PERBANDINGAN PENGARUH LATIHAN ANTARA CIRCUIT TRAINING DENGAN INTERVAL TRAINING TERHADAP PENINGKATAN STAMINA (Eksperimen pada UKM Sepakbola Universitas Siliwangi Tasikmalaya) oleh; Vito Septiana Rohman; 1 H. Doddy Achmad Hidayat., M.Pd.;2 H. Abdul Narlan, M.Pd.;3 dan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi FKIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya Dosen (Pembimbing I) Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi FKIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya Dosen (Pembimbing II) Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi FKIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya ABSTRAK Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh informasi tentang perbandingan pengaruh circuit training dengan interval training terhadap peningkatan stamina pada UKM Sepakbola Universitas Siliwangi Tasikmalaya. Metode penelitian adalah metode eksperimen. Populasi penelitian adalah UKM Sepakbola Universitas Siliwangi Tasikmalaya sebanyak 20 orang dengan menggunakan teknik random sampling. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan uji statistik, ternyata secara empirik latihan circuit training dan interval trainiang berpengaruh terhadap peningkatan stamina pada UKM Sepakbola Universitas Siliwangi Tasikmalaya. Berdasar pada hasil penelitian tersebut di atas, kepada para guru pendidikan jasmani dan kesehatan, pembina olahraga, maupun pelatih atletik, disarankan hasil penelitian ini dapat digunakan dalam rangka peningkatan prestasi lari cepat untuk kalangan mahasiswa. Kata Kunci: Circuit Training dengan Interval Training, Stamina
ABSTRACT The aims of this research is to know information about the comparative influence of circuit training with interval training on increased stamina training at the UKM’s football of Siliwangi University Tasikmalaya. The method used in this research is experimental method. The population research is UKM’s football of Tasikmalaya Siliwangi University that consist of 20 students using a random sampling technique. Based on the results of data processing with statistical tests, it turns out empirically circuit training and interval training trainiang influence on increased stamina at the UKM’s Football Siliwangi University Tasikmalaya. Based on the results of the research mentioned above, to the health and physical education teachers, sports coaches, and athletic trainers, suggested the results of this research can be used in order to increase achievement for students at the campus. Keywords: Circuit training with interval training, stamina 1
2
A. PENDAHULUAN Kualitas kondisi fisik seseorang mencerminkan suatu hasil latihan yang telah dilakukan secara sistematik dengan menerapkan berbagai macam prinsip latihan. Komponen kondisi fisik yang harus dimiliki oleh setiap atlet dalam suatu cabang olahraga bermacam-macam tergantung dari karakteristik cabang olahraga masingmasing. Komponen kondisi fisik banyak sekali macamnya seperti yang dikemukakan oleh Dwijowinoto (1993 : 299) bahwa, “Kebugaran jasmani terdiri dari beberapa komponen yang masing-masing berciri khas dan secara fisiologis terpisah antar satu dengan yang lainnya”. Dengan memperhatikan kalimat tersebut, jelas bahwa komponen kondisi fisik itu bermacam-macam seperti dikemukakan Harsono (1988) adalah “Daya tahan, kekuatan, kecepatan, fleksibilitas, stamina, kelincahan dan power”. Dari kondisi fisik tersebut di atas ada empat macam kondisi fisik yang merupakan kondisi fisik pembentuk komponen kondisi fisik yang lain. Komponen kondisi fisik tersebut adalah kekuatan, daya tahan, kecepatan, dan fleksibilitas. Sedangkan tiga komponen kondisi fisik yang lainnya adalah merupakan perpaduan dari komponen kondisi fisik yang empat, misalnya kelincahan, koordinasi, daya ledak otot, dan keseimbangan. Sesuai permasalahan dalam penelitian ini penulis hanya akan membahas kndisi fisik stamina. Stamina adalah tingkatan daya tahan yang lebih tinggi derajatnya daripada endurance. Oleh karena itu sebelum berlatih untuk stamina, atlet harus terlebih dahulu memiliki suatu tingkatan endurance tertentu. Kerja stamina adalah kerja pada tingkat anaerobik, di mana suplai atau pemasukan oksigen tidak cukup untuk meladeni kebutuhan pekerjaan yang dilakukan oleh otot. Oleh karena suplai yang tidak cukup ini maka kerja anaerobik akan selalu mengakibatkan atlet berhutang oksigen (oxygen-debt). Jatte dkk, mengatakan “Anaerobic capacity, or oxygen debt capacity ....”. (Taylor : 1975). Setiap atlet pada cabang olahraga apapun tidak akan berprestasi secara baik apabila hanya mengandalkan bakat atau kemampuan yang dibawanya sejak lahir. Seorang atlet cenderung akan mencapai prestasi yang tinggi apabila diberikan latihan yang komprehensif dengan memperhatikan berbagai aspek lainnya, misalnya saja aspek
