PERBANDINGAN PENGARUH ANTARA LATIHAN DOUBLE LEG HOP DENGAN SINGLE LEG HOP TERHADAP POWER OTOT TUNGKAI (Eksperimen pada Siswa Putra Anggota Ekstrakurikuler Futsal SMP Negeri 1 Singaparna Kabupaten Tasikmalaya)
Oleh
YOPI ANGGA SETIA 102191401 Dibawah bimbingan : H. Abdul Narlan, M.Pd. dan H. Gumilar Mulya, M.Pd.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SILIWANGI TASIKMALAYA 2014
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan pengaruh antara latihan double leg hop dengan single leg hop terhadap power otot tungkai menggunakan metode eksperimen dengan pre-test and post-test design. Populasi dan sampel adalah siswa anggota ekstrakurikuler futsal SMP Negeri 1 Singaparna Kabupaten Tasikmalaya sebanyak 20 orang menggunakan teknik total sampling. Sampel dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok A latihan single leg hop dan kelompok B latihan double leg hop. Penelitian ini menyimpulkan bahwa, terdapat perbedaan pengaruh dari kedua bentuk latihan tersebut terhadap power otot tungkai. Latihan double leg hop lebih berpengaruh dibandingkan latihan single leg hop terhadap power otot tungkai. Kata Kunci : Pengaruh, latihan, double leg hop, single leg hop, dan power otot tungkai
ABSTRACT The purpose of this research is to know compareing the effect between the double leg hop with the single leg hop training toward leg muscle power using an experimental method with pre-test and post-test design. Population and sample are student members of futsal extracurricular of SMP Negeri 1 Singaparna Tasikmalaya as many as 20 people using total sampling technique. Samples were divided into two groups. A group single leg hop training and group B double leg hop training. This study concluded that, there is a difference between these two forms influence the training of the leg muscle power. Double leg hop training more influence than the single leg hop toward leg muscle power. Keywords: Effects, training, double leg hop, single leg hop, and leg muscle power
1
2
A. PENDAHULUAN Pada hakikatnya olahraga merupakan kegiatan fisik yang mengandung sifat permainan dan berisi perjuangan melawan diri sendiri atau dengan orang lain atau konfrontasi dengan unsur-unsur alam. Kegiatan olahraga meliputi gaya pertandingan, maka kegiatan itu harus dilaksanakan dengan semangat atau jiwa sportif. Pada olahraga kelompok mendorong manusia saling bertanding dalam suasana kegembiraan dan kejujuran. Olahraga memberi kemungkinan pada tercapainya rasa saling mengerti dan menimbulkan solidaritas serta tidak mementingkan diri sendiri. Dalam olahraga prestasi kondisi fisik merupakan hal penting untuk menunjang suatu prestasi yang baik. Kondisi fisik memiliki komponen yang sangat penting antara lain daya tahan, kekuatan, kelentukan, dan kecepatan. Untuk dapat meningkatkan kondisi fisik yang baik haruslah sesuai dengan prinsip-prinsip latihan. Harsono menjelaskan (2001 : 1) bahwa, “Latihan adalah proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja, yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan atau pekerjaannya.” Kondisi fisik adalah satu prasyarat yang sangat diperlukan dalam usaha peningkatan prestasi seorang atlet, bahkan dapat dikatakan sebagai keperluan dasar yang tidak dapat ditunda atau ditawar-tawar lagi. Artinya bahwa di dalam usaha peningkatan kondisi fisik, maka seluruh komponen tersebut harus dikembangkan.
