Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
PENGKAJIAN PENGENDALIAN PENGGEREK BUAH KAKAO MENGGUNAKAN PESTISIDA NABATI DAN ROTASI PESTISIDA NABATI DENGAN PESTISIDA SINTETIK PADA TANAMAN KAKAO DI SULAWESI SELATAN Nurjanani, Ramlan, dan Muh. Asaad Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan
ABSTRAK Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu tanaman penghasil devisa negara yang cukup potensial. Salah satu daerah penghasil utama kakao di Indonesia adalah Provinsi Sulawesi Selatan. Produktivitas kakao di daerah ini masih rendah yaitu baru mencapai 801,67 kg/ha. Salah satu penyebabnya adalah serangan hama penggerek buah kakao (PBK). Teknik pengendalian hama PBK yang dianjurkan adalah dengan memadukan antara metode pemangkasan, panen sering, lokalisasi panen dan sanitasi kebun, serta monitoring. Penggunaan insektisida merupakan alternatif akhir karena adanya efek residu, pengaruh negatif terhadap serangga berguna seperti musuh alami dan program pertanian ramah lingkungan. Penggunaan pestisida nabati diharapkan dapat menekan tingkat serangan hama PBK sampai 50%, aman terhadap musuh alami, mudah diaplikasikan di lapangan sehingga lebih efisien, efektif dan aman bagi lingkungan serta dapat mengurangi penggunaan pestisida sintetik. Tujuan pengkajian adalah untuk mendapatkan satu-dua jenis pestisida nabati yang efektif dan minimal satu pola rotasi pestisida nabati dengan pestisida sintetik secara bergiliran yang efektif mengendalikan hama PBK di lapang. Pengkajian dilakukan di kabupaten Bone, Sulawesi Selatan dari Bulan Juli-Desember 2011 menggunakan rancangan acak kelompok terdiri dari sembilan perlakuan dan tiga ulangan. Parameter yang diamati antara lain persentase buah terserang dan intensitas serangan PBK, berat basah dan kering biji. Data dianalisis dengan sidik ragam dan uji Jarak Berganda Duncan 0.5% serta analisis usahatani. Jenis pestisida nabati yang memiliki efektifitas sama dengan pestisida sintetik dalam mengendalikan hama PBK adalah Ekstrak Mimba. Sedangkan Pola rotasi pestisida nabati dengan pestisida sintetik secara bergiliran yang efektif mengendalikan hama PBK adalah Ekstrak Mimbadeltametrin, Bio-Protektor 2 – deltametrin, Asimbo-deltametin, yang diaplikasikan secara bergilir setiap minggu. Kata kunci: kakao, pestisida nabati, penggerek buah kakao
PENDAHULUAN Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu tanaman penghasil devisa negara yang cukup potensial. Indonesia merupakan salah
satu
penghasil kakao terbesar ketiga setelah Ivory Coast dan Ghana (Wahyudi et al. 2008). Sentra produksi kakao nasional adalah Sulawesi, dan menjadi salah satu tanaman primadona karena memberi kontribusi nyata dalam meningkatkan pendapatan petani.
431
Nurjanani et al.: Pengkajian Pengendalian Penggerek buah Kakao ….
