PENGARUH UKURAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK DAN SPESIALISASI INDUSTRI AUDITOR TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PUBLIC BANK DAN PRIVATE BANK: STUDI EMPIRIS TERHADAP PERBANKAN UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA Shan Aristio, Nurul Husnah Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Departemen Akuntansi, Depok, Indonesia E-mail:
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh ukuran kantor akuntan publik (KAP) dan spesialisasi industri auditor terhadap manajemen laba dengan metode income increasing dan income decreasing menggunakan loan loss provision pada public bank dan private bank di industri perbankan umum konvensional di Indonesia. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan perbankan konvensional (non Syariah) yang terdaftar di Bank Indonesia, pada periode 2010-2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dibandingkan dengan spesialisasi auditor, ukuran kantor akuntan publik lebih mampu membatasi manajemen laba. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa ukuran KAP lebih unggul dalam memoderasi income-decreasing provisioning. Penelitian ini menunjukkan bahwa bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia memiliki pengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba, baik pada income increasing maupun income decreasing. Penelitian ini tidak menemukan bukti keunggulan spesialisasi industri auditor dalam membatasi praktik manajemen laba pada industri perbankan di Indonesia. Kata kunci: Manajemen Laba; Loan Loss Provision; Banking Industry; Ukuran Kantor Akuntan Publik; Spesialisasi Industri Auditor.
ABSTRACT This research aims to identify the correlation between audit firm size and auditor’s industry specialization to income increasing and income decreasing earnings management using loan loss provision in public and private bank in Indonesia’s banking industry. This research uses conventional banking industry (excluding Sharia) registered in Bank of Indonesia, from 2010-2013. This research shows the evidence that audit firm size was able to earnings management behavior, rather than auditor’s industry specialization. This research also documenting that audit firm size is more powerful than auditor’s industry specialization in moderating income decreasing provisioning. This research also documents the negative correlation found among public banks listed in Indonesian Stock Exchange with earnings management, in both income increasing and income decreasing practices. However, this result did not found evidence about the superiority of auditor’s industry specialization to prevent earnings management in Indonesia’s banking industry. Keywords: Earnings Management; Loan Loss Provision; Banking Industry; Audit Firm Size; Auditor’s Industry Specialization
1. Pendahuluan Dengan peranannya sebagai lembaga intermediaris yang esensial bagi perekonomian negara, maka tidaklah mengherankan bila industri perbankan merupakan industri yang bersifat heavily regulated. Dengan ketatnya regulasi pada industri tersebut, diharapkan bisa
1
Pengaruh ukuran..., Shan Aristio, FE UI, 2014
Univesitas Indonesia
2
mencegah manajemen dalam melakukan tindakan manajemen laba (earnings management), agar bank sebagai badan usaha yang memiliki tanggung jawab publik bisa memberikan informasi yang akurat dan komprehensif bagi seluruh pihak yang berkepentingan, serta mencerminkan kinerja bank secara utuh (Boediono, 2008). Meskipun demikian, penelitian terdahulu menemukan bahwa dalam industri perbankan yang diregulasikan dengan ketat sekalipun, masih ditemukan adanya praktik manajemen laba dengan menggunakan discretionary accounting choices atas beban accruals, seperti loan loss allowance/provisions yang nilainya merupakan komponen terbesar yang mempengaruhi Laporan Keuangan Bank (Beaver dan Engel, 1996; Arnawa, 2006). Nilai loan loss provisions itu sendiri merupakan discretionary accruals karena sifatnya yang sangat bergantung kepada kebijakan dan penilaian manajemen, sehingga merupakan objek yang paling banyak dipakai oleh manajemen dalam melakukan manajemen laba pada industri perbankan (DeBoskey dan Jiang, 2012). Fudenberg dan Tirole (1995) menjelaskan bahwa bank melakukan manajemen laba dengan metode income increasing dan income decreasing berdasarkan performa bank pada periode berjalan dan periode mendatang. Jika unmanaged earnings periode berjalan rendah namun unmanaged earnings periode mendatang diprediksikan tinggi, maka manajer akan mengecilkan loan loss provision untuk meningkatkan current earnings (income increasing earnings management). Sementara sebaliknya, jika unmanaged earnings periode berjalan tinggi namun unmanaged earnings periode mendatang diprediksikan rendah, maka manajer akan meningkatkan loan loss provision untuk menurunkan current earnings (income decreasing earnings management). Penelitian-penelitian terdahulu menyebutkan bahwa kualitas audit yang baik bisa membatasi praktik manajemen laba, dimana kualitas audit kerap diproksikan dengan ukuran kantor akuntan publik (Big 4 dan non-Big 4) saja, terlepas dari apakah auditor tersebut memiliki spesialisasi industri atau tidak. Beberapa penelitian terdahulu menyebutkan bahwa spesialisasi industri auditor mampu membatasi praktik manajemen laba dengan metode income increasing dan income decreasing, karena jika dibandingkan dengan auditor yang bukan spesialis perbankan, auditor yang spesialis perbankan lebih akan mampu menghasilkan audit yang lebih berkualitas, lebih memahami kewajaran nilai loan loss provision yang dibuat oleh manajemen, serta lebih memahami isu perbankan ketimbang sekadar isu akuntansi secara umum (Kanagaretnam et al., 2010; DeBoskey dan Jiang, 2012; Black, 1990, dalam DeBoskey dan Jiang, 2012).
Universitas Indonesia
Pengaruh ukuran..., Shan Aristio, FE UI, 2014
3
Penelitian-penelitian terdahulu menunjukkan hasil yang beragam terkait dengan jenis bank (public vs private bank) dalam pengaruhnya terhadap manajemen laba. Beatty dan Harris (1996) serta Beatty et al., (2002) mengemukakan bahwa dibandingkan dengan private bank, public bank lebih gencar dalam melakukan income increasing earnings management. Sementara Arnedo et al., (2007) mendokumentasikan bahwa dibandingkan dengan public bank, private bank lebih gencar melakukan income decreasing earnings management. Fonseca dan Gonzalez (2007) menemukan bahwa ada perbedaan insentif manajemen laba antara public bank dengan private bank, dimana manajer public bank lebih memiliki insentif untuk melakukan income increasing untuk mencegah penurunan harga saham, sedangkan manajer private bank lebih memiliki insentif untuk melakukan income increasing untuk menutupi risiko keuangan (leverage yang tinggi dan permasalahan safety net) yang ada akibat keterbatasan modal pada private bank. Berbeda dengan penelitian sejenis untuk manajemen laba, penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh ukuran kantor akuntan publik (KAP) dan spesialisasi industri auditor dalam membatasi manajemen laba secara spesifik yang diuji terpisah antara metode income increasing dengan income decreasing, menggunakan loan loss provision pada public bank dan private bank. Penelitian ini menggunakan sampel 272 observasi bank-year selama periode 2010-2013 (pasca penerapan PSAK 50/55 Revisi 2006) menggunakan laporan keuangan tersendiri atas bank (bukan konsolidasian) untuk mengukur keberadaan manajemen laba secara spesifik pada bank-bank di Indonesia. Paper ini disusun dengan urutan sebagai berikut. Section berikutnya akan membahas tentang pengembangan hipotesis terkait pengaruh ukuran KAP dan spesialisasi industri auditor terhadap manajemen laba pada public bank dan private bank. Section 3 akan menyajikan pemilihan sampel, metodologi penelitian, dan model-model yang digunakan dalam pengujian hipotesis yang diajukan. Section 4 akan menyajikan hasil-hasil dan analisa pengujian, serta section 5 & 6 akan menyajikan kesimpulan dan keterbatasan penelitian.
