MENGEFEKTIFKAN FUNGSI MANAJEMEN DALAM PERBAIKAN MUTU PENDIDIKAN Karimullah Kepala Bagian Administrasi STAIN Pamekasan
Abstract: Education has a very important role in the process of improving the quality of human resources. Improving the quality of education is an integrated process with the process of improving the quality of human resources. One effort to develop the quality of education is by optimizing the function of education management involving planning (planning), organization (organizing), leadership (leading) and monitoring (controlling). For running good management and achieving optimal results, it needs a strong principal, having a clear vision and mission and being able to translate both in policy formulations and measurable goals for creating a climate and working atmosphere to empower employees to do their best. Kata kunci: Manajemen, mutu pendidikan
Pendahuluan Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia di mana berbagai permasalahan hanya dapat dipecahkan kecuali dengan upaya penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain manfaat bagi kehidupan manusia di satu sisi perubahan tersebut juga telah membawa manusia ke dalam era persaingan global yang semakin ketat. Agar mampu berperan dalam persaingan global, maka sebagai bangsa kita perlu terus mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Oleh karena itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan kenyataan yang harus dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien dalam proses pembangunan, kalau tidak ingin bangsa ini kalah bersaing dalam menjalani era globalisasi tersebut. Berbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan
Mengefektifkan Fungsi Manajemen
memegang peran yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Menyadari pentingnya proses peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka pemerintah bersama kalangan swasta telah berupaya mewujudkan amanat tersebut melalui berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas antara lain melalui layanan pendidikan bermutu dan berkualitas, pengembangan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya. Tetapi pada kenyataannya upaya pemerintah tersebut belum cukup berarti dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satu upaya yang dikembangkan dalam meningkatkan kualitas pendidikan adalah menata manajemen pendidikan. Dalam praktek, manajemen dibutuhkan di mana saja orang-orang bekerja bersama dalam suatu organisasi untuk mencapai suatu tujuan bersama.1 Manajemen menunjukkan cara-cara yang lebih efektif dan efisien dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Manajemen telah memungkinkan kita untuk mengurangi hambatan-hambatan dalam rangka pencapaian suatu tujuan. Manajemen juga memberikan prediksi dan imajinasi agar kita dapat mengantisipasi perubahan lingkungan yang serba cepat.2 Sekolah sebagai salah satu pusat pendidikan merupakan lembaga pendidikan formal. Lembaga-lembaga pendidikan jenis ini didirikan bagi peserta didik dan dirancang secara berjenjang dan berkesinambungan, baik dari tingkat SD/MI, SLTP/MTs, SLTA/MA, sampai tingkat PT/Ma’had ‘Aliy. Sebagaimana layaknya sebuah lembaga pendidikan, sekolah sebagai sebuah sistem, seharusnya memiliki sebuah mekanisme yang mampu mengatur dan mengefektifkan berbagai komponen dan sumber daya pendidikan yang ada. Dalam dunia pendidikan, hal ini disebut manajemen pendidikan.
1T.
