NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KELUARGA SAKINAH DENGAN MEMAAFKAN PASANGAN DALAM PERNIKAHAN
Oleh : Wiwik Pratiwi Irwan Nuryana Kurniawan
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2008
1
HUBUNGAN ANTARA KELUARGA SAKINAH DENGAN MEMAAFKAN PASANGAN DALAM PERNIKAHAN
Wiwik Pratiwi Irwan Nuryana Kurniawan Universitas Islam Indonesia
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara keluarga sakinah dengan memaafkan pasangan dalam pernikahan. Dugaan awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara keluarga sakinah dengan memaafkan pasangan dalam pernikahan. Individu yang memiliki keluarga yang sakinah maka akan mudah untuk memaafkan kesalahan pasangannya dan sebaliknya, individu yang keluarganya tidak sakinah maka akan sulit untuk memaafkan kesalahan pasangannya. Subjek dalam penelitian ini adalah suami atau istri, beragama islam dan berusia 20 sampai 60 tahun yang tinggal di wilayah RW 011 Kelurahan Gebang Raya, Kecamatan Periuk, Kota Tangerang, khususnya RT 001, dan RT 002. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 80 orang. Adapun skala yang digunakan adalah Skala Keluarga Sakinah yang disusun oleh peneliti berdasarkan pengertian keluarga sakinah dari Shihab (2007) yang berjumlah 32 aitem dan Skala Memaafkan yang disusun peneliti berdasarkan teori McCullough (2000) yang berjumlah 24 aitem. Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan statistik uji korelasi Product Moment dari Pearson yang diproses dengan menggunakan program statistik SPSS for windows 12.00. Korelasi Product Moment dari Pearson menunjukkan korelasi r sebesar 0,600 yang artinya ada hubungan positif yang signifikan antara keluarga sakinah dengan memaafkan pasangan dalam pernikahan. Jadi hipotesis penelitian diterima. Kata kunci : keluarga sakinah, memaafkan.
2
Untuk
menciptakan
A. PENGANTAR kelanggengan, kedamaian,
ketentraman,
dan
keharmonisan dalam hubungan suami istri, salah satu kata kuncinya adalah menjaga rahasia dan saling memaafkan (Al-Kumayi, 2006). Pasangan suami istri harus mengembangkan semangat saling memaafkan, menghilangkan perasaan gengsi untuk menyatakan bersalah. Memaafkan merupakan salah satu faktor penting dalam menyokong kelangsungan dan kepuasan perkawinan (Fenell, 1993). Ketika suami atau istri melakukan kesalahan dan pasangannya sulit untuk memaafkan kesalahan pasangannya, maka konflik yang terjadi dalam rumah tangga cenderung semakin besar. Satu hal penting dari adanya suatu masalah yaitu bagaimana cara menangani masalah tersebut. Manusia tidak pernah lepas dari khilaf, tetapi manusia bisa memperkecil kemungkinan terjadi kesalahan yang dapat menyakiti orang lain termasuk menyakiti pasangan. Bagi sebagian orang memaafkan bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Ketika hati seseorang terluka, memang tidak mudah untuk bisa langsung menerima dan memberi maaf. Lamanya usia pernikahan tidak selamanya dapat membuat pasangan mampu menyelesaikan masalah yang terjadi dengan baik. Memaafkan kesalahan pasangan akan membantu seseorang menjauhi jurang kehancuran pernikahannya yaitu perceraian. Sebagian orang mungkin berpikir bahwa bercerai atau menderita dalam pernikahan bukanlah masalah besar, bahkan mereka hanya menganggap perceraian sebagai suatu trend. Akan tetapi, banyak bukti yang menjelaskan bahwa betapa berbahayanya perceraian bagi semua pihak
