NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA RESILIENSI DENGAN STRES PADA ANGGOTA POLRI
Oleh : Desy Ardita Vesdiawati RA Retno Kumolohadi, S.Psi., M.Si
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2008 NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA RESILIENSI DENGAN STRES PADA ANGGOTA POLRI
Telah Disetujui Pada Tanggal
_______________________
Dosen Pembimbing Utama
(RA. Retno Kumolohadi, S. Psi.,M.Si, Psi)
HUBUNGAN ANTARA RESILIENSI DENGAN STRES PADA ANGGOTA POLRI
Desy Ardita Vesdiawati RA. Retno Kumolohadi, S. Psi., M. Si, Psi
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan antara resiliensi dengan stres pada anggota Kepolisian Republik Indonesia (POLRI). Hipotesis awal dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara tingkat resiliensi dengan stres pada anggota Polri. Semakin tinggi resiliensi maka semakin rendah stres yang akan dialami anggota Polri. Dan sebaliknya, semakin rendah resiliensi, maka semakin tinggi stres yang dialami anggota Polri. Subjek dalam penelitian ini adalah 80 subjek, yang terdiri dari 55 subjek dari satuan fungsi Lalu Lintas (Sat Lantas) dan 25 subjek dari satuan fungsi Reserse dan Kriminal (Sat Reskrim). Dengan kriteria anggota polisi dari Sat Reskrim dan Sat Lantas Poltabes Yogyakarta, jenis kelamin laki-laki maupun perempuan, dan status sudah menikah maupun belum menikah. Pengambilan subjek dengan teknik purposive sampling. Adapun skala yang digunakan adalah skala resiliensi yang diadaptasi mengacu dari Reivich & Shatte (2002) dan modifikasi dari Nisa (2007) yang berjumlah 35 aitem. Sedangkan skala stres dibuat sendiri oleh peneliti dengan mengacu aspek dari Sarafino (1994) yang berjumlah 20 aitem. Koefisien validitas skala resiliensi bergerak antara 0,261 sampai dengan 0,886 dan koefisien reliabilitasnya sebesar 0,968. Koefisien validitas skala stres bergerak antara 0,257 sampai dengan 0,569 dan koefisien reliabilitasnya 0,802. Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan program SPSS versi 12.0 for Windows, untuk menguji apakah terdapat hubungan antara resiliensi dengan stres. Korelasi product moment Pearson menunjukkan korelasi sebesar r = -0,314 dengan p = 0,002 (p<0,01) yang berarti ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara resiliensi dengan stres pada anggota Polri. Jadi hipotesis penelitian diterima. Kata Kunci: Resiliensi, Stres
PENGANTAR Pada era reformasi yang berkepanjangan ini, krisis multidimensi yang dialami bangsa ini belum juga berakhir. Perkembangan ekonomi yang cepat, perampingan perusahaan, kasus PHK, serta bangkrutnya beberapa perusahaan yang berkepanjangan telah menimbulkan dampak yang sangat merugikan bagi masyarakat Indonesia. Sifat hakikat perusahaan mulai bergeser, dari pekerjaan yang bersifat kerajinan (craft) menjadi pekerjaan yang berbasis pengetahuan (knowledge based works) dan kebutuhan sumberdaya manusia juga berubah kearah pekerja yang berpengetahuan (knowledge workers), karena itu pekerjaan yang bersifat rutin mulai diganti dengan tugas pekerjaan yang menekankan pada inovasi dan perhatian. Bagaimana dengan POLRI? pada organisasi POLRI yang menuju polisi sipil dan demokratis, peran dan fungsinya adalah memberikan pelayanan dan keamanan dengan tujuan melindungi harkat dan martabat manusia sehingga dapat melakukan produktivitasnya dengan aman. Sejak 1 April 1999, Polri resmi menjadi institusi mandiri dengan melepaskan diri dari tubuh TNI. Polri menjelma menjadi satu-satunya institusi yang mandiri, memberikan kesempatan kepada Polri untuk dapat memformat diri menjadi lembaga
yang
mengemban
amanat
mahaberat
(http://www.Pikiran-
