PENGARUH KONVERSI LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MENJADI LAHAN PERKEBUNAN COKLAT (THEOBROMA CACAO L) TERHADAP PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT DESA BATUSUMUR KECAMATAN MANONJAYA KABUPATEN TASIKMALAYA Drs. H. Nedi Sunaedi, M.Si 1 (
[email protected]) Agus Setiawan 2 (
[email protected]) Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Tasikmalaya
ABSTRACT This Research of background by the hoisterous of displacing function (konversi) which is is ordinary to be cultivated by paddy (gogo) become plantation of chocolate (kakao) in Countryside of Batusumur District of Manonjaya Sub-Province of Tasikmalaya. Generally farmer in Countryside of Batusumur have started displace function (konversi) become plantation of chocolate ( kakao) because earnings of lower farmer compared to the expense of management of rice field farm, usage of manure, eradication of pest, and conservancy of paddy harvest. Problems the studied is (1) geographical Factors any kind of influencing wet ricefield dependant to rain farm conversion become farm plantation of chocolate ( kakao) in Countryside of Batusumur District of Manonjaya Sub-Province of Tasikmalaya? (2) How influence convert wet ricefield dependant to rain farm become farm plantation of chocolate (kakao) to make-up of society economics in Countryside of Batusumur District of Manonjaya Sub-Province of Tasikmalaya? Target of this research is (1) Knowing geographical factors which influence wet ricefield dependant to rain farm conversion become farm plantation of chocolate (kakao) in Countryside of Batusumur District of Manonjaya Sub-Province of Tasikmalaya. (2) Knowing influence convert wet ricefield dependant to rain farm become farm plantation of chocolate (kakao) to make-up of Countryside society economics of Batusumur District of Manonjaya Sub-Province of Tasikmalaya. Method Research the used is quantitative method, with technique intake of technique sampel of sampel saturated. Research Sampel counted 20 brown farmer (kakao). Data obtained to through observation, documentation study and interview provided with data of sekunder from various source of relevant. Data the gathered to be to be processed to pass technique analyse quantitative descriptive data with percentage technique. Result of research conclude that (1) Factor physical like land;ground, temperature or climate, rainfall and water in research area represent supplementary factor in brown conducting ( kakao), and factor which do not support is rainfall. (2) Factor of is non physical supporting in brown conducting (kakao) among others : knowledge and skill of farmer, capital, conservancy, and crop of psca harvest and top-drawer factor is knowledge factor and skill. (3) Make-Up of society economics in Countryside of Batusumur District of Manonjaya Sub-Province of Tasikmalaya known by the existence of memory earnings of farmer which initialy its farm is cultivated with paddy (gogo) is later;then cultivated by chocolate ( kakao), seen from net earning of month;moon. net earning cultivated by paddy equal to Rp 125.000,00 / months of sedangakan cultivated by chocolate (kakao) reach Rp 727.500,00 / months. keyword: Conversion Farm Wet Ricefield Dependant To Rain, Cultural of Chocolate (Kakao), Earnings.