2. Pengembangan Hipotesis Penelitian ini mengikuti Fudenberg dan Tirole (1995), Kanagaretnam et al., (2003), Kanagaretnam et al., (2010), serta DeBoskey dan Jiang (2012), yang memisahkan manajemen laba jenis income increasing dengan manajemen laba jenis income decreasing, dengan tujuan untuk bisa melihat hubungan discretionary loan loss provision dengan performa perusahaan dalam periode berjalan, dan perbandingan kesanggupan auditor dalam membatasi praktik
Universitas Indonesia
Pengaruh ukuran..., Shan Aristio, FE UI, 2014
4
manajemen laba pada jenis income increasing dibandingkan dengan manajemen laba jenis income decreasing tersebut. Ketika laba bank diperkirakan menurun, maka manajemen akan melakukan income increasing dengan cara menurunkan nilai discretionary loan loss provision agar tidak memperbesar penurunan laba periode berjalan. Sementara ketika laba diprediksi meningkat, maka manajemen akan melakukan income decreasing dengan cara meningkatkan nilai discretionary loan loss provision agar bisa meredam peningkatan laba. Becker et al., (1998) menjelaskan bahwa audit bermanfaat bagi pihak eksternal perusahaan dalam meyakini validitas atas laporan keuangan perusahaan, sehingga bisa mereduksi asimetri informasi antara manajemen dengan stakeholder. Keefektifan atas fungsi audit dalam membatasi manajemen laba jenis income increasing dan income decreasing sangat dipengaruhi oleh kualitas audit itu sendiri, dimana kualitas audit seringkali diproksikan dengan ukuran kantor akuntan publik (Big 4 atau bukan) dan spesialisi industri auditor. Banyak penelitian terdahulu kerap memproksikan kualitas audit dengan ukuran kantor akuntan publik (KAP), dalam pengaruhnya terhadap praktik manajemen laba. Autore et al., (2009) dalam Hutabarat (2012) menjelaskan bahwa ukuran KAP mungkin menjadi lebih penting pada industri perbankan, karena sifat operasional industri perbankan yang lebih kompleks dan risiko ketidakpastian informasi yang lebih tinggi dibandingkan industri lainnya. Huang dan Li (2009) dalam Kanagaretnam et al., (2010) mengemukakan bahwa auditor Big 5 (pada waktu itu Arthur Andersen masih ada) dinilai akan lebih mampu mendeteksi manajemen laba karena ada tuntutan bagi auditor Big 5 untuk melindungi reputasi mereka dengan menghasilkan audit yang berkualitas. Terkait dengan manajemen laba jenis income increasing dan income decreasing, DeBoskey dan Jiang (2012) mengemukakan bahwa umumnya auditor akan lebih berupaya untuk mencegah perilaku oportunistis manajemen yang menghasilkan income increasing accruals, karena keberadaan risiko litigasi bagi auditor yang semakin besar. St. Pierre dan Anderson (1984) dalam DeBoskey dan Jiang (2012) menjelaskan bahwa pada umumnya auditor kurang memperhatikan perilaku konservatif manajemen yang menghasilkan income decreasing accruals, karena lebih kecil kemungkinannya auditor dituntut akibat gagal mendeteksi income decreasing, daripada dituntut akibat gagal mendeteksi income increasing. Berdasarkan penelitian terdahulu, maka hipotesis pertama yang diajukan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: H1a: Ukuran kantor akuntan publik memiliki pengaruh negatif terhadap manajemen laba jenis income increasing.
Universitas Indonesia
Pengaruh ukuran..., Shan Aristio, FE UI, 2014
5
H1b: Ukuran kantor akuntan publik memiliki pengaruh negatif terhadap manajemen laba jenis income decreasing. H1c: Ukuran kantor akuntan publik akan lebih mampu membatasi manajemen laba jenis income increasing dibandingkan income decreasing. Kanagaretnam et al., (2010) mengemukakan bahwa jika kualitas audit diproksikan dengan ukuran kantor akuntan publik, hal tersebut mengabaikan aspek keahlian auditor dalam industri tertentu (auditor industry expertise), aspek yang mungkin lebih penting dalam menilai kualitas audit. Senada dengan hal tersebut, Hutabarat (2012) mengemukakan bahwa auditor Big 4 memang cenderung mendominasi klien-klien di berbagai industri, namun ada kemungkinan auditor Big 4 tidak memiliki keunggulan kompetitif di industri tertentu. Black (1990b) dalam DeBoskey dan Jiang (2012) mengemukakan bahwa auditor lebih memahami isu akuntansi, namun kurang memahami isu perbankan dan pertimbangan regulasi. Tingkat subjektivitas yang tinggi dalam menentukan penilaian atas loan loss provision membuat auditor kerap kesulitan dalam menentukan kewajaran loan loss provision (Moyer, 1990, dalam DeBoskey dan Jiang, 2012). DeBoskey dan Jiang (2012) mengemukakan bahwa meskipun secara umum auditor memiliki prosedur yang sama dalam mengaudit bank, namun auditor spesialis perbankan dinilai lebih memiliki pemahaman yang spesifik atas industri perbankan. Auditor spesialis perbankan diprediksi akan menghasilkan estimasi nilai loan loss provision yang lebih konservatif dan dinilai lebih mampu mendeteksi salah saji yang material sehingga akan menghasilkan audit yang lebih berkualitas, karena auditor memiliki potensi yang lebih besar untuk dituntut akibat gagal mendeteksi income increasing daripada gagal mendeteksi income decreasing atas laporan keuangan kliennya. DeBoskey dan Jiang (2012) juga menemukan bukti bahwa spesialisasi industri auditor lebih efektif dalam mereduksi income increasing earnings management. Berdasarkan penelitian terdahulu, maka hipotesis kedua yang diajukan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: H2a: Spesialisasi industri auditor memiliki pengaruh negatif terhadap manajemen laba jenis income increasing. H2b: Spesialisasi industri auditor memiliki pengaruh negatif terhadap manajemen laba jenis income decreasing. H2c: Spesialisasi industri auditor akan lebih mampu membatasi manajemen laba jenis income increasing dibandingkan income decreasing. Kebanyakan penelitian terdahulu dalam melakukan penelitian manajemen laba hanya terbatas pada perusahaan publik saja dalam pemilihan sampel penelitiannya, sehingga belum Universitas Indonesia
Pengaruh ukuran..., Shan Aristio, FE UI, 2014
6
banyak penelitian yang membahas tentang insentif dan hambatan bagi perusahaan private dalam melakukan manajemen laba (Bauwhede et al., 2003). Terkait dengan motivasi bagi perusahaan publik dalam melakukan manajemen laba, Degeorge et al., (1999) dalam penelitiannya menemukan bahwa manajer dalam melakukan manajemen laba sangat dipengaruhi oleh tekanan untuk meningkatkan laba periode berjalan, agar bisa melaporkan pertumbuhan laba yang positif dan mencapai target pencapaian laba oleh analis (meet or beat analyst forecast), serta sanggup mempertahankan kinerja optimal perusahaan (sustain recent performance). Beatty et al., (2002) dalam penelitiannya pada industri perbankan di Amerika mendokumentasikan bahwa dalam melakukan manajemen laba, dibandingkan dengan private bank, maka public bank lebih cenderung melakukan income increasing provisioning menggunakan loan loss provision untuk mengubah penurunan nilai laba sebelum pajak dan provisi agar menjadi peningkatan laba bersih di tahun berjalan. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah penurunan harga saham pada public bank yang diakibatkan oleh penurunan laba yang dilaporkan, yang pada akhirnya akan mempengaruhi besaran benefit yang diterima oleh manajemen (Core et al., 2000, dalam Beatty et al., 2002). Dalam penelitiannya tentang perusahaan publik yang melakukan penawaran saham sekunder, Teoh et al., (1998) menemukan bahwa perusahaan mengecilkan discretionary accruals agar bisa menghasilkan laba yang lebih besar (income increasing provisioning) saat perusahaan tersebut akan melepas saham sekundernya, sehingga harga sahamnya akan meningkat saat penjualan agar bisa menghasilkan capital gain yang lebih besar. Bauwhede et al., (2003) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa berdasarkan banyaknya penelitian terkait manajemen laba pada perusahaan publik, merupakan hal yang beralasan jika kepemilikan publik atas suatu perusahaan dinilai lebih menimbulkan motivasi bagi manajemen untuk melakukan income increasing dibandingkan dengan income decreasing. Berdasarkan penelitian terdahulu, hipotesis yang diajukan adalah: H3a: Bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (public bank) memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan manajemen laba melalui income increasing. Terkait dengan perusahaan dengan jenis private, Beatty dan Harris (1999) mengemukakan bahwa perusahaan private cenderung lebih memiliki asimetri informasi yang lebih kecil karena memiliki kepemilikan yang terkonsentrasi, dan memiliki proporsi investor jangka panjang yang lebih besar daripada perusahaan publik. Hal tersebut menyebabkan perusahaan private kurang memiliki insentif untuk melakukan manajemen laba. Hal Universitas Indonesia
Pengaruh ukuran..., Shan Aristio, FE UI, 2014
7
sebaliknya dikemukakan oleh Arnedo et al., (2007) yang melakukan penelitian tentang pengaruh status perusahaan public atau private terhadap manajemen laba di Spanyol. Hasil penelitian tersebut menemukan bahwa dibandingkan dengan perusahaan public, perusahaan private ternyata lebih cenderung melakukan income decreasing karena dominannya motivasi perpajakan, sehingga manajemen berupaya untuk meminimalisir laba yang diperoleh agar tidak perlu membayar pajak dengan jumlah besar. Hal senada juga dikemukakan oleh Coppens dan Peek (2005) dalam penelitiannya atas manajemen laba pada perusahaan private di Eropa. Penelitian tersebut menemukan bahwa perusahaan private ternyata tidak berupaya untuk mencegah terjadinya kerugian dalam jumlah kecil, pada negara yang pengaruh perpajakannya lebih kuat daripada pengaruh capital market. Berdasarkan penelitian terdahulu, maka hipotesis berikutnya yang diajukan adalah: H3b: Bank yang tidak terdaftar di Bursa Efek Indonesia (private bank) memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan manajemen laba melalui income decreasing.
