PROSIDING
ISBN:978-602-8047-99-9
SEMNAS ENTREPRENEURSHIP
Juni 2014
Hal: 356-366
PENGGUNAAN MODEL
MEDIA
LEARNING KRITIS
DENGAN
CYCLE
MENINGKATKAN BERPIKIR
ICT
UNTUK
KETERAMPILAN DAN
PENGUASAAN
KONSEP SISWA Ipah
Budi
Minarti1),
Muhammad
Syaipul
Hayat2), Sumarno3) 1) 2) 3)
, , Pendidikan Biologi, FPMIPA
Universitas PGRI Semarang
[email protected]) Abstrak-Hasil observasi menunjukkan bahwa pembelajaran biologi di SMA Hidayatullah belum melatihkan penguasaan konsep, prinsip-prinsip biologi, dan kemampuan berpikir kritis secara optimal. Indikator ketidakoptimalan pembelajaran biologi ditunjukkan dengan rendahnya tingkat ketuntasan pembelajaran secara klasikal yang hanya mencapai 65% dengan rata-rata kelas 67.8 pada kelas X. Hal tersebut dikarenakan pembelajaran secara tatap muka lebih banyak menyajikan konsep dan prinsip biologi, sehingga siswa cenderung tidak terlibat dalam mentransformasi pengetahuan melalui proses kognitif yang kompleks sehingga siswa terhabituasi berpikir kritis. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran biologi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X IPA dengan pemilihan sampel secara acak. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian ini terdiri atas 4 tahap, yaitu: perencanaan, tindakan (learning cycle 5E), pengamatan, dan refleksi. Kriteria ketuntasan belajar dinyatakan: secara individu apabila seorang siswa telah mendapat nilai 65 untuk rentang ideal 100 dan secara klasikal apabila siswa dalam kelas tersebut memperoleh nilai 65 telah mencapai 85%. Metode pengumpulan data meliputi dokumentasi dan observasi. Analisis data yang dilakukan adalah analisis data kuantitatif terhadap hasil resume, Lembar Diskusi Siswa, instrumen penilaian keterampilan berpikir kritis, aktivitas belajar, dan analisis deskriptif kualitatif terhadap hasil observasi dan catatan lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I, keterampilan berpikir kritis siswa masih rendah dengan rata-rata klasikal 51%. Pada siklus II, tanggapan siswa dalam grup facebook sudah mulai menunjukkan keterampilan berpikir kritis. Keterampilan berpikir kritis siswa lebih meningkat dari siklus I dengan rata-rata klasikal 62%. Penguasaan konsep belum mencapai indikator keberhasilan karena ratarata klasikal yaitu 71%. Pada siklus III keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep siswa sangat meningkat. Keterampilan berpikir kritis siswa lebih meningkat dari siklus II dengan rata-rata klasikal 67% dan penguasaan konsep 88%. Jadi melalui
357 | Pros Sem Nas Entrepreneurship. Hal:356-366
penggunaan media ICT dengan model learning cycle dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep siswa. Kata Kunci : keterampilan berpikir kritis, learning cycle, media ICT, dan penguasaan konsep. permasalahan sedangkan
PENDAHULUAN
pada
level
kemampuan
rendah,
menyelesaikan
permasalahan yang menuntut kemampuan
Mata pelajaran Biologi merupakan
menganalisis dan berpikir kritis serta
bagian dari kurikulum di SMA yang
mengaplikasikan pemahamana konsep dan
bertujuan mengembangkan penguasaan
prinsip biologi masih kurang. Penelusuran
konsep dan prinsip biologi dan saling
terhadap media ICT yang digunakan
keterkaitannya
dengan
mengembangkan analitis,
IPA
lainnya;
dalam proses belajar dan pembelajaran
kemampuan
berpikir
biologi menunjukkan bahwa guru masih
induktif, dan deduktif untuk
sebatas
memanfaatkan
ICT
untuk
menyelesaikan masalah yang berkaitan
mengunggah bahan ajar dan siswa dapat
dengan peristiwa alam sekitar dengan
mendownloadnya untuk dipelajari. Hal ini
menggunakan konsep dan prinsip biologi;
menunjukkan bahwa media ICT bagi
serta memupuk sikap ilmiah yaitu jujur,
siswa
objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat
kumpulan
bekerjasama dengan orang lain. Tujuan
belum terlibat secara interaktif terhadap
mata pelajaran biologi tersebut belum
sumber belajar maupun interaktif secara
optimal
telah
diskusi on-line. Di sisi lain melalui diskusi
memanfaatkan ICT dalam pembelajaran
termasuk secara on line dan interaksi yang
biologi.