Faktor fisik memegang peranan
penting dan merupakan komponen dasar untuk menuju latihan berikutnya, kalau tidak didukung dengan kondisi fisik yang prima seorang atlet tidak akan mampu melakukan latihan sesuai dengan program latihannya. Peningkatan kondisi fisik erat sekali hubungannya dengan kemampuan koordinasi gerak fisik, taktik, dan mental. Dengan melakukan latihan fisik yang teratur dan sebaiknya dimulai sejak usia dini. Untuk meningkatkan kondisi fisik biasanya pelatih memberikan latihan yang di dalamnya mengandung beberapa aspek yang berhubungan dengan kondisi fisik yang terdiri dari latihan kekuatan, kelentukan, kecepatan, kelincahan, dan daya tahan. Berkaitan dengan komponen kondisi fisik, power merupakan kemampuan seseorang untuk mempergunakan kekuatan maksimum yang dikerjakan dalam waktu yang sesingkatsingkatnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Wahdjoedi (2000 : 61) bahwa “Power (daya ledak) adalah kemampuan tubuh yang memungkinkan otot atau sekelompok otot untuk bekerja secara eksplosif.” Harsono (2001 : 200) mengemukakan bahwa, “Power terutama penting untuk cabang-cabang olahraga, dimana atlet harus mengerahkan tenaganya yang eksposif, seperti nomor-nomor lempar dalam atletik, juga dalam cabang-cabang olahraga
3
yang mengharuskan atlet untuk menolak dengan kaki seperti nomor-nomor lompat dalam atletik.” Latihan terhadap power memberikan pengaruh yang baik pada adaptasi sistem saraf pusat serta peningkatan kekuatan. Power otot tungkai dapat ditingkatkan melalui latihanlatihan yang mengarah pada hasil lompatan. Bentuk latihan tersebut salah satunya adalah pliometrik. Menurut Wahdjoedi (2000 : 63) pliometrik adalah “macam latihan yang bertujuan menghubungkan gerakan kecepatan dan kekuatan untuk menghasilkan gerakan-gerakan eksplosif. Istilah ini sering digunakan dalam menghubungkan gerakan lompat yang berulangulang atau latihan reflek regang untuk menghasilkan reaksi yang eksplosif.” Harsono (2001 : 35) mengemukakan bahwa, “Selain dengan latihan beban yang khusus untuk meningkatkan kekuatan dan power otot-otot, metode lain yang lebih mengarah pada pengembangan power/daya ledaknya adalah metode latihan yang disebut pliometrik (plyometric).” Lebih lanjut Harsono (2001 : 41) menjelaskan mengenai latihan pliometrik sebagai berikut : Cara yang paling baik untuk mengembangkan power yang maksimal pada kelompok otot tertentu ialah dengan merenggangkan (memanjangkan) dahulu otot-otot tersebut sebelum mengkontraksikan (memendekkan) otot-otot itu secara eksplosif. Dengan kata lain, kita dapat mengerahkan lebih banyak tenaga pada suatu kelompok otot kalau kita terlebih dahulu mengerahkan otot tersebut ke arah yang berlawanan. Jenis-jenis latihan kondisi fisik khususnya untuk meningkatkan power otot tungkai sangatlah banyak, seperti dikemukakan Lubis (2008 : 3) sebagai berikut : “Squat jump, skipping, slalom jump, scissors splits, double leg speed hop, single leg hop, split jump, dan latihan-latihan lainnya.” Di antara sekian banyak cara latihan dalam meningkatkan power otot tungkai, maka dalam penelitian ini penulis mengambil bentuk latihan double dan single leg hop karena dilihat dari karakteristik latihannya dapat mempengaruhi terhadap peningkatan power otot tungkai. Menurut Lubis (2008 : 5) double leg hop adalah “bentuk latihan pliometrik dengan cara melompat ke atas setinggi mungkin dengan lengan membentuk sudut 900, tarik tungkai ke dada dengan bantuan lengan agar tungkai merapat ke dada, setelah mendarat lakukan lagi dengan menolak dengan cepat.” Sedangkan single leg hops menurut Lubis (2008 : 5) adalah “bentuk latihan pliometrik berupa lompatan dengan menggunakan satu kaki sebagai tumpuan guna mengembangkan kecepatan dan power untuk otot-otot tungkai dan pinggul.” Mengamati pola gerak dari kedua bentuk latihan pliometrik tersebut, single leg hop yang menggunakan satu kaki akan menyebabkan beban yang lebih berat dibandingkan double
4
leg hop yang menggunakan dua kaki. Kemungkinan dari pola gerak yang berbeda dari kedua bentuk latihan pliometrik ini, akan memberikan pengaruh berbeda pula terhadap power otot tungkai. Mengamati pola gerakan single leg hop dengan double leg hop sampai saat ini belum diketahui bentuk latihan mana lebih efektif untuk meningkatkan power otot otot tungkai. Oleh karena itu, maka penulis mencoba meneliti perbandingan pengaruh antara latihan double leg hop dengan single leg hop terhadap power otot tungkai. Dalam hal ini adalah siswa anggota ekstrakurikuler futsal SMP Negeri 1 Singaparna Kabupaten Tasikmalaya penulis jadikan sebagai subjek dan objek penelitian.
