1
MODEL TRANSPORTASI TERPADU PENGIRIMAN REMPAH-REMPAH DARI HILA (MALUKU TENGAH) MENUJU ROTTERDAM (BELANDA) R. Aditya Jalasena Jiwandhono(1), Setyo Nugroho (2) Mahasiswa Jurusan Teknik Perkapalan Program Studi Transportasi Laut ITS (2) Staff Pengajar Program Studi Transportasi Laut ITS Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail:
[email protected],
[email protected] (1)
Abstrak - Maluku Tengah merupakan wilayah penghasil rempah-rempah khususnya pala dan cengkeh terbesar di Indonesia. Banyak komoditas tersebut yang diekspor menuju luar daerah bahkan hingga ke luar negeri. Salah satu importir pala dan cengkeh dari Maluku tengah adalah Belanda. Sedangkan eksportir pala dan cengkeh yang terdapat di Maluku Tengah adalah PT “O”, sebuah perusahaan eksportir pala dan cengkeh yang terletak di Negeri Hila, Maluku tengah. Selama ini, pengiriman muatan pala dan cengkeh dari titik-titik awal produksi dan panen kedua komoditas dilakukan dengan biaya yang mahal. Hal tersebut dilihat dari fasilitas pelabuhan di titik awal dan moda transportasi yang mendukung pengiriman komoditas tersebut. Sedangkan untuk pengiriman dengan kemasan berbeda seperti petikemas 10 FT masih belum bisa diaplikasikan di wilayah-wilayah tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan asumsi bahwa pengiriman dapat dilakukan dengan kemasan berbeda seperti petikemas 10 FT dan petikemas 20 FT. Selain itu dilakukan pemodelan optimasi pada rute pengiriman titik awal hingga Hila dengan bantuan solver dari salah satu program komputer. Dari hasil perhitungan, diketahui beberapa solusi dari skenario pemilihan kemasan dan optimasi rute pengiriman. Kata kunci: rempah-rempah, model optimasi, perencanaan rute, Maluku Tengah, transportasi laut.
I. PENDAHULUAN
D
i dunia, Maluku dikenal sebagai The Moluccas, yang berarti Pulau Rempah - Rempah. Indonesia termasuk ke dalam daftar negara produsen rempah-rempah utama dunia. Negara-negara tersebut antara lain adalah India, Cina, Banglades, dan negara-negara lainnya. Penghasil rempahrempah utama di Indonesia merupakan kawasan kepulauan Maluku. Salah satu jenis rempah-rempah yang terkenal adalah pala, salah satu bumbu primadona masyarakat Belanda. Rempah-rempah Pala di Belanda paling banyak diimpor dari Kepulauan Maluku, Indonesia. Dalam penelitian Tugas Akhir ini, dilakukan studi tentang pengiriman rempah-rempah khusunya pala dan cengkeh dari berbagai sumber di Maluku Tengah ke sebuah perusahaan eksportir pala dan cengkeh di Maluku. Sebagai basis atau titik produksi rempah-rempah tersebut adalah sebuah perusahaan di Hila Maluku Tengah. Perusahaan tersebut adalah PT. “O”, sebagai perusahaan Perseroan Terbatas (PT) di pulau Ambon, Maluku. PT. “O” merupakan perusahaan eksportir yang didirikan pada tahun
2006 oleh keluarga asal Maluku yang lama menetap di Belanda. Selain pala PT. “O” juga perusahaan pengekspor cengkeh, namun pengeksporan cengkeh yang dilakukan PT. “O” berakhir pada tahun 2008 dengan jumlah 11 Ton. Per tahun, perusahaan keluarga Ambon-Belanda ini, mengirim 160 ton biji Pala ke negeri Belanda dengan nilai omset 15 milyar Rupiah. Di dalam pengiriman pala, PT. “O” bekerjasama dengan Verstegen Spices and Sauces BV, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan rempahrempah di kota Rotterdam (Belanda). Dalam hal pengiriman rempah-rempah khususnya pala oleh PT. “O”, penting diperhatikan dalam hal pemilihan angkutan yang sesuai dalam pemuatan pala mulai dari segi jenis alat angkut yang digunakan hingga ukuran dari alat angkut yang digunakan. Hal ini sangat penting sekali di karenakan pemilahan alat angkut yang sesuai nantinya dapat memperkecil biaya transportasi khususnya