PEMANFAATAN UMBI GADUNG (DIOSCOREA HISPIDA DENNST) UNTUK INDUSTRI MAKANAN RINGAN KERIPIK DI DESA MALOMPONG KECAMATAN MAJA KABUPATEN MAJALENGKA Ivan Sopian1 (
[email protected]) Nedi Sunaedi2 (
[email protected]) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SILIWANGI TASIKMALAYA 2014
ABSTRACT IVAN SOPIAN . 2014. Utilization tuber of gadung ( Dioscorea hispida Dennst ) for Industrial Snack Chips in the Malompong village and district of Maja, Majalengka. Geography Education Program. Faculty of Teachers’ Training and Education. Siliwangi University. the background of this research is the use of tuber of gadung for snack chips located in the Malompong village and district of Maja, Majalengka. Gadung chips industry is an industry that uses the results of raw materials from agricultural that tuber of gadung pass through the different process from the others until become snacks like chip. processing of gadung become chips must correctly to remove toxic contained in gadung, so there will be no symptoms of poisoning when consumed . The main of the problem discussed was the use of gadung ( Dioscorea hispida Dennst ) for chips in the snack food industry Malompong village district of Maja, Majalengka and effort that can be done to improve the productivity of gadung chips industry in the Malompong village district of Maja, Majalengka. The method used is descriptive methods, technique of collecting the data are observation, interviews, documentation, literature. The sample of respondents consisted of 48 entrepreneur. While the processing and analysis of data using a simple percentage. The results showed that: the use of gadung ( Dioscorea hispida Dennst ) for the snack food industry is a gadung chips as raw material and begin the process of shelling, slicing, mixing with dust, immersion in water, drying and steaming. Efforts should be made to increase gadung chips industry is the supply of raw materials, the addition of capital, packaging innovation, and improve new strategies in marketing. For further researcher is expected to examine in depth and is expected to examine the things that have not been revealed in this thesis.
Keyword : Utilization of gadung, snack chips 1
Mahasiawa Program Studi Pendidikan Geografi, FKIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya
2
Dosen Progam Studi Pendidikan Geografi, FKIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan industri di Indonesia perlu didukung potensi-potensi yang sumberdaya alam dan sumberdaya manusia. Sumberdaya yang tersedia di alam dan hasil kegiatan primer yang dilakukan manusia, seringkali tidak dapat dikonsumsi atau digunakan secara langsung. Untuk itu diperlukan pengolahan dahulu agar nilai tambah barang tersebut meningkat, sehingga dapat dikonsumsi dengan aman atau dapat lebih mudah dimanfaatkan. Pemanfaatan sumber daya alam sangat penting dalam mewujudkan sesuatu yang bermanfaat apalagi dalam bidang industri. Pemanfaatan merupakan suatu cara atau suatu pemerdayaan agar bisa lebih bermanfaat dalam hasil yang akan dicapai dan bisa mendapatkan hasil yang bermanfaat untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan (Kamus Umum Bahasa Indonesia, 2008). Kabupaten Majalengka
merupakan kabupaten yang terletak di Provinsi
Jawa Barat. Kabupaten Majalengka banyak menyimpan potensi yang dapat dijadikan sebagai peluang usaha baik dibidang perkebunan, pertanian dan perindustrian. Seperti di Desa Malompong yang membuat peluang usaha dengan memanfaatkan umbi gadung untuk industri makanan ringan keripik. Desa
Malompong
Kecamatan
Maja
Kabupaten
Majalengka
memiliki
