Salam dari Redaksi Media Komunikasi dan Edukasi MAJALAH BAKTI diterbitkan oleh Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta IZIN TERBIT SK Menpen RI No. 1964/SK/DITJEN PPG/ STT/1993, 31 Desember 1993
PEMBINA : Drs. H. Afandi, M.Pd.I (Kakanwil Depag. Prop. DIY) PENGARAH : H. Maskul Haji, M.Pd.I (Kepala Bagian TU) STAF AHLI : Para Kabid, Pembimas, KaKandepag Kota/Kabupaten se-Prov. DIY KETUA PENYUNTING : Sidik Pramono WAKIL KETUA PENYUNTING : Imam Khoiri PENYUNTING : Suwandi, M. Ja’far Arifin, H. Rojiki, H. Fathoni, H. Mukhlas, M. Fauzan, Gugun El-Guyanie SEKRETARIS PENYUNTING : Muslih Usa, Hj. Retnosiwi Dwikaningrum, REPORTER : Farida Kusuma Astuti (Kanwil) Okta (Kota), Ponijo (Bantul) Agung Mabruri Asrori (Kulonprogo), H. Aminuddin Rosjid (Gunung Kidul), Dewi Satriyati Pamungkasari (Sleman) KEUANGAN : Fahrurrozi, Ummu Namiyah FOTOGRAFER : M. Sya’dan DISTRIBUSI : Ida Amriyah, Sujiantoro, Jumadi TATA LETAK/GRAFIS : Slamet Widiarto ALAMAT PENYUNTING & TATA USAHA : Jl. Sukonandi No.8 Telp. (0274) 513492, email : majalahbhakti @ yahoo.com
MAJALAH BAKTI menerima segala naskah yang layak muat. Naskah yang dikirim harus asli (bukan foto kopi) dengan panjang 3 halaman folio 1 spasi, dikirim melalui email. Naskah yang dimuat mendapat imbalan sepantasnya.
Assalamu’alaikum Wr.Wb. Seluruh puji syukur senantiasa kita haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa. Yang menguasai seluruh semesta, yang mengatur ritme kehidupan seluruh hamba-Nya. Yang menciptakan dan me-matikan, yang memelihara dan Istimewa menghancurkan ciptaan sesuai kehendak-Nya. Semoga kita semua senantiasa dalam penjagaan dan kasih sayang-Nya. Shalawat dan salam tak pernah lupa terus bermuara untuk sang junjungan, rasul akhir zaman, Muhammad saw. Yang menjadi uswah hasanah bagi manusia seluruh semesta. Untuk kita semua yang setia menjadi umatnya, semoga mendapatkan syafaatnya kelak di yaumul akhir. Dari Tim Redaksi Majalah BAKTI juga tak pernah henti-hentinya mengucapkan syukur, karena telah sampai pada edisi yang ke-226. Pergulatan waktu yang panjang, telah menjadikan BAKTI menjadi semakin dewasa, sekaligus siap menghadapi tantangan demi tantangan yang semakin besar. Pembaca BAKTI yang setia, edisi kali ini tema “Serambi Madinah” akan menjadi sajian utama. Tema inilah yang beberapa waktu yang lalu telah disiapkan materinya dari redaksi. Mengingat Serambi Madinah telah dideklarasikan oleh semua pihak, termasuk Kraton Ngayogyakarta, Kanwil Kementerian Agama DIY serta semua perwakilan ormas dan tokoh masyarakat. Maka, dengan berniat mengawal perjalanan Yogyakarta Serambi Madinah, tim redaksi majalah BAKTI menampilkan argumenargumen dan kronik perjalanan pembahasan, serta wawancara-wawancara eksklusif dengan tokoh-tokoh utamanya. Selamat membaca. Wassalamu’alaikum wr.wb
DAFTAR I S I : Iftitah ...................................................... 4 Kontak Pembaca ................................... 5 Laporan Utama ...................................... 6
Cover Depan : Kraton Ngayogyakarta di malam hari.
Wawancara Eksklusif .......................... 11 Tamu Kita ......... .................................... 17 Berita-Berita ........................................ 21 Suplemen Anak & Remaja ................. 28 Puisi ....................................................... 31 Konsultasi Kesehatan ........................ 32 TTS ....................................................... 34
BAKTI 226/APRIL 2010
3
Serambi Madinah; Mengapa ?
N
agari Ngayogyakarta Hadiningrat berdiri sejak tahun 1756, didirikan oleh Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Sultan Hamengku Buwono I. Kadipaten Pakualaman berdiri sejak tahun 1813, didirikan oleh Pangeran Notokusumo (saudara Sultan Hamengku Buwono II) kemudian bergelar Adipati Paku Alam I. Baik kasultanan maupun pakualaman, diakui oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai kerajaan dengan hak mengatur rumah tangganya sendiri. Ketika Proklamasi Kemerdekaan RI, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII mengetok kawat kepada Presiden RI, menyatakan bahwa Daerah Kasultanan Yogyakarta dan Daerah Pakualaman menjadi bagian wilayah Negara RI, serta bergabung menjadi satu mewujudkan satu kesatuan Daerah Istimewa Yogyakarta. Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII sebagai Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah bertanggung jawab langsung kepada Presiden RI. Dengan usianya yang kurang lebih 254 tahun, Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat tentu telah menghasilkan karya-karya yang telah menyejarah. Bukti-bukti kebesaran karya-karya budaya itu bisa kita saksikan hingga hari ini. Di kawedanan ageng punakawan widyo budoyo, lembaga pendidikan dan kebudayaan keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, tersimpan lebih dari 1.000 manuskrip berisi berbagai hal tentang khazanah budaya maupun sejarah Ngayogyakarta Hadiningrat. Diantara jumlah itu, ada 600 manuskrip yang menjelaskan tentang ajaran Islam secara kental dan tegas. Apa yang terkandung dalam manuskripmanuskrip itu adalah piwulang-piwulang agung yang terakumulasi sepanjang sejarah Ngayogyakarta Hadiningrat. Selain itu juga ada peninggalan-peninggalan budaya dalam bentuk fisik. Misalnya masjid-masjid kagungan ndalem yang jumlahnya sangat banyak, dimana dalam sturktur arsitektur dan ornamen-ornamennya penuh dengan perlambang dan filosofi-filosofi yang sangat mendalam. Selain itu, masyarakat Ngayogyakarta Hadiningrat juga mewarisi piwulang-piwulang yang telah terimplementasikan dalam kehidupan nyata, baik yang berkaitan dengan dakwah, tata sosial kemasyarakatan, etika maupun hukum. Ajaranajaran ini ada yang terekspresikan melalui tradisi-tradisi tertentu, dan ada pula yang telah menjadi bagian dari karakter masyarakat Ngayogyakarta Hadiningrat. Misalnya, karakter kelemahlembutan, kesantunan, keramahan, tepa selira dan akhlaqul karimah. Di era kekinian, Yogyakarta telah menyematkan sejumlah gelar yang mengekspresikan karakter dominan kultur, masyarakat maupun tradisi-tradisi hidup lainnya. Diantaranya,
4
BAKTI 226/APRIL 2010
Yogyakarta dikenal sebagai city of tolerance. Penghargaan terhadap keragaman dan pluralitas telah menjadi bagian dari denyut nadi kehidupan masyarakatnya. Yogyakarta juga menyandang predikat sebagai kota pendidikan. Di Yogyakarta kita bisa menemukan kampus-kampus tua dan ternama. Yogyakarta juga dikenal sebagai kota budaya dan wisata. Sebutan-sebutan itu, jika boleh dikatakan sebagai sebuah prestasi, tentu sangat membanggakan. Namun di tengahtengah kebanggaan itu, banyak hal yang juga memprihatinkan sebagai akibat dari persentuhan dengan globalisasi yang melanda hampir semua lini kehidupan. Diantara yang memprihatinkan adalah pola kehidupan kaum muda yang cenderung bebas, dengan tidak lagi mengindahkan normanorma agama.dan kepatutan sosial. Data dari Dinas Kesehatan Provinsi menunjukkan, hingga Desember 2009 ada 899 orang yang dengan sukarela melakukan tes HIV/AIDS dan terbukti positif. Kita tidak tahu, ada berapa banyak lagi orang yang sudah positif terjangkit HIV/AIDS, namun belum terungkap. Kenapa fakta-fakta yang memperihatinkan itu terjadi dan bahkan tampaknya semakin massif? Ada sesuatu yang perlu kita pikirkan dengan model masyarakat yang kita kehendaki ke depan. Tentu saja kita tidak bisa membiarkan Yogyakarta bergerak dan berubah tanpa kita sendiri yang Istimewa mengarahkannya. Tentu tidak akan rela jika pikiran, perilaku, dan arah pergerakan masyarakat kita justru diformat oleh kekuatankekuatan di luar kita. Masyarakat Yogyakarta harus berani menegaskan bahwa kita berkuasa dan berhak untuk memformat kehidupan kita sendiri. Di sini kita memerlukan sebuah rekayasa budaya, yang itu diawali dengan model impian tentang sebuah masyarakat ideal. Di sini pula kita membutuhkan acuan sehingga menjadi orientasi dan tolok ukur semua arah gerakan kita. Jika kita bicara pendidikan, maka pertanyaannya pendidikan semacam apa yang diprediksikan mampu mengantarkan kita pada masyarakat Ngayogyakarta Hadiningrat yang sejahtera lahir batin. Jika kita bicara pariwisata dan ekonomi, bagaimana model yang pas dan mesti diperjuangkan. Di sini kita membutuhkan sebuah acuan nilai. Hebatnya, kita sudah memiliki itu semua , hanya saja telah lama dilupakan. Dalam konteks inilah NGAYOGYAKARTA SERAMBI MADINAH menghadirkan piwulang-piwulang agung. Warisan-warisan luhur itu kita gali kembali dan kita revitalisasi sebagai ruh yang menjiwai seluruh gerak kehidupan masyarakat Ngayogyakarta Hadiningrat.
ASS bakti yg mkin eksis sja sbg mjalh edukasi,sblmy slmt kpd bakti yg trus brush myuguhkn yg trbaek kpd msyrkt dg brbgai krtik dan saran yg msuk bkti mkn ok sj,slmt. 085729016738
Jawab : Wa’alaikimsalam wr wb Mohon maaf, untuk saat ini cerpen, kita khususkan untuk mengakomodasi karya para siswa. Terima kasih.
assLamu’alaikum wr,wb dUmatenG sedOyo reNCang2 Bakti kAwuLA inGkAng kUla tResNAni… nyuwun nGapuNten mbOk bilih kula n6regOni panjENen9an sEdanteN amARgi with tHis cmz… Kula ajeng usul majalah bakti dtmbh kolom rubrik buat pr sswa mdrsah agr tmbh kratf.Wasslm. 081915554267
Ass,. Hlow bkti aq ska bca bkti loch,. ow iya aq mau usul gimna kalw bgian tnman2 & khsiayy,pd blan dpn dibwt utk obat mnghilangkn blang pd wjh&mmutihkn wjah,trims. 085292024228
Jawab: Wa’alaikimsalam wr.wb. Rubrik untuk remaja sudah kita beri space pada rubric anak dan remaja. Jika ada naskah siswa(cerpen, puisi, artikel,dll) silahkan dikirim ke meja redaksi. Terima kasih.
Bakti emang top bakti jendela ilmu,bakti majalah smua kalangan dr tua mpe muda smua suka bakti,maju trus bakti,kesuma. 087836413157
Askum. BAKTI sy pembca setiamu!Ku mau ngasih saran ke km,gmn kalau smua halamanmu dbuat full colour agar smakin keren… smg smangat BAKTI takkan pernah tua! 081931773657 Jawab : Wa’alaikumsalam wr wb Mohon maaf untuk saat ini kami belum bisa full colour karena keterbatasan dana. Do’akan ya semoga suatu saat nanti bisa full colour sesuai keinginan pembaca.
Assalamu’alaikum BAKTI? Bagaimana kl mjlh bktid isi rubrik remaja Islami yg isinya ttg Islamik leadership, AMT ESQ.jg d isi dg liputan ROHIS2 sma seDIY, agr m’nmbh mnat baca rmja islam,wawasan n smangat ukhuwah islamiyah tntny.. Sukron.Ttd yusuf (rohis sman1 banguntapan) 08562974235
Bakti,pd edisi2 trtentu sy trtrik pd tamu kita,tp akn lebih bagus klu pd edisi2 tertentu mnmplkan profil seorg kyai,thanks. 085729621302
Asslm BAKTI sy bru pertama kali bc mjlh ini untk rubrik cerpen apakah hanya cerpen remaja dan anak saja, trus untk org dewasa ada tdk? 085292167184
Jawab : Wa’alaikimsalam wr wb Terima kasih atas sarannya. Mulai edisi April 2010, majalah BAKTI telah membuka rubrik konsultasi kesehatan.
Selmt hari pers nasional tgl 9 Pebruari,smg pers tnah air smakin tangguh dan trciptnya kebebasan pendpt oleh pers yg mndpt perlindungn undg2,, shgg smw insane pers te2p dhargai&dhormti sbg media yg brpern pntg dlm kmajuan nasioOnal,, 085747013581
Ass bakti ,slm knal drQ,bakti mau nany boleh?apakh menulis crpen it harus ada dialog?maksudny kutipan brupa tnd petik it? Slny kbnykn crpen2 dmjalah2 trmsk bakti sndri pasti brupa dialog.apakh it wjib ada dstiap crpen?sblmy trmksh y. 085729505034 Jawab : Wa’alaikumsalam wr.wb. Cerpen itu sifatnya fiktif, jadi boleh bernuansa dialogis maupun naratif. Jadi untuk cerpen yang sifatnya naratif, penggunaan tanda baca dan dialog sangat jarang digunakan.
Ass bakti …saya tertarik dngan bakti karna rubrik2 yg dsajikan menambah wawasan, terutama yg mengulas mengenai manfaat tumbuh2an sabagai obat mohon tetap dimuat. 087839480185
Rubrik ini terbuka bagi para pembaca sebagai media komunikasi dengan Redaksi. Kirimkan komentar Anda ke Redaksi via sms ke nomor 081229464370 Redaksi menyediakan 2 voucer @ Rp.10.000 untuk 2 komentar yang menarik (tanda bintang). (voucher tidak berlaku bagi pengelola).
BAKTI 226/APRIL 2010
5
Istimewa
Perjalanan Ngayogyak arta Serambi Madinah Ngayogyakarta
P
rinsip-prinsip dasar Ngayogyakarta Serambi Madinah telah ada dan hidup berkembang semenjak Sultan Hamengkubuwono I, yaitu segala nilai, ajaran dan piwulang yang melatarbelakangi dan menjadi kekuatan Pangeran Mangkubumi (HB I) dalam berjuang melawan VOC dan kaki tangannya untuk merebut kembali kedaulatan masyarakat Jawa dan mendirikan Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat. Pinsip-prinsip dasar tersebut secara utuh diwarisi oleh Para Sultan berikutnya hingga sekarang. Dalam aplikasi nilainilai dasar tersebut, masing-masing Sultan bertahta melakukan inovasi dan membangun tradisi baru sesuai dengan perkembangan zaman yang ada dalam rangka mewujudkan fungsi kepemimpinan dan amanah sesuai dengan makna gelar yang diembannya. Sebutan Ngayogyakarta Serambi Madinah muncul pertama kali dalam Majelis Bukhoren tahun 2001 di Gunungkidul, kemudian menjadi berkembang dan dibicarakan dalam forumforum ilmiah (seminar dan semacamnya) di Perguruan Tinggi, institusi pemerintah, institusi keagamaan dan media massa. MUI Daerah Istimewa Yogyakarta, tahun 2006 menyebut istilah tersebut sebagai salah satu alasan untuk mendukung keistimewaan DIY. Beberapa seminar sempat diselenggarakjan
6
BAKTI 226/APRIL 2010
oleh MUI untuk menggagas ide ini. Pada tahun 2008 untuk merespon perkembangan yang ada, Majelis Bukhoren menyepakati Ngayogyakarta Serambi Madinah sebagai sebutan untuk masyarakat Ngayogyakarta Hadiningrat dalam sebuah majelis semiloka yang diikuti oleh para ulama’, intelektual dari Perguruan Tinggi, para panghageng dari Kraton, para takmir masjid Kagungan Dalem, para pengasuh pondok pesantren, dan tokoh masyarakat yang lain. Selanjutnya, pada tahun itu juga untuk pertama kali diumumkan teks Ngayogyakarta Serambi Madinah di Masjid Gedhe di hadapan sekitar 400 orang yang terdiri dari para tokoh masyarakat dan masyarakat pada umumnya. Pada tahun 2009, ditandatangani MOU antara Kanwil Depag DIY dan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat untuk mewujudkan Ngayogyakarta Serambi Madinah. Kemudian dibentuk Panitia Teknis dan Tim Pemateri untuk menyusun formatnya yang hingga kini sedang menyelesaikan tugasnya pada tahap finalisasi. Perjalanan untuk merumuskan konsep ini telah berjalan cukup panjang. Secara kronologis, perjalanan ini dapat digambarkan dalam tabel sebagai berikut :
Acara , waktu Semiloka Bukhoren di Kraton (Dalem Joyokusuman); 25-5-2008 Deklarasi Ngayogyakarta Serambi Madinah, 16 -82008, di Masjid Gedhe
Peserta Seluruh takmir masjid Kagungan Dalem, para Ulama, budayawan, intelektual dan Pengulon
Hasil Sepakat mewujudkan Ngayogyakarta Serambi Madinah, dan segera mendeklarasikannya
Panghageng Kraton, Deklarasi dan usul saran Pengulon, majelis Bukhoren masukan penyempurnaan plus,Ulama, tamu Banten materi Ngayogyakarta Serambi Madinah
Rapat intern, di ndalem Joyokusuman; berkali-kali
Kraton, Penanggungjawab Ngayogyakarta Serambi Madinah, Kanwil Depag
Bukhoren rutin di masjid Kagungan Dalem Rejodani; 28 -9- 2009
Sri Sultan HB X, Majelis Bukhoren plus
Usul saran masukan penyempurnaan materi Ngayogyakarta Serambi Madinah Sosialisasi Ngayogyakarta Serambi Madinah , MOU Kraton dg Kanwil Depag DIY
Semiloka MUI DIY di Ulama’, Pemda DIY, Kanwil Asrama Haji; 21 Nov 2009 Depag, tokoh masyarakat
Hasil Semiloka diserahkan pada Kanwil Depag untuk difollow-up
Halaqah I, di Plosokuning; Kraton, Kanwil Depag, Emha 28 Nov 2009, jam 10.00 Ainun Najib, Tim Materi
Pemetaan masalah bahasan untuk penjelasan teks Deklarasi Ngayogyakarta Serambi Madinah
Para Penandatangan MOU Kraton dan Kanwil Depag membentuk Panitia Materi, selaku Penandatangan MOU 03 Des 2009
Intern Panitia Materi, di Mlangi, 10 Des 2009, jam 14.00
Kanwil Depag, Panitia Materi
Diskusi dan Penyimpulan hasil halaqah II
Intern Penanggungjawab Ngayogyakarta Serambi Madinah di ndalem Joyokusuman; 11 Des 2009, 22.oo
Para Penanggungjawab, Kraton dan Kanwil Depag
Pembicaraan kelanjutan langkah Ngayogyakarta Serambi Madinah
Halaqah III, di masjid KD Wonokromo; 16 Des 2009, jam 12.00
Kraton, Kanwil Depag, Panitia Materi , para Kyai dan Pesantren se DIY
Sejumlah substansi untuk penjelasan teks deklarasi
Intern Panitia Materi di ndalem Joyokusuman;
Penanggungjawab, Kanwil, Panitia Materi
Halaqah IV, di Asrama Haji; tgl
Penanggungjawab, Kakanwil Depag, tokoh masyarakat (GK)
Intern Panitia Materi di nDalem Joyokusuman;
Penanggungjawab, Kanwil, Panitia Materi
Halaqah V, di Asrama Haji; tgl
Penanggungjawab, Kakanwil Depag, tokoh masyarakat (Kprc)
Sejumlah substansi untuk penjelasan teks Deklarasi
Intern Panitia Materi di ndalem Joyokusuman; 20 Jan 2010
Penanggungjawab, Kanwil, Panitia Materi
Diskusi materi dan perencanaan acara tgl 23 Jan 2010
Terbentuk Panitia Materi sembilan orang
Intern Panitia Materi, di Yogyakarta; 07 Des 2009, jam 11.00
Kanwil Depag, Panitia Materi
Penyusunan jadwal penyerapan masukan materi Ngayogyakarta Serambi Madinah
Bukhoren rutin di masjid Kagungan Dalem Blunyah Gedhe; 07 Des 2009, jam 21.00
Kraton, majelis Bukhoren plus, Panitia Materi
Sosialisasi dan masukan materi Ngayogyakarta Serambi Madinah
Halaqah II, di nDalem Joyokusuman; 08 Des 2009, jam 20.00
Kraton, Kanwil Depag, Panitia Materi , Emha, Yuwono, Adabi Darban, Rahmat Wahab
Sejumlah substansi untuk penjelasan teks deklarasi
Sejumlah substansi untuk penjelasan teks Deklarasi
Perumusan Format di Penanggungjawab, Kanwil, Penyimpulan hasil-hasil Asrama Haji; Sabtu 23 Jan Panitia Materi , para nara halaqah dan perumusan format 2010 sumber Serambi Madinah
NGAYOGYAKARTASERAMBIMADINAH Tujuh Identifikasi Kesamaan Madinah dengan Ngayogyakarta 1. Sejiwa dengan Piagam Madinah yang berisi penguatan masyarakat plural yang aman dan damai dalam disiplin dan identitas keagamaan yang jelas. 2. Pusat pengembangan peradaban dengan ilmu pengetahuan dan budaya. 3. Bersatunya kaum Muhajirin (transmigran) dan Anshor (pribumi) yang hakiki, artinya mewujudkan masyarakat Bhinneka Tunggal Ika dalam kehangatan ukhuwah yang tulus dan sejati. 4. Kawah candradimuka untuk mencetak tokoh-tokoh besar. 5. Tempat perlindungan bagi orang yang teraniaya. 6. Wilayah pengembangan nilai-nilai tradisional religius. 7. Karakter masyarakat yang ramah dan sopan. Delapan Visi Ngayogyakartta Serambi Madinah 1. Agama adalah anugerah Allah swt untuk membimbing para hamba-Nya agar mencapai kebahagiaan di dunia dan
akhirat. 2. Nikmat dan rahmat Allah swt yang telah dilimpahkan pada hamba-Nya, maka haruslah disyukuri dan digunakan untuk hal-hal yang bermanfa’at dan diridhoi-Nya. 3. Menyadari bahwa kehidupan hari ini adalah kelanjutan dari suatu proses yang telah berjalan panjang, maka di samping menghargai jasa-jasa dan prestasi para pendahulu kita juga harus melanjutkan dan mengembangkannya secara kreatif sebagai amanat amal jariyah. 4. Menyadari akan keterbatasan setiap manusia maka mewujudkan generasi pelanjut yang lebih berkualiatas adalah suatu keharusan yang tidak boleh diabaikan. 5. Untuk mewujudkan kehidupan yang berkualitas, maka kebodohan dan keterbelakangan harus diperangi; oleh karena itu pendidikan mempunyai arti penting yang mutlak, baik pendidikan formal, informal, maupun non formal. 6. Sebagai masyarakat yang berbudaya adhiluhung, maka faktor moral dan akhlaqul karimah menjadi bingkai utama yang kokoh dan tegas dalam tatanan kehidupan seharihari.
