NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KELUARGA SAKINAH DENGAN KECENDERUNGAN PERSELINGKUHAN PADA PASANGAN SUAMI ISTRI
Oleh : DEVI QORRY SURYANDANI 04 320 202
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2008
HUBUNGAN ANTARA KELUARGA SAKINAH DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP TERJADINYA PERSELINGKUHAN Devi Qorry Suryandani Irwan Nuryana Kurniawan Universitas Islam Indonesia
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan negatif antara keluarga sakinah dengan kecenderungan terhadap terjadinya perselingkuhan. Dugaan awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara keluarga sakinah dengan kecenderungan terhadap terjadinya perselingkuhan, dimana semakin tinggi tingkat keluarga sakinah maka semakin rendah kecenderungan terhaap terjadinya perselingkuhan dan berlaku sebaliknya. Subjek pada penelitian ini adalah pasangan suami istri yang bertempat tinggal di jakarta timur khususnya di kelurahan ciracas kecamatan ciracas RW 09 RT 001 dan RT 002 sebanyak 80 orang. Alat ukur yang digunakan adalah Skala keluarga sakinah yang dikembangkan oleh peneliti dari hasil penelitian sebelumnya dengan mengacu pada aspek-aspek yang dikemukakan oleh Shihab (2007) dan Skala perselingkuhan dengan mengacu pada aspek-aspek yang dikemukakan oleh Jackson (2002). Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis korelasi Spearman dengan menggunakan fasilitas program SPSS versi 12,0 untuk menguji apakah terdapat hubungan antara keluarga sakinah dengan kecenderungan terhadap terjadinya perselingkuhan. Hasil uji hipotesis diperoleh koefisien korelasi antara keluarga sakinah dengan kecenderungan terhadap terjadinya perselingkuhan sebesar – 0,241 dengan p = 0,016 (p < 0,05) yang artinya ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara keluarga sakinah dengan kecenderungan terhadap terjadinya perselingkuhan. Jadi hipotesis penelitian diterima. Kata kunci : Keluarga Sakinah, Perselingkuhan.
PENGANTAR Dewasa ini semakin banyak kasus perselingkuhan yang terjadi Tobing menyatakan bahwa pada tahun 1988, 65% pria di Jakarta pernah berselingkuh, 50% dilakukan dengan PSK (pekerja Seks Komersial) dan 27,8% melakukan hubungan seks extramarital dengan teman sekerja yang sudah menikah (Yulianto, 2000). Ma‟ruf (2007) menambahkan bahwa perselingkuhan di kalangan eksekutif pria di Jakarta dilatari hasrat afeksi tertinggi yaitu akibat sering bertemu (33%) maka tidak heran bila rekan kerja merupakan pasangan selingkuh paling banyak (23%) setelah mantan pacar (37%). Tahun 2005, ada 13.779 kasus perceraian yang bisa dikategorikan akibat selingkuh, 9.071 karena gangguan orang ketiga, dan 4.708 akibat cemburu. Persentasenya mencapai 9,16% dari 150.395 kasus perceraian tahun 2005 atau 13.779 kasus. Dengan kata lain, dari 10 keluarga bercerai, satu diantaranya karena selingkuh. Rata-rata, setiap dua jam ada tiga pasang suami istri bercerai karena berselingkuh (Ma‟ruf, 2007). Berdasarkan data penelitian di atas menunjukkan bahwa perselingkuhan merupakan salah satu masalah putusnya perkawinan. Menurut Babin (2008) Perselingkuhan adalah suatu hubungan yang melibatkan seseorang secara emosional dengan orang lain yang bukan pasangan sahnya dan dapat menimbulkan ketegangan dengan pasangan sahnya. Perselingkuhan lebih banyak dilakukan oleh laki-laki daripada perempuan dan perselingkuhan yang terjadi di Jakarta angkanya cukup signifikan. Menurut Yulianto (2000) dalam budaya Indonesia yang melakukan perselingkuhan lebih banyak laki-laki dibanding dengan perempuan sebagian disebabkan oleh nilai-nilai budaya yang lebih menghargai laki-laki daripada perempuan, di samping itu pada kenyataannya laki-laki lebih sering terlihat lebih bergairah dengan bertambahnya usia, sementara perempuan yang tua pada budaya Indonesia secara umum menjadi kurang menarik. Perselingkuhan sangat bertentangan dengan peraturan Perundang-Undangan Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan. Sebagaimana yang dimaksud pada pasal 3 ayat 1 menjelaskan bahwa “Pada asasnya dalam suatu perkawinan seorang pria hanya