pengetahuann pengolahan gadung menjadi makanan ringan keripik gadung serta kondisi lahan yang dominan pesawahan dan perkebunan, Hal ini merupakan suatu keuntungan dengan kondisi masyarakat yang pada umumnya merupakan petani. Maka industri keripik gadung dapat dijadikan sebagai peluang usaha yang menjanjikan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat. Gadung merupakan tanaman sejenis umbi-umbian yang tumbuh merambat dan memanjat yang tingginya mencapai 5-20m, arah rambatannya berputar ke kiri (berlawanan dengan arah jarum jam). Dalam umbi gadung mengandung Alkoloid Dioskorin dan Hidrogen Sianida yang bersifat racun, Kadar Dioskorin dalam umbi gadung sekitar 0,044 % berat basah atau 0,221% berat kering. Dan Hidrogen Sianida dalam umbi gadung 400 mg sianida per kg. Dengan kandungan tersebut, Jika kita
Ivan Sopian dan Nedi Sunaedi, pemanfaatan umbi gadung untuk makanan ringan keripik
-2
mengkonsumsi umbi gadung dan racun tidak dihilangkan secara benar maka akan mengalami terganggunya sistem penapasan (sulit pernapasan), pusing dan mual. Industri keripik gadung merupakan bentuk industri rumah tangga (home industry) dengan skala relatif kecil yang perlu terus ditingkatkan dan dikembangkan karena dapat membantu meningkatkan pendapatan masyarakat. Industri makanan ringan keripik gadung yang berada di Desa Malompong Kecamatan Maja Kabupaten Majalengka terdapat 48 pengusaha pembuat keripik gadung. Kondisinya sekarang ini banyak kendala yang dihadapi para pengelola industri keripik gadung yaitu kurangnya modal, sulitnya mendapatkan bahan baku, kurangnya tenaga pekerja, dan pemasaran yang sulit. Usaha industri keripik gadung merupakan matapencaharian yang bisa meningkatkan ekonomi masyarakat khususnya di Desa Malompong Kecamatan Maja Kabupaten Majalengka. Oleh karena itu perlu diadakan upaya peningkatan produktivitasnya agar dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Tujuan Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui bagaimana proses pemanfaatan umbi gadung (Dioscorea Hispida Dennst) untuk industri makanan ringan keripik di Desa Malompong Kecamatan Maja Kabupaten Majalengka. 2) Untuk mengetahui Upaya apakah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksitivitas industri keripik gadung di Desa Malompong Kecamatan Maja Kabupaten Majalengka.
II. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Metode tersebut yaitu bertujuan untuk mengkaji masalah yang terjadi saat sekarang dengan cara mengumpulkan data, menyusun dan mengklasifikasikan data, kemudian dianalisa untuk membuktikan hipotesa yang diajukan. Metode yang digunakan yaitu teknik observasi dan wawancara mengenai keadaan sekarang ini yang sedang diteliti. Dengan menggunakan metode tersebut, penulis bertujuan untuk mengkaji tentang pemanfaatan umbi gadung (Dioscorea Hispida Dennst untuk industry makanan ringan keripik di Desa Malompong Kecamatan Maja Kabupaten Majalengka.
Ivan Sopian dan Nedi Sunaedi, pemanfaatan umbi gadung untuk makanan ringan keripik
-3
Populasi dalam penelitian ini adalah pengusaha industri keripik gadung yang berada di Desa Malompong sebanyak 48 pengusaha. Sampel yang penulis gunakan adalah sampel random Sederhana (Simple Random Sampling) dimana tiap-tiap unsur dalam dalam populasi tersebut memiliki probabilitas yang sama untuk dipilih. Seluruh pemilik usaha makanan ringan keripik gadung 48 orang, yang dijadikan sampel yaitu 100% (48 orang). Instrument pengumpulan data yang digunakan adalah pedoman observasi dan pedoman wawancara. Khusus dalam pedoman wawancara, penulis menggunakan alat penelitian ini secara tertutup, artinya semua alternatif jawaban disediakan penulis. Hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam pengolahan data, menghemat waktu dan untuk mengumpulkan data dan lebih mengarahkan penelitian.
III. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Proses Pemanfaatan Umbi Gadung (Dioscorea Hispida Dennst) untuk Industri Makanan Ringan Keripik Gadung di Desa Malompong Kecamatan Maja Kabupaten Majalengka Keripik gadung merupakan makanan ringan hasil pengolahan dari umbi gadung yang memiliki proses pembuatan yang khusus dan memakan waktu selama 3-7 hari. home Industry makanan ringan keripik gadung di Desa Malompong Kecamatan Maja Kabupaten Majalengka sudah berjalan cukup lama yaitu sekitar 10 tahun. Pada awalnya industri makanan ringan keripik gadung ini hanya digunakan untuk kebutuhan sendiri, karena matapencaharian utama masyarakat Desa Malompong adalah petani. Akan tetapi, seiring dengan perkembangan dalam pembangunan dan meningkatnya kebutuhan masyarakat maka industri makanan ringan keripik gadung ini berkembang menjadi industri rumahan atau industri kecil. Meskipun umbi gadung memiliki kandungan alkoholoid dioskorin dan hidrogen sianida yang dapat mengakibatkan keracunan pada manusia ketika dikonsumsi. Kadar alkoholoid dioskorin yang terkadung pada umbi gadung sebanyak 0,044% berat basah dan 0,221% berat kering, sedangkan kadar hidrogen sianida sekitar 400 mg per kg. Jika
Ivan Sopian dan Nedi Sunaedi, pemanfaatan umbi gadung untuk makanan ringan keripik
-4
seseorang mengkonsumsi umbi gadung segar atau salah dalam proses pengolahannya akibatya akan mengalami keracunan. Akibat keracunan tidak dirasakan langsung tetapi dapat mengganggu ketersediaan asam amino sulfur dan menurunkan ketersediaan iodium dalam tubuh. Hal ini karena HCN dalam tubuh akan bereaksi menjadi senyawa tiosianat dengan sulfur yang berasal dari asam amino metionin dan sistein dan senyawa tiosianat yang terbentuk akan menghambat penyerapan iodium pada kelenjar tyroid. Sehingga akan mengalami terganggunya sistem penapasan (sulit pernapasan), pusing dan mual. 1. Sebagai Bahan Baku Bahan baku untuk industri makanan ringan keripik gadung yaitu berasal umbi gadung. Yang merupakan sejenis umbi-umbian tapi tumbuh secara liar dan beracun, sehingga perlu dilakukan proses yang relatif lama dalam pengolahannya. Bahan baku industri makanan ringan keripik gadung diperoleh dengan cara membeli sendiri dari petani yang mengirim dari daerah luar desa seperti Desa Cengal dan Desa Nunuk yang khusus untuk bahan baku keripik gadung. Sedangkan harga bahan baku untuk membuat keripik pada saat ini termasuk pada kategori yang relatif murah karena harga bahan baku untuk pembuatan keripik relatif menetap dengan kisaran tidak ada kenaikan yang relatif tinggi, dengan harga Rp 30.000 per 50 kg gadung mentah. Tetapi proses untuk mendapatkan bahan baku terdapat kesulitan dalam memperoleh bahan baku. Karena bahan baku umbi gadung, musim tanamnya dipengaruhi oleh iklim dan curah hujan, sehingga ketika musim hujan gadung yang didapat dari petani hanya sedikit dan dengan ukuran yang relatif kecil. 2. Proses Pengolahan Berdasarkan hasil penelitian ketika umbi gadung dikupas, umbi gadung jangan dicuci dahulu dan pengupasan harus lebih tebal dari dagingnya agar getah dan racunnya tidak banyak tertempel. Lalu umbi yang sudah dikupas kemudian diiris dengan alat tradisional sugu, melalui alat ini dapat memudahkan mengiris gadung dengan cepat dan lebih tipis. Kemudian gadung yang sudah diiris diolesi oleh abu jerami yang sudah dicampur olah garam, untuk 50 kg gadung mentah memakai 10 bungkus garam yang dicampur pada abu. Proses ini merupakan cara untuk menghilangkan kandungan racun yang terdapat pada gadung. Setelah gadung
Ivan Sopian dan Nedi Sunaedi, pemanfaatan umbi gadung untuk makanan ringan keripik
-5
dicampur oleh abu kemudian gadung direndam padi air yang mengalir selama satu malam, setelah direndam kemudian dijemur sampai kering. Lalu gadung yang sudah kering dicuci sampai bersih dan direndam kembali pada air yang mengalir seperti sungai selama 6 jam. Untuk perendaman pada air yang mengalir menggunakan karung. Setelah proses perendaman pada air yang mengalir selama 6 jam gadung diambil dan kemudian direndam kembali pada air bersih yang harus mengalir juga. Dalam perendaman dilakukan dalam waktu satu malam dan sekali-kali airnya harus diganti dan dibersihkan agar racun benar-benar hilang. Setelah proses perendaman selama satu malam, gadung yang sudah bersih kemudian dicampur dengan bumbu-bumbuan, garam dan bawang putih sampai merata kemudian dikukus selama 30 menit. Setelah benar-benar dingin gadung tersebut kemudian dijemur kembali sampai benar-benar kering, setelah proses pengukusan dan dijemur sampai kering warna gadung akan berubah menjadi putih itu menandakan bahwa gadung sudah bersih dari racun. Setelah gadung benar-benar kering maka keripik gadung siap dibungkus dengan menggunakan plastik, keripik gadung yang telah dibungkus dan disusun rapi siap untuk dijual dan dipasarkan. 3. Pemasaran Hasil produksi industri makanan ringan keripik gadung di Desa Malompong banyak diminati oleh konsumen, tetapi kurangnya strategi pemasaran serta sarana prasarana dalam pemasaran mengakibatkan kurang efektif dalam kegiatan pemasaran. Berdasarkan hasil penelitian dan hasil jawaban responden, pengusaha biasanya memasarkan produksi keripik gadung ke daerah luar desa dan hanya sedikit yang dipasarkan ke luar kecamatan atau luar kabupaten. Pengusaha lebih banyak memasarkan hasil produksi keripik gadung ke luar desa dengan cara berkeliling dan untuk yang punya toko di pasar dijual di pasar Maja Selatan dan Maja Utara. Sedangkan untuk pemasaran ke luar kecamatan dan luar kabupaten pengusaha menjualnya kepada pemborong yang datang ke Desa Malompong, untuk ke luar kabupaten pemborong biasanya datang dari daerah Cirebon, Sumedang dan Kuningan. Oleh karena itu, diperlukan adanya strategi baru dalam pemasaran agar industri keripik gadung dapat berkembang dan meningkat produktivitasnya.
