HUBUNGAN ANTARA PENALARAN MORAL DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA
NASKAH PUBLIKASI
Oleh : DYAN LESTARI F 100.104.032
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015
HUBUNGAN ANTARA PENALARAN MORAL DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA
NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh Gelar Sarjana S-1 Psikologi
Oleh : DYAN LESTARI F 100.104.032
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015
ii
HUBUNGAN ANTARA PENALARAN MORAL DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA Dyan Lestari Dra. Partini, M.Si
[email protected] Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Perilaku prososial sebagai perilaku yang memberi konsekuensi positif pada orang lain. Perilaku prososial pada umumnya diperoleh melalui proses belajar. Remaja mempelajari tingkah laku dan norma dari orang tua atau orang dewasa lainnya Dimana saat ini remaja lebih menyukai untuk berteman dan membentuk suatu kelompok dan mereka cenderung untuk memilih teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya.Keadaan yang seperti ini mempengaruhi tingkat prososial pada remaja. Remaja yang memiliki penalaran moral yang baik akan dapat melakukan penilaian terhadap sosial dan juga terhadap kewajiban yang mengikat individu dalam melakukan suatu tindakan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara penalaran moral dengan perilaku prososial pada remaja SMA. Hipotesis dari penelitian ini ada hubungan positif yang sangat signifikan antara penalaran moral dengan perilaku prososial remaja. Metode kuantitatif digunakan untuk mencapai tujuan dari penelitian ini. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini siswa-siswi SMAN 08 Surakarta, kelas 2 ipa 1, 2 ipa 2, 2 ips 1, 2 ips 2, 2 ips 3, dengan total subjek berjumlah 130. Sempel tersebut diambil dengan teknik cluster random. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala penalaran moral dan skala prososial. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi product moment dari Pearson. Hasil analisis diperoleh data koefisien korelasi (rxy) sebesar 0,796 dengan p = 0,000 (p < 0,01). Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara penalaran moral dengan perilaku prososial pada remaja, yang berarti hipotesis diterima. Sumbangan efektif dari variabel penalaran moral dengan variabel perilaku prososial adalah 63,4%, hal ini berarti masih terdapat 36,6% variabelvariabel lain yang dapat mempengaruhi perilaku prososial. Variabel perilaku prososial mempunyai rerata empirik (RE) sebesar 85,87 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 72,5 yang berarti perilaku prososial remaja tergolong sedang. Variabel penalaran moral diketahui rerata empirik (RE) sebesar 94,26 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 77,5 yang berarti penalaran moral remaja tergolong tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara penalaran moral dengan perilaku prososial. Semakin tinggi penalaran moral semakin tinggi juga perilaku prososial remaja. Kata Kunci : Penalaran moral, Perilaku prososial, Remaja
v
PENDAHULUAN Manusia
adalah
makhluk
yang terjadi saat ini, dari hasil
sosial yang tidak dapat hidup sendiri
penelitian Setiadi dan kawan-kawan,
tanpa pertolongan orang lain dalam
mengemukakan kecenderungan pada
menjalani
manusia
kehidupan.
kehidupan sehari-hari
Dalam tidak bisa
Indonesia,
antara
lain
merosotnya semangat gotong royong,
lepas dari tolong menolong. Oleh
tidak
karena itu manusia sebagai makhluk
menempuh jalan pintas, cenderung
sosial di harapkan bisa berinteraksi
menyelamatkan diri sendiri begitu
dengan orang lain, memiliki rasa
juga dengan solidaritas sosial dan
saling
menerima,
kedisiplinan sosial terhadap orang
memiliki rasa kesetiakawanan dalam
lain maupun lingkungan disekitarnya
kehidupan
menjadi menurun.
memberi
dan
bermasyarakat
(Faturochman,
2006).