boleh mempunyai seorang istri. Seorang wanita hanya mempunyai seorang suami. Lebih lanjutnya pada pasal 3 ayat 2 menyebutkan “pengadilan dapat memberi izin kepada seorang suami untuk beristri lebih dari seorang apabila dikehendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam peraturan
undang-undang
dengan
sendirinya
telah
melarang
terjadinya
perselingkuhan. Orang yang melakukan perselingkuhan sama saja dia melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku dan mendapatkan hukuman sesuai dengan yang dilakukannya serta dimungkinkan dikenakan hukuman pidana (pasal 279-280 KUHP,2001). Orang yang melakukan perselingkuhan sama saja melanggar ikatan suci yang telah disakralkan oleh agama, menurut Zainuddin (2005) perkawinan merupakan ikatan suci (misaqan ghalida) antara dua orang yang sangat disakralkan oleh agama dan bukan ikatan yang mudah diganti dan dipisahkan, tetapi ikatan kuat yang harus dijaga sampai akhir hayat. Pada pengamatan awal, penulis melihat ada beberapa keluarga yang dapat dikatakan sakinah tetapi salah satu dari pasangan suami istri tersebut melakukan perselingkuhan. Salah satunya yaitu ada sebuah keluarga yang dilihat orang sebagai keluarga sakinah dan menjadi panutan orang, sayangnya sang suami melakukan perselingkuhan dengan tetangganya sendiri, hubungan terlarangnya itu tetap saja berjalan walaupun sudah diketahui oleh masyarakat sekitar. Kekecewaan yang dirasakan sang istri terlihat dengan jelas, berbagai hal sudah dilakukannya tetapi tetap saja hasilnya nihil dan saat ini istrinya hanya bisa diam melihat kelakuan buruk suaminya. Orang yang berselingkuh sesungguhnya adalah orang yang mengantarkan dirinya sendiri kepada jurang kehancuran, lalu dia terjun ke dalam jurang tersebut dengan membawa pasangan perselingkuhannya, juga dengan membawa pasangan sah dan halalnya, yang berselingkuh akan mendapatkan laknat, kutukan, dan dosa, sedang yang ditinggalkan berselingkuh akan merasa hati dan perasaannya hancur berkepingkeping. Ancaman Allah SWT terhadap orang yang berselingkuh begitu nyata, yakni siksa yang amat pedih di dalam neraka yang tiada seorang pun mampu menolongnya.
Anehnya, semakin lama semakin banyak orang yang menghancurkan diri sendiri dengan sengaja menceburkan diri dalam panasnya api neraka ini, sekaligus membawa kehancuran pada pasangan sah dan halalnya (Muhyidin, 2005). Koski (2001) mengemukakan perselingkuhan yang dilakukan orangtua dapat memberikan dampak yang buruk pada anak. Akan tetapi anehnya hal yang seharusnya tidak terjadi, sering kali terjadi, terlebih lagi kalau melihat dunia selebritis kawin cerai bagi mereka adalah sesuatu yang biasa. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran surat At-Tahriim ayat 6 mengajarkan agar memelihara diri serta keluarganya dari siksaan api neraka, yang berbunyi:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS At-Tahriim [66] : 6).
Berdasarkan ayat tersebut sebagai kepala keluarga harus menjaga dirinya sendiri serta keluarganya dari api neraka. Jika seseorang sudah masuk ke dalam neraka tidak ada yang dapat menolongnya, yang dapat menolongnya hanyalah perbuatan yang dilakukan selama orang tersebut masih hidup. Apabila salah satu dari pasangan suami istri tidak mentaati yang telah diperintahkan Allah SWT, seperti melakukan perselingkuhan yang jelas diharamkan Allah SWT maka tidak hanya
pelaku perselingkuhan saja yang akan mendapat laknat Allah SWT tetapi pasangan sah dan keluarganya pun akan ikut mendapat laknat Allah SWT. Di masa globalisasi ini peranan isteri dan suami sangat berbeda dengan masa lalu. Dahulu seorang isteri harus berada di rumah untuk mengurus anak, suami dan rumah, sedangkan suami berkewajiban untuk mencari nafkah di luar rumah. Namun saat ini peranan isteri dan suami hampir sama, banyak isteri yang bekerja di luar rumah karena tuntutan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang semakin meningkat. Dalam situasi yang seperti itu kemampuan untuk menyesuaikan diri antar pasangan menjadi hal penting dalam membina rumah tangga. Jika pasangan suami isteri tidak dapat menyesuaikan diri dengan pasangannya maka akan menimbulkan konflik yang dapat mengakibatkan hubungan suami-isteri menjadi renggang bila konflik tersebut tidak diselesaikan oleh kedua belah pihak (Shihab, 