1 | Nedi Sunaedi dan Agus Setiawan, Pendapatan
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh maraknya alih fungsi (konversi) lahan pesawahan tadah hujan yang biasa ditanami padi (gogo) menjadi perkebunan coklat (kakao) di Desa Batusumur Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya. Umumnya petani di Desa Batusumur sudah mulai melakukan alih fungsi (konversi) sawah tadah hujan menjadi perkebunan coklat (kakao) karena pendapatan yang diperoleh petani lebih rendah dibandingkan dengan biaya pengelolaan lahan sawah, pemakaian pupuk, pemberantasan hama, dan pemeliharaan padi sampai panen. Permasalahan yang dibahas adalah (1) Faktor-faktor geografis apa saja yang mempengaruhi konversi lahan pesawahan tadah hujan menjadi lahan perkebunan coklat (kakao) di Desa Batusumur Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya? (2) Bagaimana pengaruh konversi lahan sawah tadah hujan menjadi lahan perkebunan coklat (kakao) terhadap peningkatan ekonomi masyarakat di Desa Batusumur Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya? Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengetahui faktor-faktor geografis yang mempengaruhi konversi lahan sawah tadah hujan menjadi lahan perkebunan coklat (kakao) di Desa Batusumur Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya. (2) Mengetahui pengaruh konversi lahan sawah tadah hujan menjadi lahan perkebunan coklat (kakao) terhadap peningkatan ekonomi masyarakat Desa Batusumur Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, dengan teknik pengambilan sampel teknik sampel jenuh. Sampel penelitian seluruh petani coklat (kakao) yaitu 20 petani. Data diperoleh melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi yang dilengkapi dengan data sekunder dari berbagai sumber yang relevan. Data yang terkumpul diolah melalui teknik analisis data deskriptif kuantitatif dengan teknik persentase. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa (1) Faktor fisik seperti tanah, iklim atau suhu, air dan curah hujan di daerah penelitian merupakan faktor pendukung dalam budidaya coklat (kakao), dan faktor yang tidak mendukung adalah curah hujan. (2) Faktor non fisik yang mendukung dalam budidaya coklat (kakao) diantaranya : pengetahuan dan keterampilan petani, permodalan, pemeliharaan, panen dan psca panen dan faktor yang paling penting adalah adalah faktor pengetahuan dan keterampilan. (3) Peningkatan ekonomi masyarakat di Desa Batusumur Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya diketahui adanya peningatan pendapatan petani yang semula lahannya ditanami dengan padi (gogo) kemudian ditanami coklat (kakao), dilihat dari pendapatan bersih perbulan. pendapatan bersih dengan ditanami padi sebesar Rp 125.000,00 / bulan sedangakan dengan ditanami coklat (kakao) pendapatan bersihnya mencapai Rp 727.500,00 / bulan. Kata Kunci : Konversi Lahan Sawah Tadah Hujan, Budaya Coklat (Kakao), Pendapatan
2 | Nedi Sunaedi dan Agus Setiawan, Pendapatan
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan nasional secara keseluruhan. Pembangunan sektor pertanian ini sangat penting karena menyangkut hajat hidup lebih dari setengah penduduk Indonesia yang menguntungkan perekonomian keluarga pada sektor ini. Sehingga wajar pemerintah memprioritaskan pembangunan pada sektor pertanian yang didukung oleh sektor-sektor lainnya. Sejalan dengan tujuan utama pembangunan nasional yaitu untuk meningkatkan taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan seluruh rakyat. Maka dalam pembangunan pertanian kesejahteraan petani perlu mendapat perhatian dan tingkat pendapatan yang meningkat bisa dijadikan salah satu indikator kesejahteraan petani. Indonesia dikenal sebagai negara agraris artinya pertanian memegang peranan penting dari seluruh perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan banyaknya penduduk yang hidup dan bekerja pada sektor pertanian atau dari produk nasional yang berasal dari pertanian. Oleh karena itu pembangunan bangsa dititikberatkan pada sektor pertanian. Komoditas bidang pertanian di pasaran internasional yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional adalah tanaman coklat (Theobroma cacao L). Coklat diberi nama Theobroma cacao yang dalam bahasa Yunani Theos berarti dewa sedangkan Broma berarti santapan. Jadi, Theobroma berarti santapan para dewa. Tanaman kakao bukan tanaman asli Indonesia. Tanaman tersebut diperkirakan berasal dari lembah hulu sungai Amazon, Amerika Selatan yang dibawa masuk ke Indonesia melalui Sulawesi Utara oleh bangsa Spanyol sekitar tahun 1560. Salah satu sub-sektor di sektor pertanian adalah sub-sektor lahan pesawahan. Lahan pesawahan memiliki arti penting, yakni sebagai media aktivitas bercocok tanam guna menghasilkan bahan pangan pokok (khususnya padi) bagi kebutuhan umat manusia, namun untuk lahan sawah tadah hujan pada umumnya hanya ditanami padi sekali dalam setahun, ketika musim hujan. Sedangkan pada musim kemarau sebagian diantaranya tidak ditanami. Dibeberapa daerah, lahan tidur akibat keterbatasan air dan pengelolaan
yang
tidak
benar sehingga
banyak
pengembalaan ternak.
