IKLIM KOMUNIKASI DALAM PENINGKATAN EFEKTIFITAS FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN PENDIDIKAN Nasrul Syakur Chaniago Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah IAIN - SU Jl. Williem Iskandar Pasar V Medan Estate, 20371 Email:
[email protected]
@A :8B= CD 0دھ2? ن0= 389:;<, 34دار7 ا./0ظ2, إن ا:ي خ0RA 0LRA و،3O<;PQ, اMAا2G, ا0LIIJ;4و. 3,0GD :8H ن08EFا رة2\ Cت ھU0VWUخ ا0RA .0L8
Abstrak: Fungsi-fungsi manajemen pendidikan, keberadaannya sering tidak efektif. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah faktor iklim komunikasi yang tidak berjalan dengan baik. Iklim komunikasi merupakan gambaran kadaan atau suasana saat berlangsung komunikasi setiap hari, tidak terbatas ruang dan waktu. Untuk melihat kondusif atau tidak iklim komunikasi dalam pendidikan, perlu diperhatikan 3 aspek yaitu komunikasi, perilaku komunikasi dan budaya komunikasi dalam fungsi-fungsi manajemen pendidikan. Hal inilah yang akan penulis kemukakan dalam tulisan ini. Kata Kunci: Iklim Komunikasi, Fungsi-fungsi Manajemen A. Pendahuluan entingnya pendidikan dapat dirasakan setiap orang dengan memberikan harapan dan kemungkinan yang lebih baik pada masa mendatang. Dengan kata lain, pendidikan sebagai upaya meningkatkan kualitas hidup manusia, meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), mengubah perilaku dan corak berfikir
P
47
ءا
أVol. I No. 1 Januari – Juni 2011
manusia kearah yang lebih baik sesuai pertumbuhan dan perkembangan jiwanya. Dapat dirasakan bahwa pendidikan bukan merupakan upaya yang sederhana, melainkan kegiatan yang dinamis dan penuh tantangan. Pendidikan akan berubah seiring dengan perubahan dan perkembangan zaman. Suatu saat pendidikan dipersalahkan atas ketidakpuasan masyarakat jika tidak dikelola dengan prosedur dan mekanisme yang baik. Dalam hal ini. Pendidikan menyangkut kepentigan orang banyak, bukan saja menyangkut investasi dan kondisi hidup di masa depan, melainkan kondisi dan suasana kehidupan saat ini. Oleh karena itu, pendidikan memerlukan upaya perbaikan dan peningkatan sejalan dengan semakin tingginya kebutuhan dan tuntutan hidup dalam masyarakat. Dunia pendidikan dalam artian sekolah, dapat dikategorikan sebagai organisasi yang menghendaki suatu kerja sama yang komunikatif, benar-benar baik dan saling mendukung. Sekolah merupakan wadah berlangsungnya pendidikan yang dirancang untuk dapat berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) di masa yang akan datang dengan tujuan dan sasaran yang jelas. Karena itu, sekolah perlu pengelolaan yang benar-benar profesional yang didukung oleh pihak-pihak yang terkait seperti kepala sekolah, guru-guru, pegawai atau karyawan dan pemerhati pendidikan. Sebagai kunci suksesnya sebuah sekolah perlu dibangun suatu komunikasi yang kondusif terhadap sesama anggota, tentunya didukung oleh konsep diri yang baik oleh masing-masing anggota organisasi. Segala program yang telah direncanakan akan berjalan dengan baik apabila seluruh anggota organisasi saling menjaga hubungan komunikasi agar tetap harmonis, baik untuk membicarakan program sedang dan akan dijalankan serta yang telah berjalan, apa kelemahan dan kelebihan atau disebut juga evaluasi program. Setiap saat ada interaksi komunikasi antar sesama anggota dan dengan pimpinan. Komunikasi akan mengalir menurut jenjangnya. Terkadang dating dari atasan, bawahan dan ke samping antar sesama bawahan. Perilaku dalam keseharian anggota saat formal maupun tidak dalam sekolah juga merupakan komunikasi yang disampaikan tanpa bahasa atau kata. Kebiasaan berkomunikasi akan melahirkan satu budaya berkomunikasi tertentu. Kecendrungan untuk berkomunikasi yang baik biasanya dimulai dari pimpinan
48
Nasrul Syakur Chaniago : Iklim Komunikasi Dalam Peningkatanefektifitas…
dengan memberikan contoh kepada bawahan untuk selalu berkomunikasi di setiap keadaan. Dengan berkomunikasi mampu meringankan beban sesama anggota saat mengalami kesusahan dalam menghadapi suatu pekerjaan. Komunikasi juga mampu sebagai sarana penyaluran aspirasi, informasi dan cara bagaimana mempengaruhi orang lain untuk mau bekerja sama mambangun cita-cita pendidikan yakni mencerdaskan kehidupan bangsa yang termaktub dalam undang-ndang dasar 1945. Di dalam aktivitas setiap sehari yang dimulai dari bangun tidur sampai akan menjelang tidur tidak terlepas dari kegiatan berkomunikasi. Dalam setiap sekolah dapat terjadi antar sesama siswa, sesama guru, siswa dengan guru atau karyawan dan pimpinan dengan bawahan. Bagaimana perilaku guru-guru, siswa, karyawan dan pimpinan merupakan komunikasi yang dapat diinterpretasikan baik atau buruk. Kebiasaan berperilaku juga menjadi komunikasi yang mampu menciptakan satu budaya komunikasi yang kondusif atau tidak. Komunikasi yang baik dapat dipengauruhi oleh perilaku anggota ketika berinteraksi antar sesamanya. Komunikasi tidak kondusif bahkan menjadi buruk apabila telah dipengaruhi hal-hal tertentu seperti kecemburuan sosial, persoalan pribadi yang tak terselesaikan dengan baik, kecurigaan, sifat iri, dengki, marah, benci, sifat kedaerahan, kesukuan, kurangnya penghargaan terhadap orang lain dan yang lainnya mampu mengoyak tatanan komuniaksi yang baik yang telah dibangun orang-orang terdahulu. Komunikasi yang sudah baik dapat rusak akibat konflik yang yang berkepanjangan yang terjadi antar sesama anggota, sehingga berpengaruh dalam tubuh organisasi atau organisasi itu sendiri yang sudah rusak, sehingga komunikasi yang dianggap mampu menjadi motor penggerak organisasi dalam setiap sektor tak mampu berbuat apa-apa. Kemunduran demi kemunduran akan terjadi setiap saat bahkan berakibat buruk dengan hancurnya organisasi yang telah dibangun orang-orang sebelumnya. Sekolah terdiri dari beberapa jenjang yang dimulai dari dasar, menengah pertama, menengah atas dan perguruan tinggi hingga mencapai program doctoral. Sekolah ada yang dikelola pemerintah dan ada juga yang dikelola pihak swasta dengan tujuan tidak lain adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