3
yang terlibat, baik suami istri itu sendiri maupun anak dan anggota keluarga yang lain (Gottman, 2001). Arist Merdeka Sirait mengemukakan
bahwa penyebab utama perceraian
adalah masalah ekonomi. Dari 109 kasus perceraian di DKI pada tahun 2006, sebanyak 26 kasus (23,85%) terjadi karena faktor ekonomi. Faktor lain karena pertengkaran terus-menerus sebanyak 21 kasus (19,26%), kekerasan dalam rumah tangga sebanyak 13 kasus (11,92%), perselingkuhan sebanyak 9 kasus (8,25%), dan campur tangan dari keluarga sebanyak 15 kasus (13,76%), kelainan seksual sebanyak 4 kasus (3,66%). Faktor lain penyebab perceraian adalah ketidakcocokkan antara suami istri, sebanyak 21 kasus (www.keluarga-samara.com.01/06/2007). Data-data di atas memang tidak menyebutkan bahwa tidak memaafkan merupakan faktor penyebab terjadinya perceraian, namun dapat ditarik kesimpulan bahwa ketika terjadi pertengkaran terus-menerus, kekerasan dalam rumah tangga, maupun perselingkuhan, korban atau pihak yang disakiti cenderung memilih untuk berpisah atau menghindar baik fisik maupun psikologis daripada memaafkan kesalahan pasangannya. Kasus
Ny “Syukur” dari Jakarta yang nyaris bercerai, setelah merasa
buruknya kualitas hubungan dalam pernikahannya yang sudah menginjak 7 tahun usia perkawinan. Banyak perbedaan yang ada, baik aspirasi, keinginan dan sifat yang saling bertentangan. Kondisi tersebut membuat keduanya mengalami depresi dan menderita beberapa penyakit lainnya. Seorang teman mengajak mereka ke suatu tempat pengobatan penyakit kanker yang sangat sederhana untuk berobat
4
dan bertobat. Pada akhirnya keduanya sadar akan kekhilafannya masing-masing. Dengan keikhlasan hati, keduanya saling menerima dan memaafkan kesalahankesalahan yang pernah dilakukan oleh pasangannya dan memilih untuk membangun kembali rumah tangga mereka (www.kompas.com.4/05/2003). Pada pengamatan awal, penulis melihat ada beberapa subjek yang dapat dikatakan mudah memberikan maaf. Peneliti melakukan wawancara sederhana dengan subjek tersebut. Subjek A mengatakan bahwa ia memaafkan suaminya saat suaminya menuduhnya berselingkuh dan sempat tidak mengakui anaknya sebagai anak mereka. Subjek A yang berusia dua tahun lebih tua dari suaminya cenderung untuk memaklumi kesalahan yang dilakukan oleh pasangannya. Menerima kesalahan sebagai suatu kekhilafan yang mungkin dilakukan oleh semua orang. Subjek B mengungkapkan bahwa alasan yang membuatnya mempertahankan pernikahannya yaitu rasa sayang terhadap suami dan anak-anaknya, meskipun sang suami sering melakukan kesalahan bahkan pernah mengucapkan talak. Fakta dari kasus di atas menunjukkan pentingnya keikhlasan untuk memaafkan kesalahan yang dilakukan pasangan guna menjaga kelangsungan pernikahan mereka. Individu yang sulit memaafkan pasangannya cenderung menilai bahwa perceraian merupakan jalan yang terbaik ketika suatu masalah atau konflik yang terjadi dalam pernikahan mereka tidak menemui titik temu dan jalan keluar. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran surat Al-A’ raf ayat 199 yang memerintahkan hamba-Nya untuk menjadi seorang yang pemaaf, yang berbunyi:
5
? ?? ?
? ? ?? ? ? ?? ? ? ? ? ? ??? ? ? ? ? ? ? ?? ?? ? ? ? ? ? ? ? ? ??? ? ? ? ? ? ?? ? ??? ?? ? ? ? ? ?? ? ? ? ? ? ? ?