Sulawesi Selatan termasuk penghasil utama kakao di Indonesia dengan volume produksi 85% dari produksi kakao nasional. Luas perkebunan kakao di Sulawesi Selatan tercatat 221.430,81 ha yang terdiri dari perkebunan rakyat 219.252,34 ha, perkebunan besar swasta 1.933,47 ha, dan PTPN 245 ha. Lahan ini dikelola oleh 246.200 kepala keluarga tani (Anonim 2006). Produktivitas kakao yang dicapai cenderung menurun dari tahun ke tahun, saat ini hanya 801,67 kg/ha atau 26,72% dari potensi produksinya yaitu 3.000 kg/ha (BPS Sulawesi Selatan 2006). Rendahnya produktivitas ini dipengaruhi oleh antara lain banyaknya tanaman tua tidak produktif, bahan tanam yang tidak berkualitas, sistem pemeliharaan yang belum optimal, dan serangan hama dan penyakit tanaman. Jenis hama yang paling merusak adalah penggerek buah kakao (PBK), Conopomorpha cramerella. Salah satu kendala produksi yang dihadapi adalah serangan hama. Hama utama yang sangat merugikan adalah hama penggerek buah kakao (PBK) yang disebabkan
oleh
serangga
Conopomorpha
cramerella
Snellen
(Lepidoptera:
Gracillaridae). Hama ini merupakan hama yang berbahaya, karena dapat menurunkan produksi sampai 82.2% (Wardoyo 1980). Selain itu, serangan hama ini menyebabkan rendahnya kualitas/mutu biji yang dihasilkan. Hama ini sangat merugikan dan sulit dikendalikan. Sebagian besar petani masih
menggunakan
insektisida
kimia/sintetik
sebagai
alternatif
pertama
mengendalikan PBK, walaupun saat ini telah tersedia teknologi lainnya yang cukup efektif seperti pemangkasan, pemupukan, panen sering dan sanitasi (Depparaba 2002), pengendalian hayati dengan memanfaatkan semut hitam dan Beuveria bassiana, penyelubungan buah (Mursamdono dan Wardojo 1984). Hal ini di sebabkan insektisida mudah didapatkan, harganya relatif murah dan hasilnya cepat kelihatan di lapang. Penggunaan insektisida merupakan alternatif akhir karena adanya residu, pengaruhnya
terhadap
serangga
bermanfaat
dan
program
pertanian
ramah
lingkungan. Penggunaan insektisida yang terus menerus akan menimbulkan masalah lain yang lebih berat antara lain terjadi resistensi hama, pencemaran lingkungan, matinya musuh alami dan ditolaknya produk akibat residu yang melebihi ambang toleransi. Dengan pertimbangan tersebut, Presiden RI mengeluarkan Instruksi Presiden (INPRES) No.3/1986 yang kemudian dikukuhkan dalam UU RI No. 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, yang terkait dengan OPT bahwa perlindungan tanaman dilaksanakan dengan sistem pengendalian hama terpadu (PHT). Salah satu tujuan praktis PHT adalah mengurangi jumlah penggunaan pestisida sintetik. Pada 432
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
tanaman kakao, pengendalian PBK secara kimiawi menggunakan insektisida piretroid (Sulistyowati et al. 1995b). Aplikasi insektisida kimia/sintetik hanya dilakukan jika persentase serangan PBK dengan kategori serangan berat sudah mencapai 40%. Jenis insektisida yang banyak digunakan adalah yang berbahan aktif deltametrin, sihalotrin, alfa sipemetrin dan betasiflutrin. Oleh karena itu perlu dicari cara penanggulangan PBK yang efektif, efisien dan ramah lingkungan. Pestisida nabati merupakan salah satu jenis
pestisida yang potensial untuk digunakan dalam
mengendalikan hama utama kakao. Pestisida yang diperoleh baik dari tumbuhan maupun jasad renik disebut sebagai pestisida biorasional (EPA 1989). Pestisida nabati diperoleh dari ekstrak tanaman yang dapat berfungsi sebagai senyawa pembunuh, penolak, pengikat dan penghambat pertumbuhan. Peluang pengembangan pestisida nabati di Indonesia dinilai sangat strategis mengingat tanaman sumber bahan insektisida banyak tersedia dengan berbagai macam kandungan kimia yang bersifat racun (Soehardjan 1994). Menurut Grainge dan Ahmed (1988) lebih dari seribu tanaman berpotensi sebagai pengendali hama tanaman. Tanaman biofarmaka dan atsiri merupakan tanaman yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati. Umumnya termasuk kedalam famili Meliaceae, Annonaceae, Asteraceae, Piperaceae dan Rutaceae (Prakash and Rao 1997; Prijono et al. 2006). Minyak atsiri sudah banyak dimanfaatkan untuk pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT). Diantara minyak atsiri yang potensial adalah minyak cengkeh, minyak kayu manis dan minyak serai wangi.
Isman (2000) menyatakan
bahwa minyak atsiri tidak hanya sebagai penolak serangga tetapi juga dapat bertindak sebagai pestisida kontak dan juga bersifat fumigan pada beberapa serangga tertentu. Tanaman cengkeh dengan kandungan kimianya yang didominasi oleh eugenol diketahui dapat dimanfaatkan sebagai anti hama/ insektisidal (Wiratno et al. 2008). Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatika (Balittro) telah mengeluarkan beberapa produk formula pestisida nabati dengan bahan aktif dari tanaman atsiri dan tanaman obat lain yang diketahui efektif terhadap beberapa OPT (Tabel 1).
433
Nurjanani et al.: Pengkajian Pengendalian Penggerek buah Kakao ….