BAKTI 226/APRIL 2010
7
7. Agar tidak menjadi beban pada pihak lain dan demi menjaga muru’ah (hargadiri), maka jiwa adhiluhung mengharuskan setiap pribadi memiliki penuh semangat dalam bekerja, berprestasi dan berjasa, tanpa mengabaikan tugas-tugas ritual keagamaannya. 8. Sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan dalam menunaikan tugas dan kehidupan, maka dalam pergaulan harus saling menghormati, membantu, rukun dan tenggang rasa. Sepuluh Semangat Ngayogyakarta Serambi Madinah 1. Taqwa dalam beragama. 2. Rukun dan hormat serta gotong royong dalam bermasyarakat. 3. Bersikap ramah dan sopan dalam bergaul. 4. Hidup dengan landasan ilmu dan penuh ‘amal serta pengabdian.
5. Mewujudkan keluarga yang harmonis dalam mawaddah dan rahmah. 6. Mempersiapkan keturunan (anak cucu) sebagai generasi pelanjut yang lebih berkualitas. 7. Nguri-uri nilai-nilai lama yang bermanfa’at dan mengembangkannya secara selektif, sekaligus kreatif dan inovatif. 8. Menghargai jasa para pendahulu / leluhur dan meneladaninya, serta menghargai setiap prestasi yang bermanfaat bagi kehidupan. 9. Membangun karakter dan moral masyarakat dengan amar makruf nahi munkar secara bermartabat. 10. Etos kerja yang tinggi untuk mencapai prestasi dalam bingkai tawakkal dan do’a. Di-biwarakke di Masjid Gedhe Yogyakarta Tanggal 16 Agustus 2008 / 14 Sya’ban 1429
Definisi Ngayogyakarta Serambi Madinah Ngayogyakarta Serambi Madinah adalah sebutan untuk masyarakat Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat. Sebutan ini telah merepresentasikan karakter sosial, budaya dan ke-agamaan yang hidup dan berkembang secara riil, sehingga menggambarkan sosok khittah Ngayogyakarta Hadiningrat yang hakiki. Ia bukan partai, bukan ormas dan bukan organisasi apapun juga, bukan bagian dari struktur pe-merintah. Ia merupakan sebutan yang terekspresikan dari luapan cita rasa adhiluhung yang mengental dalam diri masyarakat Ngayogyakarta tentang jatidiri mereka. Keterangan Devinisi Sebutan adalah predikat, ia muncul dari nurani masyarakat yang didasarkan pada realitas yang ada. Sebutan dimaksud telah mencakup seluruh sebutan yang ada, misalnya kota budaya, kota pendidikan, kota pariwisata, kota perjuangan dan wilayah spiritual tradisionalis, dsb. Khittah adalah jatidiri yang terbentuk dari nilai-nilai historis, teologis, idiologis, perjalanan institusi, tradisi kehidupan, pengalaman hidup dan obsesi masa depan.
Karena itu Ngayogyakarta Serambi Madinah tidak memerlukan legitimasi formal. Ia merupakan filosofi dan jalan hidup masyarakat yang berjalan atau tidaknya tergantung pada masyarakat itu sendiri. Yaitu citarasa yang indah dan agung tentang jatidiri mereka, sesuatu yang secara murni dialami, dirasakan dan dibanggakan serta menjadi totalitas dari kehidupan batin mereka.
Hakikat Serambi Madinah Ngayogyakarta Serambi Madinah adalah filosofi dan jalan hidup masyarakat Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat yang didasarkan pada ajaran Walisongo dan Piwulang Agung, dengan solidaritas sosial seperti dalam Piagam Madinah, dalam wadah budaya yang berintikan rukun, hormat, ramah dan berunggah-ungguh. Keterangan Hakikat Serambi, kata ini memang digunakan semenjak HB I dalam istilah Pengadilan Surambi, yakni Al Mahkamah Al Kabirah yang bertempat di pendapa Trajumas serambi/beranda Masjid Gedhe. Madinah, nama kota Nabi sebagai ganti dari nama Yatsrib, atau madinah dari akar kata madaniyah yang bermakna peradaban dan berbudaya maju. Penggantian nama ini sebagai wujud pembentukan identitas baru dengan citra dan harapan baru yang dituangkan dalam Piagam Madinah.
8
BAKTI 226/APRIL 2010
Negara Madinah dalam tatanan Piagam Madinah adalah personifikasi dari Nubuwah/Risalah Muhammad, sedangkan Ngayogyakarta Serambi Madinah adalah personifikasi dari Khilafah-nya Sultan HB Ngabdurrahman Sayidin Panatagama Khalifatullah Ing Ngayogyakarta Hadiningrat. Kenyataan hari ini hanya ada satu khalifah yang sah di seluruh Indonesia atau bahkan di seluruh dunia, yaitu yang berada di Yogyakarta ini. Ngayogyakarta Serambi Madinah adalah sebutan untuk masyarakat Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat, suatu
nagari yang senyatanya masih hidup dan utuh seperti sediakala dan kini bergabung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Format masyarakat Ngayogyakarta Serambi Madinah dirumuskan sebagai kristalisasi dari nilai-nilai yang hidup dan berkembang semenjak Sultan HB I sebagai kelanjutan dari Kerajaan Mataram Islam dan segala nilainilai luhur dari hasil inovasi para Sultan HB sesudahnya hingga sekarang.
Eksistensi Ngayogyakarta Serambi Madinah tidak memerlukan legitimasi formal, karena ia bukan produk politik, dan justru filosofi ajarannya layak dijadikan salah satu pertimbangan dalam pembuatan segala macam aturan hukum bagi masyarakat Ngayogyakarta Hadiningrat sekarang.
Sumber Piwulang Piwulang Tentang Ngayogyakarta Serambi Madinah didasarkan pada empat hal, yaitu : 1. Ajaran Walisongo di Tanah Jawa, yaitu Islam berintikan Rahmatan Lil Alamin, disampaikan secara nyaman dan damai, dan sekarang telah banyak dikemas menjadi budaya masyarakat. 2. Piwulang Agung Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. a. Piwulang yang tertulis berujud serat-serat yang hingga kini tersimpan di kraton dengan berbagai macam judul dan themanya masing-masing. b. Sedangkap pewilang yang tidak tertulis berwujud pesan/ wasiat khusus dari seorang sultan kepada sultan pelanjut tahtanya, keteladanan dan perlambangan yang sengaja diciptakan dalam bentuk tata letak bangunan, bentuk bangunan, tumbuh-tumbuhan, ukiran-ukiran dan lukisan serta tata warna tertentu. 3. Piagam Madinah pada zaman Nabi yang berintikan : a. Masyarakat majemuk yang hidup rukun dan saling hormat antar sesama.
b. Masyarakat yang menyatu dan saling bahu membahu dalam menghadapi segala gangguan dari luar. c. Masyarakat yang hidup dalam sebuah tatanan bersama dan dijaga bersama dengan sanksi yang ditentukan bersama di bawah seorang pemimpin yang menjadi pelindung serta memegang kata putus di antara mereka. Pemimpin di sini adalah pemimpin pilihan Tuhan (al musthafa) dan dilahirkan, buka semata-mata pemimpin yang dipilih rakyat. d. Masyarakat yang mentaati aturan yang berlaku, baik aturan agama, aturan pemerintah, dan aturan adat. 4. Nilai-nilai Yogya sebagai kota budaya, kota pendidikan, kota perjuangan, kota tujuan wisata menyatu dan saling bahu membahu dalam menghadapi segala, dan wilayah religius tradisionalis. Nama Serambi Madinah 1. Kata Serambi telah digunakan semenjak HB I, yaitu serambi masjid Gedhe sebagai tempat Al Mahkamah Al Kabiroh. Masjid Nabi sendiri tidak ada serambinya. 2. Kata Madinah, tersusun dari akar kata madaniyah, BAKTI 226/APRIL 2010
9
tamaddun yang semakna a. Terbangunnya masyarakat dengan hadlarah,atau majemuk yang hidup rukun dan berbudaya , berperadaban. saling hormat antar sesama. 3. Semenjak hijrah Nabi, kota Masyarakat majemuk inilah Yatsrib diubah namanya yang dibingkai dalam istilah menjadi al-Madinah atau Ummah Wahidah (umat yang Madinat al-Nabiy, yang satu). secara konvensional berarti b. Masyarakat yang menyatu “Kota Nabi”. Namun, secara dan secara bersama-sama dan linguistik atau ilmu saling bahu membahu dalam kebahasaan, bisa pula menghadapi segala bentuk bermakna “peradaban gangguan dari luar. Nabi”. Mengikuti teori ini, c. Masyarakat yang hidup maka Madinah Yogyakarta dalam sebuah tatanan yang bisa diartikan kota dibuat bersama, dipertahankan Yogyakarta atau peradaban bersama, dan di bawah seorang Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta Yogyakarta. pemimpin yang menjadi 4. Dalam hal Madinah sebagai pelindung serta memegang nama tempat/kota/negara, yaitu Kota Nabi (Madinatun kata putus di antara mereka. Nabi), maka tatanan Madinah seperti yang sebagian atau d. Masyarakat yang mentaati aturan yang berlaku, baik seluruhnya dimuat dalam Piagam Madinah, adalah aturan pemerintah, aturan agama dan aturan adat. merupakan personifikasi dari Nubuwah (kenabian) atau 5. Beberapa amanat nilai budaya yang patut dijadikan Risalah (kerasulan), sedangkan Ngayogyakarta Serambi pedoman bagi masyarakat Serambi Madinah adalah : Madinah adalah personifikasi dari Khilafah (kekhalifahan) a. Sikap satria dalam menghadapi berbagai masalah keSultan sebagai Khalifatullah Ing Ngayogyakarta hidupan. Hadiningrat. b. Sikap tanggungjawab dalam segala perbuatan dan dalam melaksanakan tugas. Tatanan masyarakat Ngayogyakarta Serambi Madinah c. Sikap rukun, hormat dan sopan dalam pergaulan antar 1. Tatanan ini harus didasarkan pada prinsip-prinsip nilai yang sesama. telah ada dan berjalan semenjak Sultan HB I hingga d. Berfikir positif dalam menghadapi perbedaan. sekarang. Karena diyakini bahwa berdasarkan nilai-nilai 6. Beberapa amanat keteladanan yang patut dijadikan tersebut Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat dapat pedoman bagi masyarakat Serambi Madinah adalah : bertahan hingga sekarang dalam perjalanan sejarah yang a. Memprioritaskan kepentingan umum daripada kepenuh dinamika. Paling tidak ada tiga zaman yang telah pentingan kelompok atau pribadi. berhasil dilalui dengan aman dan utuh, yaitu zaman VOC, b. Keberanian berjuang membela kebenaran dan mePemerintah Kolonial dan Pemerintahan RI. negakkan keadilan. 2. Nilai-nilai tersebut secara keseluruhan bersumber dari c. Tahan uji dalam menghadapi segala bentuk rintangan Piwulang Agung dari para leluhur dan ajaran Islam yang dan bencana. dibawa oleh Walisongo. Piwulang Agung itu bisa berupa d. Nglurug tanpa bala, menang tanpa ngasorake. teks yang hingga sekarang masih tersimpan dalam museum e. Ngono ya ngono ning ojo ngono, ana rembug kudu Kraton, amanat sultan yang tidak tertulis, keteladanan Suldirembug. tan, dan piwulang yang terkandung dalam lambangf. Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut lambang yang sengaja dibuat oleh kraton. Sedangkan wuri handayani. ajaran Islam Walisongo adalah nilai-nilai Islam yang g. Melestarikan hal lama yang bagus dan menyempurnakan kemudian terintegrasikan dalam budaya kehidupan hal baru yang lebih bagus. masyarakat Ngayogyakarta, baik ajaran Akidah, Syari’at 7. Beberapa amanat kaweruh perlambangan yang patut maupun Akhlaq. dijadikan pedoman bagi masyarakat Serambi Madinah 3. Tatanan masyarakat Ngayogyakarta Hadiningrat juga adalah : didasarkan pada kehendak budaya yang hidup dan a. Manunggaling kawula gusti sebagai tujuan akhir berkembang di tengah masyarakat, karena selain budaya kehidupan merupakan manifestasi dari nilai-nilai luhur yang b. Kehidupan dunia pada hakikatnya kesempatan untuk melatarbelakanginya juga mengandung muatan amanat berbuat kebajikan sebagai prestasi yang kelak mendapat yang mesti diwujudkan. penghargaan di akhirat. 4. Bila mengkaji Piagam Madinah (Mitsaq Madinah), ada c. Melaksanakan unggah-ungguh dalam kehidupan seharibeberapa hal prinsip yang patut dimanivestasikan dalam hari. Ngayogyakarta Serambi madinah, yaitu :
10 BAKTI 226/APRIL 2010
No
Judul Buku
Muatan
1
Perjalanan Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat
Perjuangan jihad waktu mendirikan, makna nama nagari dalem, makna gelar dalem, para Sultan HB, masjid kagungan dalem, makam Imogiri.
2
Madinatur Rasul Dan Madinatu Yogyakarta
Makna Madinah, makna Ngayogyakarta, makna Hadiningrat, makna Ngayogyakarta Serambi Madinah, kajian Piagam Madinah dikaitkan dengan tujuh identifikasi Serambi Madinah (teks deklarasi Masjid Gedhe).
3
Budaya Dan Tradisi Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat
Artikulasi budaya, tarian, gamelan, tumplak wajik, gunungan, garebeg, sekaten, labuhan, jamasan pusaka, Kol-kolan, tingalan dalem, tingalan jumenengan dalem, kutho moro, selikuran poso, mujahadah dan sema’an, bukhoren, ziarah makam leluhur, tahlilan, selawatan.
4
Aswaja Dalam Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat
Definisi Aswaja, pandangan Islam Aswaja dikaitkan dengan delapan butir visi Serambi Madinah (teks deklarasi Masjid Gedhe) – termasuk di sini kedaulatan pangan.
5
Masyarakat Yang Indah Dan Perilaku masyarakat sejahtera menurut ilmu umum, pandangan Islam terhadap 10 butir semangat Serambi Madinah (teks deklarasi Masjid Gedhe) Penuh Berkah
6
Unggah ungguh basa, tatakrama, subasita, pandangan Islam tentang cium tangan, Etika Karimah Kraton mu’anaqah, cara salaman. Ngayogyakarta Hadiningrat
7
Piwulang Agung Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat
Fungsi piwulang agung, piwulang Walisongo, piwulang Serat-serat Kraton, dan ajaran Manunggaling Kawula Gusti
8
Bangunan-bangunan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat
Bangunan kraton dan makna filosofinya, garis imaginer dan makna filosofinya,masjid kagungan dalem dan makna filosofinya, taman sari, dll.
WAWANC ARA EKSKL USIF ANCARA EKSKLUSIF
.
Õ
:
Serambi Madinah; Ruh bagi Predikat-predikat Jogjakarta Istilah Ngayogyakarta Serambi Madinah ini kan mengesankan kentalnya nuansa Islam, mengapa dipilih istilah itu? Sebuah ralitas sejarah maupun realitas sosial, bahwa Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat itu memang Islam. Saya kira orang tidak perlu alergi dengan Islam. Justru Islam itu hadir sebagai rahmat bagi seluruh alam. Maka dengan lahirnya Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat yang Islam, itu
artinya sebuah pertanda bahwa Allah akan menurunkan rahmat, khususnya kepada masyarakat Ngayogyakarta Hadiningrat. Itu yang perlu dipahami. Apakah ini tidak menimbulkan pemahaman Islam sebagai kekuatan politik? Itu masalahnya. Akhir-akhir ini Islam kan sering dipahami secara politik. Islam jangan dipahami secara politik, tapi Islam
BAKTI 226/APRIL 2010
11
sebagai rahmat bagi semua alam. Ini yang perlu dipahami semua pihak. Dan Islamnya kraton Ngayogyakarta Hadiningrat itu antara lain diabadikan melalui gelar-gelar, misalnya sultan sebagai khalifatullah sayidin panotogomo. Dalam gelar ini terkandung amanah keharusan mengembangkan Islam sebagai inti rahmat bagi semua. Oleh karena itu, kalau ada yang mengatakan Serambi Madinah itu mengesankan Islam, ya memang Islam. Itu gak bisa dipungkiri dan tidak perlu malu-malu untuk mengakuinya. Islam yang kita maksudkan di sini adalah Islam yang diajarkan walisongo yang rahmatan lil alamin. Kalau ini dipungkiri berarti mengingkari sejarah. Kalau ini tidak diakui, artinya sama saja dengan mendirikan Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat yang lain. Dan ini justru berbahaya. Apa bisa dipahami bahwa Serambi Madinah ini menegaskan Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat yang Islam itu? Ya memang Islam. Dari sana Allah akan menebarkan rahmat bagi semua masyarakat Ngayogyakarta. Sebagai sebuah nagari, Ngayogyakarta Hadiningrat itu masih ada. Tetapi kedaulatannya bergabung sebagai bagian dari NKRI. Kalau kita meninjau kata Madinah itu sendiri dengan mengembalikan pada konteks sejarah, Madinah itu semula bernama Yatsrib. Setelah ada misi untuk membangun sebuah tamaddun maka Yatsrib diubah menjadi Madinah agar lebih mampu mengekspresikan cita-cita yang dikehendaki. Kata Madinah ini tidak bisa dipisahkan dari misi masyarakat Yatsrib waktu itu untuk membangun sebuah tamaddun, sebuah peradaban yang lebih maju untuk semua. Maka kota itu disebut Madinah. Apakah semangat membangun peradaban, seperti dengan bergantinya Yasrib menjadi Madinah ini yang mendorong munculnya gagasan Ngayogyakarta Serambi Madinah. Artinya di sana terkandung harapan untuk membangun peradaban yang lebih baik bagi Yogyakarta? Jogja memang sudah punya banyak predikat. Jogjakarta punya predikat sebagai kota pendidikan. Tetapi kita hidup kan tidak cukup hanya dengan pendidikan. Jogja juga sebagai kota wisata. Tetapi kan tidak cukup hanya dengan wisata. Predikat-predikat yang selama ini masih bersifat spesifik dan parsial. Serambi Madinah ini diharapkan lebih general dan mencakup nilai-nilai yang menjadi dasar bagi predikat-predikat lainnya. Jadi ini bukan predikat baru bagi Yogyakarta? Bukan tambah gelar. Ini bukan gelar baru tetapi mencakup semua gelar yang ada dengan memberikan pendasaran nilai dalam bentuk piwulang-piwulang agung. Semua harus berjalan dengan menggunakan paradigma Serambi Madinah dengan orientasi membangun peradaban baru yang lebih bermanfaat. Pendidikan harus diarahkan ke sana, bukan pendidikan berlari tanpa moral. Demikian pula pariwisata. Bukan wisata berkembang tanpa moral. Sebab sekarang ini, faktor moral mudah sekali diabaikan. Akibatnya, orang sering memandang wisata itu identik dengan kemaksiatan. Realitas-realitas semacam itu juga menunjukkan bahwa apa yang ada sekarang ini belum sempurna dalam meletakkan faktor moral sebagai bingkai. Bisa saja suatu saat praktek-praktek yang tidak bermoral kalau di-
12 BAKTI 226/APRIL 2010
biarkan pada saatnya akan menuntut legitimasi sebagai budaya Jogja yang diakui sah seperti di negara lain. Misalnya praktek free sex, lesbi, homo, pernikahan dengan binatang dan lainnya. Kalau budaya tidak dibingkai dengan moral agama, maka itu akan berbahaya. Maka adanya Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat yang Islam, jelas ini benar-benar menjadi rahmat. Berarti ini betul-betul mencoba memberikan pendasaran terhadap seluruh predikat yang sudah ada? Ya. Serambi Madinah lebih tampil sebagai piwulang untuk masyarakat Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat. Dengan piwulang-piwulang ini masyarakat Ngayogyakarta Hadiningrat ini patut untuk menerima rahmat Tuhan. Sumber ajaran yang kemudian dirumuskan sebagai piwulang Serambi Madinah ini adalah kearifan piwulang kraton, ajaran walisongo, prinsip-prinsip piagam madinah, tuntutan dan kehendak budaya. Empat hal itulah sumbernya. Mengingat demikian pentingnya Ngayogyokarto Serambi Madinah, bagaimana tahapan-tahapan proses perumusan yang sudah berlangsung selama ini? Kita menyelenggarakan sejumlah halaqah dan semiloka untuk menyerap masukan-masukan. Semua kelompok sudah memberikan pemikirannya dan sekarang ini semua suara sudah mengerucut bagaimana Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat Serambi Madinah ini segera ditampilkan sebagai sebuah piwulang. Halaqah itu juga diikuti aliran kepercayaan dan mereka mendukung karena itu memang maunya baik. Saya pernah baca Sultan sendiri mendukung Serambi Madinah, karena itu bagus asal tidak dalam rangka pelaksanaan syariat Islam. Dan memang Serambi Madinah ini bukan dalam rangka pelaksanaan syariat Islam. Sebab menurut saya, syariat Islam itu sudah berjalan hanya namanya bukan syariat Islam. Lha pembangunan itu kan juga syariat Islam. Jadi tidak perlu diproklamasikan menegakkan syariat Islam, karena itu sudah berjalan. Kalau Sultan menghendaki asal jangan dalam rangka menegakkan syariat Islam, ya memang... lha wong sekarang sudah berjalan. Apalagi yang harus diteggakkan. Jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan dengan Serambi Madinah? Apa yang harus dikhawatirkan. Kecuali kalau ada orangorang yang apriori, itu kan soal lain. Tapi sebagai sebuah piwulang, saya yakin ini bagus. Cepat atau lambat akan menjadi kenyataan. Karena maunya bagus, isinya bagus dan memang bagus. Bagaimana masyarakat dapat memahami nilai-nilai Serambi Madinah ini? Piwulang-piwulang yang bersumber dari empat hal itu kita akumulasi menjadi delapan buku syarah yang nantinya akan dijadikan pedoman. Artinya 8 buku syarah itu nantinya dijadikan rujukan untuk merumuskan konsep-konsep ke depan dan menjadi parameter untuk menilai apakah yang ada saat ini sudah sesuai dengan yang di-idealkan atau belum?
