Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
UJI COBA PENGGUNAAN MICROCHIP SEBAGAI SISTEM DETEKSI/ MONITOR SAPI KEMBAR DI KALIMANTAN SELATAN Eni Siti Rohaeni, Ahmad Subhan, Fatmadewi, Siti Nurawaliah, dan M. Isya Ansari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan
ABSTRAK Kelahiran kembar pada sapi potong merupakan potensi yang memungkinkan untuk dikembangkan dalam rangka meningkatkan produktivitas sapi potong. Walaupun peluangnya kecil, namun potensi ini salah satu peluang yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk pengembangan sapi potong dalam rangka pencapaian program swasembada daging sapi dan kerbau (PSDSK). Sapi yang lahir kembar maupun induk yang melahirkan kembar pada umumnya tidak diperlakukan secara istimewa oleh pemiliknya walaupun ada rasa senang karena merasa beruntung mendapatkan anak sapi yang lahir kembar. Kesulitan yang dihadapi peneliti atau petugas di lapangan untuk memonitor sapi kembar atau induk yang melahirkan kembar sangat dirasakan, demikian juga saat sapi-sapi tersebut diperjualbelikan. Data dan informasi sapi kembar dapat hilang dan tidak tercatat dengan baik, oleh karena itu dirasa penting perlu adanya alat yang dapat membantu optimalisasi pengumpulan data secara akurat. Salah satu teknologi yang mungkin dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah di atas adalah penggunaan microchip atau RFID. RFID (Radio Frequency Identification) atau Identifikasi Frekuensi Radio adalah sebuah metode identifikasi dengan menggunakan sarana yang disebut label RFID atau transponder untuk menyimpan dan mengambil data dari jarak tertentu. Kegiatan ini bertujuan untuk menguji coba penggunaan microchip sebagai sistem deteksi/monitor sapi kembar di Kalsel. Kegiatan ini dilakukan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Barito Kuala dan Tanah Laut secara survei. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan dapat diidentifikasi atau ditemukan sebanyak 23 ekor induk sapi yang beranak kembar dan 28 ekor anak sapi yang dilahirkan kembar. Dari jumlah 51 ekor ternak yang mempunyai sejarah kembar (baik induk atau anak kembar) telah berhasil dilakukan pemasangan microchip pada 41 ekor ternak yaitu 19 ekor pada induk yang beranak kembar dan 22 ekor pada anak yang dilahirkan kembar dari target 36 ekor (18 ekor induk dan 18 ekor anak sapi kembar). Pemasangan microchip pada ternak bermanfaat untuk identifikasi ternak secara elektronik sehingga penomoran ternak lebih akurat dan tidak mudah tertukar, selanjutnya dengan identifikasi ini dapat digali informasi individu ternak dan didata yang mana data ini sebagai database yang dapat digunakan untuk mengetahui sejarah ternak, potensi ternak, lokasi ternak termasuk status reproduksi ternak. Penggunaan/aplikasi microchip terhadap mobilitas dan deteksi sapi kembar di Kalimantan Selatan tidak sepenuhnya dapat dilakukan karena microchip hanya berfungsi sebagai alat/kode identitas ternak saja, untuk memantau tingkat kelahiran, tingkat infertilitas, abortus, kematian fetus dan mortalitas dapat dilakukan dengan pendataan yang rutin, akurat dan tepat baik dilakukan melalui komunikasi atau lebih tepatnya mengisi isian atau pertanyaan, dan data-data tersebut dientri pada program yang tersedia untuk dihubungkan dengan microchip. Berdasarkan pengamatan, pencatatan dan informasi yang diperoleh diketahui pada tahun 2010 ini kelahiran anak sapi yang tercapai sebesar 20% (4 kasus dari 20 induk beranak kembar), tingkat infertilitas anak kembar (betina yang dewasa kelamin) sebesar 16,67% (1 kasus dari 6 anak kembar), kejadian abortus, kematian fetus dan kematian induk tidak ditemukan (0%). Kata kunci: microchip, mobilitas, sapi kembar
549
Eni Siti Rohaeni et al.: Uji Coba Penggunaan Microchip …..
