REVITALISASI KEARIFAN LOKAL SUKU ARFAK DI PAPUA BARAT DALAM RANGKA MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN WILAYAH REVITALIZATION OF ARFAK TRIBE’S LOCAL WISDOM IN WEST PAPUA IN ORDER TO SUPPORT REGIONAL FOOD SECURITY Muhammad Hujairin1, Ahwan Ismadi2 & Tatan Kustana3 Universitas Pertahanan (
[email protected] ) Abstrak - Kearifan lokal adalah salah satu unsur penting yang harus direvitalisasi guna mewujudkan ketahanan pangan berbasis pangan lokal. Kearifan Lokal Suku Besar Arfak konsep lokal yang menggambarkan bagaimana manusia dapat hidup secara harmonis dengan lingkungan hidupnya. Melalui kearifan lokal ini diharapkan diversifikasi pangan dapat terwujud dan berimplikasi pada ketahanan pangan wilayah, dan pada akhirnya mewujudkan ketahanan pangan nasional. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi. Gambaran secara umum, Suku Besar Arfak terdiri dari subsub suku antara lain Meyakh, Hatam, Sougb dan Moile memiliki kearifan lokal turuntemurun yang disebut sebagai Igya Ser Hanjob, yang melahirkan banyak setting perilaku dan adat istiadat di daerah. Setting perilaku yang dimaksud salah satunya adalah budaya bertani dengan konsep ladang berpindah, argoforestry dan policulture yang mendukung diversifikasi pangan. Hasil penelitian menunjukkan masih perlu adanya upaya peningkatan dalam implementasi kebijakan pemerintah dalam merevitalisasi kearifan lokal Kata kunci: kearifan lokal, revitalisasi, suku besar arfak, ketahanan pangan wilayah Abstract - Local geniouses is one of important element that has to be revitalized in order to establish food security based on local foods. Arfak Tribe’s Local Wisdom is a local concept describes how mankind can live in harmonically with the environtment. Hopefully, food diversification can be established throughout this local wisdom, and implicate to regional food security, and national food security at the end. This is a qualitative research with ethnographic approach. In common, Arfak Tribe consist of sub ethnic : Meyakh, Hatam, Sougb and Moile. They have local geniouses called as Igya Ser Hanjob, which make enormous behavioural setting and customs. One of them is in agriculture arranged by concept of shifting cultivation, argoforestry and policulture that support food diversification. The result of this research find that the government still have to make some efforts to revitalize the local wisdom. Key words: local wisdom, local genious, revitalization, Arfak Tribe, regional food security
1
Mahasiswa S2 Prodi Manajemen Pertahanan, FMP, Universitas Pertahanan Kaprodi Manajemen Pertahanan, FMP, Universitas Pertahanan 3 Dosen Manajemen Pertahanan, FMP, Universitas Pertahanan 2
Revitalisasi Kearifan Lokal Suku Arfak … | Muhammad Hujairin, Ahwan Ismadi & Tatan Kustana | 53
Pendahuluan
dengan persyaratan penerimaan pangan
M
enurut
FIVIMS
(Food
sesuai
dengan
nilai
atau
budaya
Insecurity and Vulnerability
setempat. FAO (1992) mendefinisikan
Information and Mapping
ketahanan pangan sebagai situasi semua
System), 2005, ketahanan pangan adalah
rumah tangga mempunyai akses, baik
kondisi ketika semua orang pada segala
fisik
waktu secara fisik, sosial dan ekonomi,
memperoleh
memiliki akses atas pangan yang cukup,
anggota keluarganya dan rumah tangga
aman, dan bergizi untuk pemenuhan
tidak beresiko mengalami kehilangan
kebutuhan konsumsi (dietary needs) dan
kedua akses tersebut. Hal ini berarti
pilihan pangan (food preferences) demi
konsep ketahanan pangan mencakup
kehidupan
ketersediaan yang memadai, stabilitas
yang
aktif
dan
sehat.
maupun
akses
ekonomi,
pangan
bagi
terhadap
untuk seluruh
Berdasarkan Undang-undang Nomor 7
dan
Tahun 1996 tentang Pangan, pada Pasal 1
utama.
Ayat 17 menyatakan bahwa ketahanan
pangan dengan demikian adalah daya beli
pangan sebagai kondisi terpenuhinya
atau pendapatan yang memadai untuk
kebutuhan pangan rumah tangga yang
memenuhi biaya hidup (FAO, 1996)
Determinan
pangan-pangan dari
ketahanan
tercermin dari tersedianya pangan secara
Dalam perspektif pertahanan, upaya
cukup, baik dari jumlah maupun mutunya,
mewujudkan ketahanan pangan adalah
aman, merata dan terjangkau (Arifin,
salah satu upaya untuk mewujudkan
2014).
Ruang, Alat dan Kondisi Juang yang
Menurut Organization
Food
and
Agriculture
(FAO)
dan
Organisasi
tangguh dalam sistem pertahanan negara yang
menganut
sistem
pertahanan
Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1992, yaitu
semesta. Istilah Ruang, Alat dan Kondisi
akses setiap rumah tangga atau individu
Juang yang tangguh ini diambil dari
untuk dapat memperoleh pangan pada
tujuan pembinaan teritorial TNI AD, yang
setiap waktu untuk keperluan hidup yang
terdiri dari 3 variabel utama yaitu ; Ruang
sehat.
1996,
Juang yang tangguh, berupa wilayah
ketahanan pangan disebut sebagai akses
pertahanan yang siap sebagai mandala
setiap rumah tangga atau individu untuk
perang
dapat memperoleh pangan pada setiap
mendukung bagi kepentingan operasi
waktu untuk keperluan hidup yang sehat
satuan
Sementara
pada
WFS
atau
sendiri
mandala
dalam
operasi
yang
memenangkan
pertempuran. Kesiapan mandala operasi
menjadi 15 negara bagian akibat kesulitan
yang
pangan
mendukung
bagi
kepentingan
yang
dikarenakan
embargo
operasi satuan sendiri salah satunya
pangan oleh NATO di 1990 - 1991 (Gandhi,
adalah kesiapan dukungan logistik berupa
2014).
dukungan
pangan.
Alat
juang
yang
Menurut Suyadi dalam Tambunan
tangguh, berupa kekuatan demografi
(Tambunan, 2010) Krisis pangan yang
yang terorganisir dan memiliki semangat
terjadi di Indonesia bukan pada tingkat
bela negara. Kondisi Juang yang tangguh,
makro, melainkan pada tingkat mikro
berupa kondisi dinamis masyarakat dalam
(keluarga) di daerah-daerah pedesaan
kehidupan
berbangsa,
yang terpencil, karena dampak dari
bernegara yang tercermin dalam sikap
kebijakan pemerintah di masa lalu ketika
dan
pemerintah
bermasyarakat
perilaku
yang
dijiwai
oleh
menerapkan
tarif
impor
kecintaannya kepada Negara Kesatuan
komoditas pangan rendah (lebih rendah
Republik Indonesia yang berdasarkan
dari ketentuan WTO) sehingga harga-
Pancasila
1945,
harga komoditas pangan yang diimpor
bertanggungjawab dan rela berkorban
lebih rendah dari hasil pertanian lokal
dalam pengabdian kepada bangsa dan
atau nasional. Akibatnya petani di daerah-
negara.
daerah
dan
UUD
Ketahanan pangan adalah sumber
pedesaan
yang
berpotensi
menjadi lumbung pangan tidak bergairah
daya pertahanan yang perlu dibina untuk
mengembangkan
mendukung ketersediaan logistik wilayah
pendapatan yang akan mereka dapatkan
berupa pangan. Jika dalam paragraf di
tidak
atas menekankan kesiapan dukungan
didukung oleh Sibuea (2008b) yang
pangan dalam rangka kesiapan Operasi
mengatakan ketersediaan pangan yang
Militer Perang, ketahanan pangan juga
secara makro cukup belum menjamin
untuk menghindari/mengatasi ancaman
kecukupan pangan di tingkat rumah
nir-militer berupa kerawanan pangan
tangga dan individu. kelancaran distribusi
yang
dan daya beli masyarakat merupakan
dapat
kelaparan.
mengakibatkan
Bencana
bencana
kelaparan
dapat
berakibat buruk bagi kelangsungan hidup suatu negara, seperti yang pernah terjadi di Uni Soviet, dimana negaranya pecah
pertanian
menjanjikan.
karena
Pernyataan
ini
unsur amat penting dalam ketahanan pangan. Masih
menurut
Sibuea
dalam
Tambunan, bahwa Indonesia mengalami
Revitalisasi Kearifan Lokal Suku Arfak … | Muhammad Hujairin, Ahwan Ismadi & Tatan Kustana | 55
kekurangan stok beras karena kebijakan
Indonesia
“berasasi” sejak dulu. Bagi 60% penduduk
beras.
Indonesia
di
pedesaan,
kebutuhan
pangannya berbasis sumber daya lokal.
yang
Kearifan
lokal
mitigasi
kerawanan
ini
tidak
lagi
berswasembada
Kebijakan
swasembada
pangan
lebih
menitik-beratkan
pada
berperan
sebagai
budidaya padi / produksi beras membuat
pangan.