Ivan Sopian dan Nedi Sunaedi, pemanfaatan umbi gadung untuk makanan ringan keripik
-6
Upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produksitivitas industri keripik gadung di Desa Malompong Kecamatan Maja Kabupaten Majalengka Berdasarkan hasil penelitian yang berhubungan dengan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas industri makanan ringan keripik gadung di Desa Malompong Kecamatan Maja Kabupaten Majalengka. 1. Penyediaan Bahan Baku Bahan mentah atau bahan Baku merupakan sumber terpenting dalam kelangsungan dan kelancaran produksi, karena banyak dan sedikitnya bahan baku sangat mempengaruhi kelangsungan dan kelancaran produksinya. Bahan baku dari keripik gadung adalah umbi gadung, gadung merupakan tanaman liar yang biasa tumbuh di hutan dan pekarangan. Para pengusaha keripik gadung tersebut tidak memiliki perkebunan sendiri sehingga membeli dari petani luar desa seperti Desa Cengal dan Desa Nunuk dan hanya sebagian yang memiliki perkebunan sendiri. Untuk saat ini untuk perkebunan umbi gadung di Desa malompong hanya menghasil 8 ton/tahun. Maka dari itu peran pemerintah dan keinginan masyarakat sangat penting untuk memberikan bantuan dengan cara memberikan penyuluhan tentang meningkatkan dan membudidayakan perkebunan gadung di Desa Malompong Kecamatan Maja Kabupaten Majalengka.. 2. Penambahan Modal Upaya untuk modal dari sumber lain diperoleh dari melakukan patungan, meminjam dari pengusaha lain dan meminjam dari Bank. Akan tetapi dari hasil patungan tersebut sifatnya terbatas, tidak selalu ada dan tidak selalu besar jumlahnya. Sedangkan peminjaman ke Bank, para pengusaha mempunyai kendala yaitu terbentur dengan persyaratan atau peraturan yang terlalu rumit yang diberlakukan oleh pihak Bank. Meskipun adanya program Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang persyaratan dan peraturan tidak terlalu rumit tapi para pengusaha memiliki ketakutan atau kendala dalam proses pembayarannya. Oleh karena itu bantuan pemerintah atau peran pemerintah sangat diperlukan untuk memberikan penanaman modal atau investor maupun yang lainnya, dalam usaha atau cara penambahan modal.
