaitu : 1) Pleasure relaxation Perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan yang sudah didapat misalnya merokok setelah makan atau minum kopi. 2)
Stimulation to pick them up Perilaku yang hanya dilakukan sekedar untuk menyenangkan perasaan.
3)
Pleasure of hanling the cigarette Kenikmatan yang diperoleh dengan memegang rokok. Sangat efektif pada perokok pipa. Akan menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan tembakau sedangkan untuk menghisapnya hanya dibutuhkan waktu beberapa menit saja, atau perokok lebih senang berlama-lama untuk memainkan rokoknya dengan jari-jari sebelum dinyalakan. b.
Perokok dipengaruhi oleh perasaan nagatif Banyak orang yang menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan negatif misalnya bila sedang marah, cemas, gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat. Mereka menggunakan rokok bila perasaan tidak enak sehingga terhindar dari perasan yang lebih tidak menyenangkan. c.
Perilaku yang adiktif Mereka yang sudah adiktif, akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang. d.
Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan Pada tipe ini perokok menggunakan rokok bukan untuk mengendalikan perasaan mereka, tetapi karena benar-benar sudah menjadi kebiasaan yang rutin. Dapat dikatakan pada orang yang mempunyai tipe ini bahwa merokok sudah merupakan suatu perilaku yang bersifat otomatis, sering kali tanpa pikiran dan tanpa perasaan. Mu’tadin (2000) juga menambahkan tipe perokok berdasarkan intensitas merokoknya yaitu : a. b. c. d.
Perokok sangat berat: perokok yang mengkonsumsi rokok 31 batang perhari dan selang merokoknya 5 menit setelah bangun pagi. Perokok berat : perokok yang mengkonsumsi rokok 31-30 batang sehari dangan selang waktu sejak bangun berkisar antara 6-30 menit. Perokok sedang : perokok yang menghabiskan rokok 1-20 batang sehari dengan selang waktu 30-60 menit setelah bangun pagi. Perokok ringan : perokok menghabiskan rokok sekitar 10 batang dengan selang waktu 60 menit dari bangun tidur.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tipe perokok dibagi menjadi beberapa bagian yaitu perokok sangat berat, perokok berat, perokok sedang dan perokok ringan.
2.
Sikap terhadap Kesehatan a. Definisi
Pengertian sikap (attitude) dapat diterjemahkan melalui sikap terhadap objek tertentu, dimana merupakan pandangan atau perasaan seorang individu terhadap objek tersebut. Sikap selalu disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap objek. Sikap senantiasa terarah pada suatu hal atau suatu objek. Tidak ada sikap tanpa adanya objek (Gerungan, 1988). Selain itu menurut Azwar (dalam Hadi Suyono, 2008) sikap suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorebel) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorebel) pada suatu objek tersebut. Kesehatan adalah keadaan kesejahteraan dari badan, jiwa dan sosial memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU Kesehatan 23 / 1992). Menurut kamus kedekteran Dorland (1996) sehat adalah keadaan kesejahteraan optimal fisik, mental dan sosial dan bukan hanya ketiadaan penyakit dan kecacatan. Menurut Kamus Besar Lengkap Bahasa Indonesia (Indrawan, 2005) Kesehatan adalah suatu keadaan tubuh dimana dalam keadaan bugar dan waras serta bagian-bagiannya bebas dari sakit atau penyakit. Menurut Konstruksi World Health Organization (dalam Smet, 1994) menyatakan bahwa kesehatan itu meliputi atau mencakup kesehatan fisik (jasmani), mental (rohani) dan sosial. Berdasarkan pengertian di atas sikap terhadap kesehatan adalah suatu bentuk reaksi