HUBUNGAN ANTARA PERILAKU KONFORMITAS DENGAN PERILAKU DELINKUEN REMAJA SMA NEGERI 1 POLANHARJO
NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi
Diajukan Oleh : AQUARISTA BAYU ARNADA F 100 090 096
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014
iii
iv
HUBUNGAN ANTARA PERILAKU KONFORMITAS DENGAN PERILAKU DELINKUEN PADA REMAJA SMA NEGERI 1 POLANHARJO
Aquarista Bayu Arnada Partini Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
[email protected] ABSTRAK Perilaku delinkuen merupakan suatu perbuatan anti sosial, melawan hukum negara, norma-norma masyarakat dan norma-norma agama serta perbuatan yang tergolong anti sosial, tetapi tidak tergolong pidana umum maupun khusus yang dilakukan oleh orang yang belum dewasa (anak dan remaja). Konformitas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku delinkuen, dari survey yang telah dilakukan kepada 20 siswa SMA Negeri 1 Polanharjo pada tahun ajaran 2013/2014 sebanyak 70% memilih faktor teman (konformitas) menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku delinkuen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konformitas dengan perilaku delinkuen pada remaja SMA Negeri 1 Polanharjo. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa/siswi SMA Negeri 1 Polanharjo. Sampel tersebut diambil dengan tehnik cluster random sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala konformitas dan skala perilaku delinkuen. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis korelasi product moment dari Pearson. Berdasarkan analisis data yang diperoleh dari koefisien korelasi = 0,522 dengan p = 0,000 (p<0,01). Hal tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara konformitas dengan perilaku delinkuen pada remaja SMA Negeri 1Polanharjo. Hipotesis yang diajukan diterima. Sumbangan efektif konformitas sebesar 27,3%, hal ini berarti masih terdapat 72,7% variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi perilaku delinkuen. Kata Kunci : konformitas, perilaku delinkuenpada remaja SMA
v
PENDAHULUAN
sekali dapat menimbulkan kecemasan fenomena
dan gejala-gejala neurotis lainnya.
kenakalan remaja (siswa) semakin
Oleh karena itu proses identifikasi
meluas, bahkan hal ini sudah terjadi
memainkan peran sangat besar bagi
sejak dulu. Kenakalan Remaja, seperti
relasi remaja terhadap orang tuanya
sebuah lingkaran yang tidak pernah
dan
putus, sambung menyambung dari
lingkungan
waktu ke waktu, dari masa ke masa,
(Kartono,2006). Pencarian jati diri
dari tahun ke tahun dan bahkan dari
pada remaja sering diwarnai dengan
hari ke hari semakin rumit. Perilaku
berbagai perilaku baik itu positif
nakal pada remaja tersebut muncul
maupun negatif.
Akhir-akhir
ini
berpengaruh
pula
terhadap
sosial
lainnya
pengalaman
Menurut Sunarwiyati (dalam
interaksi sosial remaja yang gagal dan
Masngudin, 2004) antara ciri perilaku
terarah untuk memperoleh pemuasan
nakal seperti suka berkelahi, suka
atas kebutuhan untuk diterima dan
keluyuran, membolos sekolah, pergi
menghindari penolakan. Ditambah
dari rumah tanpa pamit, kenakalan
lagi dengan banyaknya model, tokoh
yang menjurus pada pelanggaran dan
identifikasi yang kurang baik di
kejahatan, mengendarai mobil tanpa
lingkungannya,
SIM, mengambil barang miliki orang
sebagai
reaksi
atas
kurangnya
pendidikan moral maupun pembinaan
tua/orang
mental remaja serta berbagai situasi
kenakalan
kekerasan
penyalahgunaan narkotika, hubungan
yang
dimasyarakat
banyak
terjadi
sangat
pengaruhnya
terhadap
besar munculnya
seks
lain
Akan tetapi jika identifikasi
diluar
nikah,
penganiayaan,
Sementara
izin,
khusus
pembunuham
perilaku nakal pada remaja.
tanpa
seperti
pemerkosaan, penyiksaan,
dan itu
serta
Santrock
lain-lain. (2003)
dan
berpendapat, bahwa remaja yang
fixed/malekat, maka hal ini akan
cenderung suka bertindak delinkuen
mengakibatkan
berkisar antara usia 13 tahun sampai
ini
terlampau
terhadap
total,
kaku
pengingkaran
kepribadian
sendiri.
Sedangkan tanpa identifikasi sama
18 tahun.