49
ءا
أVol. I No. 1 Januari – Juni 2011
B. Konsep Komunikasi Istilah komunikasi dapat dilihat dari dua segi, secara etimologis dan terminologis. Secara etimologis atau umum istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu communicatio dan perkataan ini bersumber pada kata communis. Arti communis di sini adalah sama, dalam arti kata sama makna yaitu sama makna mengenai suatu hal (Liliweri, 1991: 3). Secara terminologis komunikasi dapat diartikan dalam berbagai pendapat sesuai kepentingan dan hal yang dimaksudkan. Cangara (2004: 4) menyebutkan komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam kehidupan umat manusia. Menurut Thoha (2001: 145) komunikasi adalah suatu proses penyampaian dan penerimaan berita atau informasi dari seseorang ke orang lain. Penyampaian berita atau informasi akan lebih bermanfaat jika disampaikan kepada orang yang tepat. Edward Depari menyebutkan komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung arti, dilakukan oleh penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan (Widjaya, 2000: 13). Pada halaman yang lain Widjaya (2000: 26) mamperkuat pendapatnya dengan menyebutkan komunikasi adalah hubungan kontak antar manusia baik secara individu maupun kelompok. Menurut William C. Himstreet dan Wayne Murlin Baty dalam buku Business Comunications: Principles And Methods mendefenisikan komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi antar individu melalui suatu sistem yang biasa (lazim), baik dengan simbol-simbol, sinyal-sinyal, maupun perilaku atau tindakan (Purwanto, 2003: 3). William J. Seller (1988) mendefinisikan komunikasi adalah proses dengan mana simbol verbal dan non verbal dikirimkan, diterima dan diartikan (Muhammad, 2001: 4). Menurut Effendy (1999: 5) komunikasi adalah proses penyampaian suatu pernyataan kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku, baik langsung secara lisan maupun tak langsung melalui media. Sedangkan Brent D. Rubent mendefenisikan komunikasi adalah suatu proses melalui mana individu dalam hubungannya, dalam kelompok, dalam organisasi, dan dalam masyarakat menciptakan, mengirimkan, dan menggunakan informasi untuk
50
Nasrul Syakur Chaniago : Iklim Komunikasi Dalam Peningkatanefektifitas…
mengkoordinasikan lingkungannya dan orang lain (Muhammad, 2001: 3). Dari beberapa defenisi di atas, disimpulkan bahwa komunikasi merupakan proses pertukaran informasi antar individu melalui suatu sistem yang biasa (lazim), baik dengan simbol-simbol, sinyalsinyal, maupun prilaku atau tindakan dengan menggunakan bahasa verbal maupun non verbal yang dikirim, diterima, diartikan dan dikoordinasikan dalam lingkungan masyarakat, kelompok dan organisas tertentu. Untuk mengenal komunikasi lebih mendalam, perlu diketahui komponen apa saja yang membentuk komunikasi. Dengan kata lain, komunikasi terjadi karena ada pengirim pesan, pesan, saluran, penerima pesan dan balikan (Muhammad, 2001: 17). Berbagai macam media komunikasi dalam menyampaikan informasi untuk kemajuan organisasi. Salah satu contoh yang dapat kita gunakan hampir setiap hari yaitu telepon atau mobile (Hp), mesin fex, internet dan lain-lain. Dalam hal ini, media komunikasi ini sangat berperan dalam kemajuan organisasi, berfungsi mendekatkan jarak dan menghemat atau mempersingkat waktu. Menurut Farace, Monge dan Russell bahwa Fungsi-fungsi komunikasi lebih khusus meliputi pesan-pesan mengenai pekerjaan, pemeliharaan, motivasi, integrasi dan inovasi (Pace & Faules, 2002: 34). C. Komunikasi dalam Pendidikan Komunikasi dalam pendidikan dapat berupa alat tranformasi informasi berupa ilmu pengetahuan. Menurut Effendy (1999: 101) ditinjau dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi dalam arti kata bahwa dalam proses tersebut terlibat dua komponen yang terdiri atas manusia, yakni pengajar sebagai komunikator dan pelajar sebagai komunikan. Sagala (2003: 147) menjelaskan bahwa guru sebagai tenaga pendidik adalah seseorang atau sekelompok orang yang berprofesi mengolah kegiatan belajar dan mengajar serta seperangkat pesan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang lebih efektif, melalui transformasi. Tenaga pendidik bertugas menyelenggarakan kegiatan mengajar, melatih, mengembangkan, mengelola, dan memberikan pelayanan teknis dalam bidang pendidikan. Kehadiran guru atau pendidik merupakan motivator, stabilisator dan komunikator dalam pembelajaran yang tentunya bertujuan mensosialisasikan materi
51
ءا
أVol. I No. 1 Januari – Juni 2011