rakyat.com/10/02/08). Hal ini dikuatkan dalam UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang Polri, antara lain menetapkan kedudukan Polri sebagai alat Negara yang melaksanakan kekuasaan Negara di bidang kepolisian preventif dan represif dalam rangka criminal justice
system,
dengan
tugas
utama
pemeliharaan
keamanan
negeri
(http://www.jelajahsemesta.blogspot.com/10/02/08). Isi dari UU Nomor 2 Tahun 2002 diatas menunjukkan bahwa masyarakat sebagai objek riil dari pengamanan, sehingga sangat diperlukan kerjasama yang baik dan saling pengertian yang positif antara Polri dengan masyarakat. Kenyataan yang ada, tugas Polri melenceng jauh dari konteks ideal. Menurut Bambang Widodo Umar (Pengamat Kepolisian,2007) Di satu sisi tugas-tugas di kepolisian sangat memungkinkan adanya strain atau ketegangan, selain itu juga masalah potensi stres yang sangat tinggi karena tugasnya cukup berat dan sekarang beban tugas polisi sangat tinggi, ditambah sistem sentimen seperti like dan dislike di kepolisian (http://www.Perspektif.net.id/10/02/08). Selain tingkat ancaman serta resiko yang tinggi, polrilah satu-satunya unsur birokrasi di negeri ini yang benar-benar bekerja 24 jam per hari dan tujuh hari per minggu tanpa mengenal hari libur maupun cuaca. Polisi bekerja sepanjang waktu. Selain itu, dimasa perang maupun damai polri akan tetap bekerja sepanjang waktu. Kondisi kerja yang sangat berbahaya merupakan salah satu sumber yang menyebabkan terjadinya stress. Stress juga dapat muncul di lingkungan kerja polisi, yang dituntut untuk selalu berdisiplin tinggi, patuh pada peraturan yang berlaku dan tunduk pada perintah atasan, cepat dan tanggap mengatasi segala permasalahan yang ada (http://www.jelajahsemesta.blogspot.com/10/02/08). Hal ini juga didukung oleh pernyataan dari pengamat kepolisian Bambang Widodo Umar (detikcom,2007) menurutnya, polisi memiliki tingkat stres yang tinggi.
Beban kerja mereka berlebihan dan belum ditambah beban mereka untuk menghidupi keluarganya. Bahkan tugas yang berat ini sering mengundang bahaya. Stres merupakan respon organisme untuk menyesuaikan diri dengan tuntutantuntutan yang berlangsung. Tuntutan-tuntutan yang dialami polisi diatas merupakan sumber stres. Stres juga bisa diartikan sebagai tekanan, ketegangan atau gangguan yang tidak menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang. Stres merupakan suatu bentuk tanggapan seseorang, baik secara fisik maupun mental, terhadap suatu perubahan di lingkungannya yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam (Anoraga, P.,2001) Faktor kepribadian yang diduga dapat berperan dalam mengungkap stres adalah resiliensi. Resiliensi merupakan hal yang penting ketika membuat keputusan yang berat dan sulit disaat terdesak (Rositah muchtar, 2004). Hal yang terpenting dalam membangun kemampuan resiliensi adalah kepercayaan (trust). Seseorang harus mampu mempercayai dirinya sendiri dan orang lain. Rasa percaya ini merupakan dasar dari cara pandang yang positif, optimisme, sikap yang terbuka terhadap pengalaman baru, kemandirian, serta kemampuan membina relasi yang sehat dengan orang lain, yang kesemuanya merupakan
bekal
untuk
menjadi
individu
yang
resilient
(http://www.mariaherlina.wordpress.com/22/03/08). Dengan melihat uraian diatas, maka sangat sesuai jika Polri terutama dua birokrasi yaitu Polantas dan Sat Reskrim berpotensi mengalami stres. Stres
merupakan faktor kuat yang mempengaruhi pribadi seseorang. Resiliensi merupakan faktor kepribadian yang dapat mempengaruhi individu dalam mengungkap stres. Semakin tinggi resiliensi seseorang, maka semakin rendah tingkat stres yang dihadapinya, begitu pula sebaliknya semakin rendah resiliensi seseorang maka semakin tinggi tingkat stresnya.
