Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
PENGARUH FAKTOR-FAKTOR KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP KINERJA PEGAWAI DALAM IMPLEMENTASI SISTEM e-PROCUREMENT (STUDI KASUS PADA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM) Eka Marliana Putri dan Indung Sudarso Program Studi Magister Manajemen Teknologi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jl. Cokroaminoto 12A, Surabaya, 60264, Indonesia e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Kementerian Pekerjaan Umum merupakan salah satu instansi pemerintahan yang telah melaksanakan sistem e-Procurement sejak peraturan ini ditetapkan oleh pemerintah pada tahun 2004 lalu. Meskipun demikian, kompetensi sumber daya manusia dalam melaksanakan sistem e-Procurement masih dirasakan kurang sehingga membutuhkan adanya peningkatan standar kompetensi sumber daya manusia di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum, yang diharapkan berdampak pada peningkatan kinerja pelayanan publik melalui e-Procurement. Penelitian akan dilakukan dengan cara menyebar kuesioner yang terdiri dari 2 bagian yaitu data responden dan kuesioner utama. Responden penelitian ini adalah pegawai di Satuan Kerja Direktorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum yang berjumlah 237 orang. Hasil survei kuesioner akan dianalisa dengan menggunakan Analisa Faktor dan Analisa Jalur. Hasil penelitian menunjukan dari 5 faktor yang membentuk kompetensi, sub variabel Motif dan Sifat merupakan komponen yang secara signifikan meningkatkan kompetensi sumber daya manusia. Hasil analisa jalur menunjukan bahwa Motif, Sifat, Konsep Diri, Pengetahuan dan Keterampilan berpengaruh signifikan terhadap kinerja, baik secara bersamaan maupun terpisah. Kementerian Pekerjaan Umum diharapkan terus meningkatkan kompetensi pegawai melalui sosialisasi dan program training yang berkesinambungan, yang menekankan pada peningkatan keterlibatan jumlah pegawai dalam training. Peningkatan kinerja e-Procurement menekankan pada daya saing dan integritas personal, dengan terus meningkatkan aspek pengetahuan dan keterampilan teknis operasional sistem e-Procurement. Kata kunci: Kompetensi SDM, Kinerja Pegawai, e-Procurement
PENDAHULUAN Latar Belakang Pemanfaatan teknologi informasi dalam proses pelelangan barang dan jasa (eProcurement) di lembaga pemerintahan bertujuan untuk penciptaan efisiensi, efektivitas, transparansi dan akuntabilitas dalam pelayanan terhadap masyarakat serta meningkatkan daya saing setiap instansi pemerintah. Melalui e-Procurement diharapkan dapat menghubungkan proses bisnis antara pemerintah sebagai pengguna barang/jasa dengan penyedia barang/jasa melalui interaksi secara langsung.
ISBN: 978-602-70604-1-8 B-25-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
Kementerian Pekerjaan Umum merupakan pionir pelaksanaan e-Procurement pada lembaga pemerintahan di Indonesia yang telah melaksanakannya sejak tahun 2002. Kementerian Pekerjaan Umum dinilai sebagai instansi yang telah melaksanakan proses e-Procurement dengan baik yang ditandai dengan penghargaan dari berbagai pihak sebagai penyelenggara e-Government di lingkup Kementerian. Beberapa keberhasilan pelaksanaan e-Procurement di Kementerian Pekerjaan Umum dapat dilihat dari meningkatnya jumlah paket dan nilai proyek yang terselesaikan, meningkatnya partisipasi masyarakat dalam menggunakan e-Procurement, serta secara efektif telah berhasil memangkas biaya dan waktu dalam prosesnya. Meningkatnya partisipasi masyarakat tersebut menuntut Kementerian Pekerjaan Umum meningkatkan kinerja pelayanannya. Aspek kompetensi Sumber Daya Manusia menjadi isu strategis di dalam kinerja impelementasi e-Procurement di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum, hal ini karena persiapan sumber daya manusia membutuhkan proses tidak hanya dalam memberikan pengetahuan dan skill, tetapi pada perubahan mental, budaya dan pola pikir yang dikhawatirkan terdapat resistensi terhadap inovasi proses pelayanan. Perumusan Masalah Pelaksanaan e-Procurement masih mengalami sejumlah kendala. Belum seluruh pegawai menguasai teknis mengoperasionalkan sistem pelayanan ini, dimana hal tersebut terkait dengan latar belakang tingkat pendidikan formal hampir setengah pegawai yang di bawah sarjana. Selain itu program pendidikan dan pelatihan belum diikuti oleh seluruh pegawai, sehingga masih diperlukan adanya peningkatan kompetensi pegawai. Pegawai yang memiliki kompetensi yang sesuai dengan yang diperlukan organisasi diyakini mampu melaksanakan semua pekerjaan dengan efektif, sanggup mengatasi masalah dalam bekerja dan dapat mencari solusi (alternative way out) yang tepat dalam menghadapi situasi kerja yang kritis dan sulit, dan juga dapat memenuhi kriteria pencapaian kinerja yang telah ditetapkan. Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, maka peneliti membuat rumusan masalah sebagai berikut : Seberapa besar pengaruh faktor-faktor yang membentuk kompetensi sumber daya manusia terhadap kinerja pegawai dalam implementasi sistem e-Procurement di lingkungan Direktorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum? Tujuan Penelitian Menganalisa pengaruh faktor-faktor yang membentuk kompetensi sumber daya manusia terhadap kinerja pegawai dalam implementasi sistem e-Procurement di lingkungan Direktorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum. Batasan Masalah Dalam penelitian ini, ruang lingkup pembahasan dibatasi pada: 1. Penelitian ini hanya dilakukan pada 4 Direktorat Jenderal di Kementerian Pekerjaan Umum, yaitu Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Direktorat Jenderal Bina Marga danDirektorat Jenderal Cipta Karya. 2. Permasalahan yang akan diteliti lebih difokuskan kepada faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi sumber daya manusia serta pengaruhnya terhadap kinerja pegawai.
ISBN: 978-602-70604-1-8 B-25-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
METODE Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat konfirmatori dengantujuan untuk menguji hubungan saling mempengaruhi antara variabel-variabel. Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang diuji adalah kompetensi (Motif, Sifat, Konsep Diri, Pengetahuan dan Keterampilan), dan kinerja (Kualitas Pekerjaan, Kuantitas Pekerjaan, Pengetahuan Jabatan, Kerja sama, Inisiatif, Kreativitas, Saling Ketergantungan dan Kualitas Diri). Sumber Data Data dalam penelitian ini bersumber dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari kuesioner dan wawancara. Kuesioner disebarkan secara langsung untuk 4 Direktorat Jenderal di Kementerian Pekerjaan Umum, dimana tujuan dari penyebaran kuesioner untuk mengetahui pengaruh kompetensi terhadap kinerja pegawai dalam implementasi e-procurement. Sedangkan wawancara akan dilakukan kepada para pihak terkait yaitu karyawan di bidang kepegawaian, dimana wawancara tersebut untuk mengetahui tindakan-tindakan apa yang akandiambil dalam rangka meningkatkan kompetensi dan kinerja karyawan. Adapun data sekunder dalam penelitian ini berupa: 1. Data yang terkait pelaksanaan e-Procurement di Kementerian Pekerjaan Umum. 2. Data kompetensi formal karyawan seperti latar belakang pendidikan, dan pelatihan yang pernah diikuti. 3. Data penilaian kinerja karyawan. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah Pegawai Negeri Sipil di jajaran Satuan Kerja (Satker) pada Direktorat Jenderal Kementerian PekerjaanUmum yang terdiri dari Ditjen Penataan Ruang, Ditjen Sumber Daya Air, Ditjen Cipta Karya dan Ditjen Bina Marga, dengan jumlah 2.370 orang. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebesar 10% dari populasi yaitu 237 orang, yang ditentukan melalui teknik simple random sampling. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai identitas responden serta pertanyaan mengenai variabel yang diteliti. Pertanyaan kuesioner disusun berdasarkan landasan konseptual dimana jawabannya bisa mengkongkritkan konstruk penelitian. Kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan dibagikan kepada responden, kemudian responden mengembalikan kuesioner yang telah diisi tersebut. Selanjutnya kuesioner-kuesioner tersebut diseleksi dengan cara memilih kuesioner yang telah diisi lengkap dan benar oleh responden. Skala Pengukuran Variabel Pengukuran variabel dalam kuesioner digunakan skala likert, yang merupakan metoda pengukuran sikap dengan menyatakan setuju atau ke-tidaksetujuan-nya terhadap subyek atau obyek tertentu. Pengukuran skala likert menggunakan pilihan kriteria nilai 1 untuk Sangat Tidak Setuju (STS) sampai dengan nilai 5 untuk Sangat Setuju (SS) dalam pemberian jawaban kuesioner.