PENDAHULUAN Kelahiran kembar pada sapi potong merupakan potensi yang memungkinkan untuk dikembangkan dalam rangka meningkatkan produktivitas sapi potong. Walaupun peluangnya kecil namun potensi ini salah satu peluang yang dapat dilakukan oleh pemerintah dalam pengembangan sapi potong dalam rangka pencapaian program PSDSK.
Beberapa daerah di Indonesia termasuk di Kalimantan Selatan kelahiran
kembar terjadi pada ternak sapi. Secara alamiah peristiwa kelahiran sapi kembar memang sangat jarang terjadi. Peristiwa ini masih diamati oleh para ahli lebih dari lima dekade yang lalu. Frekuensi kelahiran kembar dari berbagai ras sapi berkisar antara 0,5-9%. Peluang terbesar kelahiran kembar pada sapi Brown Swiss dengan frekuensi antara 2,7-8,9%, pada sapi potong 0,5% dan sapi perah 1% (www.ntb.litbang.go.id) Walaupun kecil namun kejadian ini merupakan potensi yang perlu digali dan di kembangkan dalam rangka meningkatkan produktivitas ternak sapi potong di Kalimantan Selatan. Peningkatan populasi ternak sapi salah satu diantaranya ditentukan oleh keberhasilan reproduksi, tetapi hingga saat ini kondisi sapi potong dalam usaha peternakan rakyat banyak yang fertilitas induknya rendah, sehingga berpengaruh terhadap penurunan populasi sapi dan pasokan penyediaan daging secara nasional (Affandhy et al. 2007). Untuk mengatasi kondisi tersebut ada dua pendekatan yang harus dilakukan oleh pelaku agribisnis sapi potong, yaitu dalam jangka pendek meningkatkan efisiensi pemotongan, dan dalam jangka panjang meningkatkan produktivitas dan reproduktivitas pada sapi lokal, antara lain melalui program inseminasi buatan (IB), perbaikan mutu genetik, perbaikan manajemen pemeliharaan, dan introduksi teknologi. Beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas ternak adalah genetik, pakan dan lingkungan (Echternkamp et al. 1990; Komisarek and Dorynek 2002). Suatu terobosan dalam upaya mengatasi lambatnya peningkatan produktivitas ternak sapi, antara lain adanya pemikiran para pakar untuk meningkatkan kelahiran anak dari yang biasanya satu menjadi dua ekor (kembar) per induk. Informasi mengenai kelahiran kembar pada ternak sapi telah dilaporkan, secara umum kejadian ini tidak lebih dari 1% pada kawanan besar ternak sapi dan kejadian ini sangat kuat dipengaruhi oleh umur dan paritas (Rutledge 1975 in Komisarek, dan Dorynek 2002). Pendapat lain menyebutkan bahwa kelahiran kembar pada ternak sapi dapat terjadi dengan peluang yang sangat kecil, yaitu sekitar 0,01% (Antara 2007). Kelahiran kembar sering terjadi pada saat ternak sapi yang berumur lebih dari 10
550
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
tahun, dan dari beberapa pengamatan kejadian ini sering terjadi pada paritas pertama dan kedua. Kejadian sapi beranak kembar yang terjadi di beberapa daerah di Kalimantan Selatan sebagian besar tidak terdata dengan baik, demikian juga mobilisasi dari induk yang melahirkan kembar maupun anak yang dihasilkan sulit dideteksi. Salah satu teknologi yang mungkin dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah di atas adalah penggunaan microchip atau RFID. RFID atau Identifikasi Frekuensi radio adalah sebuat metode identifikasi dengan menggunakan sarana yang disebut label RFID atau transponder untuk menyimpan dan mengambil data RFID secara nirkabel dari jarak tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk menguji coba penggunaan microchip sebagai sistem deteksi/monitor sapi kembar di Kalsel.
METODOLOGI Pengkajian ini dilakukan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) sebagai sentra kasus kelahiran kembar di Kalimantan Selatan ditambah kabupaten lain yang diinformasikan terdapat kelahiran sapi kembar yaitu di Barito Kuala dan Tanah Laut. Kegiatan ini dilakukan dengan melibatkan petani, PPL dan instansi terkait secara partisipatif. Survei ini dilakukan pada kelompok ternak yang mempunyai histori beranak kembar dan atau anak yang dilahirkan kembar. Ternak yang akan diamati dipasang microchip agar dapat terpantau data-data yang diinginkan. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder yang terkait penelitian. Data primer adalah informasi sapi beranak kembar baik induk dan anaknya kemudian dengan ijin pemiliknya dipasang alat microchip.
