Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Anton J. Supit
Dewan Jagung Nasional
etanol. Sesungguhnya, dunia menginginkan bahan bakar yang berasal dari nabati, agar polusi tidak semakin parah. Apabila semakin banyak etanol diproduksi dari jagung, maka pasokan jagung untuk pasar internasional semakin kurang. Indonesia yang mengalami kemajuan dalam produksi jagung, kini mendapat tantangan sebab meskipun produksi dan produktivitas mengalami peningkatan yang lumayan, pengguna jagung masih mengeluhkan sulitnya mendapatkan jagung domestik. Lahan kering dan lahan sawah tadah hujan yang tergolong luas dan belum optimal penggunaannya, sangat potensial untuk ditanami jagung. Kemajuan teknologi dalam budidaya jagung terus mengalami peningkatan, membuat kepastian berhasil jauh lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Potensi lahan yang luas tersebut bila ditanami jagung, akan menjadi sumber pendapatan yang baik bagi petani, sebab jagung masih diperlukan dalam jumlah yang banyak, dan seandainya berlebihan dapat dengan mudah diekspor. Dengan kondisi tersebut dan dengan harga jagung yang bagus saat ini, maka jagung adalah komoditas yang tepat untuk dipacu produksinya melalui petani di pedesaan.
Pendahuluan
Kemajuan teknologi dalam budidaya jagung semakin bagus, kini dalam satu hektar sudah dapat diproduksi jagung pipil kering 10 ton sedangkan pada tahun 1955 baru dicapai 2,8 t/ha. Kemajuan ini perlu dimanfaatkan agar penyediaan jagung domestik dapat memenuhi permintaan dalam negeri. Kemajuan pembangunan nasional termasuk perbaikan ekonomi masyarakat, konsumsi makanan bergizi ikut mengalami peningkatan sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk. Jagung yang semula dikenal sebagai bahan makanan kedua sesudah beras, kini mengalami permintaan tinggi terutama karena tingginya permintaan dari industri pakan ternak. Laju peningkatan jagung domestik semakin tinggi, sedangkan pasokan domestik memperlihatkan tren yang tidak mampu memenuhi permintaan. Indonesia pernah mencatat impor jagung yang besar, kemudian mengalami penurunan setelah secara intensif dikampanyekan penggunaan varietas unggul jagung inbrida dan penurunan volume jagung yang diimpor semakin kecil setelah digalakkan penanaman varietas jagung hibrida. Produksi jagung dunia cenderung stagnant, terutama yang diperdagangkan pada pasar internasional. Negara eksportir meningkat konsumsi jagung domestiknya, karena sebagian dirubah menjadi etanol. Semakin tinggi harga minyak bumi, akan semakin banyak jagung yang dirubah menjadi
Penyediaan Bahan Makanan Bergizi Bagi Penduduk Indonesia Kebutuhan bahan makanan bangsa Indonesia semakin bertambah dengan se10
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
makin bertambahnya penduduk Indonesia. Upaya divesifikasi bahan makanan terus dilaksanakan, salah diantara bahan makanan non beras adalah jagung. Permintaan jagung yang tinggi terutama dipicu oleh kebutuhan untuk menghasilkan pakan ternak, dan akhir-akhir ini semakin tinggi permintaan jagung untuk diolah menjadi etanol (bahan bakar) dan kebutuhan untuk industri lainnya. Pemanfaatan jagung yang semula untuk bahan makanan langsung, kini telah berubah menjadi komoditas industri. Sebagaimana diketahui, jagung sudah lama dijadikan bahan makanan oleh bangsa Indonesia dan sampai sekarang masih terus berperan sebagai bahan makanan. Kemajuan teknologi pengolahan, membuat jagung menjadi bahan baku berbagai jenis bahan makanan dan bahan industri penting lainnya. Sekarang ini jagung berperan sebagai Food, Feed, Fuel, dan Fiber. Pemenuhan gizi masyarakat perlu juga dilengkapi dengan protein hewani, yang bersumber dari ikan, unggas dan ternak ruminansia. Kebutuhan penenuhan gizi yang berasal dari hewan terus mengalami peningkatan dan mendorong berkembangnya usaha peternakan, meskipun usaha menangkap dari alam bebas masih juga berlangsung. Ternak peliharaan memerlukan pakan buatan yang komponen utamanya adalah jagung. Salah satu sumber protein hewani adalah unggas, dilaporkan konsumsi ayam di Indonesia baru mencapai 4,0 kg/kapita, sedangkan negara tetangga sudah jauh lebih tinggi, Malaysia (38 kg/kap.), Singapura (28 kg/kap.), Thailand (15 kg/kap.), Filipina (8 kg/kap.)