pembelajaran kepada peserta didik, baik berlangsung dalam kelas maupun diluar kelas atau sekolah. Pada umumnya pendidikan berlangsung secara berencana di dalam kelas secara tatap muka (face-to-face). Dalam hal ini akan terjadi komunikasi satu arah atau dua arah. Pada tingkat apa pun, proses komunikasi antara pengajar (guru) dan pelajar (siswa) itu pada hakekatnya sama saja. Perbedaannya hanyalah pada jenis pesan serta kualitas yang disampaikan oleh si pengajar kapada si pelajar. D. Organisasi Pendidikan Organisasi pendidikan disebut juga organisasi sekolah dalam arti sempit organisasi berarti satu wadah tempat kegiatan administrasi dan kepemimpinan dijalankan. Sondang P. Siagian (1982) menyebutkan secara luas organisasi pendidikan berarti proses dimana berlangsung suatu interaksi antara orang-orang, fasilitas/sarana, tujuan, methode, dan kebijaksanaan (Fachruddin, 2003: 117). Setiap organisasi tanpa terkecuali organisasi pendidikan (sekolah) mempunyai ciri-ciri tertentu, yaitu: 1. Terdapat tujuan yang jelas yang dapat dipahami setiap anggota. 2. Adanya kesatuan arah (unity of derection). 3. Adanya kasatuan perintah (unity of comand). 4. Pembagian tugas yang jelas. 5. Struktur organisasi berfungsi secara baik dan sederhana. 6. Pola dasar organisasi harus permanent. 7. Penetapan orang harus sesuai dengan keahliannya. 8. Hak dan wewenang yang jelas. Di Indonesia hanya dikenal dua bentuk pendidikan yaitu pendidikan formal dan pendidikan non-formal. Bentuk pendidikan ini telah tercatat dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional dengan No. 2 Tahun 1989, Bab IV fasal 10 ayat 1, 2 dan 3. Pendidikan formal dilakukan di sekolah. Sedangkan pendidikan non-formal dilakukan di luas sekolah seperti kursus-kursus, yang dikenal dengan sebutan life skill. Kemudian pada UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 terjadi penambahan yaitu pendidikan informal yang dilakukan di dalam keluarga, di tempattempat ibadah dan di masyarakat tentang nilai-nilai, norma, kepribadian dan hidup bermasyarakat.
52
Nasrul Syakur Chaniago : Iklim Komunikasi Dalam Peningkatanefektifitas…
E. Iklim Komunikasi Iklim komunikasi terdiri dari dua kata yaitu iklim dan komunikasi. Iklim menurut kamus besar Bahasa Indonesia (1995: 369) yaitu suatu kondisi atau suasana dalam jangka waktu yang agak lama. Sedangkan komunikasi telah penulis jelaskan sebelumnya. Menurut Pace dan Faules iklim komunikasi merupakan gabungan prilaku manusia dan persepsi mereka terhadap peristiwa atau keadaan tertentu, respon karyawan satu dengan yang lainnya, harapan-harapan, konflik interpersonal dan kesempatan untuk berkembang dalam organisasi (Yetti, 2002: 65). Denis (1975) mengemukakan bahwa iklim komunikasi sebagai kualitas pengalaman yang bersifat objektif mengenai lingkungan internal organisasi, yang mencakup persepsi anggota organisasi terhadap pesan dan hubungan pesan dengan kejadian yang terjadi di dalam organisasi (Muhammad, 2001: 86). Iklim komunikasi yang terjadi itu merupakan konsekwensi atau hasil dari bagaimana anggota organisasi mempersepsikan ciri-ciri organisasi seperti: kebijakan, arus informasi, pekerjaan yang harus dilakukan, penggajian dan keuntungan, promosi, rekan sekerja dan supervisor (Hasan, 2002: 22). Dengan kata lain, iklim komunikasi yang kondusif meliputi kualitas hubungan dalam lingkungan kerja yang langsung dapat dirasakan para anggota organisasi. Agar saling mendukung secara keseluruhan dalam kemajuan organisasi perlu adanya saling pengertian, kreadibilitas pemimpin, keterbukaan dan tujuan organisasi yang cukup jelas. Menurut Redding dalam Muhammad (2001: 85) ada lima dimensi penting dari dalam membangun iklim komunikasi yang kondusif, antara lain: a. Supportiveness, atau bawahan mengamati bahwa hubungan komunikasi mereka dengan atasan membantu mereka membangun dan menjaga perasaan diri berharga dan penting. b. Partisipasi membuat keputusan. c. Kepercayaan, dapat dipercaya dan dapat menyimpan rahasia. d. Keterbukaan dan keterusterangan. e. Tujuan kinerja yang tinggi, pada tingkat mana tujuan kinerja dikomunikasikan dengan jelas kepada anggota organisasi.
53
ءا
أVol. I No. 1 Januari – Juni 2011
Yang menjadi pokok persoalan utama dari iklim komunikasi adalah hal-hal berikut: (1) persepsi mengenai sumber komunikasi dan hubungannya dalam organisasi; (2) persepsi mengenai tersedianya informasi bagi anggota organisasi; dan (3) persepsi mengenai organisasi itu sendiri. 1. Komunikasi Organisasi Komunikasi organisasi dapat didefenisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu (Pace dan Faules, 2002: 31). Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan-hubungan hierarkis antara yang satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan. Goldhaber (1986) mendefenisikan komunikasi organisasi sebagai berikut: Organizational communications is the process of creating and exchanging messages within a network of interdependent relationship to cope with environmental uncertainty (Muhammad, 2001: 67). Dengan kata lain, komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah. Defenisi ini mengandung tiga konsep kunci yaitu: a. Proses. Suatu organisasi merupakan sistem terbuka yang dinamis yang menciptakan dan saling menukar pesan di antara anggotanya. Karena gejala menukar dan menciptakan informasi selalu berjalan terus-menerus dan tidak ada henti-hentinya sehingga dikatakan sebuah proses. b. Pesan. Pesan berupa simbol yang penuh arti tentang orang, objek, kejadian yang dihasilkan oleh interaksi dengan orang lain. c. Jaringan. Ciptaan dan pertukaran pesan dari orang-orang ini sesamanya terjadi melewati suatu set jalan kecil yang dinamakan jaringan kimunikasi. Jaringan ini dapat bersifat formal ataupun informal yang saling tergantung, hubungan, lingkungan dan ketidakpastian. Ada beberapa faktor yang cukup urgen dalam membangun komunikasi organisasi agar menjadi kondusif dan terkendali yaitu: pembentukan konsep diri, interaksi komunikasi, jaringan komunikasi dan persepsi komunikasi.
