MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATEMATIK PESERTA DIDIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) (Penelitian Eksperimen terhadap Peserta Didik Kelas VII MTs Cikasungka Tahun Pelajaran 2012/2013) Oleh: Lia Sayidah;) Dedeh Widaningsih;1) dan Dedi Nurjamil;2) )
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Tasikmalaya 1)
Dosen (Pembimbing 1) Program Studi Pendidikan Matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Tasikmalaya 2)
Dosen (Pembimbing 1I) Program Studi Pendidikan Matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Tasikmalaya ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan pemahaman matematik peserta didik yang lebih baik antara yang pembelajarannya melalui model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dengan yang pembelajarannya melalui model pembelajaran langsung, serta untuk mengetahui respon peserta didik terhadap pembelajaran matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT). Metode pada penelitian ini adalah metode eksperimen dengan desain penelitian pre test dan post test. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VII MTs Cikasungka Tahun Pelajaran 2012/2013. Sampel pada penelitian ini adalah kelas VII A sebagai kelas eksperimen dan kelas VII C sebagai kelas kontrol. Sampel dipilih secara random. Instrumen yang digunakan adalah soal tes pemahaman matematik dan angket respon peserta didik. Teknik Analsis data yang digunakan untuk menguji hipotesis dan menjawab pertanyaan penelitian adalah uji perbedaan dua rata-rata dan menghitung rataan total angket respon. Berdasarkan data hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa peningkatan pemahaman matematik peserta didik yang pembelajarannya melalui model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) lebih baik dari pada peningkatan pemahaman matematik peserta didik yang pembelajarannya melalui model pembelajaran langsung. Respon peserta didik positif terhadap pembelajaran matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT).
Kata Kunci : Pemahaman Matematika, model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament (TGT)
1
2
ABSTRACT LIA SAYIDAH. 2013. “Improving Students’ Mathematics Comprehension Through Cooperative Teaching Model of Teams Games Tournament (TGT)” (An Experiment Research at the Seventh Grade of MTs Cikasungka Academic Year 2012/2013). Mathematics Department. Faculty of Educational Sciences and Teachers’ Training. Siliwangi University. The purpose of the research is to find out the best students’ mathematic improvement between cooperative teaching model of Teams Games Tournament (TGT) and model of Direct Learning, and to find out the students’ responses on mathematics learning using cooperative teaching model Teams Games Tournament (TGT). Method of the research is experiment with pre test and post test design. The population is all of the students at VII Grade of MTs Cikasungka in academic year 2012/2013. The sample of the research is grade VII A as class of experiment and VII C as control class. The samples are chosen at random. The Instruments consist of Mathematics comprehension test and questionnaire. The technique of analysing data used to test the hypothesis and answer the research questions is two average differences test (uji perbedaan dua rata-rata) and counting the average of total questionnaire responses. Based on the research findings, it can be concluded that the improvement of Mathematic comprehension of which the learning using model of cooperative learning of Teams Games Tournament (TGT) is better than that the improvement through model of Direct Learning and the students’ responses on Mathematic is positive through model of Teams Games Tournament (TGT).