Perilaku
delinkuen
dapat
Diyanto
dilihat dari penelitian Masngudin
seperti
dihubungi
(detikHealth, Rabu (6/6/2012).
(2004) menyatakan bahwa dari 1110
Selain itu Gerakan Moral
remaja di Jawa Barat remaja yang
Jangan Bugil di Depan Kamera
pernah
kendaraan
(JBDK) mencatat adanya peningkatan
bermotor dengan kecepatan tinggi
secara signifikan peredaran video
sebanyak
pengalaman
porno yang dibuat oleh anak-anak dan
85,6%,
remaja Indonesia. Jika pada tahun
meninggalkan
2007 tercatat ada 500 jenis video
rumah tanpa izin orang tua sebanyak
porno asli produksi dalam negeri,
96,7%, coret-coret dinding 49,9%,
maka pada pertengahan tahun 2010
pemerasan dan pencurian 7,2% dan
jumlah tersebut melonjak menjadi
pengrusaan gudang 5,7%.
800
mengendarai
33%,
membolos
sebanyak
menyontek
80%,
jenis.
Fakta
paling
Penyalah gunaan narkoba di
memperihatinkan dari fenomena di
kalangan remaja semakin menggila.
atas adalah kenyataan bahwa sekitar
Penelitian yang pernah dilakukan oleh
90% dari video tersebut, pemerannya
Badan
(BNN)
berasal dari kalangan pelajar dan
baha
50-6-%
mahasiswa.
di
Indonesia
Narkoba
Nasional
mengemukakan pengguna adalah
narkoba kalangan
pelajar
dan
narkoba berdasarkan penelitian yang
Yogyakarta.
dilakukan
adalah
28/3/2012).
sebanyak 3,8 sampai 4,2 juata. Di
Dari
antara
jumlah
UI
itu,
48%
data
Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas
dan
dngan
penelitian yang dilakukan oleh Pusat
mahasiswa. Total seluruh pengguna
BNN
Sesuai
di
dikumpulkan
Gajah
Mada
(UGM)
(Okezone.com,
data
awal
peneliti
yang dengan
antaranyaadlah pecandu dan sisanya
membagikan angket awal kepada
sekedar
siswa di SMA N 1 Polanharjo. Faktor
coba-coba
dan
pemakai.
Demikian seperti disampaikan Kepala
apakah yang mendasari
atau bisa
Badan Hubungan Masyarakat (Kabag
mempengaruhi perilaku nakal pada
Humas) BNN, kombes pol Sumirat
siswa/remaja. Dari jawaban subjek didapatkan hasil dari 20 subjek
2
terdapat sekitar 70% memilih faktor
melalui
teman. Disini faktor teman, yang
konseling
ini
lebih mendominasi jawaban subjek.
konseling
adalah
Faktor yang berasal dari teman akan
pendidikan yang membantu individu
berpengaruh
terhadap
agar dapat mandiri dengan ciri-ciri
perilaku remaja/siswa, di sini remaja
mampu memahami dan menerima
merasakan
yang
dirinya sendiri dan lingkungannya,
mereka rasakan dan mereka inginkan.
membuat keputusan dan rencana yang
Selain itu adanya kontrol diri yang
realistik, mengarahkan diri sendiri
rendah
mudah
dengan keputusan dan rencananya itu
terpengaruh
serta pada akhirnya mewujudkan diri
langsung
kesamaan
dapat
menyebabkan
apa
dengan remaja
dengan apa yang ada di sekitarnya,
masih
labil/belum
bimbingan
karena
dan
bimbingan
bagian
integral
sendiri (Prayitno, 2003).
karena pada usia remaja perasaan mereka
program
Berdasarkan latar belakang
stabil
diatas, maka di dapatkan rumusan
masih sangat mudah terpengaruh.
masalah sebagai berikut: Apakah ada
Sehingga dengan adanya dukungan
hubungan antara konformitas dengan
sosial khususnya dukungan dari orang
perilaku delinkuen pada remaja SMA
tua, keluarga, guru dan teman akan
Negeri 1Polanharjo. Untuk menjawab
mampu mengatasi kenakalan pada
permasalahan di atas, maka penulis
remaja.
tertarik untuk mengadakan penelitian Dengan adanya program dari
dengan mengambil judul “hubungan
bimbingan konseling sekolah dan
antara konformitas dengan perilaku
perhatian dari orang tua diharapkan
delinkuen pada remaja SMA Negeri 1
para peserta didik mampu melewati
Polanharjo.”
