SAMBUTAN DEPUTI GUBERNUR BANK INDONESIA SERAH TERIMA JABATAN KEPALA KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI ACEH BANDA ACEH, 20 OKTOBER 2015 Yang kami hormati, Gubernur Provinsi Aceh, Bp. Zaini Abdullah, Forum Komunikasi Pimpinan Daerah Provinsi Aceh, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Aceh, Tgk H Muharuddin, Para Bupati dan Walikota di wilayah Provinsi Aceh atau yang mewakili, Kepala Perwakilan Otoritas Jasa Keuangan Provinsi Aceh, Anggota Tim Pengendalian Inflasi Daerah Tingkat Provinsi dan Kota/Kabupaten di Provinsi Aceh, Para Pimpinan Perbankan, Akademisi, Tokoh Agama dan Masyarakat, Pelaku Usaha, dan Rekan Media Pimpinan dan Pegawai Bank Indonesia, serta Hadirin dan Undangan yang Berbahagia.
Selamat Pagi dan Salam Sejahtera untuk kita semua 1.
Sebelum memulai sambutan di pagi hari ini, perkenankanlah kami mengajak Bapak/Ibu, serta seluruh hadirin yang berbahagia, untuk memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena hanya atas rahmat dan karunia-Nya kita semua dapat hadir di ruangan dan dalam suasana yang baik ini, untuk mengikuti acara “Serah Terima Jabatan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh”, dari Sdr. Zulfan Nukman kepada Sdr. Ahmad Farid.
2.
Serah terima jabatan di Bank Indonesia adalah suatu dinamika organisasi yang memiliki makna penting bagi kesinambungan kepemimpinan, untuk menjaga agar organisasi Bank Indonesia tetap memiliki kinerja dan motivasi yang tinggi, dalam menyongsong tuntutan tugas ke depan yang semakin dinamis dan kompleks, terutama dalam mengembangkan perekonomian, baik nasional maupun di daerah.
Bapak/Ibu, para hadirin yang kami hormati, 3.
Berdasarkan amatan kami, kondisi perekonomian global hingga akhir tahun 2015 masih akan diliputi oleh ketidakpastian. Dinamika perekonomian global saat ini, utamanya dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi di dua negara yang merupakan lokomotif ekonomi dunia, yaitu Amerika Serikat dan Tiongkok.
4.
Kecenderungan membaiknya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat tahun ini, menimbulkan ekspetasi kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat, atau yang dikenal dengan istilah Fed Fund Rate. Ketidakpastian waktu dan besaran kenaikan Fed Fund Rate tersebut, menyebabkan gejolak di pasar keuangan global dan trend penguatan Dollar Amerika.
5.
Normalisasi kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (the Fed) melalui kenaikan Fed Fund Rate tersebut, berpotensi memicu keluarnya arus modal (capital outflows) Page 1 of 6
dari negara-negara emerging market seperti Indonesia, setelah sebelumnya menerima aliran dana murah berkat adanya kebijakan The Fed yang menggelontorkan triliunan Dollar Amerika, atau yang dikenal dengan kebijakan Quantitative Easing, sebagai langkah untuk memulihkan krisis yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2008 lalu. 6.
Di sisi lain, ekonomi Tiongkok yang tumbuh rata-rata hampir dua digit per tahun dalam dua dekade, beberapa tahun terakhir mengalami perlambatan. Pada triwulan I dan II tahun 2015, ekonomi Tiongkok tumbuh hanya 7%. Perlambatan tersebut berdampak terhadap menurunnya permintaan barang-barang komoditas oleh Tiongkok, yang pada akhirnya menyebabkan penurunan harga komoditas. Bagi negara yang perekonomiannya bertumpu pada komoditas mentah seperti Indonesia, tentunya hal ini menyiratkan pesan bahwa tantangan pemulihan ekonomi kedepan akan semakin berat.
Bapak/Ibu, para hadirin yang kami hormati, 7.
Akibat perkembangan ekonomi yang terjadi beberapa bulan terakhir ini, sempat muncul kekhawatiran pada sebahagian masyarakat Indonesia, bahwa kondisi saat ini akan mengarah kepada krisis sebagaimana yang terjadi pada tahun 1998 yang lalu. Menanggapi hal tersebut, dapat kami sampaikan bahwa pondasi ekonomi Indonesia saat ini jauh lebih kuat dari pada saat krisis tahun 1998 terjadi.
8.