Artinya: “Jadilah Engkau Pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”. (QS Al-A’ raf [7] : 199) Ketika pasangan melakukan kesalahan yang menyakiti hati dan perasaan sakit tersebut hanya dipendam, membiarkan luka itu tertumpuk tanpa melakukan upaya untuk menerima dan memaafkan kesalahan pasangan maka hal tersebut akan memicu munculnya konflik yang akan berakibat fatal yaitu sebuah perceraian. Bagi sebagian orang memaafkan kesalahan pasangan merupakan hal yang sulit. Seligman (2005) mengungkapkan beberapa alasan yang membuat orang bertahan untuk tidak memaafkan, antara lain : 1. Memaafkan itu tidak adil. Memaafkan menyebabkan berkurangnya motivasi untuk menangkap dan menghukum pelaku dan meredam kemarahan yang dibenarkan, yang mungkin akan berubah menjadi membantu orang lain. 2. Memaafkan mungkin merupakan ungkapan rasa kasih kepada pelaku, tetapi tindakan itu menunjukkan ketiadaan rasa kasih kepada korban. 3. Memaafkan menghambat pembalasan, sedangkan pembalasan adalah hal yang benar dan alami. Memaafkan kesalahan orang lain akan berdampak positif pada kesehatan fisik maupun kesehatan psikologis Pada dasarnya memaafkan dapat mengubah kepahitan menjadi kenangan yang netral bahkan positif, dengan demikian kemungkinan besar kepuasan hidup dapat tercapai (Seligman, 2005). Seseorang
6
tidak dapat melukai pelaku dengan tidak memaafkan, namun dengan cara memaafkan dapat membebaskan diri dari rasa sakit dan kepedihan. Memaafkan pasangan berarti mengampuni kesalahan
dan dosa yang telah dilakukan oleh
pasangan dan tidak membalas kesalahannya, walaupun mempunyai kemampuan untuk membalas. Dengan memaafkan ada semacam kemanisan, ketenangan, ketenraman, kemuliaan jiwa dan kebersihan diri dari sifat ingin membalas (AlMashri, 2005). Keluarga merupakan miniatur masyarakat dan bangsa. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang dapat memberikan dukungan besar kepada anggota keluarga yang lain dalam menyelesaikan masalah dengan melupakan dan memaafkan kesalahan. Anggota keluarga saling mendukung, memberikan semangat dan keyakinan kepada anggota keluarga yang lain untuk mengungkapkan perasaan, kebahagiaan, kekecewaan, termasuk sakit hati sekalipun. Keluarga merupakan kesatuan terkecil dalam masyarakat namun perannya sangat besar dalam membentuk suatu individu. Keluarga yang harmonis, bahagia dan sejahtera (sakinah, mawaddah dan rahmah) akan dapat lebih mudah untuk membantu individu dalam melupakan kesalahan anggota keluarga yang lain, dalam arti mampu memberikan maaf atas kesalahan yang telah dibuat. Sakînah diterjemahkan sebagai ketenangan yang sengaja Allah turunkan ke dalam hati orang-orang mu’ min. Ketenangan ini merupakan suasana psikologis yang melekat pada setiap individu yang mampu melakukannya. Ketenangan adalah suasana batin yang hanya bisa diciptakan sendiri, tidak ada jaminan bagi orang lain
7
untuk dapat menciptakan suasana tenang bagi seseorang yang lainnya. Seseorang yang di dalam hatinya telah tercipta mawaddah maka dengan lapang dada akan memafkan kesalahan pasangannya, dengan cinta kasih (rahmah) seseorang akan berusaha memberikan kebahagiaan kepada pasangannya, tidak pemarah apalagi meyimpan dendam. Dengan
demikian
keluarga
sakinah
merupakan
unsur-unsur
untuk
membentuk suatu ikatan keluarga yang kokoh dalam menyelesaikan masalah dan memberikan maaf. Jelaslah bahwa memaafkan dipengaruhi oleh keluarga sakinah. Keluarga sakinah akan mempunyai kemungkinan besar terhadap memaafkan, sebaliknya keluarga yang tidak sakinah akan mempunyai kemungkinan kecil terhadap memaafkan. Berdasarkan uraian di atas, mengenai pentingnya keluarga sakinah dengan memaafkan, maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai hubungan antara keluarga sakinah dengan memaafkan. Pertanyaan yang diajukan adalah “Apakah ada hubungan antara keluarga sakinah dengan memaafkan pasangan dalam pernikahan?”.