54
Nasrul Syakur Chaniago : Iklim Komunikasi Dalam Peningkatanefektifitas…
a. Pembentukan Konsep Diri Konsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita, dan itu hanya bisa kita peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada kita (Mulyana, 2002: 7). Melalui komunikasi dengan orang lain akan lebih mudah belajar mengenai siapa kita dan bagaimana keadaan diri sendiri. Konsep diri sendiri umumnya dipengaruhi oleh keluarga dan orang-orang terdekat di sekitar lingkungan kita termasuk kerabat. George Herbert Mead (1934) menyatakan setiap manusia mengembangkan konsep dirinya melalui interaksi dengan orang lain dalam masyarakat dan itu dilakukan lewat komunikasi (Mulyana, 2002: 10). Konsep diri sendiri tidak pernah terisolasi, melainkan bergantung pada reaksi dan respon orang lain. Kesan yang dimiliki orang lain terhadap diri kita dan cara mereka bereaksi terhadap kita sangat bergantung pada cara kita berkomunikasi dengan mereka, termasuk cara berbicara dan cara berpakaian. Jadi pada dasarnya untuk dapat memahami orang lain dalam berkomunikasi, perlu diketahui keadaan diri kita sendiri, sehingga dapat menyesuaikan diri terhadap orang lain dan tidak memaksakan orang lain agar se-level dengan kita dalam segala hal termasuk dalam memberikan umpan balik terhadap informasi yang kita berikan. b. Interaksi Komunikasi Interaksi komunikasi dapat terjadi dengan kalau lengkap seluruh komponen atau unsur komunikasi yang telah dijelaskan di atas. Interaksi komunikasi dapat berupa komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok kecil dan komunikasi antar budaya. 1) Komunikasi antarpersonal (Interpersonal) adalah proses pertukaran informasi di antara seseorang dengan orang lain atau biasanya di antara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya (Muhammad, 2001: 159). Dengan kata lain, komunikasi interpersonal merupakan proses pertukaran informasi (ide, pikiran, gagasan, perasaan dan maksud) yang berlangsung antar individu dalam rangka supaya terjalin hubungan baik dalam interaksi social. Komunikasi interpersonal ini bisa saja berupa interaksi intim, percakapan social, interogasi atau pemeriksaan dan wawancara.
55
ءا
أVol. I No. 1 Januari – Juni 2011
Komunikasi antarpersonal berorientasi pada perilaku, sehingga penekanannya pada proses penyampaian informasi dari satu orang ke orang lain. Dalam hal ini komunikasi dipandang sebagai cara dasar memmpengaruhi prilaku dan yang mempersatukan proses psikologi, seperti persepsi, pamahaman dan motivasi di satu pihak dengan bahasa dengan pihak yang lain. Thoha (2001: 166) menegaskan komunikasi antar pribadi atau interpersonal biasanya efektif dengan lima hal yaitu, keterbukaan, empaty, dukungan, kepositifan dan kesamaan. Johnson (1981) menunjukkan beberapa peranan yang disumbangkan oleh komunikasi antarpribadi dalam rangka menciptakan kebahagiaan hidup manusia antara lain (Supratiknya, 2003: 9): (1) komunikasi antarpribadi membantu perkembangan intelektual dan sosial kita; (2) identitas atau jati diri kita terbentuk dalam dan lewat komunikasi dengan orang lain; (3) dalam rangka memahami realitas di sekeliling kita serta menguji kebenaran kesan-kesan dan pengertian yang kita miliki tentang dunia di sekeliling kita, kita perlu membandingkannya dengan kesan-kesan dan pengertian orang lain tentang realitas yang sama; dan (4) kesehatan mental kita sebagian besar juga ditentukan oleh kualitas komunikasi atau hubungan kita dengan orang lain, lebih-lebih orang-orang yang merupakan tokohtokoh signifikan dalam hidup kita. 2) Komunikasi Kelompok kecil adalah suatu kumpulan individu yang dapat mempengaruhi satu sama lain, memperoleh beberapa kepuasan satu sama lain, berinteraksi untuk beberapa tujuan, mengambil peranan, terikat satu sama lain dan berkomunikasi tatap muka (Muhammad, 2001: 182). Komunikasi kelompok dapat ditandai dengan mempermudah pertemuan ramah-tamah, personaliti kelompok, kekompakan, komitmen terhadap tugas dan besar kelommpok seadanya saja. Kelompok kecil yang dimaksud dapat berupa beberapa guru yang mendiskusikan beberapa perubahan bentuk pengajaran atau beberapa wali kelas dengan kepala sekolah untuk memutuskan suatu hal yang dianggap penting untuk perbaikan pendidikan. 3) Komunikasi Publik adalah pertukaran pesan dengan sejumlah orang yang berada dalam organisasi atau yang di luar organisasi secara tatap muka atau melalui media (Muhammad, 2001: 197).
