PENGGUNAAN VARIASI BAHASA DI KALIMANTAN SELATAN Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sosiolinguistik Dosen Pengampu Dr. H.LANGGENG BUDIONO, M.Pd.
Penyusun : Dony Ahmad Ramadhani (1372 0089)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB (PBA) SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Kata Pengantar
ﺑِ ْﺴ ِﻢ اﷲ اﻟﱠﺮ ْﲪ ِﻦ اﻟﱠﺮ ِﺣْﻴ ِﻢ Segala puji bagi Allah yang Pengasih lagi Maha Penyayang. Tuhan seru sekalian alam, karena atas limpahan taufik, hidayah serta Inayah-Nya jualah penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah keharibaan junjungan Nabi Muhammad SAW beserta seluruh keluarganya, sahabatnya dan para pengikutnya sampai hari akhir zaman. Alhamdulillah, dengan segala rahmat dan inayah-Nya makalah yang berjudul “Penggunaan Variasi Bahasa di Kalimantan Selatan” dapat terselesaikan dengan baik. Dalam penyusunan makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi arahan dan masukan yang berguna. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga makalah ini bermanfaat bagi peneliti dan pembaca pada umumnya.
Malang, 03 Januari 2014 Penulis,
ii
Daftar isi Halaman Halaman depan .......................................................................................i Kata pengantar ..................................................................................... ii Daftar isi .............................................................................................. iii BAB I : Pendahuluan Latar belakang masalah........................................................... 1 Rumusan masalah ................................................................... 2 Tujuan masalah ....................................................................... 2 BAB II : Pembahasan Variasi bahasa dari segi punutur di KAL-SEL ....................... 3 Variasi bahasa dari segi pemakaian di KAL-SEL .................. 7 BAB III : Penutup Kesimpulan ........................................................................... 9 Saran ................................................................................... 12
iii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah Manusia dikenal sebagai makhluk yang dinamis. Hal ini berbanding lurus dengan alat komunikasinya yang juga dinamis, yaitu bahasa. Manusia akan berbicara berbeda dalam konteks sosial yang berbeda. Hal ini tak lepas dari fungsi bahasa sebagai fungsi sosial, yaitu bagaimana fungsi tersebut digunakan untuk menyampaikan makna sosial yang terkandung di dalamnya. Hal ini dibahas dalam sosiolinguistik. Secara khusus ilmu ini membahasnya dalam ragam bahasa. Dalam kehidupan sosial masyarakat yang kompleks, wajar jika kemudian muncul berbagai macam variasi bahasa. Variasi bahasa tersebut memberikan informasi mengenai bagaimana bahasa itu bekerja, bagaimana hubungan sosial antara pembicara dan lawan bicara dalam sebuah komunitas, dan cara mereka saling memberi isyarat mengenai identitas sosial mereka melalui bahasa yang mereka gunakan. Variasi bahasa muncul karena adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang beragam dan para penuturnya yang heterogen. Ada dua pandangan mengenai variasi bahasa. Pertama, variasi sebagai akibat dari keragaman sosial penutur bahasa itu dan keragaman fungsi bahasa itu. Dengan kata lain, variasi bahasa itu muncul karena adanya keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa. Kedua, variasi bahasa itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beragam. Dalam prespektif sosiolinguistik, bahasa tidak hanya dipandang sebagai fenomena individual, tetapi merupakan fenomena sosial. Sebagai fenomena sosial, bahasa dan pemakaiannya juga ditentukan oleh faktor-faktor nonlinguistik, antara lain:
1
Faktor-faktor sosial: status sosial, tingkat pendidikan, umur, tingkat ekonomi, jenis kelamin, dan sebagainya.
Faktor-faktor situasional: siapa berbicara dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan, di mana, dan mengenai masalah apa.
Walaupun bahasa mempunyai sistem dan subsistem yang dipahami sama oleh semua penutur bahasa yang bersangkutan. Namun, karena penutur bahasa merupakan kumpulan manusia yang heterogen, bahasa tersebut menjadi bervariasi. Hal ini juga disababkan oleh interaksi sosial yang beragam. Setiap kegiatan memerlukan juga menyebabkan terjadinya keragaman bahasa tersebut. Keragaman ini akan semakin bertambah jika bahasa tersebut digunakan oleh penutur yang sangat banyak, dan dalam wilayah yang sangat luas. Seperti bahasa Inggris yang digunakan hampir di seluruh dunia tentu ragamnya juga bervariasi. Termasuk di Kalimantan Selatan, Kalimantan Selatan merupakan daerah yang dekat dengan garis katulistiwa dan dikenal daerah yang memiliki banyak pepohonan, tentunya hal ini memiliki peran dalam lingkungan sosialnya, terutama dalam bahasa.