2007). Yerianto (2005) mengemukakan ketika pasangan suami isteri sudah tidak lagi merasa dekat dan selalu mengalami masalah dalam pernikahannya, apalagi jika dibarengi dengan perubahan sikap yang tidak biasa dilakukannya, seperti sebelumnya suami sangat perhatian dan penuh kasih sayang, tetapi sikapnya tiba-tiba berubah tidak seperti biasanya. Tentu hal itu membuat resah dalam hubungan pasangan suami isteri karena pasangan mereka sudah tidak peduli lagi dengan keluarga karena perhatiannya sudah tercurah pada orang ketiga yang menjadi pelarian. Menurut Michele Weiner-Davis, ahli terapi pernikahan dan keluarga di Illinois, keadaan ini kadang-kadang disebabkan keputusan yang tidak tepat dimana seseorang mungkin merasa puas dengan pernikahan mereka tetapi sampai larut malam di kantor dengan rekan kerja dapat mendorong terjadinya perselingkuhan. Mencari sebuah hubungan emosi menjadi faktor yang sering terjadi. Awalnya mungkin hanya perhatian, saling menggoda sampai saling tertarik. Hadirnya orang ketiga dalam hubungan pasangan suami isteri atau yang biasa disebut perselingkuhan pasti membuat pasangannya merasa sudah tidak dibutuhkan lagi. Al-„Uwaid (2007) mengungkapkan hal-hal yang dapat meretakkan rumah tangga di antaranya adalah masalah lunturnya kasih sayang, hubungan seks, masalah ekonomi, masalah perbedaan karakter, dan lain sebagainya,
semua itu dapat menjadi alasan yang dapat memutuskan perkawinan atau terjadinya perselingkuhan dengan memiliki Wanita Idaman Lain (WIL) atau Pria Idaman Lain (PIL). Perselingkuhan terjadi diberbagai kalangan, bahkan guru yang seharusnya menjadi panutan anak-anak bangsa juga melakukan perselingkuhan, seperti kasus yang terdapat pada suara merdeka (2006) yaitu pelanggaran disiplin yang dilakukan PNS pada 2005 didominasi kasus perselingkuhan. Ada tiga kasus perselingkuhan yang melibatkan oknum guru serta PNS pada tahun itu. Menurut Maulana (2008) perselingkuhan terjadi karena beberapa sebab, ada yang hanya sekadar pelarian emosional dari pasangannya, ingin merasakan seks dengan orang lain, marah atau benci dengan pasangan, variasi, menghindar dari masalah perkawinan atau pribadi, dan seterusnya. Umumnya suami atau istri pelaku tidak tahu perselingkuhan yang dilakukan pasangannya. Singkatnya perselingkuhan dapat terjadi di berbagai kalangan baik kalangan menengah ke bawah maupun kalangan atas. Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan pasangan juga sangat dibutuhkan agar di antara pasangan tersebut dapat terjalin komunikasi yang baik sehingga perselingkuhan tidak terjadi. Pada umumnya perselingkuhan dibagi menjadi dua kategori yang luas. Di antaranya perselingkuhan yang melibatkan emosi yang rendah dan perselingkuhan yang melibatkan emosi tinggi. Perselingkuhan yang melibatkan emosi rendah merupakan bentuk ketidaksetiaan yang paling sering terjadi sekarang ini. Kedua pelaku sering bertemu seperti sering keluar makan siang bersama dan porsinya menjadi berkencan saat makan siang. Tapi hubungan tersebut tidak mempunyai makna
mendalam
walaupun
mereka
cukup
sering
bertemu.
Sedangkan
perselingkuhan yang melibatkan tingkat emosional tinggi menggambarkan bahwa kedua pelaku memiliki kecocokan seksual, emosional dan intelektual. Dengan dugaan konvensional adalah hubungan tersebut mengikuti suatu siklus sangat tergila-gila kepada orang baru, penurunan nafsu yang relatif cepat, kekecewaan, dan akhirnya bubar (Husein, 2006). Perselingkuhan yang dilakukan laki-laki lebih mungkin
dilakukannya tanpa keterlibatan secara emosional, sedangkan perselingkuhan yang dilakukan perempuan lebih sering disertai keterlibatan secara emosional (Buss & Shackelford, 1997). Masters (Yulianto, 2000) mengemukakan alasan perselingkuhan yaitu: a. Ketidakpuasan emosional pada pasangan b. Ketidakpuasan seksual dengan pasangan c. Tergoda oleh pria atau wanita lain d. Mendapatkan pasangan berselingkuh e. Membalas perbuatan pasangan f. Mempunyai open mariage, yaitu memang saling menyetujui mencari kepuasan dengan orang lain Dengan demikian, perselingkuhan dapat terjadi pada setiap laki-laki dan setiap perempuan tetapi mayoritas perselingkuhan banyak dilakukan oleh laki-laki daripada
perempuan.