56
Nasrul Syakur Chaniago : Iklim Komunikasi Dalam Peningkatanefektifitas…
c. Jaringan Komunikasi Jaringan komunikasi merupakan pola komunikasi dalam suatu organisasi. Jaringan komunikasi terbagi atas dua bagian yaitu jaringan komunikasi formal dan nonformal. Jaringan komunikasi formal adalah sah (disahkan oleh manajemen) dan biasanya diperlihatkan dalam bagan organisasi yang menunjukan siapa yang bertanggung jawab kepada siapa (Curtis, 1996 : 21). Jaringan komunikasi formal dalam organisasi terbagi atas tiga bagian yaitu: 1) Komunikasi ke bawah menunjukkan arus pesan yang mengalir dari para atasan atau para pimpinan kepada bawahan. Kabanyakan komunikasi ke bawah digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan yang berkenaan dengan tugas-tugas dan pemeliharaan. Menurut Lewis (1987) komunikasi ke bawah adalah untuk menyampaikan tujuan, untuk merubah sikap, membentuk pendapat, mengurangi ketakutan, dan kecurigaan yang timbul karena salah informasi, mencegah kesalahpahaman karena kurang informasi dan mempersiapan anggota organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan (Muhammad, 2001: 108). 2) Komunikasi ke atas yaitu pesan yang mengalir dari bawahan kepada atasan atau ke tingkat yang lebih tinggi. Komunikasi ke atas merupakan sumber informasi yang penting dalam membuat keputusan, karena dengan adanya komunikasi ini pimpinan dapat mengetahui bagaimana pendapat bawahan mengenai atasan, mengenai pekerjaan mereka, mengenai teman-temannya sama bekerja dan mengenai organisasi. 3) Komunikasi horizontal adalah pertukaran pesan di antara orang yang sama tingkatan otoritasnya di dalam organisasi (Muhammad, 2001: 121). Jaringan komunikasi informal disebut juga grapevine yang mengalir dari atas ke bawah atau secara horizontal tanpa memperhatikan hubungan posisi, kalaupun ada hanya sedikit (Muhammad, 2001: 124). Karena komunikasi informal ini menyebabkan informasi pribadi muncul dari interaksi di antara orang-orang dan mengalir keseluruh organisasi tanpa dapat diperkirakan.
57
ءا
أVol. I No. 1 Januari – Juni 2011
d. Persepsi Komunikasi Persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman (Thoha, 2001: 123). Persepsi meliputi semua proses yang dilakukan seseorang dalam memahami informasi mengenai lingkungannya. Proses terjadinya persepsi ini dapat dipengaruhi oleh tiga hal yaitu, objek peristiwa yang dapat dipahami, lingkungan terjadinya persepsi dan orang-orang yang melakukan persepsi. Sebagai kunci memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi dan bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap situasi. Persepsi sangat mengandalkan interpretasi terhadap komunikasi. Interpretasi merupakan suatu aspek kognitif dari persepsi yang amat penting. Proses interpretasi ini tergantung pada cara pendalaman (learning), motivasi dan kepribadian seseorang. Menurut Stoner (1996: 219) Perbedaan persepsi dapat terjadi karena: (1) orang yang mempunyai latar belakang pengetahuan dan pengalaman berbada sering menerima fenomena sama dari perspektif yang berbeda; (2) perbadaan bahasa sering kali berkaitan erat dengan perbedaan dalam persepsi individu; dan (3) perbedaan persepsi dapat muncul karena perbedaan jenis kelamin. Adapun karakteristik dari orang-orang yang dilihat atau dinilai (perceived) dalam proses persepsi social menurut Thoha (2001: 140) antara lain: (1) status orang yang dinilai akan mempunyai pengaruh yang besar bagi persepsi orang yang menilai; (2) orang yang dinilai biasanya ditempatkan dalam kategori-kategori tertentu agar lebih mudah memahami. Biasanya kategori itu ditujukan pada status dan peranan seseorang; dan (3) sifat perangai orang-orang yang dinilai akan memberikan pengaruh yang besar terhadap persepsi orang lain pada dirinya. 2. Perilaku Komunikasi Organisasi Untuk sampai pada pembahasan tentang perilaku komunikasi organisasi, ada baiknya peneliti menjelaskan sedikit tentang perilaku oraganisasi agar lebih memudahkan untuk memahami perilaku komunikasi organisasi. Perilaku keorganisasian atau organisasi didefenisikan sebagai studi mengenai perilaku manusia dalam organisasi, yang mana dengan menggunakan ilmu
58
Nasrul Syakur Chaniago : Iklim Komunikasi Dalam Peningkatanefektifitas…
pengetahuan tentang bagaimana manusia bertindak dalam organisasi (Tampubolon, 2004: 2). Thoha (2001: 4) menjelaskan perilaku organisasi adalah suatu studi yang menyangkut aspek-aspek tingkah laku manusia dalam suatu organisasi atau kelompok tertentu. Adapun tujuan praktis dari penelaahan studi ini adalah untuk mendeterminasi bagaimana perilaku manusia itu mempengaruhi usaha pencapaian tujuan-tujuan organisasi. Perilaku komunikasi seringkali merupakan fokus program penelitian dan pengembangan, khususnya ketika digunakan pendekatan perilaku. Dianggap perilaku-perilaku komunikasi bila perilaku-perilaku tersebut membuat sesuatu lainnya terlihat atau menempatkan sesuatu sehingga terpandang jelas atau menjadi perhatian seorang lainnya (Pace & Faules, 2002: 27). Agar pertunjukan menjadi suatu bentuk perilaku organisasi, ia harus mereprentasikan atau mewakili atau melambangkan sesuatu lainnya. Kata koordinator bersumber pada bahasa latin coordination yang berarti “kombinasi atau interaksi yang harmonis. Menurut Effendy (1999: 116) Interaksi yang harmonis di antara para karyawan suatu organisasi, baik hubungannya secara timbal-balik maupun secara horizontal di antara para karyawan secara timbalbalik pula, disebabkan oleh komunikasi. Secara teknis, itu berarti bahwa seseorang tidak dapat menghindari untuk menunjukkan pesan. Apa yang anda tunjukkan atau tempatkan sehingga terlihat jelas memang mereprentasikan anda. Komunikasi dapat dibedakan dengan semua perilaku manusia dan organisasi lainnya karena ia melibatkan proses mental memahami orang, objek dan peristiwa, yang kita sebut pertunjukan pesan. Komunikasi organisasi adalah “perilaku pengoranisasian” yang terjadi dan bagaimana mereka yang terlibat dalam proses itu bertransaksi dan memberi makna atas apa yang sedang terjadi. Perilaku komunikatif dapat diubah dengan manajemen eksternal kontingensi peneguhan, dengan upaya pengarahan diri yang memungkinkan individu-individu mengatur perilaku mereka sendiri dengan mengatur kontingensi yang tepat untuk mereka sendiri atau dengan kedua metode tersebut. Perilaku komunikatif biasanya dikelompokkan menjadi beberapa kategori. Pengelompokan yang lazim adalah yang dikenalkan oleh Carl Jung dan dikelompokkan sebagai perilaku berfikir, merasakan,