Hani Handoko, Manajemen (Yogyakarta: BPFE, 1999), hlm. 1. Manajemen Pendidikan Islam, Konsep, Strategi dan Aplikasi (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 7. 2Sulistyorini,
Tadrîs. Volume 5. Nomor 2. 2010
293
Karimullah
Pengertian Manajemen Dalam konteks pendidikan, memang masih ditemukan kontroversi dan inkonsistensi dalam penggunaan istilah manajemen. Di satu pihak ada yang tetap cenderung menggunakan istilah manajemen, sehingga dikenal dengan istilah manajemen pendidikan. Di lain pihak, tidak sedikit pula yang menggunakan istilah administrasi sehingga dikenal istilah adminitrasi pendidikan. Dalam studi ini, penulis cenderung untuk mengidentikkan keduanya, sehingga kedua istilah ini dapat digunakan dengan makna yang sama. Selanjutnya, di bawah ini akan disampaikan beberapa pengertian umum tentang manajemen yang disampaikan oleh beberapa ahli. Stoner sebagaimana dikutip oleh T. Hani Handoko mengemukakan bahwa manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Secara khusus dalam konteks pendidikan, Djam’an Satori memberikan pengertian manajemen pendidikan dengan menggunakan istilah administrasi pendidikan yang diartikan sebagai “keseluruhan proses kerjasama dengan memanfaatkan semua sumber personil dan materil yang tersedia dan sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien”. Sementara itu, Hadari Nawawi mengemukakan bahwa “administrasi pendidikan sebagai rangkaian kegiatan atau keseluruhan proses pengendalian usaha kerjasama sejumlah orang untuk mencapai tujuan pendidikan secara sistematis yang diselenggarakan di lingkungan tertentu terutama berupa lembaga pendidikan formal”. Istilah manajemen mengacu kepada proses pelaksanaan aktivitas yang diselesaikan secara efisien dengan dan melalui pendayagunaan orang lain. Siagian menyebutkan manajemen adalah kemampuan dan keterampilan untuk memperoleh sesuatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain. GR.Terry menyebutkan bahwa manajemen merupakan suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaransasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya lainnya. Longneckerd Pringle merumuskan manajemen sebagai proses 294
Tadrîs. Volume 5. Nomor 2. 2010
Mengefektifkan Fungsi Manajemen
memperoleh dan menggabungkan sumber-sumber manusia, finansial, dan fisik untuk mencapai tujuan pokok organisasi menghasilkan produk atau jasa/layanan yang diinginkan oleh sekelompok masyarakat.3 Manajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat, dan profesi. Dikatakan sebagai ilmu oleh Luther Gulick karena manajemen dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerja sama untuk mencapai tujuan dan membuat sistem kerja sama ini lebih bermanfaat bagi kemanusiaan. Dikatakan sebagai kiat oleh Follet karena manajemen mencapai sasaran melalui cara-cara dengan mengatur orang lain menjalankan dalam tugas. Dipandang sebagai profesi karena manajemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi manajer, dan para profesional dituntun oleh suatu kode etik.4 Meski ditemukan pengertian manajemen atau administrasi yang beragam, baik yang bersifat umum maupun khusus tentang kependidikan, namun secara esensial dapat ditarik benang merah tentang pengertian manajemen pendidikan, bahwa : (1) manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan; (2) manajemen pendidikan memanfaatkan berbagai sumber daya; dan (3) manajemen pendidikan berupaya untuk mencapai tujuan tertentu. Kegiatan Manajemen Pendidikan Manajemen pendidikan adalah manajemen kelembagaan.5 Berbicara tentang kegiatan pendidikan, di bawah ini beberapa pandangan dari para ahli tentang bidang-bidang kegiatan yang menjadi wilayah garapan manajemen pendidikan. Ngalim Purwanto mengelompokkannya ke dalam tiga bidang garapan yaitu : 1) Administrasi material, yaitu kegiatan yang menyangkut bidang-bidang materi/ bendabenda, seperti ketatausahaan sekolah, administrasi keuangan, gedung 3Marno
dan Triyo Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam (Bandung: Refika Aditama, 2008), hlm. 1. 4Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 1. 5
Atiqullah, Manajemen Kepemimpinan Pendidikan Islam (Pamekasan: STAIN Pamekasan Press, 2009), hlm. 36. Tadrîs. Volume 5. Nomor 2. 2010