B. METODOLOGI PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan pretest and post-test design. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas kesatu (X1) yaitu latihan double leg hop, variabel bebas kedua (X2) yaitu latihan single leg hop, dan variabel terikatnya (Y) adalah power otot tungkai. Penulis dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data yaitu studi lapangan (field research) dengan cara melaksanakan observasi dan serangkaian tes serta studi kepustakaan. Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah berupa tes standing broad jump. Populasi dan sampel penelitian ini adalah siswa putra anggota ekstrakurikuler Futsal SMP Negeri 1 Singaparna Kabupaten Tasikmalaya tahun ajaran 2013/2014 sebanyak 20 orang. Sampel diambil dengan menggunakan teknik total sampling. Kemudian sampel tersebut dibagi menjadi dua kelompok yang sama jumlahnya, yaitu masing-masing kelompok 10 orang. Setelah dilakukan pengundian, maka kelompok A diberikan perlakuan menggunakan latihan single leg hop dan kelompok B menggunakan latihan double leg hop. Langkah-langkah yang penulis lakukan dalam penelitian ini yaitu menetapkan metode penelitian, menentukan populasi serta memilih dan menetapkan sampel, membagi sampel menjadi dua kelompok, mempersiapkan instrumen penelitian, mengadakan pengambilan data melalui pelaksanaan tes, mengolah dan menganalisis data serta melakukan pengujian hipotesis, mengambil kesimpulan, dan pelaporan hasil penelitian. Dalam penelitian ini, untuk mengolah dan menganalisis data menggunakan rumusrumus statistik, dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Menghitung skor rata-rata (mean) dari masing-masing tes 2. Menghitung standar deviasi atau simpangan baku 3. Menghitung varians dari masing-masing tes
5
4. Menguji normalitas data dari setiap tes melalui penghitungan statistik 2 (Chi–kuadrat) 5. Menguji homogenitas dari data setiap tes melalui penghitungan statistik F 6. Menguji diterima atau ditolaknya hipotesis melalui pendekatan uji kesamaan dua rata-rata uji satu pihak (uji t'). Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih tiga bulan, yaitu dari bulan Januari sampai bulan maret 2014, dengan jumlah pertemuan sebanyak 18 kali pertemuan termasuk di dalamnya tes awal (pre test) dan tes akhir (post test). Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Singaparna, yang beralamat di Jalan Pancawarna No. 29 Singaparna Kabupaten Tasikmalaya. Pelaksanaan penelitian dilakukan tiga kali seminggu, yaitu setiap hari Selasa, Kamis, dan Sabtu, dimulai pukul 16.00 WIB Untuk kelancaran kegiatan latihan, penulis membuat dan menyusun program latihan
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Deskripsi Data Data penelitian ini diperoleh dari hasil tes awal dan tes akhir standing broad jump baik dari kelompok A (latihan single leg hop) maupun kelompok B (latihan double leg hop). Data penelitian tersebut selanjutnya diolah dan dianalisis dengan pendekatan statistik untuk kemudian ditarik kesimpulannya. Berikut ini adalah deskripsi data hasil penelitian, sebagaimana tampak pada tabel berikut ini. Tabel 1. Data Hasil Penelitian | No. Kelompok A
Tes Standing Broad Jump (Meter) Tes Tes Awal Akhir 2,71 2,96
1
Firman A.R
2
Robit D.J
2,67
3
Sholehudin
4
No. Kelompok B
Tes Standing Broad Jump (Meter) Tes Tes Awal Akhir 2,60 2,80
1
Cep Yopi R.
2,93
2
M. Rizki A.
2,52
2,72
2,80
3,00
3
M. Isan S.
2,35
2,55
Dwi C.U
2,48
2,73
4
Rahma P.P
2,70
2,90
5
Cecep H.
2,32
2,57
5
M. Rizki D.
2,25
2,50
6
Gilang H.
2,60
2,85
6
Syahrul A.
2,35
2,55
7
M. Rafli F.
2,15
2,40
7
Fiqri F.
2,40
2,60
8
Santana W.
2,20
2,45
8
Riky A.A
2,50
2,70
9
M. Nur F.
2,45
2,70
9
Fahmi A.
2,65
2,85
10
M. Shadam
2,80
3,05
10
Denden F.