ISBN: 978-602-70604-1-8 B-25-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
Indikator Variabel Variabel dalam penelitian ini berjumlah 2, yaitu kompetensi sumber daya manusia dan kinerja pegawai. Indikator variabel kompetensi yang ditentukan dalam penelitian ini yaitu variabel-variabel yang menjadi faktor pembentuk kompetensi, yaitu: 1. Motif 2. Sifat 3. Konsep diri 4. Pengetahuan 5. Keterampilan. Sedangkan indikator dari kinerja tediri atas: 1. Kualitas pekerjaan 2. Kuantitas pekerjaan 3. Pengetahuan jabatan 4. Kerja sama 5. Inisiatif 6. Kreativitas 7. Saling ketergantungan 8. Kualitas diri Rancangan Kuesioner Format kuesioner disusun berdasarkan indikator variabel yang telah ditetapkan sebelumnya. Bentuk format, susunan dan teknik kuesioner disusun sedemikian rupa sehingga mencapai sasaran penelitian. Teknik Analisis Setelah pengumpulan data selesai, maka tahap berikutnya adalah penyusunan data dalam bentuk tabulasi yang berisi jumlah responden masing-masing jawabannya. Dengan adanya tabulasi ini akan diketahui skala persetujuan responden terhadap masing-masing variabel dalam kuesioner. Selanjutnya dilakukan analisis deskriptif serta teknik pengujian hipotesis melalui analisa faktor dan analisa jalur. Analisis Deskriptif Analisa deskriptif variabel kompetensi (X) dan kinerja (Y) menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: a. Menghitung jumlah kumulatif terbesar dan terkecil. b. Menghitung Nilai kumulatif adalah jumlah dari setiap item pertanyaan yang merupakan jawaban dari masing-masing responden. c. Persentase adalah nilai kumulatif item dibagi dengan nilai frekuensi kemudian dikalikan dengan 100%. d. Menghitung nilai rentang Klasifikasi penilaian berdasarkan persentase skor dapat dilihat pada Tabel 1.
ISBN: 978-602-70604-1-8 B-25-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
Tabel 1. KategoriInterpretasiSkor Persentase 20,00% - 40,00% > 40,00% - 60,00% >60,00% - 80,00% >80,00% - 100%
Kategori SangatRendah Rendah Tinggi SangatTinggi
Analisis Faktor Analisis ini mencoba menemukan hubungan antar sejumlah variabel yang saling bebas satu sama lain sehingga dapat dibuat satu atau beberapa set variabel yang lebih sedikit dari jumlah variabel awal. Dalam hal ini variabel yang memiliki korelasi terbesar akan berkelompok membentuk suatu set variabel. Kumpulan variabel tersebut disebut faktor, dimana faktor-faktor yang terbentuk tetap mencerminkan variabel-variabel aslinya. Analisa faktor menggunakan bantuan software statistik SPSS 17 For Windows. Analisis Jalur Teknik analisi jalur digunakan untuk menganalisis hubungan sebab akibat yang tejadi pada regresi berganda jika variabel bebasnya mempengaruhi variabel tergantung tidak hanya secara langsung tetapi juga secara tidak langsung. Pengujian analisis jalur menggunakan rumus Uji F dan Uji t. Analisa jalur menggunakan bantuan software statistik SPSS 17 for Windows. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa Deskriptif Variabel Komptensi dan Kinerja Deskriptif variabel kompetensi pegawai dapat diketahui dari Tabel 2. Tabel 2. Rekapitulasi Data Kompetensi Pegawai Sub Variabel X1 (Motif) X2 (Sifat) X3 (Konsep Diri) X4 (Pengetahuan) X5 (Keterampilan) Rata - Rata