Pada krisis ekonomi 1998, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai minus 13,7 persen, dengan inflasi yang mencapai 77,6%, dan suku bunga Bank Indonesia naik hingga 57 persen, sementara cadangan devisa hanya sebesar 23,76 miliar Dollar Amerika.
9.
Selain itu, tingginya volatilitas nilai tukar menyebabkan Dolar Amerika melambung dengan cepat hingga mencapai Rp16.650 per USD, sehingga menyebabkan runtuhnya perbankan, bahkan banyak yang terpaksa ditutup. Kondisi perbankan saat itu semakin diperparah dengan tingginya angka kredit macet (NPL) yang mencapai 48,6 persen, serta rasio kecukupan modal (CAR) perbankan yang minus 15,7%.
10. Sedangkan bila melihat kondisi saat ini, pondasi ekonomi Indonesia jauh lebih baik bila dibandingkan tahun 1998 lalu. Ekonomi Indonesia pada triwulan II - 2015 tumbuh positif dengan pencapaian sebesar 4,67%, dan diperkirakan pada triwulan III akan tumbuh meningkat dengan kisaran 4,85%. 11. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang positif, kami mencatat tekanan inflasi sampai dengan September 2015 terkendali. Secara nasional pada September 2015 terjadi deflasi sebesar 0,05 persen (mtm), atau secara kumulatif year to date (Januari-September 2015) terjadi inflasi sebesar 2,24%, dan secara tahunan (yoy) sebesar 6,83%. Berdasarkan perkembangan inflasi sampai dengan September 2015, Bank Indonesia memandang bahwa target inflasi 2015 sebesar 4±1% akan dapat dicapai.
Page 2 of 6
12. Cadangan devisa saat ini juga jauh lebih baik bila dibandingkan pada saat krisis 1998. Posisi cadangan devisa Indonesia akhir September 2015 tercatat sebesar 101,7 miliar Dollar Amerika, yang berarti masih cukup untuk membiayai 6,8 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal dan menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan. 13. Dalam hal volatilitas rupiah, kami melihat sampai dengan saat ini volatilitas Rupiah tidaklah seburuk tahun 1998 lalu. Pada saat itu Rupiah terdepresiasi hingga minus 48% hanya dalam waktu yang singkat. Sementara sejak Januari sampai dengan minggu pertama Oktober 2015, Rupiah terdepresiasi sebesar 8,32%, dan angka ini masih lebih rendah bila dibandingkan negara-negara di beberapa kawasan seperti Brazil (41,70%), Turki (24,71%), Malaysia (18,31%), dan Chili (11,41%). 14. Bank Indonesia sebagai otoritas moneter akan selalu menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, dan kami berkomitmen akan terus berada di pasar untuk melakukan upaya stabilisasi nilai tukar Rupiah sesuai dengan fundamentalnya, guna mendukung terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan 15. Dari sisi perbankan, data indikator terakhir menunjukkan ketahanan sistem perbankan saat ini jauh berbeda dengan kondisi pada saat krisis tahun 1998. Secara rata-rata industri, per Agustus 2015 rasio kecukupan modal perbankan (CAR) berada di level 20,68%. Penyaluran kredit dan penghimpunan Dana Pihak Ketiga juga mengalami pertumbuhan meskipun agak melambat, masing-masing sebesar 10,95% dan 13,24%. Jumlah kredit bermasalah ( Non Performing Loan) relatif rendah, yaitu sebesar 2,76 persen dari total kredit.