B.
Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang akan dibahas adalah : Bagaimana penggunaan variasi bahasa di Kalimantan Selatan ?
C.
Tujuan Pembahasan Adapun tujuan dari pembahasan ini adalah : Mengetahui penggunaan variasi bahasa di Kalimantan Selatan
2
BAB II Penggunaan variasi bahasa di Kalimantan Selatan
Penggunaan bahasa disetiap daerah tentunya memiliki perbedaan, hal ini salah satunya disebabkan oleh perbedaan kultur budaya, keadaan lingkungan seperti masyarakat yang tempat tinggalnya di daerah pesisir memiliki perbedaan dengan masyarakat yang berada di daerah perkotaan dan sebagainya. oleh karena itu, penulis akan membahas secara singkat tentang penggunaan variasi bahasa di kalimantan selatan yang katanya irama suara orang-orang disana hampir mirip dengan orang sunda, hal ini dibuktikan dengan pernyataan yang disampaikan oleh Mr. Heri.1 Bahasa yang digunakan masyarakat kalimantan adalah bahasa banjar, bahasa ini diklaim merupakan rumpun dari bahasa melayu dan termasuk dalam bagian bahasa tersebut, hal ini dapat dibuktikan dengan buku-buku yang ditulis oleh orang-orang Kalimantan Selatan menggunakan bahasa melayu pada masa penjajahan sampai sekarang menggunakan tulisan arab seperti
"ﺑﺮﻣﻮﻻ ﳏﻤﺪ اﻳﺘﻮ
" ﺗﻴﺪورdibaca “bermula muhammad itu tidur”, tulisan ini dinamakan arab melayu, walaupun bahasa banjar sekarang berbeda dengan bahasa ini, namun tidak semuanya, masih ada dari bahasa-bahasa tersebut yang masih digunakan, dan buku-buku dalam bahasa melayu masih dipakai sampai sekarang. Bahasa banjar seperti bahasa-bahasa lainnya memiliki variasi dalam penggunaannya, dan akan dijelaskan penulis sebagai berikut : A. Variasi bahasa dari penutur 1.
Variasi bahasa idiolek Idiolek ini lebih menekankan kepada warna suara yaitu berhubungan
dengan bunyi dari suara itu sendiri. Di kalimantan Selatan jika dilihat dari segi warnanya dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu tingkat ketinggian suara dan irama yang dikeluarkan ketika melakukan pembicaraan. 1
Pimpinan English Course Melbourne di Pare (Kediri), disampaikan tahun 2012 di kediri
3
Ketinggian suara Apabila dilihat dari tingkat ketinggian suara, masyarakat kalimantan selatan memiliki dua jenis, suara rendah dan suara sedang, namun kebanyakan masyarakat yang memilki suara rendah adalah masyarakat daerah perkotaan, sedangkan pemilik suara sedang lebih didominasi oleh masyarakat pedalaman.
Irama suara Irama merupakan sesuatu yang tidak akan lepas dari suara, karena semua daerah akan memiliki iramanya masing-masing dalam berbicara, hal ini dapat dibuktikan dengan keadaan kultur budaya di kalimantan. Kalimantan Selatan itu sendiri memiliki tiga jenis irama : Cepat : Sepengetahuan penulis masyarakat yang menggunakan irama ini adalah daerah Bitin (Kabupaten Hulu Sungai Utara), mareka cepat bukan hanya ketika berbicara, namun juga ketika membaca sehingga sebagian orang yang tidak terbiasa dengan hal ini akan sulit untuk memahami bahasa secara keseluruhan Sedang : Pemilik irama ini adalah daerah Tanjung, Amuntai, Kandangan, Martapura, Banjar Baru dan Banjarmasin. Irama ini merupakan irama yang paling enak didengar oleh semua kalangan karena sesuai dengan kapasitas pendengaran pada umumnya. Pelan : Sejauh ini pemilik dari Irama Pelan adalah daerah Kelua (Kabupaten Tabalong), irama dari daerah ini cenderung mempunyai lagu dan ciri khas tersendiri yang mungkin sangat jarang ada di daerah lain, contohnya : apabila ingin mengatakan berapa, bukan seperti kebanyakan orang mengatakan kata tersebut,
namun
masyarakat
Kelua
akan
menyebutnya
barapeeaaaa (ada sedikit penekanan pada huruf “pee” sampai leher bagian bawah, kemudian iramanya naik ketika sampai pada huruf “aaa”) 2.