Tabel 1. Jenis insektisida produk Balittro yang diuji dan bahan aktif yang dikandungnya No. 1
Insektisida Nabati Bio Protektor-1
2 3 4 5 6 7
Bio Protektor-2 CEES 50 EC CEKAM 20 EC ASIMBO 50 EC Organeem Decis 2,5 EC
Percobaan
Tanaman Cengkeh, serai wangi, temulawak Cengkeh, jarak pagar Cengkeh, seraiwangi Cengkeh, kayu manis Serai wangi Mimba Sintetik
menggunakan
insektisida
Bahan aktif Utama Eugenol, Sitronelal, geraniol dan xanthorizol Eugenol, Phorbol ester Eugenol dan sitronelal Eugenol dan sinemaldehida Sitronelal dan Asam salisilat Azadirachtin Deltametrin
nabati
azadirachtin
4,5%
dapat
menurunkan tingkat kerusakan PBK sebesar 56,6-60,9%. Djuwarso et al. (1999) melaporkan tidak adanya dampak negatif dari penggunaan pestisida nabati dari daun cente, jarak, kamalakian, kemliki, mindi, sirsak kecuali daun panahan terhadap imago Trichogramma sp., tetapi berdampak negatif terhadap pra imago. Hasil penelitian di laboratorium dan lapangan dalam skala terbatas juga memperlihatkan potensi yang besar dari formulasi pestisida nabati tersebut untuk mengendalikan PBK. Pestisida nabati yang memperlihatkan
persentase serangan dan intensitas rendah terhadap
PBK adalah Bio Protektor 1, Bio Protektor 2, Asimbo, dan Mimba, sedangkan terhadap parasit di laboratorium berpengaruh terhadap mortalitas tetapi terhadap predator semut hitam tidak berpengaruh (Willis et al. 2010). Oleh karena itu pestisida nabati perlu disebarluaskan di tingkat petani sehingga dapat mengurangi ketergantungan petani pada pestisida sintetis dan mengurangi dampak negatifnya. Kajian ini bertujuan untuk mendapatkan satu-dua jenis pestisida nabati yang efektif dan minimal satu pola rotasi pestisida nabati dengan pestisida sintetik secara bergiliran yang efektif mengendalikan hama PBK di lapang.
BAHAN DAN METODE Pengkajian dilaksanakan dengan cara pendekatan partisipatif dan kemitraan antara peneliti dan petani. Pengkajian ini dilakukan pada Bulan Maret sampai Desember 2011 di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok yang terdiri dari sembilan perlakuan dan tiga ulangan yang ditempatkan pada lahan petani kooperator seluas ± 1,5 ha. Perlakuan yang dimaksud adalah pestisida nabati berbasis atsiri Bio Protektor-1, Bio Protektor 2, Asimbo 50 EC, Mimba dan sebagai pembanding digunakan insektisida deltametrin Tabel 2.
434
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
Tabel 2. Perlakuan pestisida nabati serta kombinasi pestisida nabati dan insektisida sintetik yang dirotasikan dalam pengkajian Kode Perlakuan A B C D E F G H I
Perlakuan Bio Protektor-1 (BP1) Bio Protektor-2 (BP2) Asimbo 50 EC (Asimba) Mimba BP1-Deltametrin-BP1-Deltametrin-BP1-Deltametrin-BP1 BP2-Deltametrin-BP2-Deltametrin-BP2-Deltametrin-BP2 Asimbo-Deltametrin-Asimbo-Deltametrin-Asimbo-Deltametrin-Asimbo Mimba-Deltametrin-Mimba-Deltametrin-Mimba-Deltametrin-Mimba Deltametrin
Dosis yang digunakan untuk pestisida nabati yaitu konsentrasi 10 ml/l air, sedangkan untuk deltametrin adalah
0,5 ml/l air. Dosis aplikasi sebanyak 250
ml/pohon atau 250 l/ha. Petak perlakuan terdiri dari lima pohon dengan jarak antar petak empat larik pohon kakao.