B. METODE PENELITIAN 1. Subjek penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah warga yang berdomisili di wilayah Kelurahan Gebang Raya, Kecamatan Periuk, Kota Tangerang, Propinsi Banten. Pemilihan subjek didasarkan pada beberapa kriteria, yaitu beragama islam,
8
sudah menikah, berusia 20-60 tahun, baik laki-laki maupun perempuan. Dipilihnya subjek dengan kriteria tersebut dimungkinkan subjek sudah memiliki pengalaman dalam menyelesaikan permasalahan dalam pernikahannya, serta dalam menghadapi perasaan kecewa atau sakit karena kesalahan yang dilakukan pasangannya. Jumlah subjek yang akan diambil dalam penelitian ini sekitar 80 orang. 2. Metode pengumpulan data Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode skala. Skala yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua skala, yaitu: a. Skala Memaafkan Skala
memaafkan
disusun
penulis
berdasarkan
aspek-aspek
dari
McCullough (2000), yaitu membuang keinginan untuk menghindar, membuang keinginan untuk membalas dendam dan keinginan untuk berdamai. Skala ini terdiri dari lima alternatif jawaban, yaitu: Selalu (SL), Sering (SR), Kadang-kadang (KD), Jarang (JR), Tidak Pernah (TP). Aitem-aitem tersebut terdiri dari aitem yang bersifat favourable dan unfavorable terhadap atribut yang akan diukur. Pada aitem favourable, skor untuk jawaban Selalu (SL) diberi skor 5, Sering (SR) diberi skor 4, Kadang-kadang (KD) diberi skor 3, Jarang (JR) diberi skor 2, Tidak pernah (TP) diberi skor 1. Sedangkan pada aitem unfavourabel skor untuk jawaban Selalu (SL) diberi skor 1, Sering (SR) diberi skor 2, Kadang-kadang (KD) diberi skor 3, Jarang (JR) diberi skor 4, Tidak
9
pernah (TP) diberi skor 5. Jumlah aitem-aitem memaafkan dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1 Blue Print Skala Memaafkan Sebelum Uji Coba Aspek
Favourable Nomor Butir Jumlah 7,10,19,22,28 5
Membuang keinginan untuk menghindar 8,11,20,29 Membuang keinginan untuk membalas dendam Keinginan untuk 3,6,9,12,15,18, berdamai 27,30,31 Jumlah
Unfavourable Nomor Butir Jumlah 1, 4,13,16,25 5
4
2,5,14,17,23, 26
6
9
21,24
2
18
13
b. Skala Keluarga Sakinah Keluarga sakinah dalam penelitian ini, diungkap dengan menggunakan skala keluarga sakinah yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Shihab (2007), yaitu mawaddah, rahmah dan amanah. Skala Keluarga Sakinah terdiri dari lima alternatif jawaban, yaitu: Selalu (SL), Sering (SR), Kadang-kadang (KD), Jarang (JR), Tidak Pernah (TP). Aitemaitem tersebut terdiri dari aitem yang bersifat favourable dan unfavorable terhadap atribut yang akan diukur. Pada aitem favourable, skor untuk jawaban Selalu (SL) diberi skor 5, Sering (SR) diberi skor 4, Kadang-kadang (KD) diberi skor 3, Jarang (JR) diberi skor 2, Tidak pernah (TP) diberi skor 1. Sedangkan pada aitem unfavourabel skor untuk jawaban Selalu (SL) diberi skor 1, Sering
10
(SR) diberi skor 2, Kadang-kadang (KD) diberi skor 3, Jarang (JR) diberi skor 4, Tidak pernah (TP) diberi skor 5. Jumlah aitem-aitem keluarga sakinah dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2 Blue Print Skala Keluarga Sakinah Sebelum Uji Coba Aspek Mawaddah Rahmah
Amanah
Favourable Nomor Butir 1,3,4,5,6,7,8,10,11, 12,13,14 15,16,17,18,19,20, 21,22,23,24,25,26, 27,28,29,30,31,32, 33,34,35 36,37,38,39,40,41, 42,43
Jumlah
Jumlah 12
Unfavourable Nomor Butir Jumlah 2,9 2
21
-
0
8
-
0
41
2
3. Metode analisis data Penelitian ini merupakan penelitian korelasional, yaitu ingin mengetahui hubungan antara keluarga sakinah dengan memaafkan pasangan dalam pernikahan. Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan statistik uji korelasi Product moment dari Pearson yang diproses dengan menggunakan program statistik SPSS for windows 12.00.