3 | Nedi Sunaedi dan Agus Setiawan, Pendapatan
dimanfaatkan
sebagai
area
Umumnya petani di Desa Batusumur sudah mulai melakukan alih fungsi (konversi) sawah tadah hujan menjadi perkebunan coklat (Theobroma cacao L). Konversi lahan dapat diartikan sebagai perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang membawa dampak negatif (masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri (Utomo dkk, 1992). Karena pendapatan yang diperoleh petani lebih rendah dibandingkan dengan biaya pengelolaan lahan sawah, pemakaian pupuk, pemberantasan hama, dan pemeliharaan padi sampai panen. Namun seiring perkembangan zaman dan dinamika gerak langkah pembangunan serta pertumbuhan jumlah penduduk, penggunaan lahan mulai terusik. Salah satu permasalahan yang cukup terkait dengan keberadaan tanaman padi adalah makin maraknya alih fungsi lahan pesawahan (konversi) menjadi perkebunan coklat (Theobroma cacao L). Sebagian besar perubahan lahan yang terjadi mengalami peningkatan dengan beberapa alasan terutama kebutuhan investasi untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Data konversi sawah tadah hujan menjadi perkebunan coklat (Theobroma cacao L), Sawah tadah hujan yang di konversi ke lahan perkebunan coklat (kakao) mencapai 12 ha Berdasarkan observasi penyebab perubahan lahan sawah menjadi perkebunan coklat (kakao) yang dilakukan masyarakat diduga karena hasil pertanian padi sawah tidak menjamin untuk kesejahtaraan keluarga dan tidak mencukupi untuk biaya pendidikan anak. Selain dari itu bagi masyarakat yang menanam padi juga mendapat kendala seperti hama yang sewaktu–waktu menyerang padi, dan juga menurut beberapa sumber semangkin maraknya perubahan lahan sawah menjadi perkebunan coklat (kakao) terjadi karena kendala irigasi yang tidak ada karena sumber air yang hanya mengandalkan dari air hujan setiap tahunnya. Seiring dengan itu, tidak menutup kemungkinan untuk beberapa tahun ke depan lahan pesawahan di Desa Batusumur Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya akan semakin menyempit, apabila minat petani dalam melakukan perubahan lahan persawahan menjadi perkebunan coklat (kakao) semakin tinggi, akibatnya produksi padi di Desa Batusumur akan menurun karena lahan pesawahan menyempit. Selain itu kondisi lahan mengalami tandus, padas (padat dan keras), hal ini
4 | Nedi Sunaedi dan Agus Setiawan, Pendapatan
disebabkan akar tunggang tanaman coklat (kakao) panjang dan akar-akar lateral meluas di sekitar tanaman dan banyak. Berdasarkan penomena tersebut maka penulis tertarik untuk mencoba mengadakan penelitian dengan mengambil judul “Pengaruh Konversi Lahan Sawah Tadah Hujan Menjadi Lahan Perkebunan Coklat (Theobroma cacao L) Terhadap Peningkatan Ekonomi Masyarakat Desa Batusumur Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya” Setiap kegiatan yang terencana mempunyai tujuan nyata dan terarah sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini antara lain : 1. Mengetahui faktor-faktor geografis yang mempengaruhi konversi lahan sawah tadah hujan menjadi lahan perkebunan coklat (kakao) di Desa Batusumur Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya. 2. Mengetahui pengaruh konversi lahan sawah tadah hujan menjadi lahan perkebunan coklat (kakao) terhadap peningkatan ekonomi masyarakat Desa Batusumur Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya.
METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifatsifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Penulis mencoba memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai pengaruh konversi lahan sawah tadah hujan menjadi lahan perkebunan coklat terhadap peningkatan ekonomi masyarakat di Desa Batusumur Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya.