Variasi bahasa dialek
4
Yakni variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relative, yang berada pada satu tempat, wilayah, atau area tertentu. Karena dialek ini didasarkan pada wilayah atau area tempat tinggal penutur, maka dialek ini lazim disebut dialek areal, dialek regional atau dialek geografi. Kalimantan Selatan sebenarnya memiliki bahasa yang bermacam-macam namun sampai saat ini tidak ada penamaan khusus untuk variasi bahasa tersebut, semua orang akan bilang dengan satu nama saja yaitu bahasa banjar. Jika diteliti dari sejarah, Kalimantan Selatan merupakan bahasa yang mempunyai kemiripan dengan bahasa melayu, hal ini dapat dibuktikan dengan karangan Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari dengan bukunya “Sabilal Muhtadin” yang katanya buku ini juga dipake oleh masyarakat Thailand Selatan yang mayoritas Muslim dan berbahasa melayu.2 Masyarakat Kalimantan sendiri memiliki tiga jenis bahasa dalam penggunaannya, yaitu : Lembut
: Bahasa ini biasanya digunakan apabila berbicara
dengan orang yang lebih tua sebagai tanda hormat, contohnya : jika dalam bahasa Indonesia “kamu”, maka dalam bahasa banjar “pian” Agak kasar
: Bahasa ini biasanya digunakan untuk temen
sebaya atau lainnya, namun sudah jarang digunakan, dari pengamatan penulis bahasa ini hanya digunakan di daerah Banjar Baru dan sekitarnya. Contohnya : jika dalam bahasa Indonesia “kamu”, maka dalam bahasa banjar “nyawa” dan kalau “saya” dalam bahasa banjarnya adalah “unda”. Kasar
: Bahasa ini biasanya digunakan untuk temen
sebaya dan lainnya, dan dapat dibagi menjadi dua bagian, pedalaman dan perkotaan. Masyarakat yang masih dalam ruang lingkup pedalaman biasanya memakai kata “kau”, dibaca “kawu” artinya “kamu”. Adapun masyarakat yang sudah terpengaruh daerah perkotaan akan memakai kata “kam”, namun ada juga yang memberi 2
Disampaikan oleh ahli sejarah Thailand Selatan di Sekolah Tinggi Ilmu Al Quran Amuntai (Kalimantan Selatan), Tahun 2012
5
tambahan huruf “i” di depannya menjadi “ikam” dengan arti “kamu”, kata “ikam” sering digunakan pada awal kalimat, contoh : ikam handak kamana (kamu mau kemana). 3.
Variasi bahasa kronolek atau dialek temporal Yaitu variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial pada masa
tertentu. Umpamanya variasi bahasa Indonesia pada masa tahun tiga puluhan, tahun lima puluhan, dan variasi yang digunakan pada masa kini. Yang mana variasai ketiga zaman itu tentunya berbeda, baik dari segi lafal, ejaan, morfologi maupun sintaksisVariasi bahasa sosiolek. apabila dilihat dari kitab “Sabilal Muhtadin” yang dikarang pada masa penjajahan dulu dan buku gramatika bahasa arab “Is’af At Thalibin” dengan bahasa melayu, dan dibuat sendiri oleh orang Banjar, maka bahasa banjar dapat dibagi menjadi dua macam jika dilihat dari masanya, yaitu Banjar klasik (melayu) : Bahasa ini dapat dilihat pada kitab-kitab yang kebanyakannya berhubungan dengan keagamaan, mesyarakat kalimantan selatan menamakan kitab-kitab ini dengan nama kitab arab melayu dan masih ada sampai sekarang serta banyak digunakan pondok pesantren salaf dan majelis-majelis ilmu, namun tidak digunakan dalam percakapan sehari-hari. Contoh dari bahasa ini adalah “bermula” artinya berawal Banjar modern
: Bahasa ini dapat dilihat dari percakapan
sehari-hari dan bahasa banjar ini tidak hanya digunakan masyarakat Kalimantan Selatan saja sebagai pemilik, namun sekarang digunakan diberbagai daerah kalimantan lainnya, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Contohnya : “pamulaan” artinya berawal atau pertama. 4.
Variasi bahasa sosiolek Yakni variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas
sosial para penuturnya. Variasi ini menyangkut semua masalah pribadi para penuturnya, seperti usia, pendidikan, seks, pekerjaan, tingkat kebangsawanan, keadaan sosial ekonomi, dan lain-lainya.