perasaan seseorang terhadap sesuatu objek, baik perasaan mendukung (favorebel) atau tidak mendukung (unfavorebel), memihak atau tidak memihak, suka atau tidak suka sehingga menimbulkan pengaruh tertentu terhadap perilaku seseorang dan pada akhirnya seseorang tersebut merasa sejahtera secara fisik, mental, rohani dan sosial. b. Aspek-aspek Sikap Terhadap Kesehatan Menurut Azwar, (2012) sikap dapat digolongkan menjadi tiga aspek yaitu : 1) Aspek Kognitif Aspek kognitif ini berisi kepercayaan, pengetahuan dan keyakinaan individu yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang dialami baik secara langsung terhadap maupun tidak langsung terhadap kesehatan fisik, psikis, sosial dan rohaninya. 2) Aspek Afektif
Aspek afektif disini merupakan perasaan-perasaan yang dimiliki oleh individu yang berhubungan dengan kesehatan mengenai sesuatu yang patut ataupun tidak patut dilakukan sehubungan dengan kesehatan fisik, psikis, sosial dan rohaninya. 3) Aspek Konatif Aspek konatif merupakan kecenderungan atau kesiapan individu untuk berbuat ataupun bertindak sesuatu selaras dengan kepercayaan dan perasaan terhadap sesuatu sehubungan dengan kesehatan fisik, psikis, sosial dan rohaninya. Dari aspek-aspek diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa aspek-aspek sikap terhadap kesehatan terdiri dari : aspek kognitif, aspek afektif dan aspek konatif sehubungan dengan kesehatan fisik, psikis, sosial dan rohaninya. c. Ciri-ciri Sikap Terhadap Kesehatan. Sikap merupakan faktor yang ada dalam diri manusia yang dapat menggerakan perbuatan atau tingkahlaku terhadap objek diluar dirinya. Akan tetapi tidak semua sikap muncul sama dengan sikap yang dimiliki oleh orang lain walaupun objeknya sama. Menurut Walgito (1999), ada beberapa ciri sikap yaitu : a.
Sikap tidak dibawa sejak lahir Pada saat manusia dilahirkan belum membawa sikap tertentu terhadap suatu objek. Sikap terbentuk dalam perkembangan individu yang bersangkutan. Oleh karena itu sikap itu terbentuk, maka sikap itu dapat dipelajari, dan karenanya sikap dapat berubah. b.
Sikap itu selalu berhubungan dengan objek sikap Sikap selalu terbentuk atau dipelajari dalam hubungannya dengan objekobjek tertentu, yaitu melalui proses persepsi terhadap objek tersebut. Hubungan positif atau negatif antara individu dengan objek tertentu, akan menimbulkan sikap tertentu dari individu terhadap objek tersebut. c.
Sikap tertuju pada satu objek saja, tetapi dapat juga tertuju pada sekumpulan objek-objek Bila seseorang mempunyai sikap negatif pada seseorang. Orang tersebut akan mempunyai kecenderungan untuk, menunjukan sikap yang negatif pula, kepada kelompok dimana seseorang tersebut tergabung didalamnya. Disini terlihat adanya kecenderungan untuk menggeneralisasi objek sikap. d.
Sikap bisa berlangsung lama atau sebentar Kalau sesuatu sikap telah terbentuk dan merupakan nilai dalam kehidupan seseorang, secara relatif sikap itu akan lama bertahan pada diri orang yang bersangkutan. Sikap tersebut akan sulit berubah, dan walaupun dapat berubah akan memakan waktu yang relatif lama. Akan tetapi, sebaliknya bila sikap itu belum begitu mendalam, dan ada pada dalam diri seseorang, maka sikap tersebut secara relatif tidak bertahan lama, dan sikap tersebut akan mudah berubah. e.
Sikap mengandung perasaan dan motivasi
Sikap terhadap suatu objek tertentu akan selalu diikuti oleh perasaan tertentu yang dapat bersifat positif (yang menyenangkan) tetapi juga dapat bersifat negatif (yang tidak menyenangkan) terhadap ojek tersebut. Menurut Gerungan (1988) ciri-ciri sikap adalah : a.
