Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
APLIKASI PENDEKATAN KONSEP LEAN UNTUK MENGURANGI NON VALUE ADDED ACTIVITY PADA LEMBAGA KONSUIL (KOMITE NASIONAL KESELAMATAN UNTUK INSTALASI LISTRIK) DI BANYUWANGI Harliwanti Prisilia Jurusan Teknik Industri Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi Jl.Adi Sucipto No.26 Banyuwangi 68416
[email protected]
ABSTRAK Penerapan konsep lean selama ini tidak hanya di sektor manufaktur tetapi sektor jasa juga menerapkan konsep lean untuk meningkatkan performansinya. Lembaga Konsuil adalah satusatunya perusahaan jasa yang berperan sebagai lembaga pemeriksa instalasi pemanfaatan tenaga listrik tegangan rendah. Oleh karena itu lembaga Konsuil dituntut untuk dapat meningkatkan kepuasan pengguna jasanya dengan cara melakukan efisiensi yaitu dengan cara mengurangi Non Value Added Activity (waste). Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi waste dari proses pelayanan pemeriksaan instalasi pada lembaga konsuil. Penelitian diawali dengan memahami karakteristik sistem secara umum melalui Big Picture Mapping. Setelah itu dilakukan Root Cause Analysis untuk mengetahui akar penyebab masalah yang terjadi. Dari hasil penelitian yang didapatkan waste kritis yang sering terjadi yaitu waiting, defect dan unnecessary inventory. Berdasarkan hasil Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) didapatkan penyebab kritis dari waste waiting adalah kurangnya petugas pemeriksa lapangan dan proses validasi data yang berlebihan, penyebab kritis waste defect adalah pemasangan instalasi listrik yang tidak sesuai dan penyebab kritis dari unnecessary inventory adalah berkas yang tidak segera diproses oleh koordinator lapangan. Berdasarkan FMEA terbangun tiga rekomendasi perbaikan dari masingmasing waste kritis. Kata kunci: Lean, Big Picture Mapping, Root Cause Analysis, dan Failure Mode and Effect Analysis.
PENDAHULUAN Lembaga Konsuil (Komite Nasional Keselamatan Untuk Instalasi Listrik) di Banyuwangi adalah perusahaan jasa yang berperan sebagai lembaga pemeriksa instalasi pemanfaatan tenaga listrik konsumen tegangan rendah, guna memenuhi kaidah keselamatan ketenagalistrikan dengan menerbitkan Sertifikat Laik Operasi (SLO). Sesuai dengan undangundang no.30 tahun 2009 tentang ketenagalistrikan. pasal 44 ayat (4) : setiap instalasi tenaga listrik yang beroperasi wajib memiliki Sertifikat Laik Operasi (SLO). Lembaga Konsuil dituntut untuk dapat menerapkan konsep efektivitas dan efisiensi di setiap lini agar menghasilkan jasa dengan kualitas yang baik, sehingga dapat menjamin kepuasan pelanggan. Dalam kaitanya faktor yang berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan, Tjiptono (1996:159) mengatakan bahwa ketidakpuasan pelanggan disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang relatif dapat dikendalikan oleh perusahaan misalnya : karyawan yang kasar, jam karet, kesalahan pencatatan transaksi, sebaliknya faktor eksternal yang diluar kendali perusahaan seperti cuaca, aktivitas kriminal dan masalah pribadi
ISBN : 978-602-70604-1-8 A-15-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
konsumen. Dimana faktor-faktor tersebut yang harus selalu dilakukan evaluasi sebagai langkah continous improvement. Proses-proses pengelolaan jasa beserta faktornya dalam keadaan ideal dilakukan secara efektif dan efisien. Untuk menghasilkan layanan yang berkualitas, perusahaan perlu melakukan sebuah metodologi proses yang efisien sehingga aktivitas yang berupa pemborosan (waste) yang terdapat dalam proses dapat dikurangi dan memiliki lingkungan kerja yang aman sehingga produktivitas yang tinggi dapat dicapai oleh perusahaan.Salah satunya dengan mengaplikasikan konsep lean dalam suatu perusahaan Akan tetapi keadaan saat ini Lembaga Konsuil di Banyuwangi