ketidakoptimalan
terstruktur terhadap bahan ajar akan
pembelajaran biologi ditunjukkan dengan
membangun wacana argumentatif yang
rendahnya
ketuntasan
mampu melatihkan berpikir kritis. Dengan
pembelajaran secara klasikal yang hanya
demikian perlu dipertimbangkan bahan
mencapai 65% dengan rata-rata kelas 67.8
ajar
pada kelas X.
memperhatikan
dicapai,
meskipun
Indikasi
Hasil
tingkat
penelusuran
dokumen
penilaian, banyak siswa hanya mampu menyelesaikan
soal-soal
atau
masih
sebatas
memperoleh
bahan ajar, sedangkan siswa
perlu
disajikan
dengan
langkah-langkah
pembelajaran, sehingga siswa terlibat dalam proses belajar secara mandiri dan
Ipah Budi M. dkk – Poster | 358
terstruktur dan sistematis terhadap bahan ajar tersebut.
belajar biologi di SMA Hidayatullah kelas X melalui penggunaan media ICT dan
Richard (2005) menyatakan bahwa
model learning cycle.
pembelajaran yang berpusat pada siswa
Media adalah segala sesuatu alat
dan berbasis ICT agar lebih efektif, guru
komunikasi, baik cetak maupun audio
perlu
visual,
mendesain
pembelajaran
ulang
yang
strategi
digunakan
untuk
untuk
menyampaikan informasi dari pengirim ke
pembelajaran yang memanfaatkan ICT
penerima pesan dan merangsang siswa
dan
untuk belajar. Media pembelajaran dapat
menghindari
tepat
yang
kecenderungan
ICT
hanya untuk mengupload tugas dan materi
dikembangkan
dengan
pembelajaran. Strategi pedagogis yang
Information
and
digunakan dalam pembelajaran berbasis
Technology
(ICT).
ICT saat ini terkait dengan paradigma
sebagai
teknologi
berbasis
Communication ICT
didefinisikan
pengolahan
dan
konstruktivisme. Menurut konstruktivisme, penyebaran data menggunakan perangkat pengetahuan dianggap secara sosial dan
keras
individual
perangkat
adalah
(software),
bermakna
dalam
elektronik digital, suara, data, jaringan,
konteks yang realistis, belajar dapat
satelit dan teknologi komunikasi lainnya
dikembangkan
termasuk
kompetensi
melalui
pengalaman
komputer,
lunak
belajar
akuisisi
dibangun,
(hardware),
di
dalamnya
komunikasi,
perangkat-
interaktif dan otentik dengan kepentingan
perangkat pengembangan aplikasi dan
siswa dan melalui pembelajaran aktif. Jadi
multimedia (Syahrul et al., 2004).
fokusnya
pengembangan
Siklus belajar (learning cycle)
lingkungan yang sesuai untuk membangun
adalah suatu model pembelajaran yang
pengetahuan
berpusat pada siswa sebagai pembelajar.
(Alimissis,
adalah bukan
untuk
2007).
Dengan
transfer demikian
Tahapan-tahapan
pada
model
model pembelajaran yang memungkinkan
pembelajaran learning cycle mengalami
untuk
perkembangan dari tiga tahapan menjadi 5
terintegrasi
dengan
ICT
dan
konstruktivis di antaranya model learning
tahapan (Dasna et al., 2006), yaitu :
cycle.
1.
Penelitian
ini
bertujuan
Fase
engage
(menarik
perhatian-
untuk
mengikat), fase engage merupakan
meningkatkan penguasaan konsep dan
fase awal yaitu menarik minat siswa.
kemampuan berpikir kritis siswa dalam
Pada fase ini guru menciptakan
359 | Pros Sem Nas Entrepreneurship. Hal:356-366
2.