Namun,
kultur
budidaya
pertanian
belakangan, kearifan lokal acap dilupakan
menjadi
karena pemerintah secara tidak langsung
dampak terhadap tradisi dan pola makan
menggiring pola konsumsi penduduk
akibat dari kebijakan tersebut sangat
berbasis beras (nasi). Muaranya muncul
signifikan,
persepsi bias pangan menjadi identik
konsumsi (food habit) masyarakat dari
beras saja karena dianggap makanan
non-beras ke beras, meskipun daerahnya
pokok. Dalam kata lain, jika Indonesia
bukanlah
dikatakan mengalami krisis pangan, yang
Produksi
dimaksud sebenarnya adalah kekurangan
termarjinalkan akibat rendahnya nilai
stok
tentu
ekonomi produksi non-beras. Beberapa
kekurangan stok pangan lain seperti
masyarakat di daerah yang bukan sentra
umbi-umbian.
produksi beras seperti Papua, Maluku dan
beras,
tetapi
belum
Kebijakan pangan selama kurun
tertinggal.
non-beras
yaitu
Sementara
itu,
bergesernya
daerah
penghasil
pangan
pola
beras.
non-beras
Nusatenggara ikut mengalami pergeseran
waktu dari tahun 1960-an sampai dengan
food
1980-an
menjadikan
beras
mengkonsumsi petatas (ubi jalar), kasbi
prioritas,
dan
dari
tujuan
sebagai
ini,
dari
yang
terbiasa
(singkong)
dan
sagu
tersebut adalah mencapai swasembada
memakan
nasi.
Hal
beras. Hasil yang sempat dicapai adalah
mengakibatkan beban kebutuhan beras
keberhasilan dalam memicu produksi padi
dalam
selama revolusi hijau 1970-an sampai
Menurut
pertengahan
artikelnya Diversifikasi dan Ketahanan
1980-an,
dan
kebijakan
habit
mencapai
negeri
menjadi
Maman
yang
menjadi
ikut
inilah
yang
meningkat.
Suryaman
swasembada beras pada tahun 1984.
Pangan
Namun kemudian, laju pertumbuhan
http://www.pikiran-
beras nasional cenderung turun dan
rakyat.com/2006/082006/02/0902.htm
semakin tidak stabil sehingga sejak 1994
tahun 2006,
56 | Jurnal Prodi Manajemen Pertahanan | April 2017 | Volume 3 Nomor 1
pernah
dalam
ditengarai
dimuat
hampir
di
96%
penduduk
Indonesia
mengkonsumsi
beras.
secara
Salah satu penyebab krisis lainnya adalah
pemerintah memberikan bantuan beras
pertambahan
penduduk.
BPS
merata
(nasional)
kepada
penduduk miskin meskipun makanan pokok di sebagian wilayah adalah non-
menghitung bahwa laju pertumbuhan
beras
penduduk tahun 2005 – 2010 diperkirakan
kebijakan yang semakin mempertegas
mencapai 1,3%, atau menurut data Badan
pergeseran
Perencanaan
disebutkan
(BAPPENAS),
Pembangunan tahun
Nasional
2015
(Setiawan,
food
2013).
habit
Kebijakan-
sebagaimana
sebelumnya
semakin
jumlah
memperbesar potensi beban kebutuhan
penduduk di Indonesia mencapai 243 juta
beras, dan berdampak pada kondisi
jiwa. Dengan konsumsi beras per kapita
kerawanan pangan.
per tahun 139 kilogram, dibutuhkan beras
Kebijakan lain sebelumnya yang
33,78 ton. Tahun 2006, konsumsi beras
mempertegas pergeseran food habit
per tahun 30,03 juta ton. Pada tahun
adalah
2030, kebutuhan beras untuk pangan
Transmigrasi adalah upaya pemerataan
mencapai 59 juta ton untuk jumlah
penyebaran penduduk dari daerah padat
penduduk yang akan mencapai 425 juta
penduduk ke daerah yang kepadatan
jiwa (Tambunan, 2010). Di sisi lain,
penduduknya rendah yang digulirkan
terbatasnya
yang
pemerintah sejak tahun 1950 dari Jawa ke
tersedia hanya sekitar 7,7 juta hektar,
wilayah Sumatera Selatan, dan tahun
sedangkan kebutuhan yang diperlukan
1965 – 1969 dari Jawa ke wilayah
sebesar 11-15 juta hektar (Arifin, 2014).
Sulawesi,
lahan
pertanian
program
transmigrasi.
Kalimantan
dan
Papua.
Salah satu bentuk kebijakan yang
Mayoritas transmigran adalah petani,
semakin memperkuat kondisi salah kelola
yang mana tujuan transmigrasi selain
(mis-management)
ketahanan
untuk pemerataan penduduk juga untuk
pangan antara lain Operasi Pasar Khusus
mendukung upaya ketahanan pangan
(OPK) – Beras, Program Raskin (beras
(Setiawan,
untuk orang miskin) dan politik harga
transmigrasi banyak pula dibuka lahan-
beras. Oleh berbagai pihak, kebijakan ini
lahan
kontraproduktif terhadap pola konsumsi
langsung maupun tidak langsung menjadi
(food habit) dan tidak memberdayakan
sarana transfer budaya dan teknologi
pangan lokal. Melalui program tersebut,
pertanian.
dalam
2010).
pertanian
Salah
Sehingga
sawah
satu
dan
daerah
melalui
secara
yang
Revitalisasi Kearifan Lokal Suku Arfak … | Muhammad Hujairin, Ahwan Ismadi & Tatan Kustana | 57
menjadi daerah tujuan transmigrasi kala
non Jawa, antara lain : Sunda, Madura,
itu adalah Kabupaten Manokwari di
Bali dan Sumatera) sulit dan rumit.
Provinsi
Meskipun
Mereka tetap memilih cara berkebun
transmigrasi dan budaya pertanian di
yang mereka praktekkan secara turun-
Kabupaten Manokwari dapat dikatakan
temurun. Selain itu, Suku Besar Arfak
berhasil,
sebagai
Papua
namun
Barat.
berdampak
pada
masyarakat
asli
Kabupaten
tergerusnya budaya lokal dalam bercocok
Manokwari dan sekitarnya sebelumnya
tanam dan pola konsumsi (Mulyadi,
telah
2007).
pemanfaatan lahan yang dikenal dengan
Masyarakat
asli
memiliki
kearifan
lokal
dalam
Kabupaten
sebutan Igya Ser Hanjob. Igya Ser Hanjob
Manokwari adalah masyarakat dari Suku
secara harafiah berdiri menjaga batas
Besar Arfak atau sering juga disebut
(Igya = berdiri, Ser = menjaga, dan Hanjob
sebagai masyarakat Arfak atau “orang
= batas) (Mulyadi, 2007).
Arfak” yang hidup menyebar di wilayah
Konsep Igya Ser Hanjob adalah
Kepala Burung Papua, yaitu di kawasan
konsep
pedalaman
Arfak.
konservasi lahan dan cara berkebun
Masyarakat Arfak terdiri dari empat suku
secara rotasi untuk menjaga kelestarian
besar yaitu :
hayati. Konsep ini adalah budaya asli yang
1. Suku
pegunungan
Hatam
yang
pembagian
batas
wilayah
mendiami
bersifat turun temurun yang dipegang
pegunungan Arfak bagian utara yaitu
teguh oleh masyarakat Suku Besar Arfak.
Distrik Oransbari dan Ransiki;
Namun dengan masuknya budaya luar
2. Suku Meyakh yang menghuni bagian barat, yaitu Distrik Warmare dan Prafi; 3. Suku Sougb yang menghuni bagian selatan, yaitu Distrik Anggi; dan 4. Suku Moile yang tersebar di bagian timur, yaitu Distrik Minyambouw
Papua mengakibatkan benturan budaya dalam pengolahan lahan dan perubahan food habit yang semula mengkonsumsi pangan non-beras antara lain betatas (ubi jalar), kentang, keladi, kasbi (singkong) dan sagu menjadi pengkonsumsi beras
Tradisi masyarakat setempat masih
dan tentu saja berpengaruh terhadap
kental dengan budaya berburu dan
angka kebutuhan beras nasional maupun
berkebun. Mereka menganggap cara
daerah.
bertani “orang Jawa” (sebutan untuk para suku pendatang baik Jawa maupun
Di saat ini, dalam upaya membangun kemandirian
58 | Jurnal Prodi Manajemen Pertahanan | April 2017 | Volume 3 Nomor 1
pangan
bangsa
dan
mengurangi ketergantungan pada beras,
kebudayaan
diperlukan pemberdayaan pangan lokal
pengamatan dan kehadiran peneliti di
non-beras secara intensif. Kementerian
lapangan.