Bangsa
menghargai
Penelitian
prestasi
yang
dan
dilakukan
Indonesia sebagai bangsa berbudaya
oleh Hamidah (2002) ditujuh daerah
juga memiliki nili-nilai luhur di
di Jawa Timur menunjukkan adanya
harapkan dapat bermanfaat dalam
indikasi penurunan kepedulian sosial
kehidupan
dan
dan kepekaan terhadap orang lain
perwujudan nilai luhur tersebut dapat
banyak terjadi pada remaja yang
di rasakan seperti tepo sliro, gotong
nampak lebih mementingkan diri
royong, kerjasama, tolong menolong,
sendiri dan keberhasilanya tanpa
peduli terhadap sesama, atau dapat di
mempertimbangkan keadaan orang
istilahkan dengan perilaku prososial.
lain
sehari-hari
Beberapa kenyataan sekarang
di
sekitarnya.
menyebabkan
Hal
remaja
menjadi
ini menunjukkan semakin lunturnya
semakin
individualis
perilaku prososial dari kehidupan
prososial
yang dimiliki
masyarakat, seperti tolong menolong,
pudar.
solidaritas
sosial,
kepedulian
terhadap
kesejahteraan, orang
Remaja
lain
ini
dan
sikap
semakin
merupakan
masa
perkembangan transisi antara masa
(Lestari, 2013). Menanggapi proses
anak
pembangunan dalam era globalisasi
mencakup
1
dan
masa
dewasa
perubahan
yang
biologis,
kognitif
dan
sosial-emosional
(Santrock,
2003).
Penelitian
Beberapa fenomena yang di
ini
ungkap ( Solopos, 2013 ) terhadap
menggunakan masa remaja tengah
melunturnya
yang mana pada masa ini mereka
prososial di dalam kehidupan sehari-
lebih menyukai untuk berteman dan
hari pada remaja yaitu bila terjadi
membentuk suatu kelompok dan
kecelakaan lalu lintas di jalan raya,
mereka cenderung untuk memilih
sebagian remaja lebih banyak yang
teman yang mempunyai sifat-sifat
menonton dari pada memberikan
yang sama dengan dirinya.
pertolongan secara spontan, ataupun
Faturochman mengartikan sebagai
perilaku
perilaku
yang
nilai-nilai
perilaku
(2006)
solidaritas terhadap teman sehingga
prososial
muncul peristiwa-peristiwa tawuran
memberi
atau
perkelahian
antara
remaja,
konsekuensi positif pada orang lain.
remaja juga tidak banyak yang ikut
Perilaku prososial pada umumnya
melerai ataupun penyerangan kantor
diperoleh melalui proses belajar.
polisi di Sumatra dan kasus balas
Remaja mempelajari tingkah laku
dendam
dan norma dari orang tua atau orang
Cebongan , Sleman. Fenomena di
dewasa
atas
lainnya.
Para
psikolog
di
yang
terjadi
dukung
di
oleh
Lapas
penelitian
menggunakan teori belajar sosial
(Hamidah, 2002) di Jawa Timur
dalam mempelajari tingkah laku
bahwa
prososial
mementingkan
yaitu
prinsip
melalui
prinsip
modeling
reinforcement.Perilaku
dan prososial
menyediakan
diri
lebih
sendiri
tanpa
mempertimbangkan
dan
banyak keadaan
oranglain di sekitarnya.
yang menguntungkan orang lain harus
Nampak
keberhasilannya
yang baik yaitu tindakan menolong
tanpa
remaja
Penelitian yang serupa di
suatu
lakukan
oleh
(vallentina,
2007)
keuntungan langsung pada orang
tentang rendahnya perilaku prososial
yang melakukan tindakan tersebut,
pada
dan bahkan melibatkan suatu resiko
rendahnya perilaku tolong-menolong
bagi orang yang menolong (Baron
pada remaja. Hal ini juga terjadi di
dan Byrne, 2005).
lingkungan SMA di daerah Salatiga,
2
remaja
dapat
dilihat
dari
misalnya saat ada seorang teman
hanya untuk pribadi bukan untuk di
yang akan meminjam catatan tetapi
pinjamkan, temuan lainya adalah
teman tersebut bukan merupakan
Mempertimbangkan
teman dekat mereka, maka mereka
kesejahteraan orang lain , sebanyak 3
tidak mau meminjamkan catatan
% responden mengaku tidak ingin
tersebut
tahu
dengan
alasan
catatan
dengn
hak
dan
permasalahan
yang
tersebut akan dipakai untuk belajar.
