8
Siti Halimah, Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Melalui...
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBERIAN TUGAS PADA SISWA KELAS IV SDN 1 SEMBON KECAMATAN KARANGREJO TULUNGAGUNG SEMESTER II TAHUN 2010/2011 Oleh: Siti Halimah SD Negeri 01 Sembon, Karangrejo, Tulungagung
Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam materi penjumlahan dan pengurangan pecahan desimal melalui pemberian tugas di kelas IV semester II SDN 1 Sembon Kecamaran Karangrejo Tulungagung. Tindakan yang dilakukan berupa pemberian tugas dalam pembelajaran matematika. Pertanyaan disusun secara sistematis dan terencana pada setiap siklus. Indikator pengukuran didasarkan pada hasil tes yang dilaksanakan setiap selesainya satu siklus, di samping pengamatan pada situasi kelas selama pembelajaran berlangsung. Hasil belajar siswa yang dinyatakan dengan rerata skor tes formatif untuk siklus I sebesar 65,33. Hasil ini cukup tinggi bila dibandingkan pada nilai sebelumnya yaitu 56,67 karena siswa lebih siap dalam mengikuti pelajaran. Pada siklus II rerata skor formatif sebesar 78,67. Hasil dari siklus II jauh beda dengan siklus 1, karena siswa sudah terbiasa dengan mempersiapkan diri untuk mengikuti pelajaran, terdorong untuk belajar yang lebih baik, serta merasa lebih terbuka kepada teman kelompoknya untuk pemahaman konsep-konsep yang belum dimengerti. Disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan pemberian tugas dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam memahami materi penjumlahan dan pengurangan pecahan desimal mata pelajaran matematika secara meyakinkan. Kata kunci: prestasi belajar, matematika, pemberian tugas
Tujuan pendidikan nasional sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN), pada Bab II Pasal 3 adalah “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” Hal tersebut dijabarkan pula dalam visi pendidikan nasional yaitu terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk
memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang memerlukan usaha dan dana yang besar, hal ini diakui oleh semua orang atau suatu bangsa demi kelangsungan masa depannya. Demikian halnya dengan Indonesia menaruh harapan besar terhadap pendidik dalam perkembangan masa depan sekarang ini, karena dari pendidiklah tunas muda harapan bangsa sebagai generasi penerus dibentuk. Akan tetapi, sampai saat ini Indonesia masih berkutat pada permasalahan klasik dalam hal ini adalah kualitas pendidikan.
JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April 2016
Sehingga dewasa ini pembangunan nasional lebih diarahkan pada pembangunan pendidikan dengan penekanannya pada peningkatan mutu untuk setiap jenjang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu dalam kehidupan, baik dalam kehidupan seseorang, keluarga, maupun bangsa dan negara. Maju mundurnya suatu bangsa akan sangat ditentukan oleh sumber daya manusianya yang berkualitas. Salah satu wadah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia suatu bangsa adalah melalui pendidikan yaitu peningkatan kualitas pendidikan. Kebutuhan manusia akan pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Tujuan pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti yang luhur serta moral yang baik. Belajar merupakan suatu hal pokok yang melekat pada peserta didik. Peserta didik disini mulai dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) sampai Perguruan Tinggi. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditempuh maka pelajar akan mempunyai beban belajar yang bertambah pula. Beban tersebut menjadi mudah apabila setiap siswa memiliki kesadaran akan arti penting dan hasil yang diperoleh dari belajar yang di laksanakan. Hasil yang baik dicapai siswa dengan usaha-usaha yang maksimal dan strategi yang tepat. Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman
9
individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik. Jadi kebiasaan cara belajar juga berpengaruh pada hasil yang diinginkan. Beberapa faktor yang mempengaruhi belajar ada dua yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern meliputi faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan, faktor lain adalah faktor ekstern contohnya faktor keluarga, faktor sekolah serta faktor masyarakat. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang berlangsung lama dan sangat komplek yang mana di dalam pendidikan menunjukkan proses bimbingan terhadap siswa. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, UNESCO telah mempersiapkan pendidikan manusia abad XXI, yaitu peserta didik perlu dilatih untuk bisa berpikir, berbuat atau melakukan sesuatu, menghayati hidupnya menjadi seorang pribadi sebagaimana yang ia inginkan, belajar secara mandiri juga perlu belajar untuk hidup bersama orang lain (Atmadi dan Setiyaningsih, 2000). Pembelajaran merupakan suatu sistem atau proses menyampaikan pengetahuan dari pendidik kepada peserta didik yang direncanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Berhasil tidaknya suatu pembelajaran tergantung kepada faktor guru dalam menciptakan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Tujuan pembelajaran pada dasarnya merupakan tujuan setiap program pendidikan yang diberikan kepada anak didik. Keberhasilan mengajar guru tidak hanya ditentukan pada penguasaan pengetahuan guru tentang ilmu yang diajarkan tetapi ditentukan faktor-faktor antara lain: tujuan, metode dan cara menerapkan dalam
10
Siti Halimah, Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Melalui...