masa transisi (puber), identifikasi diri
Konformitas
adalah
suatu
dengan lebih baik dan mandiri, tidak
tuntutan yang tidak tertulis dari
asal ikut-ikut teman atau terpengaruh
kelompok teman sebaya terhadap
dengan lingkungan yang tidak baik.
anggotanya tetapi memiliki pengaruh
Sekolah memiliki peran yang sentral
yang kuat dan dapat menyebabkan
dalam upaya pencegahan. Sekolah
munculnya perilaku-perilaku tertentu
dapat melakukan usaha pencegahan
3
pada anggota kelompok Zebua dan
karena
kemudian
Nurdjayadi (2001).
bukan
merupakan
Myers (1991) mengungkapkan bahwa
konformitas
adalah
kelompok sumber
informasi yang unggul lagi.
suatu
c. Rasa takut terhadap celaan sosial
perubahan sikap percaya sebagai
Alasan konformitas adlah demi
akibat
memperoleh
tekanan
dari
kelompok.
Sedangkan menurut Baron dan Byrne (2005) merupakan
konformitas
remaja
penyesuaian
perilaku
persetujuan
atau
menghindari celaan kelompok. d. Takut
menjadi
orang
yang
menyimpang
remaja untuk menganut pada norma
Orang yang tidak mau mengikuti
kelompok acuan, menerima ide atau
apa
aturan-aturan
kelompok
yang
menunjukkan
bagaimana remaja berperilaku.
yang berlaku akan
di
dalam
menanggung
resiko mengalami akibat yang tidak menyenangkan. e. Ketaatan atau kepatuhan
Aspek-aspek Konformitas Menurut Sears dan kawankawan
(1991)
aspek-aspek
Salah satu cara untuk membuat
yang
orang rela melakukan sesuatu
terdapat pada konformitas adalah:
yang
a. Kepercayaan terhadap kelompok
mereka lakukan adalah melalui
Semakin
besar
kepercayaan
individu
terhadap
sebenarnya
tekanna
kelompok
sosial
tidak
dan
ingin
juga
perundingan.
sebagai sumber informasi yang benar,
semakin
besar
kemungkinan menyesuaikan
diri
pula
Faktor-faktor yang mempengaruhi
untuk
konformitas:
terhadap
Baron
kelompok.
&
Byrne
mengungkapkan ada 3 faktor yang
b. Kepercayaan yang lemah terhadap
mempengaruhi konformitas, antara
diri sendiri
lain :
Individu yang percaya terhadap
a. Kohesivitas(cohesiveness),
penilaiannya
(2005)
sendiri
akan
dapat
menurunkan tingkat konformitas
didefinisikan
yang sebagai
derajat ketertarikan yang dirasa
4
oleh
individu
kelompok. tinggi,
terhadap
Ketika
ketika
diterima atau tidak diterima pada
kohesivitas
kita
suka
mengagumi
suatu
orang-orang
tertentu,
untuk
suatu
situasi tertentu.
dan
Perilaku delinkuen merupakan
kelompok
melakukan
suatu
kesalahan,
tekanan
serangan atau kejahatan yang relatif
konformitas
minor melawan undang-undang legal
bertambah besar. b. Ukuran
pelanggaran,
atau
kelompok,
tidak
terlalu
berat
dalam
Studi-studi
pelanggaran terhadap undang-undang,
bahwa
yang khususnya dilakukan oleh anak-
konformitas cenderung meningkat
anak muda yang belum dewasa
seiring
dengan
(Chaplin, 2004).
ukuran
kelompok.
terkini
menemukan
menunjukkan
meningkatnya Hal
bahwa
ini
Menurut Soetjiningsih (2004)
semakin
kecenderungan
perilaku
delinkuen
besar kelompok tersebut, maka
pada remaja adalah kecenderungan
semakin
perilaku kriminal (sesuai denagan
besar
pula
kecenderungan kita untuk ikut
batasan
serta.
dilakukan remaja kurang dari 17 atau
c. Norma
deskriptif
setempat),
yang
dan
18 tahun. Batasan kenakalan remaja
norma sosial injungtif. norma
memfokuskan pada batasan hukum
yang hanya mendeskripsikan apa
dibandingkan dengan batasan medis.
yang
sosial
hukum
sebagian
besar
orang
Menurut
Sarwono
lakukan pada situasi tertentu.
hanya
Norma-norma ini mempengaruhi
menyimpang
tingkah laku dengan cara memberi
remaja
tahu kita mengenai apa yang
menyimpang
umumnya dianggap efektif atau
melanggar hukum pidana. Sedangkan
adaptif
tersebut.