belum menerapkan konsep lean sehingga masih banyak ketidakefisienan dalam proses jasanya. Hal ini disebabkan karena adanya non value added activity (waste) dalam perusahaan. Seperti jurnal penelitian Francesca,M (2009) yang menerapkan lean service sebagai upaya perbaikan unit pelayanan teknik di PT. PLN APJ Surabaya Selatan dari hasil penelitian didapatkan alternatif perbaikan yang telah merubah unit pelayanan jaringan (UPJ) yang tidak efisien menjadi efisien, hal ini dibuktikan dengan perubahan nilai skala efisiensi dari 0,972 menjadi 1. Salah satu lean tools yang dapat digunakan oleh peneliti adalah dengan big pitcure mapping akan dapat diketahui gambaran besar proses secara keseluruhan, seperti aliran informasi, aliran nilai dan kualitas dalam setiap proses dalam pemeriksaan instalasi listrik konsumen tegangan rendah. Dari aliran tersebut aktivitas dalam proses dapat digolongkan menjadi aktivitas value added dan non value added, sehingga dari pemetaan tersebut dapat dilakukan perbaikan yang tepat sasaran. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi waste yang dihasilkan dari proses pelayanan pemeriksaan instalasi listrik pada Lembaga Konsuil di Banyuwangi, mengetahui waste kritis yang terjadi pada pelayanan pemeriksaan instalasi listrik dan memberikan rekomendasi perbaikan terhadap waste kritis yang terjadi. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di Lembaga Konsuil (Komite Nasional Keselamatan Untuk Instalasi Listrik) Jl. Kalasan No.11 Penganjuran Banyuwangi kode pos 684416 pada bulan Januari-Juli 2014. METODE IdentifIkasi Awal Tahapan awal yang dilakukan oleh peneliti setelah memperoleh topik yang ingin diteliti adalah melakukan identifikasi pendahuluan terhadap obyek penelitian. Identifikasi awal bertujuan untuk mengetahui gambaran secara umum obyek penelitian seperti kondisi exisiting perusahaan dan masalah yang dialami perusahaan tersebut. Setelah mengetahui masalah yang dihadapi penulis dapat menentukan tujuan dari penelitian ini. Obyek penelitian dalam hal ini adalah mengenai jasa pelayanan pemeriksaan instalasi listrik baru milik konsumen pada Lembaga Konsuil (Komite Nasional keselamatan untuk instalasi listrik) di Banyuwangi. Tujuan Penelitian Dari perumusan masalah dilanjutkan dengan tujuan penelitian terhadap permasalahan yang mengacu pada latar belakang dan berorientasi pada kepentingan perusahaan. Untuk menentukan tujuan penelitian mengacu pada perumusan masalah yang sudah ada, sehingga tujuan penelitian yang dilaksanakan memiliki arah dan tujuan yang tepat.
ISBN : 978-602-70604-1-8 A-15-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
Studi Pustaka Studi pustaka digunakan oleh penulis untuk dijadikan sebagai acuan dalam melakukan penelitian. Sumber bisa didapatkan dari buku, jurnal penelitian dari internet dan artikel ilmiah. Studi pustaka dapat membantu untuk penyelesaian serta mempermudah dalam melakukan pendekatan guna pemecahan masalah dalam penelitian. Beberapa teori dalam penelitian ini antara lain konsep lean service, big picture mapping, root cause analysis, dan failure mode and effect analysis. Studi Lapangan Studi lapangan adalah langkah pertama untuk menyelesaikan masalah yang ada di dalam penelitian. Studi lapangan bertujuan untuk mengetahui kondisi nyata perusahaan, dan mendapatkan informasi mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan penelitian. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengetahui proses pelayanan secara keseluruhan untuk mengidentifikasi waste yang terjadi. Studi lapangan perlu sekali dilakukan untuk menemukan permasalahan yang sebenarnya terjadi pada proses pelayanan pemeriksaan instalasi listrik tegangan rendah milik konsumen pada Lembaga Konsuil di Banyuwangi. Populasi dan Sampel Menurut Arikunto (2006) populasi adalah keseluruhan subyek dalam penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan Konsuil Area Banyuwangi yang berjumlah 18 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan mengambil seluruh anggota populasi sebagai responden (Sugiyono, 2009). Dengan demikian peneliti mengambil sampel dari seluruh karyawan Konsuil Area Banyuwangi. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 18 orang. Metode Pengumpulan Data Berdasarkan data-data yang akan digunakan dalam penelitian ini, metode pengumpulan data terdiri dari : 1) Wawancara, digunakan untuk mendapatkan informasi tentang proses pelayanan yang dilakukan serta penyebab dari waste yang terjadi.Dalam hal pelaksanaan wawancara, narasumbernya adalah orang-orang yang bertanggung jawab dan kompeten dalam bidangnya masing – masing. 2) Penyebaran kuisioner, dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang seberapa sering waste yang terjadi. Kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat tertutup.Hasil dari kuesioner digunakan sebagai input untuk melakukan pembobotan waste, sehingga didapatan waste kritis yang terjadi. Responden adalah orang – orang yang menjadi objek dalam penelitian yaitu seluruh karyawankonsuil Area Banyuwangi. 3) Data historis,yang digunakan untuk menunjang pengolahan data. Metode Analisis Data Adapun yang dilakukan dalam tahapan ini antara lain : 1) Big Picture Mapping digunakan untuk menggambarkan proses yang ada dalam pelayanan pemeriksaan intsalasi listrik konsumen tegangan rendah di Lembaga Konsuil di Banyuwangi. Dengan Big Picture Mapping akan didapatkan gamabaran rangkaian proses, aliran informasi, aliran material yang ada di Lembaga Konsuil Banyuwangi. Dari Big Picture Mapping akan diperoleh suatu informasi dimana terjadinya waste, dan seluruh aktivitas yang tergolong aktivitas value added, non value added, necessary but non value added. Dari Big Picture Mapping akan dapat di identifikasi aktivitas yang termasuk dalam kategori waste. 2) Pembobotan waste, dari identifikasi aktivitas yang tergolong waste dalam pelayanan pemeriksaan intsalasi listrik baru, dilakukan pembobotan berdasarkan frekuensi kemunculan dan dampak yang akan timbul nantinya. 3) RCA, digunakan untuk mencari dan menganalisa penyebab dan dampak dari permasalahan yang terjadi. 4) FMEA, digunakan untuk mengevaluasi potensial kegagalan dari produk ataupun proses dan efek yang ditimbulkan dari kegagalan tersebut. ISBN : 978-602-70604-1-8 A-15-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
HASIL DAN DISKUSI Big Picture Mapping dapat digunakan sebagai alat bantu untuk mengidentifikasi proses yang ada pada Lembaga Konsuil di Banyuwangi. Adapun Big Picture Mapping adalah sebagai berikut :
Gambar 1. Big Picture Mapping Lembaga Konsuil (Current State) Berdasarkan Big Picture Mapping pada gambar 1. maka proses pelayanan pemeriksaan instalasi listrik baru pada Lembaga Konsuil di Banyuwangi dapat dibagi menjadi 5 proses utama yaitu, proses pengisian form SPPI, proses administrasi, proses pemeriksaan instalasi listrik, proses verifikasi hasil pemeriksaan, dan proses entry dan sertifikasi. proses pelayanan tersebut dapat dikelompokkan menjadi beberapa sub proses sebagai berikut : 1) Proses pengisian form SPPI, terdiri dari proses sebagai berikut : a) Pengisian form SPPI oleh konsumen, b) Penyerahan form SPPI kepada bagian administrasi, c) Bagian administrasi melakukan pemeriksaan kelengkapan berkasa data PPIL yang diajukan konsumen. 2) Proses administrasi, terdiri dari proses sebagai berikut : a) Penumpukan form SPPI di bagian administrasi, b) Input data SPPI konsumen, c) pembayaran biaya administrasi, d) Penyerahan from SPPI kepada kordinator pemeriksa. 3) Proses pemeriksaan instalasi listrik, terdiri dari proses sebagai berikut : a) Kordinator pemeriksa menyerahkan data PPIL kepada petugas pemeriksa, b) Petugas pemeriksa melaksanakan pemeriksaan dilapangan, c) Pemeriksaan PHB (perangkat hubung bagi), d) ISBN : 978-602-70604-1-8 A-15-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
