SKRIPSI
REVITALISASI MANAJEMEN PERPUSTAKAAN DALAM MENGEFEKTIFKAN PEMBELAJARAN DI SMA PGRI 56 CIPUTAT Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I.) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Disusun Oleh: Nur Fajriyah Mahfiroh Timas 104018200627
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2008 M/1429 H
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
REVITALISASI MANAJEMEN PERPUSTAKAAN DALAM MENGEFEKTIFKAN PEMBELAJARAN DI SMA PGRI 56 CIPUTAT
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I.) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh: Nur Fajriyah Mahfiroh Timas 104018200627
Di Bawah Bimbingan:
Drs. Hasyim Asy’ari, M.Pd. NIP: 150 260 265
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2008 M/1429 H
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Nur Fajriyah Mahfiroh Timas
NIM
: 104018200627
Jurusan
: Kependidikan Islam
Program Studi
: Manajemen Pendidikan
Judul Skripsi
:
Revitalisasi
Manajemen
Perpustakaan
dalam
Mengefektifkan Pembelajaran di SMA PGRI 56 Ciputat
Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya penulis sendiri dan diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan penulis, judul dan skripsi ini belum pernah diterbitkan sebelumnya oleh orang lain atau suatu lembaga, kecuali bagian-bagian tertentu yang secara tertulis dijadikan sebagai sumber acuan dalam skripsi ini dan disebutkan dalam footnote dan daftar pustaka. Demikianlah pernyataan ini dibuat, apabila terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar, maka sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.
Jakarta, 7 November 2008 Yang Membuat Pernyataan,
N. Fajriyah MT.
UJI REFERENSI Seluruh referensi yang digunakan dalam penulisan skripsi yang berjudul “Revitalisasi
Manajemen
Perpustakaan
dalam
Mengefektifkan
Pembelajaran di SMA PGRI 56 Ciputat” yang disusun oleh Nur Fajriyah Mahfiroh Timas dengan NIM 104018200627 Program Studi Manajemen Pendidikan Jurusan Kependidikan Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, telah di uji kebenarannya oleh dosen pembimbing skripsi pada tanggal 7 November 2008.
Jakarta, 7 November 2008 Dosen Pembimbing Skripsi,
Drs. Hasyim Asy’ari, M.Pd. NIP: 150 260 265
..PERSEMBAHAN.. Skripsi yang berjudul “Revitalisasi Manajemen Perpustakaan dalam Mengefektifkan Pembelajaran di SMA PGRI 56 Ciputat” ini merupakan karya ilmiah terbesar penulis sepanjang hidup, yaitu selama 22 tahun. Oleh sebab itu, karya ilmiah yang begitu berarti bagi penulis sebagai jembatan untuk meniti jalan hidup dan kehidupan di masa mendatang ini dengan penuh hormat akan penulis persembahkan kepada semua orang yang telah begitu banyak memberi makna dan motivasi dalam hidup penulis tanpa terkecuali. Namun, beberapa pihak yang penulis khususkan dalam persembahan ini, adalah: 1. Tim pendidik dan kependidikan di lembaga pendidikan tempat penulis pernah mengenyam pendidikan pendidikan formal, yaitu: - TK Aisyiyah 42 Ciputat - SD Negeri 01 Ciputat - SMP Negeri 19 Mayestik, Jakarta - SMU Negeri 46 Blok A, Jakarta - UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Keluarga inti, yaitu kedua Orang Tua dan kedua saudaraku 3. Keluarga besar 4. Si Oom “Tuyul Gondrong” Semoga karya ilmiah terbesar pertama yang dapat penulis persembahkan ini mampu memberikan arti bagi semua orang. Amiiin…!!
ABSTRAKSI N. Fajriyah MT, 104018200627 Jurusan Kependidikan Islam, Prodi Manajemen Pendidikan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Judul Skripsi: Revitalisasi Manajemen Perpustakaan Sekolah Mengefektifkan Pembelajaran di SMA PGRI 56 Ciputat
dalam
Siswa sebagai subjek belajar memiliki hak untuk cerdas, pintar dan menjadi dewasa baik dalam pemikiran maupun dalam bertindak. Siswa pun berhak mendapat perlakuan dan fasilitas yang tidak boleh saling dibedakan bila berada dalam lingkungan pendidikan, karena pendidikan adalah hak setiap anak bangsa tanpa terkecuali. Sekolah sebagai fasilitator harus mampu memberikan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan siswa dalam pembelajaran. Selain guru sebagai salah satu sumber belajar siswa di sekolah, perpustakaan sekolah juga merupakan media atau alat pembelajaran yang mutlak ada pada suatu sekolah. Perpustakaan sekolah adalah jantung dari suatu lembaga pendidikan. akan terasa hampa bila dalam suatu lembaga pendidikan tidak memiliki salah satu sarana belajar tersebut. Perpustakaan sekolah memiliki peran salah satunya untuk memfasilitasi belajar siswa di sekolah. Agar dapat memegang perannya tersebut, maka perpustakaan sekolah harus memiliki fasilitas-fasilitas yang menunjang dan manajemen yang terstruktur dan terorganisir. Revitalisasi Manajemen Perpustakaan Sekolah dalam Mengefektifkan Pembelajaran di SMA PGRI 56 Ciputat adalah suatu bentuk pembaharuan, penyegaran, pengaktifan kembali, memvitalkan kembali, memfungsikan kembali manajemen dan segala fasilitas termasuk juga tenaga pengelola perpustakaan sekolah SMA PGRI 56 Ciputat agar perpustakaan sekolah tersebut dapat memfasilitasi pembelajaran siswa di sekolah agar tercapai tujuan pembelajaran lembaga, maupun tujuan pendidikan nasional. Kegiatan revitalisasi manajemen perpustakaan sekolah dapat dilakukan dengan mengaktifkan kembali manajemen penyelenggaraan perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat dan kebijakan-kebijakan kepala sekolah serta mengefektifkan dan mengefisiensikan segala fasilitas yang berkaitan dengan kegiatan kepustakaan. Dalam penelitian skripsi ini, metodologi penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif, dan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan dengan menggunakan empat (4) teknik, yaitu observasi, wawancara, angket dan dokumentasi. Sedangkan pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil 30 % dari populasi dengan menggunakan teknik purposive random sampling. Berdasarkan penelitian yang penulis dapatkan di lapangan yang berasal dari hasil wawancara kepada beberapa responden, penyebaran angket
kepada siswa dan observasi, objek penelitian ini yaitu SMA PGRI 56 Ciputat perlu melakukan revitalisasi manajemen perpustakaan agar perpustakaan sekolah tersebut dapat memfasilitasi pembelajaran siswa di sekolah yang bersangkutan.
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan karya ilmiah (skripsi) ini. Salawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan Nabi besar, Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa risalah Islam melalui kitab-Nya. Karya ilmiah atau skripsi yang berjudul “Revitalisasi Manajemen Perpustakaan dalam Mengefektifkan Pembelajaran di SMA PGRI 56 Ciputat” ini merupakan salah satu persyaratan akademik dalam penyelesaian studi strata satu (S.1) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Akan tetapi penulis menyadari bahwa hasil penelitian skripsi ini belum maksimal, karena penelitian ini hanyalah sebuah goresan tipis dalam lembaran sejarah penelitian mengenai perpustakaan dan kaitannya dengan kurikulum dan efektifitas pembelajaran. Selanjutnya, penulis juga menyadari bahwa goresan tipis ini tidak terlepas dari bantuan, kritik dan saran baik berupa do’a, bimbingan dan arahan dari berbagi pihak yang membuat penulis tidak pantang menyerah. Untuk itu perkenankan penulis untuk menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak yang mungkin tidak akan dapat digantikan dengan apapun atas jasanya, adapun pihak-pihak yang sangat berarti itu antara lain: 1.
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Jakarta dan Segenap jajaran staf.
2.
Ketua jurusan Kependidikan Islam Prodi Manajemen Pendidikan, Dra. Yefnelti Z., M. Pd. beserta sekertaris, Drs. Mu’arif SAM., M. Pd. dan staf jurusan.
3.
Drs. Hasyim Asy’ari, M.Pd., dan keluarga, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah rela meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, petunjuk, bimbingan dan selalu sabar mendengarkan keluh kesah penulis.
4.
Keluarga besar SMA PGRI 56 Ciputat, yaitu Kepala Sekolah dan segenap jajarannya, para guru dan karyawan, serta adik-adik SMA PGRI 56 Ciputat yang selalu memberi bimbingan, bantuan, dukungan dan kerjasamanya selama proses penelitian berlangsung serta bersedia memposisikan penulis sebagai teman.
5.
Segenap dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, khususnya Para dosen Kependidikan Islam – Manajemen Pendidikan yang kurang lebih selama empat (4) tahun telah banyak memberi ilmu dan pelajaran hidup kepada penulis.
6.
Keluarga tercinta, yaitu keluara inti, Alm. Ma’ruf Sudaryo (Ayah), Warsiti Ma’ruf (Ibu), Mas Anung (Kakak), dan Adi (Adik) yang selalu memberikan dukungan moril dan materil yang tak terkira harganya, dan seluruh keluarga besar.
7.
Segenap pegawai dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya yang bertugas di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Terima kasih atas kerjasama dan persahabatan ini.
8.
Teman-teman dan sahabat-sahabat di KI–MP angkatan 2001–2006, khususnya pada angkatan 2004 kelas A dan B, kalian sangat berarti bagiku, namun maaf penulis tidak dapat menyebutkan nama satu persatu. Terima kasih atas kerjasama dan semua kesan yang telah tercipta selama ini, baik dalam susah maupun senang. (Keep in touch, ya!! Luph you much.. and I’m gonna miss you all!!! Selamat berjuang teman-teman!!!!!)
9.
Teman-teman dan sahabat-sahabatku di luar KI–MP; Mia, Ita, teman-teman se-Fakultas khususnya mahasiswa PBI (especially Tya), warga seperjuangan di TK, SD, SMP, dan SMA (khususnya Scottisch–Quw). (Keep in touch, ya!! Always be my best, ok!!)
10. Semua teman dan orang-orang yang mungkin tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah sangat banyak membantu dan memberikan kenangan kepada penulis dalam berbagai hal.
Satu kalimat yang tidak pernah penulis lupakan, “tiada gading yang tak retak”, penulis menyadari bahwa di dalam penulisan karya ilmiah ini masih banyak kekurangan dan masih sangat jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan respon yang berupa kritik, saran, dan komentar dari para pembaca. Adapun bila ada kata atau hal yang tidak berkenan di hati pembaca, penulis memohonkan maaf yang sebesar-besarnya, karena itu adalah di luar kehendak dan kesadaran penulis. Akhir kalimat, semoga Allah SWT merestui dan selalu memberkati usaha kita. Amin. Serta kiranya penelitian ini bermanfaat bagi semua orang.
Jakarta, 7 November 2008 Penulis,
N. Fajriyah MT.
`
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI ………………………………………………………………..
i
KATA PENGANTAR ……………………………………………………… ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………..
v
DAFTAR TABEL …………………………………………………………..
ix
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………..
xii
BAB I
: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……………………………….
1
B. Identifikasi Masalah …………………………………...
5
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah …………………
6
1. Pembatasan Masalah ………………………………
6
2. Perumusan Masalah …………………………….…
7
D. Kegunaan Penelitian …………………………………..
7
BAB II: ACUAN TEORITIK A. Konsep Dasar Perpustakaan …………………………...
8
1. Pengertian Perpustakaan …………………………..
8
2. Pengertian Perpustakaan Sekolah …………………
9
3. Fungsi Perpustakaan Sekolah ……………………..
10
4. Tugas Perpustakaan Sekolah ………………………
10
5. Tujuan Perpustakaan Sekolah ……………………..
12
6. Peran Perpustakaan Sekolah ………………………
13
B. Manajemen Perpustakaan Sekolah …………………….
14
1. Pengertian Manajemen …………………………….
14
2. Manajemen Perpustakaan Sekolah ………………...
15
3. Komponen Manajemen Perpustakaan sekolah ……
15
a. Perencanaan (Planning) …………………….…
15
1) Fasilitas Perpustakaan ……………………..
16
2) Koleksi Perpustakaan ……………….……..
19
3) Anggaran Perpustakaan …………….……...
21
b. Pengorganisasian (Organizing) ………………..
22
c. Pengaturan Staf (Staffing) ……………………..
24
d. Penggerakan (Actuating) …..…………………..
25
e. Pengendalian (Controlling) ……………………
25
C. Revitalisasi ………………………………………….…
26
1. Revitalisasi Fasilitas Perpustakaan Sekolah ………
27
2. Revitalisasi Koleksi Perpustakaan Sekolah ……….
28
3. Revitalisasi Pelayanan Perpustakaan Sekolah …….
31
4. Revitalisasi Tenaga Pengelola Perpustakaan Sekolah …………………………………………...
32
5. Revitalisasi Tata Tertib Perpustakaan …………….
33
6. Revitalisasi Kebijakan Kepala Sekolah…………....
33
7. Upaya Kepala Sekolah, Para Guru dan Tenaga Pengelola Perpustakaan dalam Memobilisasi Siswa
BAB III
Untuk Mendayaguna Perpustakaan Sekolah ………
34
D. Efektifitas Pembelajaran ………………………………
34
1. Pengertian Efektifitas ……………………….……..
34
2. Pengertian Pembelajaran …………………………..
35
a. Pengertian Belajar ……………………………..
35
b. Pengertian Mengajar …………………………..
37
c. Pembelajaran …………………………………..
38
3. Efektifitas Pembelajaran …………………………..
40
E. Kerangka Berpikir ……………………………………..
41
: METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian ……………………………….……..
42
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ……………………….…
43
1. Lokasi Penelitian …………………………………..
43
2. Waktu Penelitian …………………………………..
43
C. Metode Penelitian ……………………………………..
43
D. Teknik Pengumpulan Data ………………………….…
44
E. Populasi dan Sampel Penelitian …………………….….
45
1. Populasi Penelitian ………………………….……..
45
2. Sampel Penelitian ……………………………….…
46
F. Instrumen Pengumpulan Data …………………………
47
1. Definisi Konseptual Penelitian ……………………
47
2. Definisi Operasional Penelitian …………….……..
47
G. Instrumen Penelitian …………………………………..
48
H. Teknik Analisa Data …………………………………..
50
BAB IV
: HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMA PGRI 56 Ciputat …………….
51
1. Letak Geografis dan Sejarah Berdiri ………………
51
2. Visi dan Misi ………………………………………
52
3. Rekapitulasi Keadaan Siswa ………………………
52
B. Deskripsi Data …………………………………………
53
C. Interpretasi Data dan Penyajian Hasil Penelitian ……...
54
1. Analisa dan Interpretasi Data ……………………...
55
2. Penyajian Hasil Penelitian ………………………...
82
a. Sejarah Berdiri Perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat …………………………………………
82
b. Fasilitas Perpustakaan …………………………
84
c. Koleksi Perpustakaan ……………………….…
86
d. Pelayanan Perpustakaan …………………….…
90
e. Tenaga Pengelola Perpustakaan …………….…
92
f. Anggaran Perpustakaan ………………………..
93
g. Peran
Guru
dalam
Pembelajaran
dan
Pemanfaatan Fasilitas Belajar serta Kontribusinya terhadap Perpustakaan Sekolah ..
94
h. Tanggungjawab
Kepala
Sekolah
sebagai
Manager Sekolah dalam Kegiatan Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah ……….
95
i. Hambatan yang Dihadapi SMA PGRI 56 Ciputat dalam Mengefektifkan Sarana Belajar (Perpustakaan) ………………………………….
BAB V
96
: PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………
98
B. Saran ………………………………………………….. 100
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………. 102 LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL Tabel 1
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ……………………………..
49
Tabel 2
Rekapitulasi Keadaan Siswa SMA PGRI 56 Ciputat ……...
53
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin …
55
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Jenjang Kelas/ Angkatan …………………………………………………...
55
Tabel 5
Kunjungan ke Perpustakaan Sekolah ………………………
56
Tabel 6
Membaca Buku di Perpustakaan Sekolah dengan Skala Minimal 30 Menit/Hari …………………………….………
Tabel 7
57
Kegemaran Membaca Buku, Baik Buku Pelajaran ataupun Buku Karya
Ilmiah Lain yang
dapat
Menambah Wacana Pengetahuan Termasuk juga Novel atau Cerita Bergambar yang Terdapat di Perpustakaan Sekolah …………………... 58 Tabel 8
Mencari Tahu Hal-Hal yang tidak Dimengerti dalam Pelajaran
di
Sekolah
Melalui
Membaca
di
Perpustakaan Sekolah
……………………………………………………..
58 Tabel 9
Pemberlakuan Jam Baca (Studi Perpustakaan) di Sekolah secara Bergilir Perkelas dalam Setiap Harinya ……………. 59
Tabel 10
Pencanangan oleh Guru untuk Mencari Informasi Lebih Mendalam Mengenai Materi yang Telah atau
akan Dipelajari di Dalam Kelas Melalui Koleksi yang Terdapat di
Perpustakaan
Sekolah
…………………………………...
60 Tabel 11
Salah Satu Upaya yang Dilakukan oleh Kepala Sekolah dan
Guru
untuk
Menumbuhkan
Minat
Siswa
Mengunjungi Perpustakaan Sekolah, yaitu dengan Mendampingi Siswa Belajar
di
Perpustakaan……………………………………..
60 Tabel 12
Pengadaan Kegiatan Semacam Lomba Karya Ilmiah oleh Perpustakaan
Sekolah
……………………………………...
61 Tabel 13
Letak atau Posisi Gedung Perpustakaan yang Kurang Strategis
……………………………………………………
62
Tabel 14
Keadaan/Kondisi Gedung Perpustakaan Sekolah yang sudah Memenuhi Standar Kelayakan ……………………… 62
Tabel 15
Kurang Memadainya Fasilitas Perpustakaan ………………
63 Tabel 16
Penerangan (Cahaya Lampu) sudah Baik untuk Kegiatan Membaca
…………………………………………………...
63 Tabel 17
Keadaan Ruang Perpustakaan yang Relatif Sempit ……….. 64
Tabel 18
Terjaganya Kebersihan dan Udara Segar di dalam
Perpustakaan
……………………………………………….
65 Tabel 19
Terciptanya Situasi yang Kondusif di dalam Perpustakaan .. 65
Tabel 20
Kelengkapan Koleksi Perpustakaan Sekolah ……………… 66
Tabel 21
Kerelevanan
Koleksi
Buku
dengan
Kebutuhan
Kurikulum dan
Pembelajaran
…………………………….…………….
67 Tabel 22
Proses
Pengadaan
dan
Pembelian
Koleksi
Perpustakaan Dilakukan Berkala Serta Disesuaikan dengan Kebutuhan Siswa
dan
Kurikulum
………………………………………
67 Tabel 23
Pelibatan Siswa dalam Proses Pengadaan Koleksi ………... 68
Tabel 24
Banyaknya Koleksi yang sudah tidak dapat Digunakan namun masih Terpajang pada Rak Koleksi ……………….. 69
Tabel 25
Penataan Koleksi Diatur dengan Rapi dan Dilakukan dengan
Pengkatalogan
……………………………………..
69 Tabel 26
Pelayanan Sirkulasi Dilakukan secara Terstruktur dan Terorganisir dengan Kartu Keanggotaan dan Buku Besar Peminjaman atau Komputerisasi …………………………... 70
Tabel 27
Adanya Peraturan yang Mengikat dan Kedisiplinan dalam
Pemanfaatan
Perpustakaan
…………………………………
71 Tabel 28
Waktu Buka dan Tutup Perpustakaan Disesuaikan dengan Lama belajar Siswa di Sekolah ……………………………. 72
Tabel 29
Pemberian
Sanksi
Terhadap
Keterlambatan
Pengembalian Pinjaman
…………………………………………………...
72 Tabel 30
Kesulitan Mengunjungi Perpustakaan karena Petugas Jarang Berada di Tempat ……………………………….…. 73
Tabel 31
Pelayanan yang Baik dan Ramah oleh Petugas kepada Pengunjung
………………………………………………...
74 Tabel 32
Kesigapan Petugas dalam Membantu Pengunjung yang Kesulitan
Mencari
Buku
…………………………………...
74 Tabel 33
Fasilitator bagi Teman-Teman ………………………….…. 75
Tabel 34
Kemudahan dalam Menerima dan Menyerap Pelajaran di Sekolah
………………………………………………….….
76 Tabel 35
Ketepatan
dan
Kecepatan
dalam
Mengerjakan
Tugas/Test yang Diberikan oleh Guru …………………………………. 77
Tabel 36
Perasaan Bangga Orang Tua atas Raport Hasil Ujian yang Tidak
Mengecewakan
…………………………….………..
78 Tabel 37
Menjadi Juara Kelas di Setiap Akhir Semester ……………. 78
Tabel 38
Menjadi Delegasi/Duta Sekolah dalam Berbagai Kompetisi 79
Tabel 39
Bersikap dan Bersifat Positif ……………………………… 79
Tabel 40
Memberi Contoh yang Baik Kepada Orang Lain dalam Bersikap
……………………………………………………
80 Tabel 41
Penanaman Kepribadian dan Tanggungjawab di Sekolah …
80 Tabel 42
Dapat Membuat Orang Lain Bangga Terhadap Diri Responden ………………………………………………….
Tabel 43
Kemampuan
Penerapan
Teori-Teori
Skill
81
dalam
Kehidupan Sehari-hari
………………………………….………………
81 Tabel 44
Kekhawatiran akan
Skill
yang
Dimiliki dengan
Tantangan IPTEK di Masa Mendatang ……………………………….. 82 Tabel 45
Kriteria Kapasitas/Daya Tampung Perpustakaan…………..
84
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Instrumen Penelitian: Angket untuk Siswa SMA PGRI 56 Ciputat
Lampiran 2
Intsrumen Penelitian: Pedoman Berita Wawancara Kepala Sekolah SMA PGRI 56 Ciputat
Lampiran 3
Instrumen Penelitian: Pedoman Berita Wawancara Tenaga Pengelola Perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat
Lampiran 4
Instrumen Penelitian: Pedoman Berita Wawancara Guru SMA PGRI 56 Ciputat
Lampiran 5
Hasil Wawancara: Kepala Sekolah SMA PGRI 56 Ciputat
Lampiran 6
Hasil Wawancara: Tenaga Pengelola Perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat
Lampiran 7
Hasil Wawancara: Guru sekolah SMA PGRI 56 Ciputat
Lampiran 8
Pengajuan Proposal Skripsi
Lampiran 9
Pengajuan Bimbingan Skripsi
Lampiran 10 Permohonan Ijin Penelitian Lampiran 11 Permohonan Riset/Wawancara Lampiran 12 Surat Keterangan dari Objek Penelitian Bahwa Telah Melakukan Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan, manusia dapat mempelajari bagaimana cara meningkatkan dan mengembangkan potensi intelektual, mental, sosial, emosional dan kemandirian dalam kehidupan, sehingga menghasilkan manusia yang berkualitas. Begitu juga bagi bangsa Indonesia, pendidikan memiliki fungsi dan tujuan yang amat penting dalam proses pembentukan bangsa. Hal ini termaktub dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3, yaitu; Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1
Mengingat tugas pendidikan adalah mempersiapkan generasi muda yang potensial untuk kehidupan di masa mendatang, untuk itu, pendidikan harus berorientasi pada masa depan, bukan masa sekarang. Dalam arti, tugas pendidikan pada masa kini adalah juga menyajikan informasi tentang keadaan masa kini dengan orientasi pada masa depan. Selain itu, pendidikan di sekolah juga bertujuan untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang positif (tingkah laku dan sikap) dalam diri siswa yang sedang berkembang menuju ke arah kedewasaan.
1
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2003)
Lembaga pendidikan dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa berusaha melaksanakan proses pembelajaran dengan mengkoordinasikan komponen-komponen yang ada dalam lembaga pendidikan yang bersangkutan dalam rangka upaya pencapaian tujuan pendidikan. Koordinasi komponenkomponen dalam lembaga pendidikan tersebut salah satunya adalah sarana prasarana pendidikan demi mewujudkan tujuan pendidikan. Seperti yang telah tertuang dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 45 Ayat 1: “Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik”.2 Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang pada intinya menjelaskan mengenai urgensi sarana prasarana pendidikan dalam menunjang pembelajaran di setiap sekolah, juga dikuatkan dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 Pasal 1;
Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.3 Hal lain yang juga turut andil dalam mewujudkan tujuan pendidikan adalah penanaman budaya gemar membaca. Namun demikian, pada kenyataannya bahwa sikap gemar membaca di Indonesia masih relatif rendah. Ini tentu menarik untuk disimak terutama bila dibandingkan dengan bangsabangsa lain di sekitar kita. Beberapa pengamatan dilakukan dengan survey dan jajak pendapat selalu menempatkan Indonesia pada posisi yang menyedihkan dalam hal gemar membaca ini.4
2
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 45, Ayat. 1, … 3 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Pasal 1, Ayat 8 4 Sudarnoto Abdul Hakim, Perpustakaan Sebagai Center For Learning Society: Gagasan untuk Pengembangan Perpustakaan Madrasah, (Jakarta: Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syahid Jakarta 2006), h. 1
Keadaan keprihatinan masyarakat Indonesia mengenai minat baca ini dapat terjadi dimungkinkan karena rendahnya kesadaran masyarakat, terlebih lagi generasi muda yang sedang ada dalam tahap pembelajaran. Era informasi global saat ini merupakan tantangan yang mau tidak mau menuntut kita untuk memiliki
berbagai
keterampilan
dalam
mengakses,
mengevaluasi,
mengorganisir, dan menyebarkan informasi secara efisien dan efektif. Kemampuan tersebut diperlukan agar kita dapat hidup dan bekerja secara mandiri di tengah masyarakat yang lebih bertumpu pada jasa informasi (information-centered society). Dengan informasi sebagai konsumsi di abad ini, dan manusialah sebagai subjek yang sedang belajar dan berpikir, maka seyogyanya perpustakaan dapat memainkan
peranan
pentingnya.