Aplikasi pertama perlakuan dilakukan pada saat buah-buah kakao
sebagian besar panjangnya <9 cm (pentil) dengan asumsi masih bebas serangan. Penyemprotan dilakukan pada sore hari menggunakan alat knapsack sprayer dengan volume semprot 250 ml/pohon atau 250 l/ha. Aplikasi dilakukan dengan interval dua minggu baik untuk perlakuan pestisida nabati dan pestisida sintetik maupun perlakuan rotasi pestisida nabati dan pestisida sintetik secara bergiliran. Untuk mengetahui keefektifan insektisida nabati terhadap PBK dilakukan pengamatan terhadap persentase serangan PBK pada 50-100 pentil buah contoh yang pada awal perlakuan diasumsikan belum terserang. Untuk menghitung persentase buah terserang digunakan rumus a P = ---------- x 100% a +b P : Persentase buah terserang a : jumlah buah kakao terserang b : jumlah buah kakao sehat Intensitas serangan adalah suatu besaran yang menggambarkan tingkat kerusakan buah. Untuk mengukur intensitas serangan digunakan empat kategori serangan berdasarkan biji lengket pada setiap buah diamati sehat, ringan, sedang dan berat (Sulistyowati
et al. 1995). Serangan sehat yaitu biji tidak lengket, serangan 435
Nurjanani et al.: Pengkajian Pengendalian Penggerek buah Kakao ….
ringan jika biji lengket yang tidak dapat dikeluarkan <10 %, serangan sedang jika biji lengket yang tidak dpat dikeluarkan antara 10-50%, serangan berat jika biji lengket yang tidak dapat dikeluarkan >50%. Tingkat serangan PBK diberi pembobot dengan skor 0 (buah sehat), 1 (buah terserang ringan), 3 (buah terserang sedang), 9 (buah terserang berat). Untuk menghitung intensitas serangan PBK digunakan rumus: (1R + 3S + 9B) I = -------------------- x 100% AT I = intensitas serangan B = jumlah buah terserang berat R = jumlah buah terserang ringan A = nilai skor tertinggi S = jumlah buah terserang sedang T = Jumlah buah diamati Pengamatan dilakukan terhadap persentase buah terserang, intensitas serangan, berat basah dan berat kering biji kakao, persentase kehilangan hasil akibat serangan PBK serta biaya input-output pengendalian. Semua parameter pengamatan dilakukan pada saat buah kakao dipanen. Data yang dikumpulkan dianalisis secara statistik menggunakan uji sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%, sementara data input-output pengendalian dianalisis dengan R/C ratio.
HASIL DAN PEMBAHASAN Persentase dan intensitas Serangan PBK Data persentase dan intensitas serangan hama PBK disajikan pada Tabel 3. Jenis pestisida nabati dan rotasi pestisida nabati dengan pestisida sintetik (deltametrin) berpengaruh nyata terhadap persentase dan intensitas serangan PBK. Aplikasi pestisida nabati dan rotasi pestisida nabati dengan pestisida sintetik berpengaruh terhadap persentase dan intensitas serangan PBK. Persentase serangan PBK terendah diperoleh dari perlakuan rotasi Asimbo dengan deltametrin namun tidak berbeda nyata dengan persentase serangan dari perlakuan rotasi Mimba-deltametrin, deltametrin, Mimba, dan rotasi Bioprotektor-2-deltametrin, tetapi berbeda nyata dengan persentase serangan dari perlakuan BP-1, BP-2, Asimbo, dan rotasi BP1 dengan deltametrin (Tabel 3). Sedangkan intensitas serangan PBK terendah diperoleh dari 436
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
perlakuan deltametrin, namun tidak berbeda nyata dengan intensitas serangan dari perlakuan rotasi Mimba-deltametrin, Mimba, BP-2-deltametrin, Asimbo-deltametrin, dan BP-1-deltametrin, tetapi berbeda nyata dengan intensitas serangan dari perlakuan BP-1, BP-2, dan Asimbo yang diaplikasikan secara tunggal. Tabel 3. Rataan jumlah tusukan, persentase dan intensitas serangan PBK pada berbagai perlakuan pestisida nabati dan rotasi pestisida nabati dengan pestisida sintetik pada tanaman kakao di kab. Bone
Perlakuan Bio Protektor-1 (BP-1) Bio Protektor-2 (BP-2) Asimbo 50 EC (Asimba) Ekstrak Mimba BP-1-deltametrin-BP1- dst. BP-2-deltametrin-BP2- dst Asimbo-deltemetrin- dst Mimba-deltemetrin dst Deltemetrin KK (%)
Jumlah tusukan PBK/buah
Persentase serangan
Intensitas serangan (%)
5,97 5,61 6,47 4,90 3,37 3,67 3,65 1,18 1,38
76,15 a 74,44 a 76,01 a 27,35 c 53,17 b 30,22 c 22,87 c 24,38 c 26,70 c 23,02
42.68 ab 47,94 a 51,24 a 18,59 c 27,67 bc 19,67 c 21,14 c 15,22 c 8,89 c 37,04
Keterangan: Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Duncan 5%.