6
Dalam hal variasi bahasa dari segi sosiolek dapat dibagi beberapa macam : Orang tua
: Biasanya lebih ditekankan menggunakaan bahasa
yang menurut masyarakat Kalimantan Selatan bahasa halus (lembut) sebagai penghormatan, “kamu” dengan bahasa banjarnya “pian”. Pejabat/pemuka masyarakat dan agama : Apabila acara formal, biasanya menggunakan bahasa indonesia, namun jika tidak, menggunakan bahasa banjar (bahasa halus) serta perkataan yang bersifat permohonan, bukan perintah Pendidikan
: Masyarakat Kalimantan Selatan masih banyak
yang menggunakan bahasa banjar dalam pendidikan di sekolah, dan terkadang dicampur dengan bahasa Indonesia 5.
Variasi bahasa berdasarkan usia Variasi bahasa berdasarkan usia yaitu varisi bahasa yang digunakan
berdasarkan tingkat usia, maka dari segi usia dapat dibedakan menjadi dua bagian : Dari segi bahasa
Muda
: menggunakan bahasa apa saja dalam bahasa
banjar, seperti : ulun, unda.
Tua
: menggunakan bahasa halus (lembut), seperti : ulun
Dari segi pemakaian
Muda
: kata-kata bersifat apa saja, baik berupa perintah,
ajakan dan permohonan
Tua
: kata-kata harus bersifat ajakan disertai pujian,
tidak dianjurkan menggunakan kata perintah
B. Variasi bahasa dari segi pemakaian Bukan hanya jurnalistik saja yang memiliki ciri khas dalam bahasa, tetapi setiap daerah juga memiliki kata-kata yang menjadi ciri khas tersendiri dan hanya diketahui oleh orang-orang dalam lingkungan tersebut. Bahasa banjar merupakan
7
bahasa yang paling mirip dengan bahasa indonesia, contoh, kata “jalan-jalan” dalam bahasa banjar “bajalanan, “main-main” dalam bahasa banjar “ bamainan”, “bersama” dalam bahasa banjar “basamaan”, selain itu juga mayoritas kalimantan selatan suku berdagang, tidak mengherankan bahasa banjar begitu dikenal dan digunakan oleh sebagian orang yang bukan berasal dari Kalimantan Selatan, bahasa banjar merupakan bahasa yang ringkas dan tidak berbelit-belit, namun tentunya tetap memiliki perbedaan disetiap lingkungannya, karena memiliki perbedaan keadaan dan sosial masyarakat. Dalam pemakaiannya orang-orang yang bukan berasal dari Kalimantan Selatan harus berhati-hati menggunakan bahasa ini, hal ini disebabkan ada sebagian bahasa indonesia bagus artinya namun tidak demikian dalam bahasa banjar, contoh, saya butuh kamu, kata yang bergaris bawah jika diartikan dalam bahasa banjar maknanya adalah alat kelamin, oleh karena itu orang-orang lebih sering menggunnakan kata “perlu” dan kata ini dalam bahasa banjarnya “mamarluakan”, kemudian kata “kawasaki” ini adalah merk dari salah satu kendaraan bermotor, namun jika diartikan kedalam bahasa banjar, kata ini berhubungan dengan seks, dengan berbagai contoh di atas masyarakat yang bukan berasal dari daerah ini diharapkan berhati-hati dalam pemakaian bahasa dan alangkah lebih bagusnya mengetahui sedikit tentang keadaan bahasa ini terlebih dahulu sebelum bergabung dalam komunitas masyarakat banjar. Namun biasanya jikalau masyarakat banjar mengetahui orang baru di lingkungannya tidak dapat berbahasa banjar dan tidak mengetaui bagaimana bahasa banjar, kesalahan dalam pemakaian bahasa seperti ini dapat dimaklumi oleh masyarakat disana.
8
BAB III Penutup
A. Kesimpulan Bahasa banjar merupakan bahasa yang unik dan hampir memiliki kemiripan dengan bahasa indonesia, karena bahasa bahasa merupakan bagian dari rumpun bahasa melayu. Namun begitu, tetap memiliki perbedaan, baik dalam segi penggunaan ataupun bahasa itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh berubahnya zaman dan keadaan sosial. Bahasa banjar memiliki penggunaan variasi seperti bahasa-bahasa lainnya, hanya saja bahasanya yang berbeda, tetapi jenis variasinya tetap sama (idolek, dialek, sosiolek dan lainnya), adapun penggunaan itu adalah : 1.