Untuk menyediakan gizi yang bermutu, perlu digiatkan produksi jagung domestik, sebab ketergantungan pada impor akan semakin rawan dan harga jagung impor juga akan semakin mahal. Disisi lain, jagung dapat di produksi di Indonesia dengan daya saing yang tinggi serta memerlukan penerapan teknologi tepat guna.
Permasalahan atau kendala dalam Agribisnis Jagung Dalam garis besarnya, permasalahan dalam agribisnis jagung ada dua kelompok, yaitu Prapanen dan Pascapanen. Hubungan keduanya saling terkait, perilaku pascapanen lebih dominan menentukan perilaku petani jagung dalam melakukann kegiatannya. Hal ini terjadi karena petani di Indonesia memiliki banyak keterbatasan untuk memenuhi persyaratan konsumen yang menjadi kekuatan para pelaku kegiatan pascapanen. Kegiatan prapanen meliputi penyiapan lahan, tanam, pemupukan, perlindungan dari gangguan hama dan penyakit, panen, dan angkutan hasil dari kebun ke tempat penanganan hasil panen. Kinerja kegiatan ini akan menentukan produktivitas yang akan dicapai. Pascapanen meliputi kegiatan pemipilan, pengeringan, penyimpanan, penjualan hasil, dan pengolahan jagung menjadi beberapa produk olahan. Pelaku dalam kegiatan ini umumnya memiliki daya tawar yang lebih kuat, terutama pelaku yang akan menggunakan jagung. Kemudahan memperoleh jagung sebagai bahan baku dari negara lain memperkuat daya tawar pembeli jagung. Komoditas tanaman pangan hampir seluruhnya diproduksi oleh petani skala kecil, yang produksinya bersifat musiman (tergan-
11
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
tung ketersediaan air). Tanaman biji-bijian seperti jagung, padi, kecang-kacangan perlu dikeringkan untuk dapat disimpan lebih lama. Perubahan iklim global merupakan persoalan baru, sebab pola hujan sering kali bergesar, baik volume, dan intensitasnya. Petani secara individu terbatas kemampuannya untuk memiliki fasilitas penanganan pasca panen, sehingga segera setelah panen, semua produk harus dijual. Pada umumnya pada saat panen raya, akan terjadi kelebihan pasokan, harga menjadi lebih rendah mengikuti hukum supply dan demand. Petani skala besar atau perusahaan yang mengelola pertanaman yang luas memiliki fasilitas penanganan hasil panen, pengolahan menjadi bentuk antara yang memiliki daya tawar lebih tinggi. Untuk tanaman pangan seperti jagung dan padi, hampir seluruhnya belum dibudidayakan oleh perusahaan. Fasilitas penanganan pascapanen jagung perlu diperbanyak di sentra produksi agar produk dari petani dapat memiliki daya tawar yang lebih baik sehingga petani dapat memperoleh margin usaha yang layak dan membuka peluang untuk bisa melakukan investasi teknologi guna meningkatkan produktivitasnya.
Modernisasi/Mekanisasi Jagung
jagung pipil per ha. Namun secara rata-rata nasional Indonesia baru mencapai 4,1 ton/ha (BPS, 2009), pada tahun yang sama, Amerika Serikat sudah mencapai 9,0 t/ha. Kemajuan produktivitas jagung yang dicapai Amerika Serikat dan negara eksportir jagung lainnya dipercepat oleh penggunaan teknologi rekayasa genetik (transgenic plants). Indonesia seyogyanya menelaah secara serius dan memanfaatkannya untuk meningkatkan produktivitas jagung di Indonesia. Penerimaan masyarakat terhadap produk rekayasa genetik semakin luas dan terus mengalami pertumbuhan, biaya produksi tanaman lebih rendah dan ramah lingkungan. Modernisasi budidaya pertanaman jagung meliputi penyiapan lahan yang efisien, penggunaan varietas unggul (termasuk hibrida), populasi tanaman yang optimal, pemupukan sesuai kebutuhan tanaman, irigasi, perlindungan terhadap gangguan hama dan penyakit serta penanganan panen yang efisien. Penerapan teknologi tersebut perlu didukung oleh peralatan yang bekerja efisien, sehingga bukan saja produktivitas lahan yang optimal tetapi produktivitas tenaga kerja juga mencapai tingkat yang optimal. Pertanaman jagung di Indonesia pada umumnya pada lahan kering, bergelombang, dan tidak memiliki fasilitas irigasi. Lahan sawah tadah hujan pada dataran rendah berpotensi ditanami jagung, sebab bila kekurangan air, air tanah dangkal dapat digunakan untuk mengairi tanaman. Pada lahan yang datar dapat digunakan mesin-mesin untuk penyiapan lahan, penanaman, pemeliharaan tanaman dan panen, karena disamping meningkatkan kualitas kerja, kecepatan kerja, juga meningkatkan produktivitas lahan dan tenaga kerja.