Pertanian sendiri telah mengeluarkan
pengamat objektif dengan cara merekam
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 15
fakta dan sikap yang tidak memihak.
tahun 2013 tentang Program Peningkatan
Data-data, berupa data emik (pandangan
Diversifikasi
partisipan) dan data etis (pandangan
dan
Ketahanan
Pangan
tertentu
Peneliti
berdasarkan
berperan
sebagai
Masyarakat Badan Ketahanan Pangan TA.
peneliti)
2013 yang bertujuan untuk meningkatkan
dikumpulkan untuk dianalisa menguji dan
ketahanan
menjawab
pangan
merevitalisasi
dengan
kearifan
lokal
cara masing-
yang telah ada kemudian
pertanyaan-pertanyaan
mengenai status terakhir dari subjek
masing daerah. Hal ini menjadi motivasi
penelitian yang akan diteliti.
untuk memberdayakan kembali budaya-
Hasil Penelitian
budaya pertanian dan perkebunan yang
Penelitian dalam rangka penyusunan
sesuai dengan jati diri, kebudayaan, adat istiadat
dan
tradisi
serta
Lokal Suku Arfak Di Provinsi Papua Barat
menyesuaikan dengan kondisi geografis
Dalam Rangka Mendukung Ketahanan
daerah
demikian
Pangan Wilayah. Papua Barat adalah
akan
Provinsi yang terletak di ujung barat
tersebut.
dominasi
setempat
Tesis yang berjudul Revitalisasi Kearifan
Dengan
ketergantungan
kebutuhan beras secara bertahap dapat
pulau Papua. Ibukota provinsi ini adalah
semakin dikurangi. Diharapkan dari upaya
Manokwari. Sebelumnya, nama provinsi
revitalisasi kearifan lokal dan upaya
ini adalah Irian Jaya Barat yang ditetapkan
pengelolaan pangan berbasis kearifan
dalam Undang-undang Nomor 45 Tahun
lokal
1999. Berdasarkan Peraturan Pemerintah
dapat
pemerintah
mendukung dalam
upaya
mewujudkan
Nomor 24 Tahun 2007 tanggal 18 April
ketahanan pangan guna mewujudkan
2007, nama provinsi ini diubah menjadi
ketahanan nasional yang tangguh.
Papua Barat. Lokasi penelitian di wilayah
Metode Penelitian
Papua
Metode penelitian ini adalah kualitatif,
Kabupaten
dengan
menggunakan
Selatan
etnografi
yang
pendekatan
merupakan
Barat
dan
mengambil
lokasi
di
Manokwari,
Manokwari
Kabupaten
Pegunungan
sebuah
Arfak yang menjadi wilayah sebaran Suku
metode untuk meneliti suatu kelompok
Besar Arfak. Lebih spesifik lagi, penelitian
Revitalisasi Kearifan Lokal Suku Arfak … | Muhammad Hujairin, Ahwan Ismadi & Tatan Kustana | 59
ini
difokuskan
Oransbari,
di
wilayah
Warmare,
Distrik
masyarakat Arfak sendiri menyebutnya
Menyambouw,
“Indon”. Namun semenjak kedatangan
Anggi, dan Sururey yang mewakili lokasi
suku
pesisir
(Doreri
Numfor),
tempat tinggal sub suku Arfak ; Meyakh,
pendatang lainnya dari pulau-pulau lain,
Hatam, Moile dan Sougb.
mereka
Suku Besar Pegunungan Arfak
pegunungan Arfak.
menyebutnya
dan
sebagai
Suku Besar Pegunungan Arfak atau biasa
Suku Besar Arfak terdiri dari empat
disebut dengan nama Masyarakat Arfak,
sub suku utama, yaitu : Hatam, Meyakh,
dan dalam percakapan sehari-hari juga
Moile
disebut sebagai “orang gunung” atau
menemukan bahwa selain empat suku
“Orang Arfak”, dan bisa disebut juga
besar tersebut, juga terdapat dua sub
sebagai
dan
Sougb.
Penulis
juga
ini
untuk
suku lain yang masih termasuk ke dalam
dengan
Suku
suku Besar Pegunungan Arfak, yaitu Suku
Mansim yang tinggal di pesisir pantai
Mpur yang merupakan bagian dari Suku
Suku
membedakan
Arfak. mereka
Hal
Manokwari dan Suku Doreri Numfor yang
Hatam dan Suku Manikion / Mantion
tinggal di pesisir Manokwari dan juga
(Manikion yang berarti tidak suka mandi),
menyebar di Bintuni, Teluk Wondama,
yang memiliki kemiripan dengan Suku
dan Sorong. Suku Mansim adalah suku
Sougb. Secara kebudayaan ke semuanya
asli
memiliki kesamaan, namun dibedakan
yang
mendiami
daratan
pesisir
Manokwari, sedangkan Doreri Numfor
oleh bahasa. Bahasa Hatam dan Moile
adalah suku pelaut pendatang dari Pulau
termasuk ke dalam fila Kepala Burung
Biak.
Bagian Timur (Apomfires dan Sapulete, Suku Arfak menyebar di kawasan
pedalaman Kabupaten Selatan,
pegunungan Manokwari,
Pegunungan
Arfak, Manokwari
Arfak,
bahkan
1994:139; Laksono, 2001:58). Suku Arfak tersebar di wilayah Manokwari dan sekitarnya (Bintuni, Teluk Wondama,
Manokwari
Selatan,
hingga ke Tambrauw dan Maybrat.
Pegunungan Arfak, Tambrauw, Maybrat).
Topografi gunung tersebut berbukit-bukit
Keempat suku besar ini secara turun-
dan
temurun
bergelombang
dengan
puncak
telah
menghuni
kawasan
tertingginya 2.950 meter dari permukaan
dengan pembagian wilayah yang jelas.
laut. Pegunungan Arfak secara harafiah
Suku Hatam adalah yang terbesar yang
berarti pegunungan besar, atau yang oleh
menghuni kawasan pegunungan Arfak
60 | Jurnal Prodi Manajemen Pertahanan | April 2017 | Volume 3 Nomor 1
bagian utara atau di wilayah Distrik
sedikit
Oransbari dan Ransiki; suku Meyakh
penduduk
setiap
menghuni baggian barat atau wilayah
kampung
didiami
Distrik Warmare dan Prafi, mereka sering
sekarang ini terdapat beberapa keluarga
disebut sebagai “orang Arfak asli”; suku
yang berasal dari suku lain, misalnya di
Sougb
bagian
kampung Warbiadi terdapat dua marga
selatan atau wilayah Distrik Anggi. Suku
Sougb dan tinggal di kampung yang
Moile
dulunya
umumnya
mendiami
tersebar
pegunungan
di
Arfak
Minyambouw.
bagian atau
di
Masyarakat
timur Distrik Arfak
termasuk ke dalam ras Melanesoid,
perubahan
dalam
komposisi
kampung. oleh
merupakan
satu
tempat
Setiap suku,
tinggal
eksklusif bagi suku Hatam. Percampuran suku-suku
ini
berlangsung
karena
perkwainan (Karafir, 1988:25)
dengan bentuk tubuh ramping, pendek
Dalam
dan tegap, seperti penduduk daerah
peladangan
dan
pengolahan
lahan,
pegunungan tengah pada umumnya.
masyarakat
Arfak
menganut
sistem
Tinggi badan rata-rata pria Arfak adalah
ladang
158 cm, dan wanita tingginya 147 cm.
dijelaskan oleh Dr. Asep Rouw dalam
Tentang jumlah pasti populasi mereka
wawancara
belum ada data yang akurat, karena
masyarakat Arfak mengenal suatu siklus
mereka sudah banyak hidup menyatu
ladang berpindah. Ketika suatu ladang
dengan suku-suku lain di Papua Barat dan
telah dipanen satu atau dua kali, maka
pendatang dari luar Papua Barat. Selain
mereka meninggalkan ladang tersebut
itu,
kantong-kantong
untuk menjadi hutan kembali dan mencari
pemukiman / perkampungan yang belum
lahan baru untuk dibuka dan ditanami.
terjamah
penduduk
Dalam satu siklus penggunaan lahan,
mengingat sulitnya medan yang bisa
mereka dapat kembali menggarap lahan
dilalui oleh kendaraan.
semula setelah 5 hingga 7 tahun lamanya
masih
banyak
oleh
Suku-suku
sensus
asli
yang
budaya
berpindah.
dengan
pertanian
/
Sebagaimana
penulis,
bahwa
dulunya
atau setelah pohon-pohon di ladang
mempertahankan tanah mereka dari
tersebut telah mencapai tinggi 10-15
orang luar, telah bercampur. Perkawinan
meter. Untuk bercocok tanam, mereka
campuran dan kesediaan menerima orang
masi menggunakan cara menebas dan
lain dari suku lain masuk dan hidup di
membakar hutan di suatu tanah datar
daerah suku mereka telah membawa
yang mereka anggap subur (Apomfires
Revitalisasi Kearifan Lokal Suku Arfak … | Muhammad Hujairin, Ahwan Ismadi & Tatan Kustana | 61
dan
Sapulete,
1994:141-142).