Pengukuran tahanan isolasi kabel, e) Pemeriksaan saklar lampu, f) Pemeriksaan fiting lampu, g) Pemeriksaan kotak kontak, h) Pengukuran tahanan pembumian dengan alat Earth Teaster, i) mengisi laporan pada LHP (Lembar Hasil Pemeriksaan), j) Menuggu laporan hasil pemeriksaan. 4) Proses Verifikasi Laporan Hasil Pemeriksaan, terdiri dari proses sebagai berikut : a) Validasi data PPIL hasil pemeriksaan oleh Kordinator pemeriksa lapangan, b) Validasi data PPIL hasil pemeriksaan oleh Kaur Sertifikasi, c) Validasi data PPIL hasil pemeriksaan oleh Kepala Area. 5) Proses entry dan sertifikasi, terdiri dari proses sebagai berikut : a) Entry data PPIL dari hasil pemeriksaan instalasi listrik, b) Proses pencetakan/penerbitan SLO (Sertifikat Laik Operasi), c) Penyerahan SLO kepada konsumen. Tabel 1. Identifikasi Aktivitas Pelayanan Pemeriksaan Listrik Baru Kode
A.1 A.2 A.3 B.1 B.1 B.2 B.3 C.1 C.2 C.3 C.4 C.5 C.6 C.7 C.8 C.9 C.10 D.1 D.2 D.3 E.1 E.2 E.3
Tipe Aktivitas A. Pengisian Form SPPL Pengisian form SPPI oleh konsumen Penyerahan form SPPI kepada bagian administrasi Bagian administrasi melakukan pemeriksaan kelengkapan berkas data PPIL yang diajukan konsumen B. Pembayaran/Administrasi Penumpukan form SPPI di bagian administrasi Input data SPPI konsumen Pembayaran biaya pemeriksaan instalasi listrik baru Penyerahan form SPPI kepada Kordinator pemeriksa C. Pemeriksaan Kordinator pemeriksa lapangan menyerahkan data PPIL ke pada petugas pemeriksa Petugas pemeriksa melaksanakan pemeriksaan dilapangan Pemeriksaan PHB (Perangkat Hubung Bagi) Pengukuran tahanan isolasi kabel Pemeriksaan saklar lampu Pemeriksaan fiting lampu Pemeriksaan kotak kontak Pengukuran tahanan pembumian Mengisi LHP (Laporan Hasil Pemeriksaan) Menunggu laporan hasil pemeriksaan D. Verifikasi laporan hasil pemeriksaan Validasi data PPIL oleh Kordinator pemeriksa lapangan Validasi data PPIL oleh Kaur. Sertifikasi Validasi data PPIL oleh Kepala Area E. Entry data sertifikasi Entry data PPIL dari hasil pemeriksaan instalasi listrik Proses penerbitan SLO (Sertifikat Laik Operasi) Penyerahan SLO ke konsumen
VA
NVA
NNVA
X X X X X X X
X X X X X X X X X X X X X X X X
Aktivitas-aktivitas pada proses pelayanan pemeriksaan instalasi listrik baru milik konsumen dapat dilihat pada tabel 1. Dasar pengklasifikasian aktivitas didasarkan pada tipe
ISBN : 978-602-70604-1-8 A-15-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
aktivitas dalam organisasi (Hines dan Taylor, 2000) dan hasil pengklasifikasian tipe aktivitas dicocokkan dengan pihak Lembaga Konsuil Banyuwangi. Aliran Fisik Proses Pemeriksaan Instalasi Listrik Baru Berdasarkan hasil pengamatan, kondisi exiting aliran fisik yang terjadi pada proses pelayanan pemeriksaan listrik baru adalah sebagai berikut : 1. Aliran fisik dimulai dengan datangnya instalatir/konsumen ke kantor Lembaga Konsuil di Banyuwangi. 2. Instalatir/Konsumen mengisi form SPPI (Surat Permohonan Pemeriksaan Instalasi) baru dan memberikan kelengkapan data administrasi yang diperlukan. 3. Instalatir/konsumen membayar biaya administrasi pemeriksaan instalasi listrik sesuai dengan daya yang terpasang. 4. Petugas pemeriksa dari Lembaga Konsuil akan mendatangi rumah konsumen dengan membawa berkas permohonan pemeriksaan untuk melaksanakan pemeriksaan instalasi listrik. 5. Pemeriksa yang telah dibekali dengan atribut identitas dan surat tugas menemui pemilik rumah, kemudian memperkenalkan diri serta menjelaskan maksud kedatangan mereka untuk melakukan pemeriksaan instalasi listrik sesuai dengan Surat Permohonan Pemeriksaan Instalasi (SPPI), yang telah diajukan. 