PEMBAHASAN 1. Faktor Geografis yang mempengaruhi Konversi Lahan Sawah Tadah Hujan Menjadi perkebunan Colat (Kakao)
a. Faktor Fisik Kesesuaian lahan sangat berpengaruh terhadap berhasil tidaknya suatu usahatani diantaranya sebagai berikut :
5 | Nedi Sunaedi dan Agus Setiawan, Pendapatan
1) Jenis Tanah Tanaman coklat (kakao) dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik pada jenis tanah latosol dan regosol dan dapat tumbuh secara maksimal di kisaran pH (keasaman tanah) 4,0 - 8,5. Jenis tanah yang ada di Desa Batusumur adalah tanah regosol dengan tekstur lempung liat dan mengandung krikil dengan pH 6 – 7. ini sesuai untuk tumbuhnya tanaman coklat (kakao). 2) Air. Tanaman coklat (kakao) membutuhkan suplai air yang cukup, terhindar dari banjir dan air yang menggenang. Kondisi air di Desa Batusumur baik dan tidak pernah banjir karena
topografinya yang dominan berbukit, kondisi
tersebut sesuai untuk tanaman coklat (kakao). 3) Iklim atau Suhu. Tanaman coklat (kakao) dapat tumbuh dan berkembang pada ketinggian kurang dari 300 meter dari permukaan laut dengan suhu maksimal sekitar 30-32˚C sedangkan suhu minimum sekitar 18-21˚C. Suhu yang ada di Desa Batusumur sesuai untuk tumbuhnya tanaman coklat (kakao) karena berada pada ketinggian 245 meter dari permukaan laut dan suhu minimum 18˚C. 4) Curah hujan. Curah hujan yang ideal untuk tanaman coklat (kakao) adalah daerah-daerah bercurah hujan antara 1.100 – 3.000 mm per tahun. Curah hujan di Desa Batusumur adalah 4.032 mm/bulan Curah hujan ini cukup sesuai untuk tumbuhnya tanaman coklat (kakao). b. Faktor Non Fisik 1) Pengetahuan. Pengetahuan dan keterampilan tentang tanaman coklat (kakao) akan berpengaruh terhadap cara pembudidayaan ataupun dalam mengolah sumberdaya alam. Peningkatan pengetahuan keterampilan ini sangatlah penting, guna mengejar tercapainya taraf hidup yang lebih baik, lebih dari setengahnya (70% atau 14 responden) mengetahui tentang penanaman dan pemeliharaan coklat (kakao) dan kurang dari setengahnya (30% atau 6 responden) sedikit. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengetahuan tentang budidaya coklat (kakao) kebanyakan petani sudah tahu. Lebih dari setengahnya pengetahuan dan keterampilan dalam budidaya coklat (kakao) diperoleh dari pihak tetangga mencapai 70%, disebab karena melihat potensi usaha tani coklat (kakao) didaerah lain sangat bagus.