3. Metodologi Penelitian 3.1 Pemilihan Sampel Populasi penelitian ini adalahperusahaan perbankan umum konvensional di Indonesia (Bank Persero, Bank Swasta Umum Nasional Devisa, Bank Swasta Umum Nasional NonDevisa, dan Bank Campuran) periode 2010-2013. Bank Pembangunan Daerah dan Bank Asing dikeluarkan dari sampel karena perbedaan karakteristik kepemilikan Bank. Secara kepemilikan, Bank Pembangunan Daerah dimiliki seluruhnya oleh Pemerintah Daerah, sedangkan Bank Asing dimiliki seluruhnya oleh perusahaan dinegara asal (di Indonesia dengan status Cabang), sehingga disinyalir memiliki insentif manajemen laba yang berbeda karena karakteristik kepemilikan yang berbeda dari perusahaan biasa tersebut. Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan adalah purposive judgment sampling, dengan kriteria yang ditentukan dalam pemilihan sampel adalah Bank Umum Konvensional (tidak termasuk Bank Syariah) yang tidak termasuk dalam kategori Bank Pembangunan Daerah dan Bank Asing, Bank yang memiliki data lengkap untuk setiap variabel selama periode 2010-2013, Bank yang sedang tidak dalam status pengawasan khusus dari Bank Indonesia, serta Bank yang mengungkapkan Laporan Opini Auditor. Sampel penelitian yang dipilih adalah 68 bank dengan 272 tahun observasi, dan data yang digunakan adalah Laporan
Universitas Indonesia
Pengaruh ukuran..., Shan Aristio, FE UI, 2014
8
Keuangan Publikasi Perbankan yang diperoleh dari Divisi Perizinan dan Publikasi Perbankan Bank Indonesia, serta Laporan Opini Auditor dari bank yang bersangkutan.
3.2 Model Penelitian Untuk menguji ketiga hipotesis yang diajukan, model penelitian ini menggunakan model acuan dari DeBoskey dan Jiang (2012) serta Kanagaretnam et al., (2010) yang didasarkan pada model Fudenberg dan Tirole (1995), dengan penambahan variabel return on asset (ROA) dan biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO). Ridho (2012) menjelaskan bahwa ROA dan BOPO sama-sama memberikan insentif kepada manajemen bank dalam melakukan income increasing dan income decreasing, karena ROA yang rendah akan menunjukkan bahwa bank memiliki tingkat profitabilitas yang buruk, sementara BOPO yang tinggi akan menunjukkan bank tidak memiliki kinerja yang efisien dalam beroperasi. Persamaan yang akan digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan terkait dengan income increasing dengan pengujian pengaruh jenis serta spesialisasi auditor adalah: DLLPNit = 0 + 1SPECit + 2PUBLIC + 3EBTPTAit + 4LNASSETit + 5CHASSETTAit + 6NPLTAit + 7CHNPLTAit + 8LLRTAit + 9CARit + 10ROAit + 11BOPOit + (Model 1) DLLPNit = 0 + 1KINDit + 2PUBLIC + 3EBTPTAit + 4LNASSETit + 5CHASSETTAit + 6NPLTAit + 7CHNPLTAit + 8LLRTAit + 9CARit + 10ROAit + 11BOPOit + (Model 2) Persamaan yang akan digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan terkait dengan income decreasing dengan pengujian pengaruh jenis serta spesialisasi auditor adalah: DLLPPit =
DLLPPit =
0 + 1SPECit + 2PUBLIC + 3EBTPTAit + 4LNASSETit + 5CHASSETTAit + 6NPLTAit + 7CHNPLTAit + 8LLRTAit + 9CARit + 10ROAit + 11BOPOit + (Model 3) 0 + 1KINDit + 2PUBLIC + 3EBTPTAit + 4LNASSETit + 5CHASSETTAit + 6NPLTAit + 7CHNPLTAit + 8LLRTAit + 9CARit + 10ROAit + 11BOPOit + (Model 4)
Keterangan: DLLPN
: Negative Discretionary Loan Loss Provision, merupakan proksi dari income increasing earnings management dengan menggunakan nilai absolut.
DLLPP
: Positive Discretionary Loan Loss Provision, merupakan proksi dari income decreasing earnings management.
SPEC
: Auditor Industry Specialization; variabel dummy, bernilai 1 jika auditor bank i merupakan spesialis perbankan, bernilai 0 jika tidak
Universitas Indonesia
Pengaruh ukuran..., Shan Aristio, FE UI, 2014
9
KIND
: Ukuran Kantor Akuntan Publik; variabel dummy, bernilai 1 jika auditor merupakan anggota Big 4, bernilai 0 jika tidak
PUBLIC
: Jenis bank sebagai proksi untuk menunjukkan apakah bank tersebut listed atau non-listed; merupakan variabel dummy yang bernilai 1 jika bank terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dan bernilai 0 jika tidak
EBTPTA
1
: Earning Before Tax and Provision; merupakan rasio laba sebelum pajak ditambah dengan LLP2, terhadap total aset awal periode
LNASSET
: Ukuran bank; log natural aset
CHASSETTA3 : Change in Asset; merupakan rasio perubahan total aset tahun berjalan
terhadap total aset awal periode NPLTA
4
: Non-Performing Loan; merupakan rasio jumlah kredit macet terhadap total aset awal periode
CHNPLTA5 : Change in Non-Performing Loan; merupakan rasio perubahan kredit macet tahun berjalan terhadap total aset awal periode LLRTA6
: Loan Loss Reserve; merupakan rasio cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) awal periode terhadap total aset awal periode
CAR
: Capital adequacy ratio; persentase kewajiban penyertaan modal minimum
ROA
: Return on asset; persentase laba atas aset
BOPO
: Persentase biaya operasional terhadap pendapatan operasional
3.3 Variabel Dependen Variabel dependen untuk pengujian hipotesis adalah discretionary loan loss provision (DLLP), yang akan dilakukan melalui dua tahapan mengacu kepada penelitian DeBoskey dan Jiang (2012). Peneliti terlebih dulu mengestimasi komponen normal (non-diskresioner) dari kerugian penurunan nilai. Persamaan yang akan digunakan adalah: LLPTAit =
0 + 1LLRTAit + 2NPLTAit + 3CHNPLTAit + 4NLCTAit + 5LOANTAit + 6CHLOANTAit +
1
Nilai EBTPTA diperoleh dari rumus (Laba Sebelum Pajak + Kerugian Penurunan Nilai Bersih) ÷ Total Aset Awal Periode LLP adalah Loan Loss Provision, merupakan biaya kerugian penurunan nilai (impairment) atas kredit. Untuk mengetahui nilai LLP periode berjalan diperoleh dari Beban Kerugian Penurunan Nilai atas kredit disalurkan, dikurangi dengan Pemulihan atas Kerugian Penurunan Nilai atas kredit disalurkan. 3 CHASSETTA diperoleh dari rumus (Total Aset Periode Berjalan Total Aset Periode Lalu) ÷ Total Aset Awal Periode 4 NPLTA diperoleh dari rumus (Persentase NPL Net Tahun Berjalan x Total Kredit Tahun Berjalan) ÷ Total Aset Awal Periode 5 CHNPLTA diperoleh dari rumus (Jumlah Nominal Kredit Macet Net Periode Berjalan Jumlah Nominal Kredit Macet Net Periode Lalu) ÷ Total Aset Awal Periode 6 LLRTA diperoleh dari rumus (CKPN Periode Lalu ÷ Total Aset Awal Periode) 2
Universitas Indonesia
Pengaruh ukuran..., Shan Aristio, FE UI, 2014
10
Keterangan: LLPTA
: Loan Loss Provision; beban kerugian penurunan nilai dibagi dengan total aset awal periode
LLRTA
: Loan Loss Reserve; cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) awal periode dibagi dengan total aset awal periode
NPLTA
: Non-Performing Loan; jumlah kredit macet dibagi dengan total aset awal periode
CHNPLTA
: Change in Non-Performing Loan; perubahan kredit macet tahun berjalan dibagi dengan total aset awal periode
NLCTA
: Net Loan Charge Offs; jumlah kredit yang dihapusbukukan dibagi dengan total aset awal periode
LOANTA
: Outstanding loan; jumlah kredit yang disalurkan dibagi dengan total aset awal periode
CHLOANTA
: Change in outstanding loan; perubahan jumlah kredit yang disalurkan dibagi dengan total aset awal periode
Residu dari regresi atas persamaan diatas akan menjadi komponen abnormal (diskresioner) dari kerugian penurunan nilai, yang nilainya akan menjadi nilai komponen DLLP. Pada tahapan kedua, peneliti akan menguji nilai DLLP tersebut, dimana nilai DLLP positif (DLLPP) dan DLLP negatif (DLLPN) akan diuji secara terpisah. Dalam tahapan pengujian kedua ini, nilai DLLPN akan diabsolutkan.