Dari segi penutur
Variasi bahasa idiolek Setidaknya terbagi menjadi dua macam Ketinggian suara o
Dari segi ini terbagi menjadi 2, yaitu : suara rendah dan sedang
Irama o
Adapun dari segi irama terbagi menjadi tiga bagian, yaitu : cepat, sedang dan pelan (lambat)
Variasi bahasa dialek Masyarakat Kalimantan sendiri memiliki tiga jenis bahasa, yaitu : Lembut
: Bahasa ini biasanya digunakan apabila berbicara
dengan orang yang lebih tua sebagai tanda hormat, contohnya : jika dalam bahasa Indonesia “kamu”, maka dalam bahasa banjar “pian”
9
Agak kasar : Bahasa ini biasanya digunakan untuk temen sebaya atau lainnya, namun sudah jarang digunakan, dari pengamatan penulis bahasa ini hanya digunakan di daerah Banjar Baru dan sekitarnya. Contohnya : jika dalam bahasa Indonesia “kamu”, maka dalam bahasa banjar “nyawa”. Kasar
: Bahasa ini biasanya digunakan untuk temen
sebaya dan lainnya, dan dapat dibagi menjadi dua bagian, pedalaman dan perkotaan. Masyarakat yang masih dalam ruang lingkup pedalaman biasanya memakai kata “kau”, dibaca “kawu” artinya “kamu”. Adapun masyarakat yang sudah terpengaruh daerah perkotaan akan memakai kata “kam”, namun ada juga yang memberi tambahan huruf “i” di depannya menjadi “ikam” dengan arti “kamu”, kata “ikam” sering digunakan pada awal kalimat, contoh : ikam handak kamana (kamu mau kemana).
Variasi bahasa kronolek atau dialek temporal Terbagi 2 masa Banjar klasik (melayu)
: Bahasa ini dapat dilihat pada kitab-
kitab yang kebanyakannya berhubungan dengan keagamaan, mesyarakat kalimantan selatan menamakan kitab-kitab ini dengan nama kitab arab melayu dan masih ada sampai sekarang serta banyak digunakan pondok pesantren salaf dan majelismajelis ilmu, namun tidak digunakan dalam percakapan seharihari. Contoh dari bahasa ini adalah “bermula” artinya berawal Banjar modern
: Bahasa ini dapat dilihat dari
percakapan sehari-hari dan bahasa banjar ini tidak hanya digunakan masyarakat Kalimantan Selatan saja sebagai pemilik, namun sekarang digunakan diberbagai daerah kalimantan lainnya, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Contohnya : “pemulaan” artinya berawal atau pertama.
10
Variasi bahasa sosiolek Variasi bahasa dari segi sosiolek dapat dibagi beberapa macam : Orang tua : Biasanya lebih ditekankan menggunakaan bahasa yang menurut masyarakat Kalimantan Selatan bahasa halus (lembut) sebagai penghormatan Pejabat/pemuka masyarakat dan agama : Apabila acara formal, biasanya menggunakan bahasa indonesia, namun jika tidak, menggunakan bahasa banjar (bahasa halus) serta perkataan yang bersifat permohonan, bukan perintah Pendidikan : Masyarakat Kalimantan Selatan masih banyak yang menggunakan bahasa banjar dalam pendidikan di sekolah, dan terkadang dicampur dengan bahasa Indonesia
Variasi bahasa berdasarkan usia Dari segi bahasa Muda
: menggunakan bahasa apa saja dalam bahasa banjar,
seperti ulun, unda. Tua
: menggunakan bahasa halus (lembut), seperti : ulun
Dari segi pemakaian Muda
: kata-kata bersifat apa saja, baik berupa perintah, ajakan
dan permohonan Tua
: kata-kata harus bersifat ajakan disertai pujian, tidak dianjurkan menggunakan kata perintah
2.
Variasi bahasa dari segi pemakaian Bukan hanya jurnalistik saja yang memiliki ciri khas dalam bahasa, tetapi
setiap daerah juga memiliki kata-kata yang menjadi ciri khas tersendiri dan hanya diketahui oleh orang-orang dalam lingkungan tersebut. Bahasa banjar merupakan bahasa yang paling mirip dengan bahasa indonesia, selain itu juga
11
mayoritas kalimantan selatan suku berdagang, tidak mengherankan bahasa banjar begitu dikenal dan digunakan oleh sebagian orang yang bukan berasal dari Kalimantan Selatan, bahasa banjar merupakan bahasa yang ringkas dan tidak berbelit-belit, namun tentunya tetap memiliki perbedaan disetiap lingkungannya, karena memiliki perbedaan keadaan dan sosial masyarakat.
B. Saran Dalam hal ini, penulis menyarankan agar para pengamat sosial ataupun orang-orang yang hidup dalm nuansa pendidikan nantinya selalu memperhatikan keadaan sosial sebelum melakukan suatu tindakan, agar tidak terjadi salah paham dalam kehidupan masyarakat.
12