Keywords
: Improving students’ mathematics comprehension, cooperative teaching model of teams games tournament (TGT)
3 A. Pendahuluan Matematika merupakan pelajaran yang penting untuk dipelajari tetapi sulit untuk dipahami. Ruseffendi, E.T. (2006b:156) menyatakan bahwa banyak anak-anak yang setelah belajar matematika bagian yang sederhana pun banyak yang tidak difahaminya, banyak konsep yang dipahami secara keliru, matematika dianggap sebagai ilmu yang sukar, ruwet dan banyak yang memperdayakan. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan H.F., Apin (2012:75) terhadap pemahaman matematik peserta didik kelas VII B SMPN 1 Sindangkasih. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa rata-rata pemahaman matematik peserta didik masih rendah yaitu 13,23. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan salah satu guru matematika di MTs Cikasungka, penulis memperoleh keterangan bahwa nilai matematika untuk soal-soal uraian di sekolah tersebut masih jauh di bawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Hal tersebut merupakan implikasi dari rendahnya pemahaman matematik yang dimiliki peserta didik. Salah satunya mungkin disebabkan oleh kurang tepatnya penggunaan model pembelajaran. Salah seorang peserta didik menyatakan bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang paling sulit untuk dipelajari karena selalu berkaitan dengan angka-angka, rumus-rumus yang digunakan terlalu rumit untuk dipahami, guru terlalu serius dalam manyajikan pembelajaran serta guru selalu mengajar dengan cara yang sama (tidak ada variasi selama proses pembelajaran) sehingga menjadikan pelajaran matematika menjadi pelajaran yang menjenuhkan. Sedangkan para ahli psikologi (Sagala, Syaiful, 2003:55) menyatakan bahwa Kejenuhan belajar (plateauing) adalah rentang waktu tertentu yang dipakai untuk belajar, tetapi tidak mendatangkan hasil, karena antara lain keletihan mental dan indera-indera. Plateau belajar yaitu periode kegiatan yang tidak menyebabkan perubahan pada individu karena berbagai faktor: (1) kesulitan bahan yang dipelajari meningkat, sehingga yang belajar tidak mampu menyelesaikan. Sekalipun yang belajar berusaha; (2) metode belajar yang perdigunakan individu tidak memadai, sehingga upaya yang dilakukannya akan sia-sia belaka; (3) kejenuhan belajar yang disebabkan oleh keletihan atau kelelahan badan. Oleh karena itu, diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman matematik peserta didik dan juga dapat memberikan ketertarikan yang lebih agar peserta didik mau dan senang dalam belajar matematika, salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT). Model pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan model pembelajaran yang pembelajannya dikemas dalam suatu turnamen akademik dan menggunakan kuis-kuis serta sistem skor kemajuan individu dimana setiap peserta didik sebagai wakil tim berlomba dengan perwakilan tim lain yang kinerja akademiknya setara.
4 Penulis mengharapkan dengan menggunakan model kooperatif tipe TGT, peserta didik tidak hanya dapat bekerjasama dengan sesama anggotanya, tetapi juga dapat mendorong peserta didik untuk aktif selama proses pembelajaran dan dapat menyelesaikan permasalahanpermasalahan matematik, sehingga dapat meningkatkan pemahaman matematoik peserta didik dan menjadikan pembelajaran matematika
bisa
lebih menyenangkan serta dapat
menghapuskan paradigma matematika sebagai pelajaran yang sulit dan menjenuhkan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Manakah peningkatan pemahaman matematik peserta didik yang lebih baik antara yang pembelajarannya melalui model pembelajaran
kooperatif tipe
Teams Games
Tournament (TGT)
dengan
yang
pembelajarannya melalui model pembelajaran langsung?” serta “Bagaimana respon peserta didik terhadap pembelajaran matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT)?”. Tujuan penelitian pada penelitian adalah untuk mengetahui peningkatan pemahaman matematik peserta didik yang lebih baik antara yang pembelajarannya
melalui model