sedang dihadapi oleh temannya,
Demikian pula bila ada teman yang
Donating
minta tolong diajari mata pelajaran
menyumbang),
tertentu yang tidak mereka mengerti,
responden mengaku uang saku itu
maka seringkali siswa yang dimintai
masuk kantong sendiri dan untuk
tolong
untuk
jajan bukan untuk disumbangkan,
membantu dengan berbagai alasan.
Helping (menolong), sebanyak 1,2 %
Hal tersebut bila tidak diatasi bisa
responden mengaku saat melihat
menyebabkan
rendahnya
temannya berantem lebih memilih
mereka
untuk diam meskipun bisa melerai.
terhadap orang lain yang nantinya
Dan berdasarkan pengamatan awal
dapat mengakibatkan mereka tumbuh
dari
tersebut
sikap
menolak
semakin
ketidakpedulian
menjadi
orang
–
orang
(memberi sebanyak
penyebaran
atau 1,8
angket
%
yang
yang
dilakukan oleh peneliti terhadap
memiliki sifat individual tinggi dan
beberapa siswa siswi SMAN 08
tidak suka menolong tanpa pamrih.
Surakarta dengan jumlah 30 subjek
Peneliti melakukan penelitian
dari 4 aspek dan faktor
yang
awal penyebaran angket yang di
dikemukakan oleh Mussen, tentang
lakukan pada tanggal 10 maret 2014,
menurunnya perilaku prososial pada
terhadap
08
remaja dapat dilihat dari rendahnya
Surakarta dengan jumlah 30 subjek
perilaku tolong menolong, berbagi,
dan mendapatkan hasil bahwa masih
peduli dengan permasalahan yang
ada remaja SMA yang perilaku
dihadapi
prososialnya masih rendah yaitu,
sama antara siswa dengan sesama
Sharing (berbagi), sebanyak 4,2 %
siswa.
responden mengaku buku catatan itu
presentase
siswa-siswi
SMAN
3
teman,
empati, bekerja
Didapatkan
hasil
terbesar
bahwa yang
mempengaruhi yaitu
value
presentase
perilaku &
prososial
norm.
norm
atau
Dimana
sebesar
bahkan
pernyataannya bahwa sesuatu itu
37%.
salah (Duska dan Whelan, 1975).
Dengan kata lain faktor tersebut sangat
mempengaruhi
mendengar
Kohlberg(1995),
perilaku
membagi
tingkat perkembangan moral menjadi
prososial pada remaja. Dimana norm
tiga,
merupakan tingkah laku menolong
konvensioal dan pasca-konvensional
yang dilakukan didasari oleh norma-
(Moshman, Glover, Bruning, dan
norma keadilan yaitu keseimbangan,
Buskist).
nilai-nilai,
hukuman
menunjukan bahwa norma, aturan
ataupun aturan-aturan masyarakat.
atau harapan dari masyarakat belum
Adapun faktor norma yang diduga
di pahami sebenarnya oleh idividu.
menjadi sebab timbulnya tingkah
Tingkat
laku prososial yaitu penalaran moral.
individu sudah mampu memahami
sanksi
Kohlberg
atau
(dalam
1997),mendefinisikan moral
sebagaipenilaian
yaitu
pra-konvensional,
Tahap
pra-konvensioal
konvensioanal
berarti
Glover,
norma dan aturan sesuai dengan
penalaran
harapan masyarakat, guru, orangtua,
nilai,
tokoh
masyarakat
dll.