HASIL DAN PEMBAHASAN Microchip dan Perangkatnya Penggunaan microchip pada ternak di Indonesia belum umum hanya perusahaan besar, pemerintah melalui Surat Edaran yang dikeluarkan Dirjen Peternakan Nomor 12020/SE/KU.340/F/03/ 2010 tanggal 12 Maret 2010 tentang Kebijakan Penggunaan dan Pemanfaatan Microchip untuk Identifikasi Sapi Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS) sebagai tindak lanjut dari Peraturan Menteri Pertanian No. 40/Permentan/PD.400/9/ 2009 tentang pedoman pelaksanaan KUPS. Hal ini
551
Eni Siti Rohaeni et al.: Uji Coba Penggunaan Microchip …..
menguatkan bahwa pencatatan dan identifikasi ternak sangat penting yang selama ini belum dilakukan oleh peternak. Beberapa informasi yang diperoleh dengan cara konsultasi dan koordinasi serta pencarian diinternet diketahui bahwa kegunaan dan manfaat dari microchip adalah :
Microchip secara khusus berguna untuk mengembalikan hewan piaraan yang hilang. Selain itu, microchip juga dapat membantu apabila terjadi perselisihan tentang kepemilikan dari hewan piaraan.
Selain lembaga perlindungan hewan (shelter) atau dokter hewan (veterinarian), microchip digunakan oleh kennels, breeders, brokers, trainers, registries, rescue groups, humane socities, clinics, farms, stables, animal clubs and associations, researchers dan pet stores.
Beberapa negara mensyaratkan microchip sewaktu mengimpor hewan, untuk membuktikan bahwa hewan tersebut dan catatan vaksinasinya cocok. Microchip
secara
sederhana
berarti
chip
(bahan
elektonik
berupa
semikonduktor terbuat dari silikon) berukuran mikro/sangat kecil (dapat mencapai 0,7 mm)
yang
dapat
mengirimkan
frekuensi/gelombang
radio.
Pemahaman
ini
sebagaimana beberapa pengertian microchip yang dirilis berbagai situs komersial, non profit, dan situs akademik.
Jadi jelaslah bahwa berdasar pemahaman ini, maka
microchip boleh dikatakan sebagai peralatan yang diperuntukan kepada hewan atau ternak (dilekatkan/tanamkan pada kulit) terutama berguna bagi proses identifikasi ternak untuk kepentingan nasional. Ke depan bahkan juga dimungkinkan untuk digunakan pada manusia untuk mengetahui letak lokasinya (Pancaputra 2010).
Foto contoh salah satu jenis microchip
552
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
Perangkat lengkap
Aplikator
Proses pemasangan microchip pada salah satu induk yang beranak kembar
Microchip yang telah dipasang pada salah satu induk yang beranak kembar kembar Manfaat, Kelemahan dan Masalah Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan diketahui bahwa manfaat dan kelemahan aplikasi microchip sebagai sistem deteksi/monitor mobilitas sapi kembar di Kalimantan Selatan sebagai berikut :
553
Eni Siti Rohaeni et al.: Uji Coba Penggunaan Microchip …..
1.
Manfaat penggunakan microchip :
Pemasangan microchip pada ternak bermanfaat untuk identifikasi ternak secara elektronik sehingga pencatatan data ternak lebih akurat yang mana dapat digunakan untuk mengetahui sejarah ternak, potensi ternak, lokasi ternak termasuk status reproduksi ternak.
Jika ternak terdata dengan baik maka dapat diketahui ternak yang berpotensi baik dapat digunakan dalam upaya perbaikan genetik
2. Kelemahan penggunaan microchip :
Belum popular di Indonesia
Pembelian microchip harus disertai dengan perangkat lain agar berfungsi maksimal seperti reader, computer
Memerlukan biaya yang cukup mahal
Memerlukan tenaga yang terlatih dalam menggunakan aplikasi program.