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dengan yang pembelajarannya melalui model pembelajaran langsung, serta untuk mengetahui respon peserta didik terhadap pembelajaran matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT). B. Metodologi Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Variabel pada penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dan model pembelajaran langsung sebagai variabel bebas, serta pemahaman matematik peserta didik dan respon peserta didik sebagai variabel terikat. Populasinya adalah seluruh peserta didik kelas VII MTs Cikasungka tahun pelajaran 2012/2013. Pemilihan sampel dilakukan secara acak, dimana nama kelas VII A, VII B, dan VII C dituliskan pada secarik kertas, kemudian digulung dan dimasukan ke dalam sebuah wadah untuk dikocok. Nama kelas yang tertera pada kertas yang terambil pertama dijadikan sebagai kelas eksperimen (diperoleh kelas VII A terdiri dari 33 peserta didik) dan yang terambil kedua dijadikan sebagai kelas kontrol (diperoleh kelas VII C terdiri dari 31 peserta didik). Desain penelitian yang digunakan adalah desain pesenlitian pre test dan post test. Rusefendi, E.T., (2005a:50) menggambarkan desain pre test dan post test sebagai berikut: A
O
X1
O
A
O
X2
O
5 Keterangan: A
= Pengelompokan subjek secara acak
O = Pretes dan postes X1 = Perlakuan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) X2 = Perlakuan menggunakan pembelajaran langsung. Teknik Pengumpulan data yang digunakan untuk mengetahui peningkatan pemahaman matematik peserta didik dilakukan dengan pelaksanaan tes berupa pre test dan post test. Pre test dilaksanakan pada pertemuan pertama dan post test dilaksanakan pada pertemuan terakhir. Soal yang diberikan terdiri atas soal-soal pemahaman matematik menurut Pollatsek mengenai Himpunan dalam bentuk soal uraian yang terdiri dari soal pemahaman komputasional dan fungsional. Sedangkan untuk mengetahui respon peserta didik dilakukan dengan menyebarkan angket respon pada kelas eksperimen setelah seluruh proses pembelajaran selesai. Angket dibuat berdasarkan sekala Likert yang terdiri atas pernyataan positif dan negatif dengan menggunakan empat alternatif jawaban, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Agar soal dan pernyataan yang digunakan pada penelitian berkualitas baik Soal tes pemahaman dan pernyataan angket tersebut sebelumnya telah diujicobakan dan di uji validitas dengan menggunakan koefisien korelasi produk momen memakai angka kasar menurut Pearson (Arikunto, Suharsimi, 2010:213) dan uji relibilitasnya dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach menurut J, P. Guilford (Widaningsih, 2011b:7). Berdasarkan data hasil pre test dan post test kemudian dicari skor normal gainnya dengan menggunakan rumus Normalized gain untuk kemudian dianalisis.
=
− −
Teknik Analsis data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah uji perbedaan dua rata-rata. Sebelum di uji hipotesis, seluruh data dilakukan uji persyaratan analisis berupa uji normalitas dengan menggunakan uji chi-kuadrat dan uji homogenitas dengan menggunakan uji F (Hermanto, Redi dan Satya Santika, 2012:22). Sedangkan teknik analisis data untuk menjawab pertanyaan penelitian dilakukan dengan menghitung rataan total angket respon, yang sebelumnya dilakukan perhitungan untuk mencari rataan dari setiap butir pernyataan angket.
6 C. Kajian Teoretis 1.
Pemahaman Matematik Peserta Didik Pemahaman matematik adalah kemampuan peserta didik untuk mengenal, mengingat
dan memahami suatu konsep, prosedur dan ide, menerapakan rumus dalam suatu perhitungan sederhana, memberikan contoh, serta mengaitkan suatu konsep dengan konsep lain. Pada penelitian ini, penulis menggunakan konsep pemahaman matematik menurut pollatsek (Sumarmo, Utari, 2006:4) yang menggolongkan pemahaman ke dalam dua jenis yaitu : a.
b.
2.
Pemahaman komputasional: menerapkan rumus dalam perhitungan sederhana, dan mengerjakan perhitungan secara algoritmik. Kemampuan ini tergolong pada kemampuan berfikir matematik tingkat rendah Pemahaman fungsional: mengaitkan satu konsep/prinsip dengan konsep/prinsip lainnya, dan menyadari proses yang dikerjakannya. Kemampuan ini tergolong pada kemampuan berfikir matematik tingkat tinggi.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT)
menurut Slavin, Robert E (2009:166), yaitu pengajaran, belajar tim, turnamen, pergeseran, dan rekognisi Tim. Pada tahap pengajaran dan belajar tim, peserta didik dikelompokan pada suatu kelompok heterogen berdasarkan kemampuan akademik mereka pada mata pelajaran matematika. Pada tahap ini, setiap kelompok berdiskusi untuk membahas materi yang disajikan pada bahan ajar dan sekaligus mengerjakan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD). Pada tahap turnamen, peserta didik memainkan game akademik dengan kemampuan yang homogen berdasarkan kemampuan akademik mereka dalam pembelajaran matematika. Game akademik berlangsung pada meja turnamen yang terdiri dari tiga orang peserta dengan kemampuan setara. Tiga orang terpandai pada mata pelajaran matematika ditempatkan pada meja turnamen 1, tiga orang berikutnya pada meja turnamen 2, dan begitu seterusnya sampai tiga orang dengan kemampuan akademik matematikanya paling rendah berada pada meja turnamen terakhir. Ketiga peserta didik tersebut bersaing untuk memperoleh kartu sebanyakbanyaknya, untuk memperoleh skor terbesar. Pada tahap pergeseran, peserta didik yang memperoleh skor tertinggi pada saat turnamen, untuk pertemuan berikutnya dia bergeser naik posisi ke meja turnamen yang lebih tinggi (misal dari meja 5 ke meja 4) . Sedangkan peserta didik yang mendapat skor rendah bergeser turun ke meja turnamen yang lebih rendah (misal dari meja 5 ke meja 6). Peserta didik yang mendapat skor sedang dan peserta didik pemenang pada meja tingkatan tertinggi serta peserta didik yang mendapat skor terendah pada meja dengan tingkatan rendah, tetap