3
psikologis dan gizi. Secara mendasar latihan akan memberikan dampak positif, bila dalam pelaksanaannya melaksanakan prinsip-prinsip latihan secara baik dan benar. Latihan sangat berperan dalam menentukan pencapaian prestasi seseorang yang berbakat sekalipun tanpa adanya latihan yang teratur dan terarah prestasi optimal yang diharapkan akan sulit diraih. Sebaliknya seseorang yang kurang berbakat dalam cabang olahraga tertentu dengan melakukan latihan yang teratur dan terarah tidak mustahil akan meraih prestasi yang optimal. Harsono (1988: 101) menjelaskan pengertian training (latihan) sebagai berikut: “proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja yang dilakukan secara berulang-ulang dengan kian hari kian menambah jumlah latihan atau pekerjaannya”. Yang dimaksud dengan sistematis artinya terencana menurut jadwal/pola sistem tertentu, dari mudah ke sukar, dari yang sederhana ke yang lebih kompleks kemudian berulang-ulang maksudnya agar gerakan yang semula sukar dilakukan menjadi semakin mudah, akhirnya otomatis dan menjadi reflektif sehingga menghemat energi. Yang dimaksud dengan menambah beban yakni secara periodik atau bertahap, bila telah tiba saatnya untuk ditambah maka beban senantiasa ditambah. Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud latihan itu harus berisi: 1. kegiatan yang dilakukan dalam suatu proses harus sitematis, 2. kegiatan itu dilakukan secara berulang-ulang, dan 3. beban kegiatannya kian hari kian bertambah. Bertolak dari konsep latihan sebagaimana dikemukakan di atas, penulis menyimpulkan bahwa keberhasilan seorang pelatih dalam meningkatkan kondisi fisik berkaitan erat dengan upaya pembinaan dan latihan yang teratur dan berkesinambungan. Latihan-latihan yang teratur dengan jumlah pembebanan yang memadai akan merangsang pertumbuhan dan perkembangan individu atlet yang berkualitas tinggi. Hal ini dapat tercapai apabila dalam pelaksanaan latihan tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip latihan. Berdasarkan uraiandiatas penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian dengan cara membandingan latihan circuit training dengan nterval training terhadap peningkatan stamina yang diberikan kepada UKM Sepakbola Universitas Siliwangi Tasikmalaya.
4
B. PROSEDUR PENELITIAN Metode Penelitian Permasalahan penelitian ini adalah untuk mengetahui manakah yang lebih berpengaruh antara latihan circuit training dengan intreval training terhadap peningkatan stamina. Untuk mengungkapkan masalah tersebut penulis gunakan penelitian eksperimen. Mengenai penelitian eksperimen, Arikunto (1997: 4) menjelaskan metode eksperimen adalah “suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang disengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi
atau
mengurangi
atau
menyisihkan
faktor-faktor
yang
bisa
mengganggu”. Kutipan tersebut menjelaskan bahwa penelitian eksperimen selalu di lakukan dengan maksud untuk melihat akibat dari suatu pelakuan. Penerapan penelitian eksperimen ini, berarti penulis harus mengadakan kegiatan percobaan terhadap subjek harus yang akan menerima perlakuan tertentu dalam masa waktu tertentu (variabel bebas), kemudian setelah masa percobaan itu selesai selanjutnya dilihat hasil dari perlakuan tersebut pengaruhnya terhadap variabel terikat. Dalam suatu eksperimen terdapat beberapa variabel yang akan di lihat perhubungan sebab akibatnya. Arikunto (1997 : 111) menjelaskan bahwa variabel adalah “gejala yang bervariasi yang menjadi obyek penelitian”. Kutipan tersebut menjelaskan variabel ialah faktor-faktor yang menjadi obyek peneliti. Karena itu metode penelitian eksperimen peneliti mengadakan penelitian terhadap variabelvariabel penelitiannya. Variabel Penelitian Variabel penelitian menurut Arikunto, Suharsimi (1988: 99) variabel adalah “objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”. Selanjutnya Arikunto, Suharsimi (1988:101) menjelaskan bahwa “variabel yang mempengaruhi disebut variabel penyebab variabel bebas atau independent variabel (X), sedangkan variabel akibat disebut variabel tak bebas, variabel tergantung, variabel terikat dari dependent variabel (Y). Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yakni variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas terdiri dari dua bagian, yakni latihan circuit training denganinterval training. Sedangkan variabel terikat adalah peningkatan stamina.
