Tugas Mata Kuliah Dosen Batas
: : : :
Take Home – Ujian Akhir Triwulan Sistem Informasi Manajemen Dr. Ir. Arif Imam Suroso, M.Sc.(CS) 26 Januari 2012
Rancang Bangun Sistem Informasi Sapi Potong: Dukungan untuk Program Swasembada Daging Sapi 2014
Disusun Oleh : Bayu Triastoto (P056110053.38E)
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN BISNIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
DAFTAR ISI
Halaman Judul Daftar Isi Bab I
:
Pendahuluan
1
Bab II
:
Sasaran Dan Tujuan Program Swasembada Daging Sapi 2014
2
Bab III
:
Identifikasi Dan Analisis Atas Sistem Informasi Yang Telah Ada
8
A. Identifikasi Atas Sistem Informasi Yang Telah Ada
4
Bab IV
:
B. Analisis Atas Sistem Informasi Yang Telah Ada
12
C. Identifikasi Informasi Yang Diperlukan
12
Rancangan Penyempurnaan Sistem Informasi
15
A. Sumber Daya Yang Diperlukan
15
1. Personil
15
2. Data
16
3. Perangkat Keras (Hardware)
16
4. Perangkat Lunak (Software)
16
5. Jaringan
16
6. Produk Informasi
17
B. Aktivitas Pendukung Sistem Informasi
17
1.
Input Data
17
2.
Proses Pengolahan Data dan Informasi yang Dihasilkan
18
(Output)
Bab V Daftar Pustaka
:
3.
Penyimpanan Data dan Informasi
22
4.
Pengendalian
22
C. Matriks Komponen Sistem Informasi
22
D. Kerangka Analisis Kelayakan Sistem
24
Penutup
26
BAB I PENDAHULUAN
Pemerintah RI telah menargetkan agar pada tahun 2014, Indonesia bisa mencapai Swasembada Daging Sapi, yaitu kemampuan penyediaan daging sapi dalam negeri sebesar 90-95% dari total kebutuhan daging nasional. Kementerian Pertanian cq Direktorat Jenderal Peternakan selanjutnya menerbitkan Peraturan Menteri Pertanian No. 19/Permentan/OT.140/2/2010 tanggal 5 Februari 2010 tentang Pedoman Umum Program Swasembada Daging Sapi 2014. Tentu ini merupakan suatu upaya yang memerlukan perhatian serius, mengingat pada saat program ini dicanangkan (2010), kemampuan di atas baru mencapai angka kurang dari 30%. Melalui program ini, diharapkan populasi sapi domestik bisa meningkat dari 12,6 juta ekor di tahun 2010 menjadi 14,2 juta ekor di tahun 2014. Untuk mendukung suksesnya program ini, diperlukan suatu Sistem Informasi untuk memantau capaian indikator-indikator keberhasilan program ini secara akurat dan kontinyu. Makalah ini akan membahas rancang bangun sistem informasi agribisnis untuk komoditas sapi potong dengan pembatasan ruang lingkup pada dukungan sistem informasi manajemen terhadap kesuksesan Program Swasembada Daging Sapi (PSDS) 2014 serta kesinambungannya. Sebagai dukungan terhadap pencapaian program, sistem ini dirancang untuk lebih banyak memenuhi kebutuhan informasi Pemerintah (Kementerian Pertanian RI dan Dinas Peternakan Provinsi dan Kabupaten/ Kota) sebagai penanggung jawab keberhasilan program ini. Rancang bangun akan dilakukan dengan pendekatan System Development Life Cycle (SDLC), namun tentunya hanya akan mencakup 3 tahap yang pertama, yaitu System Investigation, System Analysis dan System Design. Adapun 2 tahap berikutnya yaitu System Implementation dan System Maintenance berada di luar lingkup makalah ini. Hasil rancang bangun sistem akan dituangkan dalam uraian komponen-komponen sistem informasi yang kemudian juga akan disusun dalam sebuah matriks. Pembahasan akan dilakukan dalam 5 Bab dengan sistematika sebagai berikut: Bab I Pendahuluan: mengungkapkan latar belakang penyusunan dan ruang lingkup; Bab II akan menguraikan Sasaran Dan Tujuan Program Swasembada Daging Sapi 2014 untuk mengidentifikasi produk informasi yang akan diperlukan; Pada Bab III akan dilakukan Identifikasi Dan Analisis Atas Sistem Informasi Yang Telah Ada; sedangkan Bab IV akan membahas Rancangan Penyempurnaan Sistem Informasi; dan Bab V merupakan Penutup dari seluruh rangkaian pembahasan.
1
BAB II SASARAN DAN TUJUAN PROGRAM SWASEMBADA DAGING SAPI 2014
Secara keseluruhan, PSDS 2014 diarahkan untuk mencapai tujuan umum berupa swasembada daging sapi, yaitu kemampuan penyediaan daging sapi dalam negeri sebesar 90-95% dari total kebutuhan daging nasional. Adapun sasaran program adalah sebagai berikut: 1. Meningkatnya populasi sapi potong menjadi 14,2 juta ekor tahun 2014 dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 12,48%. 2. Meningkatnya produksi daging dalam negeri sebesar 420,3 ribu ton pada tahun 2014 atau meningkat 10,4% setiap tahunnya. 3. Tercapainya penurunan impor sapi dan daging sehingga hanya mencapai 10% dari kebutuhan konsumsi masyarakat. 4. Bertambahnya penyerapan tenaga kerja sebagai dampak dari pertambahan populasi dan produksi ternak sebesar 76 ribu orang/tahun. 5. Meningkatnya pendapatan peternak sapi potong minimal setara dengan UMR masingmasing propinsi Sasaran di atas akan dicapai dengan program dan ruang lingkup/ sasaran teknisnya sebagai berikut: No Program 1. Penyediaan bakalan/ daging sapi lokal
2. Peningkatan produktivitas dan reproduktivitas sapi lokal
3. Pencegahan pemotongan sapi betina produktif 4. Penyediaan bibit sapi 5. Pengaturan stok sapi dalam
Ruang Lingkup/ Sasaran Teknis a) Menekan kematian pedet dari 20%-40% menjadi 5-10% b) Menekan kematian induk dari 10-20% menjadi 2-5% 1) Meningkatkan produktivitas sapi lokal dan sapi hasil IB untuk meningkatkan calf crop sekitar 30-40% dengan cara: a) Meningkatkan jumlah sapi betina produktif b) Menekan nilai atau angka service per conception (S/C) c) Memperpendek calving interval d) Mempercepat umur beranak pertama e) Memperpanjang masa produktif (longitivity) 2) Meningkatkan mutu genetik sehingga: a) Average Daily Gain (ADG) menjadi lebih besar b) Mempercepat waktu penggemukan c) Memperbaiki efisiensi penggunaan pakan d) Meningkatkan persentase karkas dan kualitas daging Menekan angka pemotongan sapi betina produktif agar tidak melebihi angka 150-200 ribu ekor per tahun Idem dengan No. 1 di atas Melakukan tunda potong sapi lokal atau sapi 2
No
Program negeri
Ruang Lingkup/ Sasaran Teknis hasil IB sehingga mencapai bobot potong maksimal sesuai potensi genetik dan potensi ekonominya, yang diperkirakan dapat meningkatkan produksi daging sekitar 2030%
3
BAB III IDENTIFIKASI DAN ANALISIS ATAS SISTEM INFORMASI YANG TELAH ADA
Pada bagian berikut akan diuraikan gambaran sistem informasi yang sudah ada, khususnya terkait dengan upaya pencapaian swasembada daging sapi. Gambaran akan disajikan dalam aspek mekanisme pengumpulan data yang sudah ada serta penyajian produk informasi yang dihasilkan (melalui website yang bisa diakses publik). Dari gambaran ini selanjutnya akan dilakukan analisis tentang kecukupan dan keandalan informasi yang dihasilkan untuk mencapai tujuan PSDS 2014. A. IDENTIFIKASI ATAS SISTEM INFORMASI YANG TELAH ADA Mekanisme Pengumpulan Data Berdasarkan analisis atas data yang terkumpul serta beberapa referensi yang diperoleh, diketahui bahwa data peternakan pada umumnya, termasuk untuk komoditas sapi potong di dalamnya, diperoleh dari berbagai cara sebagai berikut: 1. Sensus Yaitu yang dilaksanakan setiap 10 tahun sekali sebagai bagian dari sensus pertanian dengan pendekatan rumah tangga yang dilakukan setiap 10 tahun sekali oleh Badan Pusat Statistik (Wirawan). 2. Survey Yaitu pengumpulan data peternakan mengacu kepada SK Direktur Jenderal Peternakan No. 04/HM 030/KPTS/DJP/0199 tahun 1999 (Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur). 3. Registrasi Ternak Yaitu sebagaimana dilaksanakan di Kabupaten Sumbawa, NTB sebagaimana diuraikan oleh Wirawan: "Pendataan tersebut sedikit berbeda dengan metode yang dipakai SPN. Dalam pendataan tersebut masyarakat peternak mendatangkan ternaknya di suatu lapangan untuk dilakukan pengkartuan ternak dengan dicatat tanda-tanda ternak yang dimiliki. Di samping itu peternak juga mendapatkan keuntungan ternaknya akan diberikan vaksinasi dan pemeriksaan kesehatan ternak yang semuanya tidak dikenakan biaya sesuai dengan Keputusan Bupati Sumbawa No. 1091 tahun 2007. Semua biaya dalam pelaksanaan Registrasi tersebut dibebankan pada DPA (Dokumen Pelaksana Anggaran) Dinas Peternakan Kabupaten Sumbawa melalui dana DAU APBD Kabupaten yang dianggarkan tiap tahun." Penyajian Informasi yang Dihasilkan Data yang telah terkumpul di atas selanjutnya diolah dan disajikan melalui beberapa media, di antaranya: Website Kementerian Pertanian RI Kementerian Pertanian RI telah menyelenggarakan website (www.deptan.go.id) yang di antaranya berisi informasi tentang dunia peternakan yang disajikan di bawah menu Kelembagaan- (Direktorat Jenderal Peternakan & Kesehatan Hewan) serta menu informasi
4
mengenai Program Swasembada Daging Sapi/ Kerbau (PSDS/K) 2014 dan Statistik Peternakan.
Menu PSDS/K 2014 menyediakan informasi mengenai ketentuan dan pedoman Program (Peraturan Menteri Pertanian), sedangkan menu Statistik Peternakan menyediakan informasi mengenai Populasi, Produksi dan Pemotongan Ternak yang dapat disajikan secara total (nasional) untuk berbagai komoditas peternakan,serta rekapitulasi per Provinsi dan Kabupaten/ Kota untuk masing-masing komoditas peternakan. Pada saat akses data dilakukan (pada tanggal 30 Desember 2011), data yang tersedia adalah hingga tahun 2009.
5
6
7
8
Website Dinas Peternakan Provinsi Website kementerian ini juga menyediakan tautan ke website dinas peternakan provinsi:
Dari hasil penelusuran ke website dinas peternakan untuk 2 provinsi dengan data populasi sapi potong terbesar, yaitu Jawa Timur (www.disnak-jatim.go.id) dan Jawa Tengah (www.deptan.go.id/dinakkeswan_jateng atau www.dinakkeswan.jatengprov.go.id) , diketahui bahwa masing-masing situs juga menyediakan data statistik peternakan untuk tahun terakhir yang meliputi populasi dan produksi untuk masing-masing jenis ternak. Di samping data statistik yang disajikan, website Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur menyediakan pedoman-pedoman teknis untuk penyusunan data statistik peternakan, adapun website Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah juga menyediakan data mengenai harga pasar terakhir yang diperoleh atas daging hewan ternak.
9
Website Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur
10
Website Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah
11
B. ANALISIS ATAS SISTEM INFORMASI YANG TELAH ADA Sistem yang ada menghasilkan sebagian informasi yang merupakan indikator keberhasilan pencapaian PSDS 2014. Namun demikian, terdapat beberapa catatan sebagai berikut: 1. Sistem yang ada hanya menghasilkan informasi/ data statistik berupa populasi ternak, produksi daging dan jumlah pemotongan. Tidak tersedia informasi lainnya seperti komposisi bangsa dan jenis kelamin sapi, tingkat kematian pedet dan sapi betina produktif, tingkat pertumbuhan berat badan dan sebagainya. 2. Data statistik yang dihasilkan sistem hanya tersedia dalam angka tahunan sampai dengan tahun takwim terakhir, tidak tersedia data kini dan data bulanan. C. IDENTIFIKASI INFORMASI YANG DIPERLUKAN Pemerintah (Kementerian Pertanian, Dinas Pertanian/ Peternakan Provinsi dan Kabupaten/ Kota) Pemerintah memerlukan informasi untuk memonitor pencapaian program dan kesinambungannya serta mengambil langkah/ kebijakan yang diperlukan. Berdasarkan PSDS 2014 di atas, dapat diidentifikasi kebutuhan informasi oleh Pemerintah sebagai berikut: 1. Angka kematian pedet 2. Angka kematian induk 3. Tingkat calf crop 4. Jumlah sapi betina produktif dan angka pemotongannya 5. Tingkat service per conception (S/C) 6. Calving interval 12
7. 8. 9. 10.
Umur beranak pertama Masa produktif Tingkat Average Daily Grain (ADG) Jumlah produksi daging sapi (nasional dan per daerah)
Pelaku Bisnis Bagi pelaku bisnis (terutama dalam hal ini adalah Peternak dan Kelompok Peternak), informasi yang terutama diperlukan adalah harga realisasi penjualan sapi sesuai dengan berat badannya, pengetahuan tentang pengelolaan usaha ternak sapi potong dan perkembangannya, peraturan-peraturan yang berlaku, informasi produk dan alat bantu produksi yang diperlukan, dan sebagainya. Sebagaimana telah disinggung di bagian Pendahuluan, informasi untuk pelaku bisnis di atas kami pandang telah disajikan cukup baik dan lengkap dalam sebuah situs web: www.duniasapi.com dengan tampilan sebagai berikut:
13
14
BAB IV RANCANGAN PENYEMPURNAAN SISTEM INFORMASI
Untuk menghasilkan informasi yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan informasi yang telah diidentifikasi pada tahap investigasi, yaitu: 1. Angka kematian pedet 2. Angka kematian induk 3. Tingkat calf crop 4. Jumlah sapi betina produktif dan angka pemotongannya 5. Tingkat service per conception (S/C) 6. Calving interval 7. Umur beranak pertama 8. Masa produktif 9. Tingkat Average Daily Grain (ADG) 10. Jumlah produksi daging sapi (nasional dan per daerah) 11. Harga realisasi penjualan sapi dan berat badannya Maka dirancang penyempurnaan sistem informasi yang ada dengan menggunakan sumber daya dan aktivitas sistem informasi sebagai berikut: A. SUMBER DAYA YANG DIPERLUKAN Untuk efektivitas cakupan dan efisiensi pengolahan data, sistem informasi ini akan dijalankan berbasis komputer dan jaringan, menyempurnakan sistem yang telah ada, dengan kebutuhan sumber daya sebagai berikut: 1. Personil Pengguna Akhir Petugas Penyuluh Peternakan Lapangan (PPL) bersama Peternak/ Kelompok Peternak memegang peranan sangat vital sebagai ujung tombak untuk pengkinian dan input data ke dalam sistem informasi. Informasi yang dihasilkan dari sistem ini selanjutnya akan dipergunakan oleh Pemerintah (Kementerian Pertanian dan Dinas Pertanian/ Peternakan di Provinsi dan Kabupaten/ Kota) untuk melakukan pemantauan atas perkembangan program swasembada serta kesinambungannya sebagai sumber informasi untuk penentuan langkah-langkah dan kebijakan yang diperlukan. Selanjutnya, pihak-pihak lain seperti anggota Legislatif, pemerhati masalah peternakan/ sapi potong dan masyarakat pada umumnya juga dapat menggunakan informasi yang dihasilkan oleh sistem ini sebagai alat bantu untuk menjalankan fungsi kontrol, legislasi, penelitian dan kontribusi pemikiran terkait budidaya sapi potong dan peternakan/ agribisnis pada umumnya. Spesialis Teknologi Informasi Untuk mengelola sistem, diperlukan Chief Information Officer yang dibantu oleh Database Administrator (untuk mengelola database), Programmer (untuk mengelola dan mengembangkan program aplikasi yang dipergunakan), System Analyst (untuk melakukan evaluasi dan perencanaan pengembangan sistem) dan Security Officer (untuk mengelola keamanan sistem).
15
2. Data Data yang diperlukan untuk sistem informasi ini adalah data perkembangan sapi potong secara individual berbasis Nomor Pengenal Sapi Potong (NPSP) mulai dari kelahiran, perkembangan berat badan, penyakit, inseminasi buatan dan kebuntingan (khusus untuk sapi betina), penjualan dan pemotongannya. 3. Perangkat Keras (Hardware) Untuk melakukan input data, diperlukan work station/ personal computer yang ada pada setiap Kelurahan/ Desa sentra produksi sapi potong yang akan dipergunakan oleh PPL serta pada setiap RPH. Di samping itu diperlukan juga server di tingkat nasional yang mempunyai kapasitas cukup untuk menyimpan data dan melayani jaringan yang menjangkau hingga ke seluruh Kelurahan/ Desa yang termasuk dalam sentra produksi sapi potong. Selanjutnya, untuk mengakses informasi yang dihasilkan, diperlukan personal computer yang terhubung dengan jaringan internet. 4. Perangkat Lunak (Software) Prosedur Untuk memperoleh data yang diperlukan, akan disusun prosedur-prosedur yang akan menjadi pedoman bagi para Pengguna Akhir, dalam hal ini adalah Penyuluh Peternakan Lapangan (PPL) bersama Peternak/ Kelompok Peternak di lapangan, antara lain: Prosedur Pemberian Nomor Pengenal Sapi Potong (NPSP) Prosedur Pencatatan Perkembangan Sapi Potong Prosedur Input Data Perkembangan Sapi Potong Prosedur Pencatatan Pemotongan Sapi Menyesuaikan dengan tingkat pemahaman para Pengguna Akhir, prosedur-prosedur di atas akan disusun dalam bahasa yang sederhana serta mudah diterapkan. Adapun langkah-langkah yang diperlukan akan dibahas lebih lanjut pada uraian mengenai aktivitas sistem informasi berupa mekanisme input data. Program Untuk mengolah data yang diinput, diperlukan perangkat lunak yang mampu menyaring, menjumlahkan dan mengikhtisarkan data menjadi informasi yang dikehendaki. Secara lebih detail, pada uraian mengenai proses data dapat dilihat operasi-operasi apa yang harus dilakukan oleh aplikasi pengolah data yang dipergunakan dalam sistem ini, yaitu yang dinamakan Sistem Informasi Sapi Potong (SISIP). Gambaran kemampuan pengolahan data yang diharapkan dan informasi yang dihasilkan akan dibahas pada uraian mengenai aktivitas sistem informasi berupa proses pengolahan data dan informasi yang dihasilkan (output). Selain aplikasi ini, tentunya perangkat lunak standar berupa sistem operasi untuk work station maupun jaringan/ server juga harus disediakan. 5. Jaringan Untuk menghimpun data serta menampilkan informasi yang dihasilkan, diperlukan jaringan internet yang dapat menghubungkan server di pusat pengolahan data dengan work station yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Penyediaan/ perluasan jaringan internet di wilayah pedesaan dapat dilakukan sebagai program terpadu yang akan dipergunakan untuk berbagai tujuan (program kependudukan, pemilihan umum dsb.).
16
6. Produk Informasi Adapun produk informasi yang akan dihasilkan dari penggunaan sumber daya sistem informasi di atas adalah sesuai dengan kebutuhan informasi yang telah diidentifikasi pada tahap investigasi, yaitu: 1. Angka kematian pedet 2. Angka kematian induk 3. Tingkat calf crop 4. Jumlah sapi betina produktif dan angka pemotongannya 5. Tingkat service per conception (S/C) 6. Calving interval 7. Umur beranak pertama 8. Masa produktif 9. Tingkat Average Daily Grain (ADG) 10. Jumlah produksi daging sapi (nasional dan per daerah) 11. Harga realisasi penjualan sapi dan berat badannya B. AKTIVITAS PENDUKUNG SISTEM INFORMASI 1. INPUT DATA Untuk memperoleh produk informasi yang akan dihasilkan, diperlukan data individual sapi dari kelahiran sampai pemotongannya. Selanjutnya, untuk memperoleh data ini maka dirancang mekanisme sebagai berikut: 1) Pemerintah (Kementerian/ Dinas Pertanian) menugaskan Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) di setiap Kelurahan/ Desa yang bertugas, antara lain, melakukan pendataan individual atas sapi potong di wilayah tugasnya 2) Untuk melakukan pendataan, maka untuk setiap sapi potong yang ada diberikan Nomor Pengenal Sapi Potong (NPSP) yang unik dengan digit pengenal berupa Provinsi, Kabupaten/Kota, Bangsa dan Jenis Kelamin Sapi. NPSP dilekatkan pada sapi yang bersangkutan dengan media berupa gelang plastik serta dibuatkan Kartu Sapi untuk sapi yang bersangkutan. Format Kartu Sapi adalah sebagai berikut: NPSP No.
: Tanggal
Uraian Kejadian
Keterangan
3) Peternak sapi bergabung ke dalam Kelompok Peternak di masing-masing Kelurahan/ Desa 4) Kelompok Peternak secara berkala (akhir bulan) melakukan pemutakhiran data atas sapi potong ke dalam Kartu Sapi (berbasis NPSP) yang meliputi: (1) Kelahiran: tanggal kelahiran dan NPSP masing-masing induk dan anak sapi (2) Berat badan: angka timbangan berat badan (kg) masing-masing sapi (mengacu kepada NPSP) pada akhir bulan yang bersangkutan 17
(3) Pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB): pelaksanaan IB terhadap sapi betina yang dimiliki peternak yang dilakukan pada bulan yang bersangkutan (4) Kebuntingan: mencatat kebuntingan sapi betina yang dimiliki (hanya dicatat satu kali setiap kali bunting) (5) Penyakit: penyakit yang diderita masing-masing sapi pada bulan yang bersangkutan (6) Kematian: tanggal kematian dan dugaan penyebab kematian (7) Penjualan: tanggal penjualan, berat badan dan harga jualnya (8) Pemotongan sendiri (di luar RPH): pelaksanaan pemotongan sendiri di luar RPH 5) Secara berkala (bulanan), PPL melakukan kunjungan lapangan kepada Kelompok Peternak dan melakukan pengumpulan Kartu Sapi yang telah di-update di atas. Selanjutnya, PPL melakukan input atas update Kartu Sapi pada bulan bersangkutan ke dalam Sistem Informasi Sapi Potong (SISIP): sebuah sistem informasi yang berbasis internet yang menghubungkan seluruh daerah sentra produksi sapi potong di Indonesia. 6) Setelah diinput ke dalam SISIP, PPL mengembalikan Kartu Sapi kepada Kelompok Peternak untuk pendataan pada bulan berikutnya. 7) Rumah Pemotongan Hewan (RPH) mencatat NPSP dari sapi yang dipotongnya dan menginputnya secara harian ke dalam SISIP. 2. PROSES PENGOLAHAN DATA DAN INFORMASI YANG DIHASILKAN (OUTPUT) SISIP mengikhtisarkan data yang diinput oleh PPL dan RPH serta mengolahnya menjadi informasi sebagai berikut: POPULASI SAPI Menggambarkan jumlah seluruh populasi sapi potong yang terdata yang dapat dikelompokkan ke dalam wilayah regional (Nasional/ Provinsi/ Kabupaten/ Kota) ataupun bangsa sapi . Data dibedakan lagi ke dalam kategori Pedet dan Dewasa serta Jantan/ Betina). Informasi ini dilengkapi juga dengan data angka kematian (di luar pemotongan) pada periode berjalan untuk masing-masing kategori serta angka Net Calf Crop, yaitu angka kelahiran sapi setiap induk per tahun dikurangi angka kematian. Kandungan Informasi: Lingkup : Nasional/ Provinsi ..../ Kabupaten/Kota ......... Periode : Bulan.... / Tahun ..... Pedet No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Bangsa
Jumlah Kelahiran
Jantan
Betina
Dewasa Jumlah Kematian
Net Calf Crop
Jantan
Betina
Total Jumlah Kematian
Jantan
Betina
Sapi Bali Sapi PO Sapi Limousin Sapi Lokal Sapi Simental Sapi 18
Jumlah Kematian
Pedet No
7.
Bangsa
Jumlah Kelahiran
Jantan
Betina
Dewasa Jumlah Kematian
Net Calf Crop
Jantan
Betina
Total Jumlah Kematian
Jantan
Betina
Brahman Sapi Bangsa Lainnya Jumlah
KASUS/ KEJADIAN PENYAKIT PADA SAPI POTONG Menggambarkan jumlah kasus/ kejadian timbulnya penyakit/ gangguan kesehatan pada sapi potong pada periode tertentu, baik untuk setiap wilayah Provinsi maupun jumlah secara Nasional. Penyakit/ gangguan diidentifikasi oleh Peternak/ Kelompok Ternak/ Petugas Penyuluh Lapangan/ Dokter Hewan pada Pusat Kesehatan Hewan dan dicatat pada Kartu Sapi untuk diinput ke dalam SISIP. Kandungan Informasi: Periode: Bulan ..../ Tahun ..... No Kelompok Penyakit 1. Penyakit Hewan Menular (PHM)
2. Penyakit Non Infektius (PNI) 3. Gangguan Reproduksi (GR)
Nama Penyakit Brucellosis
Nama Provinsi
Jumlah Kejadian
Provinsi A
a
Provinsi B Provinsi C Nasional
b c a+b+c
Infectious bovine rhinotracheitis PHM Lainnya Parasit internal (cacingan) PNI Lainnya Corpus luteum persisten Sista ovari Endometritits Hypofungsi ovari Kawin berulang Abortus GR Lainnya
4. Penyakit/ Gangguan Lainnya Jumlah Kejadian
SERVICE PER CONCEPTION Menggambarkan tingkat keberhasilan pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) pada masingmasing wilayah (Provinsi) untuk satu periode tertentu, yaitu dengan membandingkan frekuensi pelaksanaan IB dengan jumlah kebuntingan dari hasil IB. Di samping itu, ditampilkan juga data kebuntingan Non IB hasil Inseminasi Alami (INSA), yaitu 19
Jumlah Kematian
diidentifikasi oleh SISIP dari data kebuntingan sapi yang tanpa didahului oleh data pelaksanaan IB. Dari data kebuntingan ini, SISIP selanjutnya juga akan dapat menyajikan informasi calving interval, yaitu rata-rata atas seluruh jumlah bulan dari satu kebuntingan ke kebuntingan berikutnya atas sapi yang terdata Kandungan Informasi: Periode : Bulan ..... / Tahun ..... Jumlah Jumlah No Wilayah Pelaksa Kebuntingan naan IB Hasil IB Provinsi A Provinsi B Provinsi C …… Jumlah
Service per Conception
Jumlah Kebuntingan INSA (Non IB)
Total Kebuntingan
Calving Interval
UMUR KEBUNTINGAN PERTAMA DAN USIA PRODUKTIF SISIP juga akan menghasilkan informasi mengenai usia kebuntingan pertama dari masing-masing bangsa sapi secara periodik untuk setiap wilayah maupun secara nasional. Adapun informasi mengenai usia produktif juga akan dihasilkan dari SISIP, yaitu berdasarkan data sapi betina yang dipotong atau mati serta data kebuntingan terakhir sapi dimaksud. Umur kebuntingan pertama dan usia produktif diperoleh dari angka rata-rata dari seluruh sapi betina yang terdata. Untuk lebih memberikan gambaran tentang kemampuan mewakili (representativeness), maka akan ditampilkan juga seluruh jumlah kebuntingan pertama dan pemotongan/ kematian sapi betina yang terdata. Kandungan Informasi: Wilayah Periode No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
: Provinsi …… / Nasional : Bulan …../ Tahun ….. Umur Kebuntingan Pertama Bangsa Bulan Jumlah Terdata
Usia Produktif Jumlah Tahun Terdata
Sapi Bali Sapi PO Sapi Limousin Sapi Lokal Sapi Simental Sapi Brahman Sapi Bangsa Lainnya Jumlah AVERAGE DAILY GRAIN (ADG) Menggambarkan tingkat pertambahan berat badan sapi potong selama satu periode tertentu, disajikan berdasarkan bangsa sapi dan wilayah Provinsi. Angka ADG dihitung 20
oleh SISIP berdasarkan data jumlah berat badan akhir periode atas sapi yang terdata dikurangi jumlah berat badan sapi terdata dimaksud pada akhir periode sebelumnya yang kemudian dirata-ratakan per ekor dan per hari. Akan ditampilkan juga seluruh Jumlah Sapi Terdata untuk mengetahui tingkat kelengkapan data. Kandungan Informasi: Periode : Bulan ..../ Tahun ..... Average Daily Gain No
Bangsa
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Provinsi A
Provinsi B
Provinsi C
.......
ADG Nasional
Jumlah Sapi Terdata
Sapi Bali Sapi PO Sapi Limousin Sapi Lokal Sapi Simental Sapi Brahman Sapi Bangsa Lainnya
ADG Per Wilayah Jumlah Sapi Terdata REKAPITULASI PEMOTONGAN SAPI (JANTAN/ BETINA, UMUR) Menggambarkan jumlah sapi yang dipotong di RPH maupun pemotongan di luar RPH pada satu periode tertentu yang diikhtisarkan oleh SISIP berdasarkan data NPSP yang diinput. Dari proses ini akan dihasilkan juga informasi produksi daging sapi untuk satu periode tertentu, yaitu dengan menjumlahkan data terakhir berat badan sapi yang dipotong dikalikan dengan persentase tertentu untuk mendapatkan estimasi daging yang dihasilkan. Kandungan Informasi: Periode : Bulan ...../ Tahun ..... (RPH/ Non RPH/ Total) No 1. 2. 3. ....