Pasca-
penilaian sosial, dan juga penilaian
konvensional berarti individu dapat
terhadap kewajiban yang mengikat
memahami
individu dalam melakukan suatu
harapan masyarakat berdasar prinsip
tindakan. Penalaran moral dapat
moral yang mendasarinya dan sudah
dijadikan
terhadap
mampu membuat keputusan moral
dilakukannya tindakan tertentu pada
dengan mengutamakan prinsip moral
situasi
yang dianutnya.
prediktor
yang
melibatkan
norma,
aturan,
serta
moral.Penalaran moral inilah yang
Menurut Piaget ( 1896-1980 ),
menjadi indikator dari tingkatan atau
perkembangan moral terjadi dalam
tahap
dua tahap, pertama tahap realism
moral.Memperhatikan
kematangan penalaran
moral,
dimana
anak
menilai
mengapa suatu tindakan salah, akan
tindakan sebagai benar atau salah
lebih memberi penjelasan dari pada
atas dasar konsekuensinya. Yang
memperhatikan perilaku seseorang
kedua
4
yaitu
tahap
moralitas
otonomi,
dimana
kognitif remaja
perkembagan
pelajar sekolah menengah umum, 47
telah terbentuk
sehingga
dia
mempertimbangkan
kasus
perkelahian
pelajar
dapat
melibatkan pelajar sekolah lanjutan
cara
tingkat pertama, dan 71 kasus
semua
yang mungkin untuk memecahkan
melibatkan
masalah tertentu. Disini mulai dapat
dalam Rachim dan Nashori, 2007).
melihat masalah dari berbagai sudut
Sejalan
pandang
Sekretaris
dan
dapat
mahasiswa
dengan
hal
(Pemda
tersebut
Jenderal
(Sekjen)
mempertimbangkan berbagai faktor
Komnas Perlindungan Anak, Arist
untuk memecahkan masalah.
Merdeka Sirait, menyatakan mulai
Menurut Kohlberg ( 1995 )
Januari hingga Oktober 2009 jumlah
seorang remaja seharusnya dapat
kasus kriminal yang dilakukan anak-
bertindak sesuai dengan norma dan
anak dan remaja tercatat 1.150
harapan masyarakat dan melakukan
kasus, sementara pada tahun 2008
tingkah-laku
hanya 713 kasus (Sinar Indonesia
moral
yang
tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip
Baru, 2009 ).
etis. Namun, pada kenyataannya
Berdasarkan
permasalah
banyak remaja yang berperilaku
tersebut
tidak sesuai dengan prinsip-prinsip
mengkaji secara empiris dengan
etis
mengadakan
dan
menjadi
pelaku
peneliti
tertarik
penelitian
yang
kriminal.Hal ini menurut Kohberg,
berjudul
menunjukkan
Penalaran Moral dengan Perilaku
penalaran
moral
perkembangan
penalaran moral pada remaja. Sebuah
antara
Prososial pada Remaja”.
remaja yang rendah dikarenakan terlambatnya
“Hubungan
untuk
di
Subjek yang digunakan dalam
kota
penelitian siswa-siswi SMAN 08
2005
Surakarta yaitu kelas 2 ipa 1, 2 ipa
menunjukkan bahwa dari 245 kasus
2, 2 ips 1, 2 ips 2, 2 ips 3, dengan
yang
total subjek berjumlah 130.
lakukan
penelitian
METODE PENELITIAN
oleh
Yogyakarta
ditangani
yang
Poltabes tahun
Poltabes
kota
Yogyakarta 127 diantaranya adalah
Metode pengumpulan data
5
pada penelitian ini menggunakan
HASIL PENELITIAN DAN
pendekatan
PEMBAHASAN
kuantitatif
dengan
menggunakan data skala yaitu skala
Uji Hipotesis berdasarkan hasil
penalaran moral dan skala perilaku
perhitungan teknik analisis product
prososial.
moment dari Pearson diperoleh nilai
a. Skala Penalaran Moral. Skala ini
koefisien
korelasi
sebesar
0,796
mengacu berdasarkan 6 aspek
dengan signifikan antara (p) = 0,000
dari
yaitu
( p ≤ 0,01) artinya ada hubungan
orientasi hukuman dan ketaatan,
positif yang sangat signifikan antara
individualism,
norma-norma
penalaran moral dengan perilaku
interpersonal, moral dalam sistem
prososial. Hal tersebut menyatakan
sosial,
terhadap
bahwa hipotesis penelitian diterima.