biaya transportasi laut. Selama ini PT. “O” melakukan pengiriman pala dan cengkeh dari Titik Awal produksi ke Desa Hila hingga ke Pelabuhan Ambon dengan truk dan kapal motor sebagai moda transportasi melalui akses jalan dan fasilitas pelabuhan titik awal muatan yang kurang baik. Proses pengiriman pala dan cengkeh tersebut dilakukan dengan biaya yang mahal. Sehingga dibutuhkan solusi yang sesuai dengan keadaan yang ada. Salah satu solusi yang dapat ditawarkan adalah dengan mengganti kemasan muatan dan juga melakukan optimasi pada pemilihan rute pengiriman. Tugas Akhir ini bertujuan untuk menentukan pemilihan kemasan muatan baik dari titik awal pengiriman hingga Hila sampai Hila hingga Surabaya. Selain itu dilakukan pula penentuan perencanaan rute pengiriman dari titik awal hingga titik kumpul dengan menggunakan metode optimasi. Metode tersebut dilakukan dengan bantuan tools dari salah satu program komputer. II. LANDASAN TEORI A. Biaya Transportasi Laut Biaya Transportasi Laut dibagi menjadi 4 jenis yaitu: 1. Biaya Modal (Capital Cost) Biaya modal adalah harga kapal pada saat dibeli atau dibangun. Biaya ini juga mencakup nilai depresiasi kapal sesuai dengan umur ekonomisnya, besarnya angsuran per tahun, beserta bunga pinjaman untuk pengadaan kapal.
2 2. Biaya Operasional (Operational Cost) Biaya operasional adalah biaya-biaya tetap yang dikeluarkan untuk aspek-aspek operasional sehari-hari kapal untuk membuat kapal selalu dalam keadaan siap berlayar. Yang termasuk biaya operasional adalah biaya ABK, perawatan dan perbaikan, perbekalan, bahan makanan, minyak pelumas, asuransi dan administrasi. OC = BA + PB + PP + AS + AD Keterangan : OC = Biaya Operasional BA = Biaya ABK PB = Perbekalan PP = Perawatan dan Perbaikan AS = Asuransi AD = Administrasi 3. Biaya Pelayaran (Voyage Cost) Biaya pelayaran adalah biaya-biaya variabel yang dikeluarkan kapal untuk kebutuhan selama pelayaran. Komponen-komponen biaya pelayaran adalah bahan bakar untuk mesin induk dan mesin bantu, ongkos-ongkos pelabuhan, pemanduan dan tunda. BP = BB + BL Keterangan : BP = Biaya Pelayaran BB = Biaya Bahan Bakar BL = Biaya Pelabuhan 4. Biaya Bongkar Muat (Cargo Handling Cost) Biaya bongkar muat mempengaruhi juga biaya pelayaran yang harus dikeluarkan oleh perusahaan pelayaran. Kegiatan yang dilakukan dalam bongkar muat terdiri dari stevedoring, cargodoring, receiving/delivery. [2] B. Proses Optimasi Suatu proses untuk mendapatkan satu hasil yang relatif lebih baik (maksimumkan/minimumkan) dari beberapa kemungkinan hasil yang memenuhi syarat berdasarkan batasan-batasan yang diberikan atau tertentu. Dalam melakukan suatu proses optimasi terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain ; variabel, parameter, konstanta, batasan, dan fungsi objektif. Berbagai hal di atas nantinya berfungsi sebagai acauan dalam melakukan proses optimasi. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut : A. Variabel merupakan harga-harga yang akan dicari dalam proses optimisasi. B. Parameter adalah harga yang tidak berubah besarnya selama satu kali proses optimisasi karena adanya syarat-syarat tertentu. Atau dapat juga suatu variabel yang diberi harga. Data tersebut dapat diubah setelah satu kali proses untuk menyelidiki kemungkinan terdapatnya hasil yang lebih baik. C. Batasan adalah harga-harga atau nilai-nilai batas yang telah ditentukan baik oleh perencana, pemesan, peraturan, atau syarat-syarat yang lain. D. Fungsi Objectif merupakan hubungan dari keseluruhan atau beberapa variabel serta parameter yang harganya akan dioptimumkan. Fungsi tersebut dapat berbentuk linear, non linier, atau gabungan dari keduanya dengan fungsi yang lain.