Budidaya
Teknologi budidaya jagung mengalami kemajuan pesat sehingga produktivitas jagung mengalami peningkatan yang siginifikan. Di Indonesia, produktivitas jagung sebelum diterapkan teknologi varietas unggul dan pemupukan, baru mencapai dibawah dua ton per ha kini sudah dilaporkan diatas 9 ton
12
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
Mengingat lahan di luar pulau Jawa masih tersedia cukup luas, termasuk yang sudah dibuka dan tidak optimal pemanfaatannya, seyogyanya diarahkan untuk program modernisasi dan mekanisasi, sehingga terjadi peningkatan produksi jagung yang besar dan cepat. Penyediaan infrastruktur yang diperlukan (seyogyanya oleh Pemerintah), sehingga petani dan investor dapat membudidayakan jagung lebih efisien dan berdaya saing terhadap produk dari negara eksportir jagung.
Pola Pengembangan Efisien
Jagung
dan rangkaian kegiatan yang terkait dapat menyerap banyak tenaga kerja manual. Pada umumnya upah kerja pada kegiatan pengolahan hasil bisa lebih tinggi dari pada upah kerja dalam budidaya tanaman. Banyak informasi tentang kemitraan usaha yang tergolong tidak sukses sebagai akibat dari lemahnya ketetentuan dan kesepahaman dari kedua pihak yang bermitra. Hal ini dapat dibenahi dengan melibatkan Pemerintah Daerah setempat sebagai fasilitator dan wasit bagi mereka yang bermitra. Banyak contoh kemitraan yang sukses karena ketentuan dan kesepahaman dapat dibangun sejak awal. Perusahaan yang bekerja pada skala luas dan melibatkan petani sebagai petani plasma dapat lebih efisien, terutama dalam penyediaan saprodi, penanganan hasil panen, dan transportasi hasil. Dengan demikian dapat memiliki daya saing yang lebih tinggi terhadap produk sejenis yang diimpor.
Yang
Terkait dengan modernisasi dan mekanisasi budidaya jagung, pola pengembangan kemitraan antara pengusaha skala luas dan petani adalah pilihan yang tepat. Kemitraan antara petani dengan pengusaha dapat dalam berbagai bentuk yang saling menguntungkan, misalnya kemitraan penanganan hasil panen, kemitraan dalam jasa penggunaan mesin-mesin milik perusahaan dalam budidaya tanaman. Dengan tersedianya fasilitas kerja yang dapat dimanfaatkan oleh petani, maka kapasitas kerja dan areal budidaya jagung menjadi lebih tinggi dan lebih luas. Penggunaan alat dan mesin mempercepat kegiatan dan ketepatan lebih tinggi. Ketersediaan tenaga kerja manual di perdesaan semakin langka, karena upah kerja non pertanian lebih menarik bagi tenaga muda karena pekerjaan dalam ruangan lebih nyaman dibandingkan bekerja di lapangan terbuka. Kegiatan budidaya tanaman sesungguhnya dapat dialihkan kepada kerja alat dan mesin, sedangkan kegiatan pengolahan hasil
Penutup Sumber daya alam Indonesia melimpah dan sesuai untuk pengembangan jagung skala luas. Disamping itu, petani memerlukan komoditas yang bisa memberikan pendapatan yang layak agar kesejahteraan mereka menjadi lebih baik. Jagung adalah salah satu komoditas yang memiliki keunggulan lebih baik pada lahan kering dan dianjurkan oleh teknologi budidaya jagung sudah tersedia. Memperhatikan kondisi petani, dan jagung memiliki keunggulan pada lahan kering, maka seyogyanya jagung diposisikan sebagai komoditas sumber pendapatan petani yang handal, melalui berbagai kebijakan Pemerintah baik Nasional dan maupun Daerah.
13
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
Kebutuhan jagung dalam negeri akan terus meningkat mengikuti permintaan konsumen dan apabila tidak terpenuhi, maka pengguna jagung akan mengimpornya. Negara produsen jagung memprioritaskan kebutuhan jagung domestiknya sehingga pasokan ke pasar internasional tidak menentu. Untuk mempercepat perluasan areal jagung dalam negeri, perusahaan swasta perlu diajak untuk membangun perkebunan jagung. Keterlibatan perusahaan swasta akan lebih memantapkan produksi jagung dalam
negeri. Peralatan untuk penyiapan lahan, mesin tanam dan sebagainaya serta fasilitas penanganan pascapanen antara lain dryer dan gudang, yang dimiliki perusahaan dapat juga ikut dimanfaatkan oleh petani, dimana fasilitas ini sulit diadakan oleh petani. Komoditas jagung akan semakin penting dalam perekonomian nasional, oleh karena itu Indonesia harus mempercepat penyebar luasan teknologi maju agar dapat diadopsi oleh petani jagung.
14