menurut Hurlock (1999), delinkuen
injungtif
adalah tindakan pelanggaran hukum
pada
situasi
Sebaliknya,
norma
menetapkan
apa
yang
merupakan
(2011)
perilaku
sedangkan
dikatakan yang
yang
perilaku
perilaku
yang
terjadi
telah
harus
yang dilakukan oleh remaja, dimana
dilakukan, tingkah laku apa yang
tindakan tersebut dapat membuat
5
seseorang
individu
yang
mempengaruhi
melakukannya masuk penjara.
perilaku
delinkuen
pada remaja: a. Identitas negatif, Erikson yakin bahwa perilaku delinkuen muncul
Aspek-aspek perilaku delinkuen : Jensen (dalam Sarwono, 2011)
karena remaja gagal menemukan
juga mengatakan bahwa ada empat
suatu identitas peran.
aspek kenakalan remaja: a. Perilaku
yang
korban fisik.
b. Kontrol diri rendah, beberapa menimbulkan
Seperti
anak
dan
remaja
gagal
tawuran
memperoleh kontrol yang esensial
antar sekolah , berkelahi dengan
yang sudah dimiliki orang lain
teman satu sekolah, pemerkosann,
selama proses pertumbuhan.
pembunuhan dan lain sebagainya. b. Perilaku
yang
c. Usia, munculnya tingkah laku
menimbulkan
antisosial di usia dini (anak-anak)
korban materi. Seperti memalak,
berhubungan
merusak fasilitas sekolah maupun
delinkuen
fasilitas umum lainnya dan lain-
nantinya di masa remaja. Namun
lain.
demikian,
tidak
bertingkah
laku
c. Perilaku
sosial
yang
tidak
dengan
yang
perilaku
lebih
serius
semua seperti
anak ini
menimbulkan korban di pihak
nantinya akan menjadi pelaku
orang lain. Seperti pelacuran,
delinkuen.
hubungan seks bebas, narkoba
d. Jenis kelamin (laki-laki), anak
dan lain sebagainya.
laki-laki lebih banyak melakukan
d. Perilaku yang melanggar status.
tingkah laku antisosial daripada
Seperti mengingkari status anak
anak perempuan. Keenan dan
sebagai
Shaw (dalam Gracia, et al., 2000),
pelajar
dengan
cara
membolos, minggat dari rumah,
menyatakan
membantah perintah.
memiliki risiko yang lebih besar untuk (conduct)
Faktor-faktor perilaku delinkuen Santrock
anak
munculnya merusak.
laki-laki
perilaku Namun,
(2003),
demikian perilaku pelanggaran
mengemukakan faktor-faktor yang
seperti prostitusi dan lari dari
6
rumah lebih banyak dilakukan
i. Kualitas
oleh remaja perempuan. e. Harapan rendah
dan
sekitar
tempat tinggal. Tempat dimana
nilai-nilai
terhadap
lingkungan
yang
individu tinggal dapat membentuk
pendidikan.
perilaku
individu
tersebut,
Remaja menjadi pelaku kenakalan
masyarakat dan lingkungan yang
seringkali diikuti karena memiliki
membentuk kecenderungan kita
harapan yang rendah terhadap
untuk berperilaku ”baik” atau
pendidikan dan juga nilai-nilai
”jahat”.
yang rendah di sekolah.
Hipotesis
f. Pengaruh orang tua dan keluarga. Seseorang
berperilaku
Ada
hubungan
positif ancara konformitas dengan
nakal
perilaku Delinkuen pada remaja SMA
seringkali berasal dari keluarga, di
Negeri 1 Polanharjo.
mana orang tua menerapkan pola disiplin
secara
memberikan
tidak
efektif,
mereka
sedikit
METODE PENELITIAN Subjek yang digunakan dari
dukungan, dan jarang mengawasi
cluster
anak-anaknya
terjadi
siswa-siswi kelas X, XI, XII SMA N
hubungan yang kurang harmonis
1 Polanharjo yaitu terdiri dari kelas X
antar anggota keluarga, antara lain
berjumlah
hubungan
berjumlah 27 siswa dan kelas XII
sehingga
dengan
saudara
kandung dan sanak saudara.
sebaya
melakukan
resiko
yang
Metode digunakan
untuk
ekonomi
kelas
XI
penelitian kuantitatif
yang Metode
pengumpulan data menggunakan alat
menjadi pelaku kenakalan. h. Status
siswa,
adalah
4 kelas yaitu 83 siswa.
kenakalan
meningkatkan
25
sampling
berjumlah 28 siswa, total subjek dari
g. Pengaruh teman sebaya. Memiliki teman-teman
random
ukur skala konformitas dan skala sosial.
perilaku delinkuen. Analisis data yang
Penyerangan serius lebih sering
digunakan adalah korelasi product
dilakukan oleh anak-anak yang
moment.
berasal dari kelas sosial ekonomi yang lebih rendah.