Jenis
yaitu lima jenis bandikut, tiga jenis kuskus
tanaman yang ditanam adalah ubi jalar,
pohon, tiga jenis oposum, empat jenis
keladi, pisang, sukun, singkong, kentang
kuskus ekor kait, dua jenis kanguru
dan tanaman sayur seperti seledri, wortel,
pohon, lima jenis tikus berkantung, dua
buncis, labu, sawi dan bawang dll.
jenis
kucing
marsupial
dan
landak
Selain sebagai ladang berpindah,
moncong panjang. Wilayah ini juga kaya
pemanfaatan hutan oleh para warga
akan berbagai jenis kumbang dan kupu-
adalah untuk areal berburu. Binatang
kupu serta serangga lainnya. Terdapat
buruan yang banyak mereka buru adalah
lebih dari 300 jenis kupu-kupu sayap
babi hutan, kanguru pohon, kuskus dan
burung (ornithoptera sp) yang sangat
tikus tanah. Alat yang digunakan untuk
terkenal
berburu adalah busur dan anak panah
Pegunungan Arfak (Mulyadi;93).
yang terbuat dari bambu dan nibung tua serta gelagah. Kegiatan berburu hanya melibatkan kaum pria. Sekain berburu mereka juga mencari ikan di danau-danau. Saat ini masyarakat Arfak di kampung Iray Distrik Anggi juga menangkarkan kupukupu sayap burung atau paradise birdwing butterfly (ornithoptera paradisea) yang menjadi salah satu daya tarik wisatawan dan peneliti mancanegara. Penelitian tentang keanekaragaman hayati di Pegunungan Arfak dilakukan oleh dua orang peneliti berkebangsaan Italia yaitu Luigi d’Albertis dan Oduardo Beccari (1672-1873). Terdapat 333 jenis burung, termasuk 26 jenis kakatua dan nuri. Beberapa di antaranya terdapat burung yang endemik yaitu Astrapia Nigra dan Parotia Sefilata. Selain jenis burung juga terdapat beberapa jenis mamalia
dan
hanya
ditemukan
di
Potensi Sumber Daya Genetik Tanaman Pangan Lokal Kawasan yang dihuni oleh masyarakat Arfak sangat kaya akan Sumber Daya Genetik (SDG) tanaman lokal. Menurut Herman
Rois
pendahuluan
Tata
dalam
makalah
halaman Pernanan
Pengelolaan Sumber Daya Genetik (SGD) Tanaman
Lokal
Pembangunan
Papua
Mendukung Barat
Sebagai
Provinsi Konservasi, Sumber Daya genetik (SDG) atau sering juga disebut sebagai sumber plasmanutfah merupakan bagian dari
keanekaragaman
hayati
yang
menunjukan variasi bentuk, penampilan, jumlah sifat yang terlihat pada berbagai tingkatan
kesatuan
(ekosistem,
spesies
mahluk dan
hidup genetik).
Sederhananya, Sumber Daya Genetik
62 | Jurnal Prodi Manajemen Pertahanan | April 2017 | Volume 3 Nomor 1
dapat diartikan sebagai produk alam
subur, panjang umbi mencapai 1-2 meter
unik/bersifat endemik di suatu wilayah.
dengan bobot mencapai 40-60 kilogram.
Dalam wawancara, Dr. Aser Rouw,
Warna umbi talas mapia kuning muda dan
SP, M.Si menyatakan bahwa Sumber Daya
semakin dekat pangkal pelepah semakin
Genetik tanaman lokal di Kabupaten
berwarna kuning tua.
Manokwari dan sekitarnya antara lain :
Tradisi Masyarakat dalam Bercocok
talas, singkong, ubi jalar, pisang dan
Tanam dan Melestarikan Lingkungan
sukun. Sebagai gambaran yang mewakili
Hidup
sumberdaya genetik tanaman pangan dan
Ada empat pembagian wilayah yang
pemanfaatannya,
dikenal dan dijalankan oleh masyarakat
diilustrasikan
dalam
tabel berikut :
Suku Arfak. Empat pembagian wilayah
Selain dari tanaman Sumber Daya
tersebut adalah; 1) Susti, yaitu kawasan
Genetik Lokal, juga ditemukan talas
yang diijinkan untuk diolah/digarap atau
raksasa Mapia (Mapia Giant Taro Plant).
dijadikan kebun. 2) Nimahanti, yaitu
Talas Mapia adalah sejenis talas dengan
kawasan ladang yang sedang ditinggalkan
ukuran tanaman yang sangat besar,
selama masa bera (masa istirahat lahan)
berbeda dari ukuran talas pada umumnya.
selama lebih kurang 7 tahun. Pada
Habitat asli tanaman ini adalah di Pulau
kawasan ini boleh mengambil kulit kayu,
Mapia, pulau terluar sekitar 0,931° LU dan
rotan, akar pohon, daun, menanam
134,318° BT di utara kepala burung,
pohon/tanaman kebun namun tidak boleh
Samudera Pasifik. Talas ini dibawa dan
dijadikan tempat tinggal. Jika terpaksa,
dikembangkan oleh petani lokal di Pami,
kawasan
Manokwari. Struktur daun talas mapia
kebun.
menyerupai daun tanaman keladi, namun
kawasan ini adalah kawasan cadangan
umbinya merupakan umbi talas. Tinggi
Nimahanti Jadi
bisa
boleh dikatakan
dijadikan bahwa
(reserved area). Di kawasan ini pohon-
tanaman mencapai 4 meter. Panjang
pohon hampir sama besar dengan pohon
daun 1,5 meter, lebar daun 1 meter.
di kawasan Bahamti. 3) Bahamti, adalah
Tanaman ini memiliki jumlah anakan
hutan yang tak boleh diganggu, tidak
sangat banyak (>10 anakan). Setiap
boleh dijadikan ladang/kebun dan dijaga
anakan menempel pada umbi induk.
ketat oleh adat. Di hutan ini hanya boleh
Bobot umbi mencapai 14 kilogram dengan
mengambil daun, kulit kayu dan rotan
panjang umbi 0,5 meter. Pada tanah yang
untuk membuat atap rumah. Bahkan di
Revitalisasi Kearifan Lokal Suku Arfak … | Muhammad Hujairin, Ahwan Ismadi & Tatan Kustana | 63
beberapa
bagian
tempat,
kawasan
tempat tinggal masyarakat Arfak sangat
Bahamti
dijadikan
daerah
larangan
terjaga dari bahaya banjir dan longsor.
(pamali).
Dengan
karakteristik
pembatasan asumsikan
seperti kawasan
itu,
kita
Bahamti
dan bisa adalah
kawasan konservasi alam (conserved area). 4) Situmti, adalah bekas kebun ubi jalar
(batatas),
perkampungan
dekat
atau
dengan
tempat
tinggal,
termasuk pekarangan rumah. Kawasan ini bercirikan rerumputan,
sebagai
lahan
terbuka,
kebun
sayur,
termasuk
tempat menanam sayuran yang bisa dijual seperti daun bawang, wortel, kentang
Sistem Rotasi Ladang / Peladangan Berpindah Dikarenakan ada pembagian / klasifikasi lahan, maka masyarakat Arfak mengenal sistem
rotasi
ladang.
Sebagaimana
dijelaskan di atas bahwa ada masa tanam dan masa bera lahan, yang mana untuk kembali ke lokasi semula bisa menunggu waktu
hingga
penuturan
Dr.
7
tahun
Aser
(menurut
Rouw
ketika
diwawancarai oleh penulis).
dan seledri. Pembagian kawasan berdasarkan fungsi ini sangat efektif dalam menjaga kelestarian alam dan dijaga oleh hukum adat yang sangat ketat. Tradisi ini oleh masyarakat lokal dinamakan sebagai Igya Ser Hanjob. Secara harafiah Igya Ser Hanjob adalah, Igya = kita berdiri, Ser = menjaga, dan Hanjob = batas. Terjemahan
Gambar 1. Model Siklus Ladang Berpindah Suku Arfak Menurut Dr. Aser Rouw, SP, M.Si Sumber : Hasil olahan Muhammad Hujairin
bebasnya adalah mari kita menjaga batas
Sistem rotasi ini memungkinkan
lingkungan untuk kepentingan bersama.
untuk unsur-unsur hara dalam tanah di
Kearifan lokal ini terbukti efektif bagi
lahan tersebut kembali pulih dan siap
masayarakat Arfak, yang mana sampai
digunakan.
dengan
lokasi
mereka kenali sebagai kelayakan tanam
penelitian, belum pernah ada cerita
lahan adalah pohon Bikiwom (Kareumbi),
tentang
dan
Weimu (Pawi), dan Alnoy (Tengsek).
kelaparan, dan bahkan kondisi lingkungan
Sedangkan untuk memulai membuka
penulis
berada
kerawanan
di
pangan
Tanda-tanda
alam
yang
lahan, mereka memerhatikan curah hujan yang turun dalam tahun itu. Berdasarkan 64 | Jurnal Prodi Manajemen Pertahanan | April 2017 | Volume 3 Nomor 1
pembagian curah hujan, mereka membagi
untuk pembuatan pagar pembatas ladang
satu tahun menjadi tiga musim yaitu :
yang akan mereka garap nanti. Kegiatan
1. Musim tanam kecil : Maret hingga April
ini berlangsung 3 sampai 8 minggu
ketika curah hujan sangat rendah (±7
selama masa musim kecil.
hari dalam sebulan)
Memasuki musim sedang, mereka
2. Musim tanam sedang : Mei hingga
menggelar
rapat
keluarga
untuk
Agustus ketika curah hujan sedang
mengatur pembagian petak lahan dalam
(±15-17 hari dalam sebulan)
susti keluarga, menentukan tanaman apa
3. Musim tanam besar : September
yang
ingin
ditanam
dan
hingga Januari ketika hujan hampir
memusyawarahkan apakah hasil panen
sebulan
tanaman itu akan dikonsumsi sendiri atau
penuh
(±23
hari
dalam
sebulan)
untuk dijual.