Perselingkuhan
mempunyai
kategori
yang
berbeda
perselingkuhan yang melibatkan emosi yang tinggi dan perselingkuhan yang melibatkan emosi yang rendah. Banyak hal yang menyebabkan laki-laki dan perempuan dapat berselingkuh seperti yang dikemukakan oleh Block (Yulianto, 2000). Menurut Surya (2006) perselingkuhan dapat diantisipasi bila intensitas waktu kebersamaan dalam mendiskusikan masalah-masalah yang timbul dan menikmati kebersamaan untuk memperkokoh ikatan keluarga. Kemudian Antonio (2005) mengungkapkan Bayti Jannati, rumahku adalah surgaku, Demikian sabda Rasulullah SAW, yang menggambarkan betapa strategisnya posisi rumah dan keluarga dalam kehidupan manusia, Ibaratnya, rumah dan keluarga yang Islami bagaikan surga kecil di dunia, dalam membentuk keluarga sakinah (penuh ketenangan, cinta dan kasih sayang). Membangun keluarga sakinah dapat mengatasi masalah yang ada di dalam kehidupan rumah tangga seperti dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 155-157 yang berbunyi:
Artinya: Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orangorang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun", mereka Itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. Al-Baqarah [2]: 155-157)
Maksud dari ayat di atas adalah Allah SWT telah menyampaikan maklumatNya bahwa dalam kehidupan ini sangat lekat dengan berbagai rintangan, ujian, cobaan, dan musibah. Jadi sangatlah penting untuk mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian dan cobaan dalam menjalani kehidupan ini, sebab sikap rapuh, putus asa, dan lari dari kenyataan bukanlah solusinya tetapi hanya akan membuat masalah baru. Jika masalah hidup semakin bertambah maka akan semakin jauh juga untuk terciptanya keluarga sakinah. Untuk itu dibutuhkan mawaddah dan rahmah untuk menghadapi semua cobaan yang dihadapi sehingga dalam kehidupan rumah tangga akan tercipta keluarga sakinah. Menurut Husein (2006) unsur-unsur kebahagian dalam keluarga harus dimulai dari hubungan yang menyejukkan (sakinah), saling membutuhkan (mawaddah) dan
pengabdian (rahmah), guna mencegah perpecahan keduanya yang berperan sebagai pakaian (libas) yang menutup kelemahan masing-masing dan saling menjaga serta merawat (zinah), kelima unsur inilah yang dapat merekatkan hubungan suami dan istri. Sesungguhnya jalan untuk mempertahankan cinta dan seksual dalam kehidupan pasangan suami istri itu terlalu banyak dan tidak memungkinkan mereka untuk berbuat
selingkuh.
Perselingkuhan
terjadi
akibat
mereka
tidak
mau
mempraktikkannya. Persoalan mereka sesungguhnya terletak pada ketidakmampuan memahami dan menyelami hakikat cinta yang sesungguhnya, yang telah ditetapkan oleh Allah SWT dalam dada mereka (Muhyidin, 2005). Dengan demikian keluarga sakinah merupakan unsur-unsur untuk membentuk suatu ikatan keluarga yang kokoh untuk mencegah perpecahan dalam keluarga agar pasangan suami isteri dapat saling berbagi dalam menyelesaikan masalahnya. Jelaslah bahwa perselingkuhan dipengaruhi oleh keluarga sakinah. Keluarga sakinah akan mempunyai kemungkinan kecil terhadap kecenderungan terjadinya perselingkuhan, sebaliknya keluarga yang tidak mempunyai ikatan yang kokoh akan mempunyai kemungkinan besar terhadap kecenderungan terjadinya perselingkuhan. Berdasarkan uraian di atas, mengenai pentingnya keluarga sakinah dengan kecenderungan terhadap terjadinya perselingkuhan, maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai hubungan antara keluarga sakinah dengan kecenderungan terhadap terjadinya perselingkuhan. Pertanyaan yang diajukan adalah “Apakah ada hubungan antara keluarga sakinah dengan kecenderungan terhadap terjadinya perselingkuhan?”. METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini populasi dikenakan pada pasangan suami isteri yang bertempat tinggal di Jakarta Timur khususnya di kelurahan Ciracas kecamatan Ciracas RW 09 RT 001 dan RT 002. Subjek penelitian untuk uji coba sebanyak 60 orang dan subjek penelitiannya sebanyak 80 orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling. Teknik sampling ini diberi nama demikian
karena di dalam pengambilan sampelnya dipilih berdasarkan pertimbanganpertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian, sampel dipilih dari sub populasi yang mempunyai sifat sesuai dengan sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya, tidak semua daerah populasi diteliti cukup dua atau tiga daerah kunci diambil sampelnya untuk diteliti (Marzuki, 2005). Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode kuesioner atau angket. Skala yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua skala, yaitu: 1. Skala perselingkuhan Angket yang dibuat untuk mengungkapkan terjadinya perselingkuhan dibuat sendiri oleh peneliti dengan mengacu kepada standar pembuatan angket. Skala ini disusun penulis berdasarkan aspek-aspek dari Jackson (2002), yaitu perselingkuhan fisik yang meliputi kontak fisik dan kontak seksual dan perselingkuhan emosional. Setiap item skala perselingkuhan ini disediakan lima alternatif jawaban yaitu: Selalu (SL), Sering (SR), Kadang - Kadang (KD), Jarang (JR), dan Tidak Pernah (TP). jadi penyekoran jawaban selalu mendapat skor 5, sering mendapat skor 4, kadang – kadang mendapat skor 3, jarang mendapat skor 2, dan tidak pernah mendapat skor 1 . Jumlah aitem-aitem perselingkuhan dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1 Blue Print Skala perselingkuhan Sebelum Uji Coba No 1
