SAMBUTAN MENTERI PERDAGANGAN PADA PENANDATANGANAN KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA (LPEI) DENGAN ASOSIASI PERTEKSTILAN INDONESIA (API) DAN ASOSIASI PERSEPATUAN INDONESIA (APRISINDO) MEMANFAATKAN PENDANAAN DARI CHINA EXIM BANK JAKARTA, 29 JULI 2010
Yth. Menteri Perindustrian dan seluruh jajaran Kementerian Perindusrian, Yth. Direktur Eksekutif dan manajemen LPEI, Yth. Ketua Umum, pimpinan dan anggota API, Yth. Ketua Umum, pimpinan dan anggota APRISINDO, Para undangan dan Saudara-saudara sekalian,
Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua,
Pertama-tama kami ingin mengucapkan selamat kepada LPEI, API dan APRISINDO atas penandatanganan kesepakatan bersama pemanfaatan pendanaan dari China Exim Bank untuk investasi dan peningkatan ekspor TPT serta sepatu Indonesia.
Kesepakatan ini penting karena tiga hal:
Pertama, kesepakatan ini merupakan jawaban konkrit dan positif dari industri pertekstilan dan persepatuan terhadap tantangan globalisasi. Dua industri yang banyak menciptakan lapangan pekerjaan itu dengan sigap dapat mengubah tantangan persaingan global yang semakin ketat dengan langkah-langkah konkrit meningkatkan
investasi
dan
kapasitasnya
untuk
memenuhi
permintaan ekspor ke pasar Negara maju seperti AS dan UE maupun ke pasar Asia termasuk RRT, dan juga untuk kebutuhan dalam negeri.
Peluang ekspor saat ini membaik mengingat
relokasi dan pengalihan pembelian dari RRT ke sumber dari negara lain termasuk Indonesia, antara lain karena meningkatnya biaya tenaga kerja di RRT dan apresiasi mata uang Yuan.
Kedua, kesepakatan ini merupakan salah satu implementasi dari kesepakatan antara kami dengan Menteri Perdagangan Tiongkok bulan April yang lalu di Yogyakarta. Kesepakatan di antara kedua pemerintah
itu
adalah
keinginan
kuat
untuk
melengkapi
implementasi ASEAN-China FTA agar memberikan keuntungan yang lebih berimbang bagi RI dan RRT. Kesepakatan yang dituangkan dalam Agreed Minutes of the Meeting for Further Strengthening Economic and Trade Cooperation terdiri dari serangkaian langkah-langkah yang dilakukan untuk meningkatkan daya saing sektor-sektor tertentu di Indonesia yang berpotensi terkena dampak ASEAN-China FTA. Kesepakatan di Yogyakarta itu 2
merupakan hasil dari serangkaian pertemuan dalam kerangka “Pembicaraan Khusus” mencari solusi yang terbaik mengatasi dampak ACFTA di Indonesia, yang telah dilaksanakan di tingkat pejabat senior kedua negara sejak akhir Desember 2009. Sebagai informasi, industri TPT dan sepatu mencakup sekitar 65% dari 228 tariff lines yang menjadi keprihatinan sektor-sektor di Indonesia berkaitan dengan implementasi normal track ASEAN-China FTA. Kami
mendengar
bahwa
dalam
waktu
dekat
LPEI
akan
menandatangani persetujuan pinjaman dengan bank China lainnya, maupun
dengan
berbagai
bank
dan
lembaga
keuangan
internasional yang dapat memberikan tingkat bunga yang relatif rendah dan persyaratan pinjaman yang bersaing.
Selain pendanaan investasi dan ekspor seperti yang ditandatangani hari ini, Delegasi RI dan RRT saat ini juga terus mencari langkahlangkah terobosan agar implementasi ACFTA dan arahan kedua pemimpin pemerintah untuk mencapai volume perdagangan US$50 miliar dalam 5 tahun mendatang benar-benar dapat membuahkan peningkatan ekspor kedua pihak yang berimbang sehingga saling menguntungkan dan berkelanjutan.
Ketiga, kesepakatan hari ini merupakan satu lagi langkah maju bagi peningkatan trade financing di Indonesia. Bukan saja skema pembiayaan ini menjadi sangat penting bagi industri-industri di Indonesia
dalam
meningkatkan
daya
saing
produk-produk
ekspornya. Namun yang lebih penting, skema pembiayaan itu 3
dikaitkan dengan nilai kontrak atau underlying transactions sehingga tidak harus terikat dengan penjaminan atau kolateral dari para debiturnya. Sungguh suatu skema pembiayaan yang progresif namun tetap prudensial karena didukung oleh suatu kontrak yang kredibel dan terjamin. Untuk itu kami mengucapkan selamat kepada LPEI yang telah semakin mampu mempelopori skema pembiayaan seperti itu, dan kepada API dan APRISINDO yang memiliki komitmen tinggi untuk memfasilitasi para anggotanya untuk semakin berorientasi kepada peningkatan daya saing.
Dalam kaitan itu, kami ingin melaporkan bahwa pada saat ini Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian bersamasama dengan Bank Indonesia secara seksama sedang menggodok langkah-langkah koordinasi agar skema trade financing itu dapat difasilitasi bukan hanya oleh LPEI tapi oleh perbankan Indonesia secara luas. Dengan demikian, fungsi intermediary perbankan bukan saja akan dapat lebih meningkatkan pertumbuhan sektor riel, namun disalurkan kepada industri dan sektor yang memang sudah memiliki competitive advantage yang teruji. Terlebih lagi dan yang paling penting, skema pembiayaan seperti itu sangat cocok bagi pelaku UMKM dan berbagai industri seperti industri kreatif yang kerap memiliki potensi daya saing tinggi, namun memiliki keterbatasan
dalam
penyediaan
penjaminan.
Kami
sangat
mengharapkan semua pihak yang terkait dapat benar-benar mendukung
langkah
kita
bersama
meningkatkan
skema
pembiayaan trade financing itu, agar segera dapat direalisasikan. 4
Demikianlah, akhir kata sekali lagi kami menyampaikan selamat kepada LPEI, API dan APRISINDO atas kesepakatan yang ditandatangani hari ini. Kiranya langkah-langkah yang telah kita capai dan terus kita persiapkan ke depan akan semakin meningkatkan daya saing perekonomian Indonesia. Terima kasih.
Menteri Perdagangan R.I.,
Mari Elka Pangestu
5