Berdasarkan survei dan pengamatan yang telah dilakukan pada kegiatan ini diketahui bahwa pemasangan microchip pada ternak yang mempunyai sejarah beranak kembar dan turunan yang dilahirkan kembar mempunyai beberapa masalah yang dihadapi yaitu : 1. Adanya pemilik/peternak yang tidak berkenan jika ternaknya dipasang microchip 2. Pemasangan microchip pada kegiatan ini bersifat sebagai identifikasi ternak yang mana identifikasi ini dapat digunakan sebagai database ternak, namun alat ini tidak dapat untuk mencapai tujuan yaitu untuk mengetahui mobilitas sapi kembar secara maksimal karena alat microchip yang dibeli bersifat low frekuensi (bukan ultra frekuensi).
Data Sapi Kembar Berdasarkan survei yang telah dilakukan ke lapangan dan mencatat informasi yang diperoleh tentang ternak sapi yang beranak kembar (induk), atau anak yang dilahirkan kembar dimana ditemukan informasi dan data yang ditampilkan pada Tabel 1 dan 2.
554
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
Tabel 1. Data peternak yang memiliki/memelihara sapi beranak kembar atau anak yang dilahirkan kembar
No
Kabupaten/Desa
Peternak
Induk beranak kembar
1.1. 1.2. 1.3. 1.4 1.5
Hulu Sungai Tengah Rasak Gambah Murung Ta’al Mandintang Sumanggi Muara Rintis/Gambah
Budiman Hifni Wardani Halim Abdul Kahar
1 1 1 1
1.6.
Pauh
Arifin
1
1.7.
Pajukungan
Bani
1
1.8.
Sungai Rangas
H. Suhar
2
1.9. 1.10.
Sungai Harang Pandanu
Saleh Masrawan Masrani Mahli Masdinah/ Muhdi Husriansyah Pandi
1 1
Sahmudi
1
1
1.11.
Buluan
1.12. 1.13.
Pandawan Runtaian Haruyan Sebrang Desa Wawai
1.14
2 2.1. 2.2. 2.3. 2.4. 2.5. 2.6. 2.7. 3 3.1. 3.2. 3.3. 3.4 3.5.
Jumlah Tanah Laut Gunung Makmur Gunung Makmur Gunung Makmur Bumiasih Pabahanan Banua Tengah Bale Rejo Jumlah Barito Kuala Sidomulyo Ray 11 Sidomulyo Ray 13 Sidomulyo Ray 8 Kolam Makmur Ray 13 Simpang Jaya Jumlah Jumlah total
1
Katimin Giran Sadiman Shohibun Subandi
555
3 betina 1 betina (yg jantan mati) Dijual (jantan, betina) Dijual (jantan, jantan) 1 anak jantan (yang betina mati umur 1 hari) 2 (1 betina dan 1 jantan) yang hidup 1 betina Anak dijual dan dipelihara oleh Bapak Budiman Anak sudah dijual dan dipelihara orang lain 1 jantan 1 jantan 2 (1 jantan, 1 betina) 1 betina 1 betina
12 ekor Dody Rumsani Supriyanto Kardi Subkhan Sukar Suharni
Anak yang dilahirkan kembar
2 betina 1 betina 15 ekor 2 betina
1 1 1 1 1 1 6 1 1 1 1 1 5 23 ekor
Anaknya sudah dijual 1 betina 2 jantan 2 betina 2 jantan 9 Anak sudah dijual Anak sudah dijual Anak sudah dijual 2 jantan 2 jantan 4 28 ekor
Eni Siti Rohaeni et al.: Uji Coba Penggunaan Microchip …..