Aspek Perselingkuhan
Favorable
Jumlah
1,5,6,8,10,11,14,20,21,25,26,27
12
Perselingkuhan
2,3,7,9,12,13,15,16,17,18,19,22,23,24,28,29,3
21
Emosional
0,31,32,33
Fisik 2
Jumlah
2. Skala Keluarga Sakinah
33
33
Skala ini dikembangkan oleh peneliti berdasarkan alat ukur yang dibuat Kurniawan & Verasari (2008), berdasarkan aspek-aspek keluarga sakinah dari Shihab (2007), yaitu aspek mawaddah dan aspek rahmah. Setiap item skala keluarga sakinah ini disediakan empat alternatif jawaban yaitu: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Penyekoran jawaban sangat sesuai mendapat skor 4, sesuai mendapat skor 3, tidak sesuai mendapat skor 2, dan sangat tidak sesuai mendapat skor 1. Jumlah aitem-aitem perselingkuhan dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2 Blue Print Skala Keluarga Sakinah Sebelum Uji Coba No
Aspek
Favorable
Jumlah
1
Mawaddah 1,3,4,5,6,7,11,13,17,19,21,23,25,27,31,34
16
2
Rahmah
20
2,8,9,10,12,14,15,16,18,20,22,24,26,28,29,30,32,3 3,35,36
Jumlah
36
36
1. Validitas Validitas yang digunakan pada penelitian ini lebih menekankan pada validitas isi (content validity) yaitu validitas yang menunjukkan sejauh mana item dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi yang hendak diukur. Untuk melakukan seleksi aitem dilakukan pengukuran koefisien korelasi item-total (rix). Aitem dalam tes jika kualitasnya tidak baik harus disingkirkan. a) Validitas Skala Keluarga Sakinah Hasil analisis data dengan menggunakan koefisien korelasi item total. Setelah dilakukan seleksi item terdapat 1 aitem yang gugur dari 36 aitem yaitu nomor 15 sedangkan aitem yang valid sebanyak 35 aitem, berikut ini adalah blue print skala Keluarga Sakinah:
Tabel 3 Distribusi Butir Skala Keluarga Sakinah Setelah Uji Coba
No 1
Aspek Mawaddah
Favorable
Jumlah
1,3,4,5,6,7,11,13,17(16),19(18),21(20),23(22),
16
25(24),27(26),31(30),34(33) 2
Rahmah
2,8,9,10,12,14,15*,16(15),18(17),20(19),
20
22(21),24(23),26(25),28(27),29(28),30(29), 32(31),33(32),35(34),36(35) Jumlah
36
36
Catatan : angka dalam kurung ( ) adalah nomor butir baru setelah uji coba angka yang diberi tanda bintang adalah aitem yang tidak termasuk dalam skala penelitian
b) Validitas Skala Perselingkuhan Hasil analisis data dengan menggunakan koefisien korelasi item total. Setelah dilakukan seleksi item terdapat 1 aitem gugur dari 33 aitem yaitu nomor 2 sedangkan aitem yang valid sebanyak 32 aitem.
Berikut ini adalah blue print
Skala
Perselingkuhan: Tabel 4 Distribusi Butir Skala Perselingkuhan N
Aspek
Favorable
Jumlah
o 1
Perselingkuhan
1,5(4),6(5),8(7),10(9),11(10),14(13),20(19),
Fisik
21(20),25(24),26(25),27(26)
12
2
Perselingkuhan
2*,3(2),4(3),7(6),9(8),12(11),13(12),15(14),
Emosional
16(15),17(16),18(17),19(18),22(21),23(22),
21
24(23),28(27),29(28),30(29),31(30),32(31), 33(32) Jumlah
33
33
Catatan : angka dalam kurung ( ) adalah nomor butir baru setelah uji coba angka yang diberi tanda bintang adalah aitem yang tidak termasuk
dalam
skala penelitian
2. Reliabilitas Reliablitas
mempunyai
berbagai
nama
lain
seperti
keterpercayaan,
keterandalan, kestabilan, konsistensi dan sebagainya, namun ide pokok yang terkandung dalam konsep reliabilitas adalah sejauhmana hasil pengukuran dapat di percaya (Azwar, 2007). Koefisien reliabilitas berkisar 0.0 sampai 1.0 akan tetapi seperti pada validitas, koefisien sebesar 0.0 dan 1.0 tidak pernah dijumpai (Azwar, 2007). Uji reliabilitas yang dilakukan pada skala Keluarga Sakinah dan skala Perselingkuhan dengan menggunakan SPSS for Window versi 12.0 menghasilkan koefisien reliabilitas skala Keluarga Sakinah sebesar 0,933 dan koefisien reliabilitas skala Perselingkuhan sebesar 0,947 sehingga dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa kedua skala tersebut cukup handal untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Analisis data dilakukan untuk menguji hipotesis. Setelah seluruh data diperoleh maka dilakukan uji asumsi yang meliputi uji normalitas dan uji linieritas. Uji normalitas dan uji linieritas ini adalah sebagai prasyarat analisis sebelum melakukan analisis korelasi Semua uji prasyarat dilakukan dengan maksud agar kesimpulan yang diambil tidak menyimpang dari kebenaran. Semua uji asumsi dalam penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS 12.0 for windows.