3.
situasi teka-teki yang sesuai dengan
terhadap pengetahuan, pemahaman
topik yang akan dipelajari siswa.
konsep,
atau
Fase exploration (eksplorasi), siswa
melalui
problem
harus
konteks baru yang kadang-kadang
diberi
mendorong
tanpa arahan langsung dari guru,
investigasi lebih lanjut.
diberi
memanfaatkan semaksimal
5.
kesempatan panca
untuk
inderanya
mungkin
dalam
siswa
Penguasaan kemampuan
siswa
konsep-konsep
siswa dalam
melakukan
konsep
merupakan
dalam
memahami
setelah
kegiatan
berinteraksi dengan lingkungan.
pembelajaran. Penguasaan konsep dapat
Fase explain (menjelaskan), pada fase
diartikan sebagai kemampuan siswa dalam
ini guru mendorong siswa untuk
memahami secara ilmiah, baik konsep
menjelaskan konsep dengan kalimat
secara teori maupun penerapannya dalam
sendiri.
kehidupan sehari-hari (Dahar, 2003).
Fase extend (perpanjangan), pada fase ini
6.
untuk
solving
bekerja sama dengan teman-temannya siswa
4.
kesempatan
kompetensi
siswa
harus
Berpikir
kritis
adalah
sebuah
mengaplikasikan
proses di mana seseorang mencoba untuk
konsep dan kecakapan yang telah
menjawab secara rasional pertanyaan-
dimiliki terhadap situasi lain.
pertanyaan yang tidak dapat dijawab
Fase evaluate (evaluasi), dilakukan
secara
evaluasi terhadap efektifitas fase-fase
informasi yang relevan tidak tersedia
sebelumnya
(Inch et al., 2006).
dan
juga
evaluasi
mudah
dan
di mana
semua
Ipah Budi M. dkk – Poster | 360
Tabel 1. Indikator Kemampuan Berpikir Kritis yang Dimodifikasi dari Fungsi Berpikir Kritis Inch et al. (2006) Fungsi Berpikir Kritis menurut Inch et al.
No
Indikator Berpikir Kritis
1
Pertanyaan terhadap masalah
Membuat pertanyaan terhadap masalah; Bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi.
2
Tujuan
3
Informasi
4
Konsep
5
Asumsi
6
Sudut pandang
7
Interpretasi dan menarik kesimpulan
8
Implikasi dan akibatakibat
Menjelaskan tujuan masalah; Mengidentifikasi ciri-ciri masalah; Merancang proses yang ingin dicapai. Mendeskripsikan informasi; Mempertimbangkan kredibilitas sumber; Menjelaskan hasil observasi. Mendefinisikan istilah; Mendeskripsikan teori dan konsep; Mengaitkan hasil observasi dengan konsep. Mengidentifikasi asumsi; Memprediksi kemungkinan yang akan terjadi. Mempertimbangkan hasil penelitian sebelumnya; Membuat argumen terhadap masalah. Menginterpretasikan pernyataan/gambar; Menginterpretasikan hasil observasi; Membuat dan menilai keputusan. Memprediksi kemungkinan terhadap masalah; Mengidentifikasi sumber-sumber masalah; Mengantisipasi dan mencari solusi terhadap masalah.
METODE PENELITIAN Penelitian
SMA
kritis dan penguasaan konsep siswa
Hidayatullah Semarang. Subjek dalam
melalui penggunaan media ICT dalam
penelitian ini adalah siswa kelas XI
pembelajaran dengan model Learning
program IPA dengan pemilihan sampel
Cycle. Adapun prosedur pelaksanaan
secara acak. Penelitian Tindakan Kelas
PTK dideskripsikan dalam gambar 1
(PTK)
berikut.
yang
dilakukan
untuk mengukur keterampilan berpikir
dilakukan
di
dimaksudkan
361 | Pros Sem Nas Entrepreneurship. Hal:356-366
Analisis awal penyebab masalah: Pemanfaatan ICT sebagai media dalam pembelajaran biologi belum optimal (baru sebatas unggah bahan ajar), belum ada model pembelajaran yang efektif dalam penerapan pembelajaran berbasis ICT, keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep siswa masih belum terlihat meningkat secara signifikan dengan pembelajaran ICT.
Observasi keadaan awal di SMA
SIKLUS I
Rencana Tindakan I: Merumuskan masalah Solusi pemecahan masalah terhadap pembelajaran biologi melalui pengguanaan ICT dengan model Learning cycle
Refleksi I: Mengkaji hasil pengamatan untuk menentukan tindakan perbaikan pada siklus II.
