Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 23 Januari 2016
STUDI LOYALITAS TOKO BANGUNAN YANG DIKAITKAN DENGAN FAKTOR KESEDIAAN TOKO BANGUNAN UNTUK MELAKSANAKAN VMI PT SEMEN GRESIK DI JAWATIMUR DENGAN PENDEKATAN SEM Dadan Duparman dan Bambang Syairudin Program Magister Manajemen Teknologi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jl. Cokro Aminoto 12 A. Surabaya, 60264, Indonesia e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Vendor managed inventory (VMI) merupakan kolaborasi pengelolaan persediaan dalam supply chain dimana pelanggan menyerahkan sepenuhnya keputusan pengelolaan persediaandalam keseluruhan rangkaian supply chain kepada pemasok.PT Semen Gresik berencana menerapkan Vendor Managed Inventory (VMI) di Jawa Timur,sebagai upaya untuk menjaga tingkat persediaan semen yang cukup di setiap outlet dan membangun barrier to entry. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan VMI adalah relationship quality, yang dapat dibangun bilamana loyalitas Toko bangunan kepada PT Semen Gresik sampai pada tahap co-operative loyalty, dimana keyakinan Toko bangunan terhadap relationship yang dibangun atas dasar keadilan (equity) dan kewajaran (fairness), mendorong Toko bangunan memiliki sikap dan perilaku (bersedia) untuk bekerja sama (cooperative).Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas Toko bangunan yang dikaitkan dengan faktor kesediaan Toko bangunan untuk melaksanakan VMI di Jawa Timur. Loyalitas Toko bangunanmerupakan construct terikat yang dipengaruhi oleh construct: kepuasan pelanggan, persepsi nilai monadic, dan persepsi nilai dyadic.Penelitian dilakukan terhadap 200 Toko bangunan pelanggan PT Semen Gresik di Jawa Timur. Hasil penelitian menunjukkan persepsi nilai dyadicpaling berpengaruh terhadap loyalitas Toko bangunan yang dikaitkan dengan faktor kesediaan Toko bangunan untuk melaksanakan VMI, diikuti oleh persepsi nilai monadic, dan kepuasan Toko bangunan. Kata kunci: Vendor Managed Inventory, Kepuasan Toko Bangunan, Persepsi Nilai Monadic, Persepsi Nilai Dyadic, Loyalitas Toko Bangunan. PENDAHULUAN Perubahan paradigma terjadi dalam pengelolaan bisnis modern saat ini, persaingan bukan antara satu perusahaan dengan perusahaan lain, atau antara satu merek dengan merek lain, tetapi persaingan antara suatu rantai pasok (supply chain) dengan rantai pasok lainnya. Keunggulan kompetitif perusahaan menjadi sangat tergantung kepada kemampuan manajemen dalam mengintegrasikan jaringan relasi bisnisnya yang rumit (Lambert dan Cooper, 2000). Kondisi tersebut memerlukan koordinasi yang kuat antara unit fungsi dalam perusahaan dengan unit-unit bisnis di luar perusahaan yang menjadi bagian dari supply chain untuk menghantarkan produk atau jasa kepada konsumen akhir. Integrasi dan optimasi dalam supply chain yang meliputi aliran material, aliran informasi, dan aliran uang; merupakan fokus perhatian utama dalam mencapai supply chain management yang efektif (Lee dan Whang, 2000). Kelangsungan hidup (survival) dari supply chain dalam lingkungan bisnis yang kompetitif tergantung pada kesesuaian antara kinerja supply chain dengan harapan ISBN : 978-602-70604-3-2 1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 23 Januari 2016
pelanggan. Bilamana perusahaan dapat memenuhi harapan pelanggan lebih baik dan lebih tepat dari pesaingnya, perusahaan tersebut dinilai memberikan kepuasan kepada pelanggan lebih baik dari pesaingnya. Kepuasan pelanggan merupakan refleksi dari kinerja supply chain (Chaharsooghi dan Heydari, 2011). Keberhasilan pengelolaan supply chain berawal dari kesepahaman mengevaluasi biaya persediaan keseluruhan dan tingkat layanan konsumen atau tingkat ketersediaan produk di pasar, dengan memperhatikan risiko ketidakpastian permintaan pasar (Fiala, 2007). Untuk memperoleh pengelolaan persediaan yang efektif dimana jumlah persediaan pada setiap tingkatan supply chain pada kondisi yang optimal, tentunya memerlukan kerja sama (kolaborasi) setiap anggota supply chain. Sharing informasi dalam supply chain memberikan pengaruh yang cukup berarti terhadap kinerja supply chain, khususnya dalam mengurangi risiko bullwhip effect (Lee dan kawan-kawan, 1997). Salah satu model kolaborasi dalam mengelola tingkat persediaan yang optimal dalam supply chain melalui sharing informasi adalah vendor managed inventory. Studi Literatur Vendor Managed Inventory Vendor managed inventory (VMI) adalah bentuk kolaborasi antara pemasok atau produsen dengan saluran distribusi (distributor atau penyalur) dalam mengelola pasokanmelalui transparansi informasi persediaan dan penjualan produk di setiap saluran distribusi. Melalui VMI, pengelolaan persediaan di tingkat penyalur dikelola oleh pemasok dengan memperhatikan informasi penjualan barang dan posisi persediaan barang yang disampaikan penyalur secara reguler kepada pemasok. Risiko terjadinya kelebihan atau kekurangan persediaan yang diakibatkan oleh faktor