Perkiraan
berdasarkan
bulan
Di awal musim besar, mereka mulai
seringkali tidak pasti, karena kondisi
menebang
cuaca dan musim penghujan sering
mengeringkan tumbuh-tumbuhan yang
berubah-ubah dari tahun ke
tahun.
dibabat dengan cara ditumpuk di lereng-
Masyarakat meramalkan perubahan iklim
lereng. Dalam membuka lahan, tidak
/ curah hujan adalah dengan melihat
semua pohon ditebang. Mereka biasanya
tanda-tanda langit yang mana rasi-rasi
menyisakan satu atau dua batang pohon
bintang terlihat jelas dan bintang-bintang
yang telah dipotong akarnya untuk tetep
nampak memenuhi langit. Isyarat alam
berdiri menjulang dan mengering alami
lainnya adalah suara jangkrik sebagai
sebagai cadangan kayu bakar yang akan
pertanda
kering.
mereka gunakan di rumah. Setelah selesai
Arfak
pembabatan, mereka membakar ranting-
menunjukkan mulai masa / periode
ranting, semak-semak dan dedaunan
membuka lahan.
kering yang ditumpuk di lereng tersebut.
Tanda
masukknya ini
bagi
musim
masyarakat
Ketika muncul tanda-tanda alam seperti
itu,
maka
mereka
pohon,
membabat
dan
Penanaman bibit dilakukan ketika
mulai
tanah masih hangat bekas pembakaran.
membersihkan kebun, mengumpulkan
Alasan tindakan tersebut adalah karena
kulit pohon dan tali rotan di hutan yang
mereka
akan mereka pergunakan untuk bahan
dibiarkan mendingin maka tikus-tikus
membuat / merenovasi rumah tinggal dan
akan sempat berkembang biak dan
percaya
bahwa
jika
tanah
Revitalisasi Kearifan Lokal Suku Arfak … | Muhammad Hujairin, Ahwan Ismadi & Tatan Kustana | 65
menjadi
hama.
Sebagaimana
yang
seledri, fitsai (sawi), wortel, kol dan daun
dijelaskan Dr. Aser Rouw juga, bahwa
bawang. Selain di kawasan susti, tanaman
dalam satu hamparan lahan bisa terdiri
sayur juga ditanam di pekarangan rumah
dari
(situmti).
banyak
tanaman
(campuran/multikultur).
Masyarakat
Arfak
menilai
Bibit ditanam
bahwa cara ini untuk meningkatkan
secara selisih waktu (berurutan) dengan
produktifitas pertanian dan menjamin
tujuan agar mereka dapat panen secara
ketersediaan
berurutan dan terhindar dari ancaman
dengan cara memanennya bergiliran
kelaparan. Jenis tanaman yang ditanam
untuk dikonsumsi dan juga untuk dijual.
adalah : jagung, labu, kacang buncis, ketimun,
kentang,
singkong,
pangan
(sustainability)
Untuk memelihara tanaman yang
pisang,
mereka tanam di kebun, mereka lakukan
keladi, tebu dan ubi jalar. Bibit didapatkan
tiap hari selama sepanjang hari (7.00 –
dari kebun lama yang telah dipanen. Tata
17.00)
urutan
sebagai
Menjelang musim panen, akan menginap
berikut; labu ditanam ketika tanah masih
di kebun untuk berburu tikus tanah/tikus
hangat
lahan.
babi atau bandicut raffay (Perorcytes
Kemudian jagung, ketimun, kacang buncis
raffrayana) dan hewan-hewan lain yang
dan
mulai
mengganggu kebun. Tikus tanah yang
mendingin. Singkong, keladi dan ubi jalar
ditangkap biasanya dikonsumsi sebagai
ditanam jika tanaman jagung, ketimun,
sumber protein hewani. Siangnya mereka
kacang
telah
menyiangi gulma dan rumput. Sore hari
menunjukkan pertumbuhan melampaui
pulang sembari membawa pakan ternak
kecambahnya (± 20 cm) atau berumur
babi yang dipelihara di sekitar rumah
tujuh
setelah
tinggal mereka. Masyarakat Arfak sangat
memanen jagung, maka pohon singkong,
menghormati hari Minggu sebagai hari
keladi dan ubi jalar sudah menutupi areal
gereja, oleh sebab itu mereka meliburkan
kebun. Terakhir menanam pisang dan
diri dari kegiatan pemeliharaan kebun di
tebu sebagai tanaman kebun jangka
hari Minggu.
penanaman
bekas
kentang
buncis
hari
adalah
pembakaran
setelah
dan
dengan
tanah
kentang
harapan
panjang.
hingga
Panen
musim
hasil
panen
kebun
tiba.
biasanya
Tanaman sayur ditanam pada areal
dilakukan oleh para wanita. Sedangkan
yang paling banyak sisa abu pembakaran.
laki-laki sesekali membantu jika ada
Tanaman sayur yang ditanam antara lain
pekerjaan menggali atau membabat dan
66 | Jurnal Prodi Manajemen Pertahanan | April 2017 | Volume 3 Nomor 1
jika hendak sekalian pergi berburu sambil
menggunakan kayu sepanjang ±30-40 cm.
membawa parang, panah dan tombak.
Cara menggali umbi adalah dengan
Wanita pergi ke kebun dengan membawa
melihat warna daun pada rumpun ubi
noken (sejenis tas keranjang terbuat dari
jalar yang telah menua, lalu digali dari
anyaman
membantu
satu sisi saja dengan cara perlahan-lahan
digunakan
dan setelah umbi didapat lobangnya
tali).
memotong
Laki-laki
dahan
yang
sebagai alat penggali umbi-umbian.
ditutup kembali. Cara ini dimaksudkan
Umumnya sayur-sayuran (kol, fitsai,
agar rumpun tersebut menghasilkan umbi
daun labu, seledri dan jagung muda)
baru kembali. Tidak semua tanaman ubi
dapat dipanen setiap hari jika telah
jalar akan dipanen sekaligus, melainkan
berumur 1-2 bulan. Sedangkan buah labu,
disisakan untuk hari-hari esoknya. Umbi
kacang buncis, wortel, ketimun berumur
yang dipanen bisa bertahan selama 2-3
3 bulan. Di bulan keempat mereka
hari. Panen berikutnya di rumpun yang
memanen jagung tua, daun muda dan
sama adalah dengan menggali di salah
kentang. Singkong, ubi jalar dan keladi
satu dari tiga sisi lainnya. (lihat gambar).
dipanen setelah usia setahun. Sedangkan
Jika dalam 1-2 tahun ubi jalar tidak lagi
pisang terus diperanakpinakkan di lahan
menghasilkan umbi yang bagus, maka
itu dan dipanen ketika sudah berbuah.
mereka akan mulai meninggalkan lahan
Tebu
tersebut.
dipanen
sesekali
sesuai
kepantasannya. Ubi jalar yang merupakan bahan makanan pokok dan pakan ternak oleh masyarakat Arfak ditanam dan dipanen dengan
cara
tertentu
agar
dapat
berlangsung selama 1 – 2 tahun. Cara ini memastikan kekurangan
mereka pangan
tidak selama
akan periode
produksi lahan tersebut. Ubi jalar dipanen setelah berusia satu tahun dengan ciri tanah tempat tumbuhnya sudah retak dan umbinya menyembul keluar tanah. Mereka menggali umbi tersebut dengan
Masyarakat
Arfak
akan
terus
memanen hasil tani / ladangnya secara terus-menerus secara berkesinambungan dengan pola rotasi kebun dan dengan cara tanam sebagaimana diuraikan di atas. Kepiawaian mereka dalam membaca tanda-tanda
alam
sehingga
mereka
Revitalisasi Kearifan Lokal Suku Arfak … | Muhammad Hujairin, Ahwan Ismadi & Tatan Kustana | 67
mampu menanam di saat yang tepat
Bagaimana Kearifan Lokal Suku Besar
dapat menjamin ketersediaan pangan
Arfak dalam Menciptakan Diversifikasi
secara terus-menerus. Menurut Susanto
Produksi Pangan dan Ketersediaan
dan Suparlan dalam Mulyadi; 116 bahwa
Pangan yang Mendukung Ketahanan
ketahanan pangan lebih disebabkan oleh
Pangan Wilayah?
adanya potensi ketahanan sosial budaya
Secara khusus penulis mengutip Gobyah
pada kehidupan tradisional atau etnik
(2003), mengatakan bahwa kearifan lokal
tertentu. ketahanan sosial budaya dalam
(local genius) adalah kebenaran yang
hal pangan pokok diartikan terciptanya
telah mentradisi atau ajeg dalam suatu
kondisi sosial dan budaya masyarakat
daerah.