295
Karimullah
dan alat-alat perlengkapan sekolah dan lain-lain. 2) Administrasi personal, mencakup di dalamnya administrasi personal guru dan pegawai sekolah, juga administrasi murid. Dalam hal ini masalah kepemimpinan dan supervisi atau kepengawasan memegang peranan yang sangat penting. 3) Administrasi kurikulum, seperti tugas mengajar guru-guru, penyusunan sylabus atau rencana pengajaran tahunan, persiapan harian dan mingguan dan sebagainya. Di lain pihak, Direktorat Pendidikan Menengah Umum Depdiknas telah menerbitkan buku Panduan Manajemen Sekolah, yang didalamnya mengetengahkan bidang-bidang kegiatan manajemen pendidikan, meliputi: (1) manajemen kurikulum; (2) manajemen personalia; (3) manajemen kesiswaan; (4) manajemen keuangan; (5) manajemen perawatan preventif sarana dan prasarana sekolah. Berikut ini akan diuraikan secara ringkas tentang bidang-bidang kegiatan pendidikan di sekolah, yang mencakup:6 1. Manajemen Kurikulum Manajemen kurikulum merupakan subtansi manajemen yang utama di sekolah. Prinsip dasar manajemen kurikulum ini adalah berusaha agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, dengan tolok ukur pencapaian tujuan oleh siswa dan mendorong guru untuk menyusun dan terus menerus menyempurnakan strategi pembelajarannya. Tahapan manajemen kurikulum di sekolah dilakukan melalui empat tahap : (a) perencanaan; (b) pengorganisasian dan koordinasi; (c) pelaksanaan; dan (d) pengendalian. Dalam konteks Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Tita Lestari mengemukakan tentang siklus manajemen kurikulum yang terdiri dari empat tahap: a. Tahap perencanaan; meliputi langkah-langkah sebagai : (1) analisis kebutuhan; (2) merumuskan dan menjawab pertanyaan filosofis; (3) menentukan disain kurikulum; dan (4) membuat rencana induk (master plan): pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian. b. Tahap pengembangan; meliputi langkah-langkah : (1) perumusan rasional atau dasar pemikiran; (2) perumusan visi, misi, dan Manajemen Sekolah (Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum Depdiknas, 1999). 6Panduan
296
Tadrîs. Volume 5. Nomor 2. 2010
Mengefektifkan Fungsi Manajemen
tujuan; (3) penentuan struktur dan isi program; (4) pemilihan dan pengorganisasian materi; (5) pengorganisasian kegiatan pembelajaran; (6) pemilihan sumber, alat, dan sarana belajar; dan (7) penentuan cara mengukur hasil belajar. c. Tahap implementasi atau pelaksanaan; meliputi langkah-langkah: (1) penyusunan rencana dan program pembelajaran (Silabus, RPP: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran); (2) penjabaran materi (kedalaman dan keluasan); (3) penentuan strategi dan metode pembelajaran; (4) penyediaan sumber, alat, dan sarana pembelajaran; (5) penentuan cara dan alat penilaian proses dan hasil belajar; dan (6) setting lingkungan pembelajaran d. Tahap penilaian; terutama dilakukan untuk melihat sejauhmana kekuatan dan kelemahan dari kurikulum yang dikembangkan, baik bentuk penilaian formatif maupun sumatif. Penilailain kurikulum dapat mencakup Konteks, input, proses, produk (CIPP) : Penilaian konteks: memfokuskan pada pendekatan sistem dan tujuan, kondisi aktual, masalah-masalah dan peluang. Penilaian Input: memfokuskan pada kemampuan sistem, strategi pencapaian tujuan, implementasi design dan cost benefit dari rancangan. Penilaian proses memiliki fokus yaitu pada penyediaan informasi untuk pembuatan keputusan dalam melaksanakan program. Penilaian product berfokus pada mengukur pencapaian proses dan pada akhir program (identik dengan evaluasi sumatif) 2. Manajemen Kesiswaan Dalam manajemen kesiswaan terdapat empat prinsip dasar, yaitu : (a) siswa harus diperlakukan sebagai subyek dan bukan obyek, sehingga harus didorong untuk berperan serta dalam setiap perencanaan dan pengambilan keputusan yang terkait dengan kegiatan mereka; (b) kondisi siswa sangat beragam, ditinjau dari kondisi fisik, kemampuan intelektual, sosial ekonomi, minat dan seterusnya. Oleh karena itu diperlukan wahana kegiatan yang beragam, sehingga setiap siswa memiliki wahana untuk berkembang secara optimal; (c) siswa hanya termotivasi belajar, jika mereka menyenangi apa yang diajarkan; dan (d) pengembangan