bullwhip effect, dapat diminimalisasi (Portes dan Vieira, 2006).Dalam prakteknya, keputusan untuk menambah persediaan dan menentukan tingkat persediaan minimum didasarkan pada formula atau faktor-faktor yang sudah disepakati bersama.Portes dan Vieira (2006) dengan merujuk pendapatnya Nachiappan (2005), menyampaikan tujuan dari VMI adalah:meningkatkan penjualan,memperbaiki tingkat kepuasan konsumen, meminimumkan nilai persediaan dalam keseluruhan supply chain, membantu menstabilkan volume produksi pemasok, mengendalikan bullwhip effect,menguatkan (solidify) loyalitas konsumen melalui pembangunan hubungan saling percaya jangka panjang, dan memperbaiki kemampuan (capability) sistem informasi secara keseluruhan.Selanjutnya Portes dan Vieira dengan merujuk pendapatnya Angulo (2004), menyampaikan manfaat koordinasi (kerjasama) dalam VMI adalah: meningkatkan utilisasi peralatan produksi dan transportasi sehingga dapat menghemat biaya, memperbaiki koordinasi dalam pengelolaan persediaan sehingga dapat meningkatkan service level, meningkatkan inventory turns sehingga dapat menurunkan lead time, meningkatkan visibilitas (monitor) persediaan sehingga dapat mengurangi risiko stock out, dan mengoptimalkan persediaan sehingga dapat meningkatkan penjualan per space gudang. Manfaat utama VMI untuk produsen selain memastikan tingkat kesediaan produk di pasar adalah memperoleh loyalitas yang tinggi dengan mengikat konsumen dengan produk yang hanya ditawarkan produsen, dan meningkatkan barrier to entry. Sedangkan manfaat VMI yang utama untuk konsumen adalah proses administrasi pengadaan barang yang sederhana, konsumen dapat lebih fokus kepada aktifitas mengoptimalkan penjualannya (Piplani, 2006). Potensi Masalah dalam VMI Prasyarat utama VMI dapat dilakukan bilamana ritel bersedia untuk sharing informasi terkait dengan rata-rata persediaan semen dan tingkat penjualan yang terjadi. Mengacu pada Lee dan Whang (2000), terdapat keengganan dari mitra dalam supply chain untuk berbagi informasi ISBN : 978-602-70604-3-2 2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 23 Januari 2016
dengan pihak lain karena menganggap informasi tersebut cukup confidential untuk disampaikan ke pihak lain, serta adanya kecurigaan akan ada pihak lain yang menyalahgunakan informasi untuk kepentingan sendiri. Hambatan dalam pelaksanaan VMI disebabkan terutama oleh: (i) keengganan dari pembeli untuk menyerahkan sepenuhnya pengelolaan persediaan, karena akan menyebabkan ketergantungan yang tinggi kepada Pemasok; (ii) ketidakmampuan Pemasok dalam mengelola data penjualan menjadi informasi untuk keperluan perencanaan dan kesalahan melakukan forecasting yang menyebabkan terjadinya overstock atau stockout; (iii) mengadopsi pendekatan VMI menimbulkan investasi yang tinggi, menyiapkan proses dan prosedur untuk melakukan cara kerja baru yang membutuhkan waktu dan usaha. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan VMI Merujuk pada Classeen dan kawan-kawan (2007), empat faktor yang mempengaruhi keberhasilan VMI adalah:relationship quality, kualitas informasi, sharing informasi, dan kualitas sistem komunikasi dan informasi. Faktor yang mempengaruhi relationship quality adalah: saling kebergantungan (mutual interdepency), keterbukaan (openness), kepercayaan (trust), kejujuran (honesty), keakraban (individual chemistry between partners), frekuensi interaksi (frequency of interaction), kesediaan untuk bekerja sama untuk jangka panjang (commitment). Perilaku Pembelian Ritel Ritel (retailer) berbeda dari distributor (wholesaler) berdasarkan volume pembelian dan konsumen yang dilayaninya. Distributor adalah perusahaan perantara yang membeli barang (takes title to good) dari manufaktur, mengelola persediaan, selanjutnya menjual dan mengirim barang tersebut ke perusahaan perantara (ritel)lainnya atau ke konsumen industri (business customer). Sedangkan ritel adalah pedagang perantara (takes title dan mengelola persediaan) yang lebih banyak menjual produk (melayani) konsumen akhir. Merujuk kepada Alen, R.Y. dan kawan-kawan (1984), faktor-faktor yang menjadi perhatian dari ritel adalah:sales turnover, positive cash flow, dan cash in is faster than cash out. Sheth, J. N. (1980) mengembangkan model perilaku pembelian barang dari ritel, dimana perilaku pembelian barang dari ritel merupakan fungsi dari: pilihan produk yang akan diperdagangkan, pilihan pemasok yang memberikan penawaran, dan choice calculus. Kriteria pemilihan barang dan pemasok meliputi kriteria harga, kemasan, pengiriman, keragaman barang; ritel akan memilih pemasok yang memberikan nilai rata-rata terbaik dari keseluruhan kriteria yang ditentukan. Loyalitas Pelanggan Pengertian loyalitas erat kaitannya dengan kepuasan, pelanggan loyal biasanya adalah pelanggan yang puas, tetapi pelanggan yang puas tidak dapat diterjemahkan sebagai pelanggan loyal. Terdapat hubungan yang tidak simetris antara loyalitas pelanggan dengan