Sikap bukan dibawa orang sejak ia dilahirkan, melainkan dibentuk atau pelajarannya sepanjang perkembangan orang itu, dalam hubungan dengan objeknya. b. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari orang. c. Sikap tidak berdiri sendiri melainkan senantiasa mengandung relasi tertentu terhadap suatu objek. Dengan kata lain terbentuk dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas. d. Objek sikap merupakan suatu hal tertentu, tetapi juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut. Jadi sikap itu dapat berkenaan dengan suatu obkek saja tetapi juga berkenaan dengan obyek-obyek yang serupa. e. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan. Sifat inilah yang membeda-bedakan sikap dari pada kecakapan- kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang. Berdasarkan uraian di atas, yang dikemukan oleh para ahli dapat ditarik kesimpulan bahwa, ciri-ciri sikap antara lain : mempunyai objek, mempunyai arah tindakan atau sasaran tertentu, bersifat evaluatif, konsisten antara respon obyeknya, sebagai hasil belajar. d. Faktor- faktor Yang Mempengaruhi Sikap Terhadap Kesehatan Menurut Azwar (2012) ada beberapa faktor yang mempengaruhi sikap yaitu : 1) Pengalaman pribadi Pengalaman pribadi dimasa lalu yang sangat berkesan dan melibatkan faktor emosional akan mempengaruhi sikap seseorang terhadap kesehatan. Sebagai contoh, pengalaman seseorang yang pertama kali merokok pasti akan mempunyai kesan tertentu dan kesan tersebut akan mempengaruhi sikap orang tersebut. 2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting Seseorang di sekitar kita dapat mempengaruhi sikap kita terhadap kesehatan. Terutama jika orang tersebut sangat berpengruh bagi kita. Pada umumnya seseorang cenderung memiliki sikap yang searah dengan orang yang dianggap penting. Hal tersebut dilakukan agar dapat menghindari konflk dengan orang yang dianggap penting. 3) Pengaruh kebudayaan Apabila ada seseorang yang mengutamakan hidup dalam budaya kelompok. Maka sikap mereka terhadap kesehatan akan cenderung mengikuti apa yang dianut dalam kelompoknya, sehingga dapat dikatakan bahwa orang tersebut lebih mementingkan sikap yang ada pada kelompoknya dari pada mengambil sikap yang sesuai dengan dirinya. 4) Media masa
Media masa berfungsi untuk memberikan informasi yang baru tentang berbagai hal, adanya iklan dalam televisi atau pun dalam media masa yang lain yang berhubungan dengan kesehatan akan mempengaruhi sikap orang tersebut terhadap kesehatan. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut akan memberikan dasar afektif yang cukup kuat dalam menilai informasi sehingga terbentuklah arah sikap. 5) Lembaga pendidikan Lembaga pendidikan mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap terhadap kesehatan. Pemahaman akan hal yang baik dan buruk, sesuatu yang boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan yang berhubungan dengan kesehatan biasanya didapat dari lembaga pendidikan, baik itu pendidikan formal misalnya sekolah ataupun informal yaitu lingkungan keluarga. 6) Pengaruh faktor emosional Faktor emosional dapat berperan dalam pengambilan sikap seseorang terhadap kesehatan, sikap tersebut biasanya dapat bersifat sementara karna merupakan pernyataan yang disadari oleh emosi dan dapat pula merupakan sikap yang dapat bertahan lama. Menurut Walgito (1999) ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang dalam bersikap yaitu : 1) Faktor psikologis Faktor psikologis akan ikut, menentukan sikap seseorang. 2) Faktor pengalaman langsung Fakor pengalaman langsung terhadap objek bagaimana sikap seseorang terhadap sesuatu objek sikap akan dipengaruhi oleh mengalaman langsung orang yang bersangkutan dengan objek sikap tersebut. 3) Faktor kerangka acuan Adalah faktor penting dalam sikap seseorang, karena acuan ini akan berperan terhadap objek sikap. 4) Faktor komunikasi sosial Faktor komunikasi sosial faktor ini sangat jelas menjadi determinan sikap seseorang. Berdasarkan pendapat dari para ahli dapat disimpulkan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi sikap terhadap kesehatan antara lain pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media masa, lembaga pendidikan, pengaruh faktor emosional. Pendapat Azwar (2012) dianggap lebih relevan dengan penelitian ini sehingga bisa mempengararuhi tinggi rendahnya sikap terhadap kesehatan. Hubungan Sikap Terhadap Kesehatan dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Saat ini tidak dapat dipungkiri bahwa perilaku merokok seolah manjadi budaya remaja karna masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanakkanak menuju dewasa, yang diikuti oleh perubahan biologis, kognitif dan sosioemosional. Pada masa transisi, kemungkinan besar remaja akan mengalami banyak masalah, salah satunya adalah krisis identitas. Ketidakjelasan jatidiri