Tadrîs. Volume 5. Nomor 2. 2010
297
Karimullah
potensi siswa tidak hanya menyangkut ranah kognitif, tetapi juga ranah afektif, dan psikomotor. Semua kegiatan sekolah pada akhirnya ditujukan untuk membantu siswa mengembangkan dirinya. Upaya itu akan optimal mana kala siswa sendiri secara aktif berupaya mengembangkan diri, sesuai dengan program-program yang dilakukan di sekolah. Oleh karena itu sangat penting untuk menciptakan kondisi agar siswa dapat mengembangkan diri secara optimal.7 3. Manajemen Personalia Terdapat empat prinsip dasar manajemen personalia yaitu : (a) dalam mengembangkan sekolah, sumber daya manusia adalah komponen paling berharga; (b) sumber daya manusia akan berperan secara optimal jika dikelola dengan baik, sehingga mendukung tujuan institusional; (c) kultur dan suasana organisasi di sekolah, serta perilaku manajerial sekolah sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pengembangan sekolah; dan (d) manajemen personalia di sekolah pada prinsipnya mengupayakan agar setiap warga dapat bekerja sama dan saling mendukung untuk mencapai tujuan sekolah. Di samping faktor ketersediaan sumber daya manusia, hal yang amat penting dalam manajamen personalia adalah berkenaan penguasaan kompetensi dari para personil di sekolah. Oleh karena itu, upaya pengembangan kompetensi dari setiap personil sekolah menjadi mutlak diperlukan. 4. Manajemen Keuangan Manajemen keuangan di sekolah terutama berkenaan dengan kiat sekolah dalam menggali dana, kiat sekolah dalam mengelola dana, pengelolaan keuangan dikaitkan dengan program tahunan sekolah, cara mengadministrasikan dana sekolah, dan cara melakukan pengawasan, pengendalian serta pemeriksaan. Inti dari manajemen keuangan adalah pencapaian efisiensi dan efektivitas. Oleh karena itu, disamping mengupayakan ketersediaan dana yang memadai untuk kebutuhan pembangunan maupun kegiatan rutin operasional di sekolah, juga perlu diperhatikan 7Mujamil
298
Qomar, Manajemen Pendidikan Islam (Jakarta: Erlangga, 2007), hlm. 99.
Tadrîs. Volume 5. Nomor 2. 2010
Mengefektifkan Fungsi Manajemen
faktor akuntabilitas dan transparansi setiap penggunaan keuangan baik yang bersumber pemerintah, masyarakat dan sumber-sumber lainnya. 5. Manajemen Perawatan Preventif Sarana dan Prasana Sekolah Manajemen perawatan preventif sarana dan prasana sekolah merupakan tindakan yang dilakukan secara periodik dan terencana untuk merawat fasilitas fisik, seperti gedung, mebeler, dan peralatan sekolah lainnya, dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja, memperpanjang usia pakai, menurunkan biaya perbaikan dan menetapkan biaya efektif perawatan sarana dan pra sarana sekolah. Dalam manajemen ini perlu dibuat program perawatan preventif di sekolah dengan cara pembentukan tim pelaksana, membuat daftar sarana dan pra saran, menyiapkan jadwal kegiatan perawatan, menyiapkan lembar evaluasi untuk menilai hasil kerja perawatan pada masing-masing bagian dan memberikan penghargaan bagi mereka yang berhasil meningkatkan kinerja peralatan sekolah dalam rangka meningkatkan kesadaran merawat sarana dan prasarana sekolah. Sedangkan untuk pelaksanaannya dilakukan: pengarahan kepada tim pelaksana, mengupayakan pemantauan bulanan ke lokasi tempat sarana dan prasarana, menyebarluaskan informasi tentang program perawatan preventif untuk seluruh warga sekolah, dan membuat program lomba perawatan terhadap sarana dan fasilitas sekolah untuk memotivasi warga sekolah. Perbaikan Mutu Pendidikan Ada dua faktor yang dapat menjelaskan mengapa upaya perbaikan mutu pendidikan selama ini kurang atau tidak berhasil.8 Pertama, strategi pembangunan pendidikan selama ini lebih bersifat input oriented. Strategi yang demikian lebih bersandar kepada asumsi bahwa bilamana semua input pendidikan telah dipenuhi, seperti penyediaan buku-buku (materi ajar) dan alat belajar lainnya, penyediaan sarana pendidikan, pelatihan guru dan tenaga kependidikan lainnya, maka secara otomatis lembaga pendidikan (sekolah) akan dapat meng8Umedi,
Manajemen Mutu Berbasis Sekolah/Madrasah (MMBS/M) (Jakarta: Pusat Kajian Mutu Pendidikan, 2004).