Ya. Pendidikan seharusnya bagaimana. Demikian juga dengan ekonomi dan pariwisata, termasuk di sana juga perhotelan, restoran, hiburan dan hal-hal lainnya. Jujur saja masih banyak yang harus dikoreksi. Misalnya hubungan ekonomi yang kapitalistik, prinsip hidup yang individualistik, tipisnya tepo sliro dan lainnya. Apakah dimungkinkan menerjemahkan konsep Serambi Madinah ke dalam bentuk program? Sangat mungkin. Katakanlah kalau Ngayogyakarta Serambi Madinah ini sudah mapan, dari delapan buku syarah yang menghimpun piwulang-piwulang agung itu bisa dilahirkan lembaga ekonomi misalnya. Tentunya lembaga ekonomi yang memberikan bimbingan bagaimana menjadi lembaga ekonomi yang bermoral. Sekarang ini ekonomi kan kapitalistik. Yang duwitnya banyak semakin kaya. Yang miskin semakin miskin. Kapitalisme ini didukung oleh dunia perbankkan. Bagaimana bisa masyarakat ekonomi lemah bisa bangkit kalau mereka sangat kesulitan mengakses permodalan dari bank. Kalau bertolak dari konsep Serambi Madinah mestinya kan tidak demikian. Di sana ada prinsip pemerataan kesejahteran, keperpihakannya jelas yakni kepada mustadl’afin, dan si lemah. Inilah prinsip-prinsip yang ada dalam Serambi Madinah. Selain itu mungkin muncul berbagai komunitas atau lembaga yang dibutuhkan oleh masyarakat yang sedang bingung ini. Kita kan punya warisan nilai-nilai luhur yang ada dalam Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat, misalnya soal unggah-ungguh, bagaimana saling menghormati satu sama lain, penghormatan kepada ilmu dan ahli ilmu. Kita sekarang kan prihatin sekali ketika menyaksikan murid mendemo gurunya. Tampaknya penghormatan terhadap ahli ilmu itu sudah sangat tipis, entah itu terhadap dosen, guru, ulama‘ atau kyai. Hal-hal seperti ini yang masih terlewat dari penanganan pemerintah dan inilah yang akan dicoba ditata melalui nilai-nilai Serambi Madinah. Ke depan, apa yang perlu dilakukan agar piwulang-piwulang ini bisa dipedomani semua pihak di Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat ini? Ya tentu disosialisasikan. Kalau mungkin menjadi muatan lokal di sekolah-sekolah. Karena ini sebuah piwulang, masyarakat dipersilahkan untuk mengembangkannya secara kreatif, misalnya dalam bentuk lagu, idiom-idiom populer atau lainnya. Bagaimana posisi piwulang itu dalam konteks pemintahan? Serambi Madinah ini menjadi filosofi masyarakat. Jadi ia harus dijadikan paradigma untuk semua pihak, termasuk eksekutif dan legislatif. Semua harus berparadigma pada piwulang ini. Sebab itu, kalau ada yang mengusulkan agar diperda-kan, saya tidak setuju. Ini bukan produk politik. Kalau ada wacana untuk di-perda-kan itu artinya masih melihat Serambi Madinah bukan sebagai piwulang tapi sekedar produk politik. Bagaimana penerapan nilai-nilai ini dalam konteks pendidikan, pariwisata, atau lainnya. Apa tidak perlu ada juknisnya?
Kalau ini sudah memasyarakat, masing-masing stakeholder harus membuat juknis yang sesuai dengan nilai-nilai ini. Ini kan milik bersama dan menjadi sumber nilai yang harus dipegangi. Yang membuat juknis ya mereka sendiri. Jadi wilayahnya masuk pada setiap komponen masyarakat Ngayogyakarta dan kemudian diaplikasikan pada wilayah kehidupannya masing-masing? Ya. Dan sebagai sebuah perjuangan ini tidak bisa bim salabim. Butuh waktu. Sebab itu harus kita kawal terus citacita itu agar terwujud. Jangan dibayangkan ini seperti membuat partai atau ormas, lalu semua selesai ketika sudah dideklarasikan. Kalau ada yang mengaitkan Serambi Madinah dengan dukungannya terhadap keistimewaan Yogyakarta, apa itu kira-kira tepat? Kalau dari perspektif Serambi Madinah, keistimewan itu soal kecil. Karena masyarakatnya Serambi Madinah itu masyarakat Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat. Istimewa itu kan predikat yang diberikan oleh republik ini dan diputuskan oleh Jakarta. Sebutan itu bisa saja dicabut, terserah DPR. Tetapi yang namanya Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat dengan masyarakatnya ini tidak ada yang bisa mengubah. Itu kelanjutan dari sejarah. Kecuali kalau akan berdiri Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat yang baru, itu soal lain. Dan itu berbahaya. Jadi keistimewaan itu dalam perspektif Serambi Madinah hanya kecil. Lepas apakah Sultan menjadi gubernur atau tidak, hal itu tidak terkait dengan Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat. Kalau pemerintah mempertahankan gelar sebutan istimewa untuk DIY, itu keuntungan bagi negara NKRI. Karena dengan keistimewan itu, Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat sebagai sebuah nagari itu bergabung kedaulatannya dengan NKRI. Jadi berbahaya kalau NKRI mencabut gelar itu. Kalau pemerintah pusat menghilangkan keistimewan, berarti NKRI telah mengkhianati sejarah, memisahkan bagian dari kedualatannya sendiri. Ini kan subversi namanya. Seandainya teman-teman di Jakarta, bisa berpikir begitu, saya kira keistimewaan tidak akan menjadi barang dagangan politik. Lha kalau ada yang meyebut Serambi Madinah untuk alasan keistimewan, itu terlalu sederhana. Itu masalah kecil. Tentunya masyarakat Jogja mengharap sultan bisa jumeneng betul di kraton sebagai sultan yang mempunyai serambi madinah. Disadari atau tidak, kasultanan itu adalah amanat yang harus dijaga. Apakah Gubernur menjadi aplikasi politik sultan terhadap NKRI? Gubernur itu bagian dari fungsi sultan. Fungsi lain masih jauh lebih besar. Pada aspek hubungan politik birokratik itu disebut gubernur karena tidak ada istilah lain. Mungkin kalau ada istilah lain yang lebih pas dengan posisi sultan, ya terserah saja. Kalau sultan yang jauh lebih besar perannya, lalu ditarik sekedar gubernur, lha itu pun dipermasalahkan, itu kan lucu. Kalau di DIY ada gubernur selain sultan itu seperti zaman Hindia Belanda, ada Sultan, ada Gubernur Jenderal. Maka paling aman ya disatukan.
BAKTI 226/APRIL 2010
13
. .
, . . :
Kepala Kantor Kementerian Agama Provinsi DI Yogyakarta
Ngayogyakarta Serambi Madinah; Langkah untuk Mewujudkan Visi Kanwil Kemenag Di bawah kepemimpinannya, Kanwil Kementerian Agama mengambil langkah baru dengan menjalin kerjasama dengan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat dengan komitmen untuk membangun masyarakat Yogyakarta yang sejahtera, sesuai fondasi budaya dan piwulang-piwulang agung yang sudah ada. Apa latar belakang yang mendorong Kanwil Kementerian Agama provinsi DIY untuk menjalin kerjasama dengan keraton dan mengusung Ngayogyakarta Serambi Madinah? Kantor Wilayah Kementerian Agama DIY memiliki visi terbentuknya masyarakat Yogyakarta yang agamis dan berbudaya. Kita menginginkan masyarakat yang demikian itu segera terbentuk yang dicirikan dengan tingkat pemahaman, penghayatan dan pengamalan agama secara maksimal dengan didasarkan pada budaya yang ada. Di Yogyakarta kita memiliki budaya yang sangat indah dan adiluhung. Misalnya penghargaan terhadap kebhinekaan, saling menghormati, tepo sliro, unggah-ungguh dan berbagai tradisi hidup lainnya yang masih terjaga dengan baik di masyarakat. Tentu menjadi sangat positif jika pemerintah, dalam hal ini Kanwil Kementerian Agama, menedekatkan diri dengan budaya Ngayogyakarta khususnya yang berpusat di kraton. Sebab kraton menyimpan piwulang-piwulang agung yang sangat agamis dan juga tradisi-tradisi religius yang telah membudaya. Bagaimana bentuk kerjasama yang dilakukan? Pertama kita menjalin kerjasama untuk melestarikan salah satu budaya religius kraton yaitu semaan Al-Qur’an dan bukhoren. Terhadap dua hal ini, kita buat nota kesepahaman antara Kanwil Kementerian Agama dengan Kraton Ngayogyakarta yang semua bermuara pada upaya terbentuknya masyarakat yang agamis dan berbudaya. Seiring dengan pelaksanaan kerjasama yang sudah berlangsung beberapa waktu, muncul gagasan dan pemikiran untuk mengangkat Ngayogyakarta Serambi Madinah. Kita menyambut baik dan mendukung gagasan itu karena semakin menguatkan dan membuka jalan bagi terwujudnya masyarakat Yogyakarta yang agamis dan berbudaya sebagaimana dicitacitakan oleh Kanwil Kementerian Agama Provinsi DIY. Mengapa pendekatan budaya ini menjadi penting? Masyarakat Yogyakarta ini kan sangat beragam. Termasuk di dalamnya keragaman pada sisi agama. Di atas keragaman itu, kita harus membangun kebersamaan. Untuk itu kita butuh satu ruang yang bisa mengatasi perbedaan-perbedaan itu, sehingga kita bisa duduk bersama sebagai satu kesatuan. Di sinilah budaya memiliki peran strategis. Maka dalam
14 BAKTI 226/APRIL 2010
mewujudkan masyarakat Yogyakarta yang agamis dan berbudaya itu, kita berangkat dari kesamaan budaya ini. Dari bingkai kesatuan budaya ini, kita menguatkan keagamaan kita masing-masing. Misalnya filosofi tentang garis imaginer mulai panggung krapyak, keraton dan tugu yang menggambarkan tentang filosofi kehidupan manusia. Filosofi ini bisa dimaknai oleh masing-masing agama, yang mungkin berbeda satu sama lain. Tapi bukankah masyarakat semakin tidak memahami budaya-budaya itu? Justru itulah, kita perlu segera mensosialisasikannya. Zaman dulu, ajaran-ajaran adiluhung itu ditransfer antar generasi dalam kehidupan masyarakat melalui tradisi-tradisi hidup, misalnya lewat shalawatan di kampung-kampung. Tembang-tembang gubahan para wali, di sana dilantunkan dan dimaknai. Tapi sekarang itu kan sudah tidak ada lagi. Kaum muda tidak tertarik lagi karena tidak mengerti isinya. Isi dan maknanya ini yang mestinya kita jelaskan kepada angkatan muda agar mereka terlebih dahulu memahaminya. Sebagian tradisi yang hingga kini masih bertahan, kebanyakan hanya diwarisi bentuk fisiknya tetapi juga tidak dipahami maknanya. Misalnya kalau ada acara manten di sana ada balang-balangan daun sirih. Tapi tidak tahu apa makna filosofisnya. Justru kita lebih mementingkan fisiknya. Padahal yang penting justru maknanya ini. Bagaimana langkah-langkah operasional lanjutan yang akan ditempuh oleh Kanwil Kementerian Agama? Untuk mewujudkan visi ini tentu membutuhkan langkahlangkah operasional. Hal ini kita lakukan dengan mensosialisasikan Serambi Madinah yang berisi piwulangpiwulang agung ini kepada seluruh lapisan masyarakat agar masyarakat memahami seperti apakah filosofi-filosofi dan piwulang agung itu. Sebab kalau ini tidak kita sebarkan dan sosialisasikan, semakin lama akan hilang. Piwulang agung yang ada di kraton, yang menurut informasi dari Gusti Joyo ada 1.000 manuskrip, itu jangan sampai sia-sia karena tidak kita pelajari atau bahkan punah. Sebab itu, kita akan sosialisasikan kepada masyarakat melalui majlis taklim, dan masjid-masjid utamanya masjid kagungan dalem. Selain langsung ke masyarakat umum, kita juga sosialisasikan lewat madrasah. Di UIN sendiri ternyata kan sudah ada rintisan yang dilakukan oleh Prof. Atho’ Mudzhar dengan menggagas mata kuliah “Islam dan budaya Jawa”. Kalau kita melangkah dengan masuk lewat madrasah, tentu ini sejalan dan saling
mendukung. Di madrasah mungkin siswa mempelajari dari halhal yang elementer, dan semakin diperdalam di tingkat MTs, MA dan Peguruan Tinggi yang mungkin sudah masuk pada penelitian manuskrip-manuskrip yang ada. Ke depan, kira-kira kapan muatan lokal di madrasah ini akan direalisasikan? Kita rencanakan tahun depan kita mulai. Semoga dalam waktu dekat, tim dari Mapenda sudah selesai menyusun bukunya. Kita akan mintakan izin dulu dari pihak kraton. Selain itu, apakah ada rencana operasional lain yang mungkin akan dilakukan di lingkungan keluarga besar Kementerian Agama?
Nanti kita lihat dulu. Kita coba cari apa yang sesuai. Misalnya di kraton, ada kebiasaan semisal Al-Qur’an dan Bukhoren. Ini kan ajaran agama yang sudah dibingkai dengan budaya. Pendekatan budaya inilah yang kita kedepankan dengan harapan nanti menjadi kebiasaan dan behaviour. Ini yang agama Islam. Mungkin yang agama Katolik beda lagi. Kalau dulu sewaktu saya di madrasah, setiap kali kita memulai pelajaran, kita awali dengan membaca asmaul husna. Ini dilakukan untuk membiasakan anak agar terbiasa menyebut asma Allah, kebiasaan mengingat Allah. Inilah kira-kira sebagian kerangka teknisnya. Kita di Kanwil juga pernah mengadakan mujahadah sebagai permulaan. Ada juga usul agar itu dibiasakan tiap bulan. Ya nanti kita pikirkan bersamasama.
.
:
Pengageng Kawedanan Hageng Panitrapuro Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat
Membangun Karakter Melalui Ngayogyakarta Serambi Madinah Gusti Bendoro Pangeran Haryo H. Joyokusumo, atau lebih dikenal dengan Gusti Joyo adalah salah satu dari tokoh Kraton yang selama ini secara penuh mendukung dan terlibat dalam perumusan Ngayogyakarta Serambi Madinah. Selaku dari Pengageng Kraton, menjadi menarik untuk melihat pandangan-pandangannya berkenaan dengan Ngayogyakarta Serambi Madinah dari sudut pandang kraton. Inilah liputan wawancaranya.
berusaha membangun suasana agar gap antara ulama sepuh dan muda bisa hilang sehingga bisa mempunyai persepsi yang sama dalam mengantisipasi perkembangan kehidupan masyarakat. Bukhoren adalah implementasi sunnah Rasul. Sunnah Rasul adalah implementasi sunatullah. Jadi ada runtutannya. Sehingga kegiatan ini memberikan arah yang lebih terang bagi masyarakat. Dari Majelis Bukhoren itu, timbullah gagasan Ngayogyakarta Serambi Madinah.