Jika dibandingkan antara perlakuan empat jenis pestisida nabati yang diaplikasikan secara tunggal maka persentase dan intensitas serangan terendah diperoleh dari perlakuan Mimba yaitu masing-masing 27,35% dan 18,59%. Tanaman mimba adalah salah satu spesies tanaman dari keluarga Meliaceae yang mengandung senyawa biotoksin quasinoid, limonoid dan terpenoid yang berfungsi sebagai insektisida dengan cara kerja penghambat makan dan penghambat tumbuh. Selain itu, mimba mengandung senyawa azadirachtin, salannin, nimbinen dan meliantriol yang mempunyai daya kerja penolak serangga (Sudarmo 2009). Selanjutnya dilaporkan bahwa ekstrak mimba dapat mencegah serangga betina untuk meletakkan telur. Hal ini terbukti bahwa diantara empat jenis pestisida nabati yang diaplikasikan secara tunggal, jumlah tusukan pada buah kakao ditemukan paling sedikit pada perlakuan mimba yaitu 4,9 dibanding jumlah tusukan pada perlakuan Bio Protektor-1, Bio Protektor-2 dan Asimbo yaitu berturut-turut 5,97; 5,61; dan 6,47. Berdasarkan pengamatan dilapangan, buah kakao dengan jumlah tusukan 1-2, jumlah biji lengket <10% (kategori ringan), Jumlah tusukan 3-4, jumlah biji lengket = 10- 50% (kategori sedang) dan jika jumlah tusukan >5 maka jumlah biji lengket sudah >50% (kategori berat).
437
Nurjanani et al.: Pengkajian Pengendalian Penggerek buah Kakao ….
Jenis pestisida nabati yang memiliki efektifitas yang sama dengan pestisida sintetik (deltametrin) adalah ekstrak Mimba dan rotasi Mimba-deltametrin, BP-2deltametrin, Asimbo-deltametrin, berbeda nyata dengan pestisida nabati BP-1, BP-2, dan Asimbo yang diaplikasi secara tunggal (Tabel 3). Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pengendalian hama PBK menggunakan insektisida nabati azadirachtin 4,5% dapat menurunkan tingkat kerusakan sebesar 56,6-60,%. Selanjutnya Willis et al. (2010) melaporkan pula bahwa insektisida yang mempunyai persentase serangan dan intensitas rendah terhadap PBK adalah Bio Protektor 1 dan Bio Protektor 2 dan Asimbo serta Mimba; sedangkan terhadap parasit di laboratorium berpengaruh terhadap mortalitas tetapi terhadap predator semut hitam tidak berpengaruh. Berat basah biji dan berat kering biji Berat basah biji dan berat kering biji kakao setelah sepuluh kali aplikasi berbagai pestisida nabati dan pestisida sintetik dan rotasi pestisida nabati dan pestisida sintetik dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Berat basah biji dan berat kering biji kakao setelah 10 kali aplikasi berbagai pestisida nabati dan pestisida sintetik dan rotasi pestisida nabati dengan pestisida sintetik pada tanaman kakao di kab. Bone
Perlakuan Bio Protektor-1 (BP-1) Bio Protektor-2 (BP-2) Asimbo 50 EC (Asimba) Ekstrak Mimba BP-1-deltametrin-BP-1- dst. BP-2-deltametrin-BP-2- dst Asimbo-deltemetrin- dst Mimba-deltemetrin dst Deltemetrin
Berat Biji Basah g/pohon
Berat Biji kering g/pohon
Susut bobot (%)
360,13 170,00 209,53 281,90 517,07 404,18 261,67 301,93 434,41
188,09 86,14 104,76 185,54 321,93 167,10 193,00 205,22 316,47
47,77 49,33 50,00 34,18 37,74 35,69 36,14 32,03 27,15
Jumlah produksi biji kakao pada masing-masing perlakuan tidak bisa dibandingkan karena klon kakao tidak seragam, ada buah yang bijinya besar dan ada yang bijinya kecil, sehingga tidak layak jika produksi masing-masing perlakuan dibandingkan. Namun jika dilihat dari persentase susut bobot, perlakuan yang memiliki susut bobot terendah adalah deltametrin (27,15%), disusul perlakuan rotasi Mimbadeltametrin (32,03%) dan Mimba (34,18%). Sedangkan yang paling tinggi susut
438
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
bobotnya adalah perlakuan Asimbo (50%). Hal ini diduga ada hubungannya dengan intensitas serangan PBK. Semakin tinggi intensitas serangan, maka persentase susut bobot semakin tinggi. Biji yang terserang berat sudah saling lengket dan ukurannya kecil karena biji tidak berkembang dengan sempurna akibat plasenta sudah habis.
