PEMANFAATAN LAHAN TADAH HUJAN DI DESA GUNAJAYA KECAMATAN MANONJAYA KABUPATEN TASIKMALAYA (SUATU KAJIAN GEOGRAFIS) RAINFED LAND USE IN RURAL GUNAJAYA OF MANONJAYA DISTRICT OF TASIKMALAYA REGENCY (A DIVERSITY OF GEOGRAFHY) 1
Giri Barkah Rahayu (
[email protected])
2
H Nedi Sunaedi,M.SI (
[email protected])
Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi
ABTRACT Rainfed land is land that the water source is very dependent and rely on rainwater downs. Rainfed land is usually used when the wet season and the dry season is left alone so that the resulting lower productivity. Hence the need for optimum utilization of the rainfed land in order to generate hight productivity.In the issue, which will be studied is the potential of rainfed land in the rural Gunajaya District of Manonjaya Regency of Tasikmalaya with variable research in the form of land, water resources and human resources as well as how the farmers take advantage of the rain-fed land. The purpose of this study was to determine the potential and rainfed land use in the Rural Gunajaya District of Manonjaya Tasikmalaya regency.The hypothesis of this study the potential of rainfed land are so broad almost 50% of agricultural land is very little irrigation source and rainfed land use in the Rural Gunajaya District of Manonjaya Tasikmalaya regency is done by planting crops. This study uses descriptive quantitative data collection techniques, field observations, interviews, literature study and study documentation. The population in this study amounted to 566 families by taking a sample of 5% of 28 households using a random sampling technique.The results showed that the potential of rainfed land in the District Manonjaya Gunajaya Village area of 4.94 ha of rainfed land is utilized, of the total land area of 23 ha rainfed. There are three sources of water used is Cikunten irrigation canals, dug wells and water uptake. The level of human resource farmers is low, it can be seen from the level of education that is only up to primary school. In rainfed land use is used by farmers to grow rice and pulses. Usually within one year of the time farmers plant rice in the rainy season and that crops planted one to two times when the dry season. But until now rainfed land use in the Rural Gunajaya District of Manonjaya Tasikmalaya regency not optimal because not all farmers use rainfed land. Keyword: Rainfed Land, Gunajaya
1
1. PENDHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang dianugrahi kekayaan sumberdaya alamnya yang sangat melimpah. Salah satu sumberdaya alam yang dimiliki oleh Indonesia adalah tanah. Tanah yang subur mengantarkan Indonesia mendapat julukan Gemah Ripah Loh Jinawi. Kesuburan tanah Indonesia menjadikan sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani hingga Indonesia dijuluki dengan sebutan negara agraris. Hampir setiap aktivitas manusia melibatkan penggunaan lahan dan karena jumlah dan aktivitas manusia bertambah dengan cepat, maka lahan menjadi sumber yang langka. Keputusan untuk mengubah pola penggunaan/ pemanfaatan lahan mungkin memberikan keuntungan atau kerugian yang besar, baik ditinjau dari pengertian ekonomis, maupun terhadap perubahan lingkungan. Penggunaan lahan dapat dikelompokan kedalam dua golongan besar yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan bukan lahan pertanian. Penggunaan lahan pertanian dibedakan berdasarkan atas penyediaan air dan komoditas yang diusahakan dan dimanfaatkan atau atas jenis tumbuhan atau tanaman yang terdapat diatas lahan tersebut. Berdasarkan hal ini dikenal macam penggunaan lahan seperti tegalan (pertanian lahan kering atau pertanian pada lahan tidak beririgasi), sawah, kebun kopi, kebun karet, padang