kepuasan pelanggan. Ciri-ciri pelanggan loyal menurut Griffin (2002) adalah: melakukan pembelian ulang secara teratur, membeli di luar lini produk atau jasa,mereferensikan kepada orang lain, dan menunjukkan kekebalan daya tarik dari pesaing. Costabile (2000) mendefinisikan loyalitas pelanggan sebagai bentuk puncak hubungan antara pelanggan dengan perusahaan, yang dibangun atas dasar saling membutuhkan, dilandasi oleh persepsi kesetaraan dan keadilan, dan dikonotasikan dengan sikap dan perilaku (kesediaan) untuk bekerja-sama (co-operative).Selanjutnya Costabile (2000) mengidentifikasi empat tahapan proses evolusi pembentukan loyalitas pelanggan kepada perusahaan, seperti ditunjukkan Gambar 1, tahap-tahapannya adalah sebagai berikut::
ISBN : 978-602-70604-3-2 3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 23 Januari 2016
1. Tahap kepuasan dan trust. Evolusi pembentukan loyalitas pelanggan dimulai saat pelanggan memiliki ekspektasi terhadap nilai produk yang ditawarkan perusahaan, atau ekspektasi terhadap kapasitas perusahaan untuk dapat memuaskan kebutuhan pelanggan. Evaluasi pasca pembelian dan penggunaan produk, menghasilkan persepsi nilai dari pelanggan terhadap kinerja produk atau kinerja perusahaan dalam memuaskan kebutuhan pelanggan. Bilamana persepsi nilai menunjukkan positip konfirmasi terhadap ekspektasi nilai, pelanggan merasa puas. Pengalaman kepuasan memberi motivasi pelanggan untuk melakukan pembelian kembali. Bila setiap pembelian menghasilkan kepuasan, akumulasi kepuasan akan membangun sikap positip (trust) dari pelanggan terhadap kapasitas (proposisi nilai) dari kapasitas perusahaan. 2. Tahap trust dan pembelian berulang (behavioral loyalty). Tumbuhnya sikap trust meningkatkan probabilitas pembelian kembali, karena didorong oleh persepsi penghematan transaksi. Akumulasi pengalaman kepuasan dan persepsi penghematan transaksi mendorong pelanggan untuk melakukan pembelian berulang. Bilamana setiap pembelian berulang dikonfirmasi dengan kepuasan dan persepsi penghematan, akumulasi sikap trust mencapai “certainty event”, suatu kondisi dimana sikap trust pada tingkat tertinggi, pembelian berulang terjadi tanpa memperhatikan alternatif penawaran lain di pasar. Tingkat persaingan yang ditandai dengan banyaknya alternatif penawaran akan menghadirkan conflict yang akan mempengaruhi sikap trust kepada perusahaan. Konfigurasi ini dikenal dengan persepsi monadic value, yaitu sikap pelanggan untuk memastikan memperoleh nilai yang terbaik selama melakukan pembelian berulang kepada perusahaan, dibanding dengan proposisi nilai dari penawaran pesaing. Evaluasi terhadap pengalaman selama melakukan pembelian berulang, dan membandingkannya dengan ekspektasi nilai dari alternatif penawaran pesaing menghasilkan tiga alternatif kondisi, yaitu: i. Terminate relationship. Pelanggan akan mengakhiri relationship dengan perusahaan karena ekspektasi nilai dari penawaran pesaing (dikurangi persepsi penghematan transaksi) lebih tinggi dari persepsi nilai yang dirasakan dari pembelian berulang. ii. Spurious loyalty. Pelanggan tetap menjaga relationship perusahaan karena pertimbangan pengalaman kepuasan dan keekonomisan, tetapi pelanggan tetap secara aktif mencari alternatif penawaran baru yang memiliki proposisi nilai yang dapat mengkompensasi ketidakekonomisan membangun relationship baru. iii. Reinforce relationship. Ketika persepsi nilai dari pembelian berulang lebih tinggi dari ekspektasi nilai dari penawaran yang baru, terjadi penguatan relationship, conflict terpecahkan secara positif. Evolusi loyalitas masuk ke tahap mental loyalty. 3. Tahap mental loyalty. Resolusi conflict yang positif menumbuhkan keyakinan pada pelanggan terhadap kapasitas perusahaan untuk menjaga dan memelihara positive differential value dibanding penawaran pesaing. Pelanggan menjadi lebih pasif terhadap alternatif penawaran baru, relationship dan sikap trust yang solid mendorong terjadi perluasan pembelian pada kategori produk atau lini produk yang baru. Setelah melewati evaluasi monadic value, pelanggan memiliki dorongan untuk mengevaluasi pengalaman persepsi manfaat dan pengorbanan dari relationship yang dibangun dengan perusahaan dari satu sisi, dan membandingkannya dengan pendapatan dan biaya yang diperoleh perusahaan pada sisi yang lain. Pelanggan memahami transaksi berkelanjutan (memiliki pelanggan loyal) memberikan nilai ekonomis yang besar kepada perusahaan. Pelanggan menuntut kesetaraan (equity) dalam bekerja-sama dan kewajaran (fairness) atas benefit yang diperoleh pelanggan secara proporsional sama dengan benefit yang diperoleh perusahaan. Konfigurasi ini diidentifikasi sebagai dyadic value. Ketika pelanggan merasa relationship
ISBN : 978-602-70604-3-2 4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 23 Januari 2016