yang stabil dalam proses kehidupan rutin
perpaduan antara nilai-nilai suci firman
sehari-hari dimana kebiasaan pangan
Tuhan dan berbagai nilai yang ada,
(food habit) yang menyangkut pangan
kearifan
pokok relatif tidak tergoyahkan wlaaupun
keunggulan budaya masyarakat setempat
terjadi goncangan-goncangan ekonomi,
maupun kondisi geografis dalam arti luas.
politik dan persediaan pangan yang ada
Kearifan lokal merupakan produk budaya
dalam masyarakat.
masa lalu yang patut secara terus-
Jadi
jika
disimpulkan,
maka
menerus
Kearifan
lokal
dijadikan
lokal
merupakan
terbentuk
pegangan
sebagai
hidup.
keuntungan sistem rotasi ladang yang
Meskipun bernilai lokal tetapi nilai yang
diterapkan oleh masyarakat Arfak adalah :
terkandung di dalamnya dianggap sangat
1. Menjamin terpeliharanya unsur hara
universal. Kearifan lokal menurut UU
dalam tanah 2. Tidak
perlu
No.32/2009 tentang perlindungan dan pupuk
pengelolaan lingkungan hidup BAB I Pasal
buatan sehingga meminimalisir biaya /
1 butir 30 adalah adalah “nilai-nilai luhur
tidak memerlukan subsidi pemerintah
yang berlaku dalam tata kehidupan
3. Hasil panen dari satu kawasan lahan
masyarakat untuk antara lain melindungi
bisa sangat beragam dan hasilnya
dan mengelola lingkungan hidup secara
sangat baik
lestari”.
4. Terjaminnya
menggunakan
ketersediaan
secara kesinambungan
pangan
Dalam aspek sistem pertanian guna mewujudkan
ketahanan
pangan
dan
kelestarian lingungan hidup, tradisi Suku Arfak yang dituangkan dalam konsep Igya 68 | Jurnal Prodi Manajemen Pertahanan | April 2017 | Volume 3 Nomor 1
Ser Hanjob merupakan sistem model yang
agar manusia dapat memperoleh hasil
sempurna bagaimana manusia menyatu
maksimal pada saat menggunakannya
dan
dan mengistirahatkan secara alami
menjaga
lingkungannya
serta
mendapatkan manfaat yang maksimal
untuk memulihkannya kembali.
dari lingkungan yang mereka kelola.
4. Daerah reservasi atau cadangan yang
Esensi dari Igya Ser Hanjob adalah
boleh dimanfaatkan setelah dipulihkan
memanfaatkan
memelihara
kembali (melalui masa bera). Suku
lingkungan dengan cara membaginya
Arfak menamainya sebagai Nimahanti.
menjadi :
Model ini sebagai bentuk kearifan lokal
1. Kawasan konservasi alam/ kawasan
untuk
yang
sama
sekaligus
sekali
tidak
boleh
dieksploitasi demi menjaga kelestarian
tidak
mengeksploitasi
alam
secara habis-habisan sehingga rusak dan menjadi tidak bernilai
alam. Suku Arfak menamainya sebagai
Salah satu kearifan lokal untuk
Bahamti. Menjaga daerah konservasi
meraih
adalah untuk menjaga ketersediaan
dengan membudidayakan aneka jenis
dan kualitas air untuk konsumsi dan
tanaman pangan lokal sesuai budaya
untuk
pertanian dan sistem pertanian ladang
menjaga
keseimbangan
ekosistem. 2. Kawasan
diversifikasi
pangan
adalah
berpindah. Sesuai data sekunder yang pemukiman
dan
tempat
didapat dari Dinas Pertanian dan Badan
berlangsungnya mencari penghidupan
Pusat
(bekerja) secara terbatas. Suku Arfak
gambaran
menamainya sebagai Situmti. Daerah
wilayah yang dihuni oleh Suku Arfak kaya
ini diperlakukan sebagaimana layaknya
akan sumber daya pangan non beras dan
suatu pemukiman yang bisa menjadi
sekaligus menjadi potensi Sumber Daya
tempat tinggal dan bisa menjadi
Genetik Tanaman Lokal berupa varietas
tempat usaha (berladang).
talas, singkong, ubi jalar, pisang dan
3. Kawasan sumber daya pangan utama
Statistik
dan
umum
diuraikan lokasi
penelitian,
sukun. Kondisi ini dapat menjadi contoh
yang sedang digarap untuk jangka
keberhasilan
waktu
pangan dengan cara tradisional.
tertentu.
Suku
Arfak
pada
penerapan
diversifikasi
menamainya sebagai Susti. Kita dapat menamainya sebagai daerah produktif. Pemberian batas/ jangka waktu adalah Revitalisasi Kearifan Lokal Suku Arfak … | Muhammad Hujairin, Ahwan Ismadi & Tatan Kustana | 69
Bagaimana Kebijakan Pemerintah Daerah
mencapai fokus pasar, menemukan bisnis
Dalam Revitalisasi Kearifan Lokal Suku
baru, merubah aturan-aturan melalui
Besar Arfak Dan Implementasinya?
teknologi
Perubahan pola konsumsi (food habit)
revitalisasi dalam kelembagaan agribisnis.
akibat akulturasi dan asimilasi budaya
Sedangkan menurut Maarif (Maarif,
yang berlaku dari semula mengkonsumsi
2008) Revitalisasi merupakan salah satu
pangan non beras (singkong, ubi jalar,
langkah
sagu
beras.
pertumbuhan. Salah satu langkah yang
Mengutip Danisworo dalam bukunya
perlu dilakukan oleh sistem agribisnis
yang berjudul Konseptualisasi Gagasan
nasional
dan
Proyek
kelembagaannya adalah memfokuskan
adalah
diri pada pasar.
dsb)
bergeser
Upaya
Peremajaan
menjadi
Penanganan Kota;
revitalisasi
informasi,
untuk
dan
aplikasi
menciptakan
dalam
revitalisasi
upaya untuk memvitalkan kembali suatu
Sesuai dengan kata kunci yang
kawasan atau bagian kota yang dulunya
ditebalkan (bold typed), maka langkah-
pernah vital/hidup, akan tetapi kemudian
langkah praktis yang ideal menurut teori
mengalami kemunduran/degradasi. Skala
tersebut
revitalisasi ada tingkatan makro dan
kearifan lokal adalah :
mikro. Proses revitalisasi sebuah kawasan
1. Mengenali dan memanfaatkan potensi
diatas
dalam
merevitalisasi
mencakup perbaikan aspek fisik, aspek
lingkungan.
ekonomi dan aspek sosial. Pendekatan
setiap daerah tentu berbeda-beda,
revitalisasi harus mampu mengenali dan
demikian juga dalam hal pangan. Maka
memanfaatkan
revitalisasi
potensi
lingkungan
Potensi lingkungan
dimulai
dari
di
menggali
(sejarah, makna, keunikan lokasi dan
sejarah, makna, keunikan lokasi dan
citratempat), (Danisworo, 1988)
citra tempat.
Menurut Gouillart
Kelly
2. Memfokuskan diri pada pasar untuk
the
menciptakan daya serap terhadap
merupakan
produk yang dihasilkan oleh kearifan
suatu proses mendorong pertumbuhan
lokal tersebut. Seperti yang dijelaskan
organisasi
dan
oleh Rouw bahwa hal pertama yang
organisasi
harus dikembangkan adalah ciptakan
Revitalisasi
pasarnya terlebih dahulu agar produk-
(1995), dalam Organization,
Transforming revitalisasi
dengan
mengharmoniskan kedalam
&
mengaitkan tubuh
lingkungannya.
menuntut dilakukannya tiga hal, yaitu:
produk lokal memiliki nilai.
70 | Jurnal Prodi Manajemen Pertahanan | April 2017 | Volume 3 Nomor 1
3. Menemukan bisnis baru, yang dapat
penyerapan
pasar
terhadap
dicapai dengan cara inovasi pemasaran
produk
untuk mendukung pasar.
mereka hanya memproduksi terbatas
4. Merubah
aturan-aturan
teknologi
informasi,
melalui
yaitu
pertanian
mereka
produksehingga
untuk kebutuhan pangan sendiri.
dengan
Untuk mengangkat budaya Suku
mengemas ulang kearifan lokal dengan
Arfak dilakukan oleh pemerintah daerah
pendekatan modern namun memiliki
dengan
esensi yang sama dengan asal muasal
keunikan Suku Arfak dan diperkenalkan
kearifan tersebut.
hingga mancanegara. The United Nations
5. Membangun kelembagaan/mengorganisir
sumber
cara
menggali
Educational,
Scientific
Organization
(UNESCO)
sejarah
and
dan
Cultural
menetapkan
daya manusia yang bertanggungjawab
empat budaya suku Arfak, Papua Barat
terhadap revitalisasi kearifan lokal
sebagai warisan dunia. Menurut Bupati
tersebut.
