BPS
PROVINSI
ACEH No. 31/07/Th.XVII, 1 Juli 2014
PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH MARET 2014 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2014 MENCAPAI 881 RIBU ORANG RINGKASAN
Persentase penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Aceh pada bulan Maret 2014 sebesar 18,05 persen, meningkat 0,45 persen dibandingkan dengan Maret 2013 yaitu sebesar 17,60 persen.
Selama periode Maret 2013-Maret 2014, persentase penduduk miskin di daerah perkotaan meningkat 0,17 persen (dari 11,59 persen menjadi 11,76 persen), sementara di daerah perdesaan mengalami peningkatan 0,56 persen (dari 19,96 persen menjadi 20,52 persen).
Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan pada Maret 2014 sebesar 76,80 persen sedangkan pada Maret 2013 sebesar 76,16 persen.
Komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di daerah perkotaan maupun perdesaan adalah beras, rokok kretek filter, dan ikan tongkol/tuna/cakalang. Untuk komoditi bukan makanan yang berpengaruh terhadap nilai Garis Kemiskinan adalah perumahan.
Pada periode Maret 2013-Maret 2014, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami penurunan. Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin semakin mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin semakin menyempit.
Berita Resmi Statistik Provinsi Aceh No.31/07/Th.XVII, 1 Juli 2014
1
1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Provinsi Aceh, Maret 2013-Maret 2014 Persentase penduduk miskin Provinsi Aceh pada bulan Maret 2014 sebesar 18,05 persen. Jika dibandingkan dengan persentase penduduk miskin pada Maret 2013 yaitu 17,60 persen, berarti persentase penduduk miskin meningkat 0,45 persen. Peningkatan ini terjadi di daerah perkotaan sebesar 0,17 persen dan di daerah perdesaan sebesar 0,56 persen. Perbandingan kondisi Maret 2013 dengan Maret 2014 sebagai berikut: a. Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan I-2014 secara triwulanan terjadi kontraksi sebesar -0,20 persen dan tanpa migas sebesar -0,37 persen. Secara tahunan,
pertumbuhan
ekonomi
di
triwulan
I-2014
dengan
migas
mencapai 3,26 persen dan tanpa migas sebesar 4,39 persen. b. Inflasi year-on-year (Maret 2013 terhadap Maret 2014) yaitu sebesar 5,73 persen. Tabel 1. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Aceh Menurut Daerah, Maret 2013 – Maret 2014
Daerah/Tahun
Garis Kemiskinan (Rp./Kapita/Bulan)
Persentase Penduduk Miskin
Makanan
Bukan Makanan
Perkotaan Maret 2013
257.542
101.675
359.217
156,69
11,59
September 2013
267.490
106.771
374.261
157,01
11,55
Maret 2014 Perdesaan Maret 2013
273.525
109.662
383.186
161,94
11,76
249.594
69.822
319.416
685,73
19,96
September 2013
265.538
72.424
337.962
699,88
20,14
Maret 2014 Kota+Desa Maret 2013
277.119
73.085
350.204
719,31
20,52
251.838
78.815
330.654
842,42
17,60
September 2013
266.087
82.085
348.172
856,89
17,72
Maret 2014
276.105
83.398
359.504
881,26
18,05
Total
Sumber: Diolah dari data Susenas 2013 dan 2014
2
Jumlah Penduduk Miskin (ribu jiwa)
Berita Resmi Statistik Provinsi Aceh No.31/07/Th.XVII, 1 Juli 2014
2. Perubahan Garis Kemiskinan di Provinsi Aceh, Maret 2013 – Maret 2014 Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Selama periode Maret 2013-Maret 2014, Garis Kemiskinan naik sebesar 8,73 persen, yaitu dari Rp.330.654,- per kapita per bulan pada Maret 2013 menjadi Rp.359.504,- per kapita per bulan pada Maret 2014. Untuk daerah perkotaan Garis Kemiskinan naik sebesar 6,67 persen dari Rp.359.217,- per kapita per bulan pada Maret 2013 menjadi Rp.383.186,- per kapita per bulan pada Maret 2014. Sedangkan untuk daerah perdesaan naik sebesar 9,64 persen yaitu dari Rp.319.416,- per kapita per bulan pada Maret 2013 menjadi Rp.350.204,- per kapita per bulan pada Maret 2014. Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), peranan komoditi makanan lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada Maret 2013 sumbangan GKM terhadap GK sebesar 76,16 persen dan pada Maret 2014 sebesar 76,80 persen. Komoditi yang paling penting bagi penduduk miskin adalah beras. Pada Maret 2014, sumbangan pengeluaran beras terhadap Garis Kemiskinan Makanan sebesar 34,96 persen di perkotaan dan 38,63 persen di perdesaan. Sementara itu untuk komoditi bukan makanan, biaya perumahan mempunyai peranan yang cukup besar terhadap Garis Kemiskinan Bukan Makanan dengan total 30,98 persen di perkotaan dan 28,48 persen di perdesaan. Tabel 2. Peranan Komoditi Terhadap Garis Kemiskinan di Provinsi Aceh, Maret 2014 Komoditi
Perkotaan (%)
Perdesaan (%)
Makanan
a. b. c. d. e.
Beras Rokok kretek filter Tongkol/tuna/cakalang Gula pasir Telur ayam ras
34,96 13,51 8,33 4,74 4,06
38,63 13,92 7,41 4,72 2,97
Bukan Makanan
a. b. c. d.
Perumahan Bensin Listrik Pendidikan
30,98 13,28 12,45 9,16
28,48 15,49 9,59 6,04
Sumber: Diolah dari data Susenas Maret 2014
Berita Resmi Statistik Provinsi Aceh No.31/07/Th.XVII, 1 Juli 2014
3
3. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan yaitu tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan penanggulangan kemiskinan juga sekaligus dapat mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Pada periode Maret 2013-Maret 2014, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami penurunan sebesar 0,22 dan 0,13 poin. Indeks Kedalaman Kemiskinan turun dari 3,127 pada Maret 2013 menjadi 2,909 pada Maret 2014, sedangkan Indeks Keparahan Kemiskinan pada periode yang sama turun dari 0,849 menjadi 0,718. Besaran nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa ratarata pengeluaran penduduk miskin semakin mendekati garis kemiskinan, serta ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin juga semakin mengecil. Tabel 3. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Provinsi Aceh Menurut Daerah, Maret 2013 – Maret 2014 Periode
Perkotaan
Perdesaan
Kota+Desa
Maret 2013
2,342
3,437
3,127
September 2013
1,965
3,685
3,201
Maret 2014
1,821
3,337
2,909
Maret 2013
0,720
0,900
0,849
September 2013
0,513
0,953
0,829
Maret 2014 0,428 Sumber: Diolah dari data Susenas 2013 dan 2014
0,831
0,718
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
4
Berita Resmi Statistik Provinsi Aceh No.31/07/Th.XVII, 1 Juli 2014
4. Penjelasan Teknis dan Sumber Data a. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini dapat dihitung Head Count Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk. b. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan. c. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kkalori per kapita perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll). d. Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non-makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan. e. Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan tahun 2014 adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) bulan Maret 2014. Sebagai informasi tambahan, juga digunakan hasil survei SPKKD (Survei Paket Komoditi Kebutuhan Dasar), yang dipakai untuk memperkirakan proporsi dari pengeluaran masing-masing komoditi pokok bukan makanan.
Berita Resmi Statistik Provinsi Aceh No.31/07/Th.XVII, 1 Juli 2014
5