Hasil penelitian yang berupa angka-angka dideskripsikan agar memberikan manfaat dan gambaran mengenai subjek penelitian, dari data yang terkumpul diperoleh deskripsi data sebagai berikut:
Tabel 6 Deskripsi Data Subjek Penelitian Variabel
Min
Maks
Mean
SD
Keluarga Sakinah
96
140
119,15
12,44
Perselingkuhan
32
78
38,39
7,94
Berdasarkan deskripsi data menunjukkan bahwa mean keluarga sakinah adalah 119,15 dengan standar deviasi (SD) = 12,44. Sedangkan mean perselingkuhan adalah 38,39 dengan standar deviasi 7,94. Penelitian selanjutnya mengelompokkan skor skala keluarga sakinah menjadi lima kategori, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Ketegori jenjang bertujuan untuk menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 1999). Berikut ini adalah kriteria skala: Tabel 8 Kategori Keluarga Sakinah Kategori
Nilai
Jumlah N
%
Sangat Tinggi
X > 141,542
0
0%
Tinggi
126,614 < X ≤ 141,542
26
32,5%
Sedang
111,686 < X ≤ 126,614
29
36,25%
Rendah
96,758 ≤ X ≤ 111,686
25
31,25%
Sangat Rendah
X < 96,758
0
0%
Jumlah
80
100%
Berdasarkan tabel di atas kategorisasi keluarga sakinah untuk kategori sangat tinggi sebanyak tidak ada subjek (0%), kategori tinggi 26 orang (32,5%), kategori sedang 29 orang (36,25%), kategori rendah 25 orang (31,25%) dan kategori sangat rendah tidak ada (0%). Berdasarkan tabel di atas, keluarga sakinah pada pasangan suami istri yang bertempat tinggal di wilayah RT 001 Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur berada dalam kategori sedang. Sedangkan kategorisasi perselingkuhan disajikan dalam tabel berikut: Tabel 9 Kategori perselingkuhan Nilai
Kategori
Jumlah N
%
Sangat Tinggi
X > 52,682
5
6,25%
Tinggi
43,154 < X ≤ 52,682
14
17,5%
Sedang
33,626 < X ≤ 43,154
33
41,25%
Rendah
24,098 ≤ X ≤ 33,626
28
35%
Sangat Rendah
X < 24,098
0
0%
80
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas kategorisasi perselingkuhan untuk kategori sangat tinggi sebanyak 5 subjek (6,25%), kategori tinggi 14 orang (17,5%), kategori sedang 33 orang (41,25%), kategori rendah 28 orang (35%) dan kategori sangat rendah tidak ada (0%). Berdasarkan tabel di atas, kategori perselingkuhan pada pasangan suami istri yang bertempat tinggal di wilayah RT 001 Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur berada dalam kategori sedang.
Sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji asumsi terhadap data penelitian. Uji asumsi meliputi uji normalitas dan uji homogenitas sebagai prasyarat uji hipotesis. a. Uji Normalitas Uji normalitas sebaran pada penelitian ini menggunakan teknik analisis One Sample Kolmogorov Smirnov Test, yang digunakan untuk membandingkan frekuensi harapan dan frekuensi amatan, apabila ada perbedaan antara frekuensi harapan dan frekuensi amatan dengan taraf signifikansi 5% (p<0,05) maka distribusi sebaran dinyatakan tidak normal, sebaliknya apabila (p>0,05) maka distribusi sebaran dinyatakan normal. Hasil uji normalitas diperoleh sebaran skor perselingkuhan dan keluarga sakinah adalah sebagai berikut: Tabel 10 Hasil Uji Normalitas Data
Kolmogorov
Probabilitas
Smirnov Z Perselingkuhan
1,885
0,002
Keluarga Sakinah
0,714
0,688
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai KSZ perselingkuhan sebesar 1,885 dengan probabilitas 0,002 dan nilai KSZ keluarga sakinah sebesar 0,714 dengan probabilitas sebesar 0,688 yang berarti bahwa, ada nilai probabilitas perselingkuhan yang kurang dari 0,05. Dengan demikian dapat diartikan bahwa data perselingkuhan tidak mempunyai distribusi yang normal, sedangkan data keluarga sakinah mempunyai distribusi normal, sehingga subjek dalam penelitian tergolong representatif atau dapat mewakili populasi yang ada. b. Uji Linieritas
Uji Linieritas digunakan untuk mengetahui apakah hubungan variabel dependent dengan variabel independent merupakan garis lurus yang linier atau tidak. Berikut ini adalah hasil uji linieritas. Tabel 11 Rekapitulasi Perhitungan Uji Linieritas Uji Linieritas
F linierity
P
Keluarga Sakinah dengan Kecenderungan Terhadap
14,906
0,000
Terjadinya Perselingkuhan