Hasil 63,42 71,65 68,52 70,85 63,99 67,69
Kategori Cukup Baik Baik Baik Cukup Cukup
Berdasarkan paparan rekapitulasi data pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa indikator-indikator kompetensi pegawai berada dalam kategori “Cukup” dan “Baik”. Data tersebut mengindikasikan responden telah memiliki kompetensi yang dibutuhkan dalam melaksanakan pekerjaan dalam Satker, khususnya mengenai implementasi eProcurement sehingga dapat menunjang responden dalam menyelesaikan pekerjaan pelelangan barang dan jasa dengan baik. Indikator Motif (X1) memperoleh persentase skor rata-rata terkecil (63,42%), sedangkan Sifat (X2) merupakan indikator yang memperoleh persentase skor rata-rata terbesar yaitu 71,65% dari skor ideal. Hasil ini
ISBN: 978-602-70604-1-8 B-25-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
menunjukan bahwa di antara indikator kompetensi lainnya, sifat atau watak yang dimiliki merupakan indikator kompetensi yang paling baik dimiliki pegawai dalam bekerja, sedangkan Motif merupakan indikator yang paling rendah yang dimiliki oleh responden. Kinerja pegawai dapat diketahui dalam Tabel 3. Tabel 3. Rekapitulasi Indikator Kinerja Sub Variabel Y1 (kualitas Pekerjaan) Y2 (Kuantitas Pekerjaan) Y3 (Pengetahuan Jabatan) Y4 (Kerja Sama) Y5 (Inisiatif) Y6 (Kreativitas) Y7 (Saling Ketergantungan) Y8 (Kualitas Diri) Rata-rata
Hasil 61,77 62,95 63,00 61,46 61,56 63,38 63,71 63,59 62,68
Kategori Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup
Berdasarkan rekapitulasi pengolahan data dapat diketahui tanggapan responden mengenai mengenai indikator-indikator kinerja pegawai berada dalam kategori “Cukup”. Indikator Y7 (Saling ketergantungan) memperoleh persentase skor paling besar (63,71%), sedangkan indikator Y5 (Inisiatif) memperoleh persentase skor paling kecil (61,56%). Data tersebut menunjukan adanya penghargaan terhadap hasil kerja pihak lain dalam upaya membangun kerja sama yang sinergis dalam satu divisi ataupun dengan divisi lainnya dalam pelaksanaan e-Procurement merupakan indikator kinerja yang paling baik dimiliki oleh pegawai. Sikap tersebut merupakan implementasi dari adanya saling ketergantungan yang positif antara rekan satu divisi maupun dengan divisi lainnya. Analisa Faktor Pembentuk Kompetensi Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai faktor-faktor pembentuk kompetensi, diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 4. Total Variance Explained Initial Eigenvalues
Extraction Sums of Squared Loadings
Component Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative % 1 2 3
1.925 1.371 .795
38.492 27.429 15.910
38.492 1.925 65.920 1.371 81.830
4
.572
11.430
93.260
5
.337
6.740
100.000
38.492 27.429
38.492 65.920
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Berdasarkan hasil analisis faktor, diketahui bahwa Nilai Eigen values yang ditetapkan adalah 1, sehingga nilai Total yang akan diambil adalah yang > 1 yaitu komponen 1 dan 2. Dengan demikian, sub variabel X1 (Motif) dan X2 (Sifat) disimpulkan menjadi komponen yang signikan dalam membentuk kompetensi pegawai.