perjanjian antara dirinya dengan
Hal ini sesuai dengan peneitian
lingkungan sosial dan prinsip-
(Farid, 2011) yang dilakukan secara
prinsip
ini
random terhadap 189 remaja laki-laki
oleh
dan 250 perempuan di kota Jombang,
(Kohlberg,
1995)
orientasi
universal.
pernah
Skala
digunakan
Basyirudin (2010)
Farid berkesimpulan bahwa masing-
b. Skala Prososial. Skala perilaku
masing variabel penalaran moral,
prosial ini mengacu berdasarkan
kecemasan emosi, berkorelasi positif
4 aspek dari Mussen (1989) yaitu
dengan perilaku prososial remaja.
aspek sharing (berbagi),
Prediktor
aspek
tersebut
cooperating (kerjasama), aspek
sumbangan
helping
prososial remaja.
(menolong),
aspek
memberikan
terhadap
perilaku
donating (berderma). Skala ini
Hasil analisis dari penelitian ini
pernah digunakan oleh Vallentina
juga menunjukkan hasil yang bersifat
(2008)
kuadratik.
Teknik analisis data digunakan adalah
dalam
teknik
penelitian
analisis
yang
penjelasan
Hasil
ini
bahwa
memiliki tingginya
ini
penalaran moral akan menghasilkan
product
tingkan perilaku prososial yang lebih
moment
tinggi. Selain itu, semakin rendahnya tingkat penalaran moral subjek bisa
6
berkemungkinan
memiliki
moral yakni seperti empati, self-gain,
perilaku prososial yang rendah. Hasil
situasi, penolong dan orang yang
penelitian
dengan
membutuhkan. Berdasarkan uraian
penelitian yang dilakukan (Farid,
diatas dapat disimpulkan bahwa ada
2014).
hubungan antara penalaran moral
ini
akan
sesuai
Menurut Eissenberg dan Mussen
dengan perilaku prososial. Terdapat
(1989) penalaran moral merupakan
kekurangan dan keterbatasan pada
faktor
penelitian berikut ini, yaitu:
signifikan
yang
1. Keterbatasan
mempengaruhi kecenderungan hati seseorang untuk bertindak secara
peneliti
dalam
menggunakan skala. Sehingga
prososial, meskipun korelasi antara belum
penalaran moral dengan perilaku
mampu
mengungkap
secara mendalam karakteristik
moral tidak begitu tinggi, karena faktor perilaku prososial dipengaruhi
subjek.
oleh banyak faktor salah satunya 2.
yaitu situasi, penolong, kebutuhan
Tampilan yang kurang menarik sehingga membuat subjek kurang
dan keinginan seseorang. Menurut Farid (2011) remaja yang memiliki
bersungguh-sungguh
dalam
prilaku prososial penalaran moralnya lebihtinggi
dibandingkan
mengisi skala.
remaja
3. Pengisian
yang tidak memiliki pengalaman prososial. Penalaran moral tersebut
skala
oleh
subjek,
dimungkinkan
ada
ketidak
jujuran
mengisi
mampu memandu remaja berperilaku prososial
sebagi
perwujudan
variabelpenalaran perilaku
prososial
efektif moral yaitu
data
penelitian.
tanggungjawab sosialnya. Sumbangan
dalam
dari
4. Dalam
mengisian
skala
terhadap kebanyakaan subjek kurang bisa
sebesar
memahami maksud dari kalimat,
63,4%. Hali ini berarti 36,6% faktor –faktor lain yang mempengaruhi
karena kurangnya kesungguhan
perilak prososial selain penalaran
7
subjek
dalam
mengisi
skala,
moral,
taat
pada
aturan
sehingga peneliti mengecek satu
hukuman
persatu dalam pengisian skala.