C. HASIL PENELITIAN 1. Deskripsi Hasil Penelitian
11
Hasil penelitian yang berupa angka-angka dideskripsikan agar memberikan manfaat dan gambaran mengenai subjek penelitian, dari data yang terkumpul diperoleh deskripsi data sebagai berikut:
Tabel 3 Deskripsi Data Subjek Penelitian Variabel Keluarga Sakinah Memaafkan
Min 130 86
Maks 170 120
Mean 151,45 107,26
SD 8,87 7,84
Berdasarkan deskripsi data menunjukkan bahwa mean keluarga sakinah adalah 151,45 dengan standar deviasi (SD) = 8,87. Sedangkan mean memaafkan adalah 107,26 dengan standar deviasi 7,84. Penelitian selanjutnya mengelompokkan skor skala keluarga sakinah menjadi lima kategori, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Ketegori jenjang bertujuan untuk menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 1999). Berikut ini adalah kriteria skala: Tabel 4 Kategori Keluarga Sakinah Kategori Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah
Nilai X > 167,416 156,772 < X = 167,416 146,128 < X = 156,772 135,484 = X = 146,128 X < 135,484 Jumlah
12
N 2 21 33 21 3 80
Jumlah Prosentase 2,5% 26,25% 41,25% 26,25% 3,75% 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga sakinah pada pasangan suami istri yang bertempat tinggal di wilayah RT 01 dan RT 02, RW 11, Kelurahan Gebang Raya, Kecamatan Periuk, Kota Tangerang berada dalam kategori sedang. Sedangkan kategorisasi memaafkan disajikan dalam tabel berikut Tabel 5 Kategori Memaafkan Kategori Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah
Nilai X > 121,372 111,964 < X = 121,372 102,556< X = 111,964 93,148 = X = 102,556 X < 93,148 Jumlah
N 0 27 29 22 2 80
Jumlah Prosentase 0% 33,75% 36,25% 27, 5% 2,5% 100%
Berdasarkan tabel di atas, kategori memaafkan pada pasangan suami istri yang bertempat tinggal di wilayah RT 01 Dan Rt 02, RW 11, Kelurahan Gebang Raya, Kecamatan Periuk, Kota Tangerang berada dalam kategori sedang. 2. Hasil Uji Asumsi a. Uji Normalitas Uji normalitas sebaran pada penelitian ini menggunakan teknik analisis One
Sample
Kolmogorov
Smirnov
Test,
yang
digunakan
untuk
membandingkan frekuensi harapan dan frekuensi amatan, apabila ada perbedaan antara frekuensi harapan dan frekuensi amatan dengan taraf signifikansi 5% (p<0,05) maka distribusi sebaran dinyatakan tidak normal,
13
sebaliknya apabila (p>0,05) maka distribusi sebaran dinyatakan normal. Hasil uji normalitas diperoleh sebaran skor memaafkan dan keluarga sakinah adalah sebagai berikut: Tabel 6 Hasil Uji Normalitas Data Memaafkan Keluarga Sakinah
Kolmogorov Smirnov Z 0,782 0,732
Probabilitas 0,573 0,657
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai KSZ memaafkan sebesar 0,782 dengan probabilitas 0,573 dan nilai KSZ keluarga sakinah sebesar 0,732 dengan probabilitas sebesar 0,657 yang berarti bahwa semua nilai probabilitas tersebut lebih besar dari 0,05. Dengan demikian dapat diartikan bahwa data memaafkan dan data keluarga sakinah mempunyai distribusi normal, sehingga subjek dalam penelitian tergolong representatif atau dapat mewakili populasi yang ada. b. Uji Linieritas Uji Linieritas digunakan untuk mengetahui apakah hubungan variabel dependent dengan variabel independent merupakan garis lurus yang linier atau tidak. Berikut ini adalah hasil uji linieritas. Tabel 7 Rekapitulasi Perhitungan Uji Linieritas Uji Linieritas Keluarga Sakinah Pernikahan
dengan
Memaafkan
dalam
Fhit
P
47,216
0,000
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa nilai Flinierity antara variabel keluarga sakinah
dengan memaafkan sebesar=47,216 dengan
14