rumput, hutan produksi, hutan lindung, padang alang-alang, dan sebagainya. Sedangkan penggunaan lahan bukan pertanian dapat dibedakan kedalam lahan kota atau desa (pemukiman), industri, rekreasi, pertambangan dan sebagainya. Pengelompokan penggunaan/pemanfaatan lahan pertanian seperti dikemukakan di atas adalah pengelompokan yang sangat kasar, karena belum mempertimbangkan dalam berbagai aspek lain penggunaan lahan, yang memberikan gambaran terperinci mengenai penggunaan lahan/pemanfaatan lahan adalah sebagai berikut. Ladang, tanaman semusim campuran, lahan permanen, gogo rancah (sawah yang saat penanamannya berupa lahan kering, kemudian tergenangi air setelah cukup hujan), sawah tadah hujan (tidak beririgasi, air untuk menggenangi tanah berasal dari curah hujan), dan sawah beririgasi. Menurut Karlen, et al (1997:306), sifat atau perilaku lahan yang menentukan pertumbuhan tanaman/tumbuhan tersebut disebut kualitas lahanm (land quality). Secara lebih rinci kualitas lahan didefinisikan sebagai kapasitas tanah untuk berfungsi, dalam
2
batas-batas ekosistem alami atau yang dikelola, dalam mendukung secara berkelanjutan produktivitas tanaman dan hewan, menjaga atau meningkatkan kualitas air dan udara, serta mendukung kehidupan manusia dan lingkungannya. Perbedaan kualitas tanah dan bentuk lahan sering kali menjadi penyebab utama. Karena kualitas tanah dan bentuk lahan yang menentukan untuk menghasilkan pertanian yang maksimal. Lahan mempunyai sedikit hambatan yang membatasi penggunaannya. Lahan sesuai dengan berbagai penggunaan pertanian, mulai dari tanaman semusim (tanaman pertanian pada umumnya), tanaman rumput, padang rumput, hutan produksi dan cagar alam. Hasil tanaman selain tergantung dari sifat tanah, juga sangat dipengaruhi berbagai faktor lainnya seperti tindakan pengelolaan dan keadaan cuaca pada periode pertanaman dan lain-lain. Hal ini yang harus dipahami bagi para petani untuk mendapatkan hasil yang bagus. Lahan dengan kemampuan yang tinggi diharapkan berpotensi yang tinggi dalam berbagai penggunaannya. Para petani berkeinginan untuk memanfaatkan lahannya sebaik mungkin, karena dengan kualitas lahan yang baik maka menciptakan kemakmuran di setiap wilayah. Namun, tidak semua wilayah di Indonesia memiliki kesuburan tanah yang baik. Ada sebagian wilayah yang tanahnya kurang subur yang tidak dapat menghasilkan komoditas pertanian yang berkualitas. Seperti halnya yang terjadi di Desa Gunajaya Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya. Desa yang memiliki luas wilayah sekitar 256,34 Ha yang hampir 50% luasnya merupakan lahan pertanian, memiliki tanah yang kurang subur. Hal ini dikarenakan tanahnya kurang pasokan air karena saluran irigasi yang berada di desa ini hanya mendapatkan air jika musim penghujan tiba. Saluran irigasi yang bernama Ci Kunten ini dulunya mendapatkan pasokan air dari sungai Ci Wulan. Namun saat ini saluran irigasi Ci Kunten tidak lagi mendapat pasokan air dari sungai Ci Wulan tersebut karena beberapa faktor diantaranya yaitu : (1) tersumbatnya saluran irigasi di daerah Singaparna akibat gunung Galunggung meletus, (2) pertumbuhan perkotaan di kawasan Singaparna hingga ke Mangkubumi. Pada tahun delapan puluhan, ketika saluran irigasi Ci kunten mengairi lahan pertanian Desa Gunajaya dengan lancar, lahan ini sangat subur bisa ditanami dengan
3