2,80
2,95
6
2. Pengujian Persyaratan Analisis a. Penghitungan Skor Rata-rata, Standar Deviasi, dan Varians Berdasarkan data di atas, selanjutnya dapat dilakukan penghitungan nilai rata-rata, standar deviasi, dan varians tes awal dan tes akhir dari kedua kelompok latihan, dan hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2.
Hasil Penghitungan Rata-rata, Simpangan Baku, dan Varians dari Kedua Kelompok Latihan
Kelompok Latihan I. Kelompok A 1. Tes Awal 2. Tes Akhir II. Kelompok B 1. Tes Awal 2. Tes Akhir
Rata-rata
Simpangan Baku
Varians
251,8 276,5
23,7 23,3
561,69 542,89
251,2 271,2
17,6 16,0
309,76 256,00
b. Pengujian Normalitas Data Setelah diketahui nilai rata-rata, standar deviasi, dan varians dari kedua kelompok latihan, langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian normalitas data menggunakan uji Liliefors (L). Hasil pengujian akan menentukan pendekatan mana yang akan digunakan dalam analisis data, apakah pendekatan parametrik atau non parametrik. Pendekatan parametrik digunakan apabila hasil tes normal, sedangkan pendekatan non parametrik digunakan apabila hasil tes tidak normal. Setelah proses penghitungan dilakukan, diperoleh hasil seperti tampak dalam tabel berikut ini. Tabel 3. Hasil Penghitungan Normal data dari Kedua Kelompok Latihan Kelompok Latihan
Nilai Lhitung
Nilai Ltabel ( = 0,05)
Kesimpulan
– Tes Awal
0,1190
0,258
Normal
– Tes Akhir
0,1115
0,258
Normal
– Tes Awal
0,1324
0,258
Normal
– Tes Akhir
0,1549
0,258
Normal
Kelompok A :
Kelompok B :
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai Liliefors pada taraf nyata () = 0,05, semua angka Lhitung lebih kecil dari Ltabel. Hal ini berarti bahwa data penelitian dari kedua kelompok
7
latihan berdistribusi normal, karena itu pengujian statistik selanjutnya dapat menggunakan uji t. c. Pengujian Homogenitas Data Agar hipotesis yang diajukan dapat diuji dengan rumus statistik uji t, maka data tersebut juga harus homogen. Pengujian homogenitas data dilakukan menggunakan rumus homogenitas (uji F). Untuk lebih jelasnya, hasil pengujian homogenitas data dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4. Hasil Pengujian Homogenitas Data Tes Kedua Kelompok Latihan Kelompok Latihan
Nilai Fhitung
Kelompok A
1,03
Nilai Ftabel pada ( = 0,05) (9 , 9) 3,18
Kelompok B
1,21
3,18
Kesimpulan Homogen Homogen
Berdasarkan tabel di atas, ternyata nilai Fhitung lebih kecil dari F tabel. Artinya, data hasil tes awal dan tes akhir berasal dari distribusi yang homogen. Karena itu pengujian statistik selanjutnya dapat menggunakan uji kesamaan dua rata-rata uji satu pihak (uji t).
3. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis bertujuan untuk membuktikan apakah hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima atau ditolak. Sehubungan dengan data dalam penelitian ini berdistribusi normal dan homogen, maka statistik yang digunakan adalah statistik parametrik. Dengan demikian, untuk keperluan pengujian hipotesis penelitian ditempuh analisis statistik dengan menggunakan uji t. a. Analisis Data Hasil Latihan Kelompok A (Latihan Single Leg Hop) Untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan, maka digunakan uji perbedaan dua rata-rata, yaitu uji t. Adapun hasil pengujian untuk kelompok A dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 5. Analisis Data Peningkatan Hasil Latihan Kelompok A Variabel Tes
Nilai t hitung
Nilai t hitung dengan ( = 0,05) dan dk = 18
Kesimpulan
2,33
2,10
Signifikan
1. Tes Awal 2. Tes Akhir
8
Berdasarkan Tabel 5, ternyata nilai thitung adalah sebesar 2,33 lebih besar dari ttabel dan berada di luar daerah penerimaan hipotesis (ttabel sebesar 2,10). Dengan demikian, hipotesis pertama yang menyatakan : “Latihan single leg hop berpengaruh secara berarti terhadap power otot tungkai siswa anggota ekstrakurikuler futsal SMP Negeri 1 Singaparna Kabupaten Tasikmalaya” hasilnya diterima secara signifikan. Artinya, bentuk latihan pliometrik tersebut efektif digunakan untuk meningkatkan power otot tungkai. b. Analisis Data Hasil Latihan Kelompok B (Latihan Double Leg Hop) Hasil analisis data dari hasil latihan kelompok B (latihan lari akselerasi) dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 6. Analisis Data Peningkatan Hasil Latihan Kelompok B Variabel Tes
Nilai t hitung
Nilai t hitung dengan ( = 0,05) dan dk = 18
Kesimpulan
1. Tes Awal 2. Tes Akhir
3,28
2,10
Signifikan
Berdasarkan tabel di atas, ternyata nilai thitung adalah sebesar 3,28 lebih besar dari ttabel sebesar 2,10 dan berada di luar daerah penerimaan hipotesis. Dengan demikian, hipotesis kedua yang menyatakan : “Latihan double leg hop berpengaruh secara berarti terhadap power otot tungkai siswa anggota ekstrakurikuler futsal SMP Negeri 1 Singaparna Kabupaten Tasikmalaya” hasilnya diterima secara signifikan. Artinya, bentuk latihan pliometrik tersebut efektif digunakan untuk meningkatkan power otot tungkai. c. Analisis Data Perbedaan Peningkatan Hasil Latihan antara Kelompok A dengan Kelompok B Untuk mengetahui apakah peningkatan dan perkembangan dari kedua kelompok tersebut mempunyai perbedaan yang berarti atau tidak, maka dilakukan analisis terhadap perbedaan peningkatannya dengan menggunakan uji t. Adapun hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 7. Hasil Analisis Perbedaan Peningkatan Hasil Latihan antara Kelompok A dengan Kelompok B Kelompok Latihan
X
Kelompok A
24,6
Kelompok B
20,0
Nilai t hitung pada ( = 0,05) (9 , 9)
t hitung
Kesimpulan
2,10
5,17
Signifikan
9
Tabel 7 menunjukkan bahwa nilai thitung sebesar 5,17 sehingga thitung lebih besar dari ttabel dan berada di luar daerah penerimaan hipotesis (ttabel sebesar 2,10), sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis kerja diterima. Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan : “Terdapat perbedaan pengaruh antara latihan double leg hop dengan single leg hop terhadap power otot tungkai siswa anggota ekstrakurikuler futsal SMP Negeri 1 Singaparna Kabupaten Tasikmalaya”, hasilnya diterima. Berdasarkan perolehan skor rata-rata masing-masing kelompok latihan, maka kelompok B (latihan double leg hope) lebih memberikan pengaruh yang berarti dibandingkan kelompok (latihan single leg hope) terhadap power otot tungkai.
4. Pembahasan Dalam menganalisis data hasil penelitian, sebelumnya perlu diadakan pencocokkan terhadap hipotesis penelitian yang diajukan. Hipotesis penelitian yang penulis ajukan dalam penelitian ini adalah : a. Hipotesis pertama yang diajukan yaitu : “Latihan single leg hop berpengaruh secara berarti terhadap power otot tungkai siswa anggota ekstrakurikuler futsal SMP Negeri 1 Singaparna Kabupaten Tasikmalaya” hasilnya terbukti dan dapat diterima. Hal ini dibuktikan oleh hasil pengujian hipotesis yang menunjukkan nilai thitung sebesar 2,33 lebih besar dari ttabel sebesar 2,10. Dengan demikian, bentuk latihan pliometrik berupa latihan single leg hop terbukti efektif dalam meningkatkan power otot tungkai. b. Hipotesis kedua yang diajukan yaitu : “Latihan double leg hop berpengaruh secara berarti terhadap power otot tungkai siswa anggota ekstrakurikuler futsal SMP Negeri 1 Singaparna Kabupaten Tasikmalaya” hasilnya terbukti dan dapat diterima. Hal ini dibuktikan oleh hasil pengujian hipotesis yang menunjukkan nilai thitung sebesar 3,28 lebih besar dari ttabel sebesar 2,10. Dengan demikian, bentuk latihan pliometrik berupa latihan double leg hop terbukti efektif dalam meningkatkan power otot tungkai. c. Hipotesis ketiga yang diajukan yaitu : “Terdapat perbedaan pengaruh antara latihan double leg hop dengan single leg hop terhadap power otot tungkai siswa anggota ekstrakurikuler futsal SMP Negeri 1 Singaparna Kabupaten Tasikmalaya” hasilnya diterima. Diterimanya hipotesis ketiga ini dibuktikan oleh hasil pengujian hipotesis yang menunjukkan nilai thitung sebesar 5,17 lebih besar dari ttabel sebesar 2,10. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh yang berarti dari kedua bentuk latihan tersebut, dimana latihan double leg hop (kelompok B) lebih berpengaruh dibandingkan latihan single leg hop (kelompok A) terhadap power otot tungkai.