7
Surya
HASIL PEMBAHASAN Hasil
perhitungan
(1999)
mengungkapkan
dengan
banyaknya tujuan yang ingin didapat
analisis product momen dari Pearson
remaja dengan bersikap konformitas,
diperoleh nilai koefisien korelasi
antara lain supaya ada penerimaan
(rxy)
dengan
kelompok terhadap remaja tersebut,
signifikansi (p) = 0,000 (p≤0,01)
diakuinya eksistensi sebagai anggota
artinya Ada hubungan positif yang
kelompok, menjaga hubungan dengan
sangat signifikan antara konformitas
kelompok,
dengan
ketergantungan dengan kelompok dan
sebesar
0,522;
perikalu
delinkuen.
Hal
tersebut menyatakan bahwa hipotesis
mempunyai
menghindar dari sanksi kelompok.
penelitian yang diajukan diterima,
Berdasarkan
analisis
bahwa Ada hubungan positif yang
diketahui
sangat signifikan antara konformitas
diketahui rerata empirik (RE) sebesar
dengan perikalu delinkuen.
40,10 dan rerata hipotetik (RE)
Hasil
konformitas
yang
sebesar 45. Dari 83 subjek penelitian,
kesamaan
7 subjek (8,5%) tergolong sangat
dengan pendapat Santrock (2003)
rendah, 28 subjek (33,7%) tergolong
pada umumnya remaja mementingkan
rendah, 43 subjek (51,8%) tergolong
konformitas
penerimaan
sedang, 4 subjek (4,8%) tergolong
kelompok apapun akan dilakukan
tinggi dan 1 subjek (1,2%) tergolong
asalkan diterima oleh kelompok akan
sangat tinggi.
dilakukan
penelitian
variabel
hasil
menunjukkan
dan
di utamakan dan ditaati. Norma (norms)
merupakan
berlaku
pada
kelompok
dan
menumbuhkan
aturan
Hal ini dapat diartikan aspek-
yang
aspek konformitas terhadap perilaku
anggota
delinkuen yaitu frekuensi konformitas
berpeluang
untuk
pada siswa tergolong, sedang. Dapat
konformitas
pada
digambarkan bahwa subjek penelitian
seluruh
setiap anggota kelompok tersebut. Delinkuen
tidak
cukup
terbentuk
mempengaruhi
diantaranya
adalah
melakukan
konformitas.
dengan sendirinya, banyak faktor yang
banyak
Variabel perilaku delinkuen
delinkuen
mempunyai
konformitas.
rerata
empirik
(RE)
sebesar 55,18 dan rerata hipotetik
8
(RH) sebesar 85. Dari 83 subjek
konformitas maka semakin tinggi
penelitian,
(49,4%
tingkat perilaku delinkuen pada
tergolong sangat rendah, 38 subjek
siswa, dan sebaliknya semakin
(45,8%) tergolong rendah, 4 subjek
rendah konformitas maka semakin
(4,8%) tergolong sedang, tidak ada
rendah
yang tergolong dalam kategori tinggi
delinkuen pada siswa. Hal ini
dan sangat tinggi.
ditunjukkan
41
subjek
Hal ini dapat diartikan bahwa subjek
penelitian
kecenderungan
perilaku
variabel
dengan
perilaku
koefisien = 0,522
memiliki
dengan sig. = 0,000 (p < 0,05).
delinkuen
2. Tingkat konformitas pada subjek tergolong
efektif
konformitas
tingkat
korelasi sebesar
yang sangat rendah. Sumbangan
pula
sedang.
Hal
ini
dari
ditunjukkan oleh rerata empirik
terhadap
sebesar 40,10 sedangkan rerata
variabel perilaku delinkuen yaitu
hipotetik sebesar 45.
sebesar 27,3% berarti masih terdapat
3. Tingkat perilaku delinkuen pada
72,7% variabel-variabel lain yang
subjek tergolong rendah, hal ini
dapat
ditunjukkan oleh rerata empirik
mempengaruhi
perilaku
delinkuen delain konformitas yaitu
sebesar
identitas negatif, kontroldiri, usia,
hipotetik sebesar 136.