tanaman padi atau komoditas lainnya dengan hasil panen yang memuaskan dan kualitas yang baik. Padi sebagai komoditas utama yang ditanam petani dapat 3 kali panen dalam setahun. Namun berbanding terbalik dengan kondisinya saat ini. Kini kondisi lahan pertanian di Desa Gunajaya sangat memprihatinkan. Karena, saluran irigasi Ci Kunten bisa mengaliri airnya pada saat musim penghujan tiba. Lahan pertanian sangat membutuhkan banyak air untuk tanaman padi yang menjadi komuditas utama para petani, sehingga para petani di Desa Gunajaya tidak lagi menjadikan tanaman padi sebagai komoditas utama karena padi membutuhkan banyak air. Berdasarkan kondisinya saat ini, lahan pertanian Desa Gunajaya hanya mendapatkan pasokan air jika musim penghujan tiba. Dengan kata lain, lahan pertanian ini bisa disebut dengan lahan tadah hujan karena mengandalkan air hujan sebagai pemasok air utama untuk mengairi tanaman pertanian. Dalam pemanfaatannya lahan tadah hujan ini biasanya memiliki perbedaan dengan lahan irigasi. Ketergantungan akan air hujan ini maka dalam pemanfaatannya lahan tadah hujan kurang begitu optimal. 1.2 Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah 1).Untuk mengetahui bagaimanakah potensi lahan tadah hujan di Desa Gunajaya Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya. 2) Untuk mengetahui bagaimanakah pemanfaatan lahan tadah hujan di Desa Gunajaya Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya. 2. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yang bertujuan untuk mengkaji masalah yang terjadi saat sekarang dengan cara mengumpulkan data, menyusun dan mengklasifikasikan data, kemudian dianalisis untuk membuktikan hipotesa yang diajukan, metode deskriptif adalah: Mengadakan deskriptif untuk memberi gambaran yang lebih jelas tentang situasi-situasi sosial. Dibanding dengan penelitian eksploratif, penelitian deskriptif lebih spesifik dengan memusatkan perhatian pada aspek-aspek tertentu dan sering menunjukan hubungan antara berbagai variable. Sering penelitian deskriptif didahului oleh penelitian eksploratif dan memberi bahan yang memungkinkan penelitian eksperimental (Sumaatmadja, 1988:41).
4
3. PEMBAHASAN Di Indonesia bidang pertanian merupakan mahkota utama bagi penduduk agrarisnya. Pola kegiatan pertanian ini terbagi atas 4 kegiatan yaitu bercocok tanam , perikanan, peternakan dan kehutanan. Pada umumnya kegiatan penduduk agraris adalah bercocok tanam di ladang, sawah dan perkebunan. Adapun jenisnya, sawah yang biasa digunakan adalah sawah tadah hujan dan sawah irigasi. Lahan pertanian ditinjau dari ekosistem dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu: lahan pertanian basah dan lahan pertanian kering (Nurmala,et al.2012:101). Sawah atau lahan tadah hujan merupakan salah satu jenis pertanian basah (sawah). Lahan tadah hujan merupakan lahan yang sumber pengairannya sangat mengandalkan air hujan. Sebagian besar wilayah di Indonesia memiliki lahan tadah hujan sehingga diperlukan adanya sistem pertanian yang berbasis pada ketersediaan air. Lahan tadah hujan yang tersebar di seluruh Indonesia memiliki potensi masing-masing yang berbeda dengan lahan tadah hujan di daerah lainnya. Lahan tadah hujan secara umum memiliki ciri-ciri sebagai brikut : a. Pengairan tergantung pada turunnya air hujan b. Produktivitas rendah c. Tingkat kesuburan rendah Disamping itu, lahan tadah hujan yang merupakan salah satu jenis dari petanian basah dimana pertanian basah itu mempunyai mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a. Dari setiap petak sawah dibatasi oleh pematang. b. Permukaannya selalu datar atau topografinya rata meskipun didaerah bergununggunung atau berbukit. c. Bila diolah atau dikerjakan pada saat jenuh air atau berair d. Kesuburan lebih stabil daripada lahan kering, sehingga memungkinkan diolah secara intensif tanpa adanya penurunan produktivitas yang drastis. e. Secara umum produktivitasnya lebih tinggi daripada lahan kering. f. Sawah umumnya mempunyai sumber perairan yang relatif teratur kecuali sawah tadah hujan. Tanaman yang utama diusahakan adalah padi sawah.