6 | Nedi Sunaedi dan Agus Setiawan, Pendapatan
2) Modal. Modal adalah barang atau uang yang bersama-sama dengan faktor produksi lain dan tenaga kerja serta pengelolaan menghasilkan barang-barang baru, yaitu produksi pertanian. Besar modal awal yang dikeluarkan para petani tergantung dari luas lahan yang akan di tanamai coklat (kakao), untuk melakukan usahatani coklat (kakao) 70% petani membutuhkan modal awal kurang dari Rp 5.000.000,00 per hektar. Jumlah ini merupakan modal yang terkecil. Usahatani coklat (kakao) dilaksanakan petani menggunakan modal secukupnya sesuai dengan luas lahan. Asal modal petani coklat (kakao) di Desa Batusumur diketahui bahwa semua petani yaitu 100% mengeluarkan modal untuk usahatani coklat (kakao) mengeluarkan modal sendiri. Biaya sarana produksi diperoleh dengan menghitung berdasarkan jumlah biaya sarana produksi yang dikeluarkan dalam satu tahun. Biaya sarana produksi meliputi biaya pupuk dan biaya obat pemberantas hama dan tenaga kerja. Diketahui bahwa sebagian besar responden (petani) sebanyak 16 orang atau 80% yang menghabiskan biaya untuk sarana produksi coklat (kakao) dalam waktu satu tahun kurang dari Rp 420.000, dan 3 orang atau 15% petani coklat (kakao) dalam satu tahun untuk biaya sarana produksi lebih dari 420.000. dan 1 orang atau 5%, petani coklat (kakao) yang mempunyai lahan yang luas, luasnya 1 Ha menghabiskan biaya untuk sarana produksi 840.000 per tahunnya. Penguasaan lahan untuk usahatani coklat (kakao) masih relatif sempit atau terbatas sehingga biaya yang dikeluarkan juga sedikit. Sebagian besar petani menggunakan pupuk kandang yang berasal dari ternaknya sendiri sehingga petani coklat (kakao) hanya mengeluarkan biaya untuk membeli pupuk kimia (pabrik). Beberapa petani menggunakan obat pemberantas hama atau insektisida. Petani cukup melakukan pemangkasan dalam mengatasi hama sehingga biaya yang dikeluarkan petani tidak banyak. 3) Pemeliharaan. Dari hasil penelitian dalam proses pemeliharaan tanaman yang dilakukan responden (petani) diketahui seluruh responden dalam segi pengairan hanya mengandalkan air hujan, pemangkasan dilakukan untuk mendapatkan pertumbuhan tajuk yang seimbang dan kukuh serta mengurangi kelembaban dan menghilangkan tunas air pada batang poko atau cabangnya. Responden tidak begitu memperhatikan pohon coklatnya (kakao), yang di
7 | Nedi Sunaedi dan Agus Setiawan, Pendapatan
perhatikan pohon coklat (kakao) berbuah atau tidak. Hama yang biasa menyerang tanaman coklat (kakao) di Desa Batusumur diketahui bahwa 70% dari jumlah responden menyatakan tanaman coklat (kakao) diserang hama busuk buah, pengendalian hama tersebut hanya membuang buah yang terserang agar tidak menyebar ke buah yang lain. Sedangkan hama kanker batang 10% dan ulat 5% pengendaliannya dengan mengerok bagian batang yang terserang sampai batas yang sehat, kemudian disemprot dengan menggunakan kulater. 4) Panen dan Pasca Panen. Buah coklat (kakao) sejak mulai dari bunga sampai pembuahan hingga buah menjadi matang dan siap dipanen memerlukan waktu sekitar 6 bulan, panen dilakukan 7-14 hari sekali. Diketahui 75% responden melaksanakan pemanenan coklat (kakao) sebanyak 2 – 4 kali dalam satu bulan, karena coklat (kakao) tidak pernah berhenti berbuah bahkan kalanya ada musimnya ketika berbuah lebat. Sebagian besar petani coklat (kakao) juga melakukan fermentasi. Fermentasi dilakukan dengan memasukkan biji coklat (kakao) ke dalam wadah atau tempat, kebanyakan petani atau responden menggunakan palkon besar bekas cat tembok selama satu sampai dua hari. Pencucian biji coklat (kakao) dimaksudkan untuk mengurangi kadar pulp. Pencucian yang terbaik dilakukan sampai setengah bersih saja. Penjemuran coklat (kakao) dilakukan secara tradisional menggunakan tampian (nyiru) dan hanya mengandalkan panas matahari. 5) Pemasaran. Sistem pemasaran atau penjualan hasil pertanian merupakan bentuk usaha yang memiliki kecenderungan baik bagi penciptaan kesempatan usaha bagi para petani. Maka dengan adanya proses penjualan hasil, para petani akan memilih cara penjualan yang lebih efektif. Sebagian besar hasil produksi coklat (kakao) dijual sendiri oleh para petani ke tengkulak sebanyak 15 orang atau 75%, karena hasil panennya sedikit, disebabkan keterbatasan lahan yang dimiliki relatif sempit atau kecil. Dan yang dijual ke pasar terdekat sebanyak 5 responden atau 25% karena panennya cukup melimpah dikarnakan memiliki lahan luas.