ISBN: 978-602-70604-1-8 B-25-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
Hasil ini menunjukan bahwa kompetensi pegawai di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum lebih didominasi oleh faktor internal diri pegawai, yaitu dorongan dari dalam diri (motif) yang dimiliki pegawai dalam bekerja, serta karakteristik mental dan watak (sikap) seorang pegawai. Pegawai yang memiliki motif yang kuat untuk berprestasi, akan secara aktif dan bersungguh-sungguh mengikuti berbagai program pelatihan mengenai e-Procurement sehingga kompetensinya akan semakin meningkat. Selain itu, pegawai yang memiliki sifat kepemimpinan, peka dan kesediaan membantu, fleksibel serta mudah bekerja dalam tim, akan mendorong perilaku kerja yang efektif dan berdaya saing sehingga mampu menyelesaikan pekerjaan dengan baik dalam Satker. Hasil tersebut membawa implikasi bagi Kementerian Pekerjaan Umum, bahwa dalam pengembangan kompetensi pegawai harus dapat mengidentifikasi sejauh mana motif dan sifat pegawai dalam bekerja khususnya untuk mengimplementasikan eProcurement sebagai tugas utama Satuan Kerja Direktorat Jenderal Pekerjaan Umum. Analisa Jalur Pengaruh Motif, Sifat, Konsep Diri, Pengetahuan dan Keterampilan Terhadap Kinerja Pegawai Hasil pengujian melalui analisa jalur mengenai pengaruh faktor-faktor kompetensi terhadap kinerja pegawai dapat diketahui dari Tabel 5. Tabel 5. Uji-F ANOVAb Sum of Squares
Df
Mean Square
F
Sig.
Regression 888.410
5
177.682
28.196
.000a
Residual Total
231 236
14.754
Model 1
3408.147 4296.557
a. Predictors: (Constant), X5, X2, X3, X4, X1 b. Dependent Variable: Y Berdasarkan hasil analisis jalur dapat diketahui bahwa nilai F hitung> F tabel (8.977>2.252) maka Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan secara simultan (bersamaan), Sub Variabel Motif (X1), Sifat (X2), Konsep diri (X3), Pengetahuan (X4) dan Keterampilan (X5) berpengaruh signifikan terhadap Kinerja (Y). Tabel 6. Uji-t Koefisien Jalur t-hitung PYX1 PYX2 PYX3 PYX4 PYX5
0.178 0.221 0.146 0.147 0.214
2.248 2.985 2.112 2.130 3.174
t-tabel -1,970 atau 1,970 -1,970 atau 1,970 -1,970 atau 1,970 -1,970 atau 1,970 -1,970 atau 1,970
ISBN: 978-602-70604-1-8 B-25-7
Kesimpulan Ho Ho Ho Ho Ho
Ditolak Ditolak Ditolak Ditolak Ditolak
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
Tabel 7. Rekapitulasi Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Koefisien Pengaruh Variabel Jalur Langsung X1 X2 X3 X4 X5
0.178 0.221 0.146 0.147 0.214
3.2 4.9 2.1 2.2 4.57
Pengaruh tidak langsung (melalui), dalam % X1
X2
X3
2.3 1.0 2.3 0.78 1 0.78 0.67 0.73 0.93 1.22 0.47 1.1 Total Pengaruh
X4
X5
0.67 1.22 0.73 0.47 0.93 1.1 1.27 1.27 -
Total Pengaruh tidak langsung 5.19 4.28 3.81 5.8 4.06
Total
PValue
8.39 0.025 9.18 0.003 5.91 0.036 5.8 0.034 8.63 0.002 37.91%
Hasil uji t menunjukan bahwa motif, sifat, konsep diri, pengetahuan dan keterampilansecara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja (nilai t hitung > t tabel). Sub variabel sifat memiliki total pengaruh paling besar terhadap kinerja yaitu sebesar 9,18%. Hasil tersebut menunjukan bahwa pegawai yang memiliki motif berprestasi dalam bekerja, sifat dan konsep diri yang sesuai dengan visi dan nilai-nilai organisasi, pengetahuan serta keterampilan yang memadai, akan mempengaruhi pada peningkatan kinerja pegawai. Sifat merupakan kompetensi inti dan dasar bagi kompetensi lainnya (Spencer dan Spencer, 1993), sehingga dalam Iceberg Model, sifat (bersama motif dan konsep diri) merupakan kompetensi yang tidak terlihat dan menjadi dasar bagi pengembangan kompetensi lainnya. Sifat adalah watak yang membuat orang untuk berperilaku atau bagaimana seseorang merespon sesuatu dengan cara tertentu, sehingga karakteristik perilaku pegawai yang baik akan menghasilkan kinerja yang tinggi.Implikasinya, identifikasi yang tepat dari faktor pribadi pegawai di bagian Satker dalam melaksanakan tugas e-Procurement, akan menjadi bahan penting bagi Departemen Sumber Daya Manusia Kementerian Pekerjaan Umum dalam menyusun standar penilaian kinerja pegawai, serta menjadi landasan bagi program peningkatan kinerja pegawai khususnya di bagian Satker dalam menjalankan tugas pengadaan barang dan jasa secara elektronik (e-Procurement). Dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum dapat menilai apakah karakteristik sifat pegawai dalam bekerja telah sesuai dengan visi Kementerian PU untuk memberikan pelayanan yang prima dalam proses pengadaan barang dan jasa. KESIMPULAN 1.