Sesungguhnya
keberadaan
suatu
perpustakaan merupakan suatu keharusan sebagai salah satu pusat informasi, karena perpustakaan bukan hanya menyediakan buku dan bahan-bahan informasi yang diperlukan, tetapi juga dapat memfasilitasi proses berpikir dan proses belajar itu sendiri. Perpustakaan sebenarnya menjadi teman akrab bagi siapa pun terutama bagi masyarakat belajar di berbagai tingkatan. Kaitan antara perpustakaan dengan pembelajaran juga terdapat dalam Undang-Undang tentang Perpustakaan Bab XIII mengenai Pembudayaan Kegemaran Membaca “Pembudayaan kegemaran membaca pada satuan pendidikan sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) dilakukan dengan mengembangkan
dan
memanfaatkan
perpustakaan
sebagai
proses
5
pembelajaran”. Perpustakaan adalah salah satu sarana yang sangat menunjang dalam setiap program pendidikan, pengajaran, dan penelitian (research) bagi setiap program pendidikan dan ilmu pengetahuan. Sering terdengar suarasuara para pendidik yang mengatakan bahwa ia ialah inti setiap program pendidikan dan pengajaran atau dalam bahasa asingnya “the heart of the educational programs”.6 5 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan Bab XIII Pasal 43 Ayat 3, (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2007) 6 Soejono Trimo, Pedoman Pelaksanaan Perpustakaan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1997), Cet. Kelima, h. 1
Perpustakaan sekolah akan tampak bermanfaat apabila benar-benar memperlancar pencapaian proses belajar mengajar sekolah. Indikasi manfaat tersebut tidak hanya berupa tingginya prestasi murid-murid, tetapi lebih jauh lagi, antara lain adalah murid-murid mampu mencari, menemukan, menyaring dan menilai informasi, murid-murid terbiasa belajar mandiri, murid-murid terlatih ke arah tanggung jawab, murid-murid selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai bagian yang integral dalam sistem pendidikan, perpustakaan sebenarnya sangat membantu bukan saja para siswa tetapi juga bagi para tenaga pengajar.
Perpustakaan merupakan tempat dimana para peserta didik dapat mengeksplor (mengadakan penjelajahan ilmiah secara lebih luas) terhadap berbagai subjek secara mandiri dan demokratis terhadap apa yang dikaji agar memperoleh pengetahuan lebih dalam sebagai bentuk pengembangan materi yang telah dipelajari di kelas. Perpustakaan, selain itu juga sepatutnya berperan sebagai sarana yang dapat membantu para peserta didik untuk memperluas cakrawala imajinasi, area-area investigasi (penyelidikan) dari minat perorangan, dan meningkatkan kemauan mereka untuk berpikir secara jernih, kreatif, serta kritis terhadap sumber-sumber yang telah mereka pilih untuk dibaca, didengar ataupun dilihat. Mengingat begitu berartinya keberadaan suatu perpustakaan di sekolah sebagai salah satu sumber belajar, namun tidak begitu saja keberadaannya dapat berdayaguna tanpa adanya suatu manajemen yang baik dan terprogram. Karena bagaimanapun dan dalam hal apapun, manajemen merupakan bagian pokok dalam suatu program atau kegiatan. Efisiensi dan efektifitas manajemen perpustakaan di sekolah dapat tercapai apabila seluruh sumber daya yang ada mampu dan mau bersinergi, baik itu sumber daya manusia, sarana, metode dan dana. Hal-hal yang merupakan sumber daya perpustakaan menurut UndangUndang tentang perpustakaan dijelaskan sebagai berikut, “sumber daya perpustakaan adalah semua tenaga, sarana dan prasarana, serta dana yang dimiliki dan/atau dikuasai oleh perpustakaan”.7 Hal demikianlah yang seharusnya terjadi di setiap sekolah, karena perpustakaan sekolah adalah salah satu sumber belajar dan harus dimanfaatkan oleh seluruh warga sekolah, terutama oleh peserta didik (siswa), oleh karena itu, harus dilakukan manajemen yang baik terhadap perpustakaan sekolah agar
7
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan Bab I Pasal 1 mengenai Ketentuan Umum Ayat 15, (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2007)
keberadaannya lebih efektif. Tidak terkecuali pula kondisi perpustakaan dan siswa yang terdapat pada SMU PGRI 56 Ciputat. Mengingat begitu pentingnya keberadaan perpustakaan pada setiap sekolah ataupun instansi/lembaga pendidikan, maka penulis tertarik untuk mengangkat tema perpustakaan sebagai suatu karya ilmiah dengan judul “REVITALISASI
MANAJEMEN
MENGEFEKTIFKAN
PERPUSTAKAAN
PEMBELAJARAN
DI
SMA
DALAM PGRI
56
CIPUTAT”.
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dilakukan identifikasi masalah sebagai berikut: Rendahnya minat baca siswa membawa akibat yang cukup fatal, yaitu kebodohan dan keterbelakangan dalam hal ilmu pengetahuan
Efektifitas pembelajaran akan dapat terealisasi apabila siswa dan guru samasama menyadari pentingnya ilmu pengetahuan, yang mana salah satu cara untuk memperoleh ilmu pengetahuan bisa didapatkan pada perpustakaan sebagai salah satu sumber belajar Manajemen perpustakaan yang baik akan sangat membantu mengefektifkan fungsi dan tujuan perpustakaan Koleksi perpustakaan yang minim dan terbatas, serta suasana yang menjemukan memberi kecenderungan keengganan bagi siswa dan guru untuk mengunjungi perpustakaan Pengetahuan akan perpustakaan dan ilmu pengetahuan bagi seorang pustakawan akan sangat mempengaruhi efektifitas perpustakaan sekolah yang bersangkutan.
Pembatasan dan Perumusan Masalah Pembatasan Masalah Agar penulisan skripsi ini lebih terarah dan tidak melebar pembahasannya, maka penulis mencoba memberikan batasan-batasan masalah. Adapun batasan-batasan masalah tersebut meliputi: Peranan perpustakaan sekolah. Artinya seperti apa sebenarnya peranan perpustakaan sekolah bagi sekolah itu sendiri, serta minat siswa dan guru terhadap keberadaan perpustakaan sekolah sebagai salah satu sumber belajar. Manajemen
perpustakaan
sekolah,
yaitu
pelaksanaan
operasional
perpustakaan yang di mulai dari perencanaan penyelenggaraan perpustakaan (planning) yang meliputi penentuan akan fasilitas, koleksi
dan
pengorganisasian
anggaran
perpustakaan
(organizing)
yang
sekolah;
terdiri
kemudian
dari
pelayanan
perpustakaan; pengaturan staff (staffing) atau tenaga pengelola perpustakaan;
penggerakan
(actuating)
serta
pengendalian
(controlling) oleh kepala sekolah selaku manager sekolah. Efektifitas pembelajaran yang dibahas dalam penelitian ini dibatasi pada kemampuan akademis siswa yaitu pemahaman pelajaran dan prestasi, serta kecakapan sosial siswa.
Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, penulis merumuskan beberapa permasalahan pokok dalam skripsi ini, dan permasalahan yang diangkat dalam penulisan skripsi ini antara lain: Bagaimanakah peran perpustakaan di SMA PGRI 56 Ciputat? Bagaimanakah pelaksanaan manajemen perpustakaan di SMA PGRI 56 Ciputat?
Bagaimanakah koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat? Bagaimanakah minat siswa SMA PGRI 56 Ciputat dalam mendayaguna perpustakaan sekolah? Bagaimanakah keberhasilan perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat dalam mengefektifkan pembelajaran di sekolah tersebut?
Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah: Sebagai informasi dan bahan masukan kepada pihak sekolah yang bersangkutan bahwa betapa pentingnya manajemen yang baik dan terprogram dalam penyelengggaraan perpustakaan agar perpustakaan tersebut dapat berjalan lebih efektif lagi demi efektifitas pembelajaran di suatu sekolah. Sebagai bahan untuk menguji dan membandingkan antara teori dengan kondisi yang ditemukan di lapangan. Sebagai bahan acuan atau literatur bagi peneliti lain yang berkepentingan dengan tema yang sama, yaitu perpustakaan dan pembelajaran.
BAB II ACUAN TEORITIK
Konsep Dasar Perpustakaan Pengertian Perpustakaan Perpustakaan berasal dari kata pustaka yang berarti kumpulan bukubuku (bacaan dan sebagainya). Menurut Soeatminah, “kata pustaka menurut Jawa kuno (kawi) – Indonesia, berasal dari bahasa sansekerta yang berarti buku, naskah, tulisan”.1 Menurut Undang-Undang tentang Perpustakaan, “Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis. karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi para pemustaka”.2 “Perpustakaan adalah suatu unit kerja dari suatu badan atau lembaga tertentu yang mengelola bahan-bahan pustaka, baik berupa buku-buku maupun bukan berupa buku (non book material) yang diatur secara sistematis menurut aturan tertentu sehingga dapat digunakan sebagai sumber informasi oleh setiap pemakainya”.3 Sedangkan dalam buku Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah, “perpustakaan mempunyai arti sebagai suatu tempat yang di dalamnya
terdapat
kegiatan
penghimpunan,
pengolahan
dan
penyebarluasan (pelayanan) segala macam informasi, baik yang tercetak maupun yang terekam dalam berbagai media seperti buku, majalah, surat kabar, film, kaset, tape recorder, video, komputer, dan lain-lain”.4
1
Soeatminah, Perpustakaan, Kepustakaan dan Pustakawan, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), h.
21 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan Bab I Pasal 1 Ayat 1, (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2007) 3 Ibrahim Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), Cet.
Kelima, h. 3 4
Pawit M. Yusuf, Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah, (Jakarta: Kencana, 2005), Edisi Pertama, Cet. Ke-1, h. 1
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perpustakaan adalah suatu tempat yang kegiatannya adalah melakukan penghimpunan dan pengelolaan secara terstruktur dan terorganisir segala sumber informasi dan ilmu pengetahuan yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Segala sumber informasi yang dapat menjadi koleksi dan referensi bagi konsumen sendiri dapat berupa buku, non-buku seperti majalah dan surat kabar, ataupun audio visual.
Pengertian Perpustakaan Sekolah Perpustakaan sekolah merupakan suatu unit kerja dari suatu sekolah yang menyelenggarakannya. Berikut ini pendapat yang diungkapkan oleh Carter V. Good mengenai perpustakaan sekolah sebagaimana dikutip oleh Ibrahim Bafadal, yaitu koleksi yang diorganisasi di dalam suatu ruang agar dapat
digunakan
oleh
murid-murid
dan
guru-guru.
Di
dalam
penyelenggaraannya, perpustakaan sekolah tersebut diperlukan seorang pustakawan yang bisa diambil dari salah seorang guru, Ia menjelaskannya sebagai berikut: “An organized collection of housed in a school for the use of pupils and teachers and in charge of librarian of a teacher”.5 Menurut Supriyadi yang juga dikutip oleh Ibrahim Bafadal, “perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang diselengggarakan di sekolah guna menunjang program belajar mengajar di lembaga pendidikan formal tingkat sekolah, baik sekolah dasar maupun sekolah menengah, baik sekolah umum maupun sekolah lanjutan”.6 Jadi dapat disimpulkan, perpustakaan sekolah adalah kumpulan bahan pustaka, baik berupa buku-buku maupun bukan buku (non book material) yang diorganisasi secara sistematis dalam ruang sehingga dapat membantu murid-murid dan guru-guru dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Fungsi Perpustakaan Sekolah 5 6
Ibrahim Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, …,h. 4 Ibrahim Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, …,h. 4
Baik bagi siswa maupun guru, perpustakaan mempunyai tujuan dan fungsi yang dapat menunjang proses pembelajaran, fungsi-fungsi tersebut antara lain: Fungsi Edukatif, yaitu di dalam perpustakaan sekolah disedikan bukubuku baik buku-buku fiksi maupun non fiksi. Adanya buku-buku tersebut dapat membiasakan murid-murid belajar mandiri tanpa bimbingan guru, baik secara individual maupun kelompok. Selain itu di perpustakaan sekolah tersedia buku-buku yang sebagian besar pengadaannya disesuaikan dengan kurikulum sekolah. Fungsi Informatif, yaitu koleksi bahan pustaka yang disediakan bukan hanya berupa buku-buku, bentuk lainnya seperti majalah, surat kabar, pamflet, kliping, peta, dan koleksi audio visual. Fungsi Tanggung Jawab Administratif, yaitu pencatatan oleh pustakawan setiap terjadi transaksi sirkulasi (peminjaman dan pengembalian buku) Fungsi Riset, yaitu adanya bahan pustaka yang lengkap, murid-murid dan para guru dapat melakukan riset, yaitu mengumpulkan data atau keterangan-keterangan yang diperlukan. e. Fungsi Rekreatif, yaitu agar perpustakaan tidak terkesan kaku dan membosankan maka pihak pengelola harus berusaha menyajikan dekorasi layout yang baik. Selain dari segi koleksi, yang dimaksud rekreatif adalah penyediaan koleksi buku cerita.7 Tugas Perpustakaan Sekolah Dalam sebuah Buletin tahun 1998 disebutkan, “secara sederhana dapat dikatakan tugas pokok perpustakaan adalah mengumpulkan bahan pustaka dari masa lalu dan sekarang, serta menyimpan dan menyediakannya untuk keperluan pemakai kini dan masa mendatang”.8 “Tugas pokok (salah satu!) dari perpustakaan di mana pun adalah the preservation of knowledge; artinya mengumpulkan, memelihara dan mengembangkan semua ilmu pengetahuan/gagasangagasan manusia dari zaman ke zaman”.9 Sesuai dengan pengertian perpustakaan sekolah yang berintikan tiga kegiatan utama yaitu penghimpunan, pengolahan dan penyebarluasan segala macam informasi pendidikan kepada para
7
Pungki Purnomo, “Perpustakaan Sebagai Pusat Sumber Belajar; Meletakkan Peran dan Fungsinya Secara Proporsional”, dalam Diktat Dosen, Jakarta 2006, hlm. 5
siswa dan guru, maka secara gamblang perpustakaan sekolah bertugas sesuai dengan tugas inti tersebut, yaitu: Mengimpun atau mengumpulkan, mendayagunakan, memelihara, dan membina secara terus menerus bahan koleksi atau sumber informasi (bahan pustaka) dalam bentuk apa saja, seperti misalnya buku, majalah, surat kabar, dan jenis koleksi lainnya. Mengolah sumber informasi tersebut pada nomor 1) di atas dengan menggunakan sistem dan cara tertentu, sejak dari bahan-bahan tersebut datang ke perpustakaan sampai kepada siap untuk disajikan atau dilayankan kepada para penggunanya, yakni para siswa dan guru di lingkungan sekolah yang bersangkutan. Kegiatan ini antara lain meliputi pekerjaan penginventarisasian, pengklasifikasian atau penggolongan koleksi, pengkatalogan, pelabelan, pembuatan alat pinjam, dan lain-lain Menyebarluaskan sumber informasi atau bahan-bahan pustaka kepada segenap anggota yang membutuhkannya sesuai dengan kepentingan yang berbeda satu dengan yang lainnya. Termasuk dalam kegiatan ini adalah pelayanan referens dan informasi, pelayanan peminjaman koleksi, pelayanan promosi, pelayanan bimbingan kepada pembaca dan sebagainya, termasuk pelayanan kepada para siswa dan guru dalam rangka mencari informasi yang berkaitan dengan bidang minatnya.10 Berdasarkan beberapa paparan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa tugas utama perpustakaan sekolah pada dasarnya adalah menghimpun, menginventarisasi, memelihara, dan mendayaguna koleksi perpustakaan agar dapat dimanfaatkan oleh siswa, guru dan warga sekolah lainnya sebagai konsumennya dalam rangka menunjang pembelajaran di sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan.
Tujuan Perpustakaan Sekolah Tujuan didirikannya perpustakaan sekolah tidak terlepas dari tujuan diselengggarakannya pendidikan sekolah secara keseluruhan, yaitu untuk 8
B. Sudarsono, “Membangun dan Mendayagunakan Perpustakaan”, dalam Buletin Pusat Perbukuan, No. 04 Tahun 1998, November 1998, hlm. 6 9 Soejono Trimo, Pedoman Pelaksanaan Perpustakaan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1997), Cet. Kelima, h. 2 10 Pawit M. Yusuf, Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah, (Jakarta: Kencana, 2005), Edisi Pertama, Cet. Ke-1, h. 7
memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik.11 Perpustakaan sekolah sebagai bagian integral dari sekolah, merupakan komponen utama pendidikan di sekolah, dan diharapkan menunjang terhadap pencapaian tujuan tersebut. Sejalan dengan hal di atas, maka tujuan perpustakaan sekolah adalah sebagai berikut: Mendorong dan mempercepat proses penguasaan teknik membaca para siswa Membantu menulis kreatif bagi siswa dengan bimbingan guru dan pustakawaan Menumbuhkembangkan minat dan kebiasaan membaca para siswa Menyediakan berbagai macam sumber informasi untuk kepentingan pelaksanaan kurikulum Mendorong, menggairahkan, memelihara, dan memberi semangat membaca dan semangat belajar bagi siswa Memperluas, memperdalam, dan memperkaya pengalaman belajar para siswa dengan membaca buku dan koleksi lain yang mengandung ilmu pengetahuan dan teknologi, yang disediakan oleh perpustakaan Memberikan hiburan sehat untuk mengisi waktu senggang melalui kegiatan membaca, khususnya buku-buku dan sumber bacaan lain yang bersifat kreatif dan ringan, seperti fiksi, cerpen, dan lain-lain.12 Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari didirikannya perpustakaan sekolah di setiap sekolah adalah agar dapat memfasilitasi
belajar
siswa
supaya
mereka
dapat
mengeksplor
(mengadakan penjelajahan ilmiah secara lebih luas) berbagai subjek yang dikaji dalam ruang kelas secara lebih dalam. Peran Perpustakaan Sekolah Istilah peran untuk sebuah perpustakaan adalah kedudukan, posisi, dan tempat yang dimainkan.13 Adapun peranan yang dijalankan oleh perpustakaan adalah: 11
Pawit M. Yusuf, Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah, …, h. 3 Pawit M. Yusuf, Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah, …, h. 3 13 Sutarno. NS, Tanggungjawab Perpustakaan: dalam Mengembangkan Masyarakat Informasi, (Jakarta: Panta Rei, 2005), Cet Ke-1, h. 59 12
a. Perpustakaan merupakan media atau jembatan yang menghubungkan antara sumber informasi dan ilmu pengetahuan yang terkandung di dalam koleksi perpustakaan dengan para pemakainya. b. Perpustakaan mempunyai peranan sebagai sarana untuk menjalin dan mengembangkan komunikasi antara sesama pemakai, dan antara penyelenggara perpustakaan dengan masyarakat yang dilayani. c. Perpustakaan dapat berperan sebagai lembaga untuk mengembangkan minat baca, kegemaran membaca, kebiasaan membaca, dan budaya membaca, melalui penyediaan berbagai bahan bacaan yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat. d. Perpustakaan dapat berperan aktif sebagai fasilitator, mediator, dan motivator bagi mereka yang ingin mencari, memanfaatkan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan pengalamannya. e. Perpustakaan merupakan agen perubahan, agen pembangunan, dan agen kebudayaan umat manusia. Sebab berbagai penemuan, sejarah, pemikiran, dan ilmu pengetahuan yang ditemukan pada masa lalu, yang direkam dalam bentuk tulisan dan bentuk tertentu yang disimpan di perpustakaan dapat dipelajari, diteliti, dikaji, dan dikembangkan oleh generasi sekarang dan kemudian dipergunakan sebagai landasan penuntun untuk merencanakan masa depan yang lebih baik. f. Perpustakaan berperan sebagai lembaga pendidikan nonformal bagi lembaga masyarakat dan pengunjung perpustakaan. Mereka dapat belajar secara mandiri (otodidak), melakukan penelitian, menggali, memanfaatkan dan mengembangkan sumber informasi dan ilmu pengetahuan. g. Perpustakaan dapat berperan sebagai pembimbing dan memberikan konsultasi kepada pemakai atau melakukan pendidikan pemakai (user education). h. Perpustakaan berperan dalam menghimpun dan melestarikan koleksi bahan pustaka agar tetap dalam keadaan baik semua hasil karya umat manusia yang tak ternilai harganya. i. Perpustakaan berperan sebagai ukuran (barometer) atau kemajuan masyarakat dilihat dari intensitas kunjungan dan pemakaian perpustakaan. j. Secara tidak langsung, perpustakaan yang berfungsi dan dimanfaatkan dengan baik, dapat berperan dalam mengurangi dan mencegah kenakalan remaja seperti tawuran, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, dan tindak indisipliner.14 Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa peranan perpustakaan sekolah adalah sebagai sarana yang dapat membantu para peserta didik untuk memperluas cakrawala imajinasi, area-area 14
56
Sutarno NS, Perpustakaan dan Masyarakat, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003), h. 55-
investigasi (penyelidikan) dari minat perseorangan, dan meningkatkan kemampuan mereka untuk berpikir secara jernih, kreatif serta kritis terhadap sumber-sumber yang telah mereka pilih untuk dibaca, didengar maupun dilihat.
Manajemen Perpustakaan Sekolah Pengertian Manajemen Manajemen berasal dari bahasa Inggris, yaitu management.15 Sedangkan menurut Stoner, seperti yang dikutip oleh T. Hani Handoko, “manajemen
adalah sebagai proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan”.16 Sedangkan dalam buku Manajemen Strategi, “istilah manajemen mengacu pada proses mengoordinasi dan mengintegrasikan kegiatankegiatan kerja agar diselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain (Robbin, 1999:8)”.17 Berdasarkan definisi yang diberikan oleh beberapa tokoh di atas, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu kegiatan pengaturan sumber daya manusia yang efektif dan efisien dengan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan yang tidak lepas dari penggunaan ilmu pengetahuan dan keahlian dalam mencapai tujuan organisasi tertentu.
Manajemen Perpustakaan Sekolah Menurut Sutarno NS, “perpustakaan berbasis manajemen adalah penyelenggaraan perpustakaan yang bertumpu atau berdasarkan teori dan ilmu 15 Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Sagung Seto, 2006), Cet. Kedua, h. 4 16 T. Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta: BPFE, 1984), Cet. Ke- 18, h. 8 17 Iwan Purwanto, Manajemen Strategi, (Bandung: Yrama Widya, 2007), Cet. Ke-1, h. 17
manajemen. Maksudnya ialah, bahwa dengan menerapkan teori, ilmu dan metode tersebut perpustakaan diharapkan dapat berjalan dengan baik, efektif dan efisien”.18 Pada dasarnya, manajemen perpustakaan sekolah mempunyai makna bagaimana mengoptimalkan kontribusi segala sumber daya yang terdapat di suatu sekolah. Sumber-sumber daya tersebut antara lain: manusia, material, anggaran untuk mengelola perpustakaan sekolah dengan tujuan membantu meningkatkan pengetahuan, keterampilan serta nilai dan sifat siswa dan guru dalam meningkatkan mutu lulusan melalui penyediaan bahan pustaka dan fasilitas lainnya, seperti ruang baca, bantuan pencaharian informasi ilmiah, dan sebagainya.
Komponen Manajemen Perpustakaan Sekolah Agar perpustakaan sekolah dapat memberikan pelayanan yang baik kepada pemakai, maka perlu adanya pengelolaan atau manajemen terhadap segala sesuatu yang ada di dalamnya. Berikut adalah aspek-aspek manajemen yang dilaksanakan dalam penyelenggaraan perpustakaan: Perencanaan (Planning) Perencanaan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam proses pengelolaan perpustakaan sekolah. Dalam planning, diperlukan studi tentang masa yang akan datang dan perencanaan langkah-langkah operasional yang harus dilakukan.19 Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam tahap perencanaan, yaitu: 1) Menentukan tujuan perpustakaan sekolah, dan
18
Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik, …, h. 20 Soelistia, Materi Pokok Manajemen Perpustakaan Sekolah, (Jakarta: Universitas Terbuka Depdikbud, 1995), h. 26 19
2) Mengidentifikasi pemakai perpustakaan sekolah yang akan dilayani dan mengelola perpustakaan untuk memenuhi kebutuhan para pemakainya.
Yang termasuk pada tahap perencanaan antara lain: 1) Fasilitas Perpustakaan Disadari atau tidak, peranan perpustakaan sekolah adalah sangat krusial. Perpustakaan sekolah merupakan salah satu sarana pendidikan dalam mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta perilaku siswa. Keberadaan perpustakaan sekolah akan semakin berdaya guna apabila ditunjang oleh fasilitas (sarana prasarana perpustakaan) yang memenuhi standar. Adapun fasilitas dari sebuah perpustakaan sekolah antara lain: a) Gedung / Bangunan atau Ruang Perpustakaan Gedung merupakan sarana yang amat penting dalam penyelenggaraan perpustakaan. Dalam gedung perpustakaan, segala aktivitas dan program perpustakaan dirancang dan diselenggarakan. Secara umum, gedung perpustakaan memang tidak berbeda dengan gedung lainnya. Yang membedakan antara gedung perpustakaan dengan gedung lain adalah gedung perpustakaan merupakan sarana yang berfungsi sebagai fasilitas layanan, untuk itu maka gedung perpustakaan harus memperhatikan kemudahan arus pergerakan manusia sebagai pengguna perpustakaan, daerah konsentrasi manusia, daerah konsentrasi buku atau barang dan titik-titik layanan yang diberikan oleh perpustakaan.20
b) Lokasi 20
190
Darmono, Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah, (Jakarta: Grasindo, 2001), h.