Tadrîs. Volume 5. Nomor 2. 2010
299
Karimullah
hasilkan output (keluaran) yang bermutu sebagai mana yang diharapkan. Ternyata strategi input-output yang diperkenalkan oleh teori education production function tidak berfungsi sepenuhnya di lembaga pendidikan (sekolah), melainkan hanya terjadi dalam institusi ekonomi dan industri. Kedua, pengelolaan pendidikan selama ini lebih bersifat macrooriented, diatur oleh jajaran birokrasi di tingkat pusat. Akibatnya, banyak faktor yang diproyeksikan di tingkat makro (pusat) tidak terjadi atau tidak berjalan sebagaimana mestinya di tingkat mikro (sekolah). Atau dengan singkat dapat dikatakan bahwa kompleksitasnya cakupan permasalahan pendidikan, seringkali tidak dapat terpikirkan secara utuh dan akurat oleh birokrasi pusat. Uraian tersebut memberikan pemahaman kepada kita bahwa pembangunan pendidikan bukan hanya terfokus pada penyediaan faktor input pendidikan tetapi juga harus lebih memerhatikan faktor proses pendidikan. Input pendidikan merupakan hal yang mutlak harus ada dalam batas-batas tertentu tetapi tidak menjadi jaminan dapat secara otomatis meningkatkan mutu pendidikan (school resources are necessary but not sufficient condition to improve student achievement). Disamping itu mengingat sekolah sebagai unit pelaksana pendidikan formal terdepan dengan berbagai keragaman potensi anak didik yang memerlukan layanan pendidikan yang beragam, kondisi lingkungan yang berbeda satu dengan lainnya, maka sekolah harus dinamis dan kreatif dalam melaksanakan perannya untuk mengupayakan peningkatan kualitas/mutu pendidikan. Peningkatan mutu di setiap satuan pendidikan, diarahkan pada upaya terselenggaranya layanan pendidikan kepada pihak yang berkepentingan atau masyarakat. Upaya yang terus menerus dilakukan dan berkesinambungan diharapkan dapat memberikan layanan pendidikan bermutu dan berkualitas, yang dapat menjamin bahwa proses penyelenggaraan pendidikan di sekolah sudah sesuai harapan dan yang seharusnya terjadi. Dengan demikian, peningkatan mutu pada setiap sekolah sebagai satuan pendidikan diharapkan dapat meningkatkan mutu sumber daya manusia secara nasional.