6. Petugas pemeriksa membuat Laporan Hasil Pemeriksaan dengan cara mengisi formulir LHP sesuai dengan kondisi dan fakta yang ada. 7. Setelah Petugas pemeriksa selesai melaksanakan pemeriksaan dan mengisi form Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP), kemudian meminta tandatangan kepada pemilik rumah sebagai saksi yang melihat bahwa pekerjaan pemeriksaan instalasi listrik telah dilaksanakan. 8. Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dari para petugas pemeriksa dievaluasi oleh tim Verifikasi. 9. Berkas-berkas yang telah diverifikasi oleh Verifikator kemudian masuk dan diproses oleh operator komputer di bagian Sertifikasi, setelah seluruh berkas yang masuk diproses di bagian Sertifikasi, hasilnya : Sertifikat Laik Operasi (SLO), Laik Operasi Dengan Catatan (LOC), Surat keterangan (SK), Rumah Terkunci (R.T), Alamat Tidak Ketemu (A.T.K). 10. Hasil dari sertifikasi berupa Sertifikat Laik Operasi (SLO) dapat diambil oleh instalatir/konsumen di Kantor Lembaga Konsuil satu hari kemudian setelah dilakukan pemeriksaan di rumah konsumen. Aliran Informasi Proses Pelayanan Pemeriksaan Instalasi Listrik Baru Berdasarkan hasil pengamatan, kondisi eksiting aliran fisik yang terjadi pada proses pelayanan pemeriksaan instalasi listrik baru pada Lembaga Konsuil di Banyuwangi adalah sebagai berikut : 1. Aliran informasi dimulai dengan datangnya instalatir/konsumen ke Customer Service Center (CSC) untuk mengajukan permohonan pemeriksaan instalasi listrik baru. 2. Instalatir/konsumen mengambil form SPPI (Surat Permohonan Pemeriksaan Instalasi) pada Customer Service Center. 3. Instalatir/Konsumen mengisi data pada form SPPI secara mandiri beserta melampirkan data-data lainya yang dibutuhkan untuk kelengkapan administrasi Dan setelah selesai melakukan pengisian form SPPI beserta kelengkapan data-data lainya, Instalatir/Konsumen menyerahkan form SPPI ke bagian administrasi. 4. Bagian administrasi menerima form SPPI beserta data-data yang dibutuhkan untuk kelengkapan administrasi, operator melakukan pengecekan dan memasukan data konsumen ke dalam database registrasi. 5. Instalatir/Konsumen membayar biaya administrasi pemeriksaan instalasi listrik sesuai dengan daya yang terpasang pada rumah konsumen. ISBN : 978-602-70604-1-8 A-15-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
6. Data PPIL (Pengajuan Pemeriksaan Instalasi Listrik) yang telah terdaftar diserahkan ke bagian kordinator lapangan untuk nantinya diteruskan ke bagian petugas pemeriksa yang akan datang ke rumah konsumen untuk melakukan pemeriksaan Instalasi Listrik Baru. 7. Setelah dilakukan pemeriksaan Instalalasi Listrik Baru di rumah konsumen oleh petugas pemeriksa. petugas pemeriksa mengisi Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) yang nantinya dibawa kembali ke kantor Lembaga Konsuil. 8. Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dari para petugas pemeriksa dievaluasi oleh tim Verifikasi. 9. Berkas-berkas yang telah diverifikasi oleh Verifikator kemudian masuk dan diproses oleh operator komputer di bagian Sertifikasi, setelah seluruh berkas yang masuk diproses di bagian Sertifikasi, hasilnya : Sertifikat Laik Operasi (SLO), Laik Operasi Dengan Catatan (LOC), Surat keterangan (SK), Rumah Terkunci (R.T), Alamat Tidak Ketemu (A.T.K). 