bersosial, mematuhi norma-norma
diterima sesama dan lingkungan,
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan
dan
pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya,
dapat
hubungan
positif
signifikan
yang
dan bisa berperilaku prososial.
antara
2. Bagi orang tua dan guru di harapkan lebih memperhatikan
prososial. 2. Sumbangan
efektif
penalaran
lagi pola pengasuhan yang lebih
moral dengan perilaku prososial
baik dan lebih mengajarkan lagi
sebesar 63,4%.
tentang penalaran moral dalam
3. Tingkat penalaran moral pada subjek tergolong tinggi.
sistem siosial dan mananamkan
4. Tingkat perilaku prososial pada subjek tergolong sedang. Saran berdasarkan hasil penelitian kesimpulan
yang
saran
memberikan yang
diperoleh
dapat
para
remaja
meningkatkan
perjanjian
antara
terhadap diri
remaja
sehingga remaja memiliki bekal
dapat
penalaran
bermanfaat, yaitu: 1. Bagi
orientasi
pelajaran karakter di sekolah,
sumbangan
diharapkan
kembali
dengan lingkungan, memberikan
selama pelaksanaan penelitian, maka penulis
sifat
lebih peka terhadap lingkungan
penalaran moral dengan perilaku
dan
mengurangi
individualisme sehingga subjek
diambil
kesimpulan bahwa :
sangat
kehidupan
interpersonal, berbuat baik agar
PENUTUP
1. Ada
dalam
dan
yang
cukup
kehidupan sosialnya.
diharapkan penalaran
8
untuk
3. Untuk
dapat
dijadikan
bahan
penalaran moral dalam perilaku prososial
pertimbangan bagi praktisi pada
diharapkan
mengungkapkan bidang
psikologi
psikologi
khususnya
sosial
karakteristik
dan
lebih
remaja.
dapat dalam Penulis
menyarankan untuk menggunakan skala
perkembangan.
yang
lebih
menarik,
observasi dan wawancara yang 4. Bagi penelitian lain yang akan melakukan
penelitian
lebih mendalam, dan sebaiknya
dengan
ditambah dengan tes psikologi.
variabel yang sejenis atau variabel
9
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. 2012. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka pelajar Baron,& Byrne.2005.Psikologi sosial Jilid 2.Edisi Indonesia.Jakarta : Erlangga. Basyirudin, F. 2010. Hubungan Antara Penalaran Moral dengan Perilaku Bullying Para Santri Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Assa’adah Serang Banten.Skripsi. Jakarta: Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Budiyono, A. 2010.Meningkatkan Moralitas Remaja Melalui Dukungan Sosial.Komunika.Vol. 4No.2. Jurusan Dakwah STAIN Purwokerto. Dayakisni, T dan Hudaniah. 2003.Psikologi Sosial. Edisi Revisi. Malang : UMM Press. Tazkiya.Vol. 2, No.2, h. 142-147 Kohlberg, Lawrence. 1995.Tahap-tahap Perkembangan Moral. Yogyakarta : Penerbit Kanisius. Mussen. 1980.Essential of Child Development & Personality. New York : Harper & Row Publisher Inc. Purwanto, S. (2012).Pedoman SPSS.Surakarta: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Santrock, W. John. 2003. Adolence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga Sears, D. O., Jonathan L. F dan Anne P.L. 1994.Psikologi Sosial Jilid 2. Alih Bahasa : Mikhael Adyanto. Jakarta : Erlangga Staub, E. 1978.Positif Behavior and Morality: Social and Personal Influences. Vol. 1. New York : Academy Press 1984.Notes Toward Interactionist Motivational Theory of The Determinants and Development of Prosocial Behavior. Dalam E.Staub., D. Bar-tal., J. Kovylowsky., J. Reykowsky (Ed). Development and Maintenance of Prosocial Behavior.h. 29-50. New York : Plenum Press Vallentina, selvy.2007.Perilaku Prososial Remaja Ditinjau dari Keharmonisan Keluarga dan Dukungan Sosial Teman Sebaya.Skripsi. Semarang: Universitas Katolik Soegijapranata.
12