yang terjadi adalah adil (seem to have equity), dan nilai yang ditawarkan perusahaan adalah wajar (fair), hubungan pelanggan dengan perusahaan masuk ke tahap customer loyalty. 4. Tahap co-operative loyalty. Customer loyalty adalah tahap ideal dimana keyakinan pelanggan terhadap relationship yang dibangun atas dasar keadilan (equity) dan kewajaran (fairness), mendorong pelanggan memiliki sikap dan perilaku (bersedia) untuk bekerja sama (co-operative). Bekerja sama baik dalam hal bisnis (trade), dimana pelanggan secara spontan mempromosikan citra baik perusahaan; maupun dalam hal teknis dan produktivitas, pelanggan menyampaikan saran untuk perbaikan produk, proses, dan membangun interaksi pelanggan dengan perusahaan. tn Dyadic Value Analysis Mental Loyalty Loyalty Repurchase
Trust
Satisfaction t1
Expected Value
t0
Behavioral Loyalty
Purchase tm
Perceived Value
Monadic Value Analysis
Gambar 1. Model Dinamika Loyalitas Pelanggan dari Costabile (2000) Latar Belakang dan Tujuan Penulisan Untuk mengantisipasi meningkatnya persaingan di Jawa Timur terutama dengan beroperasinya pabrik Holcim secara komersial di Tuban, PT Semen Gresik mengkaji untuk menerapkan VMI, agar dapat meningkatkan barrier to entry. Mengingat keberhasilan penerapan VMI sangat dipengaruhi oleh kesediaan toko bangunan untuk bekerja-sama dan berbagi informasi dengan PT Semen Gresik, perlu dirumuskan faktor-faktor apa saja yang dapat meningkatkan loyalitas Toko bangunan yang dikaitkan dengan faktor yang mempengaruhi kesediaan toko bangunan untuk melaksanakan VMI, dan faktor-faktor apa saja yang memiliki pengaruh dan yang kurang berpengaruh untukmeningkatkan loyalitas Toko bangunan yang dikaitkan dengan faktor yang mempengaruhi kesediaan Toko bangunan untuk melaksanakan VMI. Tujuan penelitian adalahmengidentifikasi dan mengukur variabel-variabel atau dimensi yang mempengaruhi loyalitas Toko bangunan yang dikaitkan dengan faktor yang mempengaruhi kesediaan toko bangunan untuk melaksanakan VMI kesediaan toko bangunan untuk melaksanakan konsep VMI, dan memberi masukan kepada PT Semen Gresik untuk memperbaiki ukuran variabel-variabel yang dapat mempengaruhi loyalitas Toko bangunan yang dikaitkan denganfaktor yang mempengaruhi kesediaan toko bangunan untuk melaksanakan VMI. METODE Penyusunan Model dan Hipotesis Penelitian Metode penelitian menggunakan pendekatan SEM, pengembangan model persamaan struktural merujuk kepada konsep dinamika loyalitas pelanggan dari Costabile (2000), yang dapat dilihat pada Gambar 1. Persamaan matematika untuk model strukturalnya adalah: ISBN : 978-602-70604-3-2 5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 23 Januari 2016
Retail_Loyalty (1) =
11* Retail_Satisfaction (1) + 12* Monadic_Value (2) +13* Dyadic_Value (3) + 1
Gambar 2Path Diagram Dinamika Loyalitas Toko Bangunan Merujuk Costabile (2000), loyalitas Toko bangunan adalah tahap ideal dimana keyakinan Toko bangunan terhadap relationshipdengan PT Semen Gresik, mendorong Toko bangunan untuk bersedia bekerja-sama (co-operative). Merujuk Claassen dan kawan-kawan (2007), relationship qualityyang ditunjukkan Toko bangunan dengan variabelsaling kebergantungan (mutual interdepency), keterbukaan (openness), kepercayaan (trust), kejujuran (honesty), keakraban (individual chemistry between partners), dan kesediaan untuk bekerja sama untuk jangka panjang (commitment) kepada PT Semen Gresik, adalah faktor keberhasilan pelaksanaan VMI. Variabel tersebut dikonotasikan sebagai kesediaan Toko bangunan untuk melaksanakan VMI, yang selanjutnya disusun menjadi variabel observasi dari loyalitas Toko bangunan yang dikaitkan dengan faktor yang mempengaruhi kesediaan Toko bangunan untuk melaksanakan VMI (retail loyalty). Kepuasan pelanggan adalah persepsi (perasaan senang atau kecewa)pelanggan yang timbul setelah membandingkan kinerja produk yang dirasakan dengan harapan pelanggan terhadap produk tersebut (Kotler dan Keller, 2009).Kepuasan pelanggan terhadap perusahaan tidak hanya berdasarkan kinerja produknya saja, tetapi pelanggan juga memperhatikan kinerja supply chain (Chaharsooghi dan Heydari, 2011). Dari perspektif Toko bangunan (sebagai entitas bisnis), kinerja produk yang menjadi harapan utama pelanggan adalah tingkat permintaan pasar atau perputaran penjualan (sales turnover) dari produk yang bersangkutan (Allen dan kawan-kawan, 1984). Sedangkan ukuran kinerja supply chain, adalah kinerja pengiriman perusahaan dalam melayani permintaan pelanggan (delivery)dan kualitas dari kemasan barang (packaging) (Sheth, 1980).Sales turnover, kinerja pengiriman (delivery), dan kualitas kemasan (packaging) disusun sebagai variabel observasi dari kepuasan Toko bangunan (retail satisfaction). Persepsi nilai monadic adalah persepsi pelanggan terhadap benefit yang diperoleh pelanggan melalui hubungan bisnis dengan perusahaan dibandingkan dengan benefit dari penawaran (pesaing) lain. Merujuk pendapatnya Sheth (1980), benefit yang menjadi concern Toko bangunan adalahprofit yang diperoleh (value proposition), program pemasaran (marketing) yang dilakukan perusahaan, dan citra korporasi (image) perusahaan. Variabel-variabel tersebut disusun sebagai variabel observasi dari persepsi nilai monadic (monadic value). Persepsi nilai dyadic adalah persepsi pelanggan terhadap kesetaraan (equty) dalam berkoordinasi dan bekerja-sama, dan persepsi kewajaran (fairness) atas benefit yang diperoleh Toko bangunan dengan PT Semen Gresik. Kesetaraan dalam berkoordinasi dan bekerja-sama