Tabel 2. Data ternak sapi yang beranak kembar atau anak yang dilahirkan kembar dan telah dipasang microchip di Kalimantan Selatan No
1
Peternak/ Kabupaten Induk Masdinah/Muhdi (HST) Bani (HST) Saleh (HST)
No Microchip
Sex
Keterangan Bangsa induk, perkawinan PO, IB, anak sapi kembar masih ada/dipelihara PO, IB, anak kembar dipelihara oleh Budiman PO, anak yang dilahirkan kembar terjadi 3 kali, dan anaknya sudah dijual PO, anak sapi kembar sudah dijual
(982)000084209458
B
000114577461
B
0001113333395
B
Wardani (HST) Abdul Kahar (HST) Arifin (HST) H. Suhardi (HST) Sda
000108473631
B
000088703747
B
000059853119
B
000084526569
B
000082810206
B
9
Masrani (HST)
000088702256
B
11
Sahmudi (HST) Katimin (Batola) Giran (Batola) Sadiman (Batola) Shohibun (Batola)
(982)000094183945
B
PO, IB, anak kembar yang hidup 1 ekor (jantan) PO, IB, anak sapi kembar yang masih hidup 1 ekor (betina) Persilangan, IB, anak sapi kembar sudah dijual PO, IB, anak sapi kembar sudah dijual PO, IB, anak sapi kembar ( 2 ekor jantan) dipelihara oleh Masrawan dan Mahli Bali, IB, anak kembar 2 betina
000136634269
B
BALI, kawin alam, anak sudah dijual
000098603977
B
BALI, kawin alam, anak sudah dijual
000041868527
B
BALI, kawin alam, anak sudah dijual
000106436958
B
16
Subandi
(982)000139560914
B
17
Subkhan (Tanah Laut) Sukar (Tanah Laut) Supriyanto (Tanah Laut) Suharni (Tanah Laut)
000098627532
B
BALI, kawin alam, anak kembar 2 jantan, saat induk akan bunting anak kembar calving internal 1,5 tahun BALI, kawin alam, anak kembar 2 jantan BALI
000088912554
B
PO
000118269648
B
BALI
000098604057
B
Persilangan BALI dan PO, IB, anak kembar 2 jantan
2 3
4 5 6 7 8
12 13 14 15
18 19 20
556
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
No
1
Peternak/ Kabupaten Anak sapi yang dilahirkan kembar Masdinah/Muhdi (HST) Sda Kusriansyah (HST) Budiman (HST) Sda Sda Abdul Kahar (HST) Masrawan (HST) Mahli (HST) Pandi/Mama Ika (HST)
No Microchip
Sex
Keterangan (kembar variety/tahun kelahiran (482)000052621872
B
118270039 (982)000050893733
J B
000136622599
B
000086718038 000108494484 000088918441
B B J
000106442339
J
000108468121
J
000056691908
B
(982)000112717023
B
12
Sahmudi (HST) Sda
(982)000051676450
B
13
Sda
(982)000097058093
B
14
Shohibun (Batola) Sda Subhan (Tanah Laut) Sda Sukar (Tanah Laut) sda Kardi
000092959234
J
000098163655 000090102271
J J
000108626909 000094190366
J B
000139553764 000052501947
B B
2 3 4 5 6 7 8 9 10
11
15 16 17 20 21 22
Keterangan
4/29Mei 2010, no induk (982)000084209458 sda 4/umur sekitar 7 tahun, induk sudah tidak ada 2/ Agustus 2009/no induk 000114577461 Sda Sda 3/29 Agustus 2009, no induk 000088703747 4/September 2009, no induk 000088702256 Sda Saudara kembarnya ternak yang dipelihara Sahmudi, nomor induk 000082810206 Hasil kawin IB, nomor induk (982)000094183945 Hasil kawin IB, nomor induk (982)000094183945 Saudara kembarnya ternak yang dipelihara Pandi/mama Ika, nomor induk 000082810206 4/18 September 2010, no induk 00106436958 Sda 6/Agustus 2009, no induk 000098627532 Sda 4/2 Agustus 2009, no induk 000088912554 Sda Bangsa Brahman, Nomor induk 000082695081
Keterangan : B : betina ; J : jantan
Berdasarkan laporan Hamdan et al., (2009) diketahui bahwa Kabupaten Hulu Sungai Tengah adalah kabupaten dengan kejadian sapi beranak kembar tertinggi dalam kurun waktu 2004-2009 dengan 10 kejadian, kemudian diikuti Kabupaten Tanah Laut, dan Barito Kuala. Pada saat kegiatan ini dilakukan (tahun 2010) ditemukan
557
Eni Siti Rohaeni et al.: Uji Coba Penggunaan Microchip …..
