METODE PENELITIAN Lokasi, Populasi, dan Sampel Lokasi Penelitