Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
LOKASI SAPI POTONG BERANAK KEMBAR UNTUK MENDUKUNG PROGRAM SWASEMBADA DAGING SAPI DI JAWA TENGAH (Location of Twin Cattle in Support of Beef Self-Sufficiency Program in Central Java) SUBIHARTA1, B. SUDARYANTO2 dan K. SUBAGYONO1 1
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah, PO Box 101, Ungaran 2 Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002
ABSTRACT Research of mapping Cattle that have birth twin have been done at Central Java in July until December 2009. Determination location of survey pursuant to 5 Sub-Province which is cattle population. Other SubProvince which have reported occurrence of Cattle birth twin, the location are Sub-Province of Blora, Grobogan, Boyolali, Wonogiri and Pati. Other Sub-Province medium which have reported occurrence of twin that is sub-province of Sragen, Kendal and Semarang. Sub-Province Wonogiri don’t reported because only one that occurrence of cattle birth twin. An experiment has been conducted by survey. Activity early done by collecting data of second which related to crosscut cattle livestock performance birth twin. Source of data taken from report On duty Ranch of Province and Sub-Province, Inseminator and Hall Insemination Made BIB). Second data have been collected, an experiment continued by direct interview use quisioner to breeder of crosscut cattle, inseminator, officer On duty Ranch and officer of BIB. Data that have collected covering identify location countryside occurrence of twin, breeder identity and amount ownership of crosscut cattle and also the amount of crosscut cattle which birth twin. Gathered to be data to be analysed and interpreted descriptively and also calculation of mean for data having the character of parametric. Result of research from 7 Sub-Province in Central Java which have survey to indicate that there is potency occurrence of birth of twin at crosscut ox. At the time of conducted by data from 211 people breeder of owner of crosscut cattle delivering birth twin, remain 126 people or 59,71% what still looking after it, the rest have been sold or presented his brother or sister. From 126 breeder people have crosscut ox counted 452 tail and from amount of ox , mains bearing twin counted 126 tail (27,87%) and pursuant to case occurrence of twin there are 141 case or 31,19%. Key Words: Cattle, Twinning ABSTRAK Penelitian tentang lokasi sapi potong beranak kembar telah dilakukan di Jawa Tengah pada bulan Mei sampai Nopember 2009. Penentuan lokasi survey berdasarkan kabupaten yang populasi sapi potongnya tinggi ditambah kabupaten lain yang telah melaporkan ada kejadian sapi kelahiran kembar di wilayahnya. Kabupaten dengan populasi sapi tinggi adalah Kabupaten Blora, Grobogan, Boyolali, Wonogiri dan Pati. Sedangkan Kabupaten lain yang telah melaporkan kejadian kembar yaitu kabupaten Sragen, Kendal dan Semarang. Namun demikian kabupaten Wonogiri tidak dilakukan pendataan karena kelahiran sapi kembar berdasarkan laporan Dinas Peternakan setempat hanya satu induk. Penelitian dilakukan dengan metode survey. Kegiatan awal dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder yang terkait dengan kinerja ternak sapi potong beranak kembar. Data sekunder diambil dari laporan Dinas Peternakan Provinsi dan Kabupaten, Inseminator dan Balai Inseminasi Buatan (BIB). Dilanjutkan wawancara langsung menggunakan kuisioner kepada peternak sapi potong, inseminator, petugas Dinas Peternakan dan petugas BIB. Data yang dikumpulkan meliputi identifikasi desa lokasi kejadian kembar, identitas peternak dan jumlah pemilikan sapi potong serta jumlah sapi potong yang melahirkan kembar. Data yang terkumpul dianalisis dan diinterpretasikan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan dari 7 Kabupaten di Jawa Tengah yang telah dilakukan survei menunjukkan bahwa ada potensi kejadian kelahiran kembar pada sapi potong. Pada saat dilakukan pendataan dari 211 orang peternak pemilik sapi potong yang lahir kembar, tinggal 126 orang atau 59,71% yang masih memeliharanya, sisanya sudah dijual atau dihadiahkan pada saudaranya.Dari 126 orang
284
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
peternak memiliki sapi potong sebanyak 452 ekor dan dari jumlah sapi tersebut, induk yang melahirkan kembar sebanyak 126 ekor (27,87%) dan berdasarkan kasus kejadian kembar ada 141 kasus atau 31,19 %. Kata Kunci: Sapi Potong, Kelahiran Kembar
PENDAHULUAN Penyediaan daging asal sapi potong lokal sejak tahun 2005 – 2009 mengalami fluktuasi, dan terus meningkat, hanya pada tahun 2007 mengalami penurunan. Permintaan daging sapi pada tahun 2005 sebesar 328,6 ribu ton dan meningkat sebesar 15,2% pada tahun 2006, hanya pada tahun 2007 mengalami penurunan hingga 11,4%, turunnya daya beli masyarakat akibat dari kebijakan pemerintah untuk menaikkan Bahan Bakar Minyak (BBM), namun demikian permintaan daging sapi naik lagi sebesar 14,4% (DITJENNAK, 2009). Seperti dilaporkan oleh APFINDO (2009) bahwa permintaan daging sapi sebesar 393.61 ribu ton dan baru dapat dipenuhi dari daging sapi lokal sebesar 250.81 (66,2%), sisanya (142.80 ribu ton) dipenuhi oleh daging impor (70 ribu ton ) dan berasal dari lmpor sapi bakalan sebesar 72.80 ribu ton. Peran sub sektor peternakan secara realitas sangat strategis karena merupakan salah satu sumber mata pencaharian sebagian besar masyarakat di pedesaan. Menurut data STATISTIK PETERNAKAN (2008), salah satu ternak yang potensial untuk dikembangkan di Jawa Tengah adalah sapi potong, karena secara kuantitatif memberikan kontribusi produksi daging (46.855.213 kg) yang cukup besar (26,33%) dibandingkan dengan total produksi daging (177.982.280 kg) ternak lainnya. Populasi ternak sapi potong mencapai 1.416.464 ekor yang tersebar di seluruh Kabupaten/Kota dan wilayah pedesaan (DISNAK KESWAN PROVINSI JATENG, 2008). Disamping itu berdasarkan kebijakan strategis secara nasional, posisi Jawa Tengah sangat penting mengingat populasi dan produksi secara nasional menduduki urutan kedua dan mampu menyumbang kebutuhan daging sapi nasional sebanyak 37%. Disisi lain, data konsumsi daging rata-rata di Jawa Tengah pada tahun 2007 baru mencapai 4,06 kg/kapita/tahun dari standard kebutuhan 10,10 kg/kapita/tahun yang berarti upaya peningkatan produksi maupun produktivitas daging khususnya yang berasal dari sapi potong perlu ditingkatkan.
Aspek-aspek penting dalam usaha ternak sapi potong adalah produksi bakalan untuk penggemukan sapi potong (Feeder Catle) dan hasil penggemukannya (Fattening). Pada aspek produksi bakalan, produktivitas ternak sapi mempunyai peranan utama yakni sebagai penghasil anak sapi atau pedet. Namun demikian dalam kenyataannya di lapangan pertumbuhan produktivitas sapi potong masih rendah, hal ini disebabkan calving interval lebih dari 21 bulan, service perconseption lebih dari 2 kali, angka kelahiran dicapai 21,6%, pemotongan sapi potong betina produktif tinggi dan kualitas pakan yang rendah (DIREKTORAT BUDIDAYA TERNAK RUMINANSIA, 2009). Oleh sebab itu, perlu dicari penggalian sumberdaya genetik sapi potong yang mempunyai kualitas bagus antara lain sapi-sapi betina yang mempunyai potensi genetik dapat melahirkan anak kembar. Jika potensi genetik sapi kembar dapat ditemukan dalam jumlah yang banyak dan induk potensi kembar tersebut dikumpulkan untuk ditingkatkan potensinya diharapkan dapat mempercepat peningkatan populasi sapi potong yang pada akhirnya dapat mendukung Program Swasembada Daging Sapi (PSDS).Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui lokasi sapi kembar di daerah yang populasi sapi potongnya tinggi dan seberapa jauh jumlah kejadian kelahiran kembar di daerah yang populasi sapi potongnya tinggi di Jawa Tengah. MATERI DAN METODE Penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai Nopember tahun 2009, dan lokasi terpilih ditentukan berdasarkan hasil koordinasi dengan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan hasil koordinasi tersebut ditentukan daerah atau kabupaten yang potensi sapi potongnya tinggi disamping daerah yang melaporkan telah ada kejadian kelahiran kembar di daerah tersebut. Daerah (kabupaten) yang populasi sapi potongnya tinggi yaitu kabupaten Blora, Grobogan Boyolali, Wonogiri dan Pati. Namun
285
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
demikian Kabupaten Wonogiri yang populasi sapi potongnya tinggi setelah dilakukan koordinasi hanya terdapat satu induk yang telah melahirkan kembar, sehingga tidak dilakukan pendataan. Sedang untuk daerah lain yang populasi sapi potongnya dibawah populasi kelima kabupaten tersebut tapi masih masuk 10 besar populasi sapi potong di Jawa Tengah, telah ada laporan terdapat sapi potng kelahiran kembar yaitu kabupaten Semarang, Kendal dan Sragen. Pengkajian dilakukan dengan metode survei. Pada tahap awal dilakukan pengumpulan data sekunder yang terkait dengan kinerja ternak sapi potong beranak kembar. Sumber data diambil dari laporan beberapa instansi terkait antara lain Dinas Peternakan Provinsi dan Kabupaten, Inseminator dan Balai Inseminasi Buatan. Pengumpulan data primer diawali dengan diskusi terfokus (FGD) dan dilanjutkan wawancara langsung menggunakan kuisioner kepada peternak sapi potong, inseminator, petugas Dinas Peternakan dan petugas BIB. Data yang dikumpulkan meliputi identifikasi desa lokasi kejadian kembar, identitas peternak dan jumlah pemilikan sapi potong. Analisis data: Data yang terkumpul dianalisis dan diinterpretasikan secara deskriptif serta perhitungan rata-rata untuk data yang bersifat parametrik (SINGARIMBUN dan EFFENDI, 1989).
15; 10; dan 9 orang (Tabel 1). Sebenarnya kalau ditelusuri lebih jauh, masih banyak lagi jumlah kejadian sapi kembar, terbukti pada saat pengambilan data GPS (global potitioning system) yang dilakukan 3 bulan dari pengambilan data pertama dilaporkan oleh Petugas Inseminasi Buatan ada tambahan peternak yang memiliki sapi beranak kembar dalam wilayah yang sama. Disamping itu belum semua daerah yang disurvei melaporkan data sapi kembar secara rinci terutama sapi kembar hasil perkawinan alam. Perkawinan alam masih dilakukan di daerah yang sulit dijangkau oleh inseminator atau sapi yang digembalakan sehingga terjadi perkawinan saat digembalakan seperti di kabupaten Blora. Kelahiran kembar hasil kawin alam hanya sebagian yang dilaporkan karena kesulitan untuk identifikasi. Kejadian sapi kembar yang dilaporkan terutama hasil perkawinan dengan Inseminasi Buatan (IB), karena identifikasi sapi kembar dari setiap kabupaten dilaporkan oleh Inseminator yang memonitor kelahiran dan berhubungan langsung dengan peternak. Sampai dilakukan survei belum ada program khusus pendataan sapi beranak kembar maupun program pengembangannya oleh masingmasing Dinas Peternakan Provinsi maupun Kabupaten. Inventarisasi kejadian kelahiran sapi kembar dilakukan pada saat penelitian yang dilakukan oleh BPTP Jawa Tengah.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Petani pemilik sapi kembar di 7 Kabupaten Provinsi Jawa Tengah
Petani pemilik sapi kembar di 7 Kabupaten
Data responden sapi kembar (orang)
Responden yang masih memelihara (orang)
Blora
58
39
Grobogan
39
31
Pati
55
22
Semarang
25
11
Kabupaten
Pengambilan data dilaksanakan di 7 kabupaten terpilih yang terdapat data sapi kembar dengan jumlah pemilik sapi potong beranak kembar sebanyak 211 ekor. Dasar pemilihan lokasi penelitian adalah kabupaten yang mempunyai populasi sapi potong tertinggi di Jawa Tengah diambil 5 besar populasi terbanyak, ditambah beberapa kabupaten yang telah melaporkan bahwa diwilayahnya terdapat sapi potong beranak kembar. Sesuai dengan data populasi sapi potong tertinggi ternyata di Kabupaten Blora, pemilik sapi kembarnya paling banyak yaitu mencapai 58 orang diikuti oleh Kabupaten Pati, Grobogan, Semarang, Boyolali, Kendal dan Sragen berturut-turut adalah 55; 39; 25;
286
Boyolali
15
6
Kendal
10
10
Sragen
9
7
Jumlah
211
126
Setelah dilakukan survei ternyata tidak semua peternak masih memiliki ternak sapi kembar, dari 211 orang peternak di 7 kabupaten tinggal 126 peternak (59,71%) yang
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
masih memiliki sapi potong beranak kembar. Dari 7 kabupaten yang dilakukan pendataan ternyata 10 peternak pemilik sapi kembar di kabupaten Kendal semua peternak masih memilikinya (100%). Pada Tabel 1 secara lengkap dapat dilihat jumlah peternak yang masih memiliki sapi kembar berturut-turut dari 6 kabupaten diluar kabupaten Kendal adalah Sragen, Grobogan, Blora, Semarang, masingmasing 77,78; 79,44; dan 44,0%. Sedangkan untuk kabupaten Boyolali dan Pati jumlah peternak yang memiliki sapi kembar sama masing-masing 40%. Hasil survei menunjukkan bahwa sebagian ternak sapi kembar baik induk atau anaknya telah dijual atau dihadiahkan pada saudaranya. Peternak belum semuanya merasakan keuntungan bila sapinya beranak kembar, karena belum tahu manfaatnya, sehingga beberapa peternak menjual ternak sapi kembarnya, terutama anaknya. Bahkan beberapa peternak di Kabupaten Grobogan, terutama Kecamatan Gabus dan Kradenan, dan peternak di Kecamatan Pucakwangi, Kabupaten Pati peternak beranggapan kalau ternak sapinya beranak kembar akan membawa sial sehingga ternak yang lahir kembar dijual semuanya. Disamping itu ada sebagian peternak merasa repot dalam memeliharanya bila sapinya beranak kembar. Walaupun demikian banyak juga peternak yang telah merasakan manfaat memiliki sapi kembar sehingga pada saat masih menyusui peternak memberikan susu tambahan berupa susu murni atau susu bubuk dan ada juga yang karena keterbatasan biaya dengan memberikan air cucian beras yang diberi tetes. Pengalaman peternak lain yang memiliki sapi potong kelahiran kembar yang telah dewasa adalah menjual anak kembar dengan harga tinggi atau ada juga peternak yang tidak menjual induk atau keturunan sapi kembarnya karena akan dipelihara terus supaya anaknya kembar. Kejadian ini terjadi di Kabupaten Blora, peternak membeli sapi dara dari kelahiran dengan harga 9 – 10 juta jauh melebihi harga sapi dara yang lahir tunggal yang harganya berkisar antara 7 juta. Pengalaman peternak yang membeli sapi dara kembar tersebut setelah dipelihara juga melahirkan anak kembar. Kelahiran kembar
tersebut diduga karena genetik terbukti induk tersebut telah 5 kali melahirkan anak kembar. Jumlah pemilikan sapi potong dan kasus kembar Perhitumgan populasi sapi potong didasarkan pada jumlah peternak yang masih memiliki sapi kembar pada saat dilakukan pendataan dengan pertimbangan ketepatan jumlah pemilikan sapi yang beranak tunggal maupun kembar. Ternyata pada saat dilakukan pendataan ada 126 peternak yang masih memiliki sapi beranak kembar dengan pemilikan jumlah sapi potong sebanyak 452 ekor atau peternak memiliki sapi rata-rata 4,18 ekor. Dari 452 ekor induk sapi tersebut kejadian kelahiran kembar ternyata ada 126 ekor induk atau 27,87%, yang berarti setiap peternak hanya memiliki satu ekor induk yang melahirkan kembar. Namun kalau dihitung berdasarkan kasus kejadian kembar terjadi sebanyak 141 kasus, karena di Kabupaten Blora ada 2 ekor induk masing-masing satu ekor melahirkan kembar 5 kali secara terus menerus dan yang satu ekor melahirkan kembar 4 kali, sedang di Kabupaten Boyolali ada satu ekor induk melahirkan kembar 4 kali secara terus-menerus atau kalau dihitung berdasarkan persentase ada 31,19%. Kalau dilihat lebih jauh persentase induk yang melahirkan kembar dari 7 kabupaten lokasi penelitian ternyata kejadian kembar paling tinggi ada di Kabupaten Blora,yang mencapai 45,2%. Hasil penelitian ini ternyata berbeda dengan pendapat KOMISAREK dan DORYNEK (2002) dimana kejadian beranak kembar pada sapi potong sebesar 1% dan pada sapi perah bisa mencapai 3 – 4%.Namun demikian hasil penelitian ini didukung hasil penelitian PEARL (1912), bahwa fenomena kelahiran kembar dapat terjadi pada hewan yang tergolong dalam unipara. Hal ini sesuai dengan laporan TANAKA (2001) bahwa teknologi injeksi mikro (injeksi sperma) serta tranplantasi nucleus dan gen, produksi massal dari oocite fertil dapat menghasilkan anak kembar. Disamping itu kelahiran anak kembar dapat dihasilkan melalui teknologi embryo tranfer yang diimplantasikan pada kedua cornue-nya (ANDERSON et al. dalam larry.Kuehn@ars. usda.gov).
287
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
Tabel 5. Jumlah peternak pemilik sapi kembar dan jumlah pemilikan sapi serta kasus kembar Jumlah peternak di survei (orang)
Populasi sapi (ekor)
Jumlah kasus kembar
Blora
39
101
47
Pati
22
73
23
Grobogan
31
102
34
Semarang
11
66
11
Kabupaten
Boyolali
6
50
9
Sragen
7
25
7
Kendal
10
35
10
Jumlah
126
451
141
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dari 7 Kabupaten di Jawa Tengah yang telah dilakukan survei menunjukkan bahwa ada potensi kejadian kelahiran kembar pada sapi potong. Pada saat dilakukan pendataan dari 211 orang peternak pemilik sapi potong yang lahir kembar, tinggal 126 orang atau 59,71% yang masih memilikinya, sisanya sudah dijual atau dihadiahkan pada saudaranya. Dari 126 orang peternak memiliki sapi potong sebanyak 452 ekor dan dari jumlah sapi tersebut, induk yang melahirkan kembar sebanyak 126 ekor (27,87%) namun berdasarkan kasus kejadian kembar ada 141 kasus atau 31,19%. Kejadian kelahiran kembar pada sapi potong paling banyak ada di Kabupaten Blora mencapai 45,2%. DAFTAR PUSTAKA ANDERSON et al. dalam
[email protected]. APFINDO. 2009. ASOSIASI PRODUSEN DAGING DAN FEEDLOT INDONESIA Kompas.
288
DISNAK KESWAN PROVINSI JAWA TENGAH. 2008. Buku Statistik Peternakan, Ungaran. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah. DIRJENNAK. 2009. Blue Print Kegiatan Program Swasembada Daging Sapi Tahun 2014. Direktorat Jenderal Peternakan Kementerian Pertanian Indonesia, Jakarta. DIREKTUR BUDIDAYA TERNAK RUMINANASIA. 2009. Kebijakan Swasembada Daging Sapi 2014. Disampaikan pada acara Pemantapan dukungan Program Percepatan Swasembada Daging Sapi. Loka Penelitian Sapi Potong, Grati. KOMISAREK, J. dan Z. DORYNEK. 2002, Genetic Aspects of Twinning in Cattel. J. Appl. Genet. 43(1): 327. PEARL, P. 1912. Tripelst in calves. Maine Agr. Exp. Sta. Bull. 204. Singarimbun dan Sofyan Effendi. 1989. Metode Penelitian Survei. LP3ES, Jakarta. TANAKA, H., HERLIANTIEN dan D. ZAMANTI. 2001. Fisiologi dan Gangguan Reproduksi. Japan International Coorperation Agency, Indonesia.