kejadian kelahiran kembar yaitu di Kab. HST 2 kasus (milik Muhdi dan Sahmudi), dan di Batola 2 kasus (Subandi dan Shohibun/Sumarjo). Tidak semua sapi beranak kembar dan anak sapi yang dilahirkan kembar yang ditemui dapat dipasang microchip, boleh tidaknya ternak sapi dipasang microchip sangat tergantung pada pemiliknya. Berdasarkan survei yang dilakukan pada ternak sapi yang mempunyai sejarah beranak kembar dan ternak masih tercatat ada 23 ekor induk yang beranak kembar dan anak yang dilahirkan kembar sebanyak 28 ekor yang didata dari Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Barito Kuala dan Tanah Laut. Jumlah ternak yang tercatat ini, pemiliknya yang bersedia ternaknya dipasang microchip untuk induk sebanyak 17 ekor dan anak 16 ekor. Sehingga pada kegiatan ini diperoleh 19 ekor induk yang beranak kembar dan 22 ekor anak yang dilahirkan kembar dari target masing-masing 18 ekor sehingga target sudah terpenuhi. Uji coba penggunaan microchip sebagai sistem deteksi/monitor sapi kembar di Kalsel telah dilakukan dimana microchip berfungsi sebagai alat/kode identitas ternak, sedang untuk memantau tingkat kelahiran, tingkat infertilitas, abortus, kematian fetus dan mortalitas dapat dilakukan dengan pendataan yang rutin, akurat dan tepat baik dilakukan melalui komunikasi atau lebih tepatnya mengisi isian atau pertanyaan, dan data-data tersebut dientri pada program yang tersedia untuk dihubungkan dengan microchip. Berdasarkan pengamatan, pencatatan dan informasi yang diperoleh diketahui pada tahun 2010 kelahiran anak sapi yang teridentifikasi terdapat 4 kasus dari 20 induk beranak kembar yaitu milik Muhdi, Shohibun/Sumarjo, Subandi dan Sahmudi), infertilitas anak kembar (betina yang dewasa kelamin) sebanyak 1 kasus dari 6 anak kembar yaitu milik Dody), kejadian abortus, kematian fetus dan kematian induk tidak ditemukan.
Foto induk yang beranak kembar dan anak yang dilahirkan kembar di Kalimantan Selatan
558
Pengamatan yang dilakukan pada induk yang beranak kembar dan anak yang dilahirkan kembar
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
Induk dan anak kembar milik Masdinah/Muhdi di Kab. HST
Anak kembar milik Pandi/Mama Ika, induknya milik H. Suhar (bangsa PO) di Kab. HST
Lebih jauh lagi, sebagai evaluasi terhadap pemanfaatan microchip dalam kegiatan ini, dapat diketahui hal-hal sebagai berikut : Jika kita mengidentifikasi harapan awal mengenai kemampuan microchip adalah : Dapat memantau pergerakan sapi kembar secara langsung dari jarak jauh dengan menggunakan reader dari satu tempat, sehingga diharapkan dapat memantau secara sekaligus beberapa sapi termasuk keberadaan posisinya. Dalam kenyataannya, untuk dapat menggunakan microchip yang kecil yang mampu ditanam ke dalam kulit masih menyisakan permasalahan mengingat tahap yang dilakukan dengan penggunaan microchip adalah tahapan penelitian, sehingga mengandung resiko jika dilihat secara jangka panjang, karena hewan yang diteliti adalah sapi yang suatu saat bisa dimungkinkan menjadi daging yang dikonsumsi oleh manusia. Selain itu, dari keterbatasan teknologi yang ada, microchip yang digunakan saat ini (atau yang lebih tepat disebut RFID tag) memang hanya memiliki kemampuan komunikasi data secara nirkabel dengan readernya dari jarak yang dekat. Informasi yang tersimpan di dalam RFID tag pun baru sebatas deretan karakter saja dan belum mengandung informasi yang komplek, sehingga kemampuan pencatatan atau update data harus diperkuat di sisi aplikasi di komputer, dan yang utama diperkuat dengan prosedur standar pencatatan. Di lain pihak, jika ingin mendapatkan kepastian keberadaan sapi kembar serta mengupdate statusnya, teknologi yang paling dekat dengan kebutuhan ini misalnya adalah teknologi seluler, dimana kita dapat berkomunikasi lalu dapat memantau posisinya dengan GPS (global positioning system). Namun demikian, teknologi ini tidak hanya terlalu mahal, juga belum tersedia untuk edisi lapangan dengan kondisi
559
Eni Siti Rohaeni et al.: Uji Coba Penggunaan Microchip …..