Pelaksanaan tindakan I dan observasi:
Guru melaksanakan pembelajaran dengan media ICT berbasis model Learning cycle Guru melakukan penilaian terhadap keterampilan berpikir kritris dan penguasaan konsep siswa Melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran
SIKLUS II Rencana Tindakan II: Pembelajaran biologi melalui pengguanaan ICT dengan model Learning cycle berdasarkan hasil refleksi I Refleksi II: Mengkaji hasil pengamatan untuk menentukan tindakan perbaikan pada siklus III.
Pelaksanaan tindakan II dan observasi: Guru melaksanakan pembelajaran berdasarkan rencana tindakan II Guru melakukan penilaian kembali terhadap keterampilan berpikir kritris dan penguasaan konsep siswa dari hasil tindakan ke-II Melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran
SIKLUS III Rencana tindakan III: Pembelajaran biologi melalui pengguanaan ICT dengan model Learning cycle berdasarkan hasil refleksi II Refleksi III: Mengkaji hasil pengamatan dan diharapkan setelah akhir pembelajaran siklus III mencapai tujuan yang diharapkan
Pelaksanaan tindakan III dan observasi: Guru melaksanakan pembelajaran berdasarkan rencana tindakan III Guru melakukan penilaian kembali terhadap keterampilan berpikir kritris dan penguasaan konsep siswa dari hasil tindakan ke-III Melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran
Gambar 1. Siklus PTK pada pembelajaran biologi melalui penggunaan media ICT dengan model learning cycle Data aktivitas siswa dianalisis dengan menggunakan
analisis
tingkat keaktifan yang tinggi jika aktivitas
deskriptif
siswa kelas eksperimen mencapai ≥ 75%
persentase dengan cara mengubah skor
dari jumlah siswa. Untuk menganalisis
menjadi nilai. Siswa dikatakan memiliki
aktivitas klasikal siswa, maka sebelumnya
Ipah Budi M. dkk – Poster |362
dihitung terlebih dahulu aktivitas individu dengan rumus berikut ini.
ketuntasan belajar dinyatakan sebagai berikut.
Kriteria tingkat keaktifan menurut
1.
Arikunto (2006) sebagai berikut.
telah mendapat nilai 65 untuk rentang
Jumlah skor yg diperoleh
ideal 100 (minimal telah menyerap
%Aktivitas = ------------------------------- X 100% Jumlah Skor maksimal
Kriteria tingkat keaktifan menurut Arikunto (2006) sebagai berikut. 85%-100% : sangat aktif 70%-84% : aktif 60%-69% : cukup aktif 50%-59% : kurang aktif <50% : tidak aktif
Berdasarkan teori belajar tuntas, maka seorang siswa dipandang tuntas belajar
jika
mampu
menyelesaikan,
menguasai kompetensi atau mencapai tujuan pembelajaran minimal 65% dari seluruh tujuan pembelajaran. Sedangkan keberhasilan kelas dilihat dari jumlah siswa yang mampu menyelesaikan atau mencapai
minimal
65%,
sekurang-
kurangnya 85% dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut. Sebagai kriteria keberhasilan
belajar
atau
Secara individu apabila seorang siswa
disebut
materi 65%). 2.
Secara klasikal apabila siswa dalam kelas tersebut memperoleh nilai 65 telah mencapai 85%. Apabila dua hal tersebut telah
dipenuhi,
maka
pembelajaran
biologi
melalui penggunaan media ICT dengan model Learning cycle tersebut dinyatakan sudah tuntas. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi, observasi, dan catatan lapangan. Analisis data yang dilakukan dari hasil penelitian ini
adalah
analisis
data
kuantitatif
terhadap hasil resume pada akhir setiap pembelajaran,
Lembar
Diskusi Siswa
(LDS), instrumen penilaian keterampilan berpikir kritis, aktivitas belajar,
dan
analisis deskriptif kualitatif terhadap hasil observasi dan catatan lapangan.
363 | Pros Sem Nas Entrepreneurship. Hal:356-366
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Hasil refleksi keterampilan berpikir kritis pada ketiga siklus dapat dilihat pada grafik berikut ini.
Gambar 3. Grafik % Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
Gambar 2. Grafik Keterampilan Berpikir Kritis Keterampilan berpikir kritis siswa
bahwa
keterampilan
berpikir
kritis
ditinjau dari beberapa aspek antara lain:
memerlukan proses latihan dari cara
clarity, accuracy, precision, relevance,
berpikir konseptual ke cara berpikir kritis.
depth, breadth, dan logic. Berdasarkan
Hasil refleksi ketiga siklus juga
grafik tersebut dapat diketahui bahwa
dapat dilihat dari keaktifan siswa dalam
secara umum, keterampilan berpikir kritis
proses pembelajaran yang tersaji dalam
siswa pada ketiga siklus mengalami
grafik berikut ini.
peningkatan.