5
Instrumen Penelitian Dalam setiap melakukan penelitian sudah barang tentu memerlukan suatu alat untuk mengumpulkan data. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan alat pengumpul data yang penulis pergunakan adalah beep test. 1) Tujuan: Test inimengukurkapasitasaerobik/kebugarandanketahanan cardiovascular 2) Deskripsi: a. Test ini meliputi berlari terus menerus di antara dua garis yang berjarak 20 m selama terdengar suara beep yang sudah direkam sebelumnya. Itulah sebabnya test ini sering juga disebut ‘beep test. b. Atlet berdiri di belakang garis pertama menghadap kegaris kedua, dan mulai berlari sesuai aba-aba dari CD atau tape. Kecepatan pada start sangat lambat. Atlet terus berlari di antara kedua garis, berbalik arah bilater dengar suara beep yang sudah terekam. Sesudah sekita rsatu menit, kecepatan suara beep akan bertambah, dan tenggang suara beep menjad ilebih cepat. c. Hal ini akan berlangsung terus per satu menit (level). Bila atlet belum mencapai garis pada waktu terdengar suara beep, dia harus menyelesaikannya dahulu baru kemudian berbalik dan berusaha menyesuaikan kecepatan larinya di antaradua beep. Demikian juga, apabila Atlet sudah mencapaigaris sebelum terdengar beep, dia harus menunggu sampai terdengar beep. d. Tes dihentikan bila atlet dua kali gagal mencapai garis (kurang dari 2 meter) pada saat pembalikan dua kali berturut-turut. Waktu antara beep memendek setiap menit (level). 3) Skor : Skor atlet ditunjukkan dengan level dan jumlah lari bolak-balik yang dicapai sebelum mereka gagal menyesuaikan dengan rekaman beep. Score ini bias dikonversikan kedalam“VO2 max equivalent score”.
6
Populasi dan Sampel Arikunto (1988:15) menjelaskan bahwa populasi adalah “ keseluruhan objek penelitian atau semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian”. Populasi dalam penelitian ini adalah UKM Sepakbola Universitas Siliwangi Tasikmalaya sebanyak 40 orang. Menurut Arikunto (1988: 17) mengemukakan bahwa sampel adalah “sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Karena tidak semua populasi akan diteliti, maka sampelnya diambil sebanyak 20 orang. Penentuan sampel ini dilakukan dengan teknik random sampling. Arikunto (1988: 120) menjelaskan bahwa dalam teknik random sampling, peneliti “mencampur subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua subjek dalam populasi dianggap sama. Dengan demikian maka peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan (chance) dipilih menjadi sampel”. Keterangan tersebut menjelaskan bahwa teknik random dilakukan dengan mencampur semua subjek dalam populasi, kemudian subjek tersebut dipilih secara acak sesuai dengan jumlah sampel yang diinginkan atau ditentukan. Sampel dibagi dua kelompok yakni kelompok. Dalam membagi dua kelompok sampel dengan cara matching dari hasil tes awal. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh kelompok yang memiliki nilai rata-rata yang relatif seimbang. Pada pelaksanaannya, penulis mengambil sebagian dari populasi untuk menjadi sampel dengan kebutuhan penelitian dengan kriteria, sampel tidak cacat fisik terutama tangan dan kakinya dan dalam keadaan sehat. Kemudian penulis memilih dan menentukan populasi, jumlah sampel (subyek) penelitian sebanyak 20 orang, selanjutnya melakukan tes lari 15 menit. Hasil tes tersebut dirangking dari skor tertinggi hingga skor terendah. Kemudian hasil tersebut dibagi menjadi dua kelompok dengan cara menjodohkan agar hasil rata-rata tes kedua kelompok tidak jauh berbeda. Mengundi kedua kelompok tersebut untuk menentukan kelompok yang menggunakan latihan circuit training dan latihan interval training.