Pegunungan Arfak, Yosias Saroy yang
Sedangkan implementasi
langkah-langkah yang
ditempuh
dikutip
dari
laman
elshinta
news
oleh
mengatakan bahwa empat budaya Suku
Pemerintah Provinsi Papua Barat maupun
Arfak sudah mendapatkan sertifikat dan
Kabupaten
diserahkan pada pembukaan Festival
Manokwari,
Manokwari
Selatan dan Pegunungan Arfak adalah
Arfak
dengan memberikan pengakuan dan
November 2016. Empat khazanah budaya
tempat
dalam
Arfak tersebut antara lain; rumah adat
mengambil peranan terhadap kehidupan
kaki seribu, tarian tumbuk tanah, noken
sosial
2017).
dan Igya Ser Hanjob yakni budaya atau
oleh
kearifan lokal masyarakat dalam menjaga
pada
Dewan
masyarakat
Sebagaimana Edoway,
Adat
(Ayok,
dituturkan
juga
pemerintah
setempat
pada
Ia
lokal sebagai konsumsi dalam setiap
penghargaan
acara-acara
memacu
himbauan
daerah
12
menyebutkan, atas
pemberian
budaya
optimisme
daerah
tersebut dalam
mengembangkan pariwisata dan menjaga
memanfaatkan produk sendiri. Meskipun
alam pegunungan. Kedepan, budaya
demikian kendala yang dialami oleh
tersebut
petani
masyarakat
dan
tanggal
untuk
masyarakat
kepada
di
Sabtu
batas dan alamnya.
mendorong pemanfaatan produk pangan
formal
hari
lokal
akan
terus
dikembangkan
adalah
Revitalisasi Kearifan Lokal Suku Arfak … | Muhammad Hujairin, Ahwan Ismadi & Tatan Kustana | 71
melalui
program
pemberdayaan
masyarakat.
setahap demi setahap sehingga kendalakendala tetap ada.
Khusus budaya Igya Ser Hanjob
Kesimpulan dan Saran
merupakan budaya yang terpenting bagi
Berdasarkan hasil analisa terhadap data
daerah yang kaya akan keanekaragaman
dan temuan yang diperoleh selama
hayati.
menuntun
melaksanakan penelitian, maka peneliti
menjaga
mendapatkan beberapa kesimpulan, yang
lingkungan.Budaya ini selaras dengan
berkaitan dengan pertanyaan penelitian
program konservasi Papua Barat dan
yaitu bagaimana merevitalisasi kearifan
pembangunan pariwisata Pegunungan
lokal di tengah arus modernisasi dan
Arfak. Lebih lanjut, menurut Saroy, Bupati
keterlanjuran perubahan pola konsumsi
akan mendorong menyusunan peraturan
(food habit) masyarakat Indonesia, serta
daerah (Perda) untuk memperkuat dan
bagaimana kearifan lokal suku besar
mendorong agar empat budaya tersebut
pedalaman Arfak dapat menjadi role
Budaya
masyarakat
ini
bisa
dalam
terus terjaga dan menjadi icon daerah ini. Menurut
pengamatan
pemerintah meluncurkan
daerah
penulis, telah
situs-situs
model dalam strategi revitalisasi kearifan
pihak
lokal dan upaya diversifikasi pertanian.
banyak
Kesimpulan-kesimpulan tersebut yaitu:
yang
mempromosikan wisata budaya Suku Arfak.
Kearifan
Lokal
Suku
Besar
Arfak
Mendukung Diversifikasi Produksi Pangan dan
Ketersediaan
Pangan
yang
Pembangunan infrastruktur berupa
Mendukung Ketahanan Pangan Wilayah.
jalan-jalan penghubung antar Kabupaten
Igya Ser Hanjob (bersama menjaga batas)
di ketiga Kabupaten tersebut juga dapat
adalah kearifan lokal Suku Arfak yang
dikatakan cukup baik sehingga para
telah menjadi kebenaran dan mentradisi
petani dari daerah-daerah dapat menjual
atau ajeg dalam komunitas Suku Arfak.
produknya ke kota-kota lain, meskipun
Jika dipahami melalui definisi umum maka
masih terkendala biaya transportasi yang
Igya Ser Hanjob adalah gagasan-gagasan
masih cukup mahal (Rouw). Diperkuat
lokal Suku Arfak yang bersifat bijaksana,
juga oleh Rumansara bahwa perhatian
penuh
pemerintah terhadap masyarakat cukup
tertanam
baik namun harus diakui juga bahwa
masyarakatnya. Igya Ser Hanjob dapat
pembangunan hanya dapat dilakukan
dipahami sebagai usaha Suku Arfak
kearifan, dan
72 | Jurnal Prodi Manajemen Pertahanan | April 2017 | Volume 3 Nomor 1
bernilai diikuti
baik,
oleh
yang
anggota
dengan menggunakan akal budinya untuk
sistem ladang berpindah (sistem rotasi
bertindak terhadap pemanfaatan dan
ladang) selama masa waktu / siklus
pelestarian
alam
mereka
tertentu. sistem ladang berpindah itu pun
bertempat
tinggal
memperoleh
membentuk kecerdasan mereka dalam
dimana dan
penghidupan. Igya Ser Hanjob adalah
memahami
kearifan lokal dalam membagi kawasan
mereka dapat menyesuaikan diri untuk
lingkungan menjadi :
mulai membuka lahan dan bercocok
1) Bahamti, sebagai kawasan konservasi
tanam. Sistem peladangan berpindah dan
(lindung) yang tidak boleh diganggu
kearifan dalam mengenali bahaya alam
sama sekali.
yang bisa mengakibatkan kerawanan
2) Situmti,
sebagai
kawasan
tanda-tanda
tempat
pangan
tinggal/pemukiman dan diperbolehkan
dengan
bercocok tanam makanan pangan
argoforestry
seperti ubi jalar dan sayur-sayuran
ketersediaan
3) Susti, sebagai kawasan pertanian /
dengan
waktu tertentu
sekalipun.
ladang yang diistirahatkan
sistem
agar
tradisi
bertani
wanatani
atau
untuk pangan
menjamin yang
cukup
sepanjang waktu dan mampu bertahan
ladang yang diolah menurut jangka
4) Nimahanti, adalah kawasan pertanian /
menciptakan
alam
kondisi
alam
yang
ekstrim
Kearifan lokal yang dianut mampu
(dalam
mewujudkan diversifikasi pangan melalui
masa bera) untuk memulihkan kembali
budidaya aneka jenis tanaman pangan
unsur hara yang dikandungnya
lokal sesuai budaya pertanian dan sistem
Melalui konsep kearifan lokal Igya
pertanian ladang berpindah. Wilayah yang
Ser Hanjob tersebut maka terlahirlah nilai-
dihuni oleh Suku Arfak kaya akan sumber
nilai untuk menghargai alam sebagai “ibu
daya pangan non beras dan sekaligus
yang memberikan susu bagi anaknya”,
menjadi potensi Sumber Daya Genetik
yang
mereka
Tanaman Lokal berupa varietas talas,
tindakan
singkong, ubi jalar, pisang dan sukun.
mana
meyakini
pada
akhirnya
bahwa
mengeksploitasi alam habis-habisan akan
Kondisi
membuat
keberhasilan
alam menjadi murka dan
mereka kehilangan sumber penghidupan. Kearifan lokal tersebut juga melahirkan tradisi bercocok tanam yang unik, yaitu
ini
dapat
menjadi
penerapan
contoh
diversifikasi
pangan dengan cara tradisional. Penelitian
ini
juga
sekaligus
membuktikan bagaimana konsep yang
Revitalisasi Kearifan Lokal Suku Arfak … | Muhammad Hujairin, Ahwan Ismadi & Tatan Kustana | 73
mereka pegang teguh berhasil menjawab
Konsep wanatani (argoforestry) dan
tantangan
policulture
ketahanan
pangan,
untuk
menjamin
memenuhi 4 aspek :
budidaya
1) Ketersediaan pangan (food availability)
pengaruh alam (suhu, cuaca dan iklim)
Tanaman yang mereka tanam dengan
dan mendapatkan unsur hara yang
sistem ladang berpindah dan konsep
sangat baik tanpa perlu menggunakan
wanatani (argoforestry) dan policulture
pupuk kimiawi.
menjamin
ketersediaan
lebih
tanaman
tahan
terhadap
pangan
Kondisi yang mereka rekayasakan
sepanjang waktu. Mereka pun memiliki
dari alam ini menjamin keamanan mereka
aturan tersendiri dalam memanen hasil
dari ancaman kerawanan pangan, baik
budidaya
sehingga
kerawanan
lumbung
kerawanan kronis. Terlebih lagi, alam
tanamannya
ladang/kebun
merupakan
sementara
maupun
pangan hidup bagi mereka.
tempat mereka bertempat tinggal sangat
2) Akses pangan (food access)
kaya akan sumber daya pangan yang
Konsep Igya Ser Hanjob menjamin
beragam dan memiliki Sumber Daya
setiap keluarga dapat memperoleh
Genetik yang khas.