7 berada pada meja turnamen semula. Apabila terdapat dua peserta didik yang memperoleh skor yang sama maka untuk menentukan pemenangnya dilakukan dengan cara di undi. Tahap penghargaan. Penghargaan diberikan pada tim dengan perolehan rata-rata skor yang memenuhi kriteria tertentu. Penghargaan yang diberikan adalah pemberian predikat Tim baik, Tim Sangat Baik, dan Tim Super. 3.
Model Pembelajaran Langsung Pengajaran langsung menurut Kardi (Trianto, 2011:43) “Pengajaran langsung dapat
berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktek, dan kerja kelompok”. Pengajaran langsung digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada peserta didik. Penyusunan waktu yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran harus seefisien mungkin, sehingga guru dapat merancang dengan tepat waktu yang digunakan. Menurut Suprijono, Agus (2010:50) terdapat lima tahap sintaks model pembelajaran langsung, yaitu Establishing Set, Demonstrating, Guided Practice, Feed Back, dan Extended Practic. 4.
Respon Peserta Didik Respon merupakan prilaku sebagai cerminan atau balasan dari suatu rangsangan.
Repon yang timbulkan dapat positif atau negatif. Respon positif menunjukan adanya ketertarikan individu terhadap suatu rangsangan sehingga mendorong individu untuk mendekati rangsangan tersebut. Sedangkan respon negatif menunjukan adanya ketidaksukaan individu terhadap rangsangan sehingga mendorong individu untuk menjauhi rangsangan tersebut. Respon peserta didik yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah sikap dan minat. a.
Sikap Sikap peserta didik selalu berkenaan dengan suatu objek, dan sikap terhadap objek ini
disertai dengan perasaan positif atau negatif. Peserta didik akan memiliki sikap positif terhadap suatu yang bernilai bagi dirinya dan memiliki sikap negatif terhadap hal-hal yang yang dianggap tak bernilai atau dapat merugikan. Berdasarkan objek yang diteliti yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT), maka indikator sikap pada penelitian ini meliputi : 1) Kognitif yaitu kepercayaan lebih mudah memahami ide atau konsep materi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT). 2) Afektif yaitu Kepekaan perasaan dalam belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT).
8 3) Konatif yaitu Dorongan untuk belajar lebih giat karena penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT). b.
Minat Slameto (2010:57) menyatakan bahwa minat adalah kecendrungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Menurut Safari (Zone, D.M, 2011:1) terdapat beberapa indikator minat, yaitu: perasaan Senang, ketertarikan siswa, perhatian, keterlibatan siswa. D. Hasil Penelitian dan Pembahasan Berdasarkan hasil pre test dan post test terhadap pemahaman matematik peserta didik kelas eksperimen yang dilaksanakan pada kelas VII A melalui model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT), dapat dilihat peningkatan pemahaman matematik peserta didik sebagai berikut. 60
54
52
50 40 33 32 32 30 22 20 10
37
56
52 43
40 34
30
35
39
36
34 19
18
55
49 31
24 18
23
26
24
18
Post test 19
15 15 13 14 12 11 11 9 10 8 8 7 7 7 7 6 6 5 5 3 4 5 3 4 5 5 3 7 4 4 3 3 3 3 2 2 2
Pre Test
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718192021222324252627282930313233
Gambar 1 Diagram Data Pre Test dan Post Test Tes Pemahaman Matematik Peserta Didik Kelas Eksperimen Berdasarkan hasil pre test dan post test terhadap pemahaman matematik peserta didik kelas kontrol yang dilaksanakan pada kelas VII C melalui model pembelajaran langsung, dapat dilihat peningkatan pemahaman matematik peserta didik sebagai berikut. 60 50
48
44
39
40 30
38
38
38 32
21
26 20
22
23
23
25
22
16 16 14 14 14 14 16 20 11 15 15 11 14 11 10 10 10 9 9 8 8 6 6 6 5 5 10 2 4 4 3 4 3 2 3 3 5 2 2 2 2 1 1 1 2 0 0 0 0 0
Post test Pre Test
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Gambar 2 Diagram Data Pre Test dan Post Test Tes Pemahaman Matematik Peserta Didik Kelas Kontrol