ISBN : 978-602-70604-3-2 6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 23 Januari 2016
(equity), keyakinan untuk tumbuh bersama-sama (growth), dan kewajaran profityang diterima (fairness)disusun sebagai variabel observasi dari persepsi nilai dyadic(dyadic value). Hipotesis dalam penelitian ini disusun sebagai berikut: Hipotesis-1: Kepuasan Toko bangunan berpengaruh positif terhadap loyalitas Toko bangunan yang dikaitkan dengan faktor yang mempengaruhi kesediaantoko bangunan untuk melaksanakan VMI; Hipotesis-2: Persepsi Toko bangunan terhadap nilai monadic berpengaruh positipterhadap loyalitas Toko bangunan yang dikaitkan dengan faktor yang mempengaruhikesediaantoko bangunan untuk melaksanakan VMI; Hipotesis-3: Persepsi Toko bangunan terhadap nilai dyadic berpengaruh positip terhadap loyalitas Toko bangunan yang dikaitkan dengan faktor yang mempengaruhikesediaantoko bangunan untuk melaksanakan VMI. Penelitian ini akan menggunakan kuisioner yang berisikan sejumlah item pertanyaan tertulis sebagai instrumen untuk mengumpulkan data. Responden diminta untuk memberikan tanggapan terhadap reflective indicator dari setiap construct yang sudah disusun. Untuk mengkuantifikasi jawaban dari responden, digunakan skala Likert dengan mengkategori jawaban responden pada 5 skala yatu: sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.Pengumpulan data dilakukan dengan sistematicrandom sampling, jumlah sampel ditentukan 200 responden yang diambil di 8 area pemasaran PT Semen Gresik di Jawa Timur proporsional dengan jumlah Toko bangunan pelanggan PT Semen Gresik yang ada di setiap area tersebut. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengolahan data menggunakan program AMOS. Respesifikasi dilakukan untuk memperoleh kecocokan model yang lebih baik (fit) dengan menambah kovarian dari 9 yaitu error dari variabel terukur fairness (kewajaran profit yang diperoleh Toko bangunan dengan PT Semen Gresik) dengan 5yaituerror dari variabel terukur marketing (program pemasaran yang dilakukan perusahaan). Program pemasaran adalah bentuk pengembalian profit kepada Toko bangunan melalui aktifitas yang diharapkan (mendukung) pelanggan. Hasil uji kecocokan model keseluruhan (setelah respesifikasi) dapat dilihat pada Tabel 1, dimana kecocokan model keseluruhan adalah fit, sehingga model keseluruhan dapat diterima. Tabel 1 Hasil Uji Kecocokan Model Keseluruhan Indeks Fit Fit Absolute
Sebelum Respesifikasi
Setelah Respesifikasi
Perubahan
2
97,6486
86,9943
Fit
p-value GFI AGFI RMSEA
0,0197 0,935 0,904 0,043
0,0823 0,944 0,916 0,035
Fit Semakin Baik Semakin Baik Semakin Baik
0,961 0,899 0,867 0,970 0,970
0,975 0,910 0,884 0,981 0,981
Semakin Baik Fit Mendekati Fit Semakin Baik Semakin Baik
Fit Incremental
TLI NFI RFI CFI IFI
ISBN : 978-602-70604-3-2 7
0.76
Retail_ Satisfaction (ξ1)
0.31
0.85
Retail_ Loyalty ( 1)
0.28 0.43
0.64
Dyadic_ Value (ξ3)
0.68 0.67
Equity X7 0.46
0.78
Growth X8 0.61
7
0.54 0.65
ζ1 0.64
0.55
Fairness X9 0.30
8
1
0.29
2
0.44
0.66 3
0.75
0.62
Monadic_ Value (ξ2)
0.62
0.67
0.69
0.39
4
0.65
0.28
Chemistry Y2
0.73
Image X6
Opennes Y3
SalesTurnover X1
Marketing X5
Trust Y4
δ3
0.41
Delivery X2
δ2
0.56
ValueProposition X4
Packaging X3
δ1
0.45
6
0.47
0.42
5
5
0.53
Commitment Y5
4
0.42
Interdependency Y1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 23 Januari 2016
0.41
9
Gambar 3 Diagram jalur model hybrid/full SEM dengan parameter terstandarisir Uji Validitas dan Reliabilitas Uji validitas berhubungan dengan tingkat akurasi variabel terukur dalam menggambarkan konsep yang melekat pada construct, atau seberapa baik suatu construct didefinisikan oleh instrumen atau ukuran-ukurannya. Tabel 2 adalah olahan AMOS yang menunjukkan nilai estimasi tidak terstandar model pengukuran. Semua variabel atau indikator memberikan nilai p yang lebih rendah dari 0,01, dapat disimpulkan semua semua variabel atau indikator dinyatakan significant sebagai pengukur masing-masing construct. Tabel 2Regression Weights: Estimasi Parameter Tidak Terstandarisir Model Pengukuran Estimate Delivery SalesTurnover Packaging Growth Fairness Equity Marketing Image Proposition Chemistry Interdependency Openness Trust Commitment
<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<---
Satisfaction Satisfaction Satisfaction DyadicValue DyadicValue DyadicValue MonadicValue MonadicValue MonadicValue Loyalty Loyalty Loyalty Loyalty Loyalty
1,2228 1,0000 ,9967 1,3151 1,0000 1,2445 1,0803 1,0000 ,8717 ,9702 1,0000 ,8617 ,9784 ,8870
S.E.