ekstrim seperti untuk dipasang di tubuh hewan ternak. Juga catu daya (baterei) nya juga sangat terbatas kemampuannya, dan selalu harus dapat di-charge setiap waktu tertentu. Jadi dengan adanya gap antara harapan dan kenyataan perkembangan teknologi saat ini, diperlukan adanya kompromi antara kebutuhan dan pemanfaatan teknologi yang tepat, dan kompromi yang paling disarankan adalah
mengoptimalkan
sedapat
mungkin
teknologi
yang
tersedia,
serta
mengkombinasikannya dengan program kegiatan yang dilakukan secara manual. Untuk kasus seperti ini, teknologi microchip dan readernya merupakan teknologi pendukung yang hanya memiliki manfaat yang tepat jika dipasang di atas sistem bagus yang sudah ada. Pola Pemilikan Ternak Kembar di Kalimantan Selatan Sebagai gambaran, pada laporan ini juga ditampilkan pola pemetaan sapi kembar yang ada di Kalimantan Selatan khususnya di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Barito Kuala dan Tanah Laut. Berdasarkan kasus yang terjadi di lapangan terdapat 8 pola pemilikan seperti terurai di bawah ini dan terlihat dalam Tabel 3 : Pola A
: induk dan anak kembar 2 terkumpul pada satu pemilik
(Muhdi,
Subandi, Sukar, Shohibun) Pola B
: induk dan anak kembar 2 terpisah pada 2 pemilik (Rumsani dan Dody,
H. Suhar, Mama Ika dan Sahmudin) Pola C : induk dan anak kembar 3 terpisah pada 2 pemilik (Bani dan Budiman) Pola D : induk, anak, anak terpisah pada 3 pemilik (Misrani, Mahli, Masrawan, H. Suhar, Pandi/Mama Ika dan Sahmudi) Pola E
: induk, 1 anak mati, dan 1 anak terpisah (Supriyanto)
Pola F
: induk, 1 anak terkumpul dan 1 anak mati (Arifin, A. Kahar, Kardi)
Pola G : induk, anak tidak terlacak (dijual pada pedagang pengumpul) (Katimin, Girah, Halim, Wardani, Sadiman) Pola H : induk sudah mati, anak yang 1 mati dan anak kembar lainnya masih hidup (Husriansyah).
560
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
Tabel 3. Pola pemilikan ternak kembar di Kalimantan Selatan No. 1
Kabupaten Hulu Sungai Tengah
A
B
C
Pola D E
F
G
Keterangan
H
X
Ada 2 peternak yaitu Muhdi dan Sahmudin X X X
X X X 2
Tanah Laut
X X X X
3
Barito Kuala
X X
Induk ada pada Bani, dan anak ada pada Budiman Ada 2 induk yaitu : 1 induk milik H. Suhar dan anak kembarnya dipelihara oleh Mama Ika (1) dan Sahmudin (1) Dan 1 induk yang dipelihara Misrani, sedang anak kembarnya masingmasing dipelihara oleh Mahli dan Masrawan Peternak Arifin dan Kahar Ada 2 kasus, pemiliknya adalah Halim, Wardani Ada 1 kasus, pemiliknya Husriansyah Ada 3 kasus, pemiliknya adalah Sukar, Suharni, Subki Induk pada Rumsani dan anak (2 ekor) pada Dody Pemiliknya adalah Supriyanto Pemiliknya adalah Kardi Ada 2 orang peternak yaitu Subandi dan Shohibun Ada 3 induk yaitu yang dipelihara oleh Katimin, Girah dan Sadiman
Berdasarkan pola di atas diketahui bahwa ternak kembar yang ada di Kab. HST lebih beragam polanya, data ini dapat digunakan bila ada kegiatan lain yang ingin mengetahui keberadaan dan ketelusuran sapi kembar baik induk atau anak kembarnya.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari kegiatan yang dilakukan di tiga kabupaten yaitu Hulu Sungai Tengah, Barito Kuala dan Tanah Laut, Kalimantan Selatan, yaitu : 1. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan
dapat diidentifikasi atau ditemukan
sebanyak 23 ekor induk sapi yang beranak kembar dan 28 ekor anak sapi yang
561
Eni Siti Rohaeni et al.: Uji Coba Penggunaan Microchip …..