Bagaimana posisi strategis Ngayogyakarta Serambi Madinah dari sudut pandang kraton? Pertama, dasarnya adalah MoU kraton dengan Kanwil Kemenag DIY yang sebetulnya mengembangkan dari perjanjian kerjasama antara Menteri Agama dengan kraton yang pernah ditandatangani bersama antara Menteri Agama dan Sultan Ngayogyakarta. Kerjasama ini kita wujudkan dalam beberapa kegiatan dalam upaya membina masyarakat Ngayogyakarta agar kehidupannya lebih baik, lebih terarah pada hal-hal yang sifatnya positif tanpa kehilangan akar budayanya. Sehingga hal ini menjadi salah satu cetusan, salah satunya Ngayogyakarta Serambi Madinah. Walaupun diawali dengan beberapa bentuk kerja sama, seperti pembedahan khasanah budaya kraton dalam bentuk karya sastra lama, bahkan ada beberapa kegiatan yang rutin kita selenggarakan majelis semaan Al-Quran sebagai forum komunikasi antara kraton, ulama, umaro’, kita kembangkan juga Majelis Bukhoren, khusus antara kraton dengan ulama agar hubungannya lebih harmonis dan saling memahami. Di samping itu kami dulu merasakan adanya gap antara ulamaulama sepuh dan muda. Dengan Majelis Bukhoren kami
Apa ada faktor lain yang menjadi pendorong? Ada beberapa kekhawatiran bahwa masyarakat kita sudah jauh dari nilai-nilai budaya yang sudah ada. Pemahaman terhadap budaya sudah luntur apalagi memahami nilainilainya. Padahal kehidupan masyarakat dalam suasana globalisasi, menuntut pemantapan jati diri bangsa yang lebih kuat. Ini tentu saja berorientasi pada budaya-budaya bangsa sendiri terutama budaya daerah yang merupakan akar budaya nasional. Ini ada kaitannya antara pemahaman dalam menjalankan ajaran agama masing-masing. Karena itu kami mengangkat Ngayogyakarta Serambi Madinah dengan dasar budaya Ngayogyakarta Hadiningrat dimana ajarannya sudah ditetapkan sejak almarhum Sinuhun HB awal sampai IX. Kita bisa lihat perkembangannya pada eranya masing-masing, dimana Ngayogyakarta Hadiningrat dasarnya adalah filosofi Islam dengan Al-Qur’an dan hadits sebagai pegangannya. Tetapi bagaimanapun juga perkembangan masyarakatnya tetap menghargai adanya pluralitas, kepercayaan agama lain yang diakui masyarakat Ngayogyakarta. Dengan background hubungan antara budaya sebagai laku keseharian dengan dasar ajaran Islam ini, kita coba implementasikan menjadi laku budaya yang lebih bisa diterima di kalangan masyarakat yang
BAKTI 226/APRIL 2010
15
plural itu. Bukannya kita merombak tatanan agama agar sesuai dengan pluralitas budayanya, tetapi makna ajaran agama bisa diterapkan lebih luwes di dalam budaya Ngayogyakarta. Sehingga Ngayogyakarta Serambi Madinah itu adalah produk budaya dengan tujuan menghargai dan mewadahi aspirasi masyarakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat lahir dan batin. Mengapa dipilih istilah Serambi Madinah? Pada dasarnya meskipun Madinah merupakan salah satu kota suci umat Islam di Arab, bukan berarti membawa budaya Arab ke budaya Jawa. Kita menerjemahkan madinah sebagai produk peradaban yang sudah diajarkan Rasulullah yang kemudian di dalam produk peradaban itu dikembangkan juga oleh para wali di Jawa sehingga menjadi dasar kita mengembangkan peradaban baru menghadapi globalisasi. Budaya dan peradaban ini tidak bisa bertahan dengan budaya dan peradaban lama sehingga kita harus siap menerima dampak globalisasi. Kita mempersiapkan diri dengan memberikan bekal pemahaman budaya sebagai peradaban baru untuk masyarakat Ngayogyakarta khususnya, syukur peradaban ini menjadi acuan peradaban bangsa Indonesia seluruhnya. Kita sangat mengkhawatirkan pendidikan yang melupakan character building. Pendidikan character building kita itu lebih banyak ditekankan pada hal-hal yang berkaitan dengan aspek-aspek pemahaman politis, seperti UUD 1945, hakikat warga Negara RI. Dalam konteks agama sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing, character building ini semacam formalitas saja, tidak bisa menjawab tuntutan global dengan mempertahankan jati diri. Bisa kita lihat pemerintah kita, secara individual, kualitas bangsa kita itu bisa diandalkan, tetapi secara umum kualitas atau kondisi masyarakat kita sangat jauh dibandingkan dengan negara tetangga yang sudah demikian appreciatenya dengan kemajuan zaman. Bagaimana sikap masyarakat terhadap soal budaya ini? Ada masyarakat kita yang sekedar mengikuti arus perkembangan zaman apa adanya. Ada yang mencoba mempertahankan budayanya sendiri, tetapi juga tidak mampu menyesuaikan karena ada kontradiksi antara budaya daerah dengan budaya pendatang terutama dari Barat. Karena bagaimanapun juga kita harus menyadari bahwa pendekatan dan pola pikir masyarakat Timur dan Barat sangat berbeda. Kalau masyarakat Barat, semua dinilai dari sisi atau hal-hal yang nyata dan realistis saja, secara pragmatis. Masyarakat Timur harus menyeimbangkan antara kehidupan realita masyarakat pada umumnya dengan bagaimana tuntutan ukhrawi bisa diimplementasikan, keseimbangan antara kehidupan dunia dengan akhirat. Tentunya keseimbangan ini dibedakan antara pemikiran Timur dan Barat. Sehingga dalam aspek kehidupan kita baik politik, ekonomi, sosial budaya tentu berbeda sekali dengan pola dan pendekatan Barat. Kita hampir saja larut dengan pola pikir Barat yang menjadi pelopor globalisasi. Oleh karena itu, kita bisa secara teknis belajar teknologi dan ilmu pengetahuan dari Barat. Tetapi masalah semangat dan idealisme, kita harus berpegang teguh pada jati diri kita sebagai bangsa Indonesia yang menganut budaya
16 BAKTI 226/APRIL 2010
Timur. Ngayogyakarta Serambi Madinah kita orientasikan ke sana dan disesuaikan dengan momentum. Kami sebagai bagian dari kraton, sangat menyadari dan merasakan bagaimana ajaran dan pondasi budaya sudah dibangun alm. Sultan HB awal dan sudah dikembangkan sedemikian rupa sampai sekarang. Dimana otak-atiknya angka 1 sampai 9 dalam angka jawa, angka 9 adalah angka terbesar, sehingga boleh dikatakan pondasi itu sudah final. HB X yang merupakan awal dari angka berikutnya, harus sudah meletakkan persiapan dalam rangka membangun bangunan budaya itu. HB I-IX membangun dan meletakkan pondasinya, HB X membangun bangunan ke atasnya. HB I-IX boleh dikatakan tidak terlalu bersifat lahiriah atau kelihatan, mulai HB X kita harus membangun sesuatu yang mulai nampak. Ini tidak lepas dari pondasi itu, jangan sampai kita membangun atasnya tidak di atas pondasi itu sehingga salah letak. Bagaimana kita tetap mengacu pada pondasi yang sudah ditetapkan itu. Kemudian menyusun konsep masa kini dan masa depan, bagaimana mengembangkan budaya sesuai perkembangan zaman, sehingga kita tidak larut dan melupakan jati diri kita. Itulah background dari kraton bagaimana dasar ajaran budaya yang sudah diletakkan oleh para leluhur untuk diimplementasikan di masa kini dan masa depan sesuai dengan tantangan zaman. Masing-masing zaman tentu mempunyai perbedaan tantangan. Semua tantangan dari HB I-X ini harus kita pelajari dan pahami sehingga kita bisa menetapkan garisgaris kebijakan ke depan tanpa kehilangan jati diri kita yang sudah diletakkan dasarnya oleh para leluhur kita. Itu sebenarnya makna dari Ngayogyakarta Serambi Madinah dari pihak kami, Kraton Ngayogyakarta. Pada dasarnya kami ingin mencontoh model peradaban yang pernah dibangun Rasulullah, tetapi untuk menjawab tantangan Ngayogyakarta masa kini dan masa depan dalam rangka membangun masyarakat yang plural ini. Jika kita melihat piwulang-piwulang agung itu kan sangat banyak, bagaimana kira-kira klasifikasinya sehingga nanti bisa dipahami oleh masyarakat? Ada piwulang yang khusus untuk yang jumeneng dalam serat Suryorojo. Piwulang-piwulang lain selain piwulang elementer yang bersifat keagamaan, di kraton lembaga penuntunnya adalah abdi dalem kaji selusin, tapi juga ada hal-hal yang berkaitan dengan kebudayaan dan ilmu pengetahuan pada umumnya. Ada juga yang berkaitan dengan olah seni karena olah seni bukan sekedar bentuk fisik, tetapi sebenarnya olah seni salah satunya termasuk olah rasa, bagaimana mengolah rasa agar peka terhadap pelajaranpelajaran yang lain, ada yang diterima dari agama, budaya. Olahtari adalah bagian olah rasa. Sebetulnya penari itu bukan hanya trampil dalam gerakan saja tetapi juga harus menghayati perasan. Oleh karena itu, dalam konteks seni peran di kraton ada yang dinamakan semangat : greget, sengguh, ora migguh, nyawiji. Greget itu maknanya semangat. Penari harus bersemangat. Sengguh, maknanya penari itu harus percaya diri namun bukan berarti sombong. Ora mingkuh, tidak keluar Bersambung ke halaman ................ 25
TA M U K I T A GUSTIBENDOROPANGERANHARYO(GBPH)
H.JOYOKUSUMO G
usti Joyo, begitu tokoh kita ini akrab dipanggil, lahir dari pasangan Sultan Hemengkubuwono IX dengan istri kedua, Kanjeng Gusti Raden Ayu Windyaningrum. Gusti Joyo, lahir pada tanggal 27 Oktober 1955. Bertepatan dengan tanggal 12 Maulud Tahun Dal, 56 tahun silam yang lalu. Pada 12 Maulud yang lalu, Gusti Joyo genap berusia 8 windu. Sewaktu kecil, Gusti Joyo bernama Bendoro Raden Mas Sumiyandono. Sumiyan berasal dari kusumaning yang berarti bunga. Dono berarti Prajurit. Ini karena saya lahir setelah grebeg. Mungkin Sinuwun Sultan Hemengkubuwono IX memilih nama Sumiyandono karena bermakna kembanging prajurit. “Kalau menurut cerita orang dulu, kebetulan pada pagi hari saat kelahiran saya, mereka menyaksikan matahari terbit kembar. Yang satu dari timur dan satu lagi terbit dari barat. Tapi itu hanya cerita”, kata Gusti Joyo menambahkan. Gusti Joyo adalah putra ragil dari empat bersaudara. Saudara yang tertua, Gusti Bendoro Raden Ayu Dra. Priyo Kusumo yang sewaktu kecil bernama Bendoro Raden Ajeng Kuswarjati alumni Fakultas Sospol Universitas Gadjah Mada. Yang kedua, Ngarso Dalem Hamengkubuwono X yang sebelum jumeneng bernama Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Mangkubumi nama kecilnya Bendoro Raden Mas Herjuno Darminto, yang juga alumni Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. Ketiga Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Hadiwinoto yang sewaktu kecil bernama Bendoro Raden Mas Ibnu Prastowo. Setelah kelahiran putra ketiga ini, sang ibunda sesungguhnya dinyatakan sudah tidak dimungkinkan hamil lagi. Namun delapan tahun berselang, lahirlah Bendoro Raden Mas Sumiyandono, yang kemudian bergelar Gusti Bendoro Pangeran Haryo H Joyokusumo. Dengan demikian jarak usia antara Gusti Joyo dan KGPH Hadiwinoto 8 tahun, dan jarak dengan S i n u w u n Hamengkubuwono X, berjarak 10 tahun. “Antara saya dan kakak saya ada perbedaan gelar, meskipun kami samasama sekandung,” jelas Gusti Joyo. “Kakak saya Kangmas Hadiwinoto, bergelar KGPH sedangkan saya GBPH,” tambahnya. Hal ini karena KGPH Hadiwinoto menjadi saudara laki-laki tertua
dari seluruh saudara laki-laki Hamengkubuwono X. Dalam bahasa lainnya, sebagai koordinator seluruh pengeran atau menjadi lurahnya pangeran. Sebab itu diberikan gelar KGPH. “Inilah yang kadang-kadang tidak dipahami masyarakat”, katanya. Riwayat Pendidikan Pendidikan Gusti Joyo diawali dari TK di sebelah Dalem Pakuningratan yakni berada di Wetan Pasar Ngasem. Dilanjutkan dengan jenjang sekolah dasar di SD Keputran I, yang terletak di pojokan alun-alun. Kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 3. “Dalam lingkungan kraton, ada beberapa proses tahapan kehidupan,” jelas Gusti Joyo. Putra Dalem Sultan, sebelum akil balig atau sebelum dikhitan, semua kebutuhan baik primer, sekunder maupun tersier, dipenuhi lewat ibu. “Jadi pembinaan mental, spiritual, sekolah sampai konsumsi, semua ikut ibunya masing-masing. Tinggalnya di keputren, keraton bagian barat.,” kata Gusti Joyo menerangkan. Tetapi setelah memasuki usia akil balig atau dikhitan, kemudian dipindahkan ke kesatriyan yang terletak di kraton bagian timur. Pada masa ini, kebutuhan primer masih ikut ibu, sedangkan kebutuhan sekunder dan tersier sudah harus memenuhi sendiri. “Kami mulai mendapatkan jatah honorarium atau uang saku bulanan,” katanya menambahkan. Biasanya, para pange-ran dikhitankan saat kelas 6 SD atau kelas 1 SMP. Sehingga begitu masuk SMP, sudah mulai dipisahkan ke kesatriyan. Tetapi Gusti Joyo sendiri dikhitan-kan saat kelas 2 SMP. “Itu karena pada saat saya kelas 1 SMP, Ngarso Dalem mempunyai hajat mantu putro pertama, Mbak Kanjeng Ratu Anom. Dalam tradisi kraton, jika selesai mantu, untuk mengadakan hajatan lain harus menunggu 1 tahun berikutnya,” kata Gusti Joyo. “Pada saat itu, ada tiga orang yang dikhitan. Saya, Kangmas Prabu Kusumo dan Dimas BAKTI 226/APRIL 2010 17 17
Dok. BAKTI
Kuswardiyanto. Keduanya adalah putra dari ibu Kanjeng Raden Ayu Hastungkoro, istri ketiga Sinuwun Hamengkubuwono IX”, jelasnya. Setelah menyelesaikan pendidikan di SMP, Gusti Joyo melanjutkan ke SMA I Teladan Yogyakarta, dengan mengambil pilihan ilmu sosial. Dilanjutkan dengan kuliah di Fakultas Ekonomi UGM. “Saya memilih di ekonomi karena waktu itu sudara-saudara saya belum ada yang kuliah di ekonomi. Ngarso Dalem di Fakultas Hukum, Kangmas Hadikusumo juga di Fakultas Hukum, Kangmas Hadiwinoto di Fakultas Kebudayaan, kemudian Mbak Kus di Sospol,” katanya mengenang. Namun di tengah perkuliahan ini, sang ibunda Gusti Raden Ayu Windyaningrum wafat pada tahun 1977. “Waktu itu ibu masih muda, usianya 49 tahun,” jelas Gusti Joyo. Wafatnya sang ibu ini memiliki pengaruh besar terhadap Gusti Joyo karena kehidupan putro ndalem itu lebih sebagai anak ibu ketimbang anak bapak karena istri Sinuwun Hamengkubuwono X itu ada empat. Pada saat itu, Raden Ajeng Kuswarjati dan Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Mangkubumi sudah berumah tangga. Sedangkan Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Hadiwinoto menjelang berumah tangga. “Oleh karena itu saya mencoba untuk mempersiapkan hidup mandiri dan saya putuskan untuk mengajukan dispensasi istirahat kuliah. Tapi ternyata malah keterlanjuran sampai terjun ke dunia politik sehingga lupa dengan bangku kuliah,” kenangnya. Kiprah Organisasi dan Politik Sebelum menggeluti bidang politik, Gusti Joyo membentuk usaha kontraktor dan bergabung dengan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia DIY. Saat itu, Gusti Joyo dipercaya menjadi Ketua Badan Pengurus Daerah HIPMI DIY yang sekaligus menjadi anggota Dewan Pertimbangan KADIN Indonesia. Setelah itu Gusti Joyo diminta terjun ke organisasi kepemudaan di DPD KNPI Provinsi DIY. “Bahkan pada waktu itu saya menjabat sampai 3 periode,” katanya. Melalui KADIN dan KNPI, Gusti Joyo mengembangkan wawasan nasional dan mengunjungi berbagai daerah di Indonesia. “Saat itu saya pernah berkunjung ke Provinsi Papua yang pada waktu itu masih Provinsi Irian Jaya mulai dari Lembah Baliem sampai ke perbatasan Irian dengan Papua Nugini,” kenang Gusti Joyo. Setelah itu, Gusti Joyo masuk ke dunia politik. Kariernya di dunia politik diawali di DPD Golkar Kota Yogyakarta. “Saat itu saya ditunjuk sebagai peserta pendidikan kader wilayah Yogyakarta dan Bali yang kebetulan pada waktu itu bertempat di Bali. Hasilnya saya dipilih sebagai Ketua Biro Pemenangan Pemilu Kota Yogyakarta,” jelasnya. Pada tahun 1982, Gusti Joyo mengikuti pemilihan umum dan terpilih menjadi anggota DPRD Kota Yogyakarta. Sejak itu hingga tahun 1987, Gusti Joyo dipercaya sebagai anggota panitia anggaran di DPRD Kota Yogyakarta. Setelah itu Gusti Joyo berhenti dari HIPMI dan KADIN karena ada perbedaan pandangan dengan beberapa pengurus. Namun di KNPI Gusti Joyo bahkan pernah ditunjuk untuk menjadi Sekjen KNPI. “Tapi saya menolak karena pada waktu itu saya masih diminta Ngarso Dalem HB IX untuk mematangkan diri di daerah sekaligus membina pemuda di daerah,” katanya. BAKTI226/APRIL 226/APRIL2010 2010 18 BAKTI
Gusti Joyo bersama keluarga dan karyawan Pada tahun 1992 Gusti Joyo diminta oleh Ketua DPD Golkar Tingkat I untuk maju dalam pemilihan sebagai calon anggota DPR RI. “Padahal pada waktu itu saya mempunyai rencana 2 periode di tingkat II, dua periode di tingkat I, baru dua periode di tingkat pusat,” kata Gusti Joyo. Hal itu diutarakannya kepada Ketua DPRD Golkar Tingkat I yang pada waktu itu dijabat oleh Kanjeng Gusti Mangkubumi yakni Hamengkubuwono X sekarang ini. Akan tetapi karena Gusti Joyo sudah mengikuti semua jenjang baik di tingkat daerah maupun pusat, dan bahkan juga pendidikan juru kampanye di tingkat pusat, hal ini menjadi pertimbangan bagi ketua DPD untuk menunjuknya agar maju di tingkat pusat. Pada waktu itu Gusti Joyo masih bersikeras untuk maju di tingkat I. Menanggapi sikap kerasnya ini ketua DPD mengatakan “ Kamu harus mencalonkan sebagai calon DPR RI karena ini jatah generasi muda. Kalau jatah ini tidak diisi maka akan diisi oleh para pensiunan. Ini perintah Ketua DPD Golkar DIY bukan perintah kakakmu,” demikian pernyataan Kanjeng Gusti Mangkubumi waktu itu. Gusti Joyo waktu itu masih menawar, mengapa harus dirinya. “Saya mempunyai daftar nama kader muda Golkar di DIY, dan kamu ada di peringkat paling atas,” demikian alasan ketua DPD saat itu. Sejak pemilu 1992, Gusti Joyo menjabat sebagai anggota DPR RI. Jika waktu menjabat sebagai DPRD Kota berusia 27 tahun, saat menjabat di DPR RI berusia 37 tahun. Di sana Gusti Joyo bergabung dengan Komisi II. Kariernya Gusti Joyo di dunia politik terus menanjak. Dalam sturktur kepengurusan DPP Golkar, Gusti Joyo diangkat sebagai Ketua Koordinator Seni Budaya, dimana sebelumnya sebagai Ketua Biro Pemuda di DPD Golkar Tingkat I. Pada tahun 1997, Gusti Joyo kembali mendapat kepercayaan sebagai anggota DPR RI lagi. “Pada sat itu, saya mempunyai pengalaman yang luar biasa, karena pada sidang MPR tahun 1997 saya ditunjuk sebagai juru bicara penyampaian pendapat akhir dari partai Golkar termasuk waktu yang menunjuk dan mengangkat Pak harto sebagai Presiden RI kembali,” kenangnya. Zaman dulu biasanya yang ditunjuk sebagai juru bicara berarti adalah calon menteri. “Waktu itu saya dianggap akan menjadi menteri pemuda. Tapi pada waktu saya tak ambil pusing,” katanya mengenang. Karena naskah pandangan
akhir itu sangat panjang, pembacaannya dibagi dua. Bagian awal dibaca oleh seorang generasi muda wanita putranya Prof. Dr. Alfian. Bagian kedua menjadi bagian Gusti Joyo untuk membacanya. “Yang menarik, ada yang mencatat selama saya membaca pandangan akhir selama kira-kira 45 menit, ada 49 kali tepukan dari 60 tepukan hadirin yang ada,” jelasnya. Setelah masa jabatan berakhir tahun 2009, Gusti Joyo dipaksa oleh Ketua Umum Golkar Akbar Tanjung untuk kembali mencalonkan diri. Kemudian terpilih kembali dan bergabung di Komisi 6. Pada tahun 2009 menjabat sebagai ketua fraksi Golkar di DPR dan sebagai tim sosialisasi perubahan UUD.