2.
Kompetensi pegawai berada dalam kategori cukup. Berdasarkan hasil analisa kuesioner dapat disimpulkan responden telah cukup memiliki kompetensi yang dibutuhkan dalam melaksanakan pekerjaan dalam Satker, sehingga dapat menunjang responden dalam implementasi e-Procurement di Kementerian Pekerjaan Umum. Kinerja responden dalam implementasi e-Procurement sudah cukup baik, yang ditunjukan dengan kualitas dan kuantitas proses lelang yang sesuai dengan standar, memiliki pengetahuan yang cukup atas jabatan, dapat bekerja sama dalam tim, memiliki daya inisiatif dan kreativitas yang cukup baik, adanya saling ketergantungan dengan rekan kerja dan memiliki kualitas integritas yang cukup baik.
ISBN: 978-602-70604-1-8 B-25-8
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
3.
4.
Berdasarkan hasil pengolahan data melalui analisis faktor, indikator yang signifikan dalam membentuk kompetensi pegawai adalah motif dan sifat, sedangkan konsep diri, keterampilan dan pengetahuan bukan menjadi faktor yang signifikan dalam membentuk kompetensi pegawai. Hasil ini menunjukan bahwa kompetensi pegawai di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum disebabkan oleh faktor internal diri pegawai, yaitu dorongan dari dalam diri (motif), serta karakteristik mental dan watak (sikap) seorang pegawai dalam bekerja. Berdasarkan hasil pengolahan data melalui analisis jalur, diperoleh hasil bahwa motif, sifat, konsep diri, pengetahuan dan keterampilan berpengaruh signifikan terhadap kinerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai baik secara bersamaan maupun terpisah. Sub variabel sifat merupakan variabel yang memiliki pengaruh langsung dan tidak langsung paling besar terhadap kinerja pegawai.
DAFTAR PUSTAKA Akdon, Riduwan. (2006). Rumus dan Data dalam Aplikasi Statistika. Cetakan I. Bandung: Alfabeta. Baloh, P., & Trkman, P. (2003). Influence of Internet and Information Technology on Work and Human Resource Management. Informing Science. Dessler, Gary. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Kesepuluh Jilid 1. Jakarta: Indeks Gomez, Meijia. (1998). Managing Human Resource. New Jersey, Prentice Hall, Inc. Sasongko, Hajar. (2008). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kompetensi Tenaga Penjualan Untuk Meningkatkan Kinerja Tenaga Penjualan. Thesis, Program Studi Magister Manajemen Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. (2009). Standardisasi eProcurement. Jakarta: LKPP. Sitepu, Nirwana, SK. (1994).Analisis Jalur. Bandung: Universitas Padjajaran. Spencer, Lyle and Signe Spencer, (1993). Competence at Work. Canada, Jhon Wiley & Sons, Inc. Sumadilaga, Danis Hidayat dan Pudjijono, Agus. (2011) Kendala, Keberhasilan dan Tantangan dalam Sembilan Tahun Pelaksanaan e-Procurementdi Kementerian PU dalam Mencapai Good Governance. Konferensi Teknologi Informasi dan Komunikasi untukIndonesia 14-15 Juni 2011, Bandung.
ISBN: 978-602-70604-1-8 B-25-9