Penentuan lokasi gedung perpustakaan berpengaruh pada aktivitas perpustakaan. Adapun hal-hal yang dapat menjadi pertimbangan lokasi atau tempat dijadikannya perpustakaan adalah: (1) Perpustakaan sekolah idealnya berada di tengah bangunan lain dan mudah dijangkau oleh kelas-kelas yang ada di lingkungan sekolah tersebut, karena tempat yang strategis sangat
mendukung
keberhasilan
penyelenggaraan
perpustakaan (2) Gedung perpustakaan harus terletak pada arus lalu-lintas manusia agar faktor aksesibilitas dapat dicapai setinggitingginya. Tetapi jika mungkin, hindarkanlah tempat lalulintas manusia yang terlalu bising agar ketenangan layanan perpustakaan tetap terjaga dengan baik. (3) Segi manajemen menuntut perpustakaan berada dibawah satu atap, tetapi segi kemudahan dan aksesibilitas sering membawa corak yang lain. Kondisi yang seperti ini menyebabkan adanya tuntutan penyelenggaraan manajemen yang efisien.
c) Situasi Ruang perpustakaan sekolah atau situasi gedung ruang perpustakaan sekolah harus memenuhi beberapa syarat, yaitu: (1) Pengaturan cahaya yang baik (2) Cukup mendapat sinar matahari, udara segar, dan tidak lembab (3) Ventilasi dan pengaturan lalu-lintas udara yang baik (4) Cat dinding tidak menyilaukan tidak juga suram (5) Dekorasi sederhana dan tidak berlebihan
d) Perabot dan Peralatan
Perabot dan perlengkapan perpustakaan perlu diadakan sebagai suatu syarat terjadinya perpustakaan. Adapun perabot dan peralatan yang seharusnya ada dalam suatu perpustakaan antara lain; meja sirkulasi, rak penitipan (locker), rak buku, rak majalah, rak surat kabar, meja baca dan kursi, meja belajar (study carrel), rak atlas, rak kamus, kabinet catalog, papan pengumuman/papan panjang, perlengkapan pengolahan
e) Kapasitas Ruang perpustakaan harus disesuaikan dengan jumlah koleksi, peralatan, dan jumlah siswa pemakai serta unit kerja dan staf yang ada pada perpustakaan sekolah
Fasilitas adalah segala sesuatu, baik itu benda bergerak maupun tidak bergerak yang dapat memberikan pengaruh atau menunjang suatu kegiatan. Jadi fasilitas yang dimaksud dalam kegiatan penyelenggaraan perpustakaan sekolah adalah segala sesuatu atau sarana prasarana yang dapat memberikan pengaruh, baik itu secara langsung
maupun
penyelenggaraannya.
tidak
langsung
Adapun
fasilitas
dalam yang
kelangsungan menunjang
penyelenggaraan perpustakaan sekolah antara lain gedung atau bangunan, lokasi atau posisi letak gedung yang strategis, situasi internal dan eksternal perpustakaan yang kondusif, peralatan dan perabotan penunjang kegiatan, dan kapasitas orang dalam ruangan. 2) Koleksi Perpustakaan Yang dimaksud dengan koleksi perpustakaan sekolah adalah sejumlah bahan atau sumber-sumber informasi, baik berupa buku ataupun bukan buku yang dikelola untuk kepentingan proses belajar dan mengajar di sekolah yang bersangkutan.21
21
Pawit M. Yusuf, Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah, …, h. 9
Secara fisik, jenis koleksi yang diperlukan untuk sebuah perpustakaan sekolah bisa dikelompokkan ke dalam kategori buku dan non buku serta koleksi bahan pandang dengar. a) Koleksi Buku (1) Buku Fiksi Buku fiksi adalah buku yang ditulis bukan berdasarkan fakta atau kenyataan, buku tersebut ditulis berdasarkan kehendak dan khayalan sang pengarang. Contoh buku fiksi antara lain cerita Malin Kundang, Purbasari Purbararang, Sangkuriang dan Dayang Sumbi, dan sebagainya. (2) Buku Non-Fiksi Buku
nonfiksi
adalah
buku-buku
yang
ditulis
berdasarkan fakta atau kenyataan alam dan budaya sekitar kita. Contoh buku non-fiksi antara lain: buku teks atau buku pelajaran, buku teks pelengkap, buku penunjang, buku referensi
atau
buku
rujukan
diantaranya:
kamus,
ensiklopedi, buku tahunan, buku pedoman, buku petunjuk, direktori, almanak, bibliografi, indeks, abstrak, atlas, dokumen pemerintah. (3) Komik (Buku Cerita Bergambar)
b) Koleksi Non-Buku Yang dimaksud koleksi bukan buku adalah bahan atau koleksi yang masih dalam bentuk cetakan, namun bukan berupa buku. Contoh koleksi non-buku antara lain: terbitan berkala (majalah dan surat kabar), pamphlet, brosur, guntingan surat kabar, gambar atau lukisan, globe, dan koleksi bahan bukan buku lainnya.
c) Koleksi Bahan Pandang Dengar
Yang dimaksud dengan koleksi bahan pandang dengar adalah koleksi perpustakaan yang dibuat atas hasil teknologi elektronik, bukan hasil dari cetakan dari kertas. Contoh koleksi bahan pandang dengar antara lain film suara, kaset video, tape recorder, slide suara.
Secara umum, pengembangan koleksi perpustakaan perlu merujuk pada prinsip-prinsip pengembangan koleksi, yaitu: a) Relevansi Artinya, aktivitas pemilihan dan pengadaan terkait dengan program-progran pendidikan yang disesuaikan dengan kurikulum yang ada. Berorientasi kepada pemakai. Dengan demikian kepentingan pengguna menjadi acuan dalam pemilihan dan pengadaan bahan pustaka b) Kelengkapan Koleksi perpustakaan diusahakan tidak hanya terdiri dari buku teks yang langsung dipakai untuk mata pelajaran yang diberikan tetapi juga menyangkut bidang ilmu yang berkaitan erat dengan program yang ada di dalam kurikulum. Semua komponen koleksi mendapatkan perhatian yang wajar sesuai dengan tingkat prioritas yang ditentukan. c) Kemutakhiran Disamping memperhatikan masalah kelengkapan, kemutakhiran sumber informasi harus diupayakan sesuai dengan ilmu pengetahuan. Kemutakhiran bahan pustaka dapat dilihat dari tahun terbit. Jika bahan pustaka diterbitkan pada tahun terakhir, maka dilihat dari kemutakhiran, dapat dikatakan mutakhir. d) Kerjasama Unsur-unsur yang terkait dalam pembinaan koleksi harus ada kerjasama yang baik dan harmonis sehingga pelaksanaan kegiatan pembinaan koleksi berjalan efektif dan efisien. Kerjasama ini melibatkan semua komponen yang terlibat dalam pembinaan koleksi seperti kepala perpustakaan, petugas perpustakaan atau pustakawan, guru serta pihak yang mengadakan pembelian.22 Mengacu pada penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa koleksi 22
merupakan
salah
satu
hal
yang
integral
Darmono, Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah, …, h. 49-50
dalam
penyelenggaraan perpustakaan sekolah. Koleksi atau bahan-bahan pustaka
yang
terdapat
pada
perpustakaan
harus
mampu
memfasilitasi pembelajaran siswa di sekolah yang bersangkutan. Secara singkat, dapat dikatakan bahwa tanpa adanya koleksi atau bahan referensi, perpustakaan sekolah tidak akan dapat berjalan secara efektif dalam memfasilitasi pembelajaran di sekolah.
3) Anggaran Perpustakaan “Anggaran
adalah
unsur
utama
untuk
menjalankan
perpustakaan, tanpa anggaran perpustakaan tidak mungkin dapat berjalan dengan sempurna meskipun sistemnya bagus dan pustakawannya bermutu”.23 Setiap perpustakaan harus membuat rencana anggaran dan mengajukannya kepada lembaga induknya, atau lembaga lain yang berkewajiban memberi anggaran kepada perpustakaan. Rincian penggunaan anggaran perpustakaan pada umumnya dikelompokkan dalam beberapa bagian, seperti: a) Operasional perpustakaan seperti pembayaran telpon, listrik, air b) Pengadaan alat kantor c) Pengadaan dan pengolahan bahan pustaka d) Pemeliharaan bahan pustaka e) Penyebaran informasi f) Penyebaran dan promosi jasa perpustakaan g) Perjalanan dinas h) Perbaikan dan perawatan gedung i) Perbaikan dan perawatan alat.24 Pengorganisasian (Organizing) Fungsi manajemen yang terpenting kedua adalah organizing atau pengorganisasian. Dalam suatu instansi atau lembaga perlu adanya struktur organisasi yang jelas. Dengan adanya struktur yang jelas, semua anggota mengetahui kedudukan dan tanggungjawab masingmasing. 23
Darmono, Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manjemen dan Tata Kerja, (Jakarta: Grasindo, 2007), Cet. 1, h. 45 24 Darmono, Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manjemen dan Tata Kerja, …, h. 46
“Pengorganisasian berasal dari kata “organisasi”, yang artinya secara umum adalah perkumpulan dari manusia yang tergabung dalam suatu wadah dengan maksud untuk mencapai tujuan bersama yang telah digariskan sebelumnya”.25 Setiap perpustakaan, baik kecil maupun besar perlu diatur dan ditata dengan baik sehingga pelaksanaan kegiatan kerjanya dapat berjalan
dengan
efektif
dan
efisien.
Dan
secara
singkat,
pengorganisasian di perpustakaan ada 3 macam, yaitu: 1) Division of work atau pembagian kerja 2) Determination of source of authority atau penentuan sumber kewenangan yang akan menentukan tangungjawab 3) “Establishment” of the elartionships positions and units to facilitate hormonius teamwork, yaitu menciptakan tata hubungan kerja antara jabatan-jabatan dan unit-unit agar dapat berkembang kerja tim yang harmonis.26 Kegiatan pengorganisasian dalam penyelenggaraan perpustakaan sekolah salah satunya adalah pengaturan pelayanan perpustakaan. Pelayanan merupakan bentuk kegiatan yang berkaitan dengan pemanfaatan jasa atau penggunaan koleksi perpustakaan untuk kepentingan pemakai, tidak dapat dikatakan perpustakaan jika tidak ada unsur pelayanan. Dilihat dari sifatnya, pelayanan perpustakaan bisa dikelompokkan ke dalam kategori pelayanan langsung dan pelayanan tak langsung.27
1) Pelayanan Langsung Pelayanan langsung adalah bentuk pemberian pelayanan secara langsung oleh petugas perpustakaan kepada penggunanya. Yang termasuk pelayanan langsung adalah: a) Pelayanan peminjaman koleksi
25
Darmono, Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah, …, h. 22 Sutarno NS, Perpustakaan dan Masyarakat, …, h. 83 27 Pawit M. Yusuf, Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah, …, h. 69 26
Bentuk pelayanan ini disebut juga sebagai pelayanan sirkulasi,
artinya
perputaran
koleksi;
dipinjam
keluar,
dikembalikan, dipinjam ke luar lagi, kemudian dikembalikan lagi, dan seterusnya.28 b) Pelayanan referensi dan informasi Untuk perpustakaan sekolah, bentuk pelayanan referensi belum begitu tampak kegiatannya, meskipun sebenarnya ada. Yang termasuk jenis pelayanan referensi di perpustakaan sekolah
misalnya
berupa
pertanyaan
dengan
masalah
pendidikan dan informasi yang disediakan oleh perpustakaan. c) Pelayanan bimbingan kepada pengguna/pembaca Pelayanan ini meliputi kegiatan petugas perpustakaan dalam rangka membantu para siswa untuk mendayagunakan semua koleksi yang dimiliki perpustakaan.
2) Pelayanan Tak Langsung Pelayanan perpustakaan yang sifatnya tidak langsung adalah bentuk kegiatan yang tidak secara langsung memberikan hasil seketika. Pada pelayanan ini petugas perpustakaan lebih banyak bergerak pada usaha menumbuhkembangkan adanya pengertian terhadap fungsi dan peranan perpustakaan dalam meningkatkan hasil belajar. Yang menjadi sasaran pelayanan tak langsung adalah: a) Para siswa yang belum datang menggunakan fasilitas yang disediakan oleh perpustakaan b) Para siswa yang sudah datang ke perpustakaan dan mereka sudah menggunakan segala fasilitas yang disediakan oleh perpustakaan.
28
Pawit M. Yusuf, Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah, …, h. 70
Secara lebih luas, bentuk pelayanan tak langsung bisa dengan cara melakukan kegiatan pengadaan koleksi secara terus menerus, melakukan kerjasama pelayanan dengan perpustakaan lain, mengerjakan kerjasama dengan para guru dan kepala sekolah, melakukan kegiatan pembinaan minat baca dan pelaksanaan kegiatan promosi perpustakaan.29
Pengaturan Staf (Staffing) Staffing atau pengaturan staf adalah kegiatan pengaturan, pemantauan, dan pembinaan staf sesuai tugas dan tanggungjawab yang diberikan berdasarkan kemampuan dan bidang keterampilan yang dimiliki. Staf dalam bidang perpustakaan adalah seseorang yang mengelola dan bertanggungjawab atas perpustakaan, dan dalam hal ini staf tersebut biasa disebut sebagai pustakawan. Salah satu faktor penting dalam penyelenggaraan perpustakaan adalah pustakawan. Karena agar dapat memberikan layanan yang baik dan sesuai dengan fungsinya, perpustakaan memerlukan tenaga yang memadai, baik dari jumlah maupun kualitas yang harus dimilikinya. Seperti yang dikutip oleh Sudarnoto Abdul Hakim berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh Marlene Asselin dalam bukunya yang berjudul Achieving Information Literacy: Standard For School Library Program In
Canada,
berkenaan dengan pentingnya
pegawai
perpustakaan menunjukkan bahwa siswa pada sekolah yang di dalamnya dilengkapi perpustakaan dan pegawai perpustakaan yang memenuhi kualifikasi yang dibutuhkan sangat membantu para siswa dalam pencapaian hasil belajar terutama pada aspek pemahaman bacaan (reading comprehensif) dan kemampuan dasar penelitian.30
29
Pawit M. Yusuf, Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah, …, h. 83 Sudarnoto Abdul Hakim, Perpustakaan dan Pendidikan: Pemetaan Peran Serta Perpustakaan dalam Proses Belajar, (Jakarta: Fakultas Adab dan Humaniora UIN Jakarta, 2007), h. 103 30
Dari pendapat yang demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa pengelola perpustakaan sekolah adalah harus seorang pustakawan, karena seorang pustakawan akan menguasai teknik mengelola perpustakaan dan mampu mengintegrasikan kurikulum sekolah dengan kegiatan perpustakaan.
Penggerakan (Actuating) Penggerakan adalah kegiatan lanjutan dari perencanaan yang telah dibuat dan disepakati. Dalam kegiatan ini, seluruh aspek yang telah direncanakan dan disepakati, mulai dilaksanakan agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Penggerakan dilaksanakan oleh seluruh sumber daya yang telah ditetapkan dan menjadi penunjang kegiatan yang ingin dilakukan, dan seluruunya harus dilaksanakan dengan terstruktur dan bersinergi.
Pengendalian (Controlling) Pengontrolan adalah kegiatan meneliti dan mengawasi agar semua tugas dan pekerjaan dilakukan sesuai dengan peraturan yang ada. Pustakawan sekolah harus menyadari pentingnya kontrol di suatu organisasi, termasuk perpustakaan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aspek kontrol di perpustakaan sekolah diantaranya adalah: 1) Selalu menyadari tujuan yang sedang dilaksanakan 2) Menghindari kegiatan yang tidak efisien, misalnya dalam sistem pemilihan perangkat keras 3) Evaluasi terhadap pelayanan yang telah dilakukan, misalnya apakah guru telah diberi pelayanan dengan baik dan apakah mereka dapat memperoleh bahan atau informasi sesuai dengan yang dikehendaki.31
31
Soelistia, Materi Pokok Manajemen Perpustakaan Sekolah, …, h. 31-32
Revitalisasi Kata revitalisasi berasal dari kata dasar “vital” yang artinya “sangat penting”.32 Secara lengkap, “revitalisasi adalah proses, cara, perbuatan menghidupkan atau menggiatkan kembali”.33 Pendapat lain, “revitalisasi adalah upaya atau usaha untuk memvitalkan, menjadikan vital (hidup, bersemangat)”.34
Sedangkan
dalam
Tesaurus
Bahasa
Indonesia,
“revitalisasi adalah pembaruan, penyegaran, peremajaan, reaktualisasi, renovasi”.35
Tidak berbeda dengan redaksi dari Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia juga memberikan pengertian yang
sama,
yaitu
“revitalisasi
adalah
proses,
cara,
perbuatan
menghidupkan atau menggiatkan kembali”.36 Berdasarkan
definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan,
revitalisasi adalah suatu upaya atau usaha untuk mendayagunakan, mengaktualisasikan,
mengaktifkan
kembali,
meremajakan
kembali,
menghidupkan kembali sesuatu agar dapat berjalan efektif dan dapat dimanfaatkan. Mengacu pada pengertian revitalisasi di atas, maka revitalisasi manajemen perpustakaan sekolah adalah usaha yang dilakukan agar perpustakaan sekolah dapat memegang perannya sebagaimana mestinya, dan usaha-usaha tersebut harus diawali melalui kegiatan-kegiatan manajemen yang menyangkut perencanaan dan pelaksanaan peremajaan fasilitas operasional perpustakaan, koleksi perpustakaan, pelayanan perpustakaan, profesionalisme tenaga pengelola perpustakaan, termasuk juga upaya-upaya yang dilakukan kepala sekolah, para guru dan tenaga pengelola perpustakaan dalam memobilisasi siswa agar mau mendayaguna perpustakaan sekolah sebagai salah satu sumber belajar dan informasi. 32
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 1262 33 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, …, h. 954 34 J. S. Badudu, Kamus Kata-Kata Serapan Asing, (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2003), h. 306 35 Eko Endarmoko, Tesaurus Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2006), h. 527 36 Frista Artmanda, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jombang: Lintas Media), h. 958
Berikut penjabaran revitalisasi manajemen perpustakaan sekolah: 1. Revitalisasi Fasilitas Perpustakaan Sekolah Fasilitas sebagai salah satu sarana penunjang dalam setiap kegiatan adalah hal yang mutlak ada dalam suatu kegiatan, dengan dilengkapi sarana prasarana yang menunjang, setiap kegiatan dimungkinkan dapat mencapai keefektifan tujuan. Begitu juga dalam kegiatan perpustakaan sekolah, fasilitas adalah salah satu hal yang dominan dalam penyelenggaraannya. Adapun hal-hal yang menjadi cakupan fasilitas perpustakaan sekolah antara lain, gedung atau bangunan tempat penyelenggaraan kegiatan perpustakaan, lokasi atau posisi tempat kegiatan perpustakaan, situasi, perabot dan peralatan operasional perpustakaan sekolah, dan kapasitas atau daya tampung pengunjung dalam ruang perpustakaan. Revitalisasi fasilitas perpustakaan sekolah adalah
kegiatan
mengaktifkan, menghidupkan, mendayaguna atau memfungsikan kembali fasilitas perpustakaan sekolah agar dapat bermanfaat sebagaimana mestinya dalam mendukung kegiatan kepustakaan. Kegiatan revitalisasi fasilitas perpustakaan sekolah itu sendiri dapat dilakukan diantaranya dengan cara: a. Melakukan perbaikan manajemen perpustakaan sekolah dengan selalu mengikutsertakan seluruh warga sekolah dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan perpustakaan, terlebih pihak-pihak yang terkait dengan kegiatan perpustakaan, yaitu tenaga pengelola perpustakaan sekolah. b. Selalu melaksanakan evaluasi berkesinambungan mengenai segala fasilitas pendukung kegiatan perpustakaan sekolah yang mungkin harus ditambah atau justru dihapuskan terkait dengan kegiatan tersebut. c. Mengkondisikan segala fasilitas baik itu gedung, perabot dan peralatan, situasi atau keadaan, kebersihan, layout, posisi atau letak kegiatan perpustakaan sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku
dan memberikan kemudahan serta kenyamanan bagi pengunjung. Seperti mengkondisikan atau memposisikan letak penyelenggaraan kegiatan perpustakaan sekolah pada center atau pusat kegiatan pendidikan
agar
memudahkan
siswa
dalam
mencapainya.
Melakukan penataan layout seefektif dan seefisien mungkin agar tidak terjadi kemubaziran atau justru kekurangan tempat untuk meletakkan perabot dan peralatan. Selalu menjaga kebersihan dan ketenangan ruang perpustakaan agar selalu tercipta suasana belajar yang kondusif dan nyaman.
2. Revitalisasi Koleksi Perpustakaan Sekolah Koleksi adalah paru-paru dari sebuah perpustakaan. Tanpa adanya koleksi atau sumber bacaan dan referensi, maka suatu perpustakaan dapat dikatakan tidak memiliki daya guna. Perpustakaan dengan koleksi yang minim dan tidak dapat menjawab kebutuhan akan informasi dan pengetahuan pun adalah nihil atau dapat dikatakan tidak bernyawa. Dalam penyelenggaraan perpustakaan, seluruh komponen perpustakaan adalah suatu keharusan yang harus ada dan berfungsi, karena jika ada satu saja yang tidak menjalankan fungsinya dan tidak mampu bersinergi, maka sistem tersebut tidak akan dapat berjalan dengan sempurna dan efektif. Revitalisasi
koleksi
perpustakaan
sekolah
adalah
kegiatan
menggiatkan kembali, mengaktifkan kembali, atau meremajakan kembali koleksi perpustakaan sekolah agar dapat berguna dan dimanfaatkan oleh siswa dalam rangka mendukung efektifitas pembelajaran di dalam kelas yang lebih lanjutnya untuk mewujudkan tujuan pendidikan secara umum, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam setiap kegiatan, hal pertama yang harus dilakukan agar suatu kegiatan dapat berjalan dengan baik dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan adalah dengan membuat perencanaan dengan
menyusun langkah-langkah jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang, termasuk juga dalam kegiatan revitalisasi koleksi perpustakaan sekolah. Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh pihak sekolah dalam revitalisasi koleksi perpustakaan sekolah antara lain: a. Perencanaan Koleksi Perencanaan kebutuhan akan koleksi perpustakaan sekolah dapat dilakukan berdasarkan rekomendasi dari para guru mengenai buku atau sumber referensi dan informasi apa saja yang dibutuhkan siswa dalam pembelajaran di kelas. Perencanaan kebutuhan ini harus selalu dilakukan seiring dengan perkembangan kurikulum dan kebutuhan pembelajaran agar siswa selalu dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam kegiatan ini, kepala sekolah, para guru dan tenaga pengelola perpustakaan sama-sama memiliki kebutuhan
tanggungjawab, akan
koleksi
karena
tujuan
perpustakaan
dari
perencanaan
adalah
pemenuhan
kebutuhan akan ilmu pengetahuan yang harus dimiliki oleh siswa sebagai generasi muda b. Pengadaan Koleksi Pengadaan koleksi dapat dilakukan setelah pihak sekolah mengetahui koleksi atau sumber informasi apa saja yang harus terdapat dalam perpustakaan sekolah yang mungkin dimanfaatkan dan menunjang pengetahuan siswa. Dalam hal pengadaan, pihak sekolah dapat melakukannya dengan beberapa cara, diantaranya pembelian, menjalin kerjasama dengan para penerbit buku dan swadaya, baik itu swadaya atau bantuan/pemberian dari orang lain ataupun subsidi pemerintah, termasuk juga dapat melakukannya dengan digital atau internet online. Pembelian yang dilakukan sendiri dapat dilakukan dengan mengganggarkan sebagian dana dari Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS) untuk kegiatan
perpustakaan yang kemudian dialokasikan lagi pada hal koleksi. Adapun dana yang dapat dialokasikan pada penyelenggaraan perpustakaan sekolah adalah 5 % dari anggaran belanja operasional sekolah, berikut penjelasan mengenai pendanaan perpustakaan sekolah, “Sekolah/Madrasah mengalokasikan dana paling sedikit 5 % dari anggaran belanja operasional sekolah/madrasah atau belanja barang di luar belanja pegawai dan belanja modal untuk pengembangan perpustakaan”.37 Pemerintah sebagai pengatur kegiatan publik merupakan salah satu pihak yang juga harus bertanggungjawab atas keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, segala bentuk perhatian pemerintah harus juga diberikan kepada semua pihak, tidak terkecuali pada sektor pendidikan. Subsidi pemerintah kepada sekolah-sekolah berupa buku bacaan sebagai salah satu sumber informasi bagi siswa dalam belajar adalah suatu hal yang wajar dilakukan, dan tentunya dengan didukung hubungan dan kerjasama yang baik antara pihak sekolah dengan pemerintah daerah dan pusat. Menjalin kerjasama dengan penerbit buku adalah salah satu alternatif yang baik dan biasa terjadi dalam kegiatan perpustakaan, selain sebagai rekanan atau subsider, kerjasama ini juga akan menambah pengetahuan bagi pihak perpustakaan terhadap kemajuan dan perkembangan informasi serta kurikulum, c. Evaluasi Koleksi Perpustakaan Evaluasi adalah kegiatan yang harus dilakukan dalam setiap kegiatan agar dapat diketahui sejauh mana dan seefektif apa kegiatan yang dilaksanakan tersebut mencapai tujuannya. Evaluasi koleksi
perpustakaan
sekolah
yang
dilakukan
secara
berkesinambungan akan dapat mengetahui hal-hal apa saja yang
37
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan Bab VII Pasal 23 Ayat 6, …
masih kurang dan harus diperbaiki agar kegiatan perpustakaan dapat mencapai efektifitasnya. d. Peremajaan Berkesinambungan Setelah dilakukan evaluasi, maka akan diketahui apa saja yang masih harus mendapat perhatian lebih, dengan demikian dapat dikonsentrasikan pada hal-hal tersebut. Peremajaan koleksi perpustakaan secara berkesinambungan juga dilakukan setelah selalu dilaksanakan evaluasi. Setelah mengevaluasi, maka akan diketahui koleksi apa saja yang sudah tidak relevan dengan kurikulum dan pembelajaran, atau koleksi apa saja yang harus ditambahkan kuantitasnya agar seluruh siswa dapat melakukan peminjaman tanpa menunggu giliran terlalu lama, dan kegiatan peremajaan ini dapat dilakukan minimal satu tahun sekali, yaitu diawal tahun pembelajaran baru. Dengan demikian, siswa sebagai user akan merasa terfasilitasi oleh perpustakaan sekolah yang ada di sekolahnya.
3. Revitalisasi Pelayanan Perpustakaan Sekolah Revitalisasi pelayanan perpustakaan sekolah adalah usaha atau kegiatan mengaktifkan kembali, menghidupkan kembali, menggiatkan kembali segala bentuk pelayanan dalam kegiatan perpustakaan sekolah, seperti pelayanan sirkulasi dan pengaturan koleksi. Dalam revitalisasi pelayanan perpustakaan sekolah, berarti pihak sekolah atau lebih khususnya perpustakaan sekolah harus dapat memberikan pelayanan sirkulasi secara ideal, yaitu memberlakukan penggunaan kartu anggota dan sistem pelayanan dengan menggunakan komputer atau buku besar peminjaman (manual) agar kuantitas koleksi perpustakaan dapat terjaga. Sedangkan dalam hal pengaturan buku, penggunaan katalog yang sesuai dengan sistem pengkatalogan buku di Indonesia juga akan sangat membantu
siswa dan user lain dalam pemanfaataan
perpustakaan sekolah. Pengaturan buku yang disesuaikan dengan tema dan katalog serta menempatkan buku dan koleksi lain sesuai dengan tempatnya, juga meniadakan koleksi yang dirasa tidak perlu dan cukup mengganggu, akan dapat memberikan kenyamanan bagi pengunjung dalam memanfaatkan perpustakaan sekolah serta mengefisiensikan kegiatan perpustakaan.
4. Revitalisasi Tenaga Pengelola Perpustakaan Sekolah Revitalisasi tenaga pengelola perpustakaan berarti mengaktifkan kembali, memvitalkan kembali atau memfungsikan tenaga pengelola perpustakaan sekolah agar dapat memberikan pelayanan kepada user agar pengunjung merasa dihargai dan selalu ingin mengunjungi perpustakaan
sekolah.
Kegiatan
revitalisasi
tenaga
pengelola
perpustakaan sekolah dapat dilakukan dengan menanamkan kesadaran kepada tenaga pengelola perpustakaan akan kewajiban dan tugasnya sebagai seseorang yang harus mampu memfasilitasi orang lain terkait dengan kegiatan kepustakaan. Revitalisasi tenaga pengelola perpustakaan sekolah juga dapat dilakukan apabila tenaga pengelola perpustakaan yang mengemban tugas di perpustakaan sekolah yang bersangkutan kurang memiliki profesionalisme dan kompetensi kepustakaan sehingga menghambat jalannya kegiatan kepustakaan. Adapun cara yang dilakukan agar tenaga pengelola perpustakaan dapat memiliki profesionalisme dan kompetensi kepustakaan adalah dengan memberikan pendidikan lebih lanjut mengenai kepustakaan, misalnya dengan menyekolahkan kembali pada bidang ilmu kepustakaan, atau mengikutkan tenaga pengelola perpustakaan pada pelatihan-pelatihan atau pendidikan nonformal lain mengenai kepustakaan.