Pada masa HB X, terjadi penyederhanaan struktur organisasi di kraton. Sebelumnya di kraton terdapat 22 lembaga. “Karena putra dalem kakung HB IX itu relatif sedikit dan banyak yang tinggal di Jakarta, akhirnya difokuskan hanya kepada empat orang saja. Kangmas Hadiniwinata, Prabukusumo, saya dan Dimas Yudaningrat,” jelasnya. Dengan demikian, 22 organisasi itu disederhanakan menjadi 4 organisasi induk dimana masing-masing induk ditugaskan untuk menghimpun organisasi sejenis yang di bawahnya. Dari keempat organisasi itu ada yang bersifat administratif, ada yang bersifat teknis operasional. Organisasi yang bersifat teknis operasional disebut Kawedanan Hageng Keluarga yang Religius Punakawan, sedangkan yang bersifat administratif disebut Gusti Joyo menikah tahun 1983. Pada saat itu sinuwun Kawedanan Hageng, tanpa ada istilah Punakawan. Yang Hamengkubuwono IX masih sugeng. Gusti Joyo adalah bersifat tekni operasional meliputi Kawedanan Hageng keluarga kraton yang pertama kali menikah dengan orang luar Punakawan Parwa Budaya, sebuah organisasi teknis yang Jawa. “Kakak-kakak saya baik laki maupun perempuan semua membidangi adat, agama dan kebudayaan. Kedua, Kawedanan menikah dengan orang Jawa, ada yang Jawa Barat, ada Jawa Ha-geng Punakawan Nitya Budaya yang menangani urusan Timur,” kata Gusti Joyo. Dok. BAKTI kewisataan, kear-sipan dan “Waktu itu saya ingin budaya. Ketiga, membentuk keluarga yang Kawedanan Hageng Punanasional dan setelah itu kawan Parasraya Budaya, adik-adik saya mengikuti. yang menangani penunjang Ada yang menikah dengan kebudayaan dan parisiwata, orang Padang Jakarta dan misalnya pertanahan dan lainnya,” jelas Gusti Joyo. keamanan. Kemudian ada Istri Gusti Joyo yang satu organisasi yang bernama Nur Aida adalah bersifat administratif yaitu putri dari kel. Hj Abdul Kadir Kawedanan Hageng PaniHasan, seorang tokoh NU trapuro, yang mengurus dari Balikpapan, Kalimantan administrasi dimana Gusti Timur. Dari pernikahannya Joyo selaku penangini, Gusti Joyo dikaruniai gungjawabnya. tiga orang anak. Yang Di bawah Kawedanan pertama, Raden Ajeng Nur Hageng Punakawan Gusti Joyo bersama ................... Handani. Alumni Pondok terdapat kawedananPesantren Gontor Putri kawedanan, misalnya Gusti Joyo (kiri) dan keluarga semasa remaja termasuk Mantingan ini, sekarang kawedanan kridomardawa, dengan Sinuwun HB X sekarang (kanan) sedang studi di Goangzo praraksa, pengulon, Cina. Putra kedua, Raden Mas Sumiandarto. Seperti kakaknya, widyobudaya dan lainnya. Kalau di bawah Kawedanan setelah lulus SD, nyantri di Pondok Pesantren Gontor. Dari Hageng yang bersifat administratif ada tepas yang berarti sana kemudian melanjutkan di Fak ekonomi UII hingga kantor. Ada kantor administrasi besar, kantor pribadi sultan, sekarang. Berbeda dengan dua kakaknya, putrinya yang ketiga kantor kabdialeman (semacam kepegawaian), keuangan, tidak mau masuk pesantren. “Tapi saya meyakini harus kesejahteran dan kehumasan. Tepas-tepas ini semua berada bersekolah di lembaga yang bernafaskan agama. Maka saya di bawah tanggung jawab Gusti Joyo. Struktur baru ini sekolahkan di SMP Budi Mulia dan sekarang sedang duduk dioperasioalkan tahun 1999, meskipun belum semua di kelas 2 SMA Budi Mulia II,” kata Gusti Joyo. Namun pada beroperasi mengingat adanya beberapa keterbatasan. saat SMP, sempat pindah ke SMP Semesta yang terletak di “Sekarang setelah saya sudah pensiun dari anggota Gunungapti Ungaran, sebuah SMP kerjasama antara Sekolah dewan, saya mencoba memaksimalkan koordinasi di kraton swasta dengan bantuan dari Turki. “Tapi dia hanya bertahan dalam rangka mempertahankan kelestarian budaya kraton dan 3 bulan, dan akhirnya kembali ke Budi Mulia 2,” jelas Gusti menyongsong realisasi UU keistimewan daerah Istimewa Joyo. Yogyakarta,” terang Gusti Joyo. “Apa pun hasilnya, menjadi kewajiban kami untuk bisa menyesuaikan diri dengan Peran di Kraton perkembangan zaman,” tambahnya. Sejak sebelum menikah, oleh HB IX Gusti Joyo dipercaya Upaya-upaya perbaikan juga terus dilakukan. Di kraton menangani bidang kesejahteran abdi dalem. Kemudian Gusti dibentuk tim pengawas, peneliti dan juga tim sosialisasi dalam Joyo diangkat sebagai Pengageng Kawedanan Hageng Sri rangka meningatkan kaulitas SDM abdi dalem. Wandowo, sekretariat kraton yang meliputi urusan makam, pengulon, urusan keparak puro gusti dan urusan keluarga. BAKTI 226/APRIL 226/APRIL 2010 2010 19 19
Dok. BAKTI
Kiprah Sosial Keagamaan malu. Tapi ternyata tidak,” kata Selain berperan di organisasiGusti Joyo. “Setelah beliau wafar organisasi seperti disebutkan di baru saya memahami, tampaknya atas, Gusti Joyo juga dipercaya saya dianggap sebagai murid sebagai Ketua Umum Persaudaraan bukan dalam bidang keagamaan Djamaah Haji Indoensia (PDHI); tapi bidang sosial yang selalu sebuah organisasi yang dilahirkan membutuhkan kepiawaian untuk di Mekkah oleh para Hujjaj dari DIY, menyesuaikan dengan kondisi khususnya Bantul pada tahun masyarakat,” jelasnya. 1950-an. Pada saat membentuk Selain itu, ada kesan lain yang kepengurusan pusat, PDHI sangat mendalam dalam menempatkan Sultan Hamengpergaulannya dengan Gus Mik. kubuwono IX sebagai ketua umum Pada tahun 1992, Gusti Joyo yang sekaligus pembina utama. melaksanakan umroh bersama Namun karena tidak mempunyai istri. Tiba di Madinah, Gusti Joyo pekerjaan teknis, akhirnya hanya hanya sempat sholat subuh sebagai pelindung. Waktu itu berjamaah. Setelah itu Gusti Joyo sebagai pelaksana ketua umum istirahat dan dalam tidurnya adalah Gusti Prabuningrat. Setelah bermimpi dikejar-kejar manusia digantikan oleh Sinuwun berkepala hewan. Siangnya Gusti GBPH H. Joyokusumo bersama keluarga Hamengkubuwono X sebagai Joyo sakit dan berlangsung pelindung PDHI, Gusti Joyo selama 8 hari sehingga tidak bisa ditunjuk oleh Sinuwun melaksanakan arba’in. Setiba di Hamengkubuwono X sebagai ketua. Mekkah, tepatnya di masjidil haram, Gusti Joyo mendapatkan “Sejak itu, setiap Jum’at pagi saya selalu berusaha datang pengalaman spiritual yang sangat luar biasa. Namun Gusti di pengajian rutin PDHI meskipun saya lebih banyak Joyo tidak berkenan menceritakan pengalamannya ini. bedomisili di Jakarta,” jelas Gusti Joyo. Di PDHI Gusti Joyo Sepulang umroh, Gusti Joyo mengikuti pengajian bergaul dengan para ulama`. Ketika Departemen Agama sewelasan di pondok Lempuyangan tempatnya KH Ahmad membentuk IPHI (Ikatan Persaudaraan Haji Indoensia), oleh Daldiri. Saat itu Gus Mik datang dan duduk di luar namun Kakanwil Depag yang waktu itu dijabat oleh Suyoto mengirim utusan untuk memanggil Gusti Joyo. “Begitu saya Hadisaputro, Gusti Joyo dipercaya sebagai ketua dengan datang, Gus Mik langsung memeluk saya sambil menangis harapan akan terjadi sinkronisasi antara PDHI dan IPHI. sesenggukan. Alhamdulillah jenengan masih sugeng, begitu “Sampai sekarang saya masih memagang amanah itu kata Gus Mik,” kata Gusti Joyo menjelaskan. Tentu saja Gusti sehingga saya bisa bergaul dengan para ulama’ baik dari NU, Joyo kaget dengan kejadian itu. Muhammadiyah atau pun unsur lainnya,” terang Gusti Joyo. Gus Mik kemudian menuturkan bahwa beberapa waktu Pergaulan dan komitmen Gusti Joyo dalam bidang agama sebelumnya, Gus Mik melakukan ziarah ke makam imogiri. Di ini semakin kuat, bermula ketika Gusti Joyo menerima sana Gus Mik seolah mendengar kentong kematian dari kraton. undangan menghadiri acara semaan al-Qur’an yang Kentong kematian itu bahkan masih terdengar selama diselenggarakan di Dongkelan. “Waktu itu saya hanya ikut seminggu setelahnya. Namun untuk mencari tahu siapa yang dan belum tertarik,” kenangnya. Tidak lama kemudian, Gusti meninggal Gus Mik tidak memiliki jalur informasi ke kraton. Joyo mendapat undangan lagi untuk menghadiri semaan di Akhirnya Gus Mik kembali berziarah ke makam imogiri. Seusai Jambu. Pada saat itu, turut hadir KH Hamim Jazuli atau yang ziarah, dia bertanya ke juru kunci, siapa keluarga kraton yang lebih dikenal dengan Gus Mik (alm). “Waktu saya belum kenal meninggal. Juru kunci itu mengatakan, “Yang sedo, Gusti dengan beliau dan di sana saya dikenalkan. Dari situ saya Joyokusumo, karena gerah lahir batin”. Karena merasa tidak tertarik dengan apa yang beliau sampaikan,” jelasnya terima, mengapa Gusti Joyo yang dipanggil duluan. Gus Mik menuturkan. Bertolak dari sana, Gusti Joyo tertarik untuk kemudian berdoa dan mohon agar Gusti Joyo dikembalikan. menyelenggarakan semaan al-Qur’an. “Yang pertama kali saya Begitu penuturan Gus Mik. selenggarakan di rumah saya sendiri, dan waktu itu dihadiri “Lha penjengan kok masih sugeng, jenengan dari mana oleh para ulama’ termasuk Gus Mik,” terang Gusti Joyo. Di saja?,” tanya Gus Mik. “Saya baru pulang dari ziarah ke tanah sana Gusti Joyo dipersaudarakan dengan Gus Farid Ahmad suci,” jawab Gusti Joyo. Sambil memeluk Gusti Joyo dan Shiddiq. menangis, Gus Mik spontan berucap, “Masyaallah, Sejak itu, Gusti Joyo sering diundang dalam acara-acara alhamdulillah.... Sekarang begini. Joyokusumo yang lalu semaan di Jawa Timur bersama Gus Mik. “Herannya saya sudah tidak ada lagi, sudah dipendem, sekarang ini selalu disuruh memberikan sambutan terlebih dahulu sebelum Joyokusumo yang baru.” Gus Mik,” kenangnya. Tidak hanya itu, pada waktu Gus Mik Pengalaman itu semakin membangkitkan semangat Gusti menerima para sami`in yang berkonsultasi, Gusti Joyo diminta Joyo untuk menekuni bidang kebatinan dalam konteks duduk di sebelah kanan dan istrinya di sebelah kiri. “Tadinya saya tidak paham apa maksudnya dan saya khawatir kalau Bersambung ke halaman ................ 33 sami`in yang mau menyampaikan permasalahannya merasa BAKTI 20 BAKTI 226/APRIL 226/APRIL 2010 2010 20
SUKSES
KANWIL SELEKSI
CAL ON CALON SANTRI
PENERIMA BEASISW A BEASISWA BERPREST ASI BERPRESTASI
S
abtu, (13/03/10) bertempat di Kanwil Kementerian Agama Provinsi DI. Yogyakarta dilaksanakan seleksi calon penerima program beasiswa santri berprestasi Kementerian Agama RI Tahun 2010. Menurut Kepala Bidang Pekapontren Kanwil Kementerian Agama Provinsi DIY Dra. Hj. Mas’amah, M.Pd.I mengungkapkan bahwa peserta ujian tahun 2010 secara nasional berjumlah 6.053 santri yang memperebutkan 485 kursi. Sedangkan kuota untuk mengikuti seleksi beasiswa santri berjumlah 150 santri, namun setelah dilakukan seleksi administrasi hanya 85 santri yang berhak ikut seleksi. Dari keseluruhan peserta ujian, sebanyak 82 orang mengikuti ujian di Kanwil DIY sedangkan untuk 2 orang peserta mengikuti ujian di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dan 1 orang peserta mengikuti ujian di ITB Bandung pada bulan Mei mendatang. Secara keseluruhan peserta ujian terdiri dari IPB (2), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (6), UGM (44), ITS Surabaya (7), UNAIR Surabaya (10), ITB (1), UIN Malang (2), UPI Bandung (1), Universitas Mataram (1), UIN Sunan Kalijaga (8), IAIN Walisongo (1), IAIN Sunan Ampel (2). Adapun materi ujian meliputi Tes Bakat Skolastik, Tes Kemampuan Akademik, Tes Kemampuan Bahasa Inggris, Tes Kepesantrenan, Tes Bahasa Arab (untuk yang di Perguruan Tinggi Islam) dan Wawancara (untuk yang mendaftar di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dan ITB Bandung).(Fz)
STUDI
S
BANDING KANWIL
SERTIFIKASI GORONT AL O GORONTAL ALO
MT sN MTsN
YYOGY OGY AKART A OGYAKART AKARTA
II
D
HALAL
enin (8/3), Kakanwil Kemenag Provinsi DIY, Drs.H.Afandi,M.Pd.I, menerima kedatangan peserta Studi Banding Penerapan Sertifikasi Produk Halal dari Kanwil Kemenag Provinsi Gorontalo di Ruang Rapat I, turut hadir beberapa pejabat di lingkungan Kanwil Kemenag Provinsi DIY. Dalam sambutannya, Kakanwil menyatakan bahwa DIY dan Gorontalo sama-sama menginginkan Serambi Madinah. Di Yogyakarta, Serambi Madinah merupakan model yang dituju berdasarkan Piwulang Agung Yogyakarta dengan mengambil metode Wali Songo dan menjadikan Madinah sebagai contoh yang dituju. Kakanwil Kemenag Provinsi Gorontalo, yang diwakili Kabid Uraisnya, Drs. H. Hamid Tombokan, M.Pd.I, menyatakan bahwa sebagai provinsi baru, Gorontalo ingin mempelajari lebih dalam tentang sertifikasi produk halal; penerapan IT (Sistem Informasi Manajemen Pernikahan) di KUA Kasihan, Bantul; Hisab Rukyat dan pelayanan umat beragama di wilayah Provinsi DIY. Hal ini dilakukan sebagai landasan untuk melayani masyarakat Gorontalo, tambahnya.(Fz)
UNAS
alam rangka mempersiapkan mental anak didik dalam menghadapi Ujian Nasional Tahun 2010, MTsN Yogyakarta II mengadakan berbagai agenda kegiatan keagamaan. Adapun kegiatan yang telah dilaksanakan antara lain Mujahadah dan Semaan Al-Qur’an pada tanggal 31 Januari 2010 dan 14 Februari 2010 dipandu oleh KH.Waziruddindan K. Ichsanuddin. Selain itu Ahad (28/02/10) juga diselenggarakan Mujahadah dan Semaan yang dihadiri oleh guru/ karyawan, siswa dan orang tua siswa serta Kepala Kementerian Agama Kota Yogyakarta H. Nurudin, SH., MA. Dalam sambutannya H. Nurudin, SH., MA mengungkapkan dukungannya atas terselenggaranya kegiatan ini dalam rangka mempersiapkan siswa dalam menghadapi UNAS, selain itu juga berpesan kepada seluruh siswa agar mempersiapkan diri semaksimal mungkin serta selalu mejaga kesehatan. Sementara itu pada tanggal 6-7 Maret 2010 bertempat di Aula Madrasah diselenggarakan ESQ yang diikuti seluruh siswa. Dalam kesempatan tersebut Kepala MTs Yogyakarta II Drs. Daryono, M.Pd didampingi Kepala Tata usaha M. Suhadi jamil, SIP menyampaikan pesan kepada seluruh siswa agar senantiasa melakukan kegiatan yang bersifat lahiriah berupa latihan mengerjakan soal selain itu juga harus diimbangi dengan kegiatan yang bersifat batiniah yaitu dengan banyak berdoa. Kegiatan tersebut diikuti oleh 290 orang yang terdiri dari guru/ karyawan, siswa kelas IX yang langsung didampingi oleh orang tua masing-masing dipandu oleh Drs. H. Basuki Abdurrahman, M.Si. Acara dilanjutkna dengan Qiyamul Lail, mujahadah dan sholat subuh berjamaah, ungkap Waka Humas Drs. H. Moh Jarfan.(Fz)
PERINGA PERINGATT AN
MA ULID MAULID
NABI
K
akanwil Kemenag Provinsi DIY, Drs. H. Afandi, M.Pd.I, beserta pegawai yang beragama Islam menghadiri acara Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang diadakan Pemerintah Provinsi DIY bekerjasama dengan Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi DIY di Bangsal Kepatihan, Kamis (25/02/10). Hadir sebagai penceramah, Direktur Penerangan Agama Islam, Drs. H. Ahmad Jauhari, M.Si. Dalam ceramahnya, Jauhari menceritakan kisah Nabi Muhammad SAW ketika bertanya kepada sahabatnya perihal makhluk Allah yang paling mulia imannya di sisi Allah. Sahabat ada yang menjawab bahwa malaikat adalah makhluk Allah yang paling mulia imannya, tetapi ternyata bukan itu jawabannya. Lalu ada juga sahabat yang menjawab bahwa Nabi dan Rasul Allah adalah makhluk Allah yang paling mulia imannya, tapi ternyata itu juga bukan jawabannya. Akhirnya Nabi menjawab bahwa makhluk Allah yang paling mulia imannya adalah kaum yang saat ini belum lahir, mereka beriman padaku meski tidak berjumpa denganku, mereka beriman padaku meski tidak pernah bergaul denganku, mereka beriman padaku meski tidak hidup di zamanku. (Andi)
BAKTI 226/APRIL 2010
21
KABUPATEN BANTUL KONSULTASI PEREDARAN MAKANAN
HARAM
B
erlangsung di aula Kandepag Bantul pada hari Sabtu (6/ 02/10) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kab. Bantul menggelar Konsultasi Peredaran Makanan Haram yang diikuti oleh pengurus MUI Kabupaten dan Kecamatan, Kepala KUA se-Kab. Bantul, Dinas/Instansi terkait di Kabupaten Bantul. Menurut Sekretaris MUI Kab. Bantul Drs. Bambang Inanta, konsultasi diselenggarakan mengingat di Kab. Bantul terdapat kantong-kantong yang memungkinkan adanya peredaran konsumsi haram, untuk seterusnya dicari solusi pemecahannya, seperti: adanya peternak babi di Nguwotan Ngestiharjo Kasihan, dan di Gunungsaren Trimurti Srandakan, serta adanya toko-toko swalayan di wilayah Bantul yang menjual produk daging sapi (dendeng, abon, kornet). Adapun materi yang disampaikan dalam konsultasi ialah; Komitmen/Jaminan Halal (Mencegah dan menghindari makanan haram) disampaikan oleh KRT. Drs. H. Ahmad Muhsin Kamaludiningrat sekretaris umum MUI DIY/Pembina LP-POM MUI DIY. Kebijakan Pengawasan Barang dan Jasa yang beredar di Pasar oleh Dinas Perindagkop Kab. Bantul, dan Bahan Makanan dan Kosmetika Asal Ternak : Tinjauan Aspek Kesehatan dan Kehalalannya, oleh Dr. Ir. Tridjoko Wisnu Murti, DEA Fakultas Peternakan UGM.(Jojo)
RAKER
KEMENAG
BANTUL
B
erlangsung di Aula Kemenag Bantul pada Hari Rabu, (17/02/10) telah diselenggarakan Rapat Kerja (Raker) tahun 2010. Raker yang diikuti 50 peserta terdiri dari pejabat Kemenag Bantul, Kepala KUA, pengurus lembaga; MUI, DMI, FKKP, IPHI, Bazda, Pokja Madin, Pokjawas PAI, K3M, KKG, MGMP, IGRA, Pokjaluh dan staf Sub Bag. TU. H. Ahmad Fauzi, SH selaku Ketua penyelenggara melaporkan, materi Raker meliputi penyusunan program kerja Kemenag Bantul tahun 2010, sebagai acuan atau pedoman pelaksanaan kegiatan bagi satker dan unit kerja evaluasi kegiatan tahun 2009, serta perencanaan (usulan) program kerja tahun 2011. Kepala Kemenag Kab. Bantul Drs. H. Muntachob, MHI dalam sambutannya menyampaikan Raker diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai forum konsultasi, koordinasi, agar dapat mendorong pemantapan kinerja mewujudkan reformasi birokrasi, tata pemerintahan yang bersih, dan berwibawa. Sementara Kakanwil Kemenag Provinsi DIY. Drs. H. Afandi, M.Pd.I memberikan prasaran program; agar seluruh satuan kerja dapat melaksanakan tertib administrasi keuangan sehingga diperoleh kinerja yang wajar tanpa pengecualian. Serta kegiatan-kegiatan yang rutin diselengarakan namun belum tercover dalam DIPA bisa diusulkan pada perencanaan program tahun 2011.(Jojo)
STUDI
BANDING
P
K3
MT MTss
ada tangal 12-14 /2/2010 sejumlah 35 personil Kepala MTs
22 BAKTI 226/APRIL 2010
Negeri/Swasta beserta keluarga didampingi Kasi Mapenda dan Pengawas PAI Menengah Kantor Kemenag Bantul mengadakan studi banding ke MTsN Babat Lamongan Jawa Timur. Menurut Drs. H. Hendarto, MA sekretaris K3 MTs Kab. Bantul kegiatan studi banding ini dimaksudkan agar Rintisan MTsN Bantul Kota sebagai Madrasah Bertaraf Internasional (RMBI) yang dicanangkan oleh Kanwil Kemenang Prov. DIY dapat terlaksana dengan baik. Sementara Drs. Ahmad Subkhi, M.Pd Kasi Mapenda menyampaikan bagi Madrasah yang belum dicanangkan sebagai RMBI, agar dapat termotivasi dan menjadi Madrasah Unggulan, dengan menerapkan keberhasilan yang telah dicapai MTsN Babat Lamongan sebagai Madrasah Model, diantaranya menerapkan pengajaran Bilingual dengan dua bahasa Inggris dan Arab, serta manajemen modern. Setelah diterima dan ditanggapi oleh Kepala dan jajaran MTsN Babat Lamonagan, rombongan K3 MTs melanjutkan perjalanan ke Suramadu dan Porong Sidoarjo dan diakhiri ziarah ke makam almaghfurlah Gus Dur di Jombang Jawa Timur.(Jojo)
KABUPATEN GUNUNGKIDUL PEMBINAAN
D AN DAN
ORIENT ASI ORIENTASI
CPNS
G
una memberikan pengetahuan tentang visi, misi dan tugas pokok fungsi (tupoksi) ruang lingkup Departemen Agama dan terbentuknya pegawai yang berdedikasi dan memiliki etos kerja tinggi serta menumbuhkan kedisiplinan maka bertempat di Ruang Pertemuan KPRI Tunas Harapan Wonosari, Kandepag Kab. Gunungkidul menyelenggarakan pembinaan dan orientasi bagi CPNS (22-24/02/10). Pembinaan dan orientasi diikuti oleh 26 CPNS terdiri dari Gol. III (10 orang), Gol. II (13 orang) dan Gol. I (3 orang) untuk formasi Penyuluh Agama Islam, Guru dan tenaga administrasi yang berasal dan diangkat dari jalur pemberkasan atau tenaga honorer di lingkungan Kandepag Kab. Gunungkidul. Adapun materi yang diberikan meliputi Visi-Misi dan Kode Etik, Peraturan Perundang-undangan dibidang Kepegawaian, Tupoksi masing-masing Seksi-Penyelenggara, baca tulis Al Qur’an (BTA) dan Pendidikan Baris Berbaris (PBB). Selesai orientasi dan pembinaan para CPNS kemudian akan ditugaskan sesuai dengan penugasannya di SK. Dimana untuk guru ditugaskan atau dikembalikan ke madrasah masing-masing, untuk penyuluh ditempatkan di KUA Kecamatan.(@min)
PELANTIKAN
B
KEP ALA KEPALA
MADRASAH
ahwa untuk kepentingan dinas dan kelancaran pelaksanaan tugas pekerjaan serta mengisi formasi yang kosong dipandang perlu mengadakan mutasi/promosi baik Kepala Madrasah Tsanawiyah (MTs) maupn Madrasah Ibtidaiyah (MI), Senin (01/03/2010) di Landas M. Agung Al Ikhlas Wonosari Kepala Kantor Kemenag Gunungkidul Drs. HM. Sabbikhis, MA mengambil sumpah jabatan dan melantik beberapa pegawai di lingkungan Kantor Dep. Agama Kab. Gunungkidul.