300
Tadrîs. Volume 5. Nomor 2. 2010
Mengefektifkan Fungsi Manajemen
Mendefinisikan mutu/kualitas memerlukan pandangan yang komprehensif. Ada beberapa elemen bahwa sesuatu dikatakan berkualitas, yakni;9 a. Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. b. Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan. c. Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (apa yang dianggap berkualitas saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas pada saat yang lain). d. Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Oleh karena itu, peningkatan mutu pendidikan harus dilakukan secara holistik, komprehensif, namun bertahap dalam prinsip perbaikan tiada henti, yakni peningkatan kualitas dalam semua sektor dan dilakukan oleh semua orang dalam organisasi serta dilakukan secara terus menerus, baik dalam proses pelaksanaan, pelayanannya maupun outcome hasil pendidikannya yang keduanya saling berkorelasi. Secara umum, ada dua teori umum yang berkembang tentang pencapaian mutu pendidikan. Pertama, teori yang mengatakan bahwa pencapaian mutu pendidikan sangat ditentukan oleh faktor input. Dalam hal ini faktor input meliputi kurikulum, perencanaan dan evaluasi, ketenagaan, kesiswaan, sarana dan fasilitas, iklim sekolah, dan hubungan sekolah dengan masyarakat. Kedua, teori yang menekankan pada proses pengelolaan kelembagaan (manajemen pendidikan), proses pengelolaan program, proses pengambilan keputusan, proses pembelajaran, dan proses monitoring evaluasi.10 Melihat keharusan pendidikan untuk berkualitas, maka perlu strategi operasi yang mencerminkan rancangan pandangan ke luar pada pengambilan keputusan operasi, berfokus pada kebutuhan pasar 9Fandy
Tjiptono dan Anastasia Diana, Total Quality Management (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2003), hlm. 3-4 10Departemen Pendidikan Nasional, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Konsep Dasar, Buku 1 (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, 2002), hlm. 22-25. Lihat juga Abdul Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006), hlm. 252-254.
Tadrîs. Volume 5. Nomor 2. 2010
301
Karimullah
dan konsumen, dengan meningkatkan posisi persaingan yang dipilih madrasah di masa sekarang atau yang akan datang.11 Mengefektifkan Fungsi Manajemen Dalam proses manajemen, terlibat fungsi-fungsi pokok yang ditampilkan oleh seorang manajer yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), kepemimpinan (leading) dan pengawasan (controlling). Perencanaan merupakan agenda pertama yang harus dilakukan oleh seorang manajer. Tanpa perencanaan yang baik, pengorganisasian sumber daya akan tak terarah. Fungsi kepemimpinan juga tidak akan jalan tanpa adanya perencanaan yang baik (diarahkan ke mana?). Demikian pula dengan pengawasan.12 Fungsi perencanaan, antara lain, adalah menentukan tujuan atau kerangka tindakan yang diperlukan untuk pencapaian tujuan tertentu. Ini dilakukan dengan mengkaji kekuatan dan kelemahan organisasi, menentukan kesempatan dan ancaman, menetukan strategi, kebijakan, taktik dan program. Semua itu dilakukan berdasarkan proses pengambilan keputusan secara ilmiah. Arti penting perencanaan terutama adalah memberikan kejelasan arah bagi setiap kegiatan, sehingga setiap kegiatan dapat diusahakan dan dilaksanakan seefisien dan seefektif mungkin. T. Hani Handoko mengemukakan sembilan manfaat perencanaan bahwa perencanaan: (a) membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan perubahanperubahan lingkungan; (b) membantu dalam kristalisasi persesuaian pada masalah-masalah utama; (c) memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran; (d) membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat; (e) memberikan cara pemberian perintah untuk beroperasi; (f) memudahkan dalam melakukan koordinasi di antara berbagai bagian organisasi; (g) membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah dipahami; (h) meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti; dan (i) menghemat waktu, usaha dan dana.
11D.T.
John dan H.A. Harding, Manajemen Operasi untuk Meraih Keunggulan (Jakarta: Pustaka Pressindo, 1996), hlm. 17. 12Arief Furchan, Transformasi Pendidikan Islam di Indonesia (Yogyakarta: Gama Media, 2004), hlm. 67.