5. Revitalisasi Tata Tertib Perpustakaan Sekolah Revitalisasi tata tertib perpustakaan adalah mengaktifkan kembali, membaharukan atau menghidupkan kembali tata tertib yang sudah ada agar tata tertib tersebut dapat berjalan sesuai dengan yang telah dibuat dan disepakati untuk menertibkan user dalam memanfaatkan perpustakaan sekolah. Revitalisasi tata tertib perpustakaan sekolah harus dilaksanakan manakala tata tertib tersebut dirasa sudah tidak berjalan sebagaimana mestinya. Revitalisasi tata tertib perpustakaan sekolah dapat dilakukan dengan mengaktifkan atau menggalakkan kembali tata tertib yang sudah ada dan dapat pula dengan menambah atau mengurangi point tata tertib karena adanya kebutuhan atau keterpaksaan.
6. Revitalisasi Kebijakan Kepala Sekolah Revitalisasi kebijakan kepala sekolah adalah mengaktifkan dan mengefektifkan setiap kebijakan yang telah dibuat oleh kepala sekolah bahkan yang telah dilaksanakan di sekolah, dan dalam hal ini kebijakan-kebijakan
yang
terkait
dengan
pembelajaran
dan
kepustakaan. Kebijakan kepala sekolah yang langsung terkait dengan kedua hal tersebut yang harus dilakukan revitalisasi misalnya kegiatan kunjungan siswa ke perpustakaan sekolah secara bergilir perkelas setiap minggunya atau biasa digunakan istilah “studi perpustakaan atau kunjungan baca perpustakaan”. Kegiataan ini adalah kegiatan positif yang dapat meningkatkan minat baca siswa di sekolah dan dapat meningkatkan kecintaan siswa terhadap perpustakaan serta dapat melatih siswa untuk selalu berusaha mencari informasi lebih lanjut melalui sumber-sumber belajar lain selain guru dan buku yang dimilikinya.
7. Upaya Kepala Sekolah, Para Guru dan Tenaga Pengelola Perpustakaan dalam Memobilisasi Siswa untuk Mendayaguna Perpustakaan Sekolah Kepala sekolah, para guru dan tenaga pengelola perpustakaan sekolah sebagai orang yang bertanggungjawab terhadap proses pembelajaran dan kegiatan perpustakaan harus dapat memberikan kontribusi terhadap kegiatan-kegiatan tersebut. Mereka, ketiga pihak tersebut harus dapat bekerjasama untuk menghidupkan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Kaitannya dengan perpustakaan, perpustakaan sebagai salah satu sumber belajar di sekolah harus mampu memfasilitasi pembelajaran siswa di sekolah. Oleh karena itu, ketiga pihak tersebut harus mampu memobilisasi siswa agar mau memanfaatkan salah satu sumber informasi tersebut. Upaya yang dapat dilakukan oleh pihak sekolah antara lain: a. Mewajibkan siswa untuk membaca koleksi dan memanfaatkan fasilitas lain yang ada di perpustakaan sekolah. b. Memberikan contoh yang baik dengan secara bergilir setiap harinya minimal dua (2) guru berada di perpustakaan walau sekedar menemani siswa membaca agar siswa lebih termotivasi. c. Sekurangnya sekali dalam satu (1) semester pihak perpustakaan sekolah bekerjasama dengan para guru dan kepala sekolah membuat lomba semacam lomba karya ilmiah yang harus diikuti oleh setiap kelas dalam rangka melatih daya kreatifitas dan daya berpikir siswa.
Efektifitas Pembelajaran Pengertian Efektifitas “Efektifitas” berasal dari kata “efek”, yang secara umum dapat kita artikan sebagai akibat atau pengaruh, dan kemudian berkembang menjadi “efektif” yang berarti tepat guna. Berikut beberapa pengertian mengenai “efektifitas” yang terdapat pada beberapa sumber informasi.
Dalam Tesaurus Bahasa Indonesia, kata efektif mempunyai arti “berhasil guna, efisien, mangkus, positif, praktis, ampuh, asian, berkhasiat, cespleng (cak), makbul (Ar), mandi (Jw), manjur, mempan, mengena, mujarab, mustajab, sakti, sehat, tokcer (cak)”.38 Sedangkan dalam Kamus Bahasa Melayu, efektifitas diartikan sebagai “ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, dsb); dapat membawa hasil (ttg usaha, tindakan, dsb); berhasil guna”.39
“Efektif adalah
mempunyai efek, pengaruh atau akibat, memberikan hasil yang memuaskan, memanfaatkan waktu dan cara dengan sebaik-baiknya: bekerja secara – sangat menguntungkan, berhasil guna, mangkus”.40 Pendapat lain yang juga masih terkait dengan efektifitas, “efektifitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan”.41
Sedangkan
Peter
Drucker
memberikan
definisi
sebagaimana yang dikutip oleh T. Hani Handoko, “efektifitas adalah melakukan pekerjaan dengan benar (doing the rights things)”.42 Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum efektifitas adalah ketercapaian suatu tujuan yang telah direncanakan sebelumnya, atau secara sederhana dapat dikatakan sebagai keefektifan.
Pengertian pembelajaran 1. Pengertian Belajar Belajar adalah istilah yang paling utama dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak akan pernah terjadi proses pendidikan. Dalam arti luas, belajar dapat diartikan sebagai “kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan 38
Eko Endarmoko, Tesaurus Bahasa Indonesia, …, h. 166-167 Tim Penyusun Kamus Bahasa Melayu Nusantara, Kamus Bahasa Melayu Nusantara, (Bandar Seri Begawan: Dewan Bahan dan Pustaka Brunei, 2003), h. 655 40 J. S. Badudu, Kamus Kata-Kata Serapan Asing, …, h. 75 41 T. Hani Handoko, Manajemen,, …, h. 7 42 T. Hani Handoko, Manajemen,, …, h. 7 39
pribadi seutuhnya”.43 Sedangkan dalam arti sempit, “belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang
merupakan
sebagian
kegiatan
menuju
terbentuknya
kepribadian seutuhnya.”44 “Belajar adalah usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.45 “Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing)”.46 Sedangkan menurut Wiltherington, sebagaimana dikutip oleh Nana Syaodih Sukmadinata, “belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan”.47 Menurut Howard L. Kingsley, sebagaimana dikutip oleh Syaiful Bahri Djumarah, “learning is the process by which behavior (in the broader sense) is originated or changed through practice or training. Belajar adalah proses di mana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.48 Oemar Hamalik juga memberikan definisi mengenai belajar, “belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan”.49
43 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), h. 20 44 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar,…, h. 20-21 45 Slameto, Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991), Cet Kedua, h. 2 46 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet.1, h. 36 47 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. Keempat, h. 155 48 Syaiful Bahri Djumarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 13 49 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), Cet. Keempat, h. 28
Berdasarkan pada beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku atau kecakapan manusia melalui interaksi antara individu dengan lingkungannya yang pada dasarnya untuk memperoleh suatu hal yang positif menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa, dan karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Jadi, secara singkat dapat dikatakan
bahwa
belajar
bukan
sekedar
mengumpulkan
pengetahuan, tetapi belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang sehingga menyebabkan munculnya perubahan tingkah laku, dan proses mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadarinya.
a. Pengertian Mengajar Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks, bukan hanya sekedar menyampaikan informasi dari guru kepada siswa, tetapi bagaimana siswa mampu dan memiliki minat terhadap pelajaran yang diajarkan. Berikut ini pendapat yang diungkapkan oleh Bohar Suharto (1997) sebagaimana dikutip oleh Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, “mengajar merupakan suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur (mengelola) lingkungan sehingga
tercipta
suasana
yang
sebaik-baiknya
dan
menghubungkannya dengan peserta didik sehingga terjadi proses belajar yang menyenangkan”.50 Moh. Uzer Usman memberikan definisi mengenai “mengajar” sebagai berikut: Mengajar pada prinsipnya adalah membimbing siswa dalam kegiatan belajar-mengajar atau mengandung pengertian bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan 50
Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar: Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, (Bandung: Refika Aditama, 2007), h. 7
anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar.51 Sedangkan Oemar Malik (1992) mendefinisikan, “mengajar sebagai proses menyampaikan pengetahuan dan kecakapan kepada siswa”.52 Sedangkan Davies (1971), sebagaimana dikutip oleh Pupuh Fathurrahman dan M. Sobry Sutikno, “mengajar adalah suatu aktivitas profesional yang memerlukan keterampilan tingkat tinggi dan menyangkut pengambilan keputusan”.53 Mengacu pada beberapa pendapat di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa mengajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang yang pada umumnya disebut sebagai guru terhadap siswa (sebagai objek belajar) dalam rangka membimbing siswa ke arah yang dikehendaki untuk mewujudkan tujuan pendidikan, dan proses yang dilakukan bukan sekedar transfer of knowledge, tetapi juga menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan menggairahkan minat siswa terhadap pelajaran.
c. Pembelajaran Perpaduan antara dua konsep antara belajar dan mengajar akan melahirkan konsep baru yang dikenal dengan proses belajar mengajar atau proses pembelajaran. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.54
51
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h.
6 52
Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar: Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, …, h. 7 53 Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar: Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, …, h. 7 54 Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bab I Tentang Ketentuan Umum, Pasal 1 Ayat 20, …
Wina Sanjaya memberikan deskripsi mengenai pembelajaran adalah sebagai berikut: Mengajar-belajar merupakan satu istilah yang memiliki satu makna yang tidak dapat dipisahkan. Mengajar adalah suatu aktivitas yang dapat membuat siswa belajar. Keterkaitan antara mengajar dan belajar diistilahkan Dewey sebagai “menjual dan membeli” , teaching is to learning as selling is to buying. Artinya, seseorang tidak mungkin akan menjual manakala tidak ada yang membeli, yang berarti tidak ada perbuatan mengajar manakala tidak membuat seseorang belajar. Dengan demikian, dalam istilah mengajar, juga terkandung proses belajar. Inilah makna pembelajaran. 55 Oemar Hamalik mengungkapkan bahwa “pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran”.56 Sedangkan E. Mulyasa
mendefinisikan
pembelajaran
sebagai
berikut,
“pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik”.57 Pembelajaran adalah proses menyampaikan ilmu pengetahuan kepada anak didik dan kegiatan membimbing kegiatan belajar anak didik sehingga terjadi perubahan tingkah laku dan kecakapan manusia melalui interaksi antar individu atau individu dengan lingkungannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses yang terjadi yang membuat seseorang atau sejumlah orang (peserta didik) melakukan proses belajar sesuai dengan rencana pengajaran yang telah diprogramkan baik itu yang sifatnya kognitif, afektif maupun
55
psikomotorik,
karena
pembelajaran
pada
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2008), h. 216 56 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran,…, h. 57 57 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, Implementasi, dan Inovasi, (bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. Kesembilan, h. 100
umumnya/biasanya terjadi dalam situasi formal yang secara sengaja diprogramkan dalam usahanya mentransformasikan ilmu yang diberikannya kepada peserta didik berdasarkan kurikulum dan tujuan yang hendak dicapai.
3. Efektifitas Pembelajaran Pembelajaran dapat dikatakan efektif apabila dalam proses pembelajaran siswa dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan tercapai tujuan pembelajaran sesuai dengan harapan. Sedangkan yang dimaksud dengan pelaksanaan pembelajaran efektif adalah mengajar sesuai prinsip, prosedur, dan design sehingga tercapai tujuan perubahan tingkah laku anak. Tolak ukur efektifitas pembelajaran adalah keberhasilan guru dalam menyampaikan pelajaran, atau dapat juga dikatakan dengan terpenuhinya target atas siswa dalam penyelesaian suatu program belajar dan mampu menunjukkannya melalui prestasi. Selain prestasi, hal lain yang juga menjadi salah satu tujuan pembelajaran adalah terbentuknya watak dan kepribadian yang bertanggungjawab pada diri siswa yang belajar. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa efektifitas pembelajaran adalah ketercapaian suatu tujuan pembelajaran yang telah direncanakan sebelumnya, baik itu pada ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Efektifitas pembelajaran dapat tercapai atas kerjasama kedua belah pihak, yaitu guru dan siswa sebagai pelakunya.
Kerangka Berpikir Setiap sekolah dimana pun, memang idealnya harus memiliki perpustakaan sekolah, karena perpustakaan sekolah adalah salah satu sumber belajar yang baik secara sadar maupun tidak sadar pasti bermanfaat keberadaannya. Perpustakaan sekolah akan tampak bermanfaat apabila benar-benar memperlancar pencapaian proses belajar mengajar sekolah. Indikasi manfaat tersebut tidak hanya berupa prestasi siswa, tetapi lebih jauh lagi, antara lain adalah siswa mampu mencari, menemukan, menyaring dan menilai informasi, siswa terbiasa belajar mandiri, terlatih ke arah tanggung jawab, selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kebutuhan akan ilmu pengetahuan pada saat ini untuk masa mendatang adalah salah satu tuntutan yang tidak dapat begitu saja ditapikkan. Dan kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat diperoleh apabila kita mau dan rajin untuk menggali informasi, dan itu dapat dilakukan sejak dini, katakanlah pada usia belajar aktif.
Perpustakaan sekolah adalah salah satu komponen pendidikan yang memiliki peranan sebagai sarana yang dapat membantu para peserta didik untuk memperluas cakrawala imajinasi, area-area investigasi (penyelidikan), dan sebagainya, maka perpustakaan harus mampu memfasilitasi siswa sekolah yang bersangkutan dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Agar perpustakaan mampu memfasilitasi siswa di sekolah yang berangkutan, maka perpustakaan sekolah harus diselenggarakan dengan menerapkan prinsip-prinsip manajerial dalam pengelolaannya. Dengan penyelenggaraan perpustakaan yang terprogram dan termanajemen, diharapkan perpustakaan dapat lebih berfungsi serta berdayaguna dalam penyelenggarannya di sekolah.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian Berdasarkan dari perumusan masalah yang terdapat pada bab I, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana peran perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat. 2. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan manajemen perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat di lihat dari sisi perencanaan penyelenggaraan perpustakaan yang meliputi penentuan akan fasilitas, koleksi dan anggaran perpustakaan sekolah; kemudian pengorganisasian yang terdiri dari pelayanan perpustakaan; pengaturan staff (staffing) atau tenaga pengelola perpustakaan; penggerakan (actuating) serta pengendalian (controlling) oleh kepala sekolah. 3. Untuk mengetahui bagaimana koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat. 4. Untuk mengetahui bagaimana minat siswa dalam memanfaatkan perpustakaan sekolah. 5. Untuk memperoleh gambaran efektifitas pembelajaran siswa SMA PGRI 56 Ciputat dengan adannya perpustakaan sekolah.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Adapun tempat atau lokasi penelitian yang akan menjadi objek penelitian dalam karya ilmiah ini adalah SMA PGRI 56 Ciputat, yang letak geografisnya berada pada Jalan Pendidikan No. 30 Ciputat Tangerang 15411.
2. Waktu penelitian Sedangkan waktu penelitian yang direncanakan adalah selama satu minggu pada bulan Agustus 2008, yaitu terhitung sejak tanggal 25 Agustus 2008 s/d 29 Agustus 2008 secara intensif.
C. Metode Penelitian Metode adalah cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian. Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penyelesaian penelitian ini, dan penulis menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Metode ini digunakan untuk mempelajari berbagai peristiwa yang terjadi pada objek yang akan diteliti. “Penelitian kualitatif adalah penelitian yang datanya adalah data kualitatif, umumnya dalam bentuk narasi dan gambar-gambar”.1 Sedangkan, “penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap obyek yang diteliti”.2 Pendekatan deskriptif ini bertujuan untuk membuat potret tentang suatu keadaan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat atau daerah tertentu.
D. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan dua macam penelitian, yaitu: 1. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Penelitian kepustakaan merupakan suatu metode penelitian data pada literatur-literatur yang sesuai dengan penulisan skripsi ini. Penulis mencoba mencari informasi melalui literatur-literatur yang terdapat pada perpustakaan dan sumber-sumber belajar lainnya untuk menunjang kelengkapan teori-teori yang diperlukan.
2. Penelitian Lapangan (field Research) 1
Rony Kountur, Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, (Jakarta: PPM, 2005),
h. 16 2
Rony Kountur, Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, (Jakarta: PPM, 2003), h. 105
Penelitian lapangan merupakan metode penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung ke objek penelitian, karena penelitian memerlukan data yang valid agar dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Untuk mengumpulkan data penelitian tersebut, penulis menggunakan beberapa teknik, yaitu: a. Observasi Observasi
adalah
kegiatan
mengadakan
pengamatan
dan
pencatatan secara sistematis terhadap kondisi objek (sekolah) yang akan diteliti, sehingga diperoleh data tentang pelaksanaan penelitian. Penulis akan menghimpun keterangan atau data dengan cara mengadakan pengamatan dan pencatatan secara langsung ke lapangan terhadap
fenomena-fenomena
yang
sedang
dijadikan
bahan
pengamatan. b. Wawancara Wawancara merupakan kegiatan interviuw yang dilakukan terhadap orang yang menjadi objek penelitian, dan pedoman wawancara yang digunakan adalah dengan metode semi struktural, yaitu menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang sudah terstruktur kemudian satu persatu diperdalam untuk memperoleh informasi yang lebih lanjut. Dalam hal ini, penulis menghimpun bahan-bahan atau keterangan-keterangan dengan melakukan tanya-jawab secara sepihak dengan beberapa orang guru selaku pelaku kegiatan pembelajaran dan staf perpustakaan guna melengkapi data-data yang diperoleh melalui observasi. c. Angket Angket merupakan suatu alat pengumpul informasi dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden. Cara penyebaran angket yang akan penulis lakukan adalah dengan membagikan angket yang berisi
pernyataan kepada responden yang ditemui langsung di lapangan, yaitu kepada siswa sebagai pengguna perpustakaan sekolah. d. Dokumentasi Dokumentasi adalah kegiatan pengumpulan data-data tertulis dan yang telah diabadikan, baik itu dalam bentuk portofolio ataupun fotofoto. Sehingga sebagai penguat dalam penyusunan dan penyampaian informasi
yang akan diberikan atau
disajikan oleh penulis.
Pengumpulan dokumen-dokumen yang penulis lakukan adalah dengan mencoba mencari dokumen mengenai kegiatan penyelenggaraan perpustakaan sekolah yang bersangkutan, salah satunya dengan menelaah sejarah berdirinya perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat.
E. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.3 Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA PGRI 56 Ciputat, yaitu yang terdiri dari siswa kelas X, XII, dan XII yang kurang lebih berjumlah 281 siswa.
2. Sampel Penelitian Sampel adalah sebagian atau wakil yang diteliti. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik penarikan sampel dengan cara purposive random sampling atau sampel bertujuan yang dilakukan dengan cara diacak. “Purposive sample merupakan cara pengambilan sampel dengan tujuan tertentu”.4 Teknik purposive random sampling dilakukan dengan cara
3 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), Cet. Kedua belas, h. 108 4 R. Sayidin Hilal, Sosiologi: dengan Pendekatan Tematik dan Induktif untuk Paket C, Buku Pendidikan Luar Sekolah, (Jakarta:PT Bintang Ilmu, 2005), h. 69
anggota-anggota sampel dipilih dengan cara diacak/dikocok/diundi sehingga sampel memiliki sifat-sifat yang dimiliki oleh populasi. Penerapan teknik penarikan sampel dalam penelitian ini, penulis melakukannya dengan cara mengundi kelas yang akan menjadi wakil pada setiap angkatannya, yaitu wakil dari siswa kelas X, XI, dan XII SMA PGRI 56 Ciputat. Kemudian, setelah didapat kelas yang mewakili angkatannya, barulah dilakukan pengundian kembali dengan menetapkan sampel 30 % dari masingmasing kelas tersebut sebagai wakil dari angkatannya. Setelah dilakukan seluruh tahap di atas, maka didapatkan hasil sebagai berikut: a. Yang menjadi wakil dari kelas X adalah kelas X3, yang mana jumlah siswa kelas X3 adalah sebanyak 35 siswa, jadi bila ditarik sampel 30 % dari jumlah siswa tersebut, maka akan didapatkan hasil 11 siswa. Dengan demikian, dapat disimpulkan sampel untuk kelas X SMA PGRI 56 Ciputat adalah sebanyak 11 orang yang berasal dari kelas X3. b. Yang menjadi wakil dari kelas XI adalah kelas XIIPS, yang mana jumlah siswa kelas XIIPS adalah sebanyak 39 siswa, jadi bila ditarik sampel 30 % dari jumlah siswa tersebut, maka akan didapatkan hasil 12 siswa. Dengan demikian, dapat disimpulkan sampel untuk kelas XI SMA PGRI 56 Ciputat adalah sebanyak 12 orang yang berasal dari kelas XIIPS. c. Yang menjadi wakil dari kelas XII adalah kelas XIIIPA, yang mana jumlah siswa kelas XIIIPA adalah sebanyak 42 siswa, jadi bila ditarik sampel 30 % dari jumlah siswa tersebut, maka akan didapatkan hasil 13 siswa. Dengan demikian, dapat disimpulkan sampel untuk kelas XII SMA PGRI 56 Ciputat adalah sebanyak 13 orang yang berasal dari kelas XIIIPA.
F. Instrumen Pengumpulan Data 1. Definisi Konseptual Penelitian Yang dimaksud dengan revitalisasi manajemen perpustakaan dalam mengefektifkan pembelajaran adalah bagaimana peran perpustakaan sekolah tersebut dapat memfasilitasi siswa dalam kegiatan pembelajaran agar siswa mampu mengikuti pelajaran dan dapat menunjukkannya salah satunya melalui prestasi belajar. Kemudian, kontribusi perpustakaan yang mana mempunyai misi memfasilitasi pembelajaran siswa di sekolah yang bersangkutan adalah dengan menjalankan teori dan prinsip-prinsip manajemen secara efektif dan efisien dalam penyelenggaraan perpustakaan sekolah tersebut agar fungsi dan peran yang semestinya diemban oleh sebuah perpustakaan dapat terlihat dan dirasakan manfaatnya.
2. Definisi Operasional Penelitian Revitalisasi
manajemen
perpustakaan
dalam
mengefektifkan
pembelajaran adalah usaha kepala sekolah, pengelola perpustakaan dan para guru untuk mendayagunakan perpustakaan sebagaimana perannya sebagai sarana penunjang pendidikan di sekolah. Oleh sebab itu, perpustakaan dalam perannya memfasilitasi pembelajaran harus memiliki manajemen yang terorganisir dalam penyelenggaraannya. Revitalisasi
manajemen
perpustakaan
dalam
mengefektifkan
pembelajaran antara lain mencakup: 1. Usaha kepala sekolah, tenaga pengelola perpustakaan beserta para guru dalam menanamkan minat baca siswa dan memobilisasi siswa dalam pemanfaatan perpustakaan sekolah. 2. Perencanaan kebutuhan, yaitu dengan cara penyediaan/pengadaan fasilitas dan koleksi perpustakaan 3. Pengorganisasian perpustakaan 4. Pengaturan staf atau tenaga pengelola perpustakaan
5. Kemampuan akademis dan kecakapan sosial siswa Untuk mewujudkan tujuan pendidikan, maka sekolah, atau dalam hal ini kepala sekolah bersama tenaga pengelola perpustakaan dan tentu saja bekerjasama dengan para guru harus dapat melaksanakan manajemen yang terorganisir dalam penyelenggaraan perpustakaan sekolah yang nantinya baik secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap kegiatan pembelajaran di sekolah.
G. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan angket. Wawancara dilaksanakan terhadap beberapa pihak yang terkait langsung dengan subyek penelitian. Sedangkan angket akan diisi oleh siswa sebagai pengunjung dan pengguna perpustakaan sekolah, yang mana tujuan dari penyebaran angket ini adalah untuk memperoleh data mengenai penyelenggaraan perpustakaan sekolah terkait dengan perannya sebagai salah satu sumber belajar di sekolah yang turut mendukung kegiatan pembelajaran dan tujuan pendidikan. Angket ini terdiri dari pernyataan-pernyataan yang memiliki empat alternatif jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Responden hanya akan diperkenankan untuk memilih salah satu dari empat alternatif jawaban yang tersedia sesuai dengan pendapat atau keadaan sebenarnya. Angket yang akan disebarkan akan disusun berdasarkan indikator-indikator yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Revitalisasi Manajemen Perpustakaan dalam Mengefektifkan Pembelajaran di SMA PGRI 56 Ciputat No. 1.
Butir Variabel
Revitalisasi Manajemen
Dimensi
1. Minat baca siswa
Indikator
- Minat siswa
baca
(+) 1,2,3
(-)
Juml ah
3
- Keingintahua n siswa akan pengetahuan
Perpustakaan
- Pemotivasian 2. Usaha - Meningkatkan Kepsek, kreatifitas pustakawan dan para guru siswa 3. Perencanaan kebutuhan
4. Pengorganisa sian perpustakaan
5. Pengaturan staff/tenaga pengelola perpustakaan 2.
Efektifitas Pembelajaran
1. Kemampuan akademis
2. Kecakapan sosial
- Fasilitas Perpustakaan (gedung, lokasi, situasi, perabot dan peralatan, dan kapasitas). - Koleksi Perpustakaan (koleksi buku, nonbuku, dan bahan pandang dengar)
4
1
5,6,7 8
3 1
10, 12, 14, 15
9, 11, 13
7
16, 17, 18, 19
20
5
21 - Pengaturan buku/koleksi 22 - Pelayanan perpustakaan - Peraturan dan 23, 24,25 kedisiplinan - Profesionalis me 27,28 - Pemberian layanan kepada siswa - Daya serap 29, terhadap 30,31 pelajaran - Prestasi/hasil 32, evaluasi 33,34 - Tingkah laku 35,36 dan kebiasaan - Kepribadian 37,38 - Skill 39
1 1 3
26
1 2
3
3
2
40
2 2
H. Teknik Analisa Data Dalam penelitian ini, analisis data yang dilakukan adalah analisis kualitatif yaitu, data yang telah dihimpun, diklasifikasikan kemudian dihubungkan antara yang satu dengan yang lain, untuk kemudian dianalisis dan diambil hasil dari analisa kemudian dideskriptifkan sebagai suatu hasil/kumpulan bahan pemikiran. Sementara itu data yang diperoleh melalui angket akan dianalisa melalui perhitungan frekuensi. Nilai-nilai yang diberi simbol skala perbandingan dari hasil penelitian, kemudian akan dideskriptifkan dalam bentuk kualitatif. Maka penulis mendistribusikan nilai prosentase yang diperoleh dengan cara frekuensi dibagi dengan responden dikalikan dengan 100 %, dengan rumus sebagai berikut: f
P
=
% Keterangan : P
: Prosentase Jawaban
f
: Frekuensi
N
: Jumlah Siswa/Responden
100 % : Bilangan Tetap
x 100
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Sekolah 1. Letak Geografis dan Sejarah Berdiri SMA PGRI 56 adalah salah satu sekolah lanjutan di Ciputat yang memang berusaha menjawab kebutuhan masyarakat sekitar akan pendidikan. Sekolah ini selalu mengupayakan masyarakat yang dalam segi ekonomi kurang atau keluarga yang berasal dari ekonomi menengah ke bawah untuk dapat mengenyam pendidikan SMA PGRI 56 Ciputat adalah sebuah sekolah swasta yang berdiri di atas sebidang tanah dengan luas 1500 m2 dengan luas bangunan 892 m2 yang berlokasi di Jalan Pendidikan No. 30 Ciputat 15411, dan nomor kontak SMA PGRI 56 Ciputat adalah 021. 7409808. Adapun alamat Email yang dapat dihubungi adalah:
[email protected] SMA PGRI 56 Ciputat memiliki letak geografis yang sangat strategis. Karena SMA PGRI 56 berada tidak jauh dari jalan raya utama Ciputat, dan hanya berjarak kurang lebih 500 m dari pusat pasar Ciputat. Sekolah ini berada pada kompleks persekolahan. Maksud dari kompleks persekolahan di sini adalah, SMA PGRI 56 Ciputat memang berdiri diantara sekolahsekolah lain, yaitu berada diantara 10 SD Negeri di Ciputat dan beberapa SMP dan SMU swasta, juga sebuah SMU Negeri di Ciputat. SMA PGRI 56 Ciputat berstastus swasta dengan SK pendirian No. 086/102.Kep/E’84 tanggal 16 Maret 1984. Dan kemudian memiliki nomor NSS 302300410004 dan NDS 3002040006. Sedangkan akreditasi yang telah “dikantongi” oleh SMA PGRI 56 Ciputat adalah “A”.