sering kali membuat remaja bingung untuk menempatkan posisi mereka dimana. Remaja belum bisa disebut dewasa karena belum matang dari segi emosi, sosial dan pikiran akan tetapi tidak bisa disebut anak-anak karena secara fisik mereka sudah sama dengan manusia dewasa. Krisis identitas yang dialami oleh remaja ditandai dengan kecenderungan munculnya perilaku menyimpang misalnya perilaku merokok. Perilaku merokok adalah suatu akitivitas membakar dan menghisap tembakau kemudian mengeluarkan kembali dan dapat berakibat buruk bagi kesehatan. Seperti yang dikatakan oleh Ray (dalam Kurniawan, 2002) mengatakan bahwa perilaku merokok adalah perilaku yang membahayakan kesehatan baik bagi perokok sendiri maupun orang lain dan berakibat buruk bagi kesehatan seperti : kanker paru-paru, bronkitis kronik, Jantung koroner, Hipertensi. Pada dasarnya remaja sudah mengetahui akibat buruk dari rokok, namun remaja tidak pernah perduli, karena remaja telah memiliki tujuan tertentu antara lain: ingin terlihat lebih gagah dan lebih dewasa, ingin memperoleh kenimatan, ingin menyesuaikan diri dengan lingkungan supaya terlihat lebih modern dan dianggap gaul. Selain itu ada beberapa faktor yang melatarbelakangi perilaku merokok pada remaja, salah satunya adalah sikap terhadap kesehatan. Menurut Azwar (dalam Suyono, 2008) sikap adalah suatu bentuk reaksi perasaan seseorang terhadap sesuatu objek, baik perasaan mendukung (favorebel) atau tidak mendukung (unfavorebel), memihak atau tidak memihak, suka atau tidak suka sehingga menimbulkan pengaruh tertentu terhadap perilaku seseorang. Selain itu menurut Sarwono (2000) sikap merupakan hal yang sangat penting berkaitan dengan perilaku merokok, karena pada hakekatnya sikap akan menentukan seseorang berperilaku terhadap sesuatu objek baik yang disadari atau tidak disadari. Berdasarkan pengertian sikap yang diungkap oleh beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa adanya erat antara hubungan sikap dengan perilaku. Karna pada dasarnya sikap akan menentukan seseorang berperilaku terhadap suatu objek. Dengan adanya hubungan sikap dan perilaku muncul sikap terhadap kesehatan yang berfungsi untuk mencegah perilaku merokok. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, karena didalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Menurut WHO (dalam Smet, 1994) kesehatan adalah suatu keadaan sehat utuh secara fisik, mental (rohani) dan sosial. Sikap terhadap kesehatan adalah suatu bentuk reaksi perasaan seseorang terhadap sesuatu objek, baik perasaan mendukung (favorebel) atau tidak mendukung (unfavorebel), memihak atau tidak memihak, suka atau tidak suka sehingga menimbulkan pengaruh tertentu terhadap perilaku seseorang dan pada akhirnya seseorang tersebut merasa sejahtera secara fisik, mental, rohani dan sosial. Akan tetapi sikap seseorang terhadap objek tidak selalu sama apalagi dalam bidang kesehatan. Misalnya seseorang individu memilki sikap positif terhadap kesehatan maka individu tersebut akan lebih memperhatikan kondisi kesehatannya, dengan cara menghindari perilaku yang berakibat buruk terhadap kesehatan seperti menjaga pola hidup sehat dengan tidak merokok. Sebaliknya seseorang indiviu yang mempunyai perilaku yang buruk terhadap kesehatan, maka
sikap mereka terhadap kesehatan cenderung negatif. Oleh karna itu, dengan adanya sikap terhadap kesehatan diharapkan dapat mencegah perilaku merokok. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa ada hubungan erat antara sikap terhadap kesehatan dengan perilaku merokok, dimana semakin positif sikap remaja terhadap nilai-nilai kesehatan, maka semakin rendah perilaku merokok pada remaja tersebut dan sebaliknya semakin negatif sikap remaja terhadap nilainilai kesehatan maka semakin tinggi perilaku merokok pada remaja.