5
Di Desa Gunajaya terdapat sekitar 23 ha lahan tadah hujan dengan hanya sebagian kecilnya saja yang dimanfaatkan. Untuk mengetahui potensi dan cara pemanfaatan lahan tadah hujan di Desa Gunajaya akan dibahas berikut ini. 3.1 Potensi Lahan Tadah Hujan di Desa Gunajaya Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya Luas lahan di Desa Gunajaya adalah 256.34 Ha dengan didominasi lahan pertanian sebesar 141,30 Ha. Desa Gunajaya memiliki topografi yang berbukit-bukit yang berpotensi sekali untuk bercocok tanam, dengan jenis tanah yang cukup baik untuk lahan pertanian, sehingga sebagian besar penduduk Desa Gunajaya mengandalkan hidupnya sebagai petani. Lahan pertanian Desa Gunajaya terbagi kedalam dua jenis yaitu lahan sawah irigasi dan lahan tadah hujan. Lahan sawah irigasi digunakan untuk tanaman padi. Sedangkan lahan tadah hujan dimanfaatkan oleh sebagian petani saja. Dari 138 petani yang tergabung dalam kelompok tani, hanya 28 petani saja yang memanfaatkan lahan tadah hujan. Hal ini dikarenakan beberapa faktor salah satunya adalah tidak adanya keinginan untuk bercocok tanam. Luas lahan tadah hujan seluruhnya adalah 23 Ha dan hanya 4,94 Ha saja yang dimanfaatkan. Lahan pertanian di Desa Gunajaya memiliki 3 sumber air yaitu saluran irigasi, sumur gali dan air serapan. Saluran irigasi yang bernama irigasi Cikunten airnya berasal dari sungai Ciwulan yang berada di Kecamatan Singaparna. Dahulu air saluran irigasi Cikunten ini selalu tersedia sepanjang tahun dengan volume air yang cukup besar. Namun sejak tahun 1982, setelah terjadinya gunung Galunggung meletus yang laharnya sampai ke sungai-sungai yang ada di Kecamatan Singaparna yang kemudian lahar tersebut mengendap sehingga menyumbat aliran air. Hal ini menyebabkan air sungai yang mengalir ke daerah Kecamatan Manonjaya terhambat sehingga lambat laun air sungai tersebut tidak lagi mengalir. Saat ini para petani Desa Gunajaya mengandalkan air hujan sebagai sumber air yang mengalir di saluran irigasi Cikunten. Untuk sebagian besar petani bergantung pada hujan yang turun namun ada sebagian kecil yang mencari alternatif lain dengan mencari sumber air dari sumur gali. Sedangkan bagi para petani yang lahannya berada di bagian
6
lebih rendah karena topografi Desa Gunajaya yang berbukit-bukit, mereka mengandalkan air serapan dari air tanah yang berasal dari lahan yang berada lebih tinggi. Para petani dapat menjadikan air sumur sebagai sumber air namun para petani terbebani dengan biaya pembuatan sumur gali tersebut. Air baru akan muncul hingga kedalaman galian sekitar 20-28 meter. Hal ini menyebabkan biaya penggalian menjadi mahal sehingga sebagian besar para petani tidak mampu membuat sumur gali tersebut. Dibutuhkan kerja sama antar petani jika ingin membuat sumur gali tersebut. Pemanfaatan lahan tadah hujan di Desa Gunajaya dilakukan dengan menanam palawija terutama kacang kedelai. Hampir seluruh petani yang memanfaatkan lahan tadah hujan menjadikan kacang kedelai sebagai komoditas utama di lahan tadah hujan ini. Jika dikelola dan dimanfaatkan secara baik, lahan tadah hujan ini dapat dijadikan potensi yang sangat besar untuk ditanami kacang kedelai sehingga nantinya akan menjadikan Desa Gunajaya sebagai produsen kacang kedelai bahkan bisa menjadi swasembada kacang kedelai. Dalam pemanfaatannya, dibutuhkan sumberdaya manusia yang berkualitas sehingga akan mendukung optimalisasi pemanfaatan lahan. Untuk itu dibutuhkan petani yang siap menggarap lahan tadah hujan dengan segala kendalanya agar lahan tadah hujan dapat memberikan produktifitas sebanding dengan lahan irigasi. Berdasarkan hasil lapangan
diketahui bahwa sebagian besar petani yang
memanfaatkan lahan tadah hujan dengan pendidikan yang rendah tidak mampu mengoptimalkan pemanfaatan lahan tadah hujan. Dengan kata lain, para petani ini dikategorikan mempunyai kualitas sumberdaya manusia yang rendah. Untuk menjadikan Desa Gunajaya sebagai produsen kacang kedelai nampaknya mustahil karena para petani masih beranggapan bahwa padi merupakan komoditas utama yang harus ditanam dilahan tadah hujan ini sehingga mereka lebih memilih tidak memanfaatkannya secara sungguh-sungguh. Mereka memanfaatkan lahan tadah hujan semata-mata hanya untuk di tanam saja, tidak ada tujuan untuk memproduksi dengan kualitas yang tinggi.