2. Visi dan Misi a. Visi Visi dari SMA PGRI 56 Ciputat adalah “Menjadikan SMA PGRI 56 Ciputat sebagai pusat pengembangan pendidikan, kebanggaan masyarakat yang menghasilkan kader-kader bangsa berkualitas yang unggul dalam IPTEK dan Imtaq”.
b. Misi SMA PGRI 56 Ciputat memiliki misi yang merupakan penjabaran dari visi yang telah dirumuskan, adapun misi SMA PGRI 56 Ciputat adalah: 1) Menyelenggarakan pendidikan umum yang bersifat nasional 2) Menghasilkan tamatan yang kompeten, terampil dan bermutu 3) Menghasilkan tamatan yang berguna bagi dirinya, bangsa dan negara 4) Menjadikan lembaga pendidikan yang berguna bagi masyarakat Ciputat dan sekitarnya 5) Menyelenggarakan pengembangan
pendidikan
potensi
siswa
yang
berorientasi
kepada
dalam
membentuk
manusia
seutuhnya.
3. Rekapitulasi Keadaan Siswa Siswa-siswi di sekolah ini pada tahun pelajaran 2008-2009 berjumlah 281 siswa yang dikelompokkan menjadi tujuh (7) rombongan belajar (rombel), dengan rincian tiga (3) rombel untuk kelas X, dua (2) rombel untuk kelas XI, dan dua (2) rombel untuk kelas XII. Untuk lebih jelasnya, dapat dilhat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2 Rekapitulasi Keadaan Siswa SMA PGRI 56 Ciputat Tahun Pelajaran 2008-2009
ÿÿÿs Wid ÿÿÿÿ clw Widt h18ÿ ÿ ÿÿÿÿ ÿÿÿÿ clÿÿ gfÿÿ lvÿÿt alcÿ ÿÿÿÿ ÿclbr drÿÿ brdrs No. 1. 2. 3.
Jenis Kelamin L P
Kelas
Jurusan
X1 20 X X2 26 X3 21 IPA 20 XI IPS 29 IPA 28 XII IPS 27 Jumlah (Σ) Siswa:
Jumlah
16 13 14 25 10 14 18
110 Siswa 84 Siswa 87 Siswa 281 Siswa
B. Deskripsi Data
Pada bab sebelumnya telah penulis kemukakan bahwa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini adalah dengan angket dan wawancara. Angket disusun berdasarkan pokok penelitian yang diteliti. Angket yang dibuat terdiri dari 40 pertanyaan, yaitu 4 item pertanyaan mengenai
minat baca siswa; 4 item pertanyaan mengenai usaha segenap pihak sekolah dalam memobilisasi siswa terhadap perpustakaan; 13 item pertanyaan mengenai perencanaan kebutuhan perpustakaan sekolah seperti fasilitas dan koleksi; 5 item pertanyaan mengenai pengorganisasin pepustakaan sekolah seperti pengaturan, pelayanan, dan peraturan perpustakaan; 3 item pertanyaan mengenai staf perpustakaan terkait dengan profesionalisme kerja; 12 item pertanyaan mengenai efektifitas pembelajaran seperti kemampuan akademis, prestasi dan kecakapan sosial siswa. Sedangkan wawancara disusun berdasarkan pada pokok materi penelitian, yaitu “Revitalisasi Manajemen Perpustakaan dalam Mengefektifkan Pembelajaran di SMA PGRI 56 Ciputat”. Terkait dengan materi penelitian tersebut, maka wawancara dilakukan terhadap kepala sekolah SMA PGRI 56 Ciputat selaku manager sekolah, tenaga pengelola perpustakaan
SMA PGRI 56 Ciputat, dan beberapa orang guru sebagai seseorang yang langsung berkenaan dengan siswa, kurikulum dan pembelajaran di sekolah. Setelah didapat data hasil wawancara, kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif kualitatif untuk mengolaborasi antara hasil pengamatan (observasi) dengan wawancara. Sedangkan hasil angket adalah data penguat dari hasil pengamatan penulis (observasi) dan wawancara terhadap pihak terkait. Adapun dokumentasi adalah alternatif terakhir yang penulis jadikan sebagai alat pengumpulan data dalam penelitian skripsi ini. Dokumentasi adalah pengumpulan data yang didapat dari sumber atau objek yang diteliti. Dalam penelitian ini, dokumentasi dapat penulis dapatkan dari warga sekolah, yaitu dari petugas TU, guru, dan wakil kepala sekolah.
C. Interpretasi Data dan Penyajian Hasil Penelitian Tanggungjawab pendidikan tidak terlepas dari peran pemerintah, masyarakat dan orang tua. Pendidikan sebagai investasi masa depan menjadi faktor penentu pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas. Sementara itu, untuk dapat menghadapi dunia global yang semakin menantang, kebutuhan akan informasi adalah salah satu jawaban yang harus dipenuhi. Perpustakaan sekolah sebagai salah satu sumber informasi atau sumber belajar pada hakikatnya mermiliki peran yang sangat penting dalam proses pendidikan dan pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan. Hal ini pun dikuatkan oleh pendapat Isjoni, “Perpustakaan sekolah merupakan salah satu jantung dan rohnya suatu lembaga pendidikan. Perpustakaan sebagai wadah dan sumber pembelajaran, karena perpustakaan sekolah sebagai salah satu sarana pendidikan dan penunjang pembelajaran, dan memegang peranan penting dalam memacu tercapainya tujuan pendidikan di
sekolah”.1 Berikut akan disajikan analisa dan interpretasi data serta penyajian hasil penelitian terkait dengan pentingnya keefektifan perpustakaan sekolah bila dikaitkan dengan pembelajaran.
1. Analisa dan Interpretasi Data
Siswa yang menjadi sampel penelitian ini berjumlah 36 orang siswa SMA PGRI 56 Ciputat, yang terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan, dan distribusi sampel penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan
Frekuensi (f) 20 Siswa 16 Siswa 36 Siswa
Persentase (%) 55.56 % 44.44 % 100 %
Σ
Informasi mengenai data responden dalam suatu penelitian sangatlah penting, karena dari data tersebut kita dapat mengetahui keterwakilan populasi yang sedang kita teliti, 1
Isjoni, Saatnya Pendidikan Kita Bangkit, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 16-17
sehingga kita dapat meminta kesimpulan umum tentang keadaan populasi yang bersangkutan. Tabel 4 Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Jenjang Kelas/Angkatan Angkatan/Kelas X → X3 XI → XIIPS XII → XIIIPA
Frekuensi (f) 11 Siswa 12 Siswa 13 Siswa 36 Siswa
Persentase (%) 30.56 % 33.33 % 36.11 % 100 %
Σ
Kesimpulan yang dapat diambil dari tabel 10 adalah bahwa responden yang terpilih dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Jenjang kelas X diwakili oleh kelas X3, dan yang mendapat kesempatan untuk menjadi sampel adalah sebanyak 11 siswa, yaitu 30 % dari seluruh populasi kelas X3. b. Jenjang kelas XI diwakili oleh kelas XIIPS, dan yang mendapat kesempatan untuk menjadi sampel adalah sebanyak 12 siswa,
yaitu 30 % dari seluruh populasi kelas XIIPS. c. Jenjang kelas XII diwakili oleh kelas XIIIPA, dan yang mendapat kesempatan untuk menjadi sampel adalah sebanyak 13 siswa, yaitu 30 % dari seluruh populasi kelas XIIIPA. Berdasarkan angket yang telah penulis sebarkan terhadap sampel pada objek yang telah dikehendaki, akhirnya diperoleh data sebagai berikut: a. Revitalisasi Manajemen Perpustakaan 1) Minat Baca Siswa Tabel 5 Kunjungan ke Perpustakaan Sekolah Alternatif f % No. Jawaban 1. Sangat 0 0% Sering Sering 6 16.67 % Jarang 26 72.22 %
Tidak Pernah Σ
4 36
11.11 % 100 %
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa atau lebih dari 50 % siswa SMA PGRI 56 Ciputat kurang tertarik untuk mengunjungi perpustakaan sekolah. Berbagai hal dapat menjadi alasan mengapa siswa terkesan enggan mengunjungi perpustakaan sekolah. Jika digambarkan dengan kalimat, tidak ada responden (0 %) yang menyatakan diri sangat sering mengunjungi perpustakaan sekolah, 6 (16.67 %) responden menjawab sering mengunjungi perpustakaan sekolah, 26 (72.22 %) responden jarang mengunjungi perpustakaan sekolah, dan 4 (11.11 %) responden menjawab tidak pernah mengunjungi perpustakaan sekolah.
Tabel 6 Membaca Buku di Perpustakaan Sekolah dengan Skala Minimal 30 Menit/Hari Alternatif f % No. Jawaban 2. Sangat 5 13.89 Setuju % Setuju 20 55.55 % Tidak Setuju 10 27.78 % Sangat Tidak 1 2.78 % Setuju Σ 36 100 % Tabel di atas menunjukkan bahwa 5 (13.89 %) responden memberikan jawaban sangat setuju dengan pernyataan bahwa mereka selalu membaca buku di perpustakaan setiap harinya minimal selama 30 menit. 20 (55.55 %) responden menjawab setuju, 10 (27.78 %) menjawab tidak setuju, dan hanya 1 (2.78 %) responden yang memberikan jawaban sangat tidak setuju.
Berdasarkan pada perolehan data diatas, maka dapat disimpulkan bahwa 25 (69.44 %) dari 36 (100 %) responden menyatakan diri selalu melakukan kegiatan membaca minimal 30 menit/hari di perpustakaan sekolah. Pada dasarnya dan seharusnya, membaca adalah hal yang menjadi kebutuhan bagi siapa pun khususnya orang yang sedang belajar. Seperti yang diungkapkan oleh kepala sekolah SMA PGRI 56 Ciputat, “membaca adalah kebutuhan manusia khususnya manusia yang sedang dalam belajar, dan membaca dapat dilakukan di mana saja. Khusus bagi siswa atau mahasiswa, perpustakaan adalah gudang ilmu, oleh sebab itu, saya kira tidak ada ruginya bila kita mengunjungi perpustakaan untuk sekedar membaca”.2 2
Drs. Asep Setiadi, Kepala sekolah SMA PGRI 56 Ciputat, Wawancara Pribadi: Kamis, 28 Agustus 2008
Tabel 7 Kegemaran Membaca Buku, Baik Buku Pelajaran ataupun Buku Karya Ilmiah lain yang dapat Menambah Wacana Pengetahuan Termasuk juga Novel atau Cerita Bergambar yang terdapat di Perpustakaan Sekolah No. 3.
Alternatif Jawaban Sangat Setuju Setuju
f
%
8
0
22.22 % 61.11 % 16.67 % 0%
22
Tidak Setuju
6
Sangat Tidak Setuju Σ
36
100 %
Tabel di atas menunjukkan bahwa kegemaran membaca buku, baik itu buku pelajaran ataupun buku karya ilmiah lain yang dapat menambah wacana pengetahuan termasuk juga novel atau cerita bergambar yang terdapat di perpustakaan sekolah dijawab sangat setuju oleh 8 (22.22 %) responden,
sedangkan sebagian besar responden atau 22 (61.11 %) responden menjawab setuju, 6 (16.67 %) merespon tidak setuju, dan tidak ada responden atau 0 (0 %) responden yang memberikan jawaban sangat tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa pada dasarnya siswa SMA PGRI 56 Ciputat cukup memiliki kegemaran membaca buku, karena dari 36 responden, 30 (83.33 %) responden memberikan respon positif terhadap pernyataan tersebut di atas. Tabel 8 Mencari Tahu Hal-Hal yang tidak Dimengerti dalam Pelajaran di Sekolah Melalui Membaca di Perpustakaan Sekolah No. Alternatif f % Jawaban 4. Sangat 7 19.44 Setuju % Setuju 23 63.89 % Tidak Setuju 5 13.89 %
Sangat Tidak Setuju Σ
1
2.78 %
36
100 %
Tabel di atas menunjukkan bahwa 7 (19.44 %) responden menjawab sangat setuju bahwa mereka selalu mencari tahu hal-hal yang tidak dimengerti dalam pelajaran di sekolah melalui membaca di perpustakaan sekolah, 23 (63.89 %) responden memberikan jawaban setuju, 5 (13.89 %) responden tidak setuju, dan hanya 1 (2.78 %) responden yang menyatakan diri sangat tidak setuju atas pernyataan tersebut. Ini berarti siswa SMA PGRI 56 Ciputat memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap segala informasi yang sedang berkembang, hal ini terlihat dari 30 (83.33 %) dari 36 (100 %) responden menyatakan diri setuju dengan pernyataan di atas.
2) Usaha Kepsek, Pustakawan, dan Guru Tabel 9 Pemberlakuan Jam Baca (Studi Perpustakaan) di Sekolah secara Bergilir Perkelas dalam Setiap Harinya Alternatif f % No. Jawaban 5. Sangat 7 19.44 Setuju % Setuju 19 52.78 % Tidak Setuju 8 22.22 % Sangat Tidak 2 5.55 % Setuju Σ 36 100 % Berdasarkan tabel di atas, 7 (19.44 %) responden memberikan jawaban sangat setuju atas pernyataan adanya pemberlakuan jam baca atau studi perpustakaan di sekolah secara bergilir dalam setiap harinya, 19 (52.78 %) responden menjawab setuju, 8 (22.22 %) memberikan respon tidak setuju, dan 2
(5.55 %) responden memberikan jawaban sangat tidak setuju. Seharusnya, setiap sekolah memberlakukan studi perpustakaan, selain agar perpustakaan sekolah dapat menjalankan peranannya secara efektif, kegiatan ini juga dapat meningkatkan minat baca siswa. SMA PGRI 56 Ciputat pernah melaksanakan kebijakan yang demikian, namun kebijakan tersebut tidak dapat berjalan secara efektif, dan diharapkan kebijkan positif tersebut dapat dijalankan kembali. Tabel 10 Pencanangan oleh Guru untuk Mencari Informasi Lebih Mendalam Mengenai Materi yang Telah atau akan Dipelajari di dalam Kelas Melalui Koleksi yang terdapat di Perpustakaan Sekolah No. Alternatif f % Jawaban 6. Sangat 6 16.67 Setuju %
Setuju
22
Tidak Setuju
7
Sangat Tidak Setuju Σ
1
61.11 % 19.44 % 2.78 %
36
100 %
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebanyak 6 (16.67 %) responden menjawab sangat setuju bahwa guru selalu mencanangkan untuk mencari informasi lebih mendalam mengenai materi yang telah atau akan dipelajari di dalam kelas melalui koleksi yang terdapat di perpustakaan sekolah, 22 (61.11%) responden memberikan jawaban setuju atas pernyataan tersebut, 7 (19.44 %) menyatakan tidak setuju, dan 1 (2.78 %) sangat tidak setuju. Para guru SMA PGRI 56 Ciputat memang cukup aktif meminta siswanya untuk “mencintai” perpustakaan sekolah dengan
memobilisasi siswa untuk selalu memperdalam materi pelajaran melalui koleksi yang terdapat di perpustakaan sekolah. Tabel 11 Salah Satu Upaya yang Dilakukan oleh Kepala Sekolah dan Guru untuk Menumbuhkan Minat Siswa Mengunjungi Perpustakaan Sekolah, yaitu dengan Mendampingi Siswa Belajar di Perpustakaan No.
Alternatif
f
%
Jawaban 7.
Sangat Setuju Setuju
2
5.56 %
17
Tidak Setuju
12
Sangat Tidak Setuju Σ
5
47.22 % 33.33 % 13.89 % 100 %
36
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat didefinisikan 2 (5.56 %) responden sangat setuju terhadap pernyataan bahwa
kepala sekolah atau guru di sekolah tersebut sering mendampingi para siswa untuk belajar di perpustakaan sebagai salah satu satu cara menumbuhkan minat siswa untuk mengunjungi perpustakaan. Sedangkan 17 (47.22 %) responden menjawab setuju, 12 (33.33 %) responden menyatakan tidak setuju, dan 5 (13.89 %) responden sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Tabel 12 Pengadaan Kegiatan Semacam Lomba Karya Ilmiah oleh Perpustakaan Sekolah No. Alternatif f % Jawaban 8. Sangat 9 25 % Setuju Setuju 20 55.56 % Tidak Setuju 4 11.11 % Sangat Tidak 3 8.33 % Setuju Σ 36 100 %
Dari tabel di atas, ternyata sebanyak 9 (25 %) responden menjawab sangat setuju bahwa perpustakaan sekolah sering melaksanakan atau mengadakan kegiatan semacam lomba karya ilmiah yang harus diikuti oleh setiap kelas pada setiap semester secara rutin. 20 ( 55.56 %) responden memberikan keterangan setuju, 4 (11.11 %) responden menyatakan tidak setuju, dan 3 (8.33 %) menyatakan sangat tidak setuju.
3) Perencanaan Kebutuhan Tabel 13 Letak atau Posisi Gedung Perpustakaan yang Kurang Strategis No. Alternatif f % Jawaban 9. Sangat 8 22.22 Setuju % Setuju 12 33.33 %
Tidak Setuju
14
Sangat Tidak Setuju Σ
2
38.39 % 5.56 %
36
100 %
Dari tabel di atas, dapat digambarkan bahwa 8 (22.22 %) responden memberikan jawaban sangat setuju dengan pernyataan bahwa letak atau posisi gedung perpustakaan sekolah memang tidak strategis, 12 (33.33 %) responden menjawab setuju, 14 (38.39 %) responden menjawab tidak setuju, dan 2 (5.56 %) responden sangat tidak setuju. Berdasarkan perolehan data di atas, dapat disimpulkan bahwa posisi perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat memang belum strategis dan belum memudahkan pengunjung untuk mengunjunginya karena idealnya gedung
perpustakaan seharusnya berada pada center atau pusat kegiatan. Tabel 14 Keadaan/Kondisi Gedung Perpustakaan Sekolah yang sudah Memenuhi Standar Kelayakan No. Alternatif f % Jawaban 10. Sangat 5 13.89 Setuju % Setuju 17 47.22 % Tidak Setuju 10 27.78 % Sangat Tidak 4 11.11 Setuju % Σ 36 100 % Tabel di atas menunjukkan bahwa respon responden terhadap kelayakan gedung perpustakaan sekolah sangat baik, hal ini terbukti dengan 5 (13.89 %) responden menyatakan sangat setuju dengan pernyataan tersebut, 17 (47.22 %) responden menjawab setuju, 10 (27.78 %)
responden memberikan pernyataan tidak setuju, dan 4 (11.11 %) responden menyatakan diri sangat tidak setuju. Sesuai juga dengan keadaan di lapangan, kondisi fisik gedung perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat memang sudah memenuhi standar dan dapat dikatakan layak. Tabel 15 Kurang Memadainya Fasilitas Perpustakaan No. Alternatif f % Jawaban 11. Sangat 8 22.22 Setuju % Setuju 21 58.33 % Tidak Setuju 5 13.89 % Sangat Tidak 2 5.56 % Setuju Σ 36 100 % Berdasarkan tabel di atas, 8 (22.22 %) responden memberikan jawaban sangat
setuju dengan pernyataan kurangnya memadainya fasilitas yang ditawarkan oleh perpustakaan sekolah, 21 (58.33 %) responden setuju, 5 (13.89 %) responden tidak setuju, dan 2 (5.56 %) responden sangat tidak setuju. Ini berarti fasilitas yang seharusnya terdapat dalam perpustakaan sekolah memang belum dapat memfasilitasi pengunjung, karena jika dilihat dari jawaban responden, 29 dari 36 responden menyatakan bahwa fasilitas perpustakaan sekolah belum memadai. Minimnya fasilitas yang diberikan oleh perpustakaan akan menyebabkan keengganan pengunjung untuk mengunjungi perpustakaan. Tabel 16 Penerangan (Cahaya Lampu) sudah Baik untuk Kegiatan Membaca No. Alternatif f % Jawaban
12.
Sangat Setuju Setuju
7 16
Tidak Setuju
11
Sangat Tidak Setuju Σ
2
19.44 % 44.44 % 30.56 % 5.56 %
36
100 %
Tabel di atas menunjukan bahwa respon responden terhadap penerangan (cahaya lampu untuk membaca) sudah baik dijawab sangat setuju oleh 7 (19.44) responden, 16 (44.44 %) responden menjawab setuju, 11 (30.56 %) responden menjawab tidak setuju, dan sisanya atau 2 (5.56 %) responden memberikan jawaban sangat tidak setuju. Berdasarkan data di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penerangan yang terdapat di perpustakaan sekolah sudah dapat dikatakan baik untuk kegiatan
membaca dan kegiatan lain di perpustakaan. Tabel 17 Keadaan Ruang Perpustakaan yang Relatif Sempit Alternatif f % No. Jawaban 13. Sangat 10 27.78 Setuju % Setuju 15 41.67 % Tidak Setuju 8 22.22 % Sangat Tidak 3 8.33 % Setuju Σ 36 100 % Pernyataan yang berisi mengenai perpustakaan yang luasnya relatif sempit sehingga tidak mampu menampung siswa dalam jumlah banyak direspon sangat setuju oleh 10 (27.78 %) responden, 15 (41.67 %) responden menjawab setuju, 8 (22.22 %) responden menjawab tidak
setuju, sedangkan 3 (8.33 %) responden menjawab sangat tidak setuju. Ini berarti bahwa ruang baca yang ada di perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat ini dirasa belum memberikan kenyamanan secara maksimal, karena sebagian besar responden menyatakan bahwa keadaan ruang perpustakaan relatif sempit sehingga kurang dapat menampung siswa dalam jumlah banyak. Tabel 18 Terjaganya Kebersihan dan Udara Segar di dalam Perpustakaan No. Alternatif f % Jawaban 14. Sangat 5 13.89 Setuju % Setuju 12 33.33 % Tidak Setuju 16 44.44 % Sangat Tidak 3 8.33 % Setuju Σ 36 100 %
Pernyataan yang berisi mengenai kebersihan dan udara segar dapat dirasakan atau didapatkan ketika berada di dalam perpustakaan sekolah direspon sangat setuju oleh 5 (13.89 %) responden, 12 (33.33 %) responden menjawab setuju, 16 (44.44 %) responden menjawab tidak setuju, sedangkan 3 (8.33 %) responden menjawab sangat tidak setuju. Ini berarti bahwa kebersihan dan sirkulasi udara yang terjadi dalam ruang perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat masih relatif baik, karena antara jawaban setuju dan tidak setuju atas pernyataan di atas berbanding sama, yaitu 50 % : 50 %. Akan tetapi dapat dipastikan bahwa ruangan yang senantiasa bersih dan memiliki sirkulasi udara yang baik dapat membuat orang
yang ada di dalam ruangan tersebut merasa nyaman dan senang. Tabel 19 Terciptanya Situasi yang Kondusif di dalam Perpustakaan Alternatif f % No. Jawaban 15. Sangat 5 11.11 Setuju % Setuju 24 66.67 % Tidak Setuju 6 16.67 % Sangat Tidak 2 5.56 % Setuju Σ 36 100 % Tabel di atas menunjukkan bahwa situasi yang kondusif dan menyenangkan untuk membaca dan belajar sangat didapatkan di perpustakaan sekolah direspon sangat setuju oleh 4 (11.11 %) reponden, 24 (66.67 %) responden merespon setuju, 6 (16.67 %) responden
menjawab tidak setuju, dan 2 (5.56 % ) responden menjawab sangat tidak setuju. Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa suasana belajar atau kegiatan perpustakaan di SMA PGRI 56 Ciputat sudah kondusif. Suasana kondusif memang dibutuhkan dalam kegiatan belajar, karena dengan suasana yang kondusif, hasil yang diharapkan dari belajar tersebut itu pun akan memuaskan. Tabel 20 Kelengkapan Koleksi Perpustakaan Sekolah No. Alternatif f % Jawaban 16. Sangat 4 11.11 Setuju % Setuju 12 33.33 % Tidak Setuju 17 47.22 % Sangat Tidak 3 8.33 % Setuju Σ 36 100 %
Berdasarkan jawaban reponden di atas, maka dapat digambarkan bahwa 4 (11.11 %) responden menjawab sangat setuju bahwa koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan sekolah sangat beraneka ragam, mulai dari koleksi yang berbentuk buku, non-buku, ataupun koleksi bahan pandang dengar. 12 (33.33 %) responden menjawab setuju, 17 (47.22 %) responden menjawab tidak setuju, dan 3 (8.33 %) responden memberikan jawaban sangat tidak setuju. Koleksi bagi sebuah perpustakaan adalah kunci utama bagi kelangsungan dan keefektifan kegiatan perpustakaan. Namun, kondisi yang didapat di SMA PGRI 56 Ciputat cukup memprihatinkan, berdasarkan data hasil angket terhadap 36 responden, 20 responden menyatakan bahwa koleksi yang dimiliki oleh
perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat tidak lengkap. Tabel 21 Kerelevanan Koleksi Buku dengan Kebutuhan Pembelajaran dan Kurikulum Alternatif f % No. Jawaban 17. Sangat 2 5.56 % Setuju Setuju 16 44.44 % Tidak Setuju 13 36.11 % Sangat Tidak 5 13.89 Setuju % Σ 36 100 % Tabel di atas menunjukkan bahwa sebanyak 2 (5.56 %) responden menjawab sangat setuju bahwa koleksi yang terdapat di perpustakaan sekolah sudah memadai dan sangat mendukung pembelajaran serta telah sesuai dengan kurikulum dan materi pelajaran di kelas. 16 (44.44 %) responden menjawab setuju,
13 (36.11 %) menjawab tidak setuju, 5 (13.89 %) responden menjawab sangat tidak setuju. Hal ini menunjukan bahwa memang antara koleksi dengan perkembangan ilmu pengetahuan itu harus sesuai, agar siswa/i pun tidak pernah ketinggalan ketika ada hal-hal baru dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Di SMA PGRI 56 Ciputat ini, koleksi yang ada sudah relatif cukup sesuai dengan ilmu pengetahuan yang ada, dan memang dalam hal ini perpustakaan harus selalu memperhatikan agar perpustakaan tidak pernah ketinggalan dengan perkembangan ilmu yang ada. Selain itu, mengingat salah satu peran perpustakaan sekolah adalah untuk memfasilitasi belajar siswa di sekolah, maka sudah semestinya jika perpustakaan sekolah
memiliki koleksi yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran. Tabel 22 Proses Pengadaan dan Pembelian Koleksi Perpustakaan Dilakukan Berkala Serta Disesuaikan dengan Kebutuhan Siswa dan Kurikulum Alternatif f % No. Jawaban 18. Sangat 4 11.11 Setuju % Setuju 17 47.22 % Tidak Setuju 15 41.67 % Sangat Tidak 0 0% Setuju Σ 36 100 % Tabel di atas menunjukkan bahwa 4 (11.11 %) responden sangat setuju dengan pernyataan bahwa proses pengadaan dan pembelian koleksi perpustakaan oleh SMA PGRI 56 Ciputat dilakukan secara berkala serta
disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan kurikulum. 17 (47.22 %) responden menjawab setuju, 15 (41.67 %) responden menjawab tidak setuju, dan tidak ada responden yang memberikan keterangan sangat tidak setuju. Tabel 23 Pelibatan Siswa dalam Proses Pengadaan Koleksi Alternatif f % No. Jawaban 19. Sangat 9 25 % Setuju Setuju 18 50 % Tidak Setuju 6 16.67 % Sangat Tidak 3 8.33 % Setuju Σ 36 100 % Deskripsi dari tabel di atas adalah 9 (25 %) responden memberikan jawaban sangat setuju bahwa proses pengadaan koleksi perpustakaan sekolah tidak
jarang melibatkan siswa, yaitu salah satunya dengan mewajibkan siswa untuk berpartisipasi menyumbangkan buku yang sifatnya positif. 18 (50 %) responden menjawab setuju dengan pernyataan tersebut, 6 (16.67 %) responden menjawab tidak setuju, dan 3 (8.33 %) responden memberikan jawaban sangat tidak setuju. Dalam hal pengadaan buku, sekolah memang melibatkan siswa di dalamnya. Adapun salah satu kebijakan yang diberlakukan di SMA PGRI 56 Ciputat adalah mewajibkan setiap para calon alumnus untuk menyumbangkan buku kepada perpustakaan sekolah. Tabel 24 Banyaknya Koleksi yang sudah tidak dapat Digunakan namun masih Terpajang pada Rak Koleksi Alternatif f % No. Jawaban
20.