8 | Nedi Sunaedi dan Agus Setiawan, Pendapatan
2. Pengaruh Konversi Lahan Sawah Tadah Hujan Menjadi Lahan Perkebunan Coklat (kakao) Terhadap Peningkatan Ekonomi Masyarakat Peningkatan ekonomi masyarakat diartikan sebagai proses perubahan kondisi di bidang ekonomi diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan pada masyarakat khususnya petani yang mengkonversikan lahan sawah tadah hujan menjadi lahan perkebunan coklat (kakao). a. Peningkatan Pendapatan Pendapatan merupakan hasil yang di peroleh dalam satu kali proses produksi dan hanya dapat di ketahui setelah biaya – biaya produksi dan penerimaannya juga diketahui. Pendapatan responden dalam penelitian ini meliputi pendapatan usahatani coklat (kakao). Pendapatan responden dihitung berdasarkan jumlah pendapatan yang diperoleh responden selama satu bulan. Menunjukkan bahwa usahatani coklat (kakao) di Desa Batusumur hanya 5% dari jumlah responden saja yang mempunyai produktivitas lebih dari Rp 2.000.000,00 per bulan, dan 80% atau mempunyai pendapatn kurang dari 1.000.000,00 per bulan. Hal ini dipengaruhi oleh luas lahan yang digarap atau yang dimiliki oleh responden (petani). b. Perbandingan Pendapatan Petani yang Semula Ditanami Padi dan Sekarang Ditanami Coklat (kakao) Perbandingan pendapatan dalam penelitian ini merupakan pendapatan yang diperoleh responden dari hasil pertanian padi dengan coklat (kakao) selama satu tahun, dapat diketahui bahwa hasil produksi lahan dengan ditanami padi dalam satu bulan yang memiliki lahan kurang dari 0,5 Hektar yaitu sekitar 16 responden atau 80% dan memperoleh pendapatan kurang dari Rp 500.000,00, selanjutnya yang memiliki lahan antara 0,5 sampai dengan 1 hektar yaitu sekitar 3 responden atau 15% dan memperoleh pendapatan rata-rata Rp 1.000.000,00. Dan yang memiliki lahan lebih dari 1 hektar yaitu 1 responden atau 5% dan memperoleh pendapatan Lebih dari Rp 1.000.000,00. Jadi kalau dirata–ratakan dari pendapatan lahan dengan ditanami padi seluruh responden (20 petani) dalam satu bulan adalah Rp 500.000,00 itu belum termasuk biaya produksi (tenaga kerja, pemupukan dan obat pembasi hama) yang mencapai Rp 375.000,00. Jadi pendapatan beresih lahan dengan ditanami padi per bulan adalah Rp 125.000,00.
9 | Nedi Sunaedi dan Agus Setiawan, Pendapatan
Sedangkan hasil produksi coklat (kakao) dalam satu bulan yang memiliki lahan kurang dari 0,5 Hektar yaitu sekitar 16 responden atau 80% dan memperoleh pendapatan kurang dari Rp 1.000.000,00, selanjutnya yang memiliki lahan antara 0,5 sampai dengan 1 hektar yaitu sekitar 3 responden atau 15% dan memperoleh pendapatan rata-rata Rp 2.000.000,00. Dan yang memiliki lahan lebih dari 1 hektar yaitu 1 responden atau 5% dan memperoleh pendapatan Lebih dari
Rp 2.000.000,00. Jadi kalau dirata–ratakan dari pendapatan lahan dengan
ditanami coklat (kakao) seluruh responden (20 petani) dalam satu bulan adalah Rp 769.500,00 dikurangi biaya produksi Rp 42.000,00, biaya produksi untuk tanaman coklat (kakao) tidak terlalu banyak dikarnakan dari segi pengolahan tidak terlalu sulit dan pemupukan juga jarang dilakukan. Jadi pendapatan beresih petani coklat (kakao) per bulan adalah Rp 727,500,00. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil produksi padi kalah unggul dibandingkan dengan produksi coklat (kakao). SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Dalam bagian ini akan membahas kesimpulan dari hasil analisis penelitian tentang “Pengaruh Konversi Lahan Sawah Tadah Hujan Menjadi Lahan Perkebunan Coklat (Kakao) Terhadap Peningkatan Ekonomi Masyarakat Desa Batusumur Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya.” Adapun kesimpulan yang dapat Penulis simpulkan adalah sebagai berikut : 1. Faktor-Faktor Geografis yang Mempengaruhi Konversi Lahan Sawah Tadah Hujan Menjadi Lahan Perkebunan Coklat (Kakao) di Desa Batusumur antara lain : a. Faktor fisik seperti tanah, air, iklim atau suhu dan curah hujan di daerah penelitian merupakan faktor pendukung dalam budidaya coklat (kakao). Namun dari keempat faktor tersebut yang tidak mendukung dalam budidaya coklat (kakao) adalah curah hujan, karena curah hujan yang tinggi akan mengakibatkan buah coklat (kakao) akan mudah terserang hama busuk buah, kanker batang, ulat dan tupai. b. Faktor non fisik yang mendukung dalam budidaya coklat (kakao) seperti pengetahuan dan keterampilan petani, modal, pemeliharaan, panen dan paska panen serta pemasaran. Pengetahuan dan keterampilan menjadi faktor penting
10 | Nedi Sunaedi dan Agus Setiawan, Pendapatan
karena tahu bagaimana proses pembuddidayaan coklat (kakao) dimulai dari pembibitan, pemeliharaan tanaman, samapai panen dan pasca panen merupakan modal utama bagi petani sehingga berpengaruh terhadap hasil produksi yang dihasilkan. Hanya dalam pemeliharaan terutama pengendalian hama petani merasa kesulitan dalam menanggulanginya, tetapi tidak menjadi penghambat dalam budidaya coklat (kakao) yang ada di Desa Batusumur karena dapat ditanggulangi dengan membuang buah yang busuk dan mengerok bagian batang yang terserang sampai batas yang sehat. 2. Pengaruh Konversi Lahan Sawah Tadah Hujan Menjadi Lahan Perkebunan Coklat (kakao) Terhadap Peningkatan Ekonomi Masyarakat Peningkatan pendapatan petani di Desa Batusumur, dari data hasil penelitian menyatakan bahwa pendapatan petani lebih meningkat dengan lahan yang ditanami coklat (kakao) dibandigkan dengan ditanami padi, dilihat dari pendapatan bersih dengan ditanami padi sebesar Rp 125.000,00 / bulan sedangakan dengan ditanami coklat (kakao) pendapatan bersihnya mencapai Rp 727.500,00 / bulan.
B. Saran 1. Bagi petani coklat (kakao) di Desa Batusumur Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya. a. Petani harus bisa memilah dan memilih bibit atau benih coklat (kakao) yang baik (unggul), imbasnya pada produksi yang akan dihasilkan. b. Petani diharapkan lebih cermat dalam pemeliharaan tanaman coklat (kakao) terutama dalam pengendalian hama. 2. Bagi pemerintah a. Pemerintah melalui Dinas Perkebunan dapat memberikan bantuan bibit coklat (kakao) unggulan kepada petani yang ada di Desa Batusumur. b. Pemerintah perlu memberikan penyuluhan-penyuluhan bagi masyarakat tentang pengelolaan budidaya coklat (kakao) secara berkesinambungan agar dapat meningkatkan hasil produksi.
11 | Nedi Sunaedi dan Agus Setiawan, Pendapatan
DAFTAR PUSTAKA Mantra,Bagoes.(2003). Demografi Umum. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR. Sugiono. 2011. Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif Dan R & D. Edisi tigabelas. Alpabet Bandung. Bandung Susanto. F.X. 1994. Tanaman Kakao, Budidaya Dan Pengolahan Hasil. Edisi Pertama. Kanisius. Yogyakarta.
12 | Nedi Sunaedi dan Agus Setiawan, Pendapatan