Adapun nama-nama yang diambil sumpah jabatan dan dilantik antara lain Sulastijono, S.Pd (semula Kepala MTs Muh. Ngawen) menjadi Kepala MTs Muh. Ponjong; Drs. Samsudin (Guru MTsN Ngawen) menjadi Kepala MTs Muh. Ngawen; Mahmud Ali, S.Ag.,MA (Guru MTs GUPPI Semin) Kepala MTs GUPPI Semin dan Amiruddin, S.Ag (Guru SMPN 1 Banaran Playen) menjadi Kepala MTs Jam’ul Muawanah Ngembes Patuk. Sedangkan di lingkup Madrasah Ibtidaiyah BS. Wagimin, S.Pd (Guru MI Muh. Jalakan Logandeng Playen) dilantik menjadi Kepala MI Muh. Jalakan Logandeng Playen; Susamto, BA (Guru MIN Sumberejo Patuk) Kepala MI YAPPI Ngembes Patuk; M. Abdul Salam, S.Pd.I (Guru MI YAPPI Ngrancang Playen) Kepala MI YAPPI Dondong Saptosari; Yuriyah, S.Pd.I (Guru MIN Wonosari) Kepala MI YAPPI Cekel Saptosari; dan Jamhari (Guru SDN Logandeng Playen) menjadi Kepala MI YAPPI Gedad II Playen.(@min)
UJI
K OMPETENSI KOMPETENSI
PENYUL UH PENYULUH
A GAMA
Nomor 105/KD/Tahun 2010 tentang Pembentukan Panitia Pelaksana Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Tingkat Kota Yogyakarta Tahun 2010. Anggaran Musabaqah Tilawatil Qur’an tingkat Kota Yogyakarta tahun 2010 sebesar Rp. 28.000.000,- berasal dari DIPA Kantor Depag Kota Yogyakarta Tahun 2010 serta APBD Kota Yogyakarta Rp. 50.000.000,-. Pada penyelenggaraan MTQ Tahun 2010 yang diikuti 250 orang peserta perwakilan dari 14 Kecamatan se-Kota Yogyakarta ini bertujuan untuk menanamkan kecintaan kepada Al Qur’an dan syiar Islam bagi masyarakat Muslim Kota Yogyakarta. Keluar sebagai juara umum pada kesempatan itu diraiah oleh kafilah dari Kecamatan Mantrijeron. Bagi yang berhasil meraih juara agar mulai sekarang mempersiapkan dirinya sebagai wakil dari Kota Yogyakata untuk maju di MTQ tingkat Provinsi yang direncanakan diadakan pata tanggal 1 s/d 3 Mei 2010 di Kota Yogyakarta, demikia pesan yang diberikan Ketua LPTQ Kota Yogyakarta Nurudin SH,MA pada saat penyerahan tropi bergilir kepada Ketua LPTQ Kecamatan Mantrijeron Ahmad Mustafid, S.Ag. M.Hum.(@k)
B
ertempat di Landas M. Al Ikhlas Wonosari Sabtu (13/03/ 2010), Tim Penguji dari Kantor Wilayah Kementerian Agama Propinsi DIY melakukan uji kompetensi bagi Penyuluh Agama Islam (PNS/CPNS) Kemenag Kab. Gunungkidul yang belum punya jabatan fungsional baik yang bertugas di kecamatan maupun kabupaten. “Penyuluh Agama adalah PNS yg diberi tugas, tanggungjawab, dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan bimbingan keagamaan dan kepenyuluhan pembangunan melalui bahasa agama”. Demikian kata pengantar yang disampaikan Kasi Kepenyuluhan dan Lembaga Dakwah Kanwil Kemenag DIY di depan peserta sebelum dimulainya ujian. Sedangkan materi ujian meliputi tes tertulis yang berisikan seluk beluk ketugasan dan jabatan fungsional beserta angka kreditnya, dan ujian lisan yang meliputi pemahaman dan pembacaan Al Qur’an, praktek khutbah dan kultum. Untuk uji kualifikasi dilakukan karena salah satu syarat yang harus dipenuhi agar seorang penyuluh bisa diangkat menjadi penyuluh dan mendapatkan jabatan fungsional memiliki ijazah minimal D II keagamaan. Di samping itu hasil dari uji kompetensi dan kualifikasi akan dijadikan dasar dan evaluasi untuk bimbingan dan pembinaan penyuluh di masa yang akan datang.(@min)
KOTA YOGYAKARTA MT Q MTQ
W
K OTA KO
RAKERD A RAKERDA
B
YYOGY OGY AKART A OGYAKART AKARTA
alikota Yogyakarta H. Herry Zudianto pada hari Sabtu, (27/02/10) di Mainhall Komplek Balaikota Yogyakarta secara resmi membuka pelaksanaan MTQ tingkat Kota Yogyakarta tahun 2010. Drs. H. Nasiruddin, M.Hum selaku Panita penyelengara dalam laporannya mengatakan bahwa MTQ Kota Yogyakarta untuk tahun 2010 terselenggara berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 182 A dan 48 Tahun 1988, tentang Pengembangan LPTQ dan Keputusan Walikota Yogyakarta
KANDEP AG KANDEPA
ertempat di Aula Kantor Departemen Agama Kota Yogyakarta, Jl. Ki Mangun Sarkoro No. 43 A, Kamis tanggal 18 Februari 2010 Nurudin, SH., MA selaku Kepala Kantor Departemen Agama Kota Yogyakartamembuka secara resmi Rapat Kerja Daerah Tahun 2010 Kandepag. Kota Yogyakarta yang diikuti 62 pesrta yang terdiri dari Pejabat Kandep. Agama Kota Yogyakarta, Pokjawas, Kapokjalu, Kapokjaluh, Kepala KUA, Kepala Madrasah di lingkungan Kota Yogyakarta serta fungsional Kandep. Agama Kota Yogyakarta. Kepala Kantor menekankan kepada setiap pegawai untuk memaksimalkan fungsi perannya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat serta senantiasa selalu istiqomah dan ikhlas beramal dalam tugasnya. Sementara itu Kakanwil Dep. Agama Provinsi DIY Drs. H. Afandi, M.Pd.I dalam pengarahannya mengharapkan agar pegawai Depag untuk meningkatkan kinerjanya dengan mengevaluasi kinerja tahun 2009 untuk lebih ditingkatkan dan diperbaiki di Tahun 2010. Rakerda yang berlangsung sehari ini ditutup dengan pembacaan Surat Keputusan dan Instruksi Kepala Kantor Departemen Agama Kota Yogyakarta yang disampaikan H. Hasto Perwiro Utomo, S.Ag selaku Kasubbag. Tata Usaha Kandep. Agama Kota Yogyakarta.(@k)
J ALAN
SEHA SEHATT
PEGA W AI PEGAW
M
enindaklanjuti hasil Keputusan Rakeda Kandepag. Kota Yogyakarta Tahun 2010 mengenai penggunaan pakaian seragam khususnya hari Jum’at, Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Yogyakarta membuat Surat Edaran yang ditujukan kepada seluruh pegawai Kantor Kementerian Agama Kota Yogyakarta, Kepala KUA besrta staf, Pengawas Agama, Pokjalu, Poklaluh serta Kepala Madrasah Negeri dilingkungan Kota Yogyakarta untuk mengadakan kegiatan olah raga di setiap satuan kerjanya masing-masing mulai pukul 07.30 s/d BAKTI 226/APRIL 2010
23
09.00 WIB efektif per tanggal 12 Maret 2010. Kantor Kementerian Agama Kota Yogyakarta pada hari Jum’at, (12/ 03/10) mengadakan jalan sehat yang diikuti 45 orang pegawai yang dipimpin langsung oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Yogyakarta Nurudin, SH., MA yang mengambil rute Jl. Ki Mangun Sarkoro – Jl. Kusumanegara-Mandala Krida - Jl. Kapas - Kantor Kementerian Agama Kota Yogyakarta. Dalam sambutannya Kepala Kantor berpesan agar olahraga dalam bentuk senam, jalan sehat, dll yang sudah sekian lama belum berjalan agar dijalankan efektif mulai hari Jum’at 12 Maret 2010.(@k)
KABUPATEN KULON PROGO PELANTIKAN
PEJ ABA PEJABA ABATT
J
abatan merupakan amanat yang akan dipertanggung jawabkan, tidak saja di dunia, tetapi juga di akhirat kelak. Untuk itu, diharapkan para pejabat yang dilantik mampu mengemban tugas dan tanggung jawab ini dengan kerja yang profesional sesuai dengan aturan yang berlaku dan diimbangi dengan dedikasi dan komitmen serta keikhlasan dalam menjalani tugas tersebut,” kata Kepala Kantor Kemenag Kab. Kulon Progo, Drs.H.Noor Hamid,M.Pd.I, saat melantik pejabat di lingkungan Kantor Kemenag Kab. Kulon Progo di Gedung Serba Guna, Senin (22/2). Adapun pejabat yang dilantik adalah Drs. Jauhar Mustofa yang semula Kasi Penamas dan Pontren dimutasi menjadi Kasi Urais, Drs. H. Abd Madjid yang semula Penyelenggara Zakat dan Wakaf dipromosikan menjadi Kasi Penamas dan Pontren, dan Drs. Parjiyo, MA (staf Mapenda) dipromosikan menjadi Penyelenggara Zakat dan Wakaf. (AM Asrori)
MUSD A MUSDA
BADK O BADKO
TKA-TP A TKA-TPA
B
adan Koordinasi Taman Kanak-Kanak Al-Qur’an/Taman Pendidikan Al-Qur’an (Badko TKA-TPA) Ka. Kulon Progo menggelar musyawarah daerah di Gedung DPRD Kulon Progo, Minggu (21/2/10). Musda yang dibuka Wakil Bupati Kulon Progo Drs. H. Mulyono ini diikuti 12 Badko Rayon dan dihadiri Ketua Badko Provinsi DIY Arifin Hafidz. Acara juga diisi tausiyah oleh Kasi Penamas dan Pekapontren Kantor Kementerian Agama Kab. Kulon Progo. Musda berhasil memilih HM. Wahib Jamil, S.Ag., M.Pd. sebagai Ketua Badko TKA-TPA Periode 2010-2013 setelah mengantongi suara mutlak 51 suara. Wahib unggul atas Wakhid Purwo Subiyantoro, STP (7 suara) dan Subijantoro Supardjo (4 suara). Adapun pengurus harian BADKO yakni Ketua HM. Wahib Jamil, S.Ag., M.Pd, Ketua I Wakhid Purwo Subiyantoro, STP., Ketua II Subijantoro Supardjo, Ketua III Sugito, SH. Sekretaris Umum Agus Wantoro, I Budi Setiawan, II Mujiyono, A.Ma. Bendahara I Susanto SE dan Bendahara II Uji Ikhtiarini, S.Ag. (AM Asrori)
RAP AT RAPA
KERJ A KERJA
B
KANT OR KANTOR
ertempat di Gedung Serba Guna Kantor Kemenag Kab. Kulon Progo, Sabtu (20/2), diselenggarakan Raker Kantor Kemenag Kab. Kulon Progo Tahun 2010 yang dihadiri 53 peserta dan dibuka oleh Kakanwil Kemenag Prov. DIY, Drs.
24 BAKTI 226/APRIL 2010
H. Afandi,M.Pd.I. Sementara itu dalam sambutannya, Kepala Kantor Kemenag Kab. Kulon Progo, Drs.H.Noor Hamid,M.Pd.I, mengatakan, raker mempunyai peran dan fungsi yang sangat strategis dalam dinamika kelembagaan. Sebab dengan kegiatan ini bisa dipotret perjalanan program dan kegiatan yang sudah dilakukan. Dalam pelaksanaan program, mengutamakan pada konsep perencanaan partisipatif, bottom up, tambahnya. (AM Asrori)
KABUPATEN SLEMAN PENYERAHAN
SERTIFIKA SERTIFIKATT
LPTK
UNY
S
ebanyak 121 guru MtS dan MA Departemen Agama Kab. SLeman yang telah lolos sertifikasi tahun 2009 menerima sertifikat pendidik dari LPTK UNY, Rabu (24/02/10) di Gedung KPRI KIPAS. Sertifikat secara simbolis diserahkan oleh Kepala Kandepag Kab. Sleman, Drs H. Arif Djufandi, M.Pd.I didampingi oleh Kepala Seksi Mapenda, Bapak Sunu Darsono, S.Pd, M.Pd.I dan dua orang Pengawas, Drs.H. Agus Ilham Sudrajat, M.Pd dan Drs HM Yahya kepada empat orang perwakilan guru MTs dan MA. Dalam laporan pelaksanaan sertifikasi tahun 2009, Sunu Darsono, S.Pd, M.Pd.I menyampaikan bahwa setiap tahun Mapenda selalu melakukan up-date data ke Depag Pusat. Diharapkan agar para guru yang sudah masuk dalam kuota sertifikasi bersungguh-sungguh dalam menyusun portofolio dan tepat waktu dalam pengumpulannya. Pengumpulan berkas yang melebihi batas waktu yang telah ditentukan oleh LPTK akan berakibat tidak diterimanya seluruh berkas yang telah terkumpul. Drs. H.Arif Djufandi, M.Pd.I. dalam sambutannya menekankan pentingnya kualitas hasil keluaran (outcomes) dari sertifikasi. Sebagai guru yang berprofesi harus menunjukkan sikap yang professional. Asal pendidikan Guru adalah memberikan suatu keteladanan, baik dari segi penampilan maupun akhlak dan tingkah laku. Guru “digugu dan ditiru”.(dew)
MT Q MTQ
K
KAB UP A TEN KABUP UPA
SLEMAN
antor Kementerian Agama bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Sleman menyelenggarakan Musabaqoh Tilawatil Qur’an selama dua hari berturut-turut, Jumat s/d Sabtu, 12 s/d 13 Maret 2010, di Kompleks Pemerintah Kabupaten Sleman. Acara dibuka oleh Wakil Bupati, Drs H. Sri Purnomo, M.SI ditandai dengan pemukulan bedug dan ditutup oleh Assek II Dr Sunartono, M.Kes. Ada 19 cabang putra dan putri yang diperlombakan. Peserta sejumlah 268 orang dan berasal dari 17 kecamatan se-kabupaten SLeman. Pemegang Juara Umum MTQ yaitu : Juara I : Kecamatan Ngaglik, Juara II : Kecamatan Sleman, dan Juara III Kecamatan Prambanan. Pemenang Juara I, II, dan III mendapatkan hadiah berupa trophy dan uang pembinaan. Selanjutnya, pemegang juara I dan II akan dibina oleh Penamas Kementerian Agama Kab .Sleman untuk dipersiapkan menghadapi MTQ Tingkat Propinsi DIY yang rencananya akan diselenggarakan oleh Kementerian Agama Kota Yogya pada tanggal 30 April, 1 Mei, dan 2 Mei 2010.(dew)
Dari halaman..... 16
. dari tanggungjawba bagi dirinya maupun yang diperankannya. Bagaimana dia harus bersemangat, dan percaya diri serta tidak ingkar kepada dirinya sendiri maupun yang diperankannya. Nyawiji berarti bersatu dalam tubuh sekaligus bagaimana membawa audiens menikmati kita sebagai satu kesatuan rasa. Kalau sedang susah, audien merasakan susah. Kalau gembira juga begitu. Itu kan bukan hanya olah gerak badan tapi olah rasa. Itu salah satu piwulang saja. Tapi kalau diterjemahkan secara luas itu tidak hanya untuk seni peran. Dalam kita berperan dalam kehidupan masyarakat juga harus menyadari itu. Maka di masyarakat dikatakan wong Jowo ilang jawane. Itu keprihatinan karena berarti tidak memahami makna budaya yang sebetulnya menjadi jati diri kita. Apa lalu wong Jowo dadi londo. Realitasnya begitu karena masyarakat lebih berorientasi pada produk dlohir, pengetahuan dan teknologi dan sangat kurang pada aspek budaya dan agama. Coba kita lihat dalam kurikulum pendidikan. Bahkan pendidikan di bawah Depag pun juga demikian. Misalnya berubahnya IAIN menjadi UIN. Itu alasannya kan globalisasi dengan maksud menghargai lulusan IAIN agar memahami ilmu pengetahuan umum yang bisa diterima di semua aspek kehidupan bukan sebagai sarjana agama saja. Tapi jangan lupa UIN itu dasarnya agama sehingga kesarjanaan agama harus ditonjolkan. Atau keduanya harus berimbang. Jangan sampai kesarjanaan agama menjadi kalah karena tuntutan lahiriyah. Bagaimana menempatkan Madinaturrasul dalam konsep Ngayogyakarta Serambi Madinah ? Madinah sebagai peradaban rasul, itu hanya sebagai contoh referensi untuk bagaimana kita mengembangkan di zaman sekarang. Karena zaman rasul dan kita itu berbeda. Dalam al-Qur’an sudah ada petunujuk bahwa Allah menciptakan manusia ini bersuku-suku dan berbangsa-bangsa. Harusnya kita saling pengertian. Tapi karena kepentingan dlahiriyah kadang kemudian menindas bangsa lain. Kita menghadapi masalah media pembelajaran. Orang Jawa zaman dulu, masih melakukan dan bisa memahami tradisitradisi yang hidup di masyarakat. Misalnya dalam acara mantenan dengan segala uborampe-nya. Generasi sekarang mungkin masih mempertahankan sebagian, tetapi tidak memahami maknanya. Di sisi lain, tidak ada media pengganti yang cocok dengan karakter generasi sekarang, sebagai media untuk mengajarkan piwulang-piwulang agung itu. Ngayogyakarta Serambi Madinah ke depan seperti apa kerangka aplikasinya? Pertama, melalui media pendidikan, misalnya madrasah dan syukur bisa di sekolah umum. Tentunya masing-masing tingkatan berbeda penjabarannya. Pendidikan di sini juga tidak terbatas pada pendidikan formal. Kita bisa masuk pesantren, pendidikan seminari, dan lainnya. Karena kebetulan saya juga bertemu dengan komunitas Katolik, dan Tionghoa. Saya sampaikan, kita mencoba mengembangkan
Ngayogyakarta Serambi Madinah, sebagai acuan untuk membangun peradaban di Ngayogyakarta dengan berlandaskan pada budaya lama. Ini produk budaya bukan produk agama. Kalau teman-teman non Islam bisa memahami isinya tetapi tidak mau memakai istilahnya, silahkan saja. Yang penting kan bukan istilahnya, tetapi isinya, yakni bagaimana kita membangun masyarakat DIY yang aman, damai, maju, sejahtera, bersama-sama sebagaimana masyarakat madinah yang dibina Rasul itu berbeda agama dan suku tetapi satu dalam gerak, baik dalam membangun dirinya maupun mengamankan dirinya dari luar. Kita tidak bicara lagi mengamankan dari luar karena sudah merdeka, tetapi bagaimana membangun diri kita. Tokoh masyarakat mungkin juga bisa diajak. Tapi tidak seperti model P4 dengan penataran. Kita serahkan sepenuhnya kepada mereka. Terang hasilnya tidak bisa kita wujudkan cepat. Yang paling berat dari tantangan global adalah media, terutama televisi. Isinya lebih banyak tampilan dlahiriyah. Kalau yang terkait batin, biasanya yang ditampilkan hal-hal yang menakutkan seperti pemburu hantu. Terhadap Ngayogyakarta Serambi Madinah sebagai “rekayasa peradaban” untuk menyongsong peradaban baru, adakah pihak-pihak yang menolak? Sejauhmana dukungan terhadap Ngayogyakarta Serambi Madinah ini? Karena belum mempunyai pemamahan yang sama sehingga ada reaksi yang menolak. Kalau nanti bisa kita komunikasikan lewat sosialisasi lewat dialog, saya yakin pasti akan diterima. Menjadi kewajiban kita semua untuk menjawab tantangan global. Kalau kita tidak terima, berarti kita terima globalisasi apa adanya. Kita bisa kehilangan jati diri kita. Kita menyerah untuk diformat orang lain. Mereka belum memahami isi, makna dan kepentingannya apa. Kalau Ngayogyakarta Serambi Madinah selalu dilihat dari referensi dari 45 butir piagam madinah, lalu dikira pasti akan diterapkan sama, ya gak bisa begitu. Zaman rasul itu berbeda dengan zaman kita. Tapi kita bisa mengacunya sebagai referensi dalam rangka melihat saat ini dan masa depan. Delapan 8 buku syarah itu berarti sangat penting, dan ini menjadi sebuah perjuangan besar? Ya...Terus terang saja kami juga melakukan laku spiritual, misalnya dengan ziarah ke makam para wali dan leluhur. Itu dimaksudkan untuk membuka mata hati bahwa para leluhur memang ada dan beliau melakukan itu. Kita bersyukur bisa menyaksikan makam beliau, mengerti apa yang beliau lakukan, mudah-mudahan Allah memberikan penerangan kepada kita dan memberikan tambahan anugerah kepada para leluhur. Itu sekaligus membuka keyakinan kita. Misalnya kita harus menulis situasi HB II, tapi kita tidak tahu seperti apa orangnya, makamnya dimana. Kalau tidak tahu, bagaimana kita bisa menghayati. Nanti malah hanya nyadur dari buku ini dan itu, padahal buku itu ditulis sesuai dengan visi dan orientasi penulisnya. Misalnya saja De Graf. Tentu dia memiliki orientasi sendiri saat menyusun bukunya. Dengan ziarah, bukan kita minta pada yang diziarahi, tetapi justru memberi doa agar beliau diselamatkan di akhirat sana. Karena kita menyadari bahwa beliau pernah ada, kita bersyukur dan sejarah perjuangannya mestinya kita lanjutkan.