METODE PENELITIAN Subjek penelitian yang digunakan adalah anggota Kepolisian (POLRI) dari Satuan Reserse Kriminal (Reskrim) dan Satuan Lalu Lintas (Lantas) Poltabes Yogyakarta. Kriteria yang digunakan antara lain; Bintara Sat Reskrim dan Sat Lantas, jenis kelamin laki-laki maupun perempuan baik yang sudah menikah maupun belum menikah. Pengumpulan data dilakukan dengan metode skala. Skala ini terdiri dari skala resiliensi yang diadaptasi dari Reivich & Shatte (2002) dan modifikasi dari Nisa (2007) dan skala stres yang dibuat sendiri oleh peneliti dengan mengacu aspek dari Sarafino (1994). Metode analisis data pada penelitian ini adalah analisis statistik. Untuk melihat hubungan antara resiliensi dengan stres pada anggota Polri yaitu dengan menggunakan korelasi product momet Pearson.
HASIL PENELITIAN 1. Uji Asumsi Sebelum melakukan analisis korelasi product moment Pearson untuk menguji hipotesis penelitian, peneliti melakukan uji asumsi meliputi uji normalitas dan uji linieritas. a. Uji Normalitas Hasil uji normalitas dengan menggunakan program SPSS (Statistic Program For Social Science) versi 12.0 for Windows dengan teknik one sample Kolmogorof Smirnov menunjukkan nilai K-S-Z sebesar 1,036 dengan p = 0,233 (p>0,05) untuk stres dan nilai K-S-Z sebesar 1,052 dengan p = 0,219 (p>0,05) untuk resiliensi. Hasil uji normalitas ini menunjukkan bahwa stres dan resiliensi memiliki sebaran normal. b. Uji Linearitas Hasil uji linearitas dengan menggunakan program komputer SPSS (Statistic Program For Social Science) versi 12.0 for Windows dengan teknik Compare Means menunjukkan F = 11,359; p = 0,001. Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dikatakan bahwa hubungan kedua variabel tersebut adalah linier karena p<0,05. 2. Uji Hipotesis Hasil analisis data menunjukkan korelasi antara variabel stres dengan resiliensi nilai r = - 0,314 dengan p = 0,002 (p<0,01). Hal ini berarti menunjukkan
bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara stres dengan resiliensi pada anggota Polri, sehingga hipotesis yang diajukan dapat diterima. Analisis koefisien determinasi pada korelasi antara stres dengan resiliensi menunjukkan angka sebesar 0,099 yang berarti resiliensi memberikan sumbangan sebesar 9,9 % terhadap stres. 3. Hasil Analisis Tambahan Hasil yang diperoleh menunjukkan tidak ada perbedaan stres antara anggota Sat Lantas dengan Sat Reskrim dengan p = 0,468 (p>0,05).
PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis data penelitian, maka hipotesis yang telah diajukan, yaitu ada hubungan negatif antara resiliensi dengan stres pada anggota Polri di wilayah Poltabes Yogyakarta dapat diterima. Hasil analisis korelasi dengan menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson menunjukkan koefisien korelasi (r) sebesar -0,314 dengan p = 0,002 (p<0,01), dengan hasil tersebut dapat diartikan bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara resiliensi dengan stres pada anggota Polri. Semakin tinggi resiliensi maka semakin rendah stres yang dialami anggota Polri. Diterimanya hipotesis penelitian menunjukkan bahwa resiliensi berhubungan dengan stres pada anggota Polri dimana resiliensi memberikan sumbangan sebesar 9,9 % terhadap stres dan selebihnya sebesar 90,1 % dipengaruhi oleh faktor lain yang berasal dari dalam maupun dari luar diri subjek. Sarafino (1994)
menyebutkan bahwa faktor dari dalam individu dapat muncul melalui penyakit, tingkatan stres yang muncul tergantung pada keadaan rasa sakit dan umur individu. Sedangkan faktor eksternal antara lain dapa tmuncul dari keluarga, tempat kerja, dan lingkungan di sekitarnya. Lingkungan fisik yang dapat menyebabkan stres antara lain kesesakan, suhu yang terlalu panas, kecelakaan lalu lintas, bencana alam, dsb. Hal ini juga dikuatkan dengan penelitian dari NIOSH (National Institute For Occupational Safety and Health) (dalam Mochtar, 2004), yang menyatakan bahwa penyebab stres dapat berasal dari dalam diri individu yaitu usia, kondisi fisik, dan faktor kepribadian