Wilayah
Pedet
Sapi Jantan Dewasa
Sapi Betina Produktif
Sapi Betina Pasca Usia Produktif
Jumlah Sapi Dipotong
Jumlah Produksi Daging (kg)
Provinsi A Provinsi B Provinsi C .... Jumlah (Nasional)
21
HARGA JUAL SAPI Dari data penjualan yang dicatat pada Kartu Sapi, SISIP akan menghasilkan informasi mengenai harga penjualan sapi potong yang disajikan per bangsa, per wilayah dan per kilogram untuk satu periode tertentu. Kandungan Informasi: Wilayah : Provinsi …… / Nasional Periode : Bulan …../ Tahun ….. Harga Jual Rata-rata No Bangsa Sapi Per Kg Berat Badan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Jumlah Sapi Terdata
Sapi Bali Sapi PO Sapi Limousin Sapi Lokal Sapi Simental Sapi Brahman Sapi Bangsa Lainnya Total
3. PENYIMPANAN DATA DAN INFORMASI Data dan informasi yang dihasilkan oleh sistem akan disimpan dalam server pada pusat pengolahan data. Secara berkala (bulanan) akan dilakukan back up data untuk mengantisipasi apabila terjadi kerusakan data/ informasi karena gangguan program/ aplikasi. Untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kerusakan fisik pada pusat pengolahan data, maka back up data akan disimpan di lokasi yang berbeda yang sekaligus akan menjadi cold site (lokasi alternatif untuk menjalankan sistem informasi berbasis komputer dalam hal terjadi kendala fisik pada lokasi utama) dari sistem informasi ini. 4. PENGENDALIAN Aktivitas ini meliputi pemantauan (oleh CIO dan Security Officer) atas parameterparameter sistem dan keamanan yang seharusnya ditunjukkan oleh sistem untuk dilakukan tindak lanjut yang diperlukan (oleh CIO) C. MATRIKS KOMPONEN SISTEM INFORMASI Komponen-kompenen sistem informasi di atas dapat digambarkan dalam bentuk matriks sebagaimana halaman berikut:
22
MATRIKS KOMPONEN SISTEM INFORMASI Sumber Daya Manusia Spesialis TI Pengguna Akhir Petugas Programmer Penyuluh System Analyst Peternakan Lapangan (PPL) bersama Peternak/ Kelompok Peternak
1.
Aktivitas Sistem Informasi Input
2.
Proses
3.
Output
4.
Penyimpanan
Database Administrator
5.
Pengendalian
CIO, Security Officer
No.
Kementerian Pertanian , Dinas Pertanian/ Peternakan di Provinsi dan Kabupaten/ Kota Pelaku Bisnis (Peternak) Pengamat & Masyarakat Umum
Sumber Daya Perangkat Keras
Sumber Daya Perangkat Lunak Program
Work station (personal computer) yang ada pada: Setiap Kelurahan/ Desa sentra produksi sapi potong Setiap RPH
Server di pusat pengolahan data nasional Server Personal computer
Prosedur Prosedur Pemberian Nomor Pengenal Sapi Potong (NPSP) Prosedur Pencatatan Perkembangan Sapi Potong Prosedur Input Data Perkembangan Sapi Potong Prosedur Pencatatan Pemotongan Sapi
Aplikasi pengolah data yang mampu menyaring, menjumlahkan dan mengikhtisarkan data menjadi informasi yang dikehendaki. Dalam sistem ini dipergunakan aplikasi yang dinamakan Sistem Informasi Sapi Potong (SISIP)
Sumber Daya Data Data perkembangan sapi potong secara individual berbasis Nomor Pengenal Sapi Potong (NPSP) mulai dari kelahiran, perkembangan berat badan, penyakit, inseminasi buatan dan kebuntingan (khusus untuk sapi betina), penjualan dan pemotongannya.
Sumber Daya Jaringan Jaringan internet publik
Produk Informasi
1. 2. 3. 4.
Angka kematian pedet Angka kematian induk Tingkat calf crop Jumlah sapi betina produktif dan angka pemotongannya 5. Tingkat service per conception (S/C) 6. Calving interval 7. Umur beranak pertama 8. Masa produktif 9. Tingkat Average Daily Grain (ADG) 10. Jumlah produksi daging sapi (nasional dan per daerah) 11. Harga realisasi penjualan sapi dan berat badannya
Server Penyimpanan back up data di cold site Server
23
D. KERANGKA ANALISIS KELAYAKAN SISTEM Biaya Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, sistem informasi ini memerlukan perangkat keras, terutama berupa penyediaan server yang mampu menampung dan mengolah data perkembangan sapi serta personal computer beserta jaringan internet untuk PPL di setiap Kelurahan/ Desa sentra produksi sapi. Diperlukan pengumpulan data lebih lanjut untuk mengetahui harga satuan masing-masing unsur sumber daya pendukung di atas, namun bisa disajikan tabel berikut untuk melakukan perhitungan anggaran biaya pembangunan sistem informasi ini: No Uraian 1. Perangkat keras Server Personal computer 2. Perangkat lunak Penyusunan prosedur Sosialisasi prosedur dan pelatihan Penyusunan program aplikasi 3. Pengguna PPL (tunjangan tambahan) RPH (tunjangan tambahan) System Analyst Security Officer Chief Information Officer 4.
Jaringan Pengadaan akses jaringan internet ke seluruh wilayah sentra produksi sapi potong
Satuan
Volume
Harga Satuan
Jumlah Harga
Unit Unit
Unit Frekuensi Unit
OB OB OB OB OB
Unit- Bulan
5. Lain-lain Jumlah Anggaran Biaya Mengacu kepada data dalam Blue Print PSDS 2014, populasi sapi potong di Indonesia saat ini adalah 12 juta ekor dan diharapkan menjadi 14 juta ekor di tahun 2014. Jika diasumsikan bahwa 1 ekor sapi bernilai rata-rata Rp 5.000.000 (estimasi konservatif), maka bisa diperkirakan nilai keseluruhan populasi sapi potong di Indonesia saat ini adalah Rp 60 triliun dengan target menjadi Rp 70 triliun di tahun 2014. Estimasi biaya penyusunan dan penyelenggaraan sistem informasi kemudian bisa dibandingkan dengan nilai populasi sapi potong di atas untuk menilai kelayakan ekonomis penyelenggaraan sistem informasi ini. Sebagai perbandingan, Wirawan memperhitungkan bahwa pelaksanaan pengumpulan data peternakan dengan menggunakan metode registrasi di Kabupaten Sumbawa Besar Propinsi Nusa Tenggara Barat memerlukan biaya (meliputi biaya operasional lapangan dan Alat Tulis 24
Kantor/ ATK) sebesar Rp 334.271.000,00. Apabila dikalikan jumlah seluruh Kabupaten/ Kota di Indonesia sejumlah 456 maka akan diperoleh estimasi biaya pengumpulan data sebesar Rp 152,4 miliar. Operasional Pengkinian dan input data untuk sistem ini akan dilakukan oleh para Peternak/ Kelompok Peternak, Penyuluh Peternakan Lapangan dan RPH. Mengingat pada umumnya pihak-pihak dimaksud diperkirakan tidak terbiasa terlibat di dalam kegiatan terkait sistem informasi, kemungkinan akan terjadi kesulitan untuk memahami dan melaksanakan update dan input data yang diminta oleh sistem, namun diharapkan hal ini bisa diatasi dengan pelatihan yang intensif. Tentunya anggaran untuk pelatihan juga harus diperhitungkan dalam rencana biaya dan analisis kelayakan secara keuangan.
25
BAB V PENUTUP Demikianlah rancang bangun sistem informasi untuk mendukung pencapaian Program Swasembada Daging Sapi 2014 yang tentunya akan terus berlanjut setelah tercapainya sasaran program untuk terus mempertahankan swasembada yang telah terwujud. Mungkin penyelenggaraan sistem informasi ini memerlukan biaya dan usaha (effort) yang cukup besar, namun tentunya pengorbanan ini harus dibandingkan dengan manfaat dari sistem ini untuk mendukung tercapainya sasaran program yang selanjutnya akan memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat Peternak pada khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya.
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 19/Permentan/OT.140/2/2010 tanggal 5 Februari 2010 tentang Pedoman Umum Program Swasembada Daging Sapi 2014 2. Kementerian Pertanian-Direktorat Jenderal Peternakan. “Blue Print Program Swasembada Daging Sapi 2014”. Kementerian Pertanian, Republik Indonesia, Jakarta. 3. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur. “Petunjuk Teknis Pengumpulan Data Peternakan”. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur. (Tanpa tahun dan tanggal penerbitan, diunduh dari website www.disnak-jatim.go.id pada tanggal 30 Desember 2011). 4. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur. “Buku Petunjuk Pelaksanaan Pengumpulan Data Parameter Kelahiran dan Kematian Ternak Sapi Potong, Sapi Perah dan Kerbau Tahun 2011”. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur. (Tanpa Tahun dan tanggal, diunduh dari website www.disnak-jatim.go.id pada tanggal 30 Desember 2011). 5. O’ Brien, James A. dan Marakas, George M. 2011. “Management Information Systems, 10th Edition”. McGraw-Hill/ Irwin, New York 6. Wirawan, Marta. Pengumpulan Data Peternakan dengan Menggunakan Metode Registrasi di Kabupaten Sumbawa Besar (Laporan Hasil Kunjungan Lapangan). Sekretariat Direktorat Jenderal Peternakan, diakses dari www.ditjennak.go.id tanggal 30 Desember 2011 7. www.deptan.go.id , diakses pada tanggal 30 Desember 2011. 8. www.deptan.go.id/dinakkeswan_jateng ,diakses pada tanggal 30 Desember 2011. 9. www.disnak-jatim.go.id , diakses pada tanggal 30 Desember 2011 10. www.duniasapi.com , diakses pada tanggal 24 Januari 2012.
27