dilahirkan kembar. Dari jumlah 51 ekor ternak yang mempunyai sejarah kembar (baik induk atau anak kembar) telah berhasil dilakukan pemasangan microchip pada 41 ekor ternak yaitu 19 ekor pada induk yang beranak kembar dan 22 ekor pada anak yang dilahirkan kembar dari target 36 ekor (18 ekor induk dan 18 ekor anak sapi kembar). 2. Pemasangan microchip pada ternak bermanfaat untuk identifikasi ternak secara elektronik sehingga penomoran ternak lebih akurat dan tidak mudah tertukar, selanjutnya dengan identifikasi ini dapat digali informasi individu ternak dan didata yang mana data ini sebagai database yang dapat digunakan untuk mengetahui sejarah ternak, potensi ternak, lokasi ternak termasuk status reproduksi ternak. 3. Penggunaan/aplikasi microchip terhadap mobilitas dan deteksi sapi kembar terhadap tingkat kelahiran anak sapi kembar >50%, tingkat infertilitas anak sapi kembar <25%, abortus <10%, kematian fetus <10% dan kematian induk <5% di Kalimantan Selatan tidak sepenuhnya dapat dilakukan karena microchip hanya berfungsi sebagai alat/kode identitas ternak saja, untuk memantau tingkat kelahiran, tingkat infertilitas, abortus, kematian fetus dan mortalitas dapat dilakukan dengan pendataan yang rutin, akurat dan tepat baik dilakukan melalui komunikasi atau lebih tepatnya mengisi isian atau pertanyaan, dan data-data tersebut dientri pada program yang tersedia untuk dihubungkan dengan microchip. 4. Berdasarkan pengamatan, pencatatan dan informasi yang diperoleh diketahui pada tahun 2010 kelahiran anak sapi yang tercapai sebesar 20% (4 kasus dari 20 induk beranak kembar), tingkat infertilitas anak kembar (betina yang dewasa kelamin) sebesar 16,67% (1 kasus dari 6 anak kembar), kejadian abortus, kematian fetus dan kematian induk tidak ditemukan (0%).
Kegiatan ini disarankan untuk diteruskan dalam hal mengkoleksi data individu ternak yang mempunyai sejarah kembar, pengamatan atau mengambilan data dapat dilakukan secara rutin disarankan antara 2-3 bulan sekali, data yang diperoleh dapat dientri pada program database sehingga sejarah sapi kembar selalu terbarukan dan dapat diakses.
562
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
DAFTAR PUSTAKA Affandhy, L., W.C. Pratiwi, D. Ratnawati, dan S. Grati. 2007. “Petunjuk Teknis Penanganan Gangguan Reproduksi pada Sapi Potong”. Loka Penelitian Sapi Potong. Pasuruan. 35 halaman. Antara, D., 2007. Pengantar Agribisnis Sapi Potong. http://jourmal.unud. ac.id Echternkamp, S.E., Gregory, K.E., Dickerson, G.E., Cundiff, L.V., Koch, R.M., and Van Vleck, L.D., 1990.”Twinning in cattle II. Genetic and environmental effects on ovulation rate in puberal heifers and postpartum cows and the effects of ovulation rate on embryonic survival” Journal of Animal Science. 68 (7) : 1877-1888. Komisarek, J. and Dorynek, Z., 2002. “Genetic aspects of twinning in cattle” Journal of Applied Geneticts”. 43 (1): 55-68. Hamdan, A., R. Galib, R. Qomariah, A. Subhan, dan M. Darwis. 2009. Pemetaan Wilayah dan Identifikasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sifat Beranak Kembar pada Ternak Sapi di Provinsi Kalimantan Selatan. Laporan Akhir Kegiatan SINTA. www.ditjennak.go.id. Pancaputra, B. 2010. Microchip Pada Peternakan Rakyat. www.ntb.litbang.go.id Teknologi Sapi Kembar Berpeluang Tingkatkan Produksi Daging Nasional. http://id.wikipedia.org/wiki/RFID. Teknologi RFID. http://www.scribd.com/doc/24477130. RFID-Tags
563