Sangat Setuju Setuju
8 22
Tidak Setuju
5
Sangat Tidak Setuju Σ
1
22.22 % 61.11 % 13.89 % 2.78 %
36
100 %
Tabel di atas menunjukkan bahwa 8 (22.22 %) responden sangat setuju dengan pernyataan bahwa masih banyaknya koleksi yang terpajang pada rak koleksi buku padahal koleksi tersebut sudah tidak dapat digunakan sehingga cukup mengganggu user. 22 (61.11 %) responden menjawab setuju dengan pernyataan yang sama, 5 (13.89 %) responden menjawab tidak setuju, dan hanya 1 (2.78 %) responden yang memberikan jawaban sangat tidak setuju.
Sesuai dengan keterangan dari responden, perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat memang masih memajang koleksi yang dinilai sudah tidak dapat digunakan lagi, padahal kondisi yang demikian cukup mengganggu pengunjung dalam pencarian buku yang dikehendaki. Sebaiknya, koleksi yang mungkin sudah tidak dapat dimanfaatkan disortir dan kemudian dipindahkan ke tempat penyimpanan atau gudang sebagai arsip.
4) Pengorganisasian Perpustakaan Tabel 25 Penataan Koleksi Diatur dengan Rapi dan Dilakukan dengan Pengkatalogan No. 21.
Alternatif Jawaban Sangat Setuju Setuju
f
%
5
13.89 % 55.55 % 25 %
20
Tidak Setuju
9
Sangat Tidak Setuju Σ
2
5.56 %
36
100 %
Pernyataan bahwa responden cukup mudah mendapatkan buku yang diperlukan untuk belajar di dalam kelas melalui koleksi yang dimiliki perpustakaan sekolah karena telah ditata secara rapi dan diberi katalog direspon positif oleh responden, hal ini terbukti dari 5 (13.89 %) responden memberikan jawaban sangat setuju, 20 (55.55 %) responden menjawab setuju, 9 (25 %) responden menjawab tidak setuju, dan hanya 2 (5.56 %) responden memberikan jawaban sangat tidak setuju. Penataan dan pengaturan buku yang dilakukan di SMA PGRI 56 Ciputat memang sudah menggunakan katalog, walaupun katalog yang yang terdapat pada koleksi perpustakaan tersebut
masih sangat sederhana. Penggunaan katalog adalah solusi yang tepat agar user tidak mengalami kesulitan dalam pencarian buku yang dikehendaki. Tabel 26 Pelayanan Sirkulasi Dilakukan secara Terstruktur dan Terorganisir dengan Kartu Keanggotaan dan Buku Besar Peminjaman atau Komputerisasi Alternatif f % No. Jawaban 22. Sangat 11 30.56 Setuju % Setuju 16 44.44 % Tidak Setuju 8 22.22 % Sangat Tidak 1 2.78 % Setuju Σ 36 100 % Tabel diatas, bila digambarkan dalam kalimat, maka dapat didefinisikan bahwa 11 (30.56 %) responden sangat setuju dengan pernyataan yang telah terlampir
di atas, 16 (44.44 %) responden menjawab setuju, 8 (22.22 %) responden menjawab tidak setuju, dan 1 (2.78 %) responden memberikan jawaban sangat tidak setuju. Hal ini menunjukan bahwa suatu pelayanan yang baik dan terorganisir tentunya akan membuat pengunjung merasa nyaman. Tabel 27 Adanya Peraturan yang Mengikat dan Kedisiplinan dalam Pemanfaatan Perpustakaan No. Alternatif f % Jawaban 23. Sangat 6 16.67 Setuju % Setuju 13 36.11 % Tidak Setuju 14 38.39 % Sangat Tidak 3 8.33 % Setuju Σ 36 100 %
Tabel diatas menunjukkan sebanyak 6 (16.67 %) responden memberikan jawaban sangat setuju dengan pernyataan bahwa perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat memiliki peraturan yang ketat terhadap pengunjungnya dan menerapkan kedisiplinan dalam pemanfaatannya. 13 (36.11 %) responden menjawab setuju, 14 (38.39 %) responden menjawab tidak setuju, dan 3 (8.33 %) responden memberikan jawaban sangat tidak setuju. Peraturan adalah hal yang mutlak harus ada dalam setiap kegiatan, karena peraturan akan menghasilkan keteraturan. Begitu pula peraturan yang seharusnya ada dan dijalankan di perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat. Peraturan di perpustakaan sekolah ini terkesan belum berjalan secara maksimal, karena terlihat masih banyak
responden (17 atau 46.72 % responden) menyatakan bahwa peraturan yang terdapat di perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Tabel 28 Waktu Buka dan Tutup Perpustakaan Disesuaikan dengan Lama belajar Siswa di Sekolah Alternatif f % No. Jawaban 24. Sangat 9 25 % Setuju Setuju 17 47.22 % Tidak Setuju 8 22.22 % Sangat Tidak 2 5.56 % Setuju Σ 36 100 % Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa 9 (25 %) responden sangat setuju dengan pernyataan yang
berisi waktu buka dan tutup perpustakaan sekolah yang disesuaikan dengan jam belajar siswa agar siswa dapat dengan mudah memanfaatkan perpustakaan sekolah. 17 (47.22 %) responden memberikan jawaban setuju, 8 (22.22 %) responden memberikan jawaban tidak setuju, dan 2 (5.56 %) responden menjawab sangat tidak setuju. Hal ini menunjukan bahwa perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat ini sudah mempunyai waktu buka yang cukup lama yaitu mengikuti jam sekolah dari jam 07.00-14.30. Jadi jika siswa/i yang ingin ke perpustakaan itu bisa mengunjunginya kapan saja, dalam hal ini tentunya pengunjung merasa bebas untuk mengunjungi perpustakaan kapanpun mereka mau selama jam sekolah, dan tentunya dengan seijin guru kelas.
Tabel 29 Pemberian Sanksi Terhadap Keterlambatan Pengembalian Pinjaman Alternatif f % No. Jawaban 25. Sangat 9 25 % Setuju Setuju 16 44.44 % Tidak Setuju 9 25 % Sangat Tidak 2 5.56 % Setuju Σ 36 100 % Tabel diatas menunjukkan bahwa 9 (25 %) responden sangat setuju dengan pernyataan adanya pemberian sanksi yang tegas terhadap siapa pun yang terlambat dalam mengembalikan pinjaman atau buku. 16 (44.44 %) responden menjawab setuju, 9 (25 %) responden memberikan jawaban tidak setuju, 2 (5.56 %) responden menjawab sangat tidak setuju.
Pemberian sanksi adalah salah satu bagian dari peraturan. Ini berarti bahwa staf perpustakaan di SMA PGRI 56 Ciputat selalu memberikan sanksi kepada pengunjung yang terlambat mengembalikan buku, dan hal ini memang harus dilakukan karena sematamata untuk melatih mereka agar lebih bertanggung jawab.
5) Staffing Tabel 30 Kesulitan Mengunjungi Perpustakaan karena Petugas Jarang Berada di Tempat No. Alternatif f % Jawaban 26. Sangat 6 16.67 Setuju % Setuju 13 36.11 % Tidak Setuju 15 41.67 % 2 5.56 % Σ 36 100 %
Dari tabel di atas, dapat digambarkan bahwa 6 (16.67 %) responden sangat setuju bahwa mereka terkadang mengalami kesulitan untuk mengunjungi perpustakaan dikarenakan petugas perpustakaan jarang berada di tempat. 13 (36.11 ) responden menjawab setuju, 15 (41.67 %) responden memberikan keterangan tidak setuju, dan 2 (5.56 %) responden menjawab sangat tidak setuju.
Tabel 31 Pelayanan yang Baik dan Ramah oleh Petugas kepada Pengunjung Alternatif f % No. Jawaban 27. Sangat 9 25 % Setuju Setuju 21 58.33 % Tidak Setuju 3 8.33 %
Sangat Tidak Setuju Σ
3
8.33 %
36
100 %
Adanya pernyataan bahwa petugas perpustakaan sekolah selalu memberikan pelayanan yang baik dan ramah terhadap pengunjungnya direspon sangat setuju oleh 9 (25 %) responden, 21 (58.33 %) responden menjawab setuju, 3 (8.33 %) responden menjawab tidak setuju, dan 3 (8.33 %) responden memberikan jawaban sangat tidak setuju. Respon ini dapat disebabkan pengunjung perpustakaan memperoleh layanan yang baik dari pustakawan, dalam arti pustakawan membantu pengunjung dalam menemukan informasi yang dibutuhkan oleh pengunjung perpustakaan. Dari pernyataan diatas, menunjukan bahwa pelayanan di perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat
adalah berhasil sehingga pengunjung merespon pelayanan yang diberikan pustakawan baik dan pengunjung merasa puas. Tabel 32 Kesigapan Petugas dalam Membantu Pengunjung yang Kesulitan Mencari Buku Alternatif f % No. Jawaban 28. Sangat 11 30.56 Setuju % Setuju 17 47.22 % Tidak Setuju 8 22.22 % Sangat Tidak 0 0% Setuju Σ 36 100 % Tabel di atas menunjukkan 11 (30.56 %) responden menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan bahwa petugas perpustakaan sekolah dengan senang hati dan cekatan/sigap akan membantu
pengunjung bila mengalami kesulitan dalam mencari buku yang dibutuhkan. 17 (47.22 %) responden memberi jawaban setuju, dan sisanya, 8 (22.22 %) responden tidak setuju, dan ini berarti tidak ada responden yang menyatakan diri sangat tidak setuju. Jika kita lihat dari jawaban yang ada di SMA PGRI 56 Ciputat ini, petugas perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat sudah dapat dikatakan profesional. Karena dari respon responden di atas, dapat dilihat bahwa petugas dapat menjalankan tugasnya salah satunya dengan membantu pengunjung saat kesulitan mencari referensi yang dibutuhkan.
b. Efektifitas Pembelajaran 1) Kemampuan Akademis Tabel 33
Fasilitator bagi Teman-Teman Alternatif F % No. Jawaban 29. Sangat 0 0% Sering Sering 3 8.33 % Jarang 24 66.67 % Tidak 9 25 % Pernah Σ 36 100 % Dari pernyataan yang berbunyi “dalam pembelajaran di kelas, saya sering ditunjuk oleh guru untuk menjadi mentor/instruktur (seseorang yang memfasilitasi belajar) bagi teman-teman yang lain” hampir tidak ada responden yang memberikan jawaban positif. Tidak ada satu responden pun yang memberikan jawaban sangat sering, hanya ada 3 (8.33 %) responden yang menjawab sering, 24 (66.67 %) responden
menjawab jarang, dan 9 (25 %) responden lainnya tidak pernah. Berdasarkan dari data di atas, maka dapat disimpulkan bahwa siswa SMA PGRI 56 Ciputat belum terlatih untuk menjadi fasilitator bagi teman-temannya. Mungkin dapat dijadikan salah satu masukan untuk para guru SMA PGRI 56 Ciputat bahwa melatih siswa untuk belajar mandiri salah satunya yaitu dengan meminta salah satu siswa atau membentuk kelompok yang kemudian memilih mentor dari salah satu anggotanya untuk menjadi fasilitator bagi temannya yang lain adalah cara yang efektif untuk meningkatkan keberanian dan daya pikir siswa. Kegiatan demikian pun merupakan salah satu metode belajar yang direkomendasikan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Tabel 34 Kemudahan dalam Menerima dan Menyerap Pelajaran di Sekolah No. Alternatif f % Jawaban 30. Sangat 4 11.11 Setuju % Setuju 17 47.22 % Tidak Setuju 15 41.67 % Sangat Tidak 0 0% Setuju Σ 36 100 % Tabel di atas menunjukkan bahwa 4 (11.11 %) responden memberikan jawaban sangat setuju bahwa mereka tidak mengalami kesulitan dalam menerima dan menyerap materi pelajaran di sekolah. 17 (47.22 %) responden menjawab setuju, 15 (41.67 %) responden memberikan jawaban tidak
setuju, dan tidak ada responden yang menyatakan diri sangat tidak setuju. Salah satu tolok ukur efektifitas pembelajaran adalah tercapainya atau memuaskannya potensi akademik dan intelektual siswa, dan dalam hal ini bila kita lihat pada keseharian siswa dapat ditunjukkan melalui daya serap siswa terhadap pelajaran. Berdasarkan pemikiran di atas, dan jika kita kaitkan dengan jawaban responden, maka dapat disimpulkan bahwa hanya 21 (58.33 %) responden yang merasakan efektifitas pembelajaran. Ini berarti secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa efektifitas pembelajaran di SMA PGRI 56 Ciputat belum dapat diwujudkan, dan tidak ada salahnya apabila guru dan siswa dapat bekerjasama dalam pembelajaran di kelas, karena tujuan pembelajaran dapat tercapai jika anak
didik dan guru sama-sama berusaha aktif untuk mencapainya. Tabel 35 Ketepatan dan Kecepatan dalam Mengerjakan Tugas/Test yang Diberikan oleh Guru No. Alternatif f % Jawaban 31. Sangat 1 2.78 % Setuju Setuju 10 27.78 % Tidak Setuju 23 63.89 % Sangat Tidak 2 5.56 % Setuju Σ 36 100 % Dari tabel di atas, ternyata hanya 1 (2.78 %) responden yang dapat memberikan jawaban sangat setuju, 10 (27.78 %) responden menjawab setuju, 23 (63.89 %) responden tidak setuju dengan pernyataan bahwa mereka mampu mengerjakan tugas/test-test dengan tepat
dan cepat yang diberikan oleh guru di sekolah, dan sisanya 2 (5.56 %) responden sangat tidak setuju. Data di atas menunjukkan bahwa siswa SMA PGRI 56 Ciputat kurang dapat mengerjakan atau menjawab tugas/test yang diberikan guru, padahal test atau ujian adalah salah satu alat untuk mengetahui efektifitas pembelajaran di kelas.
Tabel 36 Perasaan Bangga Orang Tua atas Raport Hasil Ujian yang tidak Mengecewakan No. Alternatif f % Jawaban 32. Sangat 6 16.67 Setuju % Setuju 22 61.11 % Tidak Setuju 7 19.44 % Sangat Tidak 1 2.78 % Setuju
Σ
36
100 %
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden merasa orang tua mereka bangga terhadap raport yang diperoleh oleh anak-anaknya, hal ini terlihat dari jawaban responden yang menjawab sangat setuju terhadap pernyatan tersebut adalah sebanyak 6 (16.67 %) responden, 22 (61.11 %) responden menjawab setuju, 7 (19.44 %) responden memberikan jawaban tidak setuju, dan 1 (2.78 %) responden menyatakan sangat tidak setuju. Tabel 37 Menjadi Juara Kelas di Setiap Akhir Semester No. Alternatif f % Jawaban 33. Sangat 5 13.89 Setuju % Setuju 5 13.89 %
Tidak Setuju
13
Sangat Tidak Setuju Σ
3
63.89 % 8.33 %
36
100 %
Tabel di atas menunjukkan bahwa 5 (13.89 %) responden merespon sangat setuju dengan pernyataan bahwa di setiap akhir semester selalu menjadi juara kelas. 5 (13.89 %) responden merespon setuju, 13 (63.89 %) responden merespon tidak setuju, dan 3 sisanya (8.33 %) responden merespon sangat tidak setuju. Tabel 38 Menjadi Delegasi/Duta Sekolah dalam Berbagai Kompetisi No. Alternatif f % Jawaban 34. Sangat 2 5.56 % Sering Sering 2 5.56 % Jarang 17 47.22 %
Tidak Pernah Σ
15 36
41.67 % 100 %
Berdasarkan tabel di atas, bila diungkapkan dalam bahasa atau kalimat, maka dari 36 responden, yang sangat sering menjadi delegasi (duta atau wakil) untuk mengikuti kompetisi sederajat hanya 2 (5.56 %) responden. 2 (5.56 %) responden lainnya menjawab sering, 17 (47.22 %) responden menjawab jarang, dan 15 (41.67 %) responden menyatakan tidak pernah.
2) Kecakapan Sosial Tabel 39 Bersikap dan Bersifat Positif No. Alternatif f % Jawaban 35. Sangat 9 25 % Setuju Setuju 22 61.11 %
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Σ
3 2
8.33 % 5.56 %
36
100 %
Tabel di atas menunjukkan bahwa 9 (25 %) responden menjawab sangat setuju atas pernyataan bahwa mereka lebih dapat bersikap dan bersifat positif akibat hasil belajar di sekolah. 22 (61.11 %) responden menjawab setuju, 3 (8.33 %) menjawab tidak setuju, dan 2 (5.56 %) responden sangat tidak setuju. Salah satu akibat atau hasil belajar adalah perkembangan emosional ke arah yang lebih matang, dan dalam hal ini siswa SMA PGRI 56 Ciputat dapat membuktikan bahwa salah satu tujuan pembelajaran tersebut sudah dapat mereka capai. Tabel 40 Memberi Contoh yang Baik Kepada Orang Lain dalam Bersikap
No. 36.
Alternatif Jawaban Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Σ
f
%
8
3 1
22.22 % 66.67 % 8.33 % 2.78 %
36
100 %
24
Berdasarkan tabel di atas, sebanyak 8 (22.22 %) responden memberikan jawaban sangat setuju atas pernyataan bahwa mereka sering dijadikan model contoh yang baik untuk adik ataupun anak-anak di bawah umur lainnya dalam bersikap dan bertingkah laku. 24 (66.67 %) responden menjawab setuju atas pernyataan yang sama, 3 (8.33 %) responden tidak setuju, dan 1 (2.78 %) responden menjawab sangat tidak setuju. Tabel 41
Penanaman Kepribadian dan Tanggungjawab di Sekolah Alternatif f % No. Jawaban 37. Sangat 13 36.11 Setuju % Setuju 19 52.78 % Tidak Setuju 3 8.33 % Sangat Tidak 1 2.78 % Setuju Σ 36 100 % Tabel di atas menunjukkan bahwa 13 (36.11 %) responden memberikan jawaban sangat setuju dengan pernyataan bahwa selain di rumah, penanaman kepribadian yang mantap dan bertanggungjawab juga didapatkan di sekolah. 19 (52.78 %) responden menjawab setuju, 3 (8.33 %) responden memberikan jawaban tidak setuju, dan hanya 1 (2.78 %) responden yang menjawab sangat tidak setuju.
Tabel 42 Dapat Membuat Orang Lain Bangga Terhadap Diri Responden Alternatif f % No. Jawaban 38. Sangat 6 16.67 Setuju % Setuju 20 55.56 % Tidak Setuju 7 19.44 % Sangat Tidak 3 8.33 % Setuju Σ 36 100 % Tabel di atas menerangkan bahwa 6 (16.67 %) responden memberikan jawaban sangat setuju dengan pernyataan bahwa dengan kepribadian dan prilaku yang dimilikinya sekarang sudah dapat membuat orang lain bangga. 20 (55.56 %) responden menjawab setuju, 7 (19.44 %) responden memberikan jawaban tidak setuju, dan 3 responden
lainnya (8.33 %) menyatakan sangat tidak setuju. Tabel 43 Kemampuan Penerapan Teori-Teori Skill dalam Kehidupan Sehari-hari Alternatif f % No. Jawaban 39. Sangat 8 22.22 Setuju % Setuju 23 63.89 % Tidak Setuju 3 8.33 % Sangat Tidak 2 5.56 % Setuju Σ 36 100 % Tabel di atas menunjukkan bahwa 8 (22.22 %) responden sangat setuju bahwa mereka mampu menerapkan teori-teori skill dalam kehidupan sehari-hari. 23 (63.89 %) responden menjawab setuju, 3 (8.33 %) responden tidak setuju, dan 2 (5.56 %) responden menyatakan sangat tidak setuju.
Tabel 44 Kekhawatiran akan Skill yang Dimiliki dengan Tantangan IPTEK di Masa Mendatang No. Alternatif f % Jawaban 40. Sangat 7 19.44 Setuju % Setuju 18 50 % Tidak Setuju 9 25 % Sangat Tidak 2 5.56 % Setuju Jumlah 36 100 % Tabel di atas dapat digambarkan dengan kalimat bahwa 7 (19.44 %) responden sangat setuju bahwa mereka memiliki kekhawatiran tidak mampu bersaing pada era IPTEK yang lebih menantang di masa mendatang mengingat kemampuan yang dimilikinya saat ini. 18 (50 %) responden setuju, 9 (25
%) responden tidak setuju, dan hanya 2 (5.56 %) responden yang optimis mampu menghadapi dan bersaing di era yang semakin penuh tantangan di masa mendatang.
2. Penyajian Hasil Penelitian Setelah dilakukan penelitian selama satu minggu dengan intensif, yakni terhitung sejak tanggal 25 Agustus 2008 s/d 29 Agustus 2008, selama jam pembelajaran atau sekolah berlangsung, yaitu sejak pukul 07.00 – 14.30, maka hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut: a. Sejarah Berdiri Perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat Sekolah di mana pun sudah selayaknya
harus memiliki
perpustakaan sekolah, begitu juga lembaga pendidikan SMA PGRI 56 Ciputat. Perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat berdiri tidak seiring dengan berdirinya SMA PGRI 56 Ciputat, perpustakaan ini berdiri kira-kira pada tahun 1996. Pada saat itu, tujuan pendirian perpustakaan tersebut adalah semata-mata hanya sebagai syarat adanya fasilitas belajar yang bernama “perpustakaan” pada suatu sekolah. Namun, pada akhirnya pihak sekolah menyadari bahwa fungsi dan peran perpustakaan bagi suatu sekolah adalah sangat penting. Setelah menyadari betapa pentingnya eksistensi perpustakaan dalam suatu lembaga pendidikan, pihak sekolah melakukan berbagai macam perencanaan demi berlangsungnya perpustakaan sekolah untuk memfasilitasi belajar siswa. Pada awalnya, posisi/letak perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat berada di depan atau sudut depan (kiri) sekolah.