3.4 Spesialisasi Industri Auditor Spesialisasi industri auditor merupakan variabel independen dalam pengujian hipotesis. Neal dan Riley (2004) dalam Kanagaretnam et al., (2010) menjelaskan bahwa auditor bisa dikatakan spesialis industri jika memiliki pangsa pasar yang besar. Lebih jauh, Balsam et al., (2003) dalam DeBoskey dan Jiang (2012) mengemukakan bahwa penggunaan pangsa pasar untuk mengetahui spesialisasi industri auditor akan lebih baik, karena memiliki banyak klien di suatu industri akan lebih baik ketimbang memiliki sedikit klien besar. Fitriany (2011) dalam penelitiannya tentang pengaruh kompetensi dan independensi akuntan publik terhadap kualitas audit, melakukan pengukuran persentase pangsa pasar auditor dengan perhitungan sebagai berikut: Pangsa Pasar KAP = (jumlah klien KAP di industri tersebut ÷ jumlah seluruh populasi perusahaan di industri tersebut) x (rata-rata aset klien KAP di industri
Universitas Indonesia
Pengaruh ukuran..., Shan Aristio, FE UI, 2014
11
tersebut ÷ rata-rata aset seluruh populasi perusahaan di industri tersebut) Dari perhitungan persentase pangsa pasar KAP diatas, Neal dan Riley (2004) dalam DeBoskey dan Jiang (2012) mengemukakan bahwa auditor dianggap sebagai spesialis industri jika memiliki nilai persentase pangsa pasar sebesar (1/N)*1,2. Nilai N adalah jumlah KAP dalam Kelompok Kantor Akuntan Publik Besar, dimana berjumlah 4 KAP pasca pembubaran Arthur Andersen. Hal ini berarti auditor dikatakan spesialis perbankan jika memiliki nilai persentase pangsa pasar KAP dari perhitungan diatas, sebesar (1/4)*1,2 atau sebesar 30% atau lebih. Variabel SPEC ini merupakan variabel dummy, dimana jika suatu KAP memiliki persentase pangsa pasar senilai 30% atau lebih akan diberikan nilai 1, dan bernilai 0 jika suatu KAP tidak memiliki persentase pangsa pasar senilai 30% atau lebih. 4. Hasil Empiris Pengujian 4.1 Statistik Deskriptif Tabel 4.1 – Statistik Deskriptif DLLPN (Model Income Increasing) Standar Minimal Maksimal Deviasi DLLPN 150 0.0043784 0.0044570 0.00005 0.0309036 Diaudit oleh Big-4 Diaudit oleh non Big-4 Variabel Obs. Obs. (%) Obs. (%) KIND 150 65 43.33% 85 56.67% Diaudit oleh spesialis Diaudit oleh non-spesialis Variabel Obs. Obs. (%) Obs. (%) SPEC 150 39 24% 111 76% Public Bank Private Bank Variabel Obs. Obs. (%) Obs. (%) PUBLIC 150 85 56.67% 65 43.33% Standar Variabel Obs. Rata-rata Minimal Maksimal Deviasi EBTPTA 150 0.0171250 0.0248055 -0.1802466 0.0605538 ASSET 150 35.683.938*) 0.7694789 166.363*) 648.250.177*) CHASSETTA 150 0.2264158 0.3505384 -0.3232344 2.837702 NPLTA 150 0.0085234 0.0092482 0 0.0490706 CHNPLTA 150 0.0008752 0.0101012 -0.0298613 0.0753469 LLRTA 150 0.0116459 0.0183243 0 0.186606 CAR 150 0.2402891 0.1934689 0.0941 1.4614 ROA 150 0.0168072 0.0156782 -0.0775 0.0542 BOPO 150 0.8368740 0.1652756 0.707882 1.5918 *) dalam Rp. 000.000,-. Nilai variabel EBTPTA, CHASSETTA, NPLTA, CHNPLTA, dan LLRTA, berbentuk proporsi terhadap total aset masing-masing bank di awal periode. DLLPN: Negative Discretionary Loan Loss Provision; SPEC: auditor spesialis perbankan; KIND: jenis auditor; PUBLIC: bank yang terdaftar di BEI; EBTPTA: laba sebelum pajak dan kerugian penurunan nilai; LNASSET: ukuran bank; CHASSETTA: perubahan aset bank; NPLTA: jumlah kredit macet; CHNPLTA: perubahan kredit macet; LLRTA: cadangan kerugian penurunan nilai; CAR: rasio kecukupan modal; ROA: rasio laba bersih terhadap aset; BOPO: rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Variabel
Obs.
Rata-rata
Universitas Indonesia
Pengaruh ukuran..., Shan Aristio, FE UI, 2014
12
Variabel DLLPN merupakan variabel dependen untuk melihat income increasing earnings management bank menggunakan discretionary loan loss provision pada periode tertentu, yang nilainya diabsolutkan untuk mempermudah menganalisa hasil regresi. Angka DLLPN yang semakin besar menunjukkan semakin tingginya agresivitas bank dalam menggunakan kebijakan diskresioner atas kerugian penurunan nilai untuk meningkatkan laba yang dilaporkan. Variabel spesialisasi industri auditor (SPEC), ukuran kantor akuntan publik (KIND), dan bank yang terdaftar di BEI (PUBLIC) merupakan variabel dummy, sehingga nilai minimal dan maksimalnya akan bernilai 0 dan 1. Dalam observasi penelitian atas bank yang melakukan income increasing, terdapat 111 dari 150 observasi dimana bank diaudit oleh auditor yang bukan spesialis perbankan, 85 dari 150 observasi dimana bank diaudit oleh KAP non-Big 4, dan 65 dari 150 observasi merupakan bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tabel 4.2 – Statistik Deskriptif DLLPP (Model Income Decreasing) Standar Minimal Maksimal Deviasi DLLPP 122 0.006107 0.0092224 0.0000052 0.0583317 Diaudit oleh Big-4 Diaudit oleh non Big-4 Variabel Obs. Obs. (%) Obs. (%) KIND 122 76 62.29% 46 37.71% Diaudit oleh spesialis Diaudit oleh non-spesialis Variabel Obs. Obs. (%) Obs. (%) SPEC 122 42 34.42% 80 65.58% Public Bank Private Bank Variabel Obs. Obs. (%) Obs. (%) PUBLIC 122 62 50.81% 60 49.19% Standar Variabel Obs. Rata-rata Minimal Maksimal Deviasi EBTPTA 122 0.0252151 0.0222798 -0.0775818 0.0723561 ASSET 122 60.478.451*) 0.8825931 132.839*) 489.106.664*) CHASSETTA 122 0.2902289 0.3485963 -0.1705751 2.184561 NPLTA 122 0.0097558 0.017035 0 0.1336522 CHNPLTA 122 -0.0019261 0.0150749 -0.1163302 0.0240599 LLRTA 122 0.014932 0.0200563 0 0.1919366 CAR 122 0.2718779 0.4788560 0.1035 4.8958 ROA 122 0.0158016 0.022055 -0.1290 0.0493 BOPO 122 0.8574016 0.179664 0.3588 1.7380 *) dalam Rp. 000.000,-. Nilai variabel EBTPTA, CHASSETTA, NPLTA, CHNPLTA, dan LLRTA, berbentuk proporsi terhadap total aset masing-masing bank di awal periode. DLLPP: Positive Discretionary Loan Loss Provision; SPEC: auditor spesialis perbankan; KIND: jenis auditor; PUBLIC: bank yang terdaftar di BEI; EBTPTA: laba sebelum pajak dan kerugian penurunan nilai; LNASSET: ukuran bank; CHASSETTA: perubahan aset bank; NPLTA: jumlah kredit macet; CHNPLTA: perubahan kredit macet; LLRTA: cadangan kerugian penurunan nilai; CAR: rasio kecukupan modal; ROA: rasio laba bersih terhadap aset; BOPO: rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Variabel
Obs.