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa nilai Flinierity antara variabel keluarga sakinah dengan kecenderungan terhadap terjadinya perselingkuhan sebesar = 14,906 dengan p=0,000. Dengan taraf sangat signifikansi yang lebih kecil dari 0,01 (p<0,01), menunjukkan bahwa hubungan kedua variabel dalam penelitian ini merupakan garis lurus atau linear, sehingga asumsi linieritas terpenuhi. Untuk mengetahui hubungan keluarga sakinah dengan kecenderungan terhadap terjadinya perselingkuhan digunakan teknik analisis korelasi dari Spearman. Adapun hasil keluarga sakinah dengan kecenderungan terhadap terjadinya perselingkuhan dari analisis korelasi Spearman diperoleh koefisien korelasi antara sebesar – 0,241 dengan p = 0,016 (p < 0,05). Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa keluarga sakinah dengan kecenderungan terhadap terjadinya perselingkuhan memiliki hubungan yang negatif. Besarnya R2 sebesar 0,086 menunjukkan bahwa 8,6% kecenderungan terhadap terjadinya perselingkuhan dipengaruhi oleh keluarga sakinah. Secara keseluruhan sumbangan yang diberikan dari variabel keluarga sakinah untuk variabel perselingkuhan adalah sebesar 8,6%. Dengan demikian berarti sisanya 91,4% disebabkan oleh faktor lain yang bisa mempengaruhi kecenderungan terhadap terjadinya perselingkuhan. D. Pembahasan
Hasil penelitian secara kuantitatif menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang sangat signifikan antara keluarga sakinah dengan kecenderungan terhadap terjadinya perselingkuhan. Berdasarkan hasil korelasi spearman diketahui bahwa keluarga sakinah mempunyai hubungan negatif dengan kecenderungan terhadap terjadinya perselingkuhan, atau dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi keluarga sakinah maka semakin rendah kecenderungan terhadap terjadinya perselingkuhan. Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif diketahui bahwa keluarga sakinah berada dalam kategori sedang. Demikian pula kecenderungan terhadap terjadinya perselingkuhan berada dalam kategori sedang. Oleh karena itu hasil analisis korelasi Spearman menunjukkan bahwa ada hubungan negatif dan sangat signifikan
antara
keluarga
sakinah
terhadap
kecenderungan
terjadinya
perselingkuhan. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa keluarga yang harmonis, bahagia dan sejahtera (keluarga sakinah) akan menghambat kecenderungan terhadap terjadinya perselingkuhan, sebaliknya keluarga yang tidak harmonis, bahagia dan sejahtera (keluarga sakinah) akan mendorong terjadinya perselingkuhan pada pasangan suami istri. Perkawinan didasari karena adanya rasa saling membutuhkan untuk berbagi rasa dalam kehidupannya baik perasaan sedih atau pun perasaan bahagia. Perkawinan merupakan penyatuan dua individu yang memiliki pribadi yang berbeda karena rasa saling membutuhkan dan mempunyai tujuan tertentu. Hal itu yang menyebabkan setiap pasangan mempunyai tujuan yang berbeda dalam menjalani pernikahannya. Keluarga sakinah merupakan tujuan pernikahan. Dalam Al-Quran yang memuat kata sakinah yaitu terdapat pada surat Al-Baqarah ayat 248:
Artinya: Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya tanda ia akan menjadi Raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun; tabut itu dibawa malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda bagimu, jika kamu orang yang beriman.(QS. Al-Baqarah [2]: 248)
Tabut ialah peti tempat menyimpan Taurat yang membawa ketenangan bagi mereka. Jadi menurut ayat tersebut sakinah adalah tempat yang tenang, nyaman, aman, kondusif bagi penyimpanan sesuatu, termasuk tempat tinggal yang tenang bagi manusia. Dapat disimpulkan keluarga sakinah adalah tempat tumbuhnya ketenangan, kenyamanan, rasa aman, dan kondusif. Apabila suatu keluarga telah terbentuk seperti di atas maka tidak akan ada konflik yang akan terjadi, sebaliknya jika dalam keluarga tidak terdapat rasa aman, kenyamanan, dan ketenangan maka yang terjadi adalah hubungan antara pasangan suami istri dan anak juga tidak akan kondusif. Antara suami dan istri pun tidak ada hubungan silaturrahmi yang harmonis, dan situasi tersebut dapat mengakibatkan seseorang melakukan perselingkuhan yang jelas diharamkan oleh Allah SWT. Perselingkuhan merupakan salah satu perbuatan yang diharamkan Allah SWT jika suami atau istri dapat menjauhkan diri untuk terlibat dalam perselingkuhan maka ia juga menyelamatkan keluarganya dari api neraka, sebaliknya jika suami atau istri melakukan perselingkuhan maka ia mendorong keluarganya ke dalam api neraka, seperti dalam hadits riwayat Imam Syafi‟i yaitu: “Wahai orang yang telah menghancurkan kehormatan orang lain, dan yang memutuskan tali kasih, kau akan hidup penuh kehinaan. Jika engkau orang merdeka dan dari keturunan orang baik-baik, pastilah kau tidak akan menodai kehormatan orang lain.” [HR. Imam Syafi‟i].