maupun dari luar individu baik dari lingkungan keluarga, lingkungan kerja, cita-cita maupun ambisi. Setiap individu dalam menghadapi stres berbeda-beda, tergantung diri individu dalam memaknai stresnya. Dari hasil penelitian, stres yang dialami anggota Sat Lantas dan Sat Reskrim di Poltabes Yogyakarta berada dalam kategori rendah hingga sedang. Dalam kategori rendah menunjukkan sebanyak 20 orang atau 25 % dan kategori sedang sebanyak 60 orang atau 75 %. Tidak ada subjek yang memiliki stres pada kategori sangat rendah, tinggi dan sangat tinggi. Sedangkan resiliensi anggota Polri berada dalam kategori sedang sebanyak 2 orang atau 2,5 %, tinggi sebanyak 71 orang atau 88,75 % dan bahkan adapula subjek yang memiliki resiliensi dalam kategori sangat tinggi yaitu sebanyak 7 orang atau 8,75 %. Untuk kategori rendah dan sangat rendah, tidak ada subjek yang berada dalam kategori tersebut. Dari hasil penelitian ini, menunjukkan
bahwa subjek telah memiliki resiliensi yang tinggi, sehingga dapat membantu dalam menghadapi stres.
KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan negatif yang sangat signifikan antara resiliensi dengan stres pada anggota Polri. Adanya hubungan antara kedua variabel tersebut ditunjukkan oleh koefisien korelasi (r) sebesar 0,314 dengan p=0,002 (p<0,01). Hal ini berarti semakin tinggi resiliensi maka semakin rendah stres yang dialami anggota Sat Lantas dan Sat Reskrim Poltabes Yogyakarta. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah resiliensi maka semakin tinggi stres yang dialami anggota Sat Lantas dan Sat Reskrim Poltabes Yogyakarta. Resiliensi memberikan sumbangan 9,9 % terhadap stres. Untuk kategorisasi, para anggota Sat Lantas dan Sat Reskrim Poltabes menunjukkan stres rendah hingga sedang, dan 88,75 % memiliki resiliensi yang tinggi. Jadi hipotesis yang menyatakan ada hubungan negatif antara resiliensi dengan stres pada anggota Polri dapat diterima.
SARAN Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut : 1. Bagi Anggota Polri
a. Diharapakan dapat menjaga hubungan baik dengan anggota keluarga, atasan, rekan kerja, dan masyarakat sehingga dalam menangani suatu masalah dapat segera diatasi tanpa berlarut-larut. b. Diharapkan para anggota dapat mempertahankan resiliensi yang dimiliki mengingat beban kerja yang tinggi dan sangat beresiko sehingga dapat mengantisipasi timbulnya stres dalam diri anggota. Misalnya, selalu optimis dengan apa yang akan dihadapi, dapat memotivasi diri untuk selalu menjadi lebih baik, tidak mudah menyerah, dapat mengendailkan masalah, dll. 2. Bagi Kepala Kesatuan a. Diharapkan dapat menciptakan suasana kerja yang kondusif bagi para anggota dalam bekerja, sehingga dapat membantu terciptanya kinerja yang baik pada Polri. b. Diharapkan memberikan perhatian dan motivasi pada anggota, agar dapat tercipta hubungan yang baik antara atasan dengan bawahan sehingga anggota akan termotivasi dan dapat meningkatkan kualitas pekerjaannya. 3. Bagi Keluarga a. Diharapkan selalu memberi perhatian dan dukungan sehingga dapat terwujudkan anggota Polri yang memiliki ketahanan dalam menghadapi suatu permasalahan. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Penelitian yang berkaitan dengan resiliensi dengan stres masih perlu untuk diungkap khususnya berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kedua variabel tersebut. Selain itu perlu dilakukan penelitian lain dengan subjek yang berbeda, misalnya pada pekerja di instansi-instansi lain, relawan, remaja, orang tua atau mahasiswa sehingga menghasilkan berbagai macam variasi penelitian. b. Diharapkan pada peneliti selanjutnya lebih teliti dalam pemilihan aitem dalam pembuatan skala dan penentuan seberapa banyak aitem yang disajikan
yang
sesuai
dengan
kondisi
subjek
sehingga
dapat
meminimalisirkan adanya social desirability pada diri subjek saat mengisi skala.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1999. Polisi sebagai ‘civilian http://www.library.ohiou.edu./indopubs/08/09/08)
in
uniform’.