7
Berbagai usaha telah ditempuh baik oleh pemerintah setempat maupun para aktivis tani seperti pemberian benih palawija secara cuma-cuma dengan tujuan agar lahan tadah hujan dimanfaatkan dengan menanam palawija khususnya kacang kedelai sehingga secara menyeluruh lahan tadah hujan dapat dimanfaatkan dan memproduksi kacang kedelai dalam jumlah yang lumayan banyak sehingga akan diperoleh hasil yang cukup besar pula. Namun hal itu percuma saja karena para petani masih enggan memanfaatkan lahan tadah hujan. Mereka berfikir bahwa menanam padi lebih baik dari pada palawija sehingga mereka memilih menunggu hujan saja karena kualitas sumberdaya mereka rendah. Pemanfaatan lahan tadah hujan dapat di lakukan dengan system pengelolaan tani. Klasifikasi usaha tani tanaman berdasarkan sistem penyediaan air dikelompokan menjadi dua yaitu: a. usaha tani menetap yang terdiri atas sawah dan usaha tani ladang kering. b. usaha tani yang tidak menetap yang dapat berupa ladang atau usaha tani bera. Usaha tani lahan kering menetap dapat diklasifikasikan menurut jenis tanaman yang diusahakan, yaitu kelompok usaha tani tanaman tahunan dan usaha tanaman semusim. Usaha tanaman tahunan, seperti kopi, karet, dan kelapa sawit yang diusahakan dalam skala yang bervariasi dari beberapa hektar sampai ribuan hektar, disebut perkebunan, sedangkan usaha tani tanaman musiman pada lahan kering disebut tegalan. Sawah adalah suatu bentuk usaha tani diatas lahan yang digenangi air dan ditanami dengan padi. Sumber air dapat berasal dari air irigasi atau dari hujan. Sawah yang airnya bersumber dari air irigasi disebut sawah irigasi, sedangkan yang airnya bersumber dari air hujan disebut sawah tadah hujan 3.2 Pemanfaatan Lahan Tadah Hujan di Desa Gunajaya Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya Dilakukan dengan Cara Menanam Palawija Lahan tadah hujan di Desa Gunajaya khususnya kampung Karangjaya merupakan sumberdaya yang potensial untuk pertanian jika dikelola dan dimanfaatkan dengan baik. Keterbatasan sumber air serta pengelolaan yang kurang baik menjadikan kondisi lahan tadah hujan memprihatinkan. kondisi tanahnya yang rusak bahkan sampai terpecah menyebabkan produktivitas tanaman semakin menurun.