7
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam pembahasan hasil penelitian ini, penulis mengadakan pencocokan terhadap hipotesis penelitian yang diajukan. Adapun hipotesis yang diajukan sebagaimana dalam BAB I penelitian ini sebagai berikut : 1. Circuit training memberi pengaruh yang berarti terhadap peningkatan stamina Hipotesis tersebut hasilnya diterima, karena terbukti dari pengujian hipotesis secara statistika yang menyatakan bahwa secara signifikan circuit training berpengaruh terhadap peningkatan stamina. Kebenaran pengujian hipotesis tersebut didukung oleh data hasil penelitian dengan menggunakan uji-t, dengan hasil t-hitung 2,26 berada di luar daerah penerimaan hipotesis (t-tabel = 2,10). 2. Latihan interval training memberi pengaruh yang berarti terhadap peningkatan stamina Hipotesis tersebut hasilnya diterima, karena terbukti dari pengujian hipotesis secara statistika yang menyatakan bahwa secara signifikan latihan intreval training berpengaruh terhadap peningkatan stamina. Kebenaran pengujian hipotesis tersebut didukung oleh data hasil penelitiandengan menggunakan uji-t, dengan hasil t-hitung sebesar 5,02 berada di luar daerah penerimaan hipotesis (t-tabe! = 2,10). 3. Latihan interval traininglebih efektif daripada circuit trainingterhadap peningkatan stamina Hipotesis tersebut hasilnya ditolak, karena terbukti dari pengujian hipotesis secara statistika yang menyatakan tidak terdapat pengaruh secara signifikan hasil latihan circuit training dengan latihan interval training terhadap peningkatan stamina pada UKM Sepakbola Universitas Siliwangi Tasikmalaya Kebenaran pengujian hipotesis tersebut didukung oleh data hasil penelitian dengan menggunakan uji-t, dengan hasil t-hitung sebesar 0,33 berada di dalam daerah penerimaan hipotesis sebesar 2,10.
8
D. PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil analisis data sebagaimana penulis ungkapkan pada Bab IV, maka penulis mengajukan beberapa kesimpulan hasil penelitian ini antara lain sebagai berikut : 1. Kelompok A yang menggunakancircuit training terdapat peningkatan hasil latihan yang berarti atau signifikan. Berdasarkan analisis tersebut di atas, maka penulis kemukakan bahwa circuit training dapat meningkatkan stamina siswa ekstrakurikuler futsal SMP Negeri 5 Kota Banjar tahun ajaran 2012/ 2013. 2. Untuk Kelompok B yang menggunakan interval training terdapat peningkatan hasil latihan yang berarti (signifikan). Berdasarkan analisis tersebut di atas, maka penulis kemukakan bahwa interval training dapat meningkatkan stamina siswa ekstrakurikuler futsal SMP Negeri 5 Kota Banjar tahun ajaran 2012/ 2013. 3. Untuk melihat perbedaan peningkatan tersebut berbeda, maka diadakan analisis terhadap hasil peningkatannya dari kedua kelompok latihan tersebut. Hasilnya tidak terdapat perbedaan peningkatan hasil latihan dari kedua kelompok tersebut. Dengan demikian circuit training dan interval training sama efektifnya terhadap peningkatan stamina siswa ekstrakurikuler futsal SMP Negeri 5 Kota Banjar tahun ajaran 2012/ 2013. Saran Berdasarkan kesimpulan tersebut di atas, maka penulis mengajukan saran sebagai berikut : 1. Kepada para guru pendidikan jasmani dan kesehatan, pembina olahraga, maupun pelatih atletik, disarankan hasil penelitian ini dapat digunakan dalam rangka peningkatan stamina untuk kalangan siswa SMP. 2. Kepada pihak lain yang terkait dengan permasalahan yang sama, dianjurkan untuk mengadakan penelitian pada atlet yang sudah berprestasi, sehingga dapat menambah khasanah keilmuan, khususnya dalam bentuk pelatihan lari cepat
9
E. DAFTAR PUSTAKA Badriah, Dewi Laelatul. 2001. Ilmu Feal Olahraga. Tasikmalaya : Program Studi Pendidikan Jasmani Universitas Sliwangi. Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta : CV. Tambak Kusunat. Harsono. 2000. Perencanaan Program Latihan. Bandung : Komisi Pusat Pengendalian Latihan (PPL) KONI Pusat. Harsono. 2001. Latihan Kondisi Fisik. Diktat UPI Bandung. Nasution. 1987. Metode Research. Penelitian Ilmiah. Bandung : Jemamars. Rushall & Pyke. 1990. Training for Sport and Fitness. Melbourne : The Macmillan Comapany. Rusli Lutan. 1988. Belajar Keterampilan Motorik Pengantar Teori dan Metode. Jakarta : Depdikbud. Sudjana. 1992. Metode Statistika. Bandung : Tarsito. Winarno, Surachmad. 1985. Pengantar Penelitian Ilmiah, Metode dan Teknik Penelitian. Bandung : Tarsito.