Tujuan Penelitian Penelitian ini ingin meneliti tentang hubungan antara sikap terhadap kesehatan dengan perilaku merokok pada remaja. Hipotesis Ada hubungan yang negatif antara sikap terhadap kesehatan dengan perilaku merokok. Metode Subyek dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1 Pleret Babtul kelas xi yang berjumlah 45 orang. Penelitian ini menggunakan metode skala yaitu dengan skala sikap terhadap kesehatan dengan skala perilaku merokok. Metode analisisnya menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson. Hasil Sebelum dilakukan uji hipotesis maka perlu dilakukan asumi terlebih dahulu. Uji asumsi yang digunakan adalah uji normalitas dan uji linieritas dengan hasil sebagai berikut:
Variabel Sikap terhadap kesehatan Perilaku merokok
Tabel 1 Hasil Uji Normalitas Mean SD Skor KSZ
Sig
Keterangan
0.698
0.714
Normal
0.698
0.714
0.906
0.385
Normal
0.906
0.385
Uji normalitas antara skala sikap terhadap kesehatan memiliki p = 0,714 (p > 0,05). Hasil tersebut menunjukan bahwa distribusi skala sikap terhadap kesehatan, terhadap perilaku merokok adalah linear atau kedua variabel membentuk garis lurus. Hasil uji korelasi antara sikap terhadap kesehatan dengan perilaku merokok diperoleh rxy= -0,045 dan probabilitas p = 0,679 (p>0,05). Hasil tersebut menunjukan bahwa tidak ada korelasi antar sikap terhadap kesehatan dengan perilaku merokok. Sumbangan efektif yang diberikan variabel sikap terhadap kesehatan, terhadap perilaku merokok sebesar 2%. Berdasarkan norma kategorisasi dengan distribusi normal dapat disimpulkan bahwa kategorisasi skor subyek adalah sebagai berikut:
Tabel 2 Kategorisasi Variabel Sikap terhadap Kesehatan Interval Frekuensi Persentase% Kategori X < 98,123 7 15,556 % Rendah 98,123 ≤ X < 32 71,111 % Sedang 117,887 X ≥ 117,887 6 13,333 % Tinggi Tabel 3 Interval X < 79,957 79,957 ≤ X < 96,583 X ≥ 96,583
Kategorisasi Variabel Perilaku Merokok Frekuensi Persentase% Kategori 0 0 Rendah 18 40 Sedang 27
60
Tinggi
Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan peneliti, menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara sikap terhadap kesehatan dengan perilaku merokok pada remaja di SMA Negeri 1 Pleret Bantul. Hal ini dapat dilihat dari taraf signifikansi 0,769 (p>0,05) dan koefisiensi korelasi (r) yang negatif sebesar -0,045. Koefisiensi korelasi yang negatif tersebut menandakan tidak antara sikap terhadap kesehatan dengan perilaku merokok, yang berarti semakin tinggi sikap terhadap kesehatan maka semakin tinggi perilaku merokok. Sebaliknya semakin rendah sikap terhadap kesehatan maka semakin rendah perilaku merokok. Jadi, dalam hal ini hipotesis ditolak. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa tidak adanya hubungan antara sikap terhadap kesehatan dengan perilaku merokok mungkin disebabkan karna keinginaan seseorang merokok tidak hanya dipengaruhi oleh sikap terhadap kesehatan saja, akan tetapi banyak faktor yang mempengaruhi perilaku merokok seperti keyakinaan akan akibat yang dapat ditimbulkan dari perilaku merokok. Menurut Loken (dalam sholichah, 1991) bahwa keputusan seseorang untuk merokok atau tidak, secara keseluruhan tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh keyakinaan akan akibat dari perilaku merokok saja tetapi masih banyak faktor lain yang dapat membuat seseorang remaja merokok. Misalnya seseorang remaja memiliki sifat positif terhadap rokok tetapi tanpa didukung dengan keyakinaan mengenai akibat negatif dari rokok, maka sifat yang positif terhadap kesehatan tidak akan mempengaruhi perilaku merokok. Menurut Komalasari Dan Helmi (2000) yang melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang menyebabkan perilaku merokok pada remaja salah satunya adalah sikap permisif orang tua dengan perilaku merokok anak dan ajakan teman sebaya merupakan faktor dominan mempengaruhi perilaku merokok anak. Meskipun dukungan orang tua dengan perilaku merokok sebesar 38,4 %. Hal ini