KESIMPULAN 1. Jenis pestisida nabati yang efektif mengendalikan hama PBK pada tanaman kakao di kabupaten Bone adalah Ekstrak Mimba. 2. Pola rotasi pestisida nabati dengan pestisida sintetik secara bergiliran yang efektif mengendalikan hama PBK adalah Ekstrak Mimba-deltametrin, Bio-Protektor-2 – deltametrin, dan Asimbo-deltametin yang diaplikasikan secara bergilir setiap minggu.
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2006. Statistik Perkebunan Sulawesi Selatan Tahun 2005. Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan. BPS Sulawesi Selatan. 2006. Sulawesi Selatan dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan Depparaba, F. 2002. Penggerek Buah Kakao (Conopomorpha cramerella Snellen) dan Penanggulangannya. Jurnal Litbang Pertanian 21(2):69-74 Djuwarso, T; D. Kilin dan E.A. Wikardi. 1999. Dampak beberapa insektisida nabati dan sintetik terhadap Parasitoid Telur (Trichogramma sp.) (Hymenoptera: Trichogrammatidae) dalam Prosiding Forum Komunikasi Ilmiah Pemanfaatan Pestisida Nabati, Bogor 9-10 Nopember. Pusat Penelitian Tanaman Perkebunan. Bogor. Hal 269-277 EPA. 1989. Environmental Protection Agency. Proposal Guidelines for Registering Biorational Pesticides. Federal Register Vol. 40. Pesticide Program Part 163. Extracts against the Cabbage Head Caterpillar, Crocidolomia pavonana (F.) (Lepidoptera:Pyralidae). J. ISSAAS 12(1):25-34. Grainge, M. and S. Ahmed. 1988. Handbook of Plants with Pest Control Properties. John Wiley and Sons. 470 pp. Isman, M.B. 2000. Plant essential oils for pest and disease management. Crop protection 19:603-608.
439
Nurjanani et al.: Pengkajian Pengendalian Penggerek buah Kakao ….
Moersamdono dan Wardojo S. 1984. Kemajuan dalam percobaan perlindungan buah cokelat dengan kantung plastik dari serangan Acrocercops cramerella. Menara Perkebunan 52: 93-96. Prakash A., and J. Rao. 1997. Botanical Pesticides in Agriculture. New York.: Lewis Publisher. Prijono D, J.I. Sudiar., Irmayetri. 2006. Insecticidal activity of Indonesian Plant Soehardjan, M. 1994. Konsepsi dan strategi penelitian dan pengembangan pestisida nabati. Prosiding Seminar Hasil Penelitian dalam Rangka Pemanfaatan Pestisida Nabati. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Bogor. Hal. 11 – 18. Sudarmo, Subiyakto. 2009. Pestisida Nabati, Pembuatan dan Pemanfaatannya (Edisi ke 5). Penerbit Kanisius, Yogyakarta. 58 hal. Sulistyowati, E., Wardani, S., Wiryadiputra, S., Winarno, H. dan Atmawinata, O. 1995b. Keefektifan beberapa jenis insektisida terhadap hama penggerek buah kakao, Conopomorpha cramerella (Snell.). Pelita Perkebunan 11(2):90-105 Wardojo, S. (1980). The cocoa pod borer- a major hindrance to cocoa development. Indonesian Agricultural Research Development Journal, 2: 1 – 4 Willis, M; M. Darwis dan M. Asaad. 2010. Laporan Penelitian Pestisida Nabati Berbasis Tanaman Atsiri yang Efektif Menekan Serangan Conopomorpha cramerella dan Helopeltis sp. pada Kakao (40-50%) dan Aman terhadap Serangga Bermanfaat Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Bogor. 31 p. Wiratno, Taniwiryono D, Rietjens IMCM, Murk AJ. 2008. Bioactivity of plant extracts to a red flour beetle, Tribolium Castaneum. Effectiveness and safety of botanical pesticides applied in black pepper (Piper nigrum) plantations. Wageningen: Wageningen University. 126 p.
440