302
Tadrîs. Volume 5. Nomor 2. 2010
Mengefektifkan Fungsi Manajemen
Fungsi perorganisasian meliputi penentuan fungsi, hubungan dan struktur. Fungsi berupa tugas-tugas yang dibagi ke dalam fungsi garis, staf, dan fungsional. Hubungan terdiri atas tanggung jawab dan wewenang memperlancar alokasi dumber daya dengan kombinasi yang tepat untuk mengimplementasikan rencana. Berkenaan dengan pengorganisasian ini, Hadari Nawawi mengemukakan beberapa asas dalam organisasi, diantaranya adalah : (a) organisasi harus profesional, yaitu dengan pembagian satuan kerja yang sesuai dengan kebutuhan; (b) pengelompokan satuan kerja harus menggambarkan pembagian kerja; (c) organisasi harus mengatur pelimpahan wewenang dan tanggung jawab; (d) organisasi harus mencerminkan rentangan kontrol; (e) organisasi harus mengandung kesatuan perintah; dan (f) organisasi harus fleksibel dan seimbang. Fungsi pemimpin meliputi menggambarkan bagaimana manajer mengarahkan dan memengaruhi para bawahan, bagaimana orang lain melaksanakan tugas yang esensial dengan menciptakan suasana yang menyenangkan untuk bekerja sama. Fungsi pengawasan meliputi penentuan standar, supervisi, dan mengukur penampilan/pelaksanaan terhadap standar dan memberikan keyakinan bahwa tujuan organisasi tercapai. Pengawasan sangat erat dengan kaitannya dengan perencanaan, karena melalui pengawasan efektivitas manajemen dapat diukur.13 Dengan demikian, pengawasan merupakan suatu kegiatan yang berusaha untuk mengendalikan agar pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan memastikan apakah tujuan organisasi tercapai. Apabila terjadi penyimpangan di mana letak penyimpangan itu dan bagaimana pula tindakan yang diperlukan untuk mengatasinya. Agar fungsi manajemen dapat berjalan secara baik dan mencapai hasil yang optimal, maka diperlukan seorang kepala sekolah yang kuat, memiliki visi dan misi yang jelas serta mampu menterjemahkan keduanya pada rumusan-rumusan kebijakan serta tujuan-tujuan yang terukur dengan menciptakan iklim dan suasana kerja yang memberdayakan pegawai untuk melakukan yang terbaik.
13Jamal
Mansur Asmani, Manajemen Pengelolaan dan Kepemimpinan Pendidikan Profesional (Yogyakarta: DIVA Press, 2009), hlm. 70-71.
Tadrîs. Volume 5. Nomor 2. 2010
303
Karimullah
Kepala sekolah adalah pemimpin pendidikan yang mempunyai peranan sangat besar dalam mengembangkan mutu pendidikan di sekolah. Berkembangnya semangat kerja, kerjasama yang harmonis, minat terhadap perkembangan pendidikan, suasana kerja yang kondusif dan menyenangkan, perkembangan mutu profesional di antara para guru banyak ditentukan kualitas kepemimpinan kepala sekolah. Dalam satuan pendidikan, kepala sekolah menduduki dua jabatan penting untuk bisa menjamin kelangsungan proses pendidikan sebagaimana yang telah digariskan oleh perundang-undangan. Pertama, kepala sekolah adalah pengelola pendidikan di sekolah secara keseluruhan. Kedua, kepala sekolah adalah pemimpin formal pendidikan di sekolahnya. Sebagai pengelola pendidikan, berarti kepala sekolah bertanggung jawab terhadap keberhasilan penyelenggaraan kegiatan pendidikan dengan cara melaksanakan administrasi sekolah dengan seluruh substansinya. Di samping itu kepala sekolah bertanggungjawab terhadap kualitas sumber daya manusia yang ada agar mereka mampu menjalankan tugas-tugas pendidikan. Oleh karena itu sebagai pengelola, kepala sekolah memiliki tugas untuk mengembangkan kinerja para personal (terutama para guru) ke arah profesionalisme yang diharapkan. Sebagai pemimpin formal, kepala sekolah bertanggungjawab atas tercapainya tujuan pendidikan melalui upaya menggerakkan para bawahan ke arah pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini kepala sekolah bertugas melaksanakan fungsifungsi kepemimpinan, baik fungsi yang berhubungan dengan pencapaian tujuan pendidikan maupun penciptaan iklim sekolah yang kondusif bagi terlaksananya proses belajar mengajar secara efektif dan efisien.14 Untuk itu, kepala sekolah perlu menerapkan kepemimpinan efektif dengan beberapa kriteria sebagai berikut: a) mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, lancar dan produktif; b) dapat menjalankan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan; c) mampu menjalin 14Moch.