proses belajar mengajar. Karena masingmasing metode mengajar mempunyai kelemahan dan kelebihan maka untuk mencapai hasil yang memuaskan antara metode yang satu dengan metode yang lain perlu panduan mengajar yang tepat, sehingga dapat digunakan metode yang lain untuk saling melengkapi dengan yang lain. Pengaturan kondisi dalam pembelajaran merupakan suatu hal yang penting guna meningkatkan prestasi belajar. Dalam menciptakan suatu tujuan pembelajaran seorang guru dituntut mampu menciptakan kondisi belajar yang optimal dalam arti luas seorang guru diharapkan mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikan dalam suasana yang menyenangkan. Pengaturan berkaitan dengan penyampaian pesan pengajaran atau dapat pula berkaitan dengan penyediaan kondisi belajar. Bahan pelajaran dan waktu belajar itu sebenarnya dijabarkan untuk program belajar muridmurid dengan kemampuan belajar rata-rata. Apabila bahan pelajaran ini sama untuk disajikan kepada anak didik yang lebih cepat kemampuan belajarnya, maka anak tersebut akan menguasai dalam waktu yang lebih pendek. Sebaliknya apabila bahan pelajaran yang sama itu disajikan ini kepada anak yang lebih lamban, dalam artian kurang mampu untuk menguasai dalam belajar, maka waktu yang dibutuhkannya lama (Darmodihardjo, 1982). Dalam kegiatan sehari-hari, manusia tidak terpisahkan dengan matematika. Mulai dari menghitung sampai penalaran yang membutuhkan fakta kadang-kadang pada waktu istirahat pun manusia tidak lepas dari matematika. Saat manusia kelihatan diam, pada kenyataannya ia masih juga memakai pikirannya untuk menghitung, karena matematika adalah alat yang dipakai untuk
membentuk pikiran yang rasional, dan untuk menyampaikan pendapat, perbuatan, serta alat yang dipakai untuk mempengaruhi pemikiran manusia. Matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan memegang peranan penting dalam memacu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, pengajaran matematika dan ilmu dasar lainnya perlu mendapat perhatian yang serius dari berbagai pihak, terutama pihak-pihak yang berkaitan langsung dengan pelaksanaan pendidikan. Matematika mempunyai ciri-ciri khusus antara lain abstrak, deduktif, konsisten, hirarkis, dan logis. Keabstrakan matematika karena objek dasarnya abstrak, yaitu fakta, konsep, operasi dan prinsip. Rendahnya prestasi belajar siswa terhadap mala pelajaran matematika di sekolah antara lain disebabkan oleh banyak faktor. Untuk memahami konsep-konsep matematika yang abstrak memerlukan pengulangan yang kontinyu dan berkesinambungan belajar di luar jam sekolah. Kemauan siswa untuk mengulang pelajaran matematika di rumah akan sangat tergantung dari prestasinya terhadap pelajaran matematika. Kurangnya prestasi siswa untuk belajar matematika disebabkan oleh ketidakmampuan guru dalam menguasai materi atau cara mengajarkannya kurang efektif, sehingga siswa tidak dapat menyerap materi yang sedang diajarkan. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia kata prestasi diartikan sebagai hasil yang telah dicapai, dikerjakan, dilakukan (Poerwadanninta, 1987). Prestasi belajar adalah sebagai indikator kualitas dan pengetahuan yang dikuasai oleh anak. Tinggi rendahnya prestasi belajar adalah sebagai indikator sedikit banyak yang dikuasai dalam
JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April 2016