9 Berikut disajikan diagram rata-rata nilai pre test, post test, dan rata-rata normal gain dari kedua kelas sampel.
31.58
40
21.39
30
Rata-rata Post Test Rata-rata Pre Test
20 5.58
10
0.52
3.71
Rata-rata Normal Gain
0.35
0 Kelas Eksperimen
Gambar
Kelas Kontrol
3 Diagram Rata-rata Skor Pre Test, Post Test, dan Normal Gain Tes Pemahaman Matematik Peserta Didik Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Berdasarkan Diagram tersebut, diperoleh keterangan bahwa rata-rata skor post test pada kelas eksperimen adalah 31,58 dan rata-rata pada kelas kontrol adalah 21,39. Sedangkan, rata-rata skor normal gain peserta didik kelas eksperimen adalah 0,52 dan rata-rata skor normal gain pada kontrol adalah 0,35. Apabila kita bandingkan, rata-rata skor post test dan rata-rata skor normal gain yang diperoleh kelas eksperimen lebih baik dari pada rata-rata skor yang diperoleh kelas kontrol. Peneliti meyakini bahwa keunggulan kelas eksperimen dibandingkan dengan kelas kontrol adalah disebabkan oleh adanya partisipasi aktif peserta didik selama proses pembelajaran, dimana guru hanya berperan sebagai fasilitator dan mediator saja. Hal tersebut sesuai dengan teori Piaget (Isjoni, 2012:37) yang menjelaskan bahwa pengetahuan tidak hanya sekedar dipindahkan secara verbal tetapi harus dikonstruksi dan direkonstruksi peserta didik, sehingga dalam pembelajarannya peserta didik harus aktif dan partisipasif. Berdasarkan perhitungan uji normalitas pada skor normal gain kelas eksperiman diperoleh nilai = 3 diperoleh
= 11,09 . Dengan menggunakan taraf nyata pengujian = 11,34. Karena nilai
<
(
)(
)
= 1% dan
yaitu 11,09 < 11,34,
maka H diterima dan H ditolak. Artinya sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Berdasarkan perhitungan uji normalitas pada skor normal gain kelas kontrol, diperoleh nilai diperoleh
= 9,86 . Dengan menggunakan taraf nyata pengujian = 11,34. Karena nilai
<
(
)(
)
= 1% dan
=3
yaitu 9,86 < 11,34, maka H
diterima dan H ditolak. Artinya sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
10 =
Sedangkan berdasarkan uji homogenitas pada dua kelas sampel diperoleh 1,75. Dengan menggunakan taraf nyata pengujian diperoleh
( ,
)(
,
)
= 2,36. Karena
<
= 1%,
(
,
)
= 32, dan
= 30
yaitu 1,75 < 2,36 maka H
diterima dan H ditolak. Artinya varians kedua populasi homogen. Berdasarkan uji hipetesis dengan menggunakan uji perbedaa dua rata-rata diperoleh = 2,77. Dengan menggunakan taraf nyata pengujian diperoleh
(
)
= 2,39. Karena
>
(
)
= 1%
dan
= 62,
yaitu 2,77 > 2,39, maka
H ditolak dan H diterima. Artinya peningkatan pemahaman matematik peserta didik yang pembelajarannya melalui model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) lebih baik dari pada peningkatan pemahaman matematik peserta didik yang pembelajarannya melalui model pembelajaran langsung. Berdasarkan hasil penyebaran angket respon peserta didik terhadap pembelajaran matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) diperoleh data sebagai berikut.