54
sedangkan
rerata
jenis kelamin, harapan dan nilai-nilai
4. Peranan atau sumbangan efektif
yang rendah terhadap pendidikan,
(SE) variabel konformitas dengan
pengarug orang tua, status ekonomi
delinkuen pada siswa sebesar
sosial, kualitas lingkungan sekitar
27.3%.
(Santrock, 2003).
terdapat 72.7% variabel lain yang
Hal ini berarti masih
mempengaruhi perilaku delinkuen KESIMPULAN SARAN 1. Ada
hubungan
signifikan
di luar variabel konformitas.
positif
antara
yang
konformitas
Saran yang diharapkan dapat bermanfaat, yaitu : 1. Bagi siswa diharapkan agar
dengan perilaku delinkuen pada siswa SMA Negeri 1 Polanharjo. Artinya,
semakin
lebih
tinggi
9
memilah-milah
teman
dan
lingkungan
dalam
bergaul,
dan
tema
yang
sama
diharapkan
mengurangi kegiatan-kegiatan yang
mempertimbangkan variabel-variabel
kurang bermanfaat yang menjurus
lain
kepada
kenakalan remaja seperti media masa,
hal
memiliki
yang
negatif
kepercayaan
diri
serta untuk
status
yang
sosial
lebih
mempengaruhi
ekonomi,dan
juga
mengambil suatu keputusan agar
disarankan juga untuk memperbanyak
tidak
jumlah sampel penelitian. Hal lain
memiliki
ketergantungan
dengan kelompok.
yang
2.
menggunakan data tambahan seperti
Bagi pihak sekolah disarankan
dapat
membantu
remaja
perlu
diperhatikan
adalah
dalam
observasi dan awwancara agar hasil
menciptakan lingkungan yang positif
yang didapat lebih mendalam dan
sehingga
sempurna, karena tidak semua hal
dapat
membantu
pengelolaan konformitas yang positif
dapat diungkap dengan angket/skala.
bagi remaja, karena teman atau kelompok yang dipilih akan sangat
DAFTAR PUSTAKA
menentukan
Chaplin. 2004. Diakses dari www.psychologymania.com pada tanggal 18 Agustus 2013. Hurlock, E.B. 1999. Perkembangan Anak. Jakarta. Erlangga. John W. Santrok. 2003. Life Span Developmental (Perkembangan Masa Hidup) Jilid II, Jakarta: Erlangga. John W.Santrok.(2003). Adolescence: Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga. Kartono, K . 2006. Psikologi Wanita. (Mengenal Gadis, Remaja Dan Wanita Dewasa). Bandung : Mandar maju. Masngudin. 2004. Diakses dari www.depsos.go.id tanggal 24 agustus 2013. Myers. 1991. Diakses dari www.cyber.unissula.ac.id pada 13 September 20013. Prayitno dan Amti, Erman. 2003. Dasar-Dasar Bimbingan Dan
arah
remaja
yang
bersangkutan untuk berbuat. 3.
Bagi orang tua disarankan
kepada
orangtua
mempertahankan hubungan
yang
keluarga
dengan
untuk dan
dapat
memelihara
hangat
dalam
cara
saling
menghargai, pengertian dan penuh kasih sayang serta tidak bertengkar didepan
anak,
sehingga
dapat
dipersepsi anak sebagai keluarga yang harmonis dan hal itu sebagai upaya pencegahan resiko remaja menjadi pelaku delinkuen. 4.
Bagi penelitian selanjutnya
yang berminat untuk mengangkat
10
Konseling. Jakarta: Rineka Cipta. Robert A. Baron & Donn Byrne. 2005. Psikologi Sosial Jilid 1 Edisi Kesepuluh. Jakarta: Erlangga. Sarwono, S. W. (2011) Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers. Sears, O David dan Peplau, L.A.1991. Psikologi Sosial. Alih Bahasa: Michael, A. Jilid kedua. Jakarta: Erlangga. Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Cetakan ke 1. Jakarta : CV. Sagung Seto. Surya, F. A. 1999. Perbedaan Tingkat Konformitas Ditinjau Dari Gaya Hidup Pada Remaja. Jurnal Psikologika No 7. Th III. Hal. 64-72. Zebua, A. Saady dan Rostiana D nurdjayadi. 2001. Hubungan antara Konformitas dan Konsep diri dengan perilaku konsumtif pada remaja Putri. Jurnal Phroneses. Vol 3
11