bidang studi atau kegiatan tertentu. Jadi, tinggi rendahnya prestasi belajar menunjukkan kualitas dan sejauh mana bahan pelajaran yang telah dikuasai oleh siswa (Abdullah, 1995). Berdasarkan uraian di atas, maka yang dimaksud dengan prestasi belajar matematika adalah tingkat keberhasilan siswa menguasai bahan pelajaran matematika selain memperoleh pengalaman belajar matematika dalam suatu penggalan waktu tertentu. Metode pemberian tugas pada umumnya ditandai dengan adanya suatu pembahasan, di mana mengajukan pertanyaan, dan para siswa menyediakan sejumlah jawaban berdasarkan penyajian pendek sebelum pemberian tugas. Secara logis metode pemberian tugas tergantung pada umpan balik terhadap persoalan yang ditujukan kepada setiap siswa. Metode pemberian tugas sebagai suatu format interaksi belajar mengajar yang ditandai dengan adanya satu atau lebih tugas yang diberikan siswa oleh guru di mana penyelesaian tugas tersebut dapat dilakukan secara perorangan atau berkelompok sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh guru yang bersangkutan. Diskusi tugas antara guru dan siswa dengan cara ini meminta kepada guru untuk mendiskusikan tugas yang akan diberikan dengan siswa terlebih dahulu adanya diskusi tugas ini akan mempengaruhi peranan bahwa tugas yang akan diberikan kepada siswa sebagai hal yang tidak dipaksakan oleh guru. Hal ini akan mengingatkan partisipasi setiap siswa karena mereka turut terlibat dalam penentuan tugas yang akan dikerjakan. Diskusi tugas juga akan bermaksud untuk mengembangkan tugas lebih lanjut. Umpan balik merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Umpan balik memberikan
11
korektif kepada siswa sehingga siswa dapat mengetahui tingkat penguasaannya terhadap yang sudah dipelajarinya, Pemberian umpan balik ini dapat merangsang siswa untuk lebih memotivasi dirinya dalam melakukan atau menyelesaikan soal-soal pekerjaan rumah (PR) yang diberikan ataupun termotivasi untuk mengulangi kembali materi pelajaran yang diperolehnya disekolah. Silverius (Mansyur, 1991) mengemukakan bahwa umpan balik adalah pemberian informasi yang diperoleh dari tes atau alat lainnya, misalnya pekerjaan rumah dan pertanyaan yang diajukan oleh guru dalam tes kepada siswa untuk memperbaiki atau meningkatkan pencapaian hasil belajarnya. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar guru perlu memperhatikan semua aspek pribadi siswa seperti potensi fisik dan jiwa (lambat, cepat), tingkat perkembangan pengalaman belajar, latar belakang sosial ekonomi dan lingkungan sosial budaya, bakat, minat kepribadian dan harapannya serta proyeksi yang diterapkan masyarakat, pemerintah untuk masa depannya (Gunawan, 1996). METODE PENELITIAN Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 1 Sembon Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung Tahun Pelajaran 2011/2012 yang dilaksanakan dalam bulan Maret sampai bulan April 2011 pada mata pelajaran matematika. Sedangkan kelas yang dijadikan obyek dalam penelitian ini adalah Kelas IV Semester I dengan jumlah siswa sebanyak 15 siswa. Penelitian dilakukan mulai dari (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) pemantauan (observasi), (4) refleksi pada setiap tindakan yang dilakukan, dan (5) evaluasi (Arikunto,
12
Siti Halimah, Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Melalui...
2009:16). Instrumen penelitian berupa tes, observasi, angket dan catatan lapangan. Penelitian terdiri dari 2 siklus, setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Dalam penelitian guru bertindak sebagai penyampai materi pembelajaran dan dibantu oleh rekan guru sebagai pengamat/observer. Hal ini dilakukan untuk melihat ada tidaknya peningkatan belajar pada siswa kelas IV dalam pembelajaran matematika melalui metode pemberian tugas. Untuk menganalisa data yang diperlukan dalam penelitian digunakan pengumpul data sebagai berikut: (1) melaksanakan tes serta membuat rata-rata nilai tes, (2) membandingkan hasil tes rata-rata siklus I dan II, dan (3) menyimpulkan temuan-temuan dari anggota tim berupa hasil observasi lapangan berdasarkan instrumen yang telah dipersiapkan. Dalam menentuan keberhasilan proses yang dilakukan selama penelitian, ditentukan dengan menggunakan lembar observasi yang. Dimana penilaian menggunakan format skor. Arikunto (1997) membagi skor penilaian menjadi 5 kategori, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.