Berdasarkan hadits di atas orang yang melakukan perselingkuhan sama saja menghancurkan keluarganya sendiri, dan orang itu akan hidup dalam kehinaan, jika seseorang berasal dari keluarga baik-baik hendaknya orang tersebut tidak melakukan perselingkuhan yang dapat menghancurkan kehormatan keluarganya. Perselingkuhan dapat dihindari jika sebuah keluarga mempunyai pondasi yang kuat sehingga dapat menghalau masalah yang datang. Keluarga sakinah merupakan bentuk keluarga yang kokoh, dengan keluarga sakinah perselingkuhan pun dapat dihindari. Kata sakinah terdapat dalam Al-Quran surat At-Taubah ayat 26 yang berbunyi:
Artinya: Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada RasulNya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang- orang yang kafir, dan Demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir. (QS. At-Taubah [9]: 26)
Maksud ayat di atas Allah akan menurunkan ketenangan (sakinah) dan rasa aman pada orang yang mengikuti semua perintah yang diberikan Allah, sebaliknya Allah akan memberikan bencana dan pembalasan yang setimpal pada orang kafir. Allah akan menurunkan ketenangan (sakinah) dan rasa aman hanya pada pasangan suami istri yang benar-benar ingin mencapainya yaitu dengan beriman dan bertaqwa kepada Allah untuk meraih keluarga sakinah, sebaliknya Allah akan memberikan bencana dan pembalasan yang setimpal untuk orang yang tidak mengikuti perintah Allah bahkan menjauhinya dan melakukan apa yang dilarang Allah. Perselingkuhan
merupakan hal yang dilarang Allah, jika orang yang melakukan perselingkuhan akan mendapat balasan yang setimpal dan mendapat azab dari Allah. Dengan demikian sebuah keluarga harus mempunyai ketenangan dan kenyamanan di dalamnya sehingga menjadi lahan subur untuk tumbuhnya cinta kasih (mawaddah warahmah) di antara sesama anggotanya. Seorang suami dan istri harus dapat memperlakukan keluarganya dengan baik sehingga keluarga tersebut mendapat lindungan Allah SWT dari api neraka, sebaliknya jika suami atau istri tidak memperlakukan keluarga dengan baik maka ia akan mendorong keluarganya ke dalam api neraka dan tidak ada yang dapat menolongnya. Jika antara suami dan istri tersebut melakukan perselingkuhan, berarti suami atau istri tidak memperlakukan keluarganya dengan baik dan hal itu juga dapat menghancurkan kehormatan keluarganya mka Alaah akan memberikan azab yang setimpal dan hidup dalam kehinaan. Penelitian ini masih banyak kelemahan diantaranya tentang alat ukur penelitian. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah dua buah skala, meliputi Skala Keluarga Sakinah dan Skala Perselingkuhan. Walaupun kedua skala tersebut telah melalui proses reviu dan professional judgement oleh dosen pembimbing, tidak menutup kemungkinan bahwa keduanya masih mengandung social desirability yang cukup tinggi. Dalam alat ukur skala perselingkuhan mempunyai kelemahan diantaranya ada beberapa aitem pertanyaan yang kurang konsisten terhadap apa yang akan diukur sehingga kurang mengungkap apa yang akan di ukur. Variabel Perselingkuhan merupakan hal yang bersifat pribadi dan rahasia, sehingga tidak menutup kemungkinan subjek tidak sepenuhnya terbuka dan jujur dalam memberikan jawaban. Kemungkinan ini dapat saja terjadi bila subjek ingin memberikan kesan yang baik tentang dirinya. Kelemahan lain dalam penelitian ini adalah peneliti tidak melihat faktor lain yang mempengaruhi perselingkuhan. Di samping itu, karena keluarga sakinah merupakan konstruk baru jadi referensinya terbatas dan perlu jabaran dan penelitian yang lebih mendalam.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis pada Bab IV, kesimpulan yang dapat diambil adalah terdapat hubungan negatif yang sangat signifikan antara keluarga sakinah dengan kecenderungan terhadap terjadinya perselingkuhan. Semakin tinggi keluarga sakinah maka semakin rendah kecenderungan terhadap terjadinya perselingkuhan. Kategori skor keluarga sakinah berada dalam kategori sedang, begitu pula kategori skor perselingkuhan juga berada dalam kategori sedang. Sumbangan yang diberikan dari keluarga sakinah untuk variabel perselingkuhan pada pasangan suami istri sebesar 8,6%.
SARAN Berdasarkan hasil penelitian ada beberapa saran yang dikemukakan oleh peneliti. Beberapa saran tersebut antara lain: 1. Bagi pasangan suami istri Disarankan kepada pasangan suami istri untuk dapat membina keluarga sakinah karena dengan terbentuknya keluarga sakinah akan dapat menghambat terjadinya perselingkuhan. 2. Bagi peneliti selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti tema yang sama disarankan untuk mempertimbangkan variabel-variabel yang berhubungan dengan kecenderungan terhadap terjadinya perselingkuhan sehingga dapat ditentukan faktorfaktor lain yang juga berperan dan mempunyai sumbangan yang paling besar terhadap kecenderungan terjadinya perselingkuhan. Metode dan wawancara observasi pun dapat digunakan sebagai alternatif metode pengumpulan data tambahan selain dengan menggunakan angket.
Identitas Penulis
Nama
: Devi Qorry Suryandani
No Mahasiswa
: 04320202
Alamat
: Jl Kaliurang km 12,5. Perumahan Griya Arjuna 2 Blok D4 Candimendiro,Sleman
No Telp
: 0852 160 494 06
Naskah Publikasi
HUBUNGAN ANTARA KELUARGA SAKINAH DENGAN KECENDERUNGAN PERSELINGKUHAN PADA PASANGAN SUAMI ISTRI
Telah Disetujui Pada Tanggal
Dosen Pembimbing
(Irwan Nuryana Kurniawan, S.Psi, M.Si)