C.R.
P Label
,1546 7,9079 *** ,1388 7,1834 *** ,1818 7,2331 *** ,1824 6,8223 *** ,1295 8,3397 *** ,1162 7,5023 *** ,1296 7,4857 *** ,1346 6,4021 *** ,1316 7,4342 *** ,1215 7,3032 ***
ISBN : 978-602-70604-3-2 8
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 23 Januari 2016
Tabel 3 menunjukkan hasil estimasi terstandarisir model pengukuran, dimana setiap muatan faktor standarnya () tidak lebih rendah dari 0,5, sehingga semua variabel atau indikator dinyatakan memiliki validitas sebagai pengukur untuk masing-masing construct. Tabel 3Standardized Regression Weights: Estimasi Parameter Terstandarisir Model Pengukuran Delivery SalesTurnover Packaging Growth Fairness Equity Marketing Image Proposition Chemistry Interdependency Openness Trust Commitment
<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<--<---
Satisfaction Satisfaction Satisfaction DyadicValue DyadicValue DyadicValue MonadicValue MonadicValue MonadicValue Loyalty Loyalty Loyalty Loyalty Loyalty
Estimate ,7483 ,6676 ,6388 ,7625 ,5636 ,6797 ,7374 ,6846 ,6387 ,6577 ,6223 ,5397 ,6517 ,6366
Reliabilitas adalah derajat keandalan (konsistensi) instrumen pengukuran. Pengujian reliabilitas model pengukuran dilakukan dengan menggunakan ukuran reliabilitas komposit (CR) dan ukuran ekstrak varian (VE). Reliabilitas komposit dan ekstrak varian dihitung dengan menggunakan formula, sebagai berikut: ∑ λi CR =
∑ λi
2
2
∑ (λi )2 VE =
+ ∑ εi
∑ (λi )2 + ∑ εi
dimana,i adalah loading factor terstandarisir untuk variabel terukur-i dan i adalah kesalahan pengukuran ke-1. Untuk ukuran reliabilitas komposit, batas CR minimal sebagai acuan untuk instrumen yang reliabel adalah 0,6, namun disarankan 0,7. Sedangkan untuk ukuran ekstrak varian, batas VE minimal untuk instrumen yang reliabel adalah 0,5. Tabel 4 menunjukkan reliabilitas construct dimana untuk setiap construct memberikan nilai CR lebih dari 0,7; dengan memperhatikan reliabilitas komposit (CR) yang dihasilkan untuk setiap construct lebih tinggi dari 0,7; dapat disimpulkan reliabilitas construct untuk ke-empat construct laten yang ada dapat dikatakan cukup baik. PengujianHipotesis Penelitian Hipotesis utama yang disusun dalam penelitian ini, rumusannya adalah sebagai berikut: Hipotesis-1: H0 : 11 = 0 (Kepuasan Toko bangunan tidak berpengaruh terhadap loyalitas bangunan yang dikaitkan dengan faktor yang mempengaruhi kesediaan bangunan untuk melaksanakan VMI) Hii : 11> 0 (Kepuasan Toko bangunan berpengaruh positip terhadap loyalitas bangunan yang dikaitkan dengan faktor yang mempengaruhikesediaan bangunan untuk melaksanakan VMI) ISBN : 978-602-70604-3-2 9
Toko Toko Toko Toko
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 23 Januari 2016
Hipotesis-2: H0 : 12 = 0 (Persepsi Toko bangunan terhadap nilai monadic tidak berpengaruh terhadap loyalitas Toko bangunan yang dikaitkan denganfaktor yang mempengaruhikesediaan Toko bangunan untuk melaksanakan VMI) Hii : 12> 0 (Persepsi Toko bangunan terhadap nilai monadic berpengaruh positip terhadap loyalitas Toko bangunan yang dikaitkan dengan kesediaan faktor yang mempengaruhiToko bangunan untuk melaksanakan VMI) Hipotesis-3: H0 : 13 = 0 (Persepsi Toko bangunan terhadap nilai dyadic tidak berpengaruh terhadap loyalitas Toko bangunan yang dikaitkan denganfaktor yang mempengaruhikesediaan Toko bangunan untuk melaksanakan VMI) Hii : 13> 0 (Persepsi Toko bangunan terhadap nilai monadic berpengaruh positip terhadap loyalitas Toko bangunan yang dikaitkan denganfaktor yang mempengaruhikesediaan Toko bangunan untuk melaksanakan VMI) Tabel 4 Reliabilitas Construct Estimasi Standar ( ) Satisfaction SalesTurnover Delivery Packaging Monadic_Value Proposition Marketing Image Dyadic_Value Equity Growth Fairness Loyalty Interdependency Chemistry Openness Trust Commitment
Error
0.668 0.748 0.639
0.554 0.440 0.592
0.639 0.737 0.685
0.592 0.456 0.531
0.680 0.763 0.564
0.538 0.419 0.682
0.622 0.6577 0.5397 0.6517 0.6366
Reliabilitas CR ≥ 0,7 VE ≥ 0,5 0.727 0.471
0.729
0.473
0.711
0.454
0.759
0.388
0.613 0.567 0.709 0.575 0.595
Tabel 5Regression Weights: Estimasi Parameter Tidak Terstandarisir Model Struktural Estimate Loyalty <--- MonadicValue Loyalty <--- Satisfaction Loyalty <--- DyadicValue
S.E.