BAKTI 226/APRIL 2010
25
Menderita Karena Anak (1) Oleh H. Afandi
T
elah berlalu di hadapan kita anak-anak yang menyengsarakan orang tuanya. Telah tumpah airmata dari sekian banyak orang tua karena anak-anak mereka tidak pernah memberinya penghormatan yang selayaknya, apalagi balas budi. Kita telah berletih-letih mendidik mereka, tetapi ternyata hanya membuat kita terlempar ke neraka. Dalam hal ini Allah sudah memberikan peringatan dalam firmanNya, “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya diantara istriistrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka...” (AtTaghabun : 14-15). Sayangnya, orang tua sendirilah, entah sadar atau tidak, yang justru berperan untuk menjadikan anak-anak mereka sebagai musuh melalui pola-pola pendidikan yang keliru. Misalnya, betapa sering dalam mendidik anak, kita melakukan bukan untuk kebaikan mereka di akhirat, tetapi demi memperturutkan kebanggaan kita sendiri. Kita didik mereka agar mampu membaca pada usia balita, bukan agar mereka lebih mengenal Tuhannya, tetapi demi mendatangkan decak kagum tentang kehebatan anak-anak kita. Kita asah kecerdasannya sehingga hebat luar biasa, bukan agar bisa menolong agama Allah. Justru kita ajarkan kepada mereka doa-doa kepada Allah untuk memperoleh dunia. Kita biasakan mereka berdoa bukan agar hatinya terpaut dengan Allah tetapi semata agar Allah melimpahkan prestasi yang menakjubkan. Tak heran jika semasa sekolah rajin puasa dan memelihara sikap takzim pada orang tua, tetapi sesudah mereka
26 BAKTI 226/APRIL 2010
memperoleh apa yang mereka cita-citakan, bekas-bekas puasa Senin Kamis itu tak tampak sedikit pun. Kesia-siaan dan nestapa itu terjadi ketika kita mendidik anak bukan sebagai wujud tanggungjawab kita kepada Allah. Apa makna kebanggaan kita atas kehebatan mereka kalau kehebatan itu pada akhirnya justru mengantar mereka ke neraka, kemudian menarik kita untuk sama-sama tercampak ke dalam siksa yang pedih. Terkadang kita ajarkan mereka doa-doa, tetapi tanpa menumbuhkan keyakinan bahwa Allah adalah tempat bergantung dan memohon pertolongan. Kita ajarkan mereka al-Qur’an, sehingga mereka fasih membacanya di usia belia, tetapi kita lupa untuk membangkitkan kepercayaan di hati mereka untuk menjadikan al-Qur’an sebagai pegangan hidup. Kita ajarkan mereka hafalan surat-surat pendek, bukan untuk membekali jiwa mereka, tetapi demi memperoleh tepuk tangan yang meriah saat wisuda TPA. Kita gembleng mereka untuk menguasai ilmu apa saja, tetapi tanpa mempersiapkan jiwa mereka untuk mengabdi kepada Allah. Kita tidak membangkitkan jiwa mereka untuk mencintai agama ini dengan ilmu, iman dan amal shalih. Mereka menjadi orangorang yang merugi meskipun prestasinya membuat orang lain merasa iri. Alangkah sia-sia semua usaha kita kalau hanya untuk hidup di dunia. Terlalu mahal biaya yang harus kita bayar. Terlalu besar tenaga yang harus kita keluarkan kalau kita mendidik anak-anak kita menjadi manusia cerdas hanya agar pandai mencari nafkah. Alangkah panjang masa mereka belajar sejak playgroup hingga jenjang S-3 untuk hidup yang amat pendek. Jika mereka mampu menyelesaikan doktor dalam usia 30 tahun sementara Allah memberikan usia 60 tahun, berarti belajar satu hari untuk mendapatkan nafkah satu hari. Sementara menikmatinya hanya beberapa jam. Itu pun banyak yang tidak sempat menikmati. Sungguh kita sangat merugi kalau kita didik anak-anak kita dengan sekian banyak krusus dan ketrampilan hanya agar masa depan mereka cerah dan memperoleh pekerjaan yang membanggakan. Apalagi kalau anak-anak itu belum sempat meraih masa depan, Allah sudah memanggilnya. Sungguh, kerugian berlipat-lipat bagi kita. Di dunia kita tidak mendapatkan apa-apa, sementara di akhirat kita hanya meratap dengan penuh kekecewaan. Sudah banyak contoh yang terbentang di hadapan kita tentang betapa sia-sianya kita mendidik anak jika hanya untuk memperoleh dunia. Ada orang tua yang harus pingsan karena anaknya menjadi jenazah saat mengikuti OSPEK di kampusnya. Sementara di tempat lain ada yang tak sanggup menahan airmata duka karena anaknya yang baru lulus dengan predikat cumlaude sudah harus diusung jenazahnya. Maka sungguh luar biasa jika dalam riwayat kita membaca ada seorang sahabiyah yang mendorong empat orang
anaknya untuk berjihad bahkan mewasiatkan keempatnya agar maju terus pantang mundur, sampai akhirnya keempatnya mati syahid. Apa yang dia lakukan? Dia tidak menangis meraungraung. Dia hanya mengatakan, “Alhamdulillah yang telah memberikan aku kehormatan menjadi ibu empat syuhada.” Tidakkah ada yang salah jika anak-anak kita lahir sebagai muslim, dibesarkan dengan pendidikan Islam, melewati masamasa kecilnya dengan hafalan ayat-ayat suci al-Qur’an serta doa-doa shalat, dan mengisi masa belianya dengan mengaji di masjid-masjid. Mereka hafal beberapa hadist nabi. Tetapi ketika menginjak remaja, tak ada kebanggaan di dada mereka untuk mengatakan Isyhadu bi anna muslimun. “Saksikanlah bahwa aku adalah seorang muslim”. Mereka telah belajar tentang halal haram. Mereka juga telah belajar tentang makruh dan sunnah. Bahkan puasa-puasa sunnah mereka lakukan demi memperoleh rangking pertama di sekolah, atau memperoleh beasiswa yang tak seberapa, atau bahkan sekedar agar bisa mengerjakan soal ujian esok hari. Demi hal-hal sepele dan remeh mereka hadapi dengan puasa sunnah, qiyamullail, dan doa-doa panjang. Tetapi ketika mereka mulai menginjak dewasa, apa pun dilakukan demi seperiuk nasi, termasuk meninggalkan dan menjual agamanya. Mari kita renungkan anak-anak yang kehilangan arah. Tengoklah sejenak anak-anak yang menghabiskan waktunya untuk berkelahi di jalan, atau tenggelam di tengah hiruk pikuknya kehidupan yang memuja syahwat. Tengok pula anakanak yang matanya cekung bukan karena kekurangan gizi, dan badannya kurus bukan karena kurang makan, melainkan tersedot oleh obat-obat terlarang. Cobalah untuk menjawab dengan jujur, siapakah mereka? Maka kita akan tahu sebuah kenyataan yang amat getir. Kenyataan bahwa banyak diantara mereka adalah anak-anak kita sendiri. Apa yang salah dengan mereka? Ada satu hal. Mereka mendapat pembelajaran ibadah, sehingga banyak surat-surat pendek yang dihafal saat usia belum genap lima tahun. Tetapi pembelajaran itu hanya untuk otaknya. Tidak untuk jiwanya. Padahal pangkal perubahan adalah pada jiwa. Bukan pada otak yang cerdas. Orang yang tahu, tidak dengan sendirinya bertindak sesuai pengetahuannya. Seorang dokter spesialis penyakit dalam bisa meninggal karena terlalu banyak merokok. Sebabnya, bahaya rokok hanya tersimpan di otak. Tidak menggerakkan jiwa. Karena begitu kecilnya pengaruh pengetahuan di otak bagi perubahan sikap dan peirlaku. Sebaliknya, jika hati telah tersentuh, pengetahuan tentang resiko tidak akan membuat kaki berhenti melangkah. Para sahabat yang dulu pergi berjihad bukan tidak tahu kalau nyawa bisa melayang. Tetapi ketika keyakinan sudah kokoh, tak ada lagi yang perlu ditakutkan dengan kematian. Letaknya pada jiwa. Letaknya pada iman. Tetapi alangkah kita sering mengabaikannya. Letaknya pada akidah yang menghidupkan hati. Tetapi alangkah sering kita hanya mengurusi otaknya. Padahal otak saja tidak cukup. Ada contoh yang patut kita renungkan. Ketika Ibn Abbas masih amat kecil, Rasulullah mengajarkan beberapa kalimat yang membekas dalam jiwa. Kata Rasulullah “Jagalah (hak) Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Peliharalah (hak) Allah, niscaya kamu akan mendapatkanNya di hadapannya. Kenalilah Dia di saat engkau bahagia, niscaya Dia akan
mengenalimu di saat kau susah. Apabila kamu meminta, mintalah kepada Allah. Sesungguhnya pena telah mengering, mencatat apa yang ada. Seandainya seluruh makhluk bermaksud menolongmu dengan sesuatu yang tidak ditetapkan oleh Allah untukmu, niscaya mereka tidak akan sanggup melakukannya. Dan jika manusia bermaksud mencelakakanmu dengan sesuatu yang tidak ditetapkan Allah bahwa sesuatu itu mencelakakanmu, niscaya mereka tidak akan sanggup melakukannya.” (HR. Ahmad). Nasehat ini menjadikan anak memiliki kesadaran bahwa setiap langkahnya senantiasa mendapat pengawasan dari Allah. Ini merangsang anak untuk memiliki kendali perilaku yang berasal dari dalam dirinya (internal locus of control). Ia sekaligus membangkitkan komitmen dan tanggungjawab, sehingga pikiran dan tindakan anak akan lebih terarah. Pada gilirannya, ini akan memperkuat dan menyucikan maksud dan tujuan sosialnya sehingga akan mudah berkorban. Sepanjang sejarah, agama ini telah melahirkan manusiamanusia besar yang di usia yang masih belia menghasilkan catatan sejarah yang sangat mengesankan. Imam Syafi‘i telah di dengar kata-katanya sebagai fatwa yang otoritatif ketika usianya baru 16 tahun. Imam Ahmad Ibn Hanbal telah sibuk mempelajari hadis tatkala umurnya baru menginjak usia 15 tahun. Dan Usamah ibn Zaid – seorang sahabat Nabi—telah mendapat kepercayaan sebagai panglima perang, juga ketika usianya baru sekitar 16 tahun. Mereka mencapai kehebatan yang menakjubkan bukan karena pendidikan yang diterima secara terus menerus mengasah otak dan menajamkan argumentasinya. Mereka mencapai kehebatan justru karena kuatnya “ruh” akidah dalam diri mereka; sebuah penggerak sangat kuat yang bersumber dari Allah. Barangkali benar kata Rosseau. Semua penyakit kemanusiaan timbul karena manusia hanya mempertajam akalnya dan mengesampingkan panggilan hati nuraninya. Artinya, hebatnya pengetahuan agama tanpa iman yang kokoh justru bisa menjadi sebab rusaknya agama. Contohnya adalah Bal‘am ibn Baurah. Bal‘am adalah salah seorang ulama’ dari Bani Israel di zaman Nabi Musa yang diutus untuk berdakwah kepada seorang penguasa Madyan. Raja itu memberinya harta sehingga dia meningalkan ajaran nabi Musa dan mengikuti ajaran Raja itu. Ketika nabi Musa mengirimkan pasukannya, dengan pengetahuannya tentang agama, ia memberikan masukan kepada sang Raja dengan mengatakan, “Sesungguhnya Allah membenci perzinaan, dan kalau mereka jatuh dalam perbuatan zina, niscaya mereka akan binasa. Maka keluarkanlah para wanita agar menemui mereka. Karena mereka itu musafir, mudah-mudahan mereka terjerumus dalam perzinaan lalu binasa.” Dengan tipu muslihatnya itu, ia berhasil menjerumuskan pasukan Musa ke dalam dosa zina sehingga Allah mengirimkan wabah tha‘un yang menewaskan tujuh puluh ribu orang dari mereka. Bercermin pada Nabi, pendidikan anak pada masa-masa awal diarahkan untuk membangun keyakinan yang kokoh kepada Allah (akidah). (bersambung) Disampaikan pada pertemuan pimpinan/pengurus organisasi wanita Islam di Yogyakarta, 22-24 Februari 2010. BAKTI 226/APRIL 2010
27
Suplemen Anak & Remaja Profil Remaja
DavidAkhiriNovant
Juara Nasional Festival Roket Air
D
avid begitu panggilan akrab siswa kelas IX D MTs Negeri Bantul Kota, yang bernama lengkap David Akhiri Novant. Lahir di Madiun, 30 Nopember 1993, putra keempat dari lima bersaudara pasangan HBP Hascaryo R dan Etik S tinggal di Glondong Tirtonirmolo Kasihan Bantul. Ia merasa terpanggil setelah adanya pengumuman dari sekolah akan adanya festival Roket Air antarsiswa SMP/MTs tingkat Kabupaten Bantul yang diselenggaraka pada bulan Oktober 2009 lalu. Meski sebelumnya belum mengetahui sama sekali apa itu Roket Air, dan bagaimana cara membuatnya, serta temanteman yang lain tidak ada yang berminat, dengan berbekal kemauan yang kuat, serta rasa ingin tahu tentang Roket Air, David mengikuti audisi di bawah binaan dan bimbingan dari Tim dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. David dinyatakan lolos seleksi tingkat Kabupaten dan berkesempatan mengikuti kompetisi tingkat Regional antar siswa SMP/MTs Kabupaten/Kota se-Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang diikuti oleh 70 peserta di Lapangan Trirenggo Bantul, David meraih juara Harapan III. Merupakan kebahagiaan bagi David bisa meraih kejuaraan tingkat Regional, karena oleh panitia bagi yang meraih prestasi Juara I sampai dengan harapan III diikutsertakan mengikuti Festival Roket Air tingkat Nasional, dan alhamdulillah David dapat memperbaiki peringkat meraih Juara harapan II Festival Roket Air Tingkat Nasional yang diselenggarakan di Lapangan Trirenggo Bantul Tahun 2009. Menurut pelajar yang gemar berolah raga volley ball ini, merasa banyak hikmah yang diperoleh dari mengikuti festival Roker Air, yakni di samping bertambah teman dari berbagai daerah, bisa mengembangkan ilmu pengetahuan, serta dapat memanfatkan barang bekas menjadi sesuatu yang berharga dan bermanfaat. Kepada teman-teman pembaca BAKTI bisa membuat Roket Air dengan bahanbahan yang ada di sekitar kita dengan biaya yang relatif murah. Seperti bekas botol Aqua, lem, lakban, kertas karton, pompa, muzel, dan Nos. Satu hal yang bisa diambil pelajaran ialah bahwa dimana ada kemauan pasti ada jalan, dari sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui, apabila kita mau belajar dengan tekun dan bersungguh-sungguh pasti akan bisa meraihnya. Sesungguhnya bersama
28 BAKTI 226/APRIL 2010
kesulitan itu ada kemudahan. David merasa senang dan bangga sekolah di MTs Negeri Bantul Kota, apalagi sekarang telah dicanangkan oleh Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai Rintisan Madrasah Berstandar Internasional (RMBI), ia merasa senang banyak pelajaran agama yang ia peroleh, yang ia harapkan dapat meningkatkan keimanannya mengingat David dibesarkan dari keluaraga atau orangtua yang beda agama. Meski banyak waktu tersita saat mengikuti festival Roket Air, namun ia tidak menyia-nyiakan waktu dengan mengikuti les mapel IPA, Matematika, dan Bahasa Inggris yang diselenggarakan oleh madrasah, serta mengikuti bimbingan belajar dengan mengerjakan soal-soal sebagaimana motivasi yang diberikan ibunda tercinta. Dan ternyata tidak ada usaha yang tidak membuahkan hasil, David dalam prestasi dikelas selalu meraih ranking. Menurut Dra. Hj. Siti Sholihah, MA Kepala MTs N Bantul Kota, David memang memiliki potensi, tekun, dan mempunyai semangat untuk berlatih yang tinggi, sehingga dengan mengikuti bimbingan dan arahan guru Fisika Suranto, S,Pd dan Wijanarko, David mampu dan cepat tanggap terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam mengikuti festifal Roket Air. Dengan difasilitasi madrasah dalam penyiapan bahan-bahan yang utamanya peralatan yang memang belum umum dijual di pasaran, David berhasil meraih prestasi, meski ia masih belum puas, karena tidak bisa mengikuti Festifal Roket Air tingkat internasional yang diselenggarakan di Bangkok tahun 2010. Siswa yang mudah bergaul dengan temannya ini, mempunyai satu obsesi yang ingin diraih, yakni ingin membahagiakan kedua orangtuanya, utamanya ibundanya. David punya cita-cita ingin menghajikan ibundanya. Untuk meraihnya David akan terus tekun dalam belajar, bersungguh-sungguh, serta setelah lulus dari MTs Negeri Bantul Kota nantinya akan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi sampai ke Perguruan Tinggi. Dengan berbekal ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang cukup dan dan semangat untuk dapat hidup mandiri, David akan berjuang mewujudkan citacitanya itu. Selamat untuk David, teruslah berjuang, semoga apa yang engkau citacitakan senantiasa Allah SWT meridhai. Amin. (Jojo)
Cerpen Remaja
Dibalik Warna Pelangi Oleh Rika Rusniwati Lena, seorang gadis desa yang rajin dan cantik jelita. Minggu itu dia bersama teman-temannya yaitu Nita, Siti dan Reni sedang berlari pagi. Mereka berempat adalah sahabat dari kecil. Masing-masing duduk di bangku SMP dan SMA. Pada pagi itu mereka berlari begitu semangat. “Kita harus giat berolah raga seperti ini setiap minggunya,” ucap Nita. Lena, Siti dan Reni menjawab bersamaan, “tentulah kita kan harus terlihat bugar dan sehat.” Perjalanan mereka akhirnya sampai pada rumah masingmasing. Sampai pada siang harinya mereka berkumpul lagi di rumah Lena. Telah menjadi kebiasaan bagi keempat gadis cantik itu berkumpul di sana. Pada siang hari yang panas itu, mereka membicarakan kaos seragam untuk mereka berempat. “Seandainya kita punya kaos yang sama ya, pasti kita akan terlihat kompak, “ usul Lena. “Penginnya sih gitu, tapi kalau salah satu diantara kita ada yang tidak setuju kan percuma!” jawab Nita. “Kalau aku sih setuju aja, asal kita bisa terlihat kompak dan happy,” Siti ikut menjawab. “Gak, aku nggak setuju!” sahut Reni. “Lho kenapa Ren? Itu kan bisa menambah erat persahabatan.” jawab Lena dengan tegas. “Aku tidak punya uang buat beli kaos seragam yang kita inginkan.” Ucap Reni. Nita dan Siti pun menjadi bingung dengan pendapat Reni yang tidak setuju dengan ide itu. Akhirnya rencana keempat sahabat itu dibatalkan, karena salah satu diantara mereka ada yang tidak setuju. Hari pun berganti, musim kini juga telah berganti. Bulan kini memasuki awal penghujan. Tak diduga seiring berjalannya waktu, empat sahabat itu jarang bertemu dan berkumpul karena kesibukan masing-masing. Dan pada kesempatan lain, pada Minggu sore mereka berkumpul, tetapi sekarang bukan di rumah Lena melainkan di rumah Nita. Hari itu mereka berwarna seperti pelangi, karena Lena memakai baju merah, Nita memakai kuning, Siti hijau, dan Reni memakai biru. “Wow..wow! kok kita kayak pelangi sih teman-teman?” taya Lena kagum dan tak menyangkanya. “Iya..iya! betul...betul..betul.. Kita kayak pelangi!” sahut Nita, Siti dan Reni. Dan tanpa diduga sore itu turun hujan. Hujan itu tidak terlalu lama, setelah hujan pelangi muncul di langit. Mereka berempat, begitu antusias menyaksikan pelangi itu. Akhirnya mereka sependapat bahwa sore itu mereka seperti pelangi. Walaupun berbeda warna tapi tetap terlihat indah dan mempesona. Seperti persahabatan mereka yang selalu mengerti, memahami dan saling menghargai. Itulah sahabat sejati! “Waktu berjalan tanpa henti, detik berbunyi menyayat hati, lahir dan mati takdir tersembunyi, setiap yang datang pasti akan pergi, setiap yang lahir pasti akan mati,namun ada yang datang tak akan pergi dan yang lahir tak pernah mati, itulah
persahabatan sejati.” Pada Minggu pagi setelah kejadian pelangi 2 minggu yang lalu,mereka melakukan kebiasaan mereka yaitu lari pagi. Kebiasaan mereka ditiru oleh gadis desa yang lain, pada perjalanan olahraga itu mereka saling bersendau gurau. Mereka terlihat bahagia, tapi tanpa disadari lelucon mereka jadi saling mendorong tubuh yang lain. “Ahh...udah teman-teman jangan dorong-dorongan ntar kalau jatuh,” ucap Lena pada yang lain. “Tenang aja Len, gak bakalan jatuh kok!” jawab Nita. “Lihat teman-teman jalan sudah ramai, sudah bercandanya,” kata Lena. Tapi Nita, Siti, dan Reni tak menghiraukannya, mereka malah saling dorong-mendorong sampai akhirnya tubuh Lena terdorong oleh Reni. Mobil terlihat dari utara. Bluzz... zzh.. tubuh Lena tertabrak sedan ber plat AB 13 A2. “Lena..aa... !” ketiganya menjerit kaget atas kejadian itu. Mereka berlari menuju Lena, dia sudah tidak sadar. Kepalanya terbentur batu, darahnya bercucuran kemana-kemana. Segeralah Lena dilarikan ke rumah sakit terdekat, Siti menghubungi keluarga Lena. Tapi sayang, Tuhan berkehendak lain, sesampai di rumah sakit Lena sudah tak bernafas lagi. “Len..bangun Len.. Jangan tinggalin kami bertiga,” ucap Siti. “Iya Len.. bangun,” ucap Reni dan Nita pula. Keluarga Lena sangat terpukul atas kejadian ini. Dan 3 sahabat Lena menyesali perbuatan mereka. Sahabat yang mereka cintai dan mereka sayangi kini telah pergi untuk selamalamanya. Lena seorang gadis cantik, rajin dan disiplin meninggalkan semua orang, dia pergi di usia belia, banyak cita-citanya yang belum terwujud. Tapi semua itu sudah menjadi takdirnya. Ketiga sahabat itu benar-benar terpukul dan merasa kehilangan Lena. Lena yang sering menemukan ide lucu. Lena yang baik, mereka benar-benar kehilangan sahabat seperti Lena. Kepergian Lena membawa duka bagi siapa saja yang menyayangi Lena. Setiap ada pelangi Nita, Siti, dan Reni teringat pada Lena, karena Lena menyukai warna merah pada pelangi. Setelah 3 tahun semenjak kepergian Lena, mereka sudah mulai beranjak dewasa. Nita dan Siti kini pun sudah membuka usaha sendiri sedangkan Reni masih duduk di kelas 3 SMA. Walaupun Lena sudah dada tetapi Lena masih ada di hati mereka, semua kenangan tentang Lena akan mereka j aga. Persahabatan mereka akan tetap abadi dan selamanya di hati. Penulis, siswi kl.IX C MTsN Karangmojo Gunungkidul
BAKTI226/APRIL 226/APRIL2010 2010 29 BAKTI 29
RAP AT RAPA KAB UP A TEN KABUP UPA
KERJ A KANDEP AG KERJA KANDEPA TTAHUN AHUN 2010 SLEMAN
B
erbagai upaya telah dilakukan departemen agama untuk mewujudkan good government dan clean government. Peningkatan pelayanan pada masyarakat, pembenahan kelembagaan, pemberantasan korupsi, peningkatan kinerja, dan berbagai capaian lain sangat signifikan. Namun, disamping beberapa keberhasilan tersebut, di bidang pengelolaan anggaran, Dep. Agama masih mendapat predikat “Tidak Memberikan Pendapat” (Disclaimer Opinion) oleh BPK RI. Demikian disampaikan oleh Drs. H.Maskul Haji, M.Pd.I, Kepala Bagian Tata Usaha Kanwil Depag Prop DIY, saat membacakan sambutan dari Kepala Kanwil Depag Prop DIY, Sabtu (13/02/10) di Aula KPRI KIPAS Kandepag Kab. Sleman. Rapat Kerja diikuti oleh 60 orang peserta yang terdiri dari Pejabat Kandepag Kab Sleman, Kepala KUA Kecamatan, Kepala Madrasah Negeri, Ketua Pokjawas SD/MI, SLTP/ SLTA, Pengawas Kristen, Pengawas Katolik, Ketua Pokja Penghulu, Ketua Pokja Penyuluh, Pelaksana Kandepag Kab. Sleman, dan Tim Penyelenggara. Menurut Herry Gatot Widodo, S.H, Kasubbag TU Kandepag Kab. Sleman selaku Ketua Panitia Penyelenggara, materi pokok raker meliputi pengarahan dan pembukaan raker, evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan TA 2009, Sidang Komisi dan sidang Pleno yang berisi pemaparan dan pengesahan hasil Sidang Komisi serta perumusan akhir hasil raker. Kakandepag Kab. Sleman, Drs. H.Arif Djufandi, M.Pd.I dalam sambutannya menyampaikan hasil dari raker di tingkat wilayah Propinsi DIY, yaitu tentang perubahan nama Departemen Agama menjadi Kementerian Agama, ketentuan lima hari kerja, dan seragam dinas.
Menyesuaikan dengan Pemkab. Sleman, ketentuan lima hari kerja berlaku juga untuk semua unit kerja di lingkungan Kandepag Kab Sleman, kecuali Madrasah. Jam kerja pegawai Senin s/d Kamis pukul 07.30 - 16.00 WIB dan Jumat pukul : 07.30 – 14.30 WIB. Pakaian seragam dinas Senin– elasa : Keki, Rabu–Kamis: Abu-abu, dan Jumat: baju olahraga/batik.(dew)
PEMBINAAN PRODUK PENYUSUNAN
D
REKAP SETORAN AWAL (WAITING LIST) CALON HAJI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2010 Kuota DIY
No.