Rata-rata
Variabel DLLPP merupakan variabel dependen untuk melihat income decreasing earnings management bank menggunakan discretionary loan loss provision pada periode tertentu. Angka DLLPP yang semakin besar menunjukkan semakin tingginya agresivitas bank dalam menggunakan kebijakan diskresioner atas kerugian penurunan nilai untuk menurunkan laba yang dilaporkan. Variabel spesialisasi industri auditor (SPEC), ukuran kantor akuntan publik (KIND), dan bank yang terdaftar di BEI (PUBLIC) merupakan variabel dummy, sehingga nilai minimal dan maksimalnya akan bernilai 0 dan 1. Dalam observasi penelitian atas bank yang melakukan income increasing, terdapat 80 dari 122 observasi dimana bank diaudit oleh
Universitas Indonesia
Pengaruh ukuran..., Shan Aristio, FE UI, 2014
13
auditor yang bukan spesialis perbankan, 46 dari 122 observasi dimana bank diaudit oleh KAP non-Big 4, dan 60 dari 122 observasi merupakan bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 4.2 Hasil Regresi Panel dan Analisis Untuk menguji hipotesis yang diajukan, penelitian ini melakukan empat kali pengujian secara terpisah, yaitu model (1) untuk menguji SPEC terhadap DLLPN; model (2) untuk menguji pengaruh KIND terhadap DLLPN; model (3) untuk menguji pengaruh SPEC terhadap DLLPP; dan model (4) untuk menguji pengaruh KIND terhadap DLLPP. Regresi untuk model (1) dan (2) diolah menggunakan metode Fixed Effect, sedangkan regresi untuk model (3) dan (4) diolah menggunakan metode Pooled Least Square. Hasil-hasil regresi merupakan data yang sudah mendapat perlakuan statistik sehingga memenuhi asumsi BLUE. Hasil regresi model (2) untuk income increasing dan model (4) untuk income decreasing, menunjukkan bahwa ukuran KAP ternyata tidak memiliki pengaruh terhadap income increasing, namun ukuran KAP memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap income decreasing. Hasil pengujian model (4) menyiratkan bahwa ukuran KAP lebih mampu membatasi praktik income decreasing dibandingkan income increasing pada industri perbankan di Indonesia, sehingga hipotesis 1a ditolak, hipotesis 1b diterima dan hipotesis 1c ditolak. Hasil regresi model (1) untuk income increasing dan model (3) untuk income decreasing, menunjukkan bahwa spesialisasi industri auditor ternyata tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba, baik itu income increasing maupun income decreasing, sehingga hipotesis 2a, hipotesis 2b dan hipotesis 2c ditolak. Hasil regresi ini berkebalikan dengan hasil penelitian Kanagaretnam et al., (2010) serta DeBoskey dan Jiang (2012) yang menjadi acuan dalam penelitian ini. Hasil penelitian Kanagaretnam et al., (2010) yang membandingkan pengaruh ukuran KAP dan spesialisasi industri auditor dalam membatasi income increasing menggunakan discretionary loan loss provision pada industri perbankan, menemukan bahwa keduanya mampu membatasi income increasing secara signifikan. Begitupun dengan hasil penelitian DeBoskey dan Jiang (2012) yang membandingkan pengaruh spesialisasi industri auditor dalam membatasi income increasing dan income decreasing, membuktikan bahwa spesialisasi industri auditor secara signifikan mampu mempengaruhi praktik income increasing menggunakan discretionary loan loss provision. Sementara hasil penelitian ini menunjukkan hasil yang sama dengan hasil penelitian DeBoskey dan Jiang (2012) yang tidak berhasil membuktikan bahwa spesialisasi industri auditor mampu membatasi income decreasing, dengan alasan auditor spesialis kurang memperhatikan aspek income decreasing, karena kecil kemungkinan bahwa auditor akan dituntut akibat gagal mendeteksi income decreasing. Terkait dengan hasil pengujian yang tidak berhasil membuktikan ukuran KAP dalam membatasi praktik income increasing, penelitian Bauwhede et al., (2003) di Belgia juga menunjukkan hasil yang sama, bahwa ukuran KAP ternyata tidak terbukti memberikan pengaruh negatif terhadap praktik income increasing. Penelitian tersebut mengemukakan bahwa perusahaan di negara penganut civil law lebih memiliki sedikit insentif untuk melakukan income increasing, sehingga ukuran tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan discretionary accruals pada kasus income increasing. Hasil pengujian pada model (4) menunjukkan bahwa ukuran kantor akuntan publik mampu memberikan pengaruh negatif secara signifikan, yang menunjukkan bahwa praktik income decreasing mampu dibatasi jika auditor bank tersebut adalah auditor dalam kelompok Big 4. Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh Bauwhede et al., (2003), yang menemukan bahwa auditor Big 6 mampu membatasi praktik income decreasing, karena auditor cemas akan otoritas perpajakan jika klien mereka terlalu agresif dalam mengecilkan nilai laba kena pajak mereka. Universitas Indonesia
Pengaruh ukuran..., Shan Aristio, FE UI, 2014
Pengaruh ukuran..., Shan Aristio, FE UI, 2014
()
(+)
()
?
?
(+)
(+)
()
()
?
(+)
KIND
PUBLIC
EBTPTA
LNASSET
CHASSETTA
NPLTA
CHNPLTA
LLRTA
CAR
ROA
BOPO
0.035** Prob.F 0.0115
Adj.R2 0.3261
0.144
0.216
0.115
0.000***
0.000***
0.294
0.307
0.364
0.073*
0.441
P>t
-0.00545
0.11819
0.00146
-0.10035
0.26830
0.22602
-0.00121
-0.00176
-0.31290
-0.00187
-0.00026
COEF.
MODEL (1) - SPEC
Adj.R2 0.3259
-0.00539
0.11681
0.00152
-0.10029
0.26785
0.22555
-0.00120
-0.00195
-0.03062
-0.00187
-0.000048
COEF.
Prob.F 0.0131
0.039**
0.149
0.223
0.116
0.000***
0.000***
0.307
0.272
0.367
0.072*
0.489
P>t
MODEL (2) – KIND
()
?
?
(+)
()
()
?
?
(+)
()
()
()
EXPECTED SIGN
Adj.R2 0.7696
0.00369
-0.69611
-0.00026
0.18434
-0.17352
-0.18428
0.00015
0.00018
0.62131
-0.00167
-0.00063
COEF.
Prob.F 0.0000
0.246
0.000***
0.392
0.000***
0.000***
0.000***
0.447
0.406
0.000***
0.065*
0.247
P>t
MODEL (3) – SPEC
Adj.R2 0.7774
0.00356
-0.70480
-0.00010
0.18524
-0.17772
-0.20042
0.00004
0.00140
0.61934
-0.00236
-0.00259
COEF.