C.R.
P Label
,2941 ,1286 2,2874 ,0222 ,3110 ,1251 2,4860 ,0129 ,5024 ,1865 2,6933 ,0071
. Hubungan kausalitas antar construct dapat dikatakan significant secara statistik jika p-value untuk statistik 2 lebih rendah dari taraf signifikan yang dipilih yaitu 0,05, atau nilai absolut dari critical ratio (C.R.) lebih tinggi dari Z=0,05 = 1,96. ISBN : 978-602-70604-3-2 10
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 23 Januari 2016
Merujuk Tabel 5hasil olahan AMOS yang menunjukkan estimasi loading struktural tidak terstandarisir dan signifikansi relasi kausalitas antara construct, berikut analisa terhadap ketiga hipotesis penelitian tersebut di atas, adalah sebagai berikut: Relasi Retail_Satisfaction →Retail_Loyalty
Hipotesis
p_value
Ho: λ11 = 0
0,013 (< 0,05)
Ho: λ11 > 0 Monadic_Value →Retail_Loyalty
Ho: λ12 = 0
Ho: λ13 = 0
Ho ditolak Hi diterima
0,022 (< 0,05)
Ho: λ13 > 0 Dyadic_Value →Retail_Loyalty
Kesimpulan
Ho ditolak Hi diterima
0,007 (< 0,05)
Ho: λ13 > 0
Ho ditolak Hi diterima
Dari analisa terhadap ke-tiga hipotesis di atas dapat disimpulkan: 1. Kepuasan Toko bangunan berpengaruh positip dan significant terhadap loyalitas Toko bangunan yang dikaitkan denganfaktor yang mempengaruhi kesediaan Toko bangunan untuk melaksanakan VMI. 2. Persepsi Toko bangunan terhadap nilai monadic berpengaruh positip dan significant terhadap loyalitas Toko bangunan yang dikaitkan denganfaktor yang mempengaruhi kesediaan Toko bangunan untuk melaksanakan VMI. 3. Persepsi Toko bangunan terhadap nilai dyadic berpengaruh positip dan significant terhadap loyalitas Toko bangunan yang dikaitkan denganfaktor yang mempengaruhikesediaan Toko bangunan untuk melaksanakan VMI. Analisa Pengaruh Hubungan Kausalitas Tabel 6menunjukkan ikhtisar dari hasil olahan AMOS pengaruh langsung dan tidak langsung terstandarisir.Nilai estimasi pengaruh langsung menunjukkan bobot regresi tersandarisasi (loading factor) untuk hubungan kausalitas dari model persamaan struktural yang telah disusun. Tabel 6Standarized Direct Effects and Indirect Effects Variable Loyalty Commitment Trust Interdependenc y Openness Chemistry Image Proposition Marketing Fairness Equity Growth SalesTurnover Packaging Delivery
Satisfaction Direct Indirec t 0.2840 - 0.1809 - 0.1841 - 0.1773 - 0.1526 - 0.1874 0.6678 0.6377 0.7493 -
MonadicValue Direct Indirec t 0.3118 - 0.1986 - 0.2021 - 0.1947 - 0.1676 - 0.2057 0.6888 0.6485 0.7289 -
DyadicValue Direct Indirec t 0.4321 - 0.2753 - 0.2801 - 0.2698 - 0.2322 - 0.2851 0.5474 0.6746 0.7782 -
ISBN : 978-602-70604-3-2 11
Loyalty Direct Indirec t0.6371 0.6484 0.6244 0.5374 0.6599 -
-
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 23 Januari 2016
Dari nilai estimasi terstandarisir pengaruh langsung diperoleh nilai 11 = 0.2840; 12 = 0.3118; dan 11 = 0.4321. Persamaan regresi untuk model persamaan struktural yang disusun dalam penelitian ini adalah: loyalitas Toko bangunan yang dikaitkan 0.4321 * persepsi nilai dyadic dengan faktor yang mempengaruhi kesediaan = +0.3118 * persepsi nilai monadic Toko bangunan untuk melaksanakan VMI +0.2840 * kepuasan Toko bangunan Olahan AMOS menunjukkan nilai estimasi korelasi berganda kuadrat yang merupakan analogi dari koefisien determinasi (R2) sebesar 0.8479; dapat diartikan 84,79% proporsi varians dari constructloyalitas Toko bangunan yang dikaitkan dengan faktor yang mempengaruhi kesediaan Toko bangunan dalam melaksanakan VMI dapat dijelaskan oleh construct kepuasan Toko bangunan, persepsi nilai monadic, dan persepsi nilai dyadic. Dari estimasi terstandarisir pengaruh tidak langsung di Tabel 6, dapat disusun persamaan regresi yang menunjukkan pengaruh tidak langsung dari independentconstructke variabel observasi dari dependent construct, sebagai berikut: Commitment = 0.2753 *persepsi nilai dyadic + 0.1986 *persepsi nilai monadic +0.1809 * kepuasan Toko bangunan Trust = 0.2801 *persepsi nilai dyadic + 0.2021 *persepsi nilai monadic +0.1841 * kepuasan Toko bangunan Interpedendency = 0.2689 *persepsi nilai dyadic + 0.1947 *persepsi nilai monadic +0.1773 * kepuasan Toko bangunan Openness = 0.2322 *persepsi nilai dyadic + 0.1676 *persepsi nilai monadic +0.1526 * kepuasan Toko bangunan Chemistry = 0.2851 *persepsi nilai dyadic + 0.2057 *persepsi nilai monadic +0.1874 * kepuasan Toko bangunan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Tujuan penelitian adalahmengidentifikasi dan mengukur variabel-variabel atau dimensi yang mempengaruhi loyalitas Toko bangunan yang dikaitkan dengan faktor