sumber pangan yang cukup untuk
Kebijakan
Pemerintah
Daerah
kebutuhan keluarga dari kebun yang
Dalam Revitalisasi Kearifan Lokal Suku
mereka kelola secara bersama-sama
Besar Arfak Dan Implementasinya
dengan sangat mudah dan berlimpah. 3) Penyerapan pangan (food utilization)
Langkah-langkah
Implementasi
yang ditempuh oleh Pemerintah Daerah
Tanaman yang dibudidayakan oleh
adalah dengan memberikan pengakuan
masyarakat Suku Arfak merupakan
dan tempat pada Dewan Adat dalam
sumber
kebutuhan
mengambil peranan terhadap kehidupan
pangan keluarga untuk memenuhi
sosial masyarakat. Meskipun kendala
kebutuhan pangan pokok, sumber gizi
yang dialami oleh masyarakat petani lokal
nabati
dalam
pemenuhan
dan
untuk
mencukupi
kebutuhan protein hewani mereka dapatkan dari berburu di hutan/ladang yang mereka kelola 4) Stabilitas pangan (food stability)
penyerapan
pasar
terhadap
produk-produk pertanian masih ada. Untuk mengangkat budaya Suku Arfak dilakukan oleh pemerintah daerah dengan
cara
menggali
sejarah
dan
keunikan Suku Arfak dan diperkenalkan 74 | Jurnal Prodi Manajemen Pertahanan | April 2017 | Volume 3 Nomor 1
hingga mancanegara. The United Nations
Peneliti menyarankan agar melakukan
Educational,
Scientific
pengkajian-pengkajian
Organization
(UNESCO)
and
Cultural
lebih
lanjut
menetapkan
mengenai kearifan lokal ini dengan cara
empat budaya suku Arfak, Papua Barat
mendorong para ilmuwan / peneliti /
sebagai warisan dunia. Empat khazanah
mahasiswa untuk melakukan penelitian
budaya Arfak tersebut antara lain; rumah
bertemakan kearifan lokal
Igya Ser
adat kaki seribu, tarian tumbuk tanah,
Hanjob
perspektif
noken dan Igya Ser Hanjob yakni budaya
antara lain; seni, kebudayaan, antropologi
atau kearifan lokal masyarakat dalam
dan khususnya dalam hal pertahanan dan
menjaga batas dan alamnya (Saroy, 2016).
ketahanan pangan. Dengan demikian
Budaya
tersebut
dikembangkan
akan
melalui
terus
program
dengan
berbagai
selain mengangkat budaya daerah, juga akan
memberikan
makna
lain
pemberdayaan masyarakat. Bupati akan
kearifan lokal Suku Arfak tersebut.
mendorong
Referensi
menyusunan
peraturan
daerah (Perda) untuk memperkuat dan mendorong agar empat budaya tersebut terus terjaga dan menjadi icon daerah ini. Berdasarkan hasil dari penelitian tersebut
maka
penulis
memberikan
beberapa saran yang bisa digunakan sebagai
bahan
pertimbangan
dalam
merevitalisasi kearifan lokal di daerah guna mendukung ketahanan pangan nasional. Pemerintah daerah telah berupaya mengangkat budaya Suku Arfak melalui festival-festival
budaya
dan
mempromosikan hingga ke mancanegara. Pemerintah daerah juga memberikan tempat bagi Dewan Adat dalam mengatur perilaku
masyarakat
dan
menjaga
kkelestarian budaya Igya Ser Hanjob.
dari
Buku Apriyanto, Y. dkk. (2008). “Kearifan Lokal dalam Mewujudkan Pengelolaan Sumberdaya Air yang Berkelanjutan”. Makalah Pada PKM IPB, Bogor Danisworo, M (1988) , Konseptualisasi, Gagasan, dan Upaya Penanganan Proyek Peremajaan Kota : Pembangunan Kembali sebagai Fokus, Jurusan Arsitektur ITB, Bandung Echols, J.M dan Syadily, H (2003), Kamus Inggris – Indonesia, Jakarta FAO (1996), Food Security and the Global Environmental Change, Earthscan, London Gouillart, F.J. & J.N. Kelly, (1995). Transforming the Organization, McGraw-Hill Inc, New York. Harsono, H, (2002). Implementasi Kebijakan dan Politik, Grafindo Jaya, Jakarta.
Revitalisasi Kearifan Lokal Suku Arfak … | Muhammad Hujairin, Ahwan Ismadi & Tatan Kustana | 75
Keraf, A.S (2010), Etika Lingkungan Hidup, Penerbit Buku Kompas, Jakarta Koontz, H. (Desember, 1961), The Management Theory Jungle, The Journal of The Academy of Management, The Academy of Management Koontz, H. dan O’Dannel. (1994), Principles of Management, The Journal of The Academy of Management, The Academy of Management Mc. Donald, B.L. (2010), Food Security, Polity Press, Cambridge Mulyadi. (2007), Pengadopsian Inovasi Pertanian Suku Pedalaman Arfak, Scientific Repository IPB, Bogor Oxford Learner’s Pocket Dictionary, Third Edition, Oxford University Press, Oxford Papua, Media (2016, Juni 10), Potensi Sagu Papua Menjanjikan Tapi Minim Investor, Media Papua, Jayapura Setiawan, B. (2013, September 26). Ketergantungan Pada Beras dan Kemandirian Pangan, Kajian Kependudukan, Pusat Penelitian Kependudukan, Jakarta Nugraha, Setiawan (1994). Transmigrasi di Indonesia: Sejarah dan Perkembangannya. Program Studi Kependudukan, Program Pascasarjana UGM, Yogyakarta Numberi, Freddy. (2011), Sagu Potensi Yang Masih Terabaikan, Pemanfaatan Dan Pendayagunaan Lahan Sagu Indonesia Sebagai Salah Satu Lumbung Pangan Dan Energi Nasional. PT. Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia, Jakarta Sugiyono, 2015. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta
Tambunan, Tulus. (2010), Pembangunan Pertanian dan Ketahanan Pangan, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. Terry, G. R. (1994), Principles of Management (the 8th Edition), A I T B S Publishers & Distributors, Delhi Jurnal Arifin, S.E, Kolonel Inf, Pemberdayaan Potensi Kekuatan TNI AD Dalam Ketahanan Pangan, Jurnal Yudhagama Volume 34 No IV Edisi Desember 2014 Budiyanto, M.A.K, Model Pengembangan Ketahanan Pangan Berbasis Pisang Melalui Revitalisasi Nilai Kearifan, Bogor Wahid, I.M.A (2012), Kearifan Lokal dan Ketahanan Pangan, Universitas Muhammadiyah Malang, Malang Gantini, T. (2015) Kearifan Lokal Dalam Metode Pengukuran Ketahanan Pangan (Local Wisdom of Measurement Food Security Method),Jurnal UNIKOM, Sekolah Tinggi Pertanian Jawa Barat, Bandung Hastanti, B.W dan Yeny, I. (),Strategi Pengelolaan Cagar Alam Pegunungan Arfak Menurut Kearifan Lokal Masyarakat Arfak Di Manokwari Papua Barat, Manokwari Mulyadi (2007), Pengadopsian Inovasi Pertanian Suku Pedalaman Arfak,Institut Pertanian Bogor, Bogor Ridwan, N.A. (2007). “Landasan Keilmuan Kearifan Lokal”. Jurnal Studi Islam dan Budaya. Vol.5 Setiawan, Nugraha (2010), Satu Abad Transmigrasi Di Indonesia: Perjalanan Sejarah Pelaksanaan, 1905 – 2005, Jurnal Pensa, Pusat Penelitian Kependudukan
76 | Jurnal Prodi Manajemen Pertahanan | April 2017 | Volume 3 Nomor 1
Susan T.S, Awang, S.A, Suryanto, P dan Purwanto, R.H (2014), Hutan Dalam Kehidupan Masyarakat Hatam Di Lingkungan Cagar Alam Pegunungan Arfak (Forest in Hatam Community Live on Arfak Mountains Natural Reserve Environment), Jurnal Manusia dan Lingkungan, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Peraturan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996, tentang Ketahanan Pangan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012, tentang Pangan Sumber Internet / Website Bulog, (2016), Beras dan Pangan, Bulog; http://www.bulog.co.id/ketahananp angan.php , Jakarta, diakses pada 24 Juli 2016 Gandhi, P. (2014, Nopember 28), Menghindari Jebakan Pangan, Departemen Ekonomi dan Sumber Daya Lingkungan; http://esl.fem.ipb.ac.id/en/content/r ead/menghindari-jebakan-pangan/ , Bogor, diakses pada 25 Juli 2016 Jaya, U. (2016), Ketahanan Pangan Juga Ketahanan Nasional, Tabloid Dwimingguan Agrina; http://agrinaonline.com/show_article.php?rid=9 &aid=3955 , Jakarta, diakses pada 25 Juli 2016 Maarif, M.S (2008), Revitalisasi Kelembagaan Agribisnis: Suatu Tinjauan Manajemen Perubahan; http://agrimedia.mb.ipb.ac.id/archive /viewArchives/id/448f760737fb9d73a aa43be63603a4ce Bogor, diakses pada 6 Juli 2016
Revitalisasi Kearifan Lokal Suku Arfak … | Muhammad Hujairin, Ahwan Ismadi & Tatan Kustana | 77