8
Lahan tadah hujan yang sangat mengandalkan air hujan ini dianggap sebagian besar petani tidak akan menghasilkan tanaman yang baik dan berkualitas dan berkuantitas tinggi, sehingga mereka enggan memanfaatkan lahannya. Hanya sebagian kecil dari petani yang tergabung dalam kelompok tani Kertaraharja yang berusaha memanfaatkan lahan mereka dengan menanami lahan tadah hujan dengan tanaman palawija, dengan alasan tuntutan ekonomi. Para petani ini tetap bertani agar mereka tidak kehilangan mata pencaharian mereka sebagai petani dan merekan mengharapkan ada nya sebuah solusi yang dapat membantu mereka dalam mengelola lahan tadah hujan sehingga mereka dapat memanfaatkannya. Sebagian besar petani yang memanfaatkan lahan tadah hujan, menjadikan tanaman palawija sebagai komoditas utama pengganti padi karena jenis tanaman yang baik untuk lahan tadah hujan di Desa Gunajaya khususnya kampung Karangjaya adalah tanaman palawija jagung dan kacang-kacangan. Karena tanaman palawija ini tidak terlalu mengandalkan atau membutuhkan airnya begitu banyak sehingga jenis tanaman palawija sangat cocok ditanam dilahan tadah hujan yang mengganti padi. Para petani ini memanfaatkan lahan tadah hujannya dengan berbagai jenis tanaman palawija di Desa Gunajaya khusunya di kampung Karangjaya ini sangat beragam. Hampir semua petani menanam tanaman kacang kedelei, kacang tanah, jagung manis, singkong bahkan ada juga yang menanam sayuran seperti timun , tomat dan kacang buncis. Semua jenis tanaman tersebut tumbuh dengan baik dan menghasilkan panen yang bagus untuk mengganti tanaman padi. Masyarakat Desa Gunajaya terutaman yang mempunyai lahan tadah hujan khususnya di kampung Karangjaya ini sebagian besar lahannya ditanami dengan jagung manis. Para petani tertarik menanan tanaman jagung manis tersebut karena penghasilannya cukup besar dibandingkan dengan jenis tanaman palawija lainnya. Jenis tanaman jagung tersebut sangat cocok dilahan tadah hujan ini, karena tidak membutuhkan begitu banyak air. Sehingga petani de Desa Gunajaya ini sebagian beasrnya menanan tanaman jagung manis. Selain itu, kacang kedelai juga merupakan tanaman palawija yang paling banyak ditanam petani. Jenis tanaman kacang kedelei tidak lah sulit untuk ditanam, apa lagi ditanam di lahan tahad hujan yang berada di Desa Gunajaya. Para petani menanam jenis tanaman kacang kedelei tersebut sangatlah mudah, dengan hanya menanam, lalu
9
dibiarkan begitu saja selama kurang lebuh tiga bulan, maka tanaman tersebut bisa dipanen dengan baik. sehingga petani pun banyak yang memanfaatkan lahannya dengan menanam kacang kedelei. Jenis tanaman ini hanya mengandalkan air dari air hujan, meskipun tidak ada hujan yang turun maka tanaman tersebut bisa tumbuh begitu saja dengan baik. Kata petani bilang ini lah keunikan kacang kedelei dengan hanya menanam begitu saja dengan satu kali pemupukan setelah dua minggu ditanam, lalu sekurang-kurangnya selama tiga bulan kacang kedelei tersebut bisa dipanen dan hasilnya pun cukup baik. 4. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan tentang Pemanfaatan Lahan Tadah Hujan di Desa Gunajaya Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya, penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Potensi Lahan Tadah Hujan a. Luas lahan tadah hujan yang dimanfaatkan adalah 4,94 Ha yang dimiliki oleh 28 petani. b. Terdapat tiga sumberdaya air yaitu saluran irigasi Cikunten, sumur gali dan air serapan. Sumur gali dan air serapan menjadi andalan para petani ketika musim kemarau, karena saluran irigasi Cikunten tidak ada air sama sekali. c. Para petani memiliki sumberdaya yang rendah karena tingkat pendidikanya yang rendah. 2. Pemanfaatan lahan tadah hujan a. Padi sebagai tanaman pangan hanya ditanam di lahan yang lebih rendak karena mendapat pasokan air dari air serapan. b. Lahan tadah hujan dimanfaatkan dengan ditanami tanaman palawija, yaitu kacang kedelai, kacang tanah dan jagung.
10
5. DAFTAR PUSTAKA Arsyad, Sitanala.(2012).Konservasi Tanah dan Air.Bogor: IPB Press Hardjowigeno,Sarwono.(2010).Ilmu Tanah.Jakarta:Akademika Pressindo Jamulya,Suratman.Woro Suprojo.(1993).Pengantar Geografi Tanah.Yogyakatra: Universitas Gajah Mada. Nurmala,Tati,et.al.(2012).Pengantar Ilmu Pertanian.Yogyakarta:Graha Ilmu Sitorus, Santun R.P.(1996).Evaluasi Sumberdaya Lahan.Bandung:Tarsito Wahidah,Ii.(2013).Pengelolaah Lahan Sawah Tadah Hujan di Desa Cikadongdong Kecamatan Bojong Asih Kabupaten Tasikmalaya.Skripsi Program Studi Geografi Universitas Siliwangi Tasikmalaya.Tidak diterbitkan.
11