Artikel.
_______. 2007. Jejak kasus: tewasnya Wakapolwiltabes Semarang. Artikel. http://
[email protected],12/02/08 _______. 2007. Polisi saling tembak salah sistem atau wajar?. Artikel. http://www.perspektif,net,id,10/02/08 _______. 2007. Setumpuk problem polisi. Artikel. http://www.pikiranrakyat.com,10/02/08 _______. 2007. sistem pembinaan personel polisi rawan diskriminasi. Artikel. http://www.detik.com,10/02/08 _______. 2008. manusia dan bencana: bukan korban tetapi orang yang berhasil selamat. Artikel. http://www.mariaherlina.wordpress.com,22/03/08 _______. 2008. dosa tak terampun, http://www.tempointeraktif.com,22/03/08
jasa
tak
terhimpun.
Artikel.
_______. 2008. sensus penduduk 2010 diperkirakan telan Rp. 6 triliun. Artikel. http://www.mediaindonesia.com/index.php/08/09/08 _______. 2008. UU Nomor 2 tahun 2002. Artikel http://www.polri.go.id/08/09/08 _______. 2008. kebijakan 47e0b49d22935.pdf. Artikel. http://www.lantas.metro.polri.go.id/perpustakaan/08/09/08)
________. 2008. Sekilas tentang reskrim. Artikel http://www.jogja.polri.go.id/08/09/08
Anoraga, P. 2001. Psikologi kerja. Jakarta: Rineka Cipta
Atikarini, A. 2001. Hubungan antara kepercayaan diri dengan tingkat stres pada alumni UII dalam mencari kerja. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia
Atkinson, M, J. 1990. Mengatasi stres di tempat kerja: terjemahan. Jakarta: Bina rupa aksara
Azwar, S. 2001. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar ________. 2003. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar _________. 2005. penyusunan skala psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Brecht, G. 2000. Mengenal dan menanggulangi stres. Jakarta: PT. Prenhallindu Chaplin, J., P. 2001. Kamus Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Grotberg. 1995. Taping your inner streght: how to find the resilience to deal with anything. New Harbinger Publications, Inc
Hadi, S. 1996. Statistik Jilid 2. Yogyakarta : Andi
Handoko, T. 1987. Manajemen personalia dan sumber daya manusia: edisi 2. Yogyakarta: BPFE UGM Hardjana, A, M. 1994. Stres tanpa distres: seri mengolah stres. Yogyakarta: Kanisius Mochtar, R. 2004. Hubungan antara resilience dengan stres kerja pada karyawan PT. Telkom Divre VI Balikpapan. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia
Munandar, A, S. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: UI-Pres
Nisa, H. 2007. Pelatihan manajemen stres untuk meningkatkan resiliensi remaja penyintas gempa dan tsunami di Nangroe Aceh Darusalam. Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada
Novvida, K. 2007. Penerimaan diri dan stres pada penderita diabetes melitus. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia
Reivich & Shatte. 2002. The Resilience Factor: 7 essential skills for overcoming lives invitable. New York
Rosikhin. 2007. stres dan depresi akibat tidak menjalankan agama. http://www.asianimex.wordpres.com
Sarafino. 1994. Health Psychology: biopsychosocial interaction. New York Smert, B. 1994. Psikologi kesehatan. Jakarta: PT. Grasindo
Taylor, S, E. Health Psychology: third edition. Mc Graw Hill International Editions