59
ءا
أVol. I No. 1 Januari – Juni 2011
mengamati melalui indra dan mengamati melalui intuisi (Pace & Faules, 2002: 303) Ada elemen kunci yang perlu diperhatikan untuk perilaku komunikasi organisasi, yaitu: orang, struktur, teknologi dan lingkungan di mana organisasi itu berkedudukan dan jangkauan operasionalnya. Sedangkan lingkungan organisasi juga dapat dilihat dari dua sudut, yaitu lingkungan eksternal dan lingkungan internal organisasi. 3. Budaya Komunikasi Organisasi Budaya merupakan sistem nilai dan akan mempengaruhi cara pekerjaan dilakukan dan cara para pegawai berperilaku. Budaya organisasi (organizational culture) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari lingkungan internal organisasi, karena keragaman budaya yang ada dalam suatu organisasi sama banyak dengan individu yang ada dalam organisasi (Tampubolon, 2004: 178). Budaya organisasi dapat dipengaruhi oleh perilaku organisasi baik bersifat individu maupun kelompok yang menanamkan hal-hal yang dipandang bermanfaat bagi kemajuan organisasi dan pencapaian tujuan organisasi. Menurut Panuju (2001: 2) budaya organisasi dibangun dari kepercayaan yang dipegang teguh secara mendalam tentang bagaimana organisasi seharusnya dijalankan atau beroperasi. Hubungan komunikasi organisasi diwujudkan dalam suatu kerangka budaya yang membimbing perilaku pesertanya (Pace & faules, 2002: 219). Peranan komunikasi dalam budaya organisasi dapat dilihat secara berlainan bergantung pada bagaimana budaya dikonsepsikan. Dari beberapa pendapat para ahli di atas, disimpulkan bahwa budaya komunikasi organisasi merupakan manivestasi dari perilaku oragnisasi dari individu maupun kelompok yang mempengaruhi kerja dan hal-hal yang bermanfaat bagi kemajuan demi pencapaian tujuan organisasi. Sackmann, Kroeber dan Kluckholn dalam Pace (2002: 90) menjabarkan tiga perspektif budaya secara luas mengenai budaya yang diterapkan pada situasi organisasi dalam kepustakaan yang berhubungan dengan pengelolaan. Ketiganya meliputi: (1) perspektif holistik, memandang budaya sebagai caracara terpola mengenai berfikir, menggunakan perasaan dan bereaksi; (2) perspektif variabel, terpusat pada pengekspresian budaya; dan (3) perspektif kognitif, memberikan penekanan pada
60
Nasrul Syakur Chaniago : Iklim Komunikasi Dalam Peningkatanefektifitas…
gagasan konsep, cetak biru, keyakinan, nilai-nilai dan normanorma, pengetahuan yang diorganisasikan yang ada dalam pikiran orang-orang untuk memahami realitas. Secara umum, bila orang-orang berinteraksi selama beberapa waktu, mereka membentuk suatu budaya komunikasi. Setiap budaya komunikasi mengembangkan harapan-harapan yang tertulis maupun tidak tertulis tentang prilaku (aturan dan norma-norma) yang mempengaruhi para anggota budaya itu. Tetapi orang-orang tidak hanya dipengaruhi oleh budaya tersebut, mereka menciptakan budaya. Setiap organisasi memiliki satu budaya atau lebih yang memuat perilaku-perilaku yang diharapkan tertulis atau tidak tertulis. Impisit dalam konsep budaya adalah suatu apresiasi tentang cara organisasi dibentuk oleh perangkat-perangkat khas nilai, ritus dan kepribadian. Louis (1985: 74) menyatakan bahwa budaya suatu kelompok dapat digolongkan sebagai ”seperangkat pemahaman atau makna yang dimiliki bersama oleh sekelompok orang (Pace & Faules, 2002: 91). Makna tersebut pada dasarnya diakui secara diam-diam oleh para anggotanya, jelas relevan bagi kelompok tertentu dan khusus untuk kelompok tersebut. Dengan demikian budaya komunikasi meliputi interaksi selama beberapa waktu, harapan-harapan perilaku, membentuk dan dibentuk, sifat-sifat khas yang dapat memisahkan sebuah budaya dengan budaya lainnya, dan seperangkat makna atau logika yang memungkinkan aksi kelompok. E. Penerapan Fungsi-Fungsi Manajemen yang Efektif Dalam mengartikan tentang efektivitas setiap orang berbeda pendapat sesuai sudut pandang dan kepentingan masing-masing. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995: 219) menyebutkan efektivitas berasal dari kata efektif atau efek yang berarti akibat, pengaruh dan kesan. Mulyasa (2004: 82) mendefenisikan efektivitas adalah adanya kesesuaian antara orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju. Sedangkan menurut H.Emerson dalam Handayaningrat (1984: 16) menjelaskan “effectiveness is a measuring intern of attaining prescribed goals or objectives” afektivitas ialah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
61
ءا
أVol. I No. 1 Januari – Juni 2011