p=0,000. Dengan taraf signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 (p<0,05), menunjukkan bahwa hubungan kedua variabel dalam penelitian ini merupakan garis lurus atau linear, sehingga asumsi linieritas terpenuhi. 3. Hasil Uji Hipotesis Uji hipotesi dalam penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan teknik product moment dari Pearson dengan program SPSS for windows versi 12.00. Tabel 8 Hasil Uji Hipotesis Correlation KELUARGA_ SAKINAH KELUARGA_SAKINAH
MEMAAFKAN
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
1 . 80 .600(**) .000 80
MEMAAFKAN .600(**) .000 80 1 . 80
** Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Berdasarkan tabel di atas, hasil analisis data menunjukkan korelasi (r) antara keluarga sakinah dan memaafkan sebesar 0,600 dengan p = 0,000 (p < 0,01). Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara keluarga sakinah dengan memaafkan pasangan dalam pernikahan, sehingga hipotesis yang diajukan, yaitu adanya hubungan yang positif antara kedua variabel diterima. Tabel 9 Hasil Analisis Koefisien Determinasi (r2) Variabel
r2
r
15
p
Keterangan
Keluarga sakinah dengan memaafkan
0,600
0,360
0,000
Signifikan
Analisis koefisien determinasi (r2) variabel keluarga sakinah dengan memaafkan sebesar 0,360. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga sakinah memberikan sumbangan sebesar 36% terhadap memaafkan pada suami isteri. 4. Analisis tambahan Analisis tambahan yang digunakan adalah analisis regresi menggunakan metode stepwise yang bertujuan untuk melihat aspek manakah yang paling berpengaruh menjadi prediktor. Tabel 10 Hasil Analisis Tambahan Model Summary Change Statistics Mode l 1 2
Std. Error of the Estimate 6.61383 6.48813
Adjusted R R Square R Square .546(a) .298 .289 .577(b) .333 .315 a Predictors: (Constant), RAHMAH b Predictors: (Constant), RAHMAH, AMANAH
R Square Change .298 .035
F Change 33.047 4.052
df 1 1 1
df2 78 77
Sig. F Change .000 .048
Berdasarkan tabel di atas, didapatkan kesimpulan bahwa aspek rahmah yang paling mempengaruhi atau faktor yang menjadi prediktor memaafkan adalah aspek rahmah. Hal ini dapat dilihat dari angka R Square Change sebesar 0,298 yang menunjukkan bahwa 29,8% memaafkan dipengaruhi oleh aspek rahmah, dan 3,5% dipengaruhi oleh aspek rahmah dan amanah sedangkan sisanya 66,7% disebabkan oleh variabel-variabel lainnya.
16
D. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil korelasi Pearson diketahui bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara Keluarga Sakinah dengan memaafkan pasangan dalam pernikahan, atau dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi keluarga sakinah maka semakin tinggi pula kemampuan memaafkan pada pasangan suami istri. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah keluarga sakinah maka semakin rendah pula kemampuan memaafkan pada pasangan suami istri. Hasil analisis statistik deskriptif diketahui bahwa keluarga sakinah dan memaafkan berada dalam kategori sedang. Tinggi rendahnya kemampuan memaafkan seseorang terkait dengan tinggi rendahnya keluarga sakinah. Hasil penelitian ini selaras dengan teori yang mendasari hipotesa penelitian, menurut McCullough (2000) bahwa dalam memaafkan terkait dengan tingkat kedekatan, komitmen dan kepuasan. Hampir bisa dipastikan bahwa individu akan mudah memaafkan kesalahan jika pembuat kesalahan mempunyai kedekatan dengan korban, komitmen dan kepuasan. Kedekatan yang ada pada setiap pasangan akan mempermudah pasangan dalam melihat perasaan pasangannya ketika tersakiti sehingga semaksimal mungkin seseorang akan berusaha untuk tidak menyakiti pasangannya termasuk membalas dendam atau keinginan untuk tidak memaafkan. Disamping itu, orang yang disakiti akan lebih mudah memaafkan pelaku yang mempunyai komitmen tinggi karena lebih merasakan kerugian dengan terputusnya hubungan mereka.