Jadi
dapat
disimpulkan
Gambar 3. Grafik % Aktivitas Belajar Siswa
Ipah Budi M. dkk – Poster |364
Berdasarkan grafik 3, dapat dilihat bahwa
dengan
aktivitas belajar siswa pada ketiga siklus
arahan terhadap kesulitan siswa dalam
mengalami
pemecahan masalah. Tahap elaboration,
peningkatan.
Hal
ini
disebabkan karena dalam proses diskusi,
setelah
siswa
masing
diberikan
mengemukakan
kesempatan ide,
pendapatnya
gagasan,
hasil
diskusi
bimbingan
berlangsung
kelompok
dan
masing-
mempresentasikan
diskusinya.
Guru
memberikan
menanggapi
penguatan konsep terkait materi yang
permasalahan yang diajukan. Interaksi
dibahas. Tahap evaluation, penilaian
siswa
yang dilakukan guru pada pembelajaran
dalam
dalam
untuk
memberikan
diskusi
dapat
melatih
keterampilan berpikir kritis siswa dan
dengan
model
penguasaan konsep siswa.
keterampilan
ini
berpikir
antara
lain:
kritis
dan
penguasaan konsep siswa, kinerja siswa Pembahasan
dalam pemecahan masalah baik secara
Penelitian ini terdiri atas 3 siklus yang setiap siklus terdiri atas 3 tahap
online maupun offline, dan aktivitas belajar siswa.
yaitu: tahap persiapan, pelaksanaan, dan
Hasil refleksi pelaksanaan siklus I
refleksi. Tahap pelaksanaan meliputi 5
antara lain: tanggapan siswa terhadap
tahap sesuai dengan model learning cycle
permasalahan
yaitu
explain,
menunjukkan keterampilan berpikir kritis.
elaboration, dan evaluation. Pada siklus I,
Hal ini terlihat dari tanggapan siswa yang
tahap
hanya sekedar copy paste dari literature,
engange, engange
explore, guru
mengunggah
yang
belum
diposting
belum
permasalahan tentang “Protista mirip
sehingga
menunjukkan
hewan”. Siswa melakukan kajian mandiri
pemikiran sendiri. Keterampilan berpikir
terhadap permasalahan yang diberikan
kritis siswa masih rendah dengan rata-
guru. Pada tahap explore, siswa diminta
rata klasikal 51%. Hal ini disebabkan
melakukan kajian teori pada sumber-
karena siswa masih beradaptasi dengan
sumber ajar. Tahap explain, pemecahan
proses
masalah yang telah dilakukan oleh siswa
Penguasaan konsep siswa pada siklus I
sebelum tatap muka kemudian dibahas
dilihat dari hasil resume pada setiap akhir
bersama di dalam kelas. Guru melakukan
pertemuan belum mencapai indikator
scaffolding pada setiap kelompok siswa
keberhasilan karena rata-rata klasikal
pembelajaran
yang
hasil
baru.
365 | Pros Sem Nas Entrepreneurship. Hal:356-366
penguasaan konsep siswa masih
sehingga lebih mudah dipahami oleh
<85%. Akan tetapi, penguasaan konsep
siswa. Selain itu, guru diperkenankan
siswa
meningkat
untuk ikut menanggapi komentar siswa
Lembar
sehingga dapat mengarahkan alur berpikir
Diskusi Siswa. Aktivitas belajar siswa
siswa. Keterampilan berpikir kritis siswa
pada siklus I mencapai kategori cukup
lebih meningkat dari siklus sebelumnya
aktif dengan rata-rata % aktivitas belajar
dengan rata-rata klasikal 62%. Hal ini
klasikal
disebabkan
menjadi
berdasarkan
hasil
61.94%.