10
Dari data dan fakta di atas, maka seluruh hipotesis yang penulis ajukan diterima atau terbukti secara signifikan. Diterimanya hipotesis yang diajukan diduga disebabkan bahwa latihan double leg hop dan single leg hop merupakan bentuk latihan pliometrik untuk meningkatkan power. Latihan double dan single leg hop tidak lepas dari keunggulan atau kelebihan latihan pliometrik, yaitu kontraksi yang sangat kuat yang merupakan respon dari pembebanan tegangan dinamik dari otot-otot yang terlibat. Regangan yang terjadi secara mendadak sebelum otot berkontraksi kembali memungkinkan otot-otot untuk mencapai kekuatan maksimum dalam waktu yang sangat singkat. Latihan double dan single leg hop yang dilakukan secara baik dan benar menurut prinsip-prinsip latihannya akan menjamin efektivitas dan efisiensi terhadap peningkatan power otot tungkai. Karena power otot tungkai yang baik akan memberi pengaruh terhadap tolakan pada saat melakukan gerakan lompat yang diperlukan dalam beberapa cabang olahraga. Dengan demikian, dilihat dari karakteristik latihannya, maka kedua bentuk latihan tersebut berpengaruh terhadap peningkatan power otot tungkai.
D. SIMPULAN Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data yang diperoleh dari hasil tes power otot tungkai (tes standing broad jump) yang dilakukan pada saat tes awal dan tes akhir, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Latihan double leg hop berpengaruh secara berarti terhadap power otot tungkai siswa anggota ekstrakurikuler futsal SMP Negeri 1 Singaparna Kabupaten Tasikmalaya. 2. Latihan single leg hop secara berarti berpengaruh terhadap power otot tungkai siswa anggota ekstrakurikuler futsal SMP Negeri 1 Singaparna Kabupaten Tasikmalaya. 3. Terdapat perbedaan pengaruh dari kedua bentuk latihan tersebut terhadap power otot tungkai siswa anggota ekstrakurikuler futsal SMP Negeri 1 Singaparna Kabupaten Tasikmalaya. Latihan double leg hop lebih berpengaruh dibandingkan latihan single leg hop terhadap power otot tungkai.
E. DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian. Edisi Revisi Baru. Jakarta : Rineka Cipta. Badriah, Dewi L. (2002). Ilmu Faal Olahraga. Tasikmalaya : PJKR–FKIP Universitas Siliwangi.
11
Harsono. (2001). Latihan Kondisi Fisik. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakata. Nurhasan dan Abdul Narlan. (2001). Tes dan Pengukuran Pendidikan Olahraga. Tasikmalaya : PJKR FKIP Unsil. Lubis, Johansyah. (2008). Mengenal Latihan Pliometrik. Yogyakarta : Bagian Penerbitan Universitas Gadjah Mada. Suhendro, Asdi. (2001). Panduan Teknis Tes dan Latihan Kesegaran Jasmani. Jakarta : Pusat Pengkajian dan Pengembangan IPTEK Olahraga Kantor Menpora. Surakhmad, Winarno. (1998). Pengantar Penelitian Ilmiah : Dasar, Metode, dan Teknik, Bandung, Tarsito. Utoyo, Suko. (2011). Pengaruh Latihan Single Leg Hops Terhadap Hasil Lompat Jauh Gaya Jongkok (Eksperimen pada Siswa Putra Kelas IV dan V SD Negeri 01 Ponolawen Kecamatan Kesesi Kabupaten Pekalongan). Skripsi. Tasikmalaya : PJKR FKIP Unsil, tidak dipublikasikan. Wahdjoedi. (2000). Landasan Evaluasi Pendidikan Jasmani. Ujung Pandang : BKS.