Ivan Sopian dan Nedi Sunaedi, pemanfaatan umbi gadung untuk makanan ringan keripik
-7
3. Inovasi Kemasan Pada dasarnya setiap pengusaha industri keripik gadung yang menjadi sumber data penelitian ini memberikan keterangan yang sama soal kemasan keripik gadung. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada industri keripik gadung yang menjadi sampel penelitian rata-rata memiliki penuturan yang hampir sama bahwa hampir banyak pengusaha keripik gadung tidak memiliki cap dan kemasan masih sederhana dengan menggunakan plastik. Sebagian besar pengusaha keripik gadung menjual keripik gadung kepada pemborong dalam satu kantung plastik besar yang berisi 4-5 kilogram dengan harga Rp 20.000 per kg, sedangkan pengusaha yang lain ada yang menjual dengan dengan kantung plastik kecil dengan harga Rp 15.000 per setengah kilogramnya. Kurangnya modal dan kurangnya kreatif pengusaha mengakibatkan tidak adanya hal baru dan unik dalam kemasan keripik gadung. Maka dari itu pemerintah berperan dalam memberikan bantuan berupa modal ataupun penyuluhun tentang home insdustry, serta kreatif para pengusaha yang diperlu ditingkatkan agar bisa menambahkan inovasi baru dalam kemasan keripik gadung.. 4. Memperbaiki Strategi Baru Pemasaran Memperbaiki strategi baru dalam pemasaran yang dimaksud disini adalah dengan cara memperluas pemasaran dan adanya bantuan sarana prasarana pemasaran. Karena dari hasil jawaban responden sebelumnya diketahui bahwa sebagian besar para pengusaha keripik gadung hanya memasarkan hasil produksinya di wilayah Desa Malompong dan hanya sebagian kecil yang sudah mampu menjual ke luar desa, oleh karena itu, perlu adanya perluasan pemasaran supaya daerah pemasaran produksi keripik gadung tidak hanya mencakup daerah Desa Malompong saja, tetapi bisa sampai ke daerah-daerah yang lebih luas lagi. Dalam upaya untuk memperluas pemasaran, tentu saja peran pemerintah sangat diperlukan. Adapun cara-cara yang dilakukan untuk memperluas pemasaran home industry keripik gadung di Desa Malompong Kecamatan Maja Kabupaten Majalengka yaitu dengan cara membuka jaringan pemasaran baru, mencari mitra bisnis, membuat cabang industri keripik gadung, melakukan promosi, dan kebanyakan pengusaha menjawab atau berpendapat bahwa membuka jaringan pemasaran baru merupakan cara dalam memperluas pemasaran.
Ivan Sopian dan Nedi Sunaedi, pemanfaatan umbi gadung untuk makanan ringan keripik
-8
Selain memperluas pemasaran, memperbaiki strategi baru dalam pemasaran yang diperlukan oleh para pengusaha keripik gadung adalah dengan adanya bantuan sarana prasarana pemasaran. Karena dari hasil jawaban responden sebelumnya diketahui bahwa sebagian besar para pengusaha keripik gadung juga mempunyai kesulitan dalam penggunaan sarana prasarana pemasaran dan hanya sebagian kecil yang sudah mempunyai sarana dan prasarana milik sendiri. Oleh karena itu perlu adanya bantuan pemerintah dalam mengatasi masalah sarana prasarana ini, sehingga home industry keripik gadung di Desa Malompong dapat meningkat produktivitasnya. Dan kebanyakan para pengusaha menjawab atau berpendapat bahwa bantuan pemerintah dalam penggunaan sarana prasarana pemasaran merupakan cara untuk memperbaiki strategi baru dalam pemasaran keripik gadung di Desa Malompong.
IV. SIMPULAN
Beradasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikaji dan ditelaah, maka peneitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Proses Pemanfaatan Umbi Gadung (Dioscorea Hispida Dennst) untuk Industri Makanan Ringan Keripik Gadung di Desa Malompong Kecamatan Maja Kabupaten Majalengka Industri keripik gadung merupakan industri yang memakai bahan baku hasil dari pertanian yaitu umbi gadung yang melalui proses pembuatan yang khusus sehingga menjadi makanan ringan berupa keripik. proses pengolahan menjadi keripik gadung harus sangat benar dalam menghilangkan racun yang terdapat dalam umbi gadung sehingga tidak akan terjadi gejala keracunan ketika mengkonsumsinya. Gadung yang merupakan bahan baku keripik gadung merupakan tanaman liar yang tumbuh di hutan dan perkarangan, gadung memiliki kandungan alkoloid dioscorin dan hidrogen sianida yang merupakan zat racun,
jika
mengkonsumsi
secara
langsung
bisa
mengakibatkan
terganggunya saluran pernapasan, mual dan pusing.