Bapak/Ibu, para hadirin yang kami hormati,, 16. Mencermati kondisi makroekonomi dan perbankan tersebut, kami menghimbau agar masyarakat tidak perlu khawatir akan terjadinya krisis sebagaimana yang terjadi tahun 1998. Namun demikian, sebagai otoritas moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran, kami senantiasa waspada dalam mencermati perkembangan perekonomian global dan domestik. 17. Kami menyadari, kondisi perekonomian Indonesia masih akan dihadapkan pada berbagai tantangan yang tidak ringan dan bisa mengejutkan, baik yang datang dari eksternal/global, maupun domestik. Di sisi eksternal, Indonesia masih harus tetap waspada menghadapi ketidakpastian perekonomian global. 18. Sementara dari sisi domestik, perekonomian Indonesia masih diwarnai dengan pertumbuhan yang melambat, rendahnya absorbsi belanja infrastruktur, serta pertumbuhan kredit yang masih rendah. Selain itu transaksi berjalan dan fiskal mengalami defisit, utang luar negeri mengalami kenaikan, serta terjadinya fenomena El Nino yang dapat menganggu tingkat produksi pangan. 19. Menghadapi berbagai tantangan tersebut, Bank Indonesia telah mencanangkan bauran kebijakan yang mengutamakan stabilitas ekonomi untuk mendukung Page 3 of 6
pertumbuhan ekonomi yang sehat. Kebijakan Bank Indonesia senantiasa diarahkan untuk menciptakan kondisi makroekonomi yang stabil, terutama pencapaian inflasi menuju sasaran yang ditetapkan, dan menurunkan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sustainable. 20. Sementara itu, kebijakan Nilai Tukar tetap diarahkan untuk menjaga Rupiah yang selaras dengan nilai fundamentalnya, sehingga tidak menimbulkan ekspektasi depresiasi yang berlebihan, yang dapat menganggu stabilitas perekonomian. Melengkapi bauran kebijakan tersebut, kami akan terus memperkuat langkah koordinasi pengelolaan kebijakan makroekonomi dengan Pemerintah dan otoritas lainnya. 21. Beberapa minggu yang lalu, atau tepatnya tanggal 30 September 2015, Bank Indonesia mengeluarkan paket kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah sebagai kelanjutan paket kebijakan pada tanggal 9 September 2015. Paket kebijakan lanjutan tersebut difokuskan pada 3 pilar kebijakan yaitu: (1) menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah, (2) memperkuat pengelolaan likuiditas Rupiah, serta (3) memperkuat pengelolaan penawaran dan permintaan valuta asing (valas). 22. Kebijakan yang ditempuh oleh Bank Indonesia tersebut, sejalan dengan kebijakan Pemerintah yang mengeluarkan paket kebijakan ekonomi jilid I sampai IV pada bulan September dan Oktober 2015. Hal yang sama juga dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yang mengeluarkan paket kebijakan berisikan beberapa inisiatif di sektor keuangan yang jadi kewenangan OJK. Kami sangat mengapresiasi langkah yang ditempuh oleh Pemerintah dan OJK tersebut. 23. Kami melihat koordinasi Bank Indonesia dengan Pemerintah khususnya otoritas fiskal, serta otoritas lainnya seperti OJK, selama ini telah berjalan dengan baik dan bersinergi. Sinergi kebijakan tersebut sangat dibutuhkan demi menjaga stabilitas dan memulihkan kondisi perekonomian nasional.
Bapak/Ibu, para hadirin yang kami hormati, 24. Pertumbuhan ekonomi nasional merupakan refleksi dari pertumbuhan ekonomi di daerah. Oleh karenanya, sebagai Bank Sentral kami menaruh perhatian penuh pada pengembangan perekonomian, pengendalian inflasi, dan perumusan kebijakan ekonomi di daerah. Bank Indonesia akan senantiasa mendorong berjalannya fungsi koordinasi moneter, fiskal dan sektor riil di daerah, memperkuat peran Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), dan peran advisory kepada pemerintah daerah melalui dukungan kajian ekonomi dan keuangan regional, serta analisis daya saing daerah. 25. Selain itu, sesuai dengan kewenangannya, Bank Indonesia akan terus memperkuat langkah-langkah pendalaman pasar keuangan untuk mendukung penguatan basis pembiayaan perekonomian, termasuk pembiayaan infrastruktur, serta mendorong inklusi keuangan dan UMKM. 26. Kami mencermati bahwa Bank Indonesia melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia di Banda Aceh dan Lhokseumawe telah bekerjasama dengan sangat baik bersama Page 4 of 6