Secara umum, fungsi atau persamaan dari suatu optimasi dapat dituliskan seperti berikut: 𝑀𝑎𝑥 𝑀𝑖𝑛 𝑍 = 𝑋 + 𝑌
Subject to : x1 + x2 ≤ a x2 ≤ b
}
Fungsi Objektif
Batasan
III. URAIAN PENELITIAN Berikut ini adalah alur dari kegiatan yang dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan dalam penelitian ini: A. Identifikasi dan Perumusan Masalah Dimulai adanya isu permasalahan dari sebuah perusahaan penjual rempah-rempah di Rotterdam sebagai importir khususnya pala dan cengkeh komoditas Ambon. Dari isu ini timbul beberapa permasalahan seperti Bagaimana proses pengiriman dan penanganan rempah-rempah dari titik awal atau titik panen di wilayah Maluku Tengah hingga ke Hila (Titik Produksi) hingga proses logistik dari pengiriman titik produksi hingga ke Rotterdam Belanda. Sedangkan permasalahan lain yang menjadi fokus dari penelitian adalah pemilihan kemasan muatan dan pemilihan rute yang paling optimal dari masing-masing titik awal hingga ke titik produksi. B. Pengumpulan Data Butuh pengumpulan data baik data sekunder berupa referensi dari internet, ataupun data premier berupa survey langsung di beberapa instansi dan perusahaan di Surabaya ataupun Ambon yang terlibat langsung dalam proses ini. Pengumpulan data primer dilakukan penulis dengan melakukan pengamatan di daerah penelitan, atau wawancara langsung dengan para pekerja di PT Ollop, di Pelabuhan Ambon, hingga pihak-pihak yang terkait dengan proses pengiriman pala dari titik-titik panen yang tersebar di Maluku tengah. Sedangkan pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mencari informasi atau referensi melalui internet. C. Interpretasi Data Data-data yang didapat dari pengumpulan data digunakan sebagai rujukan untuk memulai pemikiran tentang langkahlangkah yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan di atas. D. Analisa dan Pembahasan Ide solusi yang ada ini dibagi menjadi beberapa bagian untuk tiap permasalahannya dengan tujuan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di atas seperti menggunakan analisis perhitungan excel untuk menghitung perbandingan biaya transportasi dari titik awal hingga titik produksi. Kemudian data-data yang ada di analisis dan dilakukanberbagai macam optimasi. Sehingga akan muncul sebuah penyelesaian permasalahan serta perhitungan-perhitungan dari permasalahan di atas
3 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah melalui tahap pengolahan data, maka akan diperoleh hasil serta pembahasannya. A. Perhitungan SkenarioKemasan Muatan dari Titik Awal Menuju Titik Produksi (Hila) Dalam perhitungan skenario pengiriman dari titik awal hingga ke Hila, dilakukan beberapa skenario dengan kemasan yang berbeda. Mulai dari pengiriman wilayah pulau Seram menuju Amahai dengan kemasan karung melalui darat hingga kemasan peti kemas berukuran 10 FT. Dimana peti kemas berukuran 10 FT tersebut diasumsikan melayani pengiriman melalui darat dengan menggunakan truk berukuran sedang. Ada dua opsi pengiriman. Perhitungan skenario dengan opsi 1 yaitu dari Titik Awal hingga Titik Kumpul menggunakan kemasan karung, begitu pula dari titik kumpul hingga Hila. Dimana titik kumpul muatan berada di pelabuhan Tulehu Maluku Tengah. Namun untuk wilayah Banda tetap dikirim melalui Pelabuhan Yos Sudarso Ambon dengan menggunakan kapal general cargo.
wilayah Banda tetap dikirim melalui Pelabuhan Yos Sudarso Ambon dengan menggunakan kapal general cargo semi petikemas. Tabel IV-2 Biaya total dan biaya satuan opsi 2 Opsi 2 Biaya Pengiriman Titik awal - Hila (Produksi) No
Variasi Muatan
Total Biaya (Rp)
Muatan (Ton)
Biaya Satuan Rp/Ton
1
Muatan Normal
226.903.227
241
942.485
512.591.853
2.408
212.915
828.551.938
4.815
172.077
1.206.790.732
7.223
167.088
1.523.125.587
9.630
158.165
1.899.971.776
12.038
157.838
2
10
3
20
4
30
5
40
6
50
Kali Muatan Normal Kali Muatan Normal Kali Muatan Normal Kali Muatan Normal Kali Muatan Normal
Tabel IV-1 Biaya total dan biaya satuan opsi 1
Sedangkan grafik biaya opsi 1 dapat dilihat pada gambar berikut.
Opsi 1 Biaya Pengiriman Titik Awal - Hila (Produksi)
1
Variasi Muatan
Total Biaya (Rp)
Muatan Normal
2
10
3
20
4
30
5
40
6
50
Kali Muatan Normal Kali Muatan Normal Kali Muatan Normal Kali Muatan Normal Kali Muatan Normal
Muatan (Ton)
Biaya Satuan Rp/Ton
101.941.951
241
423.435
485.400.595
2.408
201.620
696.653.914
4.815
144.684
1.050.015.627
7.223
145.381
1.369.537.901
9.630
142.216
1.689.714.735
12.038
140.371
Total Biaya Opsi 2
Rupiah
No
2.408 4.815 7.223 9.630 12.038 Ton
Gambar IV-2 Grafik Total Biaya Opsi 2 Berikut adalah grafik unit cost dari kedua opsi pada skenario kemasan muatan. Unit Cost Opsi 1 & 2 1.000.000 900.000
Total Biaya Opsi 1
241
2.408 4.815 7.223 9.630 12.038 Variasi Muatan (Ton)
Gambar IV-1 Grafik Total Biaya Opsi 1 Perhitungan skenario dengan opsi 2 yaitu dari Titik Awal hingga Titik Kumpul menggunakan kemasan karung, sedangkan dari titik kumpul hingga Hila menggunakan kemasan petikemas 10 FT. Dimana titik kumpul muatan berada di pelabuhan Tulehu Maluku Tengah. Namun untuk
800.000 700.000 Rp/Ton
Rupiah
Total Biaya Opsi 1
Total Biaya Opsi 2
241
Sedangkan grafik biaya opsi 1 dapat dilihat pada gambar berikut. 1.800.000.000 1.600.000.000 1.400.000.000 1.200.000.000 1.000.000.000 800.000.000 600.000.000 400.000.000 200.000.000 -
2.000.000.000 1.800.000.000 1.600.000.000 1.400.000.000 1.200.000.000 1.000.000.000 800.000.000 600.000.000 400.000.000 200.000.000 -
Unit Cost Opsi 2
600.000 500.000 400.000 300.000
Unit Cost Opsi 1
200.000 100.000 241
2.408 4.815 7.223 9.630 12.038 Variasi Muatan (Ton)
Gambar IV-3 Grafik Biaya Unit Perhitungan Skenario Kemasan Muatan
4
B. Model Optimasi Rute Pengiriman Titik Awal Hingga Hila (Titik Produksi) Pada bab selanjutnya, dilakukan perhitungan model optimasi pada rute pengiriman dari titik awal hingga Hila. Optimasi dilakukan dengan menggunakan add in dari Microsoft Excel yaitu Solver. Pada perhitungan model, dilakukan dua skenario, yaitu skenario muatan dan kondisi eksisting dan skenario dimana keadaan transportasi berubah dan setiap pulau di Maluku Tengah memiliki pelabuhan penunjang untuk kapal-kapal liner seperti kapal peti kemas dan kapal general cargo. Ada dua skenario, skenario pertama adalah optimasi rute eksisting. Sedangkan skenario kedua adalah optimasi rute dimana keadaan transportasi laut antar wilayah titik awal panen pala dan cengkeh berubah. Pada skenario kedua, pelabuhan-pelabuhan titik-titik awal memiliki fasilitas yang memadai dan dengan kapal-kapal besar dan melayani pelayaran liner. Digambarkan rute pengiriman yang sudah ada. Dari rute pengiriman muatan eksisting tersebut dilakukan beberapa perhitungan biaya transportasi lautnya. Biaya-biaya yang dihitung berdasarkan jenis kapal yang melayani penyeberangan antar daerah tersebut. Setalah dihitung biaya-biayanya maka dilakukan pemetaan muatan dengan membuat tabel matriks jarak antar wilayah. Tabel tersebut dibuat untuk mengetahui jarak masing-masing titik yang selanjutnya digunakan untuk menghitung biaya unit dan biaya transportasi total antar wilayah. Tabel IV-3 Jarak Pengiriman Jarak Pengiriman (nm) Saparua