Ivan Sopian dan Nedi Sunaedi, pemanfaatan umbi gadung untuk makanan ringan keripik
-9
Oleh karena itu, untuk dapat mengkonsumsinya harus melalui beberapa proses agar bisa menjadi keripik gadung dan dapat dikonsumsi. Pengelohan keripik gadung biasanya memakan waktu 3-4 hari karena adanya proses penghilangan zat racun yang terdapat pada umbi gadung, proses dimulai dari pengupasan, pengirisan, pencampuran gadung dengan abu jerami, perendaman, pencucian, penjemuran dan pengukusan. Keripik gadung yang sudah jadi dijual dengan harga Rp 30.000 per kg. 2. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksitivitas industri keripik gadung di Desa Malompong Kecamatan Maja Kabupaten Majalengka a.
Penyediaan Bahan Baku Berdasarkan hasil penelitian bahan baku keripik gadung di Desa Malompong lebih banyak diperoleh dari luar Desa, seperti desa Cengal dan Desa Nunuk dan hanya sebagian yang memiliki perkebunan gadung milik sendiri. Untuk saat ini untuk perkebunan umbi gadung di Desa malompong hanya menghasilkan 8 ton/tahun. Maka dari itu peran pemerintah dan keinginan masyarakat sangat penting untuk memberikan bantuan dengan cara memberikan penyuluhan tentang meningkatkan dan membudidayakan perkebunan gadung di Desa Malompong Kecamatan Maja Kabupaten Majalengka
b.
Penambahan Modal Berdasarkan hasil penelitian di Desa Malompong penambahan modal untuk industri keripik gadung sangat dibutuhkan, jawaban responden akan perlunya penambahan modal sebanyak 68,75% dan jawaban sangat perlu sebanyak 31,25%. Dan jawaban mengenai cara penambahan modal sebanyak 66,67% mencari investor atau penanam modal dan sebanyak 12,48% menjawab memudahkan peminjaman ke Bank. Maka dapat ditarik kesimpulan, peran pemerintah dan keinginan masyarakat sendiri sangat diperlukan dalam penambahan modal bagi industri makanan ringan keripik gadung di Desa Malompong.
Ivan Sopian dan Nedi Sunaedi, pemanfaatan umbi gadung untuk makanan ringan keripik
- 10
c.
Inovasi Kemasan Berdasarkan hasil penelitian jawaban responden tentang kemasan hampir relatif sama dengan menggunakan plastik dan hanya sedikit yang sudah memiliki cap. Sebagian besar pengusaha keripik gadung menjual keripik gadung kepada pemborong dalam satu kantung plastik besar yang berisi 4-5 kilogram dengan harga Rp 20.000 per kg, sedangkan pengusaha yang lain ada yang menjual dengan dengan kantung plastik kecil dengan harga Rp 15.000 per setengah kg. Kurangnya modal dan kurangnya kreatif para pengusaha mengakibatkan tidak adanya hal baru dan unik dalam kemasan keripik gadung. Maka dari itu pemerintah berperan dalam memberikan bantuan berupa modal ataupun penyuluhun tentang home insdustry, serta kreatif para pengusaha yang diperlu ditingkatkan agar bisa menambahkan inovasi baru dalam kemasan keripik gadung
d.
Memperbaiki Strategi Baru Pemasaran Strategi yang baru yang dimaksud adalah dengan memperluas pemasaran dan penambahan sarana prasarana pemasaran. Dari hasil jawaban responden sebanyak 62,5% menjawab perlu dan 37,5 menjawab sangat perlu memperluas pemasaran, pada umumnya responden atau pengusaha berpendapat perluasan pemasaran dengan cara membuka jarinngan pemasaran baru sebanyak 41,67%, dan bantuan pemerintah dalam menambah dan membantu penambahan sarana prasarana dalam pemasaran agar dapat meningkatkan produktivitas makanan ringan keripik gadung.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurachmat, I. (1998). Geografi Industri. Bandung : Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS IKIP. Bintarto, R dan Surastopo Hadisumarno, 1979. Metode Analisis Geografi.
Jakarta:
LP3ES. Nasution, S. (2011). Metode Research. Jakarta : Bumi Aksara.
Ivan Sopian dan Nedi Sunaedi, pemanfaatan umbi gadung untuk makanan ringan keripik
- 11
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kulaitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta. Gardjito, Murdijat, Anton Djuwardi dan Eni Harmayani. (2013) Pangan Nusantara Karakteristik dan Prospek untuk Percepatan Diversifikasi Pangan. Jakarta : Kencana Prenada Media Grup.
Ivan Sopian dan Nedi Sunaedi, pemanfaatan umbi gadung untuk makanan ringan keripik
- 12