Data yang sudah didapat dianalisis menggunakan teknik analisis data kualitatif, baik yang bersifat linear (mengalir) maupun bersifat sirkuler. Langkah-langkah analisis yang dilakukan adala menelaah seluruh data yang telah dikumpulkan dan mereduksi data yang melibatkan kegiatan pengkategorian dan pengklarifikasian di dalamnya. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan penelitian dilaksanakan sebanyak 2 kali, yaitu siklus I dan siklus II. Dalam penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap siswa kelas IV pada mata pelajaran matematika. Pada siklus I evaluasi terhadap tindakan kelas dilakukan dengan menggunakan observasi dan tes. Melalui observasi diharapkan perilaku siswa di kelas yang berkaitan dengan pembelajaran materi pelajaran dapat diamati. penelti mengukur produk pembelajaran dapat dilihat dari prestasi yang diperoleh siswa. Di samping pengukuran nilai siswa, dalam pengukurannya juga diperhitungkan daya serap dan ketuntasannya. Dilihat dari perilaku siswa, nampak siswa menjadi lebih aktif. Tabel 2 Nilai siswa siklus I
Tabel 1 Kategori Penilaian Lembar Observasi Penilaian skor Kategori 86 – 100 Sangat baik 76 – 85 Baik 60 – 75 Cukup baik 50 – 59 Kurang baik 0-49 Sangat kurang baik
Untuk mencari persentase nilai ratarata setelah dilakukan observasi dilakukan dengan menggunakan rumus: 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑁𝑅 = 𝑥 100% 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 NR adalah persentase nilai rata-rata setelah dilakukan observasi.
No
Sebelum Siklus
Siklus I
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
50 50 70 50 50 60 50 60 70 70 50 60 50 60 50 850 56,67
70 50 70 70 60 70 60 70 80 70 70 70 60 60 50 980 65,33
% Ketuntasan T TT T TT T T TT T TT T T T T T TT TT TT Jumlah Rata-Rata
JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April 2016
Berdasarkan observasi di kelas IV dapat dikemukakan bahwa bagi siswa, mereka tampak lebih siap untuk mengikuti pelajaran, perhatian siswa terhadap pelajaran meningkat. Indikator observasi adalah kebanyakan siswa aktif dalam menyajikan tugas kelompok, cukup banyak yang mengacungkan tangan, meskipun frekuensi siswa untuk bertanya masih kurang. Sedangkan dari segi guru, guru lebih mudah dalam menyampaikan materi karena tidak terlalu banyak menerangkan konsep. Dalam hal ini guru hanya memberikan penjelasan hal-hal pokok. Materi yang disampaikan guru juga sesuai dengan sasaran yang diinginkan. Serta guru lebih mudah dalam mengarahkan proses belajar mengajar. Dari hasil tindakan siklus I hasil tes masih rendah. Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan siklus II. Sesuai dengan perencanaan evaluasi hasil tindakan yang telah dirancang nampaknya keberhasilan metode pemberian tugas dalam mata pelajaran matematika mangalami peningkatan baik yang dilihat dari respon yang ditunjukkan siswa maupun prestasi akhir yang dicapai. Berikut ini peneliti tampilkan tabulasi data prestasi belajar siswa pada siklus II sebagai berikut. Tabel 3 Nilai siswa siklus II No
Siklus I
Siklus II
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
70 50 70 70 60 70 60 70 80 70 70 70 60 60 50 980 65,33
80 70 70 80 80 80 80 80 70 80 70 70 80 90 100 1180 78,67
% Ketuntasan T TT T T T T T T T T T T T T T T T Jumlah Rata-Rata
13
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada proses pembelajaran siklus II di Kelas IV SDN 1 Sembon Kecamatan Karangrejo dapat dikemukakan bagi siswa kelas IV SDN 1 Sembon Kecamatan Karangrejo dalam mengikuti proses pembelajaran, siswa tampak semakin bergairah dan bersemangat, perhatian siswa terhadap pelajaran sangat baik. Indikatornya adalah siswa aktif dalam menyajikan tugas kelompok, dan frekuensi siswa untuk bertanya sangat baik (merata), prestasi hasil belajar siswa pada setiap siklusnya selalu meningkat. Motivasi guru terhadap siswa sudah baik Pertanyaan yang disampaikan oleh guru sudah dapat dimengerti oleh siswa. Guru mudah mengarahkan proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran sudah berjalan sesuai yang direncanakan. Serta materi yang disampaikan sudah sesuai dengan sasaran yang diinginkan. Dari hasil penelitian tentang situasi pembelajaran dengan pemberian tugas tampaknya pengajaran dengan menggunakan metode ini membuat siklus yang lebih bergairah daripada jika diajar dengan teknik ceramah yang biasa dilakukan sebelumnya. Untuk lebih jelasnya gambaran tentang peningkatan prestasi hasil belajar siswa yang dicapai dari sebelum siklus sampai siklus II, jika digambarkan melalui sebuah grafik peningkatan hasil belajar sebagai berikut. 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 0.00
100.00 78.67 65.33 56.67 60.00 20.00
Prestasi Belajar Ketuntasan Belajar
Gambar 1 Grafik Peningkatan hasil belajar siswa
14
Siti Halimah, Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Melalui...