Idhochi Anwar, Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan (Bandung : CV. Alfabeta, 2003), hlm. 75.
304
Tadrîs. Volume 5. Nomor 2. 2010
Mengefektifkan Fungsi Manajemen
hubungan yang harmonis dengan masyarakat, sehingga dapat melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah dan pendidikan; d) berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kedewasaan guru dan pegawai lain di sekolah; dan e) mampu bekerja dengan tim manajemen sekolah Penutup Perubahan-perubahan yang terjadi dalam organisasi pendidikan semakin lama semakin cepat. Banyak pengelola pendidikan mengalami kesulitan mengikuti perubahan dalam dunia pendidikan ini karena tidak mungkin menjadi ahli dalam segala bidang, maka diperlukan suatu pendekatan manajemen yang dapat memecahkan masalah yang semakin kompleks itu. Maka dari itu, diperlukan upaya untuk mengefektifkan fungsi manajemen dalam memperbaiki mutu pendidikan yang dirasa masih sangat memprihatinkan. Untuk itu, diperlukan seorang kepala sekolah yang memiliki kemampuan untuk mengefektifkan fungsi tersebut. Karena kemampuan kepala sekolah sangat menentukan arah perbaikan mutu dengan berbagai strategi. Hal itu dapat dicapai manakala kepala sekolah beserta stafnya menjalankan manajemen yang fungsional dengan kepemimpinan partisipatif dalam pengambilan keputusan di setiap kebijakannya. Wa Allâh a’lam bi al-shawâb.*
Daftar Pustaka Anwar, Moch. Idhochi. Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan. Bandung : CV. Alfabeta, 2003. Arief Furchan, Transformasi Pendidikan Islam di Indonesia. Yogyakarta: Gama Media, 2004.. Asmani, Jamal Mansur. Manajemen Pengelolaan dan Kepemimpinan Pendidikan Profesional. Yogyakarta: DIVA Press, 2009.
Atiqullah, Manajemen Kepemimpinan Pendidikan Islam. (Pamekasan: STAIN Pamekasan Press, 2009
Tadrîs. Volume 5. Nomor 2. 2010
305
Karimullah
Departemen Pendidikan Nasional, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Konsep Dasar, Buku 1 (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, 2002. Fatah, Nanang. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003. Handoko, T. Hani Manajemen. Yogyakarta: BPFE, 1999. John, D.T. dan H.A. Harding, Manajemen Operasi untuk Meraih Keunggulan. Jakarta: Pustaka Pressindo, 1996. Marno dan Triyo Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam. Bandung: Refika Aditama, 2008. Panduan Manajemen Sekolah. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum Depdiknas, 1999) Qomar, Mujamil. Manajemen Pendidikan Islam. Jakarta: Erlangga, 2007. Shaleh, Abdul Rachman. Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006. Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam, Konsep, Strategi dan Aplikasi. Yogyakarta: Teras, 2009. Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana, Total Quality Management. Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2003. Umedi, Manajemen Mutu Berbasis Sekolah/Madrasah (MMBS/M). Jakarta: Pusat Kajian Mutu Pendidikan, 2004.
306
Tadrîs. Volume 5. Nomor 2. 2010