Dengan kata lain efektivitas adalah bagaimana suatu organisasi berhasil mendapatkan dan memanfaatkan sumber daya dalam dalam usaha mewujudkan tujuan operasional. Berbagai efektivitas kegiatan yang harus ditingkatkan agar dapat mengembalikan citra dan famor di mata masyarakat, di antaranya: kegiatan belajar dan pembelajaran, kagiatan ekstra kurikuler dan kegiatan yang berhubungan dengan keagamaan. Efektivitas dapat diukur sesuai dengan beberapa kategori. Ada kriteria efektivitas jangka pendek, menengah dan panjang. Berdasarkan teori system, kriteria efektivitas harus mencerminkan keseluruhan siklus inputproses- dan output, tidak hanya bergantung pada salah satunya saja. Secara tidak langsung sudah mencerminkan hubungan timbal balik yang berkesesuaian. Beberapa ahli telah mendefenisikan manajemen diantaranya: 1. H. Koontz dan O’Donnel, dalam bukunya Principle Of Management: “Mangement Involves Getting Things Done Though And With People” artinya Manajemen berhubungan dengan pencapaian sesuatu tujuan yag dilakukan lelalui dan dengan orang-orang lain. 2. Dr. R. Makharita, expert PBB mendefenisikan manajemen yaitu “Management is the utilization of avai lable or potentials resources in achieving a given ends” artinya manajemen adalah pemanfaatan sumber-sumber yang tersedia atau yang berpotensial di dalam pencapaian tujuan. 3. Ir. Tom Degenaars, expert PBB mendefenisikan manajemen ialah “management is defined as a process dealing with a guided group activity and based on disinct objectives which have to be achieved by the involment of humanand non-human resources” artinya manajemen didefenisikan sebagai suatu proses yang behubungan dengan bimbingan kegiatan kelompok dan berdasarkan atas tujuan yang jelas yang harus dicapai dengan mnggunakan sumber-sumber tenaga manusia dan bukan tenaga manusia. 4. George R. Terry dalam bukunya principle of management memberikan defenisi manajemen adalah “management is distinct process consisting of palnning, organizing, actuating and controlling, utiliting in each both science and art, and followed in order to accomplish predetermined objectives”
62
Nasrul Syakur Chaniago : Iklim Komunikasi Dalam Peningkatanefektifitas…
artinya manajemen adalah suatu proses yang membeda-bedakan atas: perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, palaksanaan dan pengawasan dengan memanfaatkan baik ilmu maupun seni, agar dapat menyelesaikan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dari beberapa defenisi tersebut jelaslah bagi kita apa yang dimaksud dengan manajemen sesuai dengan apa yang disebutkan para ahli dengan menitikberatkan pada usaha memanfaat orangorang lain dalam pencapaian tujuan. Yang menjadi sarana manajemen yaitu man (manusia), money (uang), material, machine (alat-alat/mesin), metode (method), time (waktu), dan prasarana lainnya berupa tanah, gedung, alat angkutan. Mengenai fungsi manajemen, para ahli pun berbedan pendapat. Ada yang menyebutkan empat saja, sebagai mana yang disebutkan G.R.Terry seputar Perencanaan, Pengorganisasian, Penggerakan atau Pelaksanaan dan Pengawasan (Handayaningrat, 1984: 20). Menurut Kamars (2002: 30) fungsi manajemen ada sembilan antara lain: 1. Planning, 2. Budgetting, 3. Staffing, 4. Organizing, 5. Actuating, 6. Superving, 7. Controlling, 8. Evaluating, 9. Communicating. Berbagai ahli manajemen membagi fungsi manajemen menjadi tiga, lima, enam, tujuh bagian dengan melihat jenis organisasi yang mereka geluti. Dari berbagi ahli itu yang lazim dipergunakan adalah pendapat George R. Terry yang menyebutkan sebagai berkut. 1. Perencanaan Merencanakan sebuah program perlu dilakukan agar lebih mengarah pada sasaran yang ingin dicapai. Menurut Sagala (2000: 46) perencanaan meliputi kegiatan menetapkan apa yang ingin dicapai, bagaimana mencapai, berapa lama, berapa orang yang diperlukan dan berapa banyak biayanya. Mondy dan Premeaux (1995: 138) mengemukakan “planning is the process of determining in advence what should be accomplished and how it should be realized” artinya perencanaan adalah proses menentukan waktu yang akan datang, apa yang akan diselesaikan dan bagaimana hal itu diwujudkan. Untuk mencapai efektivitas perencanaan, perlu dilakukan dengan sebaik mungkin dengan mengukur sisi positif dan negatif sebuah perencanan serta memikirkan solusinya. Perencanaan
63
ءا
أVol. I No. 1 Januari – Juni 2011
merupakan gambaran masa kini dan akan datang yang perlu diukur efektif dan efisien. 2. Pengorganisasian Pengorganisasian merupakan pengelompokan kegiatankegiatan yang diwadahkan dalam unit-unit untuk melaksanakan rencana dan menetapkan hubungan antara pimpinan dan bawahannya di dalam setiap unit. Menurut Terry (1975: 298) “Organizing is the estabilishing of effective behavioral relationship among persons so that they may work to gether efficiently and gain personal satisfaction in going selected task under given environmental condition for the purpose of a chieving some goal or objectives” artinya pengorganisasian adalah pemantapan secara efektif hubungan prilaku antar pribadi-pribadi sehingg mereka dapat bekerja sama secara efisien dan untuk memperoleh kepuasan pribadi dalam mengerjakan tugas-tugas terseleksi di bawah kondisi lingkungan untuk mencapai tujuan-tujuan. Pengorganisasian terdiri atas komponen penentuan sasaran dan pembagian pekerjaan (tugas). Penentuan orang yang melaksanakan tugas amatlah perlu yang selalu dikaitkan dengan jenis pekerjaan yang kuasainya secara mahir (ahli). Dalam pendidikan (sekolah) masalah keefektifan dalam pengorganisasian sekolah menggambarkan ketetapan pembagian tugas, hak, tanggung jawab, hubungan kerja bagian-bagian organisasi, dan penentuan personel (guru dan non guru) dalam melaksanakan tugasnya. 3. Penggerakan atau Pelaksanaan Menggerakan adalah usaha agar semua anggota kelompok suka melaksanakan tercapainya tujuan dengan kesadaran dan berpedoman pada perencanaan dan pengorganisasian. George R. Terry (1975) menyebutkan “Actuating is getting all the members of the group to achieve the objective willingly and keeping with the managerial planning and organizing efforts” artinya penggerakan pelaksanaan adalah membuat semua anggota kelompok mau bekerja sama dan bekerja secara suka rela serta bergairah untuk mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian.