17
Tidak memaafkan kesalahan pasangan bukan hanya akan menyakiti diri sendiri, tetapi juga akan menyakiti pasangan karena membuat pasangan merasa bersalah. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Williamson (Martin, 2003) yang mengungkapkan bahwa pikiran dendam dan menyerang orang lain berarti menyerang pikiran diri dan langkah permulaan menuju kesehatan diri adalah keinginan untuk memaafkan. Keluarga sakinah tentunya mempunyai peranan dalam membantu seseorang mengatasi amarahnya atau dengan kata lain memaafkan kesalahan dari pada membalasnya. Keluarga sakinah merupakan keluarga yang di dalamnya tercipta suasana yang nyaman, tentram, dan tenang, sehingga menjadi tempat tumbuhnya cinta kasih (mawaddah, rahmah dan amanah) di antara sesama anggota keluarga. Saat cinta kasih terbentuk maka seseorang akan lebih lapang dalam melihat kesalahan pasangannya, dengan demikian maaf pun mudah diberikan. Rata-rata skor empiris keluarga sakinah dalam penelitian ini berada pada kategori sedang. Hal tersebut mengindikasikan bahwa sebagian besar subjek belum sepenuhnya mampu menciptakan keluarga yang di dalamnya memberikan suasana yang nyaman, tentram, dan tenang, sehingga menjadi tempat tumbuhnya cinta kasih (mawaddah, rahmah dan amanah) di antara sesama anggota keluarga. Selaras dengan variabel keluarga sakinah, hasil penelitian menunjukkan bahwa kategori skor memaafkan pada subjek penelitian berada dalam kategori sedang. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar subjek belum sepenuhnya menerima dan memaafkan kesalahan pasangannya, dalam hal ini terkadang subjek
18
masih menghindari pasangan atau bahkan membalas dendam namun masih ada keinginan untuk berdamai. Secara keseluruhan sumbangan yang diberikan dari variabel keluarga sakinah untuk variabel memaafkan pada pasangan suami istri adalah sebesar 36%. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa meskipun keluarga sakinah memiliki hubungan positif dengan memaafkan pasangan, namun sumbangannya relatif kecil. Seperti yang diungkapkan oleh McCullough (2000), selain tingkat kedekatan, komitmen dan kepuasan yang terdapat dalam suatu keluarga, memaafkan juga dipengaruhi oleh empati dan perspektif taking, perenungan dan penekanan, serta adanya permintaan maaf dari pelaku. Berdasarkan analisis tambahan dengan menggunakan analisis regresi menggunakan metode stepwise diperoleh hasil bahwa aspek keluarga sakinah yang paling mempengaruhi memaafkan adalah aspek rahmah yaitu sebesar 29,8% dan 3,5% dipengaruhi oleh aspek rahmah dan amanah. Penelitian ini masih banyak kelemahan diantaranya tentang alat ukur penelitian. Walaupun kedua skala yang digunakan telah melalui proses reviu dan professional judgement, tidak menutup kemungkinan bahwa keduanya masih mengandung social desirability. Variabel keluarga sakinah dan variabel memaafkan merupakan hal yang bersifat pribadi, sehingga tidak menutup kemungkinan subjek tidak sepenuhnya terbuka dan jujur dalam memberikan jawaban. Kemungkinan terjadinya overlap antara keluarga sakinah dan memaafkan karena korelasi antara keduanya termasuk tinggi yaitu sebesar 0,600. Di samping itu, karena Keluarga
19
Sakinah merupakan konstruk baru sehingga referensi yang digunakan masih sangat terbatas dan memerlukan jabaran serta penelitian yang lebih mendalam.
E. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis pada Bab IV, kesimpulan yang dapat diambil adalah terdapat hubungan positif yang signifikan antara keluarga sakinah dengan memaafkan pasangan dalam pernikahan. Semakin tinggi keluarga sakinah maka semakin tinggi pula kemampuan memaafkan pada pasangan suami istri, begitu pula sebaliknya. Kategori skor keluarga sakinah dan memaafkan berada dalam kategori sedang. Sumbangan yang diberikan dari keluarga sakinah untuk variabel memaafkan pada pasangan suami istri sebesar 36%. Aspek keluarga sakinah yang paling berpengaruh dalam memaafkan adalah aspek rahmah
dengan sumbangan sebesar 29,8% dan 3,5% dipengaruhi oleh
aspek rahmah dan amanah.
F. SARAN Berdasarkan hasil penelitian ada beberapa saran yang dikemukakan oleh peneliti. Beberapa saran tersebut antara lain: 1. Bagi pasangan suami istri Disarankan kepada pasangan suami istri untuk dapat membina keluarga sakinah karena dengan terbentuknya keluarga sakinah akan membantu
20
meningkatkan kemampuan memaafkan karena memaafkan merupakan salah satu faktor penting dalam menyokong kelangsungan dan kepuasan perkawinan.
2. Bagi peneliti selanjutnya a. Bagi peneliti selanjutnya yang diharapkan dapat mengembangkan penelitian sejenis, baik dari segi tema, variabel, metode, maupun alat ukur, agar penelitian dalam bidang yang berkaitan dengan keluarga sakinah dan memaafkan menjadi lebih baik dan berkualitas. Metode observasi dan wawancara pun dapat digunakan sebagai alternatif metode pengumpulan data tambahan selain dengan menggunakan angket. b. Perlu diperhatikan variabel ekstra yang mungkin dapat mempengaruhi hasil penelitian, misalnya dengan memperhatikan tipe kepribadian, jenis kelamin, serta rentang usia pernikahan.
21
22