Pemerintah Daerah di Aceh, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Hal ini terwujud dalam pembentukan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) provinsi dan kabupaten/kota, kerjasama dan koordinasi dalam program pengembangan ekonomi daerah, diseminasi Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR), serta pengembangan sektor riil/UMKM dan Program Sosial Bank Indonesia (PSBI). 27. Bukti konkrit dari hasil sinergi dan kolaborasi antara Kantor Bank Indonesia Provinsi Aceh, dengan Pemerintah Daerah serta pihak terkait lainnya di Aceh, diantaranya terlihat dari pencapaian inflasi yang rendah saat ini. Pada bulan September 2015, secara agregat untuk Provinsi Aceh, laju inflasi tahunan (yoy) tercatat sebesar 4,19%, yang berarti lebih rendah dari inflasi nasional sebesar 6,83%. 28. Begitu juga halnya dengan laju inflasi tahun kalender (Januari-September 2015), yang tercatat sebesar 0,31%, atau lebih rendah dari rata-rata nasional sebesar 2,24%. Sementara itu khusus di bulan September 2015, di Provinsi Aceh terjadi deflasi sebesar 0,15%, sedangkan secara nasional terjadi deflasi sebesar 0,05%. Pencapaian rendahnya inflasi tersebut tentunya didukung oleh keberadaan TPID Provinsi Aceh dan 17 TPID Kabupaten/Kota di seluruh Provinsi Aceh. 29. Atas pencapaian positif dan koordinasi yang telah terjalin dengan baik tersebut, perkenankan kami memberikan apresiasi yang tinggi kepada Bapak Gubernur dan Wakil Gubernur, serta seluruh Bupati/Walikota di Provinsi Aceh beserta jajarannya, atas kinerja, serta dukungan dan kerjasama yang telah diberikan selama ini. 30. Pencapaian positif yang telah diraih seyogyanya tidak membuat kita cepat berpuas diri. Perekonomian Aceh masih dihadapkan pada tantangan yang tidaklah ringan, sehingga menuntut kita semua untuk senantiasa memberikan kontribusi yang lebih besar, dan aktif dalam memberikan solusi terhadap setiap tantangan yang kita hadapi. 31. Dalam hal pertumbuhan ekonomi, kami memandang usaha keras dan kolaborasi yang telah dilakukan antara Bank Indonesia, Pemerintah Daerah, serta pihak terkait lainnya di Provinsi Aceh masih harus ditingkatkan. Kami mencatat perekonomian ekonomi Aceh tahun 2014 mengalami perlambatan, yaitu tumbuh hanya sebesar 0,59%, yang berarti lebih rendah bila dibandingkan tahun 2013 yang mencapai 2,8%. Sementara pada triwulan I dan II – 2015, ekonomi Aceh tumbuh negatif masing-masing sebesar minus 2,12% dan minus 1,72%. 32. Kami berharap komunikasi yang baik, koordinasi yang intensif, serta kolaborasi sinergis yang telah terjalin selama ini, dapat terus berjalan dan semakin ditingkatkan, sehingga kedepannya perekonomian Aceh akan menjadi lebih baik, dan menjadikan masyarakat lebih sejahtera, adil dan makmur.
Bapak/Ibu, para hadirin yang kami hormati, 33. Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan memberikan apresiasi yang tinggi kepada Sdr. Zulfan Nukman, yang telah menjalankan amanat Bank Indonesia dengan baik. Sebagai Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh, Sdr. Zulfan Nukman telah meletakkan fondasi yang kuat,
Page 5 of 6
sehingga kerjasama dan koordinasi di daerah, khususnya dengan Pemerintah Provinsi Aceh dapat berlangsung dengan baik dan harmonis. 34. Dengan bekal pengalaman dan wawasan yang dimilikinya, kami yakin bahwa Sdr. Zulfan Nukman akan dapat mengemban posisi yang baru sebagai Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali. 35. Kepada Sdr. Ahmad Farid sebagai Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh yang baru, kami menaruh harapan besar kepada Saudara untuk dapat mempertahankan kinerja baik yang telah tercapai selama ini, dan lebih mengoptimalkan fungsi, tugas dan kewenangan Bank Indonesia di bidang moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran dengan baik kepada seluruh pemangku kepentingan di Provinsi Aceh. 36. Kami juga berharap di bawah kepemimpinan Sdr. Ahmad Farid, perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh dapat lebih aktif dalam mendukung akselerasi reformasi struktural, dan mencari solusi dari tantangan yang dihadapi oleh perekonomian Provinsi Aceh. Dengan demikian, diharapkan keberadaan Bank Indonesia dapat lebih dirasakan manfaatnya oleh seluruh lapisan masyarakat Aceh. 37. Demikian sambutan ini kami akhiri, atas nama Dewan Gubernur Bank Indonesia, kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah meluangkan waktu berharga yang dimiliki, dan berkenan menghadiri acara pada pagi hari ini. Mudah-mudahan semua yang kita lakukan untuk kemajuan negara, bangsa, dan masyarakat, diridhoi Tuhan Yang Maha Kuasa, dan kita semua diberikan kekuatan untuk menjalaninya. Sekian dan terimakasih Deputi Gubernur Bank Indonesia Ronald Waas
Page 6 of 6