10. Bagian Customer Service Center (CSC) mengubungi Instalatir/Konsumen untuk mengambil hasil dari pemeriksaan yaitu berupa Sertifikat Laik Operasi (SLO). Identifikasi Waste Pada Proses Pelayanan Pemeriksaan Instalasi Listrik Baru Berdasarkan hasil brainstorming dan pengamatan terhadap aliran dan aliran informasi dalam proses pelayanan pemeriksaan instalasi listrik pada Lembaga Konsuil, maka dapat diidentifikasi waste yang terjadi di dalam proses pelayanan pemeriksaan instalasi listrik baru yaitu : 1. Defect Cacat yang terjadi pada proses kerja pelayanan pemeriksaan instalasi listrik, meliputi : a. Persyaratan administrasi tidak lengkap b. Adanya permasalahan dilapangan saat melakukan pemeriksaan instalasi seperti : Pemasangan material tidak rapi, jenis material non SNI dan jumlah titik beban yang terpasang tidak sesuai dengan gambar dari data PPIL. 2. Waiting a. Proses menunggu dalam waktu yang cukup lama, permasalahan tersebut diakibatkan terjadinnya penumpukan form SPPI di bagian administrasi. b. menunggu hasil pemeriksaan dilapangan c. menunggu hasil validasi data PPIL oleh tim verifikator dan menunggu proses penerbitan SLO (Sertifikat Laik Operasi). 3. Unnecessary Inventory Terjadinya inventory yang berlebih. Inventory disini adalah terjadinya Penumpukan berkas PPIL yang bermasalah di kordinator pemeriksa yang belum terselesaikan. 4. Unappropiate processing Terjadinya kesalahan proses yang diakibatkan oleh kesalahan penggunaan tools dan atau kesalahan prosedur. aplikasi dilapangan adalah Proses pengukuran tahanan isolasi kabel dengan alat megger (Pengukur tahanan isolasi kabel) secara berulang – ulang. 5. Unnecessary motion Adalah Pergerakan staf/pegawai yang tidak produktif (Berpindah, Mencari, dan Berjalan, pegawai meninggalkan pekerjaan saat jam kerja). 6. Transportation Adalah kegiatan yang membutuhkan transportasi, seperti perpindahan data hasil pemeriksaan listrik dari satu meja ke meja yang lain, dan penyerahan SLO ke konsumen. 7. Over production seperti jumlah data yang PPIL yang masuk melebihi jumlah kapasitas pelayanan sehingga penanganan menjadi lama.
ISBN : 978-602-70604-1-8 A-15-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
Identifikasi Waste Kritis Dalam Pelayanan Pemeriksaan Instalasi Listrik Dalam tahapan ini dilakukan pengukuran waste yang paling sering terjadi dan berpengaruh terhadap proses pelayanan pemeriksaan instalasi listrik baru pada Lembaga Konsuil di Banyuwangi berdasarkan hasil penyebaran kuesioner.
Gambar 2. Diagram Ranking Waste Pada Proses Pelayanan Pemeriksaan Instalasi Listrik Baru Berdasarkan urutan waste diatas maka waiting, defect dan unnecessary inventory, merupakan jenis waste yang paling sering terjadi pada proses pelayanan pemeriksaan instalasi listrik baru pada Lembaga Konsuil di Banyuwangi.. Root Cause Analysis (RCA) Root cause analysis dalam penelitian ini hanya membahas jenis waste yang tertinggi yaitu waiting dengan nilai bobot sebesar 0,21. Adapun RCA waste waiting sbb: Tabel 3 Root Cause Analysis Waste Waiting Jenis Gangguan
Why 1
Why 2
Why 3
Delay Penumpukan form SPPI di bagian administrasi
Jumlah data PPIL yang masuk melebihi kapasitas
Banyak pengajuan permohanan pemeriksaan instalasi listrik baru
Masih banyak konsumen yang belum memasang instalasi listrik
Delay Menunggu laporan hasil pemeriksaan di lapangan
petugas masih melaksanakan pemeriksaan dilapangan
Karena keterbatasan jumlah petugas pemeriksa
Lembaga Konsuil masih belum menambah jumlah petugas pemeriksa
Delay menunggu hasil validasi data PPIL oleh tim verifikator Delay menunggu Proses penerbitan SLO (Sertifikat Laik Operasi)
Proses verifikasi yang berlebihan. SLO yang dicetak banyak jumlahnya
ISBN : 978-602-70604-1-8 A-15-8
Why 4
Belum diadakannya recruitment pegawai baru
Why 5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