64
Nasrul Syakur Chaniago : Iklim Komunikasi Dalam Peningkatanefektifitas…
4. Pengawasan Pengawasan ialah untuk mengetahui apakah pelaksanaan tugas sesuai dengan rencana yang telah ditentukan, bila perlu dengan mengadakan perubahan-perubahan atau pembetulan secukupnya. Fachruddin (2002: 44) menyebutkan pengawasan adalah kegiatan untuk meneliti jalannya program dan melihat apakah segala kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai atau belum dengan rencana yang digariskan. Pengawasan dilakukan untuk melihat seberapa jauh tingkat keberhasilan perencanaan, pengorganisasian dan penegakan pelaksanaan. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli yang menyebutkan tentang efektivitas dan manajemen, maka dapat disimpulkan bahwa “efektivitas manajemen merupakan suatu usaha untuk mengukur pencapaian sasaran dan tujuan organisasi secara keseluruhan yang dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan”. Orang mau bekerja dengan baik, karena komunikasi yang dijalin sangat baik, sehingga fungsi-fungsi manajemen akan berjalan dengan sendirinya. Seluruh kegiatan yang ada harus dikelola dengan baik hingga terlihat adanya peningkatan efektivitas manajemen dalam Pendidikan. F. Penutup Berdasarkan pendapat yang diutarakan oleh Redding dalam Muhammad (2001: 85) tentang bagaimana cara membangun iklim komunikasi yang kondusif, antara lain: 1. Supportiveness, atau bawahan mengamati bahwa hubungan komunikasi mereka dengan atasan membantu mereka membangun dan menjaga perasaan diri berharga dan penting. 2. Partisipasi membuat keputusan. 3. Kepercayaan, dapat dipercaya dan dapat menyimpan rahasia. 4. Keterbukaan dan keterusterangan. 5. Tujuan kinerja yang tinggi, pada tingkat mana tujuan kinerja dikomunikasikan dengan jelas kepada anggota organisasi. Diharapkan yang terjadi dalam pendidikan adalah iklim komunikasi yang kondusif yang dicetuskan oleh Redding sebagaimana yang tertera sebelumnya. Hubungan komunikasi yang dibangun antara atasan dan bawahan diharapkan mampu membuat baawahan merasa dihargai dan penting di mata atasan. Pimpinan
65
ءا
أVol. I No. 1 Januari – Juni 2011
sering mengambil keputusan dengan musyawarah yang melibatkan bawahan. Rasa kepercayaan ditanamkan pimpinan kepada bawahan. Pimpinan terbuka terhadap permasalahan-permasalahan yang ada ddalam Pendidikan (sekolah). Dan tak mampu mengupayakan kinerja yang tinggi demi mencapai tujuan yang telah dibuat bersama. Untuk membentuk satu komunikasi yang efektif perlu beberapa syarat-syarat tertentu yang harus benar-benar diperhatikan oleh pimpinan dan juga anggota (Moekijat, 1990: 124). 1. Umpan balik dan mendengarkan. Seorang pemimpin harus mampu meninfirmasikan, memberikan umpan balik dan mendengarkan apa yang diinformasikan kepadanya. 2. Kejujuran. Sikap jujur perlu ditunjukkan seorang pimpinan kepada bawahan dalam segala hal untuk mengindari prasangka yang buruk dari anggota. 3. Mengetahui akan kebutuhan manusia. Pimpinan harus selalu memperjuangkan nasib anggota dengan berusaha selalu memikirkan segala kebutuhan anggota agar lebih giat dalam bekerja untuk memperjuangkan kemajuan organisasi. 4. Pemilihan waktu yang tepat. Dalam penyampaian informasi, baik dari atasan maupun bawahan perlu diperhatikan pemilihan waktu yang tepat untuk menyampaikan informasi tersebut agar dapat dipersepsikan dan diinterpretasikan secara baik.
66
Nasrul Syakur Chaniago : Iklim Komunikasi Dalam Peningkatanefektifitas…
DAFTAR PUSTAKA Cangara, Hafied. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Rajawali Pers Depdiknas. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Effendy, Onong Uchjana. 1999. Ilmu Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Handayaningrat, Soewarno. 1984. Ilmu Administrasi Dan Manajemen. Jakarta: Gunung Agung Hasan, Zulina. 2002. Pengaruh Komunikasi Dan Prestasi Kerja Terhadap Karir Dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan. Padang: UNP Hicks, Herbert G. dan G. Ray Gullet. 1996. Organisasi Teori Dan Tingkah Laku. Jakarta: Bumi Aksara Liliweri, Alo. 2004. Wacana Komunikasi Organisasi. Bandung: Mandar Maju __________ 1991. Komunikasi Antar Peribadi. Citra Aditya Bakti Moekijat. 1990. Asas-Asas Perilaku Organisasi. Bandung: Mandar Maju Muhammad, Arni. 2001. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara Mulyasa, E. 2004. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Mulyana, Deddy. 2002. Ilmu Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Pace, R. Wayne & Don F. Faules. 2002. Komunikasi Organisasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Panuju, Redi. 2001. Komunikasi Organisasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Purwanto, Djoko. 2003. Komunikasi Bisnis. Jakarta: Erlangga Sagala, Saiful. 2000. Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bndung: Alfabeta Stoner, james A.F. Dkk. 1996. Manajemen II. Jakarta: prenhallindo
67
ءا
أVol. I No. 1 Januari – Juni 2011
Supriadi, Dedi. 1998. Mengangkat Citra Dan Martabat Guru. Yogyakarta: Adicipta Karya Nusa Supratiknya, A. 2003. Komunikasi Antar Pribadi. Yogyakarta: Kanisius Tampubolon, Manahan P. 2004. Perilaku Keorganisasian. Jakarta: Galia Indonesia Terry, George R. 1975. Principle Of Management. Homewood Illnois: Richad Irwin, Inc Thoha, Miftah. 2001. Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Rajawali Pers Widjaya, H.A.W. 2000. Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Rineka Cipta Yetti. 2002. Dampak Intensitas Konflik Dan Iklim Komunikasi Terhadap Kinerja Karyawan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Imam Bonjol Padang. Padang : UNP
68