Nama
1. 2. 3. 4. 5.
Kota Yogyakarta Kabupaten Bantul Kabupaten Sleman Kabupaten Gunung Kidul Kabapaten Kulon Progo Petugas Jumlah
Waiting List 2.663 4.335 6.032 1..581 1.426
23 3.091
16.037
Jumlah Calon Jamaah Haji Sampai dengan Selasa, 16 Februari 2010 Pukul 10.00 WIB Jumlah setoran awal saat ini : A. Kuota DIY Tahun 2010 B. Kuota DIY Tahun 2011 C. Kuota DIY Tahun 2012 D. Kuota DIY Tahun 2013 E. Kuota DIY Tahun 2014 F. Kuota DIY Tahun 2015
3.068 3.068 3.068 3.068 3.068 697
Sisa Kuota 2.371
PREDIKSI PORSI SEMENTARA 2010 M/1431 H 2011 M/1432 H 2012M/1433H 2013M/1434 H 2014 M/1435 H
BAKTI226/APRIL 226/APRIL2010 2010 30 BAKTI
HUKUM
alam rangka meningkatkan pemahaman terhadap prinsipprinsip dasar penyusunan produk hukum, Kanwil Kemenag Prov. DIY menyelenggarakan Pembinaan Tatacara Penyusunan Produk Hukum dan Perundangan untuk Kasubbag Kemenag Kab/Kota dan Kepala MAN/MTsN berjumlah 73 orang. Acara yang diselenggarakan Selasa (02/ 03/10) secara resmi dibuka oleh Kakanwil Drs. H. Afandi, M.Pd.I. Dalam sambutannya kakanwil mengungkapkan bahwa pemahaman terhadap prinsip dasar penyusunan produk hukum merupakan hal pokok yang harus diketahui oleh para pejabat, khususnya para kepala satuan kerja. Hadir sebagai narasumber dalam acara tersebut yakni Iwan Satriawan, SH, MCL (Pembantu Dekan Fak Hukum UMY) yang mengambil tema Legal Drafting. Dalam kesempatan tersebut mengulas berbagai hal tentang produk perundangan terutama tentang teknik penyusunan produk hukum di lingkungan Kementerian Agama Provinsi DIY. Menutup kegiatan tersebut dilakukan identifikasi berbagai permasalahan yang ada di masing-masing satuan kerja.(Fz)
Nomor Porsi terakhir yang bisa melunasi Nomor Porsi terakhir sementara s.d Nomor Porsi terakhir sementara s.d Nomor Porsi terakhir sementara s.d Nomor Porsi terakhir sementara s.d
1200019183 1200022318 1200025653 1200028755 1200031823
Aprilia Nurul Aini (Kelas 8 E SMP N 1 Wonosari Gunung Kidul)
Sahabat Sahabat bukan cinta Sahabat bukan luka Sahabat bukan tempat untuk menaruh iba Tapi sahabat tempat kita berbagi segalanya Berbagi tentang cinta Berbagi masalah luka Tapi bukan berbagi karena iba Sahabat …… Tak habis dimakan kata-kata
Sulichtiyani W (Kelas IX D MTs N Giriloyo Bantul)
Gadis
Pengais
Sampah
Di kala si empunya pagi masih sembunyikan kokoknya Kejejaki hariku di atas tumpukan sampah Mengais sampah demi sampah Yang ‘kan kusulam menjadi pundi rupiah Dengan setitik keikhlasan yang terpancar diantara kedua mata Terkadang ada yang iba dibuatnya Sembari melempar recehan bercorak kakak tua raja Lelah kupandang wajah hari Awan hitam enggan berasnjak memayungi Apalagi ketika kuinjak tanah salemba Di depan batu nisan bertuliskan “Sukma” Ragaku seakan tertusuk anak panah rasa bersalah Mengenang janji akan almarhumah Yang ‘kan terus mengejar citaku teruskan sekolah Namun apa daya tangan tak sampai Kubiarkan raga ini hidup bertatapkan jerami Meninggalkan anganku masuk UI Untuk dapat mengganjal perut dengan sesuap nasi
Lia Yulianti (Kelas IX A MTs N Karangmojo Gunung Kidul)
Penantian
&
Harapan
Kucoba mengejar matahari Tapi tak kudapat sinarnya Kukejar bulan Tapi tai bisa kupeluk Kucoba mencari bintang Tapi tak kudapat terangnya Kucari pelangi Tapi tak kudapatkan warnanya Kucoba menyusuri jalan tanpa aspal Keterjalan jalan yang begitu sangat menyakitkan Kakiku tak kuat untuk berjalan Hatiku terasa menangis dan terus mengeluh Kapankah ‘kan kutemukan jalan surga dunia Kunantikan awan malah mendung yang dating Akhirnya air mataku jatuh karna melihat Gersangnya hidup tanpa Adanya penghormatan….
Matroni el-Moezany (Aktivis Forum Sastra Pesantren Indonesia – FSPI)
Sempurnakan Baunga dari Mimpi-mimpimu
Indah
sempurnakan bunga indah dari mimpi-mimpimu kematian yang gila aku mau hidup, bermimpi, dan bertarung lagi aku tahu akan mabuk lagi di puncak gunung gading cucurkan air mata kata baru, senyum pamitan memanggil kemenangan
BAKTI226/APRIL 226/APRIL2010 2010 31 BAKTI 31
K EE SS EE HH AA TT AA N
Diasuh oleh dr. Tejo Katon, S.Si, MBA
Mencegah Kanker Servik Ass. BAKTI, saya divonis kena kanker servik, tapi baru tahap dini dari hasil pap smear. Tindakan dokter baru akan saya jalani (vaksinasi). Tolong dijelaskan apa penyebab kanker servik dan bagaimana pencegahannya? Jawab : Kanker serviks (Cervical Cancer), atau kanker pada leher rahim adalah kanker yang terjadi pada servik uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina). Kanker serviks merupakan sejenis kanker yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV), yang menyerang leher rahim. Leher rahim adalah bagian yang sempit di sebelah bawah antara vagina dan rahim seorang wanita. Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang telah berumur, tetapi bukti statistik menunjukan bahwa kanker leher rahim dapat juga menyerang wanita yang berumur antara 20 sampai 30 tahun. Bagaimanakah kanker leher rahim dapat terjadi? Kanker leher rahim ditandai dengan adanya pertumbuhan selsel pada leher rahim yang tidak lazim (abnormal). Sel-sel abnormal tersebut dapat dideteksi dengan suatu test yang disebut “Pap smear test”, sehingga semakin dini sel-sel abnormal tadi terdeteksi, semakin rendahlah resiko seseorang menderita kanker leher rahim. Usahakanlah melakukan Pap smear test ini seminggu atau dua minggu setelah berakhirnya masa menstruasi anda. Jika anda sudah mati haid, Pap smear test dapat anda lakukan kapan saja. Tetapi jika kandung rahim dan leher rahim telah diangkat atau dioperasi (hysterectomy atau operasi pengangkatan kandung rahim dan leher rahim), anda tidak perlu lagi melakukan Pap smear test karena anda sudah terbebas dari resiko menderita kanker leher rahim. Bagaimanakah Tanda-tanda Kanker Serviks? Keputihan atau mengeluarkan sedikit darah setelah melakukan hubungan intim adalah sedikit tanda gejala dari kanker ini. Selain itu, adanya cairan kekuningan yang berbau di area genital juga bisa menjadi petunjuk infeksi HPV. Virus ini dapat menular dari seorang penderita kepada orang lain dan menginfeksi orang tersebut. Penularannya dapat melalui kontak langsung dan karena hubungan seks. Ketika terdapat virus ini pada tangan seseorang, lalu menyentuh daerah genital, virus ini akan berpindah dan dapat menginfeksi daerah serviks atau leher rahim Anda. Cara penularan lain adalah di closet pada WC umum yang sudah terkontaminasi virus ini. Seorang penderita kanker ini mungkin menggunakan closet, virus HPV yang terdapat pada penderita berpindah ke closet. Bila Anda menggunakannya tanpa membersihkannya, bisa saja virus kemudian berpindah ke daerah genital Anda. Buruknya gaya hidup seseorang dapat menjadi penunjang meningkatnya jumlah penderita kanker ini. Kebiasaan merokok, kurang mengkonsumsi vitamin C, vitamin E dan asam folat dapat menjadi penyebabnya. Risiko menderita kanker serviks adalah wanita yang aktif berhubungan seks sejak usia sangat dini, yang sering berganti pasangan seks, atau yang berhubungan seks dengan pria yang suka berganti pasangan. Faktor penyebab lainnya adalah menggunakan pil KB dalam jangka waktu lama atau berasal dari keluarga yang memiliki riwayat penyakit kanker.
32 BAKTI 226/APRIL 2010
Mengobati Kanker Serviks Jika terinfeksi HPV, jangan cemas, karena saat ini tersedia berbagai cara pengobatan yang dapat mengendalikan infeksi HPV. Beberapa pengobatan bertujuan mematikan sel-sel yang mengandung virus HPV. Jika perubahan awal telah diketahui pengobatan yang umum diberikan adalah dengan: (a). Pemanasan, diathermy atau dengan sinar laser. (b). Cone biopsi, yaitu dengan cara mengambil sedikit dari sel-sel leher rahim, termasuk sel yang mengalami perubahan. Pemeriksaan ini dapat dilakukan oleh ahli kandungan. Jika perjalanan penyakit telah sampai pada tahap pre-kanker, dan kanker leher rahim telah dapat diidentifikasi, maka untuk penyembuhan dilakukan adalah: (a). Operasi, yaitu dengan mengambil daerah yang terserang kanker, biasanya uterus beserta leher rahimnya. (b). Radioterapi yaitu dengan menggunakan sinar X berkekuatan tinggi yang dapat dilakukan secara internal maupun eksternal. Mencegah Kanker Serviks Beberapa cara praktis yang dapat Anda lakukan dalam kehidupan sehari-hari antara lain: · Pola makan sehat, yang kaya dengan sayuran, buah dan sereal untuk merangsang sistem kekebalan tubuh. Misalnya mengkonsumsi berbagai karotena, vitamin A, C, dan E, dan asam folat dapat mengurangi risiko terkena kanker leher rahim. · Hindari merokok, seks sebelum menikah atau di usia sangat muda atau belasan tahun. · Hindari berhubungan seks selama masa haid terbukti efektif untuk mencegah dan menghambat terbentuknya dan berkembangnya kanker serviks. · Hindari berhubungan seks dengan banyak partner. · Secara rutin menjalani tes Pap smear secara teratur. Saat ini tes Pap smear bahkan sudah bisa dilakukan di tingkat Puskesmas dengan harga terjangkau. · Pemberian vaksin atau vaksinasi HPV untuk mencegah terinfeksi HPV. · Melakukan pembersihan organ intim atau dikenal dengan istilah vagina toilet. Ini dapat dilakukan sendiri. Tujuannya untuk membersihkan organ intim wanita dari kotoran dan penyakit. Hidup Sehat Tanpa Kanker Serviks Kanker serviks bisa dicegah dan bisa diobati. Deteksi sejak dini dan rutin melakukan Pap smear akan memperkecil risiko terkena kanker serviks. Ubah gaya hidup Anda dan juga pola makan Anda agar terhindar dari penyakit ini. Dengan demikian, maka kesehatan serviks atau leher rahim lebih terjamin. Dengan penanganan yang tepat, kanker serviks bukanlah sesuatu yang menakutkan. Rubrik ini terbuka bagi para pembaca sebagai media komunikasi dengan Redaksi.
Pembaca dapat berpartisipasi dengan mengirimkan pertanyaan seputar kesehatan melalui SMS dengan nomor 085727258783, 081578113939 atau lewat email dengan alamat :
[email protected]
Dari halaman......... 20
keagamaan. Gusti Joyo kemudian mengembangkan bagaimana majlis semaan al-Quran bisa menjadi forum komunikasi antara kraton, ulama dan umat. Pada acara semaan Hadeging Nagari Ngayogyakarta, yang turut hadir tidak saja dari Jawa, tetapi juga dari Kalteng, Medan, Jambi dan NTT. Biasanya tidak kurang dari 20.000 jamaah yang turut hadir. Bersama kyai Asmuni dengan sejumlah kyai senior termasuk kyai Mabarun, Gusti Joyo mencoba mengembangkan majlis Bukhoren sebagai forum komunikasi antara kraton dan ulama, dan juga antar ulama’ sendiri. Model yang dipakai adalah dengan membagi kurasan tipis-tipis sehinga selesai dibaca dalam setengah jam. Setelah itu para ulama, biasanya tiga ulama’, menguraikan apa yang menarik yang dibaca malam itu, beserta tafsir dan bagaimana mengaplikasikannya. Kemudian upaya ini semakin bertumbuh dengan terjalinnya kerjasama antara kraton dengan Kanwil Departeman Agama Prov. DIY, untuk terus melanggengkan tradisi Majlis Bukhoren. “Alhamdulilah sampai sekarang masih terus berlangsung dan dari sana pula tercetus Ngayogyakarta Serambi Madinah,” “Saya menyadari bahwa para leluhur dulu di kraton dibentuk dengan dasar Islam. Itu tidak bisa dipungkiri,” tegas Gusti Joyo. Garis imaginer, krapyak, kraton dan tugu, laut selatan dan Merapi, kemudian dari timur ke barat, yang menandai masjid kagungan dalem yang menghadap ke timur
dengan menyongsong matahari dan membelakangi matahari terbenam, semua itu menjelaskan tentang konsep-konsep Islam. Semua dasarnya adalah agana. Termasuk apa yang dipakai sehari-hari oleh Sultan maupun perlengkapan dalam upacara, misalnya sawunggaling, hardowaliko, kuthu mas, kandil, itu semua kalau diterjemahkan berkaitan dengan petunjuk tentang syarat yang harus dipenuhi oleh seorang pemimpin dalam Islam sesuai dengan al-Qur’an dan hadist. Termasuk ampilannya, seniopati ing ngalaga. Makna ampilan ini bukan sekedar pemimpin perang, tetapi pemimpin jihad akbar melawan hawa nafsu. Kemudian Ngabdurahman sayidin panatagama kalifatullah, ini jelas bahwa peran sultan adalah sebagai tokoh agama. “Ini menjadi dasar bagi saya untuk lebih menekuni agama Islam,” jelas Gusti Joyo menegaskan. “Namun demikian saya tetap menghormati dan menjalin pertemanan dengan mereka yang tidak seiman. Saya tetap memiliki teman yang berbeda agama dan dari berbagai daerah karena saya sadar istri saya sendiri bukan orang Jawa,” kata Gusti Joyo. Akumulasi dari berbagai pengalaman itulah yang membentuk pribadi Gusti Joyo saat ini. Di samping tuntutan sinuwun mulai anak-anak, remaja dan dewasa, dimana setelah kawin harus keluar dari kraton dan karenanya menuntut kemandirian. “Itu mendorong kita untuk lebih banyak bersilaturahmi sehingga banyak teman dan saudara dari berbagai latar agama maupun ekonomi sehingga itu menjadi bagian dari hidup kita. Tentunya selama semua itu dalam tuntunan Allah dan memberikan manfaat, tidak saja bagi diri sendiri tetapi juga bagi masyarakat,” kata Gusti Joyo mengakhiri pembicaraan. (Imam khoiri)
Kemana Larinya Daging Itu? Suatu hari, Nasrudin membeli tiga potong daging. Setelah menaruhnya di rumah, ia kemudian pergi bekerja. Melihat daging di dapur, istri Nasrudin segera mengundang teman-temannya dan menghadirkan daging yang baru dibeli itu. Pada sore harinya, saat Nasrudin pulang, ia menyuruh istrinya untuk segera menyiapkan makan malam untuknya. Sang istri hanya menyuguhkan roti dan air putih. Daging? Sudah habis disantapnya bersama temantemannya. Melihat menu makan malamnya itu, Nasrudin berkata pada istrinya, ‘’Jika kamu tidak memiliki cukup waktu untuk memasaknya, mengapa tidak kamu letakkan saja beberapa potong kecil daging itu di atas roti ini, sehingga bertambah lezat? Dengan begitu, tentu aku akan menyantapnya dengan lebih nikmat.’’ Istrinya menjawab, ‘’Ada sesuatu yang menghalang-halangiku untuk memasaknya. Ketika aku sedang sibuk, tiba-tiba binatang peliharaan kesayanganmu itu mengambilnya. Tadi aku masuk ke dapur dan aku melihatnya sedang mengusap-usap mulutnya. Daging itu ternyata telah habis dimakan oleh kucing kesayanganmu itu.’’ Maka, Nasrudin memandangi kucingnya, kemudian dia berdiri dan segera mengambil sebuah timbangan. Dia lalu mengangkat kucing itu dan menimbangnya. Ternyata berat kucing itu hanya tiga kilogram, persis sama seperti sebelumnya. Nasrudin kemudian berkata pada istrinya, ‘’Hai wanita kurang iman, jika yang kutimbang ini adalah daging, lalu kemanakah kucing itu? Namun jika yang kutimbang ini adalah kucing kesayanganku, lalu kemanakah larinya daging itu?
Mengapa Unta Tak Punya Sayap “Dari hari ke hari,” kata Nasrudin kepada istrinya, “aku merasa semakin kagum akan penciptaan alam, dan segalanya yang ada di dunia ini dibuat demi kesejahteraan manusia.”Istrinya meminta Nasrudin memberi sebuah contoh.”Misalnya saja, bahwa dengan rahmat Allah, unta-unta itu tidak punya sayap.” “Bagaimana hal itu bisa dikatakan membantu menyejahterakan kita?” “Bayangkan! Kalau saja unta-unta itu punya sayap betapa mereka akan senang bertengger di atas rumah dan kemudian merusakkan atap, dan kemudian tidak peduli terhadap keributan yang mereka ciptakan itu.”
BAKTI 226/APRIL 2010
33
JAWABAN TTS BAKTI No. 225/Maret 2010
TTS BAKTI No. 226/April 2010
1
2
3
5
N Y E P I
4
6 7
8 12
9
10 13
11 14
A K S E S
15
16
G
A L I B I
Y
I
D B D
I
M
L S A F
O A S I S
G
R
U
R O B
A
K A P E L
P
O
A
Y A T I M
A
A T A B I R
K A R I R E
A I
R
R R I
E
B
R A B U N M K P A
T U A Y O E N
A B J A D S U T R A
Pemenang TTS Edisi 225/Maret 2010 1. 085 226 641 0269 2. 085 292 649 587
17 Mendatar 1. Satuan suhu 5. Bulan (Inggris:dibalik) 6. Sistem penjualan padi sebelum panen 7. Keberuntungan (dibalik) 8. Bagian dari mata 10. Ibukota negara Norwegia 12. Rasa cinta nusa bangsa 16. Alat pembayaran luar negeri yang dapat diuangkan dengan mata uang asing 17. Peti mayat dari batu zaman purba Menurun 1. Jamur 2. Hasil imbang/seri dalam catur 3. Pembantu militer Jepang dalam PD II 4. Nama tarian rakyat Argentina 9.Rapat tahunan anggota (singk) 11. Lembaga ombudsman Indonesia (singk) 12. Keluar darah setelah melahirkan 13. Mengubah cerita dari aslinya 14. Lubang 15. Kejam, bengis
TTS ini ditujukan kepada pembaca yang telah sekian lama merespon Majalah BAKTI, kecuali jajaran Redaksi/Pengelola. Adapun ketentuan selengkapnya sebagai berikut: 1. Menjawab pertanyaan dalam kotak TTS 2. Jawaban dikirim via sms ke nomor 085 868 323 652/081 392 277 272, paling lambat tanggal 15 di setiap edisi. 3. Disediakan hadiah untuk 2 pemenang berupa voucer pulsa @ Rp.20.000 4. Pengumuman pemenang akan dimuat pada edisi Majalah BAKTI bulan berikutnya. 5. Hadiah langsung dikirim ke nomor pemenang. Pengelola
DAFTAR PENERIMA SANTUNAN SKP BULAN APRIL 2010 Kandepag Kota Yogyakarta
Kandepag Kabupaten Kulonprogo Pensiun
Pensiun No. 1. 2. 3. 4.
Nama Muh. Rusydi, BA Salman Al Farisi Bandiyah Wahyudi, S.Pd.I
NIP 150225752 150102984 150199608 150102972
Tanggal 1 Januari 2009 1 Juli 2009 1 Nopember 2009 1 Desember 2009
No. 1. 2.
Nama Sunardi, S.PdI Sardjo
1. 2. 3. 4. 5.
Hj. Hadijati, A.Md Astuti, A.Ma Suyati Tri Sumarsih Mardikaningsih Atirah, A.Md
NIP
Tanggal
150131768 150131814 150110376 150174826
1 September 2009 1 September 2009 1 September 2009 1 September 2009
150089417
1 Oktober 2009
Kandepag Kabupaten Bantul Pensiun No. 1. 2. 3. 4. 5.
Nama Surahman Asiyah M. Djalil, S.PdI Dra. Suprijati Sahir
NIP 150207780 150129753 150129171 150129262 150426660
34 BAKTI 226/APRIL 2010
1 Oktober 2009 1 Nopember 2009
Meninggal
Pensiun Nama
150129469 150129609
Tanggal
Kandepag Kabupaten Gunung Kidul
Kandepag Kabupaten Sleman
No.
NIP
Tanggal 1 Oktober 2009 1 Oktober 2009 1 Nopember 2009 1 Nopember 2009 1 Nopember 2009
No. 1. 2. 3. 4.
Nama
NIP
Sudiro Wakidi, S.Ag Tukidjan Moh. Wasul Baii
150130753 150247612 150130860 150102983
Tanggal 29 Juli 2009 11 Oktober 2009 6 Juli 2009 29 Agustus 2009
Pensiun 1. 2. 3. 4. 5.
Paidin Siti Chotidjah Drs. Bero Salbijah Sakidja
Ketua
150130517 150131542 150129840 150131566 150130566
1 Januari 2008 1 September 2008 1 Januari 2009 1 Januari 2009 1 Januari 2009
BPSKP KANWIL DEP. AGAMA PROP. DIY Sekretaris,
Drs. H. Maskul Haji, M.Pd.I
Drs. H. Fathony