lebih penilaian
Penyesuaian
siswa
karena
siswa
telah
terhadap model pembelajaran yang baru
beradaptasi dengan proses pembelajaran
menyebabkan siswa belum aktif dalam
yang baru. Penguasaan konsep siswa
pembelajaran. Kendala yang dihadapi
pada siklus II dilihat dari hasil resume
pada
adalah
pada setiap akhir pertemuan belum
ketentuan yang mengharuskan guru untuk
mencapai indikator keberhasilan karena
tidak diperkenankan ikut berkomentar
rata-rata klasikal yaitu 71%. Aktivitas
dalam grup menyebabkan siswa kurang
belajar siswa pada siklus II mencapai
terarah dan permasalahan yang dibahas di
kategori aktif dengan rata-rata % aktivitas
kelas menjadi kurang sinkron antara guru
belajar klasikal 70.83%. Siswa mulai
dan siswa. Kalimat pertanyaan yang
berani mengemukakan pendapatnya di
digunakan
dalam kelas. Kendala yang dihadapi pada
pelaksanaan
siklus
dalam
I
mengemas
permasalahan juga dirasakan oleh siswa
siklus
sebagai kalimat yang sulit dipahami
Kegiatan
karena menuntut untuk proses analisis
Lembar Diskusi Siswa (LDS) dengan
yang mendalam.
jumlah pertanyaan yang terlalu banyak
Pada siklus II, tahap engage guru mengunggah
permasalahan
II
adalah diskusi
pembagian yang
waktu.
berbantuan
cukup menyita waktu. Oleh karena itu,
tentang
perlu dilakukan perbaikan konten LDS
“Protista mirip jamur”, sedangkan tahap-
disesuaikan dengan alokasi waktu yang
tahap selanjutnya serupa dengan siklus I.
ada
Hasil refleksi pelaksanaan siklus II antara
menjadi lebih efektif.
sehingga
proses
pembelajaran
lain: proses pembelajaran lebih terarah
Pada siklus III, tahap engange,
dan lebih sinkron antara guru dan siswa
guru mengunggah permasalahan tentang
karena
tentang
“Protista mirip tumbuhan”, sedangkan
permasalahan dikemas lebih sederhana
tahap selanjutnya serupa dengan siklus II.
kalimat
pertanyaan
Ipah Budi M. dkk – Poster |366
Hasil refleksi pelaksanaan siklus
Technological Education, Patras, Greece.
III antara lain: LDS telah disederhanakan dari
siklus
sebelumnya
sehingga
pembagian alokasi waktu lebih terstruktur.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta.
Keterampilan berpikir kritis siswa lebih meningkat dari siklus sebelumnya dengan
Dahar,
rata-rata klasikal 67%. Hal ini tampak dari
tanggapan
permasalahan
siswa
online
yang
terhadap sudah
mengarah ke pemecahan masalah dan
Ratna Willis. 2003. Wacana Pendidikan Pengetahuan Alam.
Aneka Ilmu
Dasna, et al. 2006. Pembelajaran dengan Model Learning Cycle (Siklus Belajar). Malang: Jurusan Kimia FMIPA UM.
analisis. Penguasaan konsep siswa pada siklus III dilihat dari hasil resume pada setiap akhir pertemuan telah mencapai indikator keberhasilan karena rata-rata klasikal penguasaan konsep siswa yaitu 88%. Aktivitas belajar siswa pada siklus III mencapai kategori aktif dengan ratarata % aktivitas belajar klasikal 73.89%. Siswa semakin aktif dalam menanggapi permasalahan yang didiskusikan di kelas. SIMPULAN Penggunaan media ICT dengan model learning cycle dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dan penguasaan konsep. DAFTAR PUSTAKA Alismissis, D. (2007) Teacher Education to Promote Constructivist Use of ICT: Study of a Logo-based Project. Department of Education, School of Pedagogical &
Dasna,
I. Wayan. 2005. Kajian Implementasi Model Siklus Belajar (Learning Cycle) dalam Pembelajaran Kimia. Makalah Seminar Nasional MIPA dan Pembelajarannya. FMIPA UMDirjen Dikti Depdiknas.
Inch, E.S. et al. 2006. Critical Thinking and Communication: The Use of Reason in Argument. 5 th Ed. Boston: Pearson Education, Inc. Richard, Cameron (2005), The design of effective ict-supported learning activities: exemplary models, changing requirements, and new possibilities, Languange Learning & Technology Journal. vol 9 no.1. Syahrul A dan Saleh. 2004. Teknologi Informasi dan Pendidikan. Jurnal Digital Al Manar Edisi I. Online at http://mirror.unpad.ac.id/orari/libr ary/cd-almanaardigilib/bahan/2.%20IN%2 0FOCUS/TEKNOLOGI%20INF ORMASI%20DAN%20PENDIDI KAN.pdf [diakses tanggal 21 Agustus 2013].