Hasil belajar siswa yang dinyatakan dengan rerata skor tes formatif untuk siklus I sebesar 65,33. Hasil ini cukup tinggi bila dibandingkan pada nilai sebelumnya yaitu 56,67 karena siswa lebih siap dalam mengikuti pelajaran. Pada siklus II rerata skor formatif sebesar 78,67. Hasil dari siklus II jauh beda dengan siklus I, karena siswa sudah terbiasa dengan mempersiapkan diri untuk mengikuti pelajaran, terdorong untuk belajar yang lebih baik, serta merasa lebih terbuka, kepada teman kelompoknya untuk pemahaman konsep-konsep yang belum dimengerti. Pada siklus I, siswa dikelompokkan menjadi 5 orang untuk mengerjakan tugas kelompok. Pengelompokkan ini dapat memberikan pengaruh terhadap hasil belajar. Namun perlu ditingkatkan dengan pembagian kelompok yang lebih kecil yaitu 3 orang. Berdasarkan hasil yang diperoleh, yaitu tidak jauh beda dengan siklus I. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa pemberian tugas secara berkelompok sangat bermanfaat, utamanya untuk kelas yang berjumlah besar. Respon siswa terhadap pembelajaran dengan pemberian tugas dikatakan positif, karena sebagian siswa menyatakan lebih mudah dan lebih tertarik dalam proses belajar mengajar. Hal ini bisa dipahami karena proses belajar mengajar menjadi bergairah dan tidak membosankan. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan selama dua siklus dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode pemberian tugas dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV
SDN 1 Sembon Kecamatan Karangrejo dalam memahami materi penjumlahan dan pengurangan pecahan desimal pada mata pelajaran matematika secara signifikan. Pembelajaran dengan metode pemberian tugas sangat efektif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini terbukti dari nilai rata-rata sebelum siklus hanya 56,67 dengan ketuntasan belajar 20,0% meningkat pada siklus I sebesar 65,33 dengan ketuntasan belajar 60,0% dan pada siklus II mengalami peningkatan yaitu 78,67 dengan ketuntasan belajar sebesar 100%. Selain ketuntasan belajar, sikap siswa dalam pembelajaran sangat positif. Hal ini ddapat diketahui dari respon siswa terhadap pembelajaran yaitu sebesar 1,71. Saran Pembelajaran yang menggunakan pemberian tugas perlu dikembangkan untuk mata pelajaran matematika untuk meningkatkan pemahaman siswa. Perlu dicoba melakukan kombinasi pola pembelajaran yang menggunakan pemberian tugas dengan model belajar yang lain, agar prestasi belajar semakin maksimal. Penggunaan model pembelajaran yang menggunakan pemberian tugas perlu terus dilakukan karena pelajaran dengan model tersebut lebih menyenangkan bagi siswa, mendorong siswa dan membiasakan siswa untuk belajar mandiri, serta tidak bergantung kepada guru. Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengembangkan model pembelajaran yang menggunakan pemberian tugas, pelatihan perlu diberikan agar guru dapat mengembangkan kemampuannya.
JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April 2016
DAFTAR RUJUKAN Abdullah, A.E. 1995. Prinsip-Prinsip Layanan Bimbingan Belajar. Ujung Pandang: IKIP Ujung Pandang. Atmadi,A & Setiyaningsih, Y. 2000. Transformasi Pendidikan. Jakarta: Kanisius. Arikunto, S. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Darmodihardjo, D. 1982. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo.
15
Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Gunawan, U. 1996. Peningkatan Mutu Proses Belajar Mengajar Sekolah Dasar. Bandung: Siger Tengah Mansyur. 1991. Pemberian Tugas Terstruktur terhadap Prestasi Belajar Matematika. Skripsi Tidak Diterbitkan. Ujung Pandang: FPMIPA IKIP Ujung Pandang. Poerwadannita. 1987. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.