menunjukan rata-rata bahwa orang tua mendukung dan tidak mendukung perilaku merokok. tetapi perilaku merokok pada anak justru dalam katagori tinggi. Hal ini disebabkan karna kurangnya pengawasaan orang tua dan sebagian waktu anak banyak diluangkan untuk teman sebaya. Kategorisasi sikap terhadap kesehatan dari 45 subjek penelitian diperoleh sebanyak 7 subjek (15,556%) berada pada kategori rendah, ada 32 subjek (71,111%) berada pada kategori sedang dan ada 6 subjek (13,333 %) berada pada ketegori tinggi. Hal ini menunjukan bahwa subjek memiliki sikap terhadap kesehatan yang cukup dikarenakan subjek telah mendapatkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi sikap terhadap kesehatan seperti teman sebaya, pengalaman pribadi, lingkungan dan media masa. Kategorisasi perilaku merokok terdiri dari 45 subjek penelitian diperoleh sebanyak 5 subjek (11,111%) berada pada kategori rendah, ada 28 subjek (64,445%) berada pada kategori sedang dan ada 12 orang (24,444%) berada pada kategori tinggi. Hal ini menunjukan bahwa subjek memiliki perilaku merokok yang cukup dikarenakan subjek telah mendapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perilaku merokok seperti keyakinaan dan sikap permisif orang tua. Dari berbagai penelitian dari fakor-faktor yang ada maka dapat dikatakan bahwa sikap terhadap kesehatan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku merokok. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pembahasan terhadap hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Tidak ada hubungan antara sikap terhadap kesehatan dengan perilaku merokok. Semakin tinggi sikap terhadap kesehatan maka semakin tinggi perilaku merokok, sebaliknya semakin rendah sikap terhadap kesehatan maka semakin rendah perilaku merokok. 2. Hasil kategorisasi menunjukkan bahwa sikap terhadap kesehatan pada siswa SMA Negeri 1 Pleret Bantul kelas XI berada pada taraf sedang (71,111% dari 45 subyek) 3. Hasil kategorisasi perilaku merokok pada siswa SMA Negeri 1 Pleret Bantul kelas XI pada taraf sedang (65 % dari 45 subyek). Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut: 1. Peneliti menyarankan agar penelitian selanjutnya menyertakan variabel lain dalam penelitian yang dapat mempengaruhi perilaku merokok misalnya persepsi, keyakinaan, kontol diri dan pengetahuan sehingga dapat diketahui besar sumbangan efektif masing-masing variabel, sehingga hasil penelitian dapat digunakan sebagai pembanding dan dapat memberikan manfat dalam dunia akademik. 2. Peneliti juga menyarankan bagi para peneliti selanjutnya diharapkan agar pengambilan lokasi atau pemilihan sumpel agar sebisa mungkin menghindari efek subjektifitas pada subjek penelitian.
Daftar Pustaka Aula, L.E. 2010. Stop Merokok! (sekarang atau tidak sama sekali). Yogyakarta : Garailmu. Azwar, S. 2012. Sikap Manusia dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Dorland. 2002. Kamus Kedokteran. Jakarta : ECG Gerungan,W.A. 1988. Psikologi Sosial. Bandung : PT. Refika Aditama. Indrawan, W.S. 2005. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Yogyakarta : Lintas Budaya. Komalasari, D & Helmi, A.F. 2000. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Pada Remaja. Avin.staff.ugm.ac.id/data/jurnal/perilaku merokok avin.pdf, 4 November 2012 Kurniawan, L.K. 2002. Hubungan Antara Intensitas Menonton Iklan Rokok Di Televisi Dengan Perilaku Merokok Pada Siswa SMK Piri Sleman. Skripsi. (tidak diterbitkan). Yogyakata : Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia. Levy, M.R. 1984. Lyfe and Health. New York : Random House. Sarafino. E.P. 1994. Health Psychology, Biopsychososial Interactions. 2nd Edition. New York : John Willey and Sons.Inc. Sarwono, S.W. 2000. Teori-teori Psikolologi Sosial. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Sholichah, M. 1991. Hubungan Antara Keyakinaan Terhadap Akibat-akibat Tingkah Laku Merokok Dengan Tingkah Laku Merokok di Kalangan Remaja SMA Yogyakarta. Skripsi. (tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Sitepoe, M. 2005. Kekhususan Rokok Indonesia. Jakarta : Gramedia Medika Sarana Indonesia. Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta : Grasindo. Suyono, H. 2008. Pengantar Psikologi Sosial 1. Yogyakarta : D&H Pro Medika. Walgito, B. 1999. Psikologi Sosial (suatu pengantar). Yogyakarta : Andi Offset.