yang mempengaruhi kesediaan toko bangunan untuk melaksanakan VMI kesediaan toko bangunan untuk melaksanakan konsep VMI. 2. Kepuasan Toko bangunan terhadap kinerja PT Semen Gresik, persepsi Toko bangunan terhadap benefit yang diperoleh dari PT Semen Gresik lebih baik dari proposisi benefit dari penawaran (pesaing) lain (persepsi nilai monadic), dan persepsi Toko bangunan terhadap kesetaraan (equty) dalam berkoordinasi dan bekerja-sama, dan persepsi kewajaran (fairness) atas benefit yang diperoleh Toko bangunan dengan PT Semen Gresik (persepsi nilai dyadic); memberi pengaruh terhadap loyalitas Toko bangunan yang dikaitkan dengan faktor yang mempengaruhi kesediaan Toko bangunan untuk melaksanakan VMI. 3. Persepsi Toko bangunan terhadap kesetaraan (equty) dalam berkoordinasi dan bekerjasama, dan persepsi kewajaran (fairness) atas benefit yang diperoleh Toko bangunan dengan PT Semen Gresik (persepsi nilai dyadic); memberi pengaruh paling tinggi terhadap loyalitas Toko bangunan yang dikaitkan dengan faktor yang mempengaruhi kesediaan Toko bangunan untuk melaksanakan VMI
ISBN : 978-602-70604-3-2 12
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 23 Januari 2016
Saran Saran untuk PT Semen Gresik Untuk meningkatkan loyalitas Toko bangunan yang dikaitkan dengan faktor yang mempengaruhi kesediaan Toko bangunan untuk melaksanakan VMI, variabel yang perlu ditingkatkan terlebih dahulu adalah:harus diperbaiki, diurutkan dari variabel-variabel paling penting ke cukup penting adalah: 1. Persepsi Toko bangunan terhadap kesetaraan (equity) yang dapat dilakukan dengan meningkatkan response PT Semen Gresik terhadap keluhan, usulan, saran, dan menyampaikan pujian atas kinerja Toko bangunan; 2. Persepsi Toko bangunan terhadap kewajaran dalam memperoleh keuntungan (fairness) yang dapat dilakukan dengan menyisihkan sebagian pendapatan untuk dikembalikan ke Toko bangunan melalui program pemasaran ataucustomer relationship marketing. 3. Persepsi untuk tumbuh bersama-sama yang dapat dilakukan dengan mengevaluasi pertumbuhan penjualan dan aset Toko bangunan dan memberikan pelatihan manajemen agar pertumbuhan penjualan Toko bangunan didukung oleh kemampuan pengelolaan perusahaan yang baik. Saran untukPenelitianSelanjutnya Untuk memperoleh hubungan yang lengkap antara loyalitas Toko bangunan dengan kesediaan Toko bangunan untuk melaksanakan VMI, disarankan construct loyalitas Toko bangunan menjadi construct intervening dari kepuasan Toko bangunan, persepsi nilai monadic, dan persepsi nilai dyadic ke construct kesediaan Toko bangunan untuk melaksankan VMI. DAFTAR PUSTAKA Allen, R.Y., Spohn, R.F. dan Wilson, I.H. (1984). Selling Dynamic. McGraw-Hill International Edition, Singapore. Chaharsooghi, S.K. dan Heydary, J. (2011). Strategic Fit in Supply Chain Management: Coordination Perspective. Industrial Engineering Department, Tarbiat Modares Universiry, Teheran, Iran. Claassen, M.J.T., Weele, A.J. dan Raaij, E.M. (2007). Performance Outcomes and Success Factor of Vendor Managed Inventory. Netherlands. Costabile, Michele, A.(2000).Dynamic Model of Customer Loyalty.16th IMP-Conference in Bath, United Kingdom. Fiala, Petr (2007). Coordination in Supply Chain, University of Novi Sad, Serbia. Griffin, J., (2002). Customer Loyalty: How to earn it, How to keep it. Jossey-Bass, USA Kotler, Philip dan Keller, K. Lane (2009). Marketing Management. Pearson Educational Inc., New Jersey, USA. Lambert, D.M. dan Cooper, M.C. (2000). Issues in Supply Chain Management. Industrial Marketing Management, Elsevier Science Inc., USA. Lee, H. L. dan Wang, S. (2000). Information Sharing in a Supply Chain. Int. J. Manufacturing Technology and Management, Vol 1, No. 1, pp. 79-93. Lee, H. L., Padmanabhan, V., dan Whang, S. (1997). The Bullwhip Effect in Supply Chain. MIT Sloan Management Review Piplani, R. (2006). Coordination in The Supply Chain: Vendor Managed Inventory is The Way to Go. Center for Supply Chain Management, Nanyang Technology University, Singapore.
ISBN : 978-602-70604-3-2 13
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 23 Januari 2016
Portes, A.N. dan Vieira, G.E. (2006). The Impact of Vendor Managed Inventory (VMI) on The Bullwhip Effect in Supply Chains. Third International Conference on Production Research – Americas’ Region. Sheth, Jagdish N. (1980). A Theory of Merchandise Buying Behavior. Faculty Working Papers, College of Commerce and Business Administratiion, University of Illionis at Urbana, USA.
ISBN : 978-602-70604-3-2 14