Prob.F 0.0000
0.250
0.000***
0.457
0.000***
0.000***
0.000***
0.484
0.080*
0.000***
0.019**
0.019**
P>t
MODEL (4) - KIND
INCOME DECREASING (DLLPP)
DLLPN: Negative Discretionary Loan Loss Provision; DLLPP: Positive Discretionary Loan Loss Provision; SPEC: auditor spesialis perbankan; KIND: jenis auditor; PUBLIC: bank yang terdaftar di BEI; EBTPTA: laba sebelum pajak dan kerugian penurunan nilai; LNASSET: ukuran bank; CHASSETTA: perubahan aset bank; NPLTA: jumlah kredit macet; CHNPLTA: perubahan kredit macet; LLRTA: cadangan kerugian penurunan nilai; CAR: rasio kecukupan modal; ROA: rasio laba bersih terhadap aset; BOPO: rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional. (*: signifikan di level 10%; **: signifikan di level 5%; ***: signifikan di level 1%)
()
SPEC
VARIABEL
EXPECTED SIGN
INCOME INCREASING (DLLPN)
Tabel 4.3 Ringkasan Hasil Regresi Model Income Increasing dan Income Decreasing
14
Peneliti menduga beberapa alasan mengapa ukuran KAP mampu mempengaruhi manajemen laba, sedangkan spesialisasi industri auditor tidak terbukti mampu mempengaruhi manajemen laba. Dari sudut pandang bank sebagai user atas jasa audit, peneliti menduga bahwa pemahaman user atas KAP yang tergolong spesialisasi industri auditor perbankan
Universitas Indonesia
15
belum memadai, sehingga belum dijadikan prioritas utama dalam memilih KAP. Selain itu, peneliti menduga bahwa belum banyak auditor yang memiliki sertifikasi CFSA (Certified Financial Services Auditor) yang menunjukkan bahwa auditor tersebut memang spesialis dalam jasa keuangan, baik perbankan maupun asuransi. KAP Big 4 di Indonesia pun memiliki jumlah partner yang lebih banyak, staff yang lebih banyak, serta klien perusahaan publik yang lebih banyak dibandingkan dengan KAP non Big 4. Banyaknya jumlah partner dari suatu KAP menjadi suatu hal yang penting dalam penjelasan ini. Hal yang logis bila dikatakan dengan jumlah partner yang lebih banyak di KAP Big 4 dibandingkan dengan KAP non Big 4, maka klien di KAP Big 4 pun akan lebih banyak dibandingkan dengan KAP non Big 4, seperti yang bisa dilihat dari Lampiran 2 hingga Lampiran 5, dimana KAP Big 4 memiliki portofolio klien yang lebih banyak dan memiliki ukuran yang lebih besar (dilihat secara total aset klien KAP) dibandingkan dengan KAP non Big 4. Dengan banyaknya klien yang dimiliki oleh KAP Big 4, maka dependensi KAP akan audit fee dari klien individu (crown jewel client) yang dikhawatirkan hilang jika perikatan audit berakhir akan berkurang, sehingga membuat KAP Big 4 lebih mampu menjaga independensinya dari tekanan klien untuk mengeluarkan opini wajar tanpa pengecualian dan lebih mampu membatasi manajemen laba (DeAngelo, 1981, dalam Boone et al., 2010). Dengan memiliki klien yang lebih banyak dibandingkan KAP Second-tier, maka KAP First-tier akan menghasilkan lebih banyak pendapatan (“deep pockets”) yang kemudian digunakan untuk membangun reputasinya melalui pelatihan auditor dan investasi pada teknologi penunjang audit, sehingga akan meningkatkan kualitas jasa audit yang dihasilkan (DeAngelo, 1981, dalam Boone et al., 2010). Penggunaan teknologi penunjang jasa audit merupakan hal yang esensial dalam menunjang kualitas audit. Wallace (1980) dalam Gultom (2013) mengemukakan bahwa selain berperan sebagai monitoring role dan information role, audit juga berperan sebagai salah satu sarana bagi investor untuk dijadikan sarana kompensasi sekunder (litigation claims) sebagai upaya “sharing” risiko jika perusahaan mengalami kebangkrutan. Boone et al., (2010) mengemukakan bahwa litigation costs dan reputation loss akan memberikan insentif kepada auditor Big 4 untuk menjaga independensinya dan menghasilkan audit yang berkualitas tinggi, sehingga risiko litigasi pun bisa diminimalisir. Hasil regresi model (1) dan (2) untuk income increasing menunjukkan bahwa public bank memiliki hubungan negatif terhadap manajemen laba dengan metode income increasing. Hal tersebut mengindikasikan bahwa bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tidak terbukti melakukan income increasing, sehingga hipotesis 3a ditolak. Hasil yang menunjukkan hubungan negatif antara bank publik dengan income increasing tersebut tidak sesuai dengan hasil-hasil penelitian terdahulu yang mengemukakan bahwa bank publik lebih gencar melakukan income increasing sehingga diprediksi memiliki hubungan positif dengan discretionary loan loss provision (Beatty dan Harris, 1999; Beatty et al., 2002; Teoh et al., 1998; Degeorge et al., 1999; dan Bauwhede et al., 2003). Hubungan negatif antara bank publik dengan praktik income increasing bisa dijelaskan dari beberapa sudut pandang. Dari sudut pandang regulator, Bouvatier et al., (2014) menjelaskan bahwa meskipun pada bank dengan konsentrasi kepemilikan yang tinggi cenderung menggunakan discretionary loan loss provision untuk melakukan manajemen laba, perilaku ini akan berkurang jika ada pengaruh kuat dari regulator, yang memiliki otoritas dalam melakukan tindakan disipliner atas suatu bank. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan hubungan negatif antara public bank dengan manajemen laba secara keseluruhan. Secara umum, industri perbankan di Indonesia memang merupakan industri yang diregulasikan dengan ketat (heavily regulated industry) dibawah supervisi Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter dan perbankan sebelum tahun 2014. Namun secara
Universitas Indonesia
Pengaruh ukuran..., Shan Aristio, FE UI, 2014
16
khusus mengenai public bank dan private bank, pengawasan atas public bank relatif lebih ketat daripada pengawasan private bank sebelum Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berfungsi secara efektif per 1 Januari 2014. Hal ini dikarenakan keberadaan Badan Pengawasan Pasar Modal (BAPEPAM) yang mengawasi secara ketat perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sehingga public bank memiliki lebih banyak pengawas (BAPEPAM, BI dan pihak Bursa Efek Indonesia) dibandingkan dengan private bank yang diawasi oleh BI saja. Pengawasan yang relatif lebih ketat bagi public bank membuat praktik manajemen laba lebih terbatas bagi public bank. Dari sudut pandang pasar modal sendiri, Bursa Efek Indonesia (BEI) bisa dikatakan tertinggal jauh dibelakang pasar modal negara maju lainnya, khususnya jika dibandingkan dengan Amerika dan Inggris yang menjadi lokasi penelitian dari kebanyakan penelitian sejenis. Jika dilihat dari jumlah emiten, maka emiten yang terdaftar di BEI jumlahnya masih jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah emiten di Amerika, Inggris, bahkan Singapura. Perbedaan kondisi tersebut menyebabkan market pressure sebagai insentif untuk melakukan income increasing di Indonesia relatif lebih kecil dibandingkan dengan negara-negara tersebut. Jika dilihat dari karakteristik perusahaan, Bauwhede et al., (2003) dalam penelitiannya tentang manajemen laba di Belgia menjelaskan bahwa karakteristik mayoritas perusahaan di Belgia adalah privately hold, family owned, dan concentrated ownership. Karakteristik yang sama juga berlaku di Indonesia, yang memiliki struktur perusahaan yang family owned (Arifin, 2003, dalam Siregar dan Utama, 2008), kepemilikan yang terkonsentrasi, dan lebih banyak yang privately held dibandingkan dengan yang publicly held. Hal tersebut membuat pasar modal di Belgia dan Indonesia sama-sama relatif kurang berkembang dan lebih terbelakang jika dibandingkan dengan Amerika dan Inggris yang memiliki karakteristik perusahaan yang publicly held, publicly owned, dan wide spread ownership. Perbedaan karakteristik tersebut mengakibatkan ada perbedaan manajemen laba yang terjadi antara perbankan di Indonesia dengan perbankan di Amerika yang menjadi lokasi penelitian acuan atas penelitian ini. Hasil pengujian hipotesis 3b pada model (3) dan (4) untuk income decreasing yang menunjukkan hubungan negatif antara bank publik dengan income decreasing mengindikasikan bahwa semakin banyak bank yang terdaftar di BEI, maka akan semakin sedikit tingkat income decreasing yang terjadi di industri perbankan di Indonesia. Hal tersebut bisa diartikan sebagai private bank lebih agresif dalam melakukan income decreasing, sehingga hipotesis 3b diterima. Namun jika melihat koefisien dan signifikansi yang lebih baik pada model (3) dan (4) untuk income decreasing dibandingkan dengan koefisien dan signifikansi pada model (1) dan (2) untuk model income increasing, maka terlihat bahwa di Indonesia praktik income decreasing lebih menonjol daripada praktik income increasing. Hasil negatif pada model income decreasing tersebut memang memiliki arah yang sesuai dengan hipotesis 3b yang diajukan, namun memiliki penjelasan yang berbeda dari yang diajukan semula yang mengemukakan bahwa income increasing akan lebih menonjol daripada praktik income decreasing. Laporta et al., (2000) dalam Arnedo et al., (2007) mengemukakan bahwa public bank di negara dengan sistem hukum civil law atau code law akan lebih cenderung melakukan income decreasing daripada melakukan income increasing, agar bisa melaporkan dividend payout ratio yang tinggi sebagai sinyal akan minimnya praktik ekspropriasi. Dividend payout ratio yang tinggi ini diperlukan sebagai upaya signaling bagi perusahaan di negara penganut sistem civil law untuk menarik minat investor (khususnya investor non-ritel asing), karena perusahaan di negara penganut civil law seperti di Indonesia, memiliki karakteristik proteksi investor yang lebih rendah daripada negara penganut common law seperti di Amerika (Wulandari dan Ayu, 2010).