Haruku
Amahai
Banda
Ambon
Tulehu
Nusa Laut
Jarak Nusa Laut
13,49
29,86
38,34
102,6
42,64
34,4
Saparua
13,49
Haruku
28,86
1,07
1,07
8,91
104,2
51,35
18,9
8,093
108,5
35,64
5,939
Amahai
38,34
8,91
8,093
59,01
64,8
44,81
Banda
102,6
104,23
108,5
59,01
129,9
124,2
Ambon
42,64
51,35
35,64
64,8
129,9
Tulehu
34,4
18,9
5,939
44,81
124,2
31,32 31,32
Setelah didapatkan tabel jarak, unit cost dan muatannya, maka dihitung biaya per titik dan dilakukan optimasi rute dengan program solver.
Tabel IV-4 Hasil Optimasi Rute Skenario 1
Hasil Optimasi Rute Asal Tujuan Jarak (nm) Biaya (Rupiah) Nusa Laut Saparua 13,49 2.351.881 Saparua Haruku 34,5 3.470.248 Haruku Tulehu 5,939 654.276 Amahai Haruku 44,81 32.152.407 Total Biaya (Rupiah) 38.628.812 Dari hasil solver tersebut dapat dilihat bahwa rute optimal adalah dari Nusa Laut menuju Saparua. Sedang Saparua dan Amahai menuju Haruku yang kemudian dari haruku dilanjutkan ke Tulehu sebagai titik pengumpul di dekat wilayah darat Hila. Hal tersebut berbeda dengan rute eksisting dimana dari Amahai langsung menuju Tulehu, tidak menuju Haruku terlebih dahulu. Biaya Pengiriman (Rupiah)
Dilihat dari grafik tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengemasan muatan yang paling optimum adalah dengan kemasan karung dari Titik Awal hingga ke Hila. Hal tersebut dilihat dari grafik unit cost yang dihasilkan dari perbandingan biaya masing-masing opsi. Dimana semakin banyak muatan yang diangkut (variasi muatan) maka semakin turun pula unit cost nya.
50.000.000 45.000.000 40.000.000 35.000.000 30.000.000 25.000.000 20.000.000 15.000.000 10.000.000 5.000.000 0
Rute Norm al Rute Opti mum Nusa Laut
Saparua Haruku Amahai
Titik Pengiriman Gambar IV-4 Grafik Perbandingan Rute Normal & Rute Optimum Skenario 1 Pada model optimasi rute pengiriman dari titik awal hingga Hila skenario kedua, dilakukan perhitungan matriks jarak dan juga perhitungan biaya unit masing-masing pengiriman. Skenario kedua adalah kondisi dimana potret transportasi laut di wilayah kepulauan Maluku Tengah berubah. Dimana fasilitas pelabuhan beserta kapal-kapal yang melayani pengiriman muatan masing-masing titik lebih baik seperti pelabuhan besar di Indonesia lainnya. Sedangkan jenis kapal yang ada dalam skenario kedua adalah kapal general cargo, kapal general cargo semi petikemas untuk petikemas 10 FT, dan kapal petikemas. Sehingga dengan kondisi potret transportasi laut yang berubah, maka sangat memungkinkan untuk pengiriman antar masing-masing titik dengan kapal besar seperti general cargo dan peti kemas. Dimana hal tersebut akan mempengaruhi unit cost atau unit biaya masingmasing titik pengiriman. Dimana pada skenario ke 2, dilakukan optimasi pembagian kemasan muatan terlebih dahulu. Kemasan-kemasan yang dipakai adalah petikemas 20 FT, petikemas 10 FT dan kemasan karung.