Berdasarkan hasil Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) terbangun rekomendasi perbaikan untuk ketiga waste yang sering terjadi. a. Rekomendasi perbaikan untuk waste waiting Waste waiting disebabkan karena adanya delay menunggu laporan hasil validasi data PPIL oleh tim verifikator. Penyebab dari permasalahan diatas dikarenakan salah satu tim verifikator yang bertugas untuk validasi data PPIL tidak ada di tempat, untuk menghilangkan waste tersebut verifikator yang bertugas sebagai validasi data PPIL difungsikan satu verifikator saja. Pengurangan jumlah petugas verifikator diharapkan dapat mempercepat waktu proses validasi data PPIL (Permohonan Pemeriksaan Instalasi Listrik). b. Rekomendasi perbaikan untuk waste defect Waste defect, dikarenakan adanya kendala/permasalahan saat pemeriksaan di lapangan. Penyebab kritis subwaste ini adalah cara pemasangan instalasi listrik yang tidak rapi atau tidak sesuai dengan PUIL (Peraturan umum untuk instalasi listrik) dan material listrik yang terpasang non SNI, untuk menghilangkan waste tersebut petugas pemeriksa segera memberikan konfirmasi kepada intsalatir/petugas yang mengerjakan pemasangan instalasi listrik di rumah konsumen agar supaya cepat untuk memperbaiki kekurangan/kesalahan dalam pengerjaan pemasangan instalasi listrik dirumah konsumen. c. Rekomendasi perbaikan untuk waste unnecessary inventory Waste unnecessary inventory disebabkan adanya penumpukan berkas data PPIL yang bermasalah di kordinator pemeriksa lapangan. Penyebab dari permasalahan diatas dikarenakan kordinator pemeriksa masih belum menghubungi konsumen agar supaya cepat memperbaiki kesalahan dalam pemasangan inststalasi listrik baru yang sudah terpasang. Penyebab ke dua adalah dari pihak konsumen sendiri masih belum memperbaiki kesalahan pemasangan instalasi listrik yang sudah terpasang. Untuk menghilangkan waste tersebut kordinator pemeriksa harus segera menghubungi dan memberikan sosialisasi kepada pihak konsumen agar cepat memperbaiki kesalahan dalam pemasangan instalasi listrik yang sudah terpasang. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Dari hasil identifikasi dan brainstorming dengan perusahaan didapatkan waste yang terjadi pada proses pelayanan pemeriksaan instalasi listrik baru pada Lembaga Konsuil antara lain Waiting, Defect, Unnecessary Inventory, Over Production, Transportation, Unapropiate Processing dan Unnecessary Motion, 2) Dari hasil pengumpulan data waste yang sering terjadi (waste kritis) pada proses pelayanan pemeriksaan instalasi listrik baru pada Lembaga Konsuil adalah waiting, defect dan unnecessary inventory.3)Hasil identifikasi aktivitas pada Lembaga konsuil terdapat 20 (duapuluh) aktivitas.Yang tergolong value adding activity sebanyak 14 aktivitas, necessary but not value adding activity sebanyak 2 aktivitas dan yang non value adding activity sebanyak 4 aktivitas. Saran Beberapa saran dan masukan yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :1) Lembaga Konsuil perlu meningkatkan efisiensi pelayanan pada pemeriksaan instalasi listrik baru demi kepuasan konsumennya. 2) Perlu dilakukan upaya-upaya perbaikan secara berkala untuk meningkatkan mutu pelayanan misal dengan melakukan kuisioner terhadap konsumen lembaga konsuil.
ISBN : 978-602-70604-1-8 A-15-9
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
Daftar Pustaka Arikunto, 2006, Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta : Rineka Aksara. Francesca M, (2009/2010). “ Upaya Perbaikan Kualitas Unit Pelayanan Teknik Dengan Pendekatan Lean Service” (Studi Kasus : PT. PLN APJ Surabaya Selatan). Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya. Hines, P dan Taylor, D. 2000. Going Lean. Cardiff, UK : Lean Enterprise Research Centre, Cardiff Business School. Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung. Alfabeta. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta. Tjiptono. F, 1996, Prinsip-prinsip Total Quality Service, Penerbit Andi. Yogyakarta. Undang-undang No.30 tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan.
ISBN : 978-602-70604-1-8 A-15-10