Universitas Indonesia
Pengaruh ukuran..., Shan Aristio, FE UI, 2014
17
Penjelasan berikutnya yang memungkinkan atas hal ini menurut Herrmann dan Inoue (1996) adalah karena dominannya pertimbangan political cost (yang salah satunya diproksikan menggunakan ukuran perusahaan), karena pertambahan aset dalam jumlah besar akan menimbulkan kesan keberadaan praktik monopoli, sedangkan jika ada pengurangan aset dalam jumlah besar akan menimbulkan kesan bahwa bank mengalami kesulitan dan berpotensi bangkrut. Hal lain menurut penelitian tersebut yang memicu praktik income decreasing yang lebih banyak dari income increasing adalah motivasi perpajakan di negara tersebut. Herrmann dan Inoue (1996) mengemukakan bahwa di negara tertentu, tingkat pajak bisa menjadi faktor penentu dalam menentukan pilihan akuntansi, karena perusahaan cenderung menghindari laba yang lebih tinggi karena akan berdampak kepada tagihan pajak yang lebih tinggi, walaupun disisi lain akan menimbulkan potensi penyelidikan pajak oleh otoritas perpajakan jika terlalu agresif dalam melakukan income decreasing. Hal senada juga diungkapkan oleh Atik (2009) dalam penelitiannya atas manajemen laba menggunakan discretionary accounting atas perusahaan publik di Turki, yang mengemukakan bahwa tingkat pajak yang lebih tinggi di Turki dibandingkan dengan negara lainnya membuat praktik income decreasing lebih menonjol dibandingkan dengan income increasing, agar dari laba yang dilaporkan bisa menghasilkan tax liability yang lebih kecil. Hal tersebut menjadi lebih relevan jika kita melihat perbedaan tingkat pajak di Turki dengan di Indonesia. KPMG International Tax Rate per 1 Januari 2014 dalam situsnya mempublikasikan bahwa tarif pajak di Turki sebesar 20%, sedangkan tarif pajak di Indonesia sebesar 25%, dan rata-rata tarif pajak di Asia sebesar 21,91%. Hal ini menunjukkan bahwa dibandingkan dengan tarif pajak di Turki dan rata-rata Asia, tarif pajak di Indonesia ternyata masih lebih tinggi sehingga bisa dikatakan perusahaan di Indonesia memiliki tekanan yang lebih besar untuk melakukan income decreasing untuk mengurangi tagihan pajak yang harus dibayarkan. Hubungan negatif antara public bank dengan income decreasing juga bisa mengindikasikan bahwa private bank di Indonesia lebih agresif dalam melakukan income decreasing dibandingkan dengan public bank yang relatif mengalami pengawasan yang lebih ketat dari regulator dan otoritas pasar modal seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Hasil tersebut sejalan dengan beberapa hasil penelitian terdahulu yang mendokumentasikan bahwa private bank ternyata lebih agresif dalam melakukan praktik income decreasing (Bauwhede et al., 2003; Coppens dan Peek, 2005; Arnedo et al., 2007). Bauwhede et al., (2003) mendokumentasikan bahwa private bank di Belgia lebih sering melakukan income decreasing dibandingkan dengan public bank, karena tipe perusahaan di Belgia yang family-owned akan memiliki insentif lebih besar untuk memperkecil laba yang dilaporkan, karena bagi perusahaan keluarga, kenaikan laba perusahaan dinilai secara langsung akan meningkatkan kekayaan keluarga pemilik perusahaan tersebut, dan berujung kepada munculnya permintaan atas kenaikan gaji karyawan. Arnedo et al., (2007) dalam penelitiannya di Spanyol mendokumentasikan bahwa perbankan di Spanyol juga menunjukkan hasil yang sama dengan yang dilaporkan oleh Bauwhede et al., (2003). Coppens dan Peek (2005) dalam penelitiannya terhadap perusahaan di Eropa menunjukkan bahwa perusahaan non-publik tidak berusaha untuk mencegah terjadinya kerugian dalam jumlah kecil, pada negara yang regulasi pajaknya dengan kuat mempengaruhi pelaporan keuangan perusahaan tersebut, seperti di Belgia, Perancis, Jerman, dan Italia. Signifikansi variabel yang lebih banyak dihasilkan pada model (3) dan (4) untuk pengujian income decreasing dibandingkan dengan model (1) dan (2) untuk pengujian income increasing, tidak sesuai dengan jurnal acuan dalam penelitian ini. Diduga hal ini dikarenakan penelitian ini menggunakan laporan keuangan individual dan bukannya menggunakan laporan keuangan konsolidasian dengan tujuan untuk menguji secara spesifik pengaruh discretionary loan loss provision atas manajemen laba pada bank yang bersangkutan. Penjelasan yang
Universitas Indonesia
Pengaruh ukuran..., Shan Aristio, FE UI, 2014
18
memungkinkan atas hal ini diperoleh dari Bauwhede et al., (2003) yang dalam penelitiannya menjelaskan bahwa accounting choices dalam laporan keuangan individual lebih dimotivasi oleh kepentingan perpajakan. 5. Kesimpulan Auditor spesialis perbankan tidak ditemukan memiliki pengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba, yang berarti spesialisasi industri auditor tidak bisa membatasi praktik income increasing dan income decreasing pada industri perbankan di Indonesia. Tidak mampunya spesialisasi industri auditor dalam membatasi manajemen laba, diduga karena belum banyak auditor yang memiliki sertifikasi atas audit jasa keuangan (certified financial services auditor), serta dugaan bahwa pemahaman bank (sebagai user dari jasa audit) atas KAP yang tergolong spesialisasi industri auditor perbankan belum memadai, sehingga belum dijadikan prioritas utama dalam memilih KAP. Auditor Big 4 tidak ditemukan memiliki pengaruh negatif terhadap income increasing, namun auditor Big 4 ditemukan memiliki pengaruh negatif terhadap income decreasing. Perusahaan pada negara penganut sistem civil law cenderung tidak memiliki insentif untuk melakukan income increasing, sehingga jenis auditor tidak memiliki pengaruh yang signifikan atas discretionary accruals untuk kasus income increasing (Bauwhede et al., 2003). Perusahaan pada negara penganut civil law lebih termotivasi untuk melakukan income decreasing dengan pertimbangan taxation purposes, political cost, upaya signaling akan ketiadaan praktik ekspropriasi dengan menghasikan dividend payout yang tinggi, serta upaya untuk menghindari tuntutan kenaikan gaji karyawan (Bauwhede et al., 2003; Herrmann dan Inoue, 1996; Arnedo et al., 2007; dan Atik, 2009). Secara keseluruhan, auditor dalam kelompok Big 4 mampu mendeteksi manajemen laba karena lebih memiliki kemampuan sumber daya yang lebih bagus dan kesiapan teknologi penunjang untuk menghasilkan audit yang lebih berkualitas, lebih mampu menjaga independensi dari pengaruh klien, serta memiliki insentif untuk mencegah timbulnya litigation cost dan reputation loss (Boone et al., 2010; DeAngelo, 1981; Wallace, 1980, dalam Gultom, 2013). Penelitian ini menolak hipotesis yang diajukan bahwa public bank akan memiliki hubungan positif terhadap praktik income increasing, namun penelitian ini menunjukkan hasil bahwa bank publik memiliki hubungan negatif yang signifikan terhadap manajemen laba, baik pada jenis income increasing maupun income decreasing. Perilaku manajemen laba atas bank publik akan berkurang jika bank tersebut terdaftar di Bursa Efek Indonesia, karena memiliki pengawasan yang lebih ketat (Bank Indonesia, Badan Pengawasan Pasar Modal serta Bursa Efek Indonesia) dalam membatasi ruang gerak manajemen dalam melakukan manajemen laba dibandingkan dengan private bank yang hanya diawasi oleh Bank Indonesia, sebelum Otoritas Jasa Keuangan beroperasi efektif per 1 Januari 2014. 6. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, dalam penelitian ini pengukuran kualitas audit hanya diproksikan dengan dua aspek saja, yaitu ukuran KAP dan spesialisasi industri auditor. Kemungkinan masih banyak aspek lainnya yang lebih bisa merepresentasikan kualitas audit, seperti fee audit, audit tenure, rotasi partner, dan lain-lain yang bisa ditambahkan kedalam model yang diajukan di penelitian ini. Penelitian selanjutnya dapat menambahkan proksi untuk kualitas audit, seperti audit fee, audit tenure, dan aspek lainnya agar bisa menjelaskan dengan lebih representatif pengaruh dari kualitas audit terhadap manajemen laba pada industri perbankan di Indonesia. Kedua, pengukuran spesialisasi industri auditor dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan market share. Peneliti tidak melakukan perhitungan spesialisasi industri auditor dengan Universitas Indonesia
Pengaruh ukuran..., Shan Aristio, FE UI, 2014
19