5 C. Perhitungan Skenario Pemilihan Kemasan Muatan Dari Hila (Ttitik Produksi) Hingga Surabaya Untuk Kegiatan Ekspor Rempah-Rempah
Tabel IV-5 Pembagian Kemasan Muatan Skenario 2 Pembagian Muatan (Normal)
No
Asal
FCL
FCL
LCL
20 FT
10 FT
Karung
(Ton)
(Unit)
(Unit)
(Ton)
Muatan
1
Nusa Laut
6,50
0
0
6,50
2
Saparua
10,50
0
1
1,64
3
Haruku
26,50
1
0
4,75
4
Amahai
93,42
4
0
6,42
5
Banda
22,67
1
0
0,92
6
Tulehu
119,92
5
1
2,31
Dalam bab selanjutnya, akan dilakukan perhitungan skenario pemilihan kemasan muatan dari pengiriman pala dan cengkeh dari desa Hila (Titik Produksi) hingga ke Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya untuk diekspor ke Belanda. Ada 5 (lima) opsi yang dilakukan. Dengan melakukan pembanding kemasan muatan baik kemasan muatan yang dipakai dari Hila menuju Pelabuhan Yos Sudarso Ambon maupun kemasan muatan yang digunakan dari Pelabuhan Yos sudarso Ambon menuju Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.
Tabel IV-6 Hasil Optimasi Rute Skenario 2
Hasil Optimasi Rute Asal Tujuan Jarak (nm) Biaya (Rupiah) Nusa Laut Saparua 13,49 208.503 Saparua Ambon 51,35 667.686 Haruku Tulehu 5,939 675.815 Amahai Tulehu 44,81 3.375.734 Banda Amahai 59,01 574.959 Total Biaya (Rupiah) 5.502.698
Total Biaya (Rupiah)
Dari hasil solver tersebut dapat dilihat bahwa rute optimal adalah dari Nusa Laut menuju Saparua. Kemudian dari Saparua menuju Haruku. Sedang dari Haruku dan Banda menuju Amahai terlebih dahulu yang dilanjutkan menuju Tulehu. 20.000.000 18.000.000 16.000.000 14.000.000 12.000.000 10.000.000 8.000.000 6.000.000 4.000.000 2.000.000 -
Gambar IV-6 Opsi 1 Skenario Pemilihan Kemasan Pengiriman Dari Hila Ke Surabaya
Gambar IV-7 Opsi 2 Skenario Pemilihan Kemasan Pengiriman Dari Hila Ke Surabaya
Rute Eksisti ng Rute Optim um
Gambar IV-8 Opsi 3 Skenario Pemilihan Kemasan Pengiriman Dari Hila Ke Surabaya
Titik Pengiriman Gambar IV-5 Grafik Perbandingan Rute Normal & Rute Optimum Skenario 2 Dari hasil grafik di atas, dapat dilihat bahwa rute hasil optimasi akan lebih murah dari segi biaya pengirimannya. Gambar IV-9 Opsi 4 Skenario Pemilihan Kemasan Pengiriman Dari Hila Ke Surabaya
6 V. KESIMPULAN/RINGKASAN Setelah dilakukan percobaan dan penelitian maka kesimpulan dari Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:
Gambar IV-10 Opsi 5 Skenario Pemilihan Kemasan Pengiriman Dari Hila Ke Surabaya
1.