Pada saat itu kondisi perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat masih sangat sederhana. Dari segi keadaan fisik seperti letak, fasilitas dan koleksi, dapat dikatakan belum optimal dan belum dapat memfasilitasi belajar siswa dengan efektif. Seiring dengan berjalannya waktu dan kebutuhan, pihak sekolah semakin meningkatkan eksistensi dan fasilitas perpustakaan sekolah. Langkah awal yang diambil oleh pihak sekolah adalah memindahkan kegiatan atau ruang perpustakaan ke lantai dua sebelah kanan yang kemudian pindah lagi ke posisi yang sekarang dihuni, yaitu di sudut kanan gedung belajar SMA PGRI 56 Ciputat. Walaupun dari segi letak/lokasi/posisi sudah mulai di tata pada tempat yang dirasa cukup baik dan memungkinkan, namun pada saat itu koleksi dan fasilitas perpustakaan masih dengan kondisi yang sama, yaitu belum dapat memfasilitasi belajar siswa SMA PGRI 56 Ciputat. Masa kepemimpinan atau pemegangan perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat pun mengalami beberapa kali pergantian. Mulai yang pertama
Endra
Kertanegara
yang
ditugasi
sebagai
petugas
perpustakaan, kemudian Heru Sutanto, S. Pd., Tabroni, Eko Sulistyo, dan yang terakhir atau saat ini dipercayakan kepada Agus Pramono. Sejak awal pendirian hingga sekarang, perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat pun mengalami pasang-surut. Pada awalnyanya didirikan dengan kondisi yang sederhana, kemudian cukup mengalami kemajuan dan berbagai macam perencanaan, hingga pernah pada suatu waktu perpustakaan tersebut benar-benar berada pada keadaan yang dapat diacungi jempol. Saat itu, Heru Sutanto, S. Pd. adalah orang yang sedang dipercayai untuk mengelola perpustakaan.
b. Fasilitas Perpustakaan Gedung atau tempat penyelenggaraan suatu kegiatan adalah suatu keniscayan yang harus ada. Gedung perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat adalah salah satu bangunan permanen yang memiliki luas
bangunan 49 m2. Dari segi gedung, standar kelayakan gedung perpustakaan sudah dapat “dipegang” oleh SMA PGRI 56 Ciputat. Namun, dari segi letak atau posisi ruangan, gedung perpustakaan ini dapat dikatakan tidak terletak pada posisi yang strategis, karena ruangan tersebut terletak atau berada di sudut atau pojok kiri tempat penyelenggaraan kegiatan pembelajaran di SMA PGRI 56 Ciputat. Bila kita lihat dari luas bangunan atau luas ruang perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat, dengan jumlah keseluruhan siswa SMA PGRI 56 Ciputat yang berjumlah 281 siswa, mengingat salah satu peranan perpustakaan adalah sebagai salah satu sumber belajar di sekolah, maka dari segi kapasitas dapat dimungkinkan perpustakaan tersebut tidak mampu menampung siswa dalam jumlah banyak. Hal ini pun dikuatkan oleh pendapat Pawit M. Yusuf yang Ia ungkapkan melalui tabel kriteria kapasitas atau daya tampung ruang perpustakaan dengan jumlah siswa dalam satu sekolah, berikut tabel tersebut:3
Tabel 45 Kriteria Kapasitas/Daya Tampung Perpustakaan Luas Ruangan Perpustakaan Jumlah Siswa
360 – 480 180 – 360 91 - 180
113 m2 – 151 m2 57 m2 – 113 m2 30 m2 – 57 m2.
Sumber: Perpustakaan Nasional RI, 1998/1999
Situasi yang tercipta pada perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat adalah relatif kondusif, mungkin karena dari segi letak yang cukup jauh dari keramaian (berada di sudut atau pojok gedung sekolah) ini lah yang menyebabkan adanya keadaan tersebut, dan ini adalah salah satu nilai lebih dari perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat. Namun satu hal yang cukup mengganggu adalah pintu masuk perpustakaan SMA 3
Pawit M. Yusuf, Pedoman Penyelenggaran Perpustakaan Sekolah, …, h. 97
PGRI 56 Ciputat tepat berhadapan tatap muka dengan pintu WC lakilaki milik SMP PGRI 1 Ciputat. Hal lain yang juga terkait dengan fasilitas adalah kelengkapan perabot dan peralatan perpustakaan sekolah. Perabot dan peralatan yang terdapat di perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat antara lain: 1) Perabot
a) Rak buku b) Rak majalah c) Rak surat kabar d) Rak karya siswa e) Meja dan kursi baca f) Meja sirkulasi g) Lemari kabinet 2) Peralatan
a) Pulpen, penggaris, gunting b) Kertas tipis untuk mengetik, membuat label buku, dan slip tanggal c) Buku catatan d) Buku inventaris bahan-bahan pustaka e) Buku
induk
peminjaman f) Kartu anggota
atau
buku
besar
g) Tinta stempel h) Tip-ex i) Spidol j) Mesin tik manual k) Komputer l) Jam dinding m) Bantal stempel n) Stempel tanggal pengembalian o) Stempel
inventaris
perpustakaan
sekolah p) Papan tulis Secara keseluruhan, dapat digambarkan bahwa fasilitas yang terdapat pada perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat memang belum dapat menjawab kebutuhan siswa akan pembelajaran, karena yang memang terlihat dan dirasakan layak hanya berada pada segi gedung atau bangunan yang sudah permanen. Sedangkan fasilitas lain yang ditawarkan tidak berjalan secara efektif, seperti penggunaan peralatan sehari-hari tidak dapat dijalankan sebagaimana fungsinya. Keadaan sehari-hari perpustakaan yang juga tidak selalu dalam keadaan bersih, rapi dan menyejukkan adalah suasana yang tidak asing ditemui di perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat. Menurut
penulis,
keadaan
demikian
yang
apabila
terus
dipertahankan akan dapat membawa dampak yang kurang baik bagi
keberlangsungan dan peranan perpustakaan dalam suatu lembaga pendidikan.
c. Koleksi Perpustakaan Koleksi adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh setiap perpustakaan di manapun perpustakaan itu berdiri, karena tanpa adanya koleksi atau bahan bacaan dan sumber informasi lainnya, suatu perpustakaan tidak akan dapat menjalankan peranannya sebagai sumber informasi. Berikut gambaran mengenai
hal yang terkait
dengan koleksi perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat:ÿÿarÿÿ ÿÿÿli10801) Pengadaan Koleksi Dalam hal pengadaan koleksi perpustakaan, SMA PGRI 56 Ciputat melakukannya atau memperolehnya melalui berbagai cara, yaitu dengan pembelian; swadaya siswa, orang tua dan guru; ataupun kerjasama dengan penerbit buku. Pembelian sendiri dilakukan dengan cara melalukan evaluasi dan pemeriksaan kembali buku atau referensi apa yang dibutuhkan oleh siswa SMA PGRI 56 Ciputat dalam pembelajaran. Setelah itu barulah membuat pengajuan tertulis kepada pihak sekolah dalam bentuk proposal. Jika proposal disetujui dan telah ditanda tangani oleh kepala sekolah dan ketua yayasan, maka kegiatan pembelian dapat segera dilakukan. Swadaya atau sumbangan adalah hal yang lazim terjadi dalam segala hal, tidak terkecuali pada kegiatan pengadaan koleksi perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat. Biasanya, siswa banyak terlibat dalam pengadaan atau penambahan koleksi perpustakaan, yaitu dengan cara mewajibkan para siswa kelas XII yang hampir menyelesaikan masa studinya di SMA PGRI 56 Ciputat untuk menyumbangkan minimal satu buku bacaan, baik itu buku pelajaran ataupun buku non-pelajaran selama buku tersebut memberikan pengaruh baik. Hal ini juga dibenarkan oleh seluruh
civitas akademika SMA PGRI 56 Ciputat, “biasanya, kami mewajibkan para calon alumnus untuk menyumbangkan satu buku bacaan per orang kepada perpustakaan sekolah, yah itung-itung sebagai kenang-kenangan”.4
Sedangkan swadaya yang berasal dari orang tua dan guru memang tidak terlalu sering didapat. Swadaya yang berasal dari orang tua hanya perbah terjadi beberapa kali dan hanya berasal dari beberapa wali murid saja. “Dahulu, pernah terjadi beberapa orang wali murid memberikan sumbangan buku bacaan kepada sekolah, dan kami menyerahkannya kepada yang lebih berhak mengelola buku tersebut, yaitu perpustakaan sekolah. Namun, itu pun hanya terjadi satu kali saja, tidak continuitas, dan jujur kami sangat menyayangkan sekali hal tersebut.5 Swadaya yang berasal dari guru, biasanya memang terjadi, tetapi tidak dengan skala rutin, itupun hanya beberapa guru saja yang biasa memberikan kontribusi atau sumbangan kepada perpustakaan sekolah. Partisipasi dari pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah terhadap sekolah ini pun sangat kurang dirasakan. Sekian lama sekolah ini berdiri, pemerintah atau dewan pendidikan hanya baru satu kali memberikan kiriman buku atau sumber belajar kepada perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat. Sistem penambahan atau pengadaan buku yang juga digunakan oleh SMA PGRI 56 Ciputat adalah menjalin kerjasama dengan
4
Heru Sutanto, S. Pd., Guru SMA PGRI 56 Ciputat, Wawancara Pribad:, Rabu, 27 Agustus
2008 5
Drs. Asep Setiadi, Kepala sekolah SMA PGRI 56 Ciputat, Wawancara Pribadi: Kamis, 28 Agustus 2008
penerbit buku. Dulu, cara ini pernah dilakukan, namun sekali lagi, lagi-lagi langkah ini tidak dilakukan secara efektif dan continuity.
2. Koleksi yang terdapat di Perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat
Koleksi yang terdapat di perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu buku dan non buku. Koleksi buku yang terdapat di perpustakaan tersebut antara lain bukubuku fiksi, buku-buku non-fiksi (seperti buku pelajaran, modul atau referensi lainnya seperti kamus, karya ilmiah siswa, dan kliping), serta cerita bergambar lain seperti komik dan novel. Sedangkan koleksi non-buku yang dimiliki adalah majalah dan alat peraga seperti globe dan peta. Perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat tidak memiliki koleksi bahan pandang dengar seperti film suara, audio visual ataupun tape recorder.
Jika dilihat dari koleksi-koleksi yang ada, perpustakaan SMA SMA PGRI 56 Ciputat mungkin harus lebih banyak lagi menawarkan koleksi yang dapat dimanfaatkan oleh siswa dan guru, terlebih buku-buku yang terkait dengan pembelajaran di kelas. 3. Pengolahan Koleksi Pengolahan koleksi yang dilakukan SMA PGRI 56 Ciputat masih tergolong sederhana karena pedoman yang digunakan masih kurang
dan
belum
mengikuti
standar
pengaturan
atau
pengkatalogan kolesi perpustakaan yang ideal. Pengolahan koleksi yang
dilakukan
di
perpustakaan
tersebut
hanya
sebatas
inventarisasi dan pembuatan katalog. Pada kegiatan inventarisasi, pihak perpustakaan melakukan pemeriksaan
dan
pengecapan
hak
milik
dengan
stempel
perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat, baru kemudian didaftarkan atau di masukkan ke dalam buku induk atau inventaris. Sedangkan pengkatalogan yang dilakukan masih sangat sederhana dan cukup jauh dari kesan ideal dan rambu-rambu katalogisasi buku di Indonesia, karena katalog yang terdapat pada buku-buku atau koleksi perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat dilakukan oleh orang yang memang bukan ahlinya, dan dalam hal ini, pengkatalogan koleksi perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat dilakukan oleh para mahasiswa yang sedang praktek di sekolah tersebut.
4. Pengaturan Koleksi Dalam hal pengaturan, koleksi perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat
memang
sudah diatus
sedemikian
rupa
sehingga
memudahkan pengunjung untuk mencari bahan atau buku yang dibutuhkan. Pengaturan buku disesuaikan dengan tema dan katalog yang telah dibuat. Namun, walaupun demikian, terdapatnya bukubuku yang penulis kira sudah tidak relevan lagi dengan kurikulum yang sedang berlaku cukup mengganggu penglihatan dan pencaharian pengunjung terhadap koleksi yang dibutuhkannya.
d. Pelayanan Perpustakaan Pelayanan yang ditawarkan perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat adalah pelayanan langsung. Adapun kegiatan pelayanan langsung yang ditawarkan SMA PGRI 56 Ciputat kepada pengunjungnya adalah pelayanan sirkulasi.
Dalam pelayanan sirkulasi, pengunjung yang dalam hal ini siswa dan guru dipersilahkan untuk memanfaatkan koleksi yang terdapat di perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat. Syarat utama dalam pelayanan sirkulasi adalah setiap peminjam wajib memiliki kartu anggota, baik itu siswa maupun guru dan tidak diperkenankan untuk menggunakan kartu anggota lain,
dan pengunjung yang meminjam koleksi perpustakaan pun harus mendaftarkan diri pada buku besar peminjaman. Lamanya peminjaman adalah satu minggu, dan bagi siswa atau peminjam yang terlambat mengembalikan pinjaman akan dikenakan sanksi dengan membayar denda Rp. 100,/hari. Kegiatan lain yang juga biasa terjadi di perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat adalah layanan baca di tempat. Siapa pun warga SMA PGRI 56 Ciputat diperkenankan untuk dapat menggunakan dan memanfaatkan perpustakaan sekolah tersebut walaupun untuk sekedar membaca. Sedangkan kegiatan lain yang juga biasa terdapat pada perpustakaan pada umumnya yaitu pelayanan referensi, tidak dilaksanakan oleh perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat.
Biasanya, siswa mengunjungi perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat apabila Ia mengalami kesulitan dalam pembelajaran di kelas. Namun, cukup disayangkan karena tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu masalah yang dihadapi perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat ini adalah kualitas dan kuantitas koleksi, maka tidak jarang siswa mengeluhkan akan masalah yang sama, yaitu sulitnya mendapatkan buku di perpustakaan sekolah yang sesuai dengan materi yang sedang dipelajari. Berikut tata tertib yang terdapat di perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat: 1) Setiap pemakai berhak menggunakan perpustakaan sesuai ketentuan yang berlaku 2) Jam buka perpustakaan adalah mengikuti jam belajar di sekolah, yaitu: Hari Senin – Kamis : Pukul 07.00 – 14.30
Hari Jum’at
: Pukul 07.00 – 11.00 Hari Sabtu : LIBUR 3) Setiap pemakai wajib menjaga ketenangan, ketertiban, keindahan, dan kebersihan perpustakaan 4) Tidak diperkenankan membawa makanan atau minuman ke dalam perpustakaan 5) Setiap pengunjung berpartisipasi merawat koleksi dengan baik dengan tidak mencoret, merobek, melipat lembaran buku dan wajib ikut menjaga kebersihan koleksi dan ruangan perpustakaan 6) Setiap pemakai berhak meminjam maksimal dua buku untuk siswa dan lima buku untuk guru 7) Lamanya peminjaman adalah satu minggu dan dapat diperpanjang maksimal 2 kali 8) Keterlambatan peminjaman akan dikenakan denda Rp. 100,/hari/buku 9) Setiap koleksi yang hilang atau rusak wajib diganti dengan koleksi yang sama
Tata tertib yang dibuat oleh pihak sekolah memang sudah baik dan ideal, namun dalam penerapannya, perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat masih belum melaksanakan dengan efektif dan efisien. Hal ini dapat terlihat pada segi jam operasi. Perpustakaan sekolah tersebut relatif sering tidak membuka perpustakaan pada jam buka yang telah disepakati, yaitu pukul 07.00. Tidak jarang siswa sedikit mengalami kesulitan bila ingin mengunjungi perpustakaan sekolah walau hanya untuk sekedar membaca buku ketika guru yang mengajar di kelasnya tidak masuk.
e. Tenaga Pengelola Perpustakaan Agar penyelenggaraan perpustakaan sekolah berjalan dengan baik, maka perlu ada satu orang atau lebih yang ditunjuk untuk mengelola perpustakaan. Orang-orang yang ditunjuk atau diberi tanggung jawab tersebut harus memiliki kemampuan dasar dalam mengelola perpustakaan seperti merencanakan pengadaan bahan pustaka, mengklasifikasi dan mengkatalog buku-buku, melayani peminjaman dan pengembalian buku dan sebagainya.
Tenaga pengelola perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat hanya dipercayakan pada satu orang. Dari tahun ke tahun, dan pada setiap pergantian masa jabatan pun, hanya satu orang yang dipercayakan untuk “memegang” perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat. Sejak berdirinya perpustakaan
SMA PGRI 56 Ciputat, sudah ada lima (5) orang yang secara bergantian dipercayakan untuk mengelolanya. Adapun orang-orang yang pernah menjabat sebagai petugas perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat adalah: 1) Endra Kertanegara 2) Heru Sutanto, S. Pd. 3) Tabroni 4) Eko Sulistyo 5) Agus Pramono (Sekarang)
Dari kelima orang yang pernah atau sedang bertugas sebagai tenaga pengelola perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat, tidak ada satupun di antara mereka yang berlatar belakang pendidikan kepustakaan. Mereka hanya berbekal pengetahuan dari buku pedoman kepustakaan. Bila dilihat
profesionalisme kerjanya, tenaga pengelola perpustakaan sekolah tersebut pun belum dapat dikatakan profesional, karena Ia lebih sering berada di luar perpustakaan sehingga menyulitkan pengunjung untuk mengunjungi perpustakaan, selain itu keterbatasan pengetahuan pustakawan mengenai ilmu kepustakaan merupakan salah satu dari sekian masalah yang dihadapi perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat. Jika dilihat dari pengalaman-pengalaman yang ada, perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat belum memiliki kualitas pengelolaan yang efektif dan efisien, dan alangkah baiknya bila pihak sekolah lebih memperhatikan lagi terutama pada unsur tenaga pengelola perpustakaan. f. Anggaran Perpustakaan
Anggaran atau dana adalah hal yang paling mendasar dari setiap kegiatan. Begitu pula anggaran yang di alokasikan untuk penyelenggaraan perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat. Anggaran yang disediakan untuk kegiatan perpustakaan sekolah ini berasal dari Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS). Berdasarkan informasi yang penulis dapat dari pihak yang berwenang yaitu kepala sekolah SMA PGRI 56 Ciputat, anggaran yang di alokasikan untuk perpustakaan sekolah adalah Rp. 2.000.000,-/tahun. Anggaran tersebut sudah mencakup seluruh kegiatan perpustakaan, termasuk pengadaan dan perawatan fasilitas perpustakaan, dan perawatanperawatan tersebut dilakukan secara bergantian pada setiap tahunnya.
g. Peran Guru dalam Pembelajaran dan Pemanfaatan Fasilitas Belajar serta Kontribusinya terhadap Perpustakaan Sekolah Seperti yang telah disinggung pada bab dan materi-materi sebelumnya bahwa guru adalah orang yang secara langsung berhubungan dengan siswa dan pembelajaran serta kurikulum, maka sudah seharusnya seorang guru dapat memobilisasi siswa untuk memanfaatkan fasilitas belajar di sekolah. Mengingat keterbatasan yang dimiliki oleh para siswa berkenaan dengan buku pelajaran, para guru SMA PGRI 56 Ciputat sering meminta siswa untuk mencari referensi melalui koleksi perpustakaan sekolah. Para guru tidak jarang meminta siswa untuk mengunjungi perpustakaan untuk belajar ataupun mencari informasi lebih lanjut. Tetapi sekali lagi, keterbatasan kuantitas dan kualitas koleksi perpustakaan adalah kendala yang dihadapi siswa dalam pemanfaatan perpustakaan sekolah. Namun, dalam hal ini guru SMA PGRI 56 Ciputat tidak dapat mengambil tindakan lebih lanjut. Salah satu diantara sekian banyak orang yang juga harus ikut bertanggungjawab atas ketersediaan koleksi perpustakaan sekolah adalah guru, karena koleksi perpustakaan sekolah adalah salah satu sumber belajar siswa di sekolah. Idealnya, seorang guru harus dapat memberikan masukan atau rekomendasi kepada pihak sekolah dan perpustakaan dalam hal koleksi atau buku apa yang dibutuhkan siswa dalam pembelajaran di kelas, karena koleksi perpustakaan sangat berpengaruh terhadap kualitas belajar siswa di sekolah, terlebih siswa SMA PGRI 56 Ciputat yang kondisinya sangat minim akan buku pelajaran pribadi. Namun, di sekolah tersebut kerjasama antara guru sebagai orang secara langsung berhubungan dengan kurikulum dengan perpustakaan sekolah tidak berjalan dengan baik, hal ini sangat terlihat dari minimnya koleksi yang dapat dimanfaatkan siswa sebagai referensi dalam belajar. Seperti yang diungkapkan oleh kepala sekolah SMA
PGRI 56 Ciputat, “harus kami akui bahwa komitmen guru terhadap sekolah ini masih cukup jauh dari yang diharapkan, hal ini terlihat pada keseharian guru. Mereka hanya melaksanakan tugas sebatas memenuhi jam mengajar, jadi bila mereka tidak ada jam mengajar, mereka sering tidak terlihat di sekolah. Kontribusi mereka terhadap perpustakaan sekolah pun tidak terlalu nampak, hanya beberapa guru saja yang terlihat peduli terhadap koleksi perpustakaan yang nantinya digunakan oleh siswa”.6
h. Tanggungjawab Kepala Sekolah sebagai Manager Sekolah dalam Kegiatan Pembelajaran dan Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah Salah satu tugas utama kepala sekolah sebagai manager adalah bersama-sama komponen penyelenggara pendidikan yang lain (dalam hal ini guru dan warga sekolah) untuk melaksanakan manajemen sesuai dengan langkah-langkah minimal manajemen, yaitu planning, organizing, actuating, dan controlling. Dalam kegiatan manajemen ini, kepala sekolah selaku orang yang paling berwenang dalam lembaga tersebut harus dapat memobilisasi guru dan karyawan untuk meningkatkan mutu sekolah. Sebagai head master, kepala sekolah memang menjadi pemimpin dalam segala kegiatan, namun, dalam pelaksanaan di lapangan, kepala sekolah menyerahkan urusan kegiatan penyelenggaraan perpustakaan sekolah kepada pihak yang telah diberi mandat, yaitu tenaga pengelola perpustakaan. kepala sekolah hanya menerima laporan dan melakukan supervisi atau Sidak (inspeksi mendadak) pada kegiatan tersebut, baik terhadap orangnya (pustakawan) maupun terhadap proses kegiatannya.
6
Drs. Asep Setiadi, Kepala sekolah SMA PGRI 56 Ciputat, Wawancara Pribadi: Kamis, 28 Agustus 2008
Hal yang diterapkan oleh kepala sekolah SMA PGRI 56 Ciputat selama ini adalah berusaha mengajak para warga sekolah untuk dapat mandiri dalam segala hal dan tidak terlalu terpaku pada kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah. Beliau menekankan adanya inovasi dan kreativitas dari warga sekolah kepada sekolah tersebut. Dahulu, masih dalam masa jabatan Asep Setiadi, SMA PGRI 56 Ciputat juga pernah melaksanakan studi komparasi dengan beberapa lembaga pendidikan sejenjang dalam hal pembinaan minat baca dan kegiatan perpustakaan. Namun, sekali lagi, hal itu pun hanya terjadi dalam sekali waktu. Dalam lingkup internal, jam baca perpustakaan atau studi perpustakaan juga pernah menjadi salah satu kebijakan di sekolah tersebut, namun nasibnya tidak berbeda jauh, yaitu tidak dapat berjalan secara continuity.
i. Hambatan yang Dihadapai SMA PGRI 56 Ciputat dalam Mengefektifkan Sarana Belajar (Perpustakaan) Tidak ada satu kegiatan pun yang sempurna nyaris tanpa menemui kendala
atau
hambatan.
Begitu
juga
pada
penyelenggaraan
perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat. Sekolah ini menemui berbagai kendala dalam berbagai sektor. Hambatan utama yang dihadapi SMA PGRI 56 Ciputat dalam kegiatan penyelenggaraan perpustakaan sekolah adalah masalah pengadaan, dan dalam hal ini sangat terkait dengan pendanaan atau anggaran. Faktor ekonomi siswa yang rata-rata berada pada keadaan menengah ke bawah turut menjadi penghambat dalam kegiatan ini, karena salah satu sumber dana untuk penyelenggaraan perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat adalah berasal dari RAPBS, sedangkan salah satu sumber pendapatan RAPBS adalah swadaya siswa, yaitu hasil penerimaan SPP siswa pada setiap bulannya. Akibat dari keadaan tersebut, sekolah hanya dapat menganggarkan Rp. 2.000.000,-/tahun untuk seluruh kegiatan perpustakaan.
Selain itu, kurangnya kerjasama antara siswa, guru, tenaga pengelola perpustakaan dan kepala sekolah merupakan faktor penunjang sulitnya mewujudkan perpustakaan yang dapat memegang perannya denga utuh. Lainnya adalah mengenai perhatian pemerintah. Sekian lama sekolah tersebut berdiri, dan sekian lama juga perpustkaan sekolah tersebut beroperasi, pemerintah hanya baru satu kali memberikan subsidi buku kepada sekolah tersebut. Akibat dari masalah-masalah atau hambatan-hambatann yang dihadapi tersebut, dapat dimaklumi bila koleksi (terutama) yang dimiliki perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat masih kurang mampu menjawab kegelisahan siswa akan pengetahuan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan Dari pembahasan dan penelitian yang penulis lakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai jawaban rumusan permasalahan yang diajukan pada bab I. Adapun kesimpulan yang dapat diambil adalah: 1. Perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat sebagai jantung dari lembaga tersebut belum dapat menjalankan perannya dengan efektif dan efisien, hal ini terlihat dari minimnya fasilitas yang ditawarkan dan tersedia di perpustakaan tersebut, mulai dari yang utama yaitu koleksi hingga sistem pelayanan dan profesionalisme petugas. Keadaan ini mengakibatkan keengganan para pengunjung khususnya siswa SMA PGRI 56 Ciputat untuk memanfaatkan salah satu fasilitas belajar tersebut. 2. Manajemen perpustakaan yang dikelola oleh SMA PGRI 56 Ciputat memang telah memenuhi pokok-pokok minimal manajerial, seperti planning, organizing, actuating, dan controlling, akan tetapi dalam penerapan di lapangan tidak berjalan secara efektif dan efisien. 3. Dalam aspek sumber daya manusia pustakawan, sejak pertama perpustakaan sekolah tersebut berdiri hingga saat ini, tenaga pengelola perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat bukan berasal dari background pendidikan kepustakaan. Profesionalisme tenaga pengelola perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat, baik dalam hal pelayanan maupun komitmen terhadap pekerjaan masih perlu arahan, bimbingan dan pengawasan lebih lanjut. 4. Pelayanan yang ditawarkan oleh perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat adalah layanan baca di tempat dan layanan sirkulasi, yaitu bentuk layanan peminjaman dan pengembalian. Pada kegiatan sirkulasi, perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat masih memakai pelayanan manual, yaitu pencatatan dengan buku besar. Namun, kegiatan pencatatan pada
pelayanan sirkulasi tidak berjalan dengan efektif, karena masih sering terjadi tenaga pengelola perpustakaan sekolah tidak mencatat proses sirkulasi. Kegiatan pelayanan terhadap pengunjung dilakukan selama waktu belajar di sekolah, yaitu Senin s/d Kamis, jam 07.00 s/d 14.30, sedangkan hari jum’at sejak pukul 07.00 s/d 11.00, dan Sabtu-Minggu libur, karena tidak ada kegiatan pembelajaran. 5. Bila dilihat dari segi kelengkapan koleksi perpustakaan, koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat memang tidak sedikit, namun, setelah dilakukan pengamatan ternyata koleksi yang tersedia di sana belum bisa memfasilitasi belajar siswa. Hal ini pun dibenarkan oleh para siswa dan guru SMA PGRI 56 Ciputat. 6. Minat siswa terhadap kegiatan membaca terutama di perpustakaan sekolah pada dasarnya cukup tinggi, akan tetapi mengingat fasilitas yang tersedia di perpustakaan tidak dapat menjawab kebutuhan mereka, maka tidak sedikit dari mereka yang enggan mengunjungi perpustakaan sekolah. 7. Lebih lanjut, keterkaitan antara perpustakaan sekolah sebagai salah satu sumber belajar siswa di sekolah dengan efektifitas pembelajaran siswa masih belum terlihat dari siswa SMA PGRI 56 Ciputat. Hal ini dapat disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya tidak terjalinnya kerjasama, koordinasi dan komunikasi serta hubungan yang baik antara siswa dengan guru mata pelajaran yang bersangkutan ataupun antara guru, tenaga pengelola perpustakaan dan kepala sekolah.