menggunakan pendekatan portfolio share atas jasa audit dari sebuah KAP dikarenakan kesulitan dalam perolehan data. Ada kemungkinan jika menggunakan pendekatan portfolio share bisa diperoleh hasil yang berbeda dalam mengetahui pengaruh spesialisasi industri auditor dalam membatasi praktik manajemen laba. Ketiga, penelitian ini dapat dikembangkan dengan menggunakan model lain agar bisa menjelaskan dengan lebih representatif tentang income-increasing earnings management di Indonesia yang belum bisa dibuktikan dalam penelitian ini. Referensi Adityasih, T. (2010). Analisa Pengaruh Pendidikan Profesi, Pengalaman Auditor, Jumlah Klien (Audit Capacity), dan Ukuran Kantor Akuntan Publik terhadap Kualitas Audit. Tesis. Depok: Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Anggraita, Viska. (2012). Dampak Penerapan PSAK 50/55 (revisi 2006) Terhadap Manajemen Laba Diperbankan: Peranan Mekanisme Corporate Governance, Struktur Kepemilikan, dan Kualitas Audit. Banjarmasin: Simposium Nasional Akuntansi 15. Arens, Alvin, A., Elder, Randall, J., & Beasley, M. (2008). Auditing and Assurance Services, 12th Edition. Singapore: Prentice Hall. Arnawa, I. G. (2006). Analisa Indikasi Manajemen Laba Melalui Discretionary Allowance for Loan Losses pada Perbankan Pasca Rekapitulasi. Tesis. Depok: Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Arnedo, L., Lizarraga, F., & Sanchez, S. (2007). Does Public/Private Status Affect the Level of Earnings Management in Code-Law Contexts Outside the United States? A Study Based On the Spanish Case. The International Journal of Accounting, Vol. 42., 305-328. Ashari, N., Hian, C. K., Soh, L. T., Wei, H. W. (1994). Factors Affecting Income Smoothing Among Listed Companies In Singapore. Accounting and Business Research, Vol. 24., 96, 291-301. Assih, P., & Gudono, M. (2000). Hubungan Tindakan Perataan Laba dengan Reaksi Pasar atas Pengumuman Informasi Laba Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 3 (1), 35-53. Atik, Asuman. (2009). Detecting Income-Smoothing Behaviors of Turkish Listed Companies Through Empirical Tests Using Discretionary Accounting Changes. Critical Perspectives on Accounting, Vol. 20., 591-613. Balsam, S., Khrishnan, J., & Yang, J. S. (2003). Auditor Industry Specialization And Earning Quality. Auditing: A Journal of Practice & Theory, Vol. 22., 2, 71-97. Bauwhede, V. H., Willekens, M., & Gaeremynck, A. (2003). Audit Firm Size, Public Ownership, and Firm Discretionary Accruals Management. The International Journal of Accounting, Vol. 38., 1-22. Beatty, A. & Harris, D. G. (1999). The Effects of Taxes, Agency Costs, and Information Assymetry on Earnings Management: A Comparison of Public and Private Firms. Review of Accounting Studies, 4, 299-326. Beatty, A. L., Ke, B., & Petroni, K. R. (2002). Earnings Management to Avoid Earnings Declines across Publicly and Privately Held Banks. The Accounting Review, Vol.77., 3, 547-570. Beaver, W., & Engel, E. E. (1996). Discretionary Behavior With Respect to Allowance for Loan Losses and The Behavior of Securities Prices. Journal of Accounting and Economics, Vol.34., 1, 177-206. Beneish, Mesood. (2001). Earnings Management: A Perspective. Working Paper. The Kelley School of Business, Indiana University, 1-16. Bonner, S. E., & Lewis, B. L. (1990). Determinants of Auditor Expertise. Journal of Accounting Research, Vol. 28., 1-20. Boone, P. J., Khurana, K. I., & Raman, K. K. (2010). Do The Big 4 and The Second-Tier Firms Provide Audits of Similar Quality? Journal of Accounting and Public Policy, Vol. 29., 330-352. Bouvatier, V., Lepetit, L., & Strobel, F. (2014). Bank Income Smoothing, Ownership Concentration and The Regulatory Environment. Journal of Banking & Finance, Vol. 41., 253-270. Burgstahler, D., & Dichev, I. (1997). Earnings Management to Avoid Earnings Decreases and Losses. Journal of Accounting and Economics, Vol. 24., 99-126. Coppens, L., & Peek, E. (2005). An Analysis of Earnings Management by European Private Firms. Journal of International Accounting, Auditing & Taxation, Vol. 14., 1-17. DeBoskey, D. G., & Jiang, W. (2012). Earnings Management and Auditor Specialization in the Post-SOX Era: An Examination of The Banking Industry. Journal of Banking & Finance, Vol. 36., 613-623. Degeorge, F., Patel, J., & Zeckhauser, R. (1990). Earnings Management to Exceed Thresholds. The Journal of Business, Vol. 72., 1-33. El Sood, H. A. (2012). Loan Loss Provisioning and Income Smoothing in US Banks Pre and Post The Financial Crisis. International Review of Financial Analysis, Vol. 25., 64-72.
Universitas Indonesia
Pengaruh ukuran..., Shan Aristio, FE UI, 2014
20
Fitrianny. (2011). Analisis Komprehensif Pengaruh Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik terhadap Kualitas Audit. Disertasi Doktor. Pasca Sarjana Ilmu Akuntansi Universitas Indonesia. Fonseca, A. R., & Gonzales, F. (2008). Cross-Country Determinants of Bank Income Smoothing by Managing Loan-Loss Provisions. Journal of Banking and Finance, Vol. 32., 217-228. Fudenberg, D., & Tirole, J. (1995). A Theory of Income and Dividend Smoothing Based in Incumbency Rents. Journal of Political Economy, Vol. 103., 1, 75-93. Ghozali, I. (2005). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi Kedua. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Godfrey, J., Hodgson, A., Hamilton, J., & Holmes, S. (2010). Accounting Theory. 7th Edition. Australia: John Wiley & Sons. Gujarati, D. N. (2003). Basic Econometrics. 4th Edition. New York: McGraw-Hill. Gultom, R.E. (2013). Pengaruh Tenure Audit dan Rotasi Auditor Terhadap Kualitas Audit Dengan Ukuran Kantor Akuntan Publik Sebagai Variabel Pemoderasi. Depok: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Habib, Ahsan. (2005). Firm-Spesific Determinants of Income Smoothing in Bangladesh: An Empirical Evaluation. Advances in International Accounting, Vol. 18., 53-71. Hepworth, S. R. (1953). Smoothing Periodic Income. The Accounting Review, 32-39. Herrmann, D., & Inoue, T. (1996). Income Smoothing and Incentives by Operating Condition: An Empirical Test Using Depreciation Changes in Japan. Journal of International Accounting, Auditing & Taxation, Vol. 5., 161-177. Herusetya, Antonius. (2009). Pengaruh Ukuran Auditor dan Spesialisasi Auditor Terhadap Kualitas Laba. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Vol. 6, No. 1. Hutabarat, C. N. (2012). Pengaruh Reputasi Auditor terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2000-2009. Depok: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Hutapea, P. D. (2005). Pengaruh Praktik Perataan Laba (Income Smoothing) Terhadap Perubahan Aktivitas Volume Perdagangan Saham di Bursa Efek Jakarta. Depok: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Kanagaretnam, K., Chee, Y. L., & Lobo, G. J. (2010). Auditor Reputation and Earnings Management: International Evidence from The Banking Industry. Journal of Banking & Finance, Vol.34., 2318-2327. Karlina, Indriani. (2008). Dampak Kepemilikan Manajerial Terhadap Manajemen Laba: Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2007. Depok: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Kusumaranny, A. (2013). Manajemen Laba dengan Menggunakan Penghapusan Penyisihan Aktiva Produktif Diskresioner untuk Tujuan Perataan Laba pada Perbankan Syariah di Indonesia. Depok: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Manurung, B. (2010). Pengaruh Diversifikasi Perusahaan dan Spesialisasi Industri Auditor terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007. Depok: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Nachrowi, D., & Usman, H. (2006). Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Pendekatan Populer dan Praktis. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Ridho, M. (2012). Pengaruh Penerapan PSAK 50 (Revisi 2006) dan PSAK 55 (Revisi 2006) terhadap Praktik Manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia. Depok: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Scott, W. R. (2011). Financial Accounting Theory. 6th Edition. Canada: Prentice Hall. Sekaran, U., & Bougie, R. (2010). Research Method For Business. 5th Edition. John Wiley & Sons Ltd. Siregar, V. S., & Utama, S. (2008). Type of Earnings Management and The Effect of Ownership Structure, Firm Size, and Corporate-Governance Practices: Evidence from Indonesia. The International Journal of Accounting, Vol. 43., 1-27. Suwardi, A. (2011). Modul Stata: Tahapan-Tahapan dan Perintah Data Panel. Depok: Laboratorium Komputasi Departemen Ilmu Ekonomi FEUI. Teoh, S. H., Welch, I., & Wong, T. J. (1998). Earnings Management & The Underperformance of Seasoned Equity Offerings. Journal of Financial Economics, Vol. 50., 63-99. Wulandari, & Ayu., R. (2010). Pengaruh Sistem Hukum terhadap Manajemen Laba dengan Kepemilikan Institusional Sebagai Variabel Pemoderasi: Studi Perbandingan Inggris dan Perancis. Purwokerto: Simposium Nasional Akuntansi 13.
Universitas Indonesia
Pengaruh ukuran..., Shan Aristio, FE UI, 2014