Pada perhitungan skenario pemilihan kemasan muatan Titik Awal hingga ke Hila (titik produksi), kemasan yang paling optimal adalah dengan kemasan karung. Kemasan tersebut digunakan dari Titik Awal hingga ke Hila (titik produksi).
2.
Pada perhitungan model optimasi rute pengiriman dari Titik Awal hingga Hila (titik produksi), terdapat dua skenario. Skenario pertama dilakukan ddengan kondisi eksisting, dimana didapatkan kesimpulan bahwa rute optimal adalah dari Nusa Laut menuju Saparua, Amahai dan Saparua menuju Haruku terlebih dahulu dan dilanjutkan dari Haruku menuju Tulehu sebagai pelabuhan pengumpul.
3.
Pada perhitungan model optimasi rute pengiriman dari Titik Awal hingga Hila (titik produksi), skenario kedua dilakukan dengan kondisi yang berbeda. Dimana kondisi skenario kedua adalah kondisi transportasi laut yang berbeda dengan sekarang. Pelabuhan di masing-masing titik memiliki fasilitas yang bagus, begitupula dengan kapal-kapal yang singgah. Dari hasil optimasi, didapatkan kesimpulan bahwa rute optimal dalam skenario kedua adalah dari Nusa Laut menuju Saparua, Saparua menuju Ambon, Banda menuju Amahai, kemudian dari Haruku dan Amahai menuju Tulehu.
4.
Pada perhitungan skenario pemilihan kemasan muatan dari Hila (titik produksi) hingga ke Surabaya, disimpulkan bahwa opsi yang paling optimum pada pengiriman tersebut dalah opsi 5. Dimana dari Hila menuju Pelabuhan Yos Sudarso Ambon menggunakan petikemas 10 FT dengan moda transportasi truk, sedang dari Ambon menuju Surabaya dengan kemasan petikemas 20 FT dengan moda transportasi laut kapal petikemas.
Setelah dilakukan perhitungan dan didapatkan total biaya per opsi, dilakukan rekap biaya unit sesuai dengan opsi dan variasi masing-masing muatan. Dimana variasi muatan dilakukan dari 10 hingga 50 kali muatan normal. Berikut adalah grafik total biaya masing-masing opsi dalam skenario pemilihan kemasan muatan dari Hila hingga Surabaya. Tabel IV-7 Grafik Total Biaya Per Opsi Skenario Pemilihan Kemasan Muatan Dari Hila Menuju Surabaya Total Biaya Per Opsi 3.500.000.000 3.000.000.000
Rupiah
2.500.000.000
Opsi 1
2.000.000.000
Opsi 2
1.500.000.000 1.000.000.000
Opsi 3
500.000.000
Opsi 4
-
Opsi 5 Variasi Muatan (Ton)
Setelah itu dilakukan pula pembuatan grafik unit cost atau biaya unit per opsi. Namun karena keterbatasan cetak, maka grafik tersebut tidak dapat ditampilkan. Dari grafik tersebut (dalam laporan tugas akhir), dapat disimpulkan bahwa opsi yang paling optimum yang sesuai dengan perkembangan variasi muatan adalah opsi ke 5 (lima). Yaitu dengan penggunaan peti kemas berukuran 10 FT dari Hila (Titik Produksi) menuju Pelabuhan Yos Sudarso Ambon, yang dilanjutkan dengan pengiriman dari Ambon menuju Pelabuhan Tanjung perak Surabaya dengan kemasan petikemas 20 FT.
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, adik, dan seluruh keluarga. Terima kasih pula kepada bapak Fritz Blessing (LLLI-NL), bapak Chair Ollong (PT.Ollop), Michiel Sijpkens & Rikki Styadi, serta seluruh pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penelitian ini sehingga Penelitian ini dapat diselesaikan. DAFTAR PUSTAKA [1] Stopford, M. (1997). Maritime Economics (2nd ed.). London: Routledge. [2] Wijnolst, N., & Wergeland, T. (1997). Shipping.
Netherlands: Delft University Press.