B. Saran Adapun saran yang dapat penulis ajukan kepada pihak sekolah atau khususnya perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat berkenaan dengan materi ini adalah: 1. Sebagai bagian yang integral dari sebuah lembaga pendidikan, keberadaan perpustakaan sekolah seharusnya mampu memegang perannya seefektif mungkin, yaitu memfasilitasi belajar siswa di sekolah untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Salah satu hal utama yang dapat dilakukan antara lain melengkapi fasilitas yang ditawarkan seperti melengkapi perabot dan
peralatan, menawarkan kebersihan dan kekondusifan di dalam ruangan, dan penataan layout yang menyenangkan. 2. Kepala sekolah agar dapat lebih aktif lagi melibatkan tenaga pengelola perpustakaan dan guru dalam kegiatan penyelenggaran perpustakaan sekolah, terutama dalam hal pengadaan koleksi. Karena walau bagaimanapun, guru lah orang yang paling mengerti dan mengetahui kebutuhan siswa akan pembelajaran. 3. Kepala sekolah harus lebih berkomitmen lagi dalam setiap kebijakan yang telah diambil, karena mengingat setiap kebijakan yang diambil selalu bersifat positif, namun hanya saja tidak dapat berjalan dengan efektif dan berkesinambungan. 4. Layaknya suatu organisasi, perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat pun harus memiliki struktur organisasi yang disepakati dan efektif untuk mengetahui garis koordinasi dan job description serta dapat bertanggungjawab atas pekerjaannya agar pekerjaannya lebih terarah. Jika dibahasakan secara singkat, agar dapat mengetahui dan memahami “siapa melapor ke siapa”. 5. Disarankan agar sekolah dapat mengoptimalkan profesionalisme tenaga perpustakaan sekolah dengan cara menempatkan orang sesuai dengan kebutuhan, atau minimal sekolah dapat mengirimkan tenaga pengelola perpustakaan ke pelatihan atau Diklat-Diklat mengenai kepustakaan agar dapat lebih meningkatkan kompetensi pustakawan. 6. Dalam hal pelayanan, perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat harus dapata meningkatkan pelayanan yang baik dan memuaskan agar siswa tidak merasa enggan untuk mengunjungi perpustakaan sekolah. 7. Tata tertib adalah suatu acuan yang berfungsi untuk mengatur orang lain agar lebih teratur. Perpustakaan adalah suatu tempat yang sangat membutuhkan tata tertib, oleh sebab itu ada baiknya bila pihak perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat lebih dapat mengaktifkan dan mengefektifkan tata tertib dalam memanfaatkan perpustakaan sekolah.
8. Pengadaan dan rehabilitasi koleksi perpustakaan akan sangat membantu siswa dalam mengefektifkan pembelajaran di sekolah mengingat adanya keterbatasan siswa dalam hal kepemilikan buku pelajaran. 9. Disarankan perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat menggunakan pengaturan katalog yang sesuai dengan koridor pengkatalogan di Indonesia dan komputerisasi agar lebih dapat memudahkan siswa dalam penulusuran buku yang dikehendaki. Akan tetapi, minimal, pihak sekolah harus dapat menjalankan sistem pelayanan secara manual melalui kartu peminjaman dan buku besar peminjaman agar kelengkapan (kuantitas) buku tetap terjaga. 10. Kegiatan sortir koleksi perpustakaan terhadap koleksi-koleksi yang dirasa sudah tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan ilmu pengetahuan yang berlaku adalah hal yang dapat dilakukan dalam waktu dekat, dan koleksi tersebut dapat disimpan di tempat penyimpanan untuk dijadikan arsip atau dokumen. 11. Perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat harus dapat lebih aktif lagi menjalin kerjasama dengan lembaga pendidikan sejenjang dan lembaga-lembaga atau penerbit-penerbit untuk meningkatkan kualitas perpustakaan sekolah. 12. Kepala sekolah, guru, dan tenaga pengelola perpustakaan harus dapat bekerjasama memobilisasi siswa untuk selalu memanfaatkan perpustakaan sekolah dan meningkatkan minat baca siswa untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta. Cet. Kedua belas Artmanda, Frista. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jombang: Lintas Media Badudu, J. S. 2003. Kamus Kata-Kata Serapan Asing. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara Bafadal, Ibrahim. 2006. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: PT Bumi Aksara. Cet. Kelima Darmono. 2001. Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Grasindo -------------------. 2007. Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja. Jakarta: Grasindo. Cet. 1 Djumarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta Endarmoko, Eko. 2006. Tesaurus Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Fathurrohman, Pupuh dan M. Sobry Sutikno. 2007. Strategi Belajar Mengajar: Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung: Refika Aditama Hakim, Sudarnoto Abdul. 2007. Perpustakaan dan Pendidikan: Pemetaan Peran Serta Perpustakaan dalam Proses Belajar. Jakarta: Fakultas Adab dan Humaniora UIN Jakarta -------------------. 2006. Perpustakaan Sebagai Center For Learning Society: Gagasan untuk Pengembangan Perpustakaan Madrasah. Jakarta: Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syahid Jakarta Hamalik, Oemar. 1995. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 1995. Cet.1 -------------------. 2005. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Cet. Keempat
Handoko, T. Hani. 1984. Manajemen. Yogyakarta: BPFE. Cet. Ke- 18 Hilal, R. Sayidin. 2005. Sosiologi: dengan Pendekatan Tematik dan Induktif untuk Paket C, Buku Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta:PT Bintang Ilmu Isjoni. 2007. Saatnya Pendidikan Kita Bangkit. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Kountur, Rony. 2003. Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta: PPM Kountur, Rony. 2005. Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta: PPM M, Sardiman A. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, Implementasi, dan Inovasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,. Cet. Kesembilan NS, Sutarno. 2005. Tanggungjawab Perpustakaan: dalam Mengembangkan Masyarakat Informasi. Jakarta: Panta Rei. Cet Ke-1 -------------------. 2003. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia -------------------. 2006. Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Sagung Seto. Cet. Kedua Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Purnomo, Pungki. “Perpustakaan Sebagai Pusat Sumber Belajar; Meletakkan Peran dan Fungsinya Secara Proporsional”. dalam Diktat Dosen. Jakarta 2006. Purwanto, Iwan. 2007. Manajemen Strategi. Bandung: Yrama Widya. Cet. Ke-1 Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). 2008. Jakarta: Kencana Setiadi, Asep. Kepala Sekolah SMA PGRI 56 Ciputat. Wawancara Pribadi. Kamis, 28 Agustus 2008
Slameto. 1991. Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta. Cet Kedua Soeatminah. 1999. Perpustakaan, Kepustakaan dan Pustakawan. Jakarta: Balai Pustaka Soelistia. 1995. Materi Pokok Manajemen Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Universitas Terbuka Depdikbud Sudarsono, B. “Membangun dan Mendayagunakan Perpustakaan”, dalam Buletin Pusat Perbukuan. No. 04 Tahun 1998. November 1998 Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Cet. Keempat Sutanto, Heru. Guru SMA PGRI 56 Ciputat. Wawancara Pribadi. Rabu, 27 Agustus 2008 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Tim Penyusun Kamus Bahasa Melayu Nusantara. 2003. Kamus Bahasa Melayu Nusantara. Bandar Seri Begawan: Dewan Bahan dan Pustaka Brunei. Trimo, Soejono. 1997. Pedoman Pelaksanaan Perpustakaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Cet. Kelima Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3. 2003. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Undang-Undang
Republik
Indonesia
Nomor
43
Tahun
2007
tentang
Perpustakaan. 2007. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI Usman, Moh. Uzer. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Yusuf, Pawit M. 2005. Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Kencana. Edisi Pertama. Cet. Ke-1
ANGKET UNTUK SISWA “REVITALISASI MANAJEMEN PERPUSTAKAAN DALAM MENGEFEKTIFKAN PEMBELAJARAN DI SMA PGRI 56 CIPUTAT” Dalam rangka penyelesaian skripsi pada studi Strata Satu (S1), penulis sangat mengharapkan bantuan dari adik-adik SMA PGRI 56 Ciputat untuk memberikan jawaban atas pernyataan-pernyataan yang ada dalam angket ini sesuai dengan keadaan yang sebenarnya di lapangan. Atas kerjasama dan bantuan adik-adik serta segenap warga SMA PGRI 56 Ciputat, kami ucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal. Amin..! PETUNJUK PENGISIAN
1. Berikan keterangan (biodata) pada tempat yang telah disediakan! 2. Silanglah (X) salah satu jawaban yang sesuai dengan pendapat adik-adik! 3. Berikan pendapat sejujur mungkin sesuai dengan keadaan yang sebenarnya terjadi di lapangan! 4. Pendapat adik-adik akan dijamin kerahasiaannya. 5. Pendapat adik-adik tidak akan mempengaruhi nilai sekolah. 6. Pendapat adik-adik merupakan masukan bagi sekolah serta pengelola perpustakaan dalam meningkatkan peranan perpustakaan di sekolah yang bersangkutan. Nama Responden
: …………………………
Jenis Kelamin
: (L / P)
Kelas/Jurusan
: …………………………
Coret yang tidak perlu.
Tempat dan Tanggal lahir : …………………………
SOAL-SOAL: A. Bentuk pernyataan mengenai “Revitalisasi Manajemen Perpustakaan”. 1. Saya sering mengunjungi perpustakaan sekolah. a. Sangat sering b. Sering
c. Jarang d. Tidak pernah
2. Dalam satu hari, minimal saya membaca buku selama 30 menit di perpustakaan sekolah. a. Sangat setuju b. Setuju
c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
3. Saya sangat hobi membaca, baik buku yang berhubungan dengan pelajaran yang diajarkan di sekolah maupun buku-buku karya ilmiah lainnya yang dapat menambah wacana pengetahuan saya, termasuk juga novel atau cerita bergambar yang saya peroleh dari perpustakaan sekolah. a. Sangat setuju b. Setuju
c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
4. Saya selalu mencari tahu melalui membaca di perpustakaan sekolah apabila ada hal-hal yang tidak saya mengerti dalam pelajaran di sekolah. a. Sangat setuju b. Setuju
c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
5. Di sekolah saya diharuskan atau diberlakukan jam baca (studi perpustakaan) secara bergilir perkelas dalam setiap harinya. a. Sangat setuju b. Setuju
c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
6. Para guru di sekolah saya pun selalu mencanangkan untuk mencari informasi lebih mendalam mengenai materi pelajaran yang telah atau akan di pelajari di dalam kelas melalui koleksi yang terdapat di perpustakaan sekolah. a. Sangat setuju b. Setuju
c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
7. Tidak jarang kepala sekolah ataupun guru di sekolah saya mendampingi para siswa untuk belajar di perpustakaan sebagai salah satu cara untuk menumbuhkan minat siswa mengunjungi perpustakaan. a. Sangat setuju c. Tidak setuju
b. Setuju
d. Sangat tidak setuju
8. Perpustakaan sekolah (tenaga pengelola perpustakaan bekerjasama dengan kepala sekolah dan para guru) sering mengadakan kegiatan semacam lomba karya ilmiah pada setiap semester yang harus diikuti oleh setiap kelas. a. Sangat setuju b. Setuju
c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
9. Gedung/bangunan perpustakaan sekolah saya tidak terletak pada posisi yang strategis (center) sehingga kurang memudahkan para siswa untuk mengunjunginya. a. Sangat setuju
c. Tidak setuju
b. Setuju d. Sangat tidak setuju 10. Keadaan gedung perpustakaan sekolah saya cukup memenuhi standar kelayakan untuk digunakan sebagai tempat melakukan kegiatan membaca. a. Sangat setuju c. Tidak setuju b. Setuju 11. Saya kurang
dapat
merasakan
d. Sangat tidak setuju fasilitas yang memadai
dalam
memanfaatkan perpustakaan sekolah terkait dengan kelengkapan perabot dan peralatan yang seharusnya ada di dalam suatu perpustakaan. a. Sangat setuju b. Setuju
c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
12. Penerangan (cahaya lampu) yang ada di perpustakaan sekolah saya sudah cukup baik untuk kegiatan membaca. a. Sangat setuju b. Setuju
c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
13. Perpustakaan sekolah saya memiliki ruangan yang relatif sempit sehingga tidak mampu menampung siswa dalam jumlah banyak dalam satu ruangan untuk belajar atau sekedar membaca. a. Sangat setuju
c. Tidak setuju
b. Setuju d. Sangat tidak setuju 14. Kebersihan dan udara segar sangat saya rasakan ketika saya berada di dalam perpustakaan sekolah. a. Sangat setuju
c. Tidak setuju
b. Setuju
d. Sangat tidak setuju
15. Situasi yang kondusif dan menyenangkan untuk membaca dan belajar juga saya dapatkan bila berada di perpustakaan sekolah. a. Sangat setuju c. Tidak setuju b. Setuju d. Sangat tidak setuju 16. Koleksi yang dimiliki perpustakaan sekolah saya beraneka ragam, mulai dari yang berbentuk buku (buku fiksi dan non-fiksi), non-buku (seperti majalah, koran, Pamflet, karya ilmiah siswa, dll) ataupun koleksi bahan pandang dengar (seperti film suara, kaset, rekaman-rekaman, dll). a. Sangat setuju c. Tidak setuju b. Setuju d. Sangat tidak setuju 17. Perpustakaan sekolah saya memiliki koleksi buku bacaan yang memadai dan sangat mendukung pembelajaran saya di dalam kelas karena sesuai dengan kurikulum dan materi pelajaran yang diajarkan. a. Sangat setuju b. Setuju
c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
18. Proses pengadaan dan pembelian koleksi perpustakaan sekolah kami dilakukan secara berkala dan disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan kurikulum yang berlaku. a. Sangat setuju
c. Tidak setuju
b. Setuju d. Sangat tidak setuju 19. Proses pengadaan koleksi perpustakaan sekolah saya tidak jarang melibatkan siswa, yaitu salah satunya dengan cara mewajibkan setiap siswa untuk berpartisipasi menyumbangkan buku yang sifatnya positif dan up to date. a. Sangat setuju
c. Tidak setuju
b. Setuju d. Sangat tidak setuju 20. Walaupun koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan sekolah saya sudah dapat menjawab kebutuhan kami dalam belajar, tetapi masih cukup banyak koleksi yang sudah tidak dapat digunakan namun masih terpajang dalam rak koleksi sehingga cukup mengganggu kami. a. Sangat setuju c. Tidak setuju b. Setuju d. Sangat tidak setuju 21. Saya cukup mudah mendapatkan buku yang saya perlukan untuk belajar di dalam kelas pada perpustakaan sekolah karena telah ditata secara rapi dan diberi katalog sesuai dengan tema buku.
a. Sangat setuju
c. Tidak setuju
b. Setuju d. Sangat tidak setuju 22. Pelayanan sirkulasi (peminjaman dan pengembalian buku atau koleksi lainnya) dilakukan secara terstruktur dan terorganisir dengan kartu anggota dan buku besar peminjaman atau komputerisasi. a. Sangat setuju b. Setuju
c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
23. Perpustakaan sekolah saya memiliki peraturan yang ketat terhadap para pengunjungnya dan menerapkan kedisiplinan dalam pemanfaatannya. a. Sangat setuju b. Setuju
c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
24. Perpustakaan sekolah saya buka dan tutup mengikuti lama belajar siswa di sekolah, sehingga para siswa dapat dengan mudah mengunjungi perpustakaan kapan pun selama masih dalam jam sekolah. a. Sangat setuju c. Tidak setuju b. Setuju d. Sangat tidak setuju 25. Apabila ada siswa yang terlambat mengembalikan buku pinjaman, petugas perpustakaan sekolah saya akan memberikan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku. a. Sangat setuju b. Setuju
c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
26. Terkadang saya kesulitan untuk mengunjungi perpustakaan sekolah karena petugas perpustakaan sekolah saya jarang berada di perpustakaan. a. Sangat setuju c. Tidak setuju b. Setuju d. Sangat tidak setuju 27. Petugas perpustakaan sekolah selalu memberikan pelayanan yang baik dan ramah terhadap para siswa sebagai pengunjungnya. a. Sangat setuju c. Tidak setuju b. Setuju d. Sangat tidak setuju 28. Bila saya mengalami kesulitan mencari buku yang saya butuhkan, petugas perpustakaan sekolah akan dengan senang hati dan sigap/cekatan membantu saya.
a. Sangat setuju
c. Tidak setuju
b. Setuju
d. Sangat tidak setuju
B. Bentuk pernyataan mengenai “Efektifitas Pembelajaran”. 29. Dalam pembelajaran di kelas, saya sering ditunjuk oleh guru untuk menjadi mentor/instruktur (seseorang yang memfasilitasi belajar) bagi teman-teman yang lain. a. Sangat sering b. Sering
c. Jarang d. Tidak pernah
30. Tidak sulit bagi saya untuk menerima dan menyerap materi pelajaran di sekolah. a. Sangat setuju b. Setuju
c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
31. Saya merasa tugas-tugas ataupun test-test yang diberikan oleh guru di dalam kelas dapat saya kerjakan dengan tepat dan cepat. a. Sangat setuju b. Setuju
c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
32. Orang tua saya selalu bangga setiap kali menerima raport hasil ujian saya karena tidak ada hasil yang mengecewakan. a. Sangat setuju b. Setuju
c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
33. Setiap akhir semester, saya selalu dapat menjadi juara kelas. a. Sangat setuju c. Tidak setuju b. Setuju d. Sangat tidak setuju 34. Pihak sekolah sering menjadikan saya delegasi (duta/wakil) untuk mengikuti berbagai kompetisi sederajat. a. Sangat sering
c. Jarang
b. Sering
d. Tidak pernah
35. Saya merasa lebih dapat bersikap dan bersifat positif akibat hasil belajar di sekolah. a. Sangat setuju b. Setuju
c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
36. Di rumah pun, saya sering dijadikan model contoh yang baik untuk adik ataupun anak-anak di bawah umur lainnya dalam bersikap dan bertingkah laku. a. Sangat setuju b. Setuju
c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
37. Selain di rumah, penanaman kepribadian yang mantap dan bertanggungjawab juga saya dapatkan di sekolah akibat hasil pembelajaran. a. Sangat setuju
c. Tidak setuju
b. Setuju d. Sangat tidak setuju 38. Dengan kepribadian dan perilaku saya sekarang, saya merasa dapat membuat orang lain bangga terhadap saya, baik itu orang tua, guru maupun teman. a. Sangat setuju b. Setuju
c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
39. Saya mampu menerapkan teori-teori keterampilan yang saya dapat di sekolah dalam kehidupan sehari-hari contohnya dengan mengandalkan skill (kemampuan/keterampilan/kecakapan) untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. a. Sangat setuju b. Setuju
c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
40. Saya mengkhawatirkan skill yang saya miliki sekarang kurang dapat menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin menantang di masa mendatang. a. Sangat setuju
c. Tidak setuju
b. Setuju
d. Sangat tidak setuju
Terima kasih atas kerjasama dan bantuan adikadik-adik…!!
Ciputat, 20 Agustus 2008 Penulis,
N. Fajriyah MT. NIM: 104018200627 PEDOMAN BERITA WAWANCARA Wawancara dilaksanakan pada Hari/Tanggal :
:
Tempat Waktu
: :
Interviewee
: Kepala Sekolah SMA PGRI 56 Ciputat
Biodata Responden :
Nama Responden
:
Pendidikan Terakhir : Bidang Studi yang diajarkan : Lama Mengajar
:
Daftar Pertanyaan: 1. Bagaimana latar belakang dan tujuan penyelenggaraan perpustakaan sekolah ini? 2. Kegiatan apa saja yang Bapak lakukan selaku kepala sekolah dalam mengelola penyelenggaraan perpustakaan sekolah? 3. Sebagai kepala sekolah, bagaimana Bapak melakukan perekrutan atau penempatan staf perpustakaan sekolah ini? 4. Ada berapa pegawai atau staf perpustakaan yang ada di perpustakaan sekolah ini dan apa latar belakang pendidikannya? 5. Berkaitan dengan staf perpustakaan yang ada di sekolah ini, apakah dirasa perlu untuk meningkatkan kemampuan dalam bidang kepustakawanan demi meningkatkan peran dari perpustakaan sekolah itu sendiri? Jika perlu, usaha apa yang Bapak lakukan terkait dengan hal tersebut? 6. Idealnya, guru dapat berperan dan memberikan kontribusi dalam manajemen penyelenggaraan perpustakaan sekolah. Apakah di sekolah ini guru juga berperan dalam kegiatan manajemen perpustakaan sekolah, terutama dalam pengadaan koleksi? Jika iya, seperti apa peran atau kontribusi yang diberikan oleh guru?
7. Seorang manager memiliki tugas untuk mengarahkan (directing), dalam menjalankan tugas directing tersebut, hal-hal apa saja yang Bapak lakukan? 8. Selain menjadi seorang director, seorang manajer harus melakukan pengontrolan/pengendalian terhadap suatu kegiatan (controlling). Apa yang Bapak lakukan dalam kegiatan controlling? 9. Apakah keberadaan perpustakaan sekolah ini sangat urgent bila dikaitkan dengan pembelajaran siswa? 10. Usaha apa yang Bapak lakukan agar perpustakaan sekolah ini dapat berperan sebagaimana mestinya dalam memfasilitasi pembelajaran siswa di sekolah? 11. Bagaimana usaha Bapak sebagai kepala sekolah dalam memberdayakan perpustakaan kepada siswa dan guru? 12. Usaha seperti apa yang Bapak lakukan bersama tenaga pengelola perpustakaan dalam mengembangkan minat baca siswa? 13. Bagaimana penganggaran perpustakaan sekolah ini?
yang
dilakukan
dalam
penyelenggaraan
14. Apa saja hambatan yang ditemui dalam penyelenggaraan perpustakaan sekolah ini? Lalu bagaimana cara mengatasinya?
PEDOMAN BERITA WAWANCARA Wawancara dilaksanakan pada
:
Hari/Tanggal : Tempat : Waktu Interviewee
: : Petugas/Staf Perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat
Biodata Responden :
Nama Responden Pendidikan Terakhir
:
:
Bidang Studi yang diajarkan : Lama Mengajar : Daftar Pertanyaan: 1. Sejak kapan Bapak/Ibu mengemban tugas sebagai pengelola perpustakaan sekolah ini? 2. Siapa saja yang menjadi pengguna utama perpustakaan sekolah ini? Lalu kegiatan apa saja yang biasa terjadi di perpustakaan sekolah ini? 3. Apa saja tugas Bapak/Ibu selaku pengelola perpustakaan sekolah ini? 4. Bagaimana Bapak/Ibu melaksanakan kewajiban Bapak/Ibu sebagai pengelola perpustakaan sekolah ini? 5. Apakah Bapak/Ibu turut serta dalam manajemen perpustakaan sekolah ini? 6. Apa saja kegiatan manajemen perpustakaan sekolah ini?
7. Menurut Bapak/Ibu, apakah keberadaan perpustakaan sekolah ini sangat penting dalam memfasilitasi pembelajaran siswa? Jika iya, apa yang Bapak/Ibu lakukan agar perpustakaan sekolah ini dapat memegang penuh peranannya dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan? 8. Menurut Bapak/Ibu, apakah koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan sekolah ini sudah dapat memfasilitasi belajar siswa bila dikaitkan dengan kerelevanan dengan kurikulum yang berlaku? 9. Bagaimana atau dengan cara apa sekolah melaksanakan sistem pengadaan koleksi perpustakaan? 10. Apakah fasilitas yang ditawarkan oleh perpustakaan sekolah ini sudah memadai, seperti kelayakan gedung/bangunan, posisi bangunan yang strategis, situasi yang kondusif, kapasitas atau daya tampung orang dalam ruangan, peralatan dan perabot, serta termasuk juga kelengkapan koleksi yang dibutuhkan siswa? 11. Apakah sekolah melakukan penghapusan atau pemusnahan koleksi atau segala fasilitas perpustakaan yang sudah tidak relevan? Jika iya, kapan atau berapa periode berkala kegiatan tersebut dilakukan? 12. Bagaimana pengaturan buku yang dilakukan oleh perpustakaan sekolah ini? 13. Bentuk pelayanan yang seperti apa yang ditawarkan oleh perpustakaan sekolah ini ? Bagaimana pelaksanaan dalam hal pelayanan? 14. Bagaimana usaha Bapak/Ibu untuk mendisiplinkan siswa dalam pelayanan sirkulasi (peminjaman dan pengembalian buku)?
PEDOMAN BERITA WAWANCARA Wawancara dilaksanakan pada Hari/Tanggal :
:
Tempat Waktu
: :
Interviewee
: Guru SMA PGRI 56 Ciputat
Biodata Responden :
Nama Responden
:
Pendidikan Terakhir : Bidang Studi yang diajarkan : Lama Mengajar
:
Daftar Pertanyaan: 1. Bagaimana menurut Bapak/Ibu mengenai manajemen perpustakaan di SMA PGRI 56 Ciputat?
2. Apakah Bapak/Ibu juga merupakan pengunjung dan pengguna perpustakaan sekolah ini? Jika iya, kegiatan apa saja yang Bapak/Ibu lakukan di perpustakan sekolah ini? 3. Guru adalah orang yang berinteraksi secara langsung dengan siswa dalam pembelajaran di sekolah, oleh sebab itu, idealnya guru harus ikut serta dalam perencanaan pengadaan koleksi perpustakaan. Bentuk kontribusi yang seperti apa yang Bapak/Ibu berikan terhadap sekolah berkaitan dengan hal tersebut? 4. Bagaimana usaha Bapak/Ibu dalam menanamkan minat baca siswa di sekolah? 5. Sebagai seseorang yang secara langsung berhubungan dengan kurikulum dan pembelajaran, usaha apa yang Bapak/Ibu lakukan agar perpustakaan sekolah ini dapat berperan sebagaimana mestinya dalam memfasilitasi pembelajaran di sekolah? 6. Menurut Bapak/ibu, apakah koleksi yang dimiliki perpustakaan sekolah ini sudah dapat memfasilitasi pembelajaran siswa bila dikaitkan dengan kerelevanan dengan kurikulum yang berlaku? 7. Apakah pelayanan yang diberikan oleh perpustakaan SMA PGRI 56 Ciputat sudah dapat dikatakan baik sesuai dengan perannya? 8. Apakah fasilitas yang ditawarkan oleh perpustakaan sekolah ini sudah memadai, seperti kelayakan gedung/bangunan, posisi bangunan yang strategis, situasi yang kondusif, kapasitas atau daya tampung orang dalam ruangan, peralatan dan perabot, serta termasuk juga kelengkapan koleksi yang dibutuhkan siswa? 9. Bagaimana hal penataan koleksi yang dilakukan oleh perpustakaan sekolah ini? Apakah cukup memudahkan siswa dan user lainnya dalam mencari buku atau koleksi yang dibutuhkan?