No Pernyataan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Tabel 3 Hasil Perhitungan Rata-Rata Butir Pernyataan Angket Respon Peserta Didik Rata-rata Jumlah No Jumlah Skor ( ̅) Pernyataan Skor 163 4,94 15 158 136 4,12 16 141 148 4,48 17 142 151 4,58 18 124 149 4,52 19 125 154 4,67 20 136 146 4,42 21 126 148 4,48 22 147 143 4,33 23 105 141 4,27 24 118 115 3,48 25 163 126 3,82 26 154 148 4,48 27 151 149 4,52 28 158
Rata-rata ( ̅) 4,79 4,27 4,3 3,76 3,79 4,12 3,82 4,45 3,18 3,58 4,94 4,67 4,58 4,79
Berdasarkan tabel tersebut, diperoleh rata-rata total seluruh butir pernyataan angkat = 4,27, artinya peserta didik memberikan respon positif terhadap pembelajaran matematika melalui model pembelajaran kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT).
11 D. Simpulan Berdasarkan data hasil penelitian yang telah diolah dan dianalisis, maka peneliti memberikan simpulan sebagai berikut. 1.
Peningkatan pemahaman matematik peserta didik yang pembelajarannya melalui model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) lebih baik dari pada peningkatan pemahaman matematik peserta didik yang pembelajarannya melalui model pembelajaran langsung.
2.
Respon peserta didik positif terhadap pembelajaran matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT).
E. Saran Berdasarkan simpulan penelitian, maka menyarankan hal-hal berikut. 1.
Bagi Kepala Sekolah, diharapkan dapat memberikan dorongan dan dukungan terhadap guru-guru khususnya guru mata pelajaran matematika untuk dapat menggunakan modelmodel pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman matematik peserta didik dan juga dapat memberikan ketertarikan kepada peserta didik untuk mau belajar matematika, salah satunya model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games tournament (TGT).
2.
Bagi Guru khususnya guru mata pelajaran matematika, diharapkan sesekali dalam proses pembelajaran dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT). Karena model ini selain dapat meningkatkan pemahaman matematik peserta didik juga dapat meningkatkan ketertarikan terhadap pembelajaran matematika dan membuat peserta didik untuk lebih semangat dan tidak bosan-bosannya untuk mau belajar matematika.
3.
Bagi Peneliti selanjutnya, diharapkan dapat melakukan penelitian melalui model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dengan aspek penelitian yang lainnya, tidak hanya terhadap peningkatan pemahaman. Selain itu, peneliti juga dapat menerapkan model pembelajaran ini terhadap pokok bahasan lainnya selain himpunan.
F. Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Hermanto, Redi dan Satya Santika (2012). Aplikasi Microsoft Office Excel 2007 dalam Pengolahan Data Statistik. Tasikmalaya: Perpustakaan Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Siliwangi. H.F., Apin (2012). Perbandingan Pemahaman Matematik Peserta Didik Antara Yang Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan Tipe Talking Stick (Penelitian Terhadap Peserta Didik Kelas Vii Smp Negeri 1
12 Sindangkasih Tahun Pelajaran 2011/2012). Tasimalaya: Skripsi Universitas Siliwangi. Tidak diterbitkan Isjoni (2012). Cooperative Learning (Efektivfitas Pembelajaran Kelompok). Bandung: Alfabeta. Russefendi, E.T (2005a). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito. Rusefendi, E.T (2006b). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito. Sagala, Syaiful (2011). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Slameto (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Slavin, Robert E (2009). Cooperative Learning. Terjemahan Nurulita. Bandung: Nusa Media. Sumarmo, Utari (2006). Pembelajaran Keterampilan Membaca Matematika pada Siswa Sekolah Menengah. Makalah pada FPMIPA UPI. Bandung. Suprijono, Agus (2011). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Zone, D.M (2011). Indikator Minat Belajar [Online]. Tersedia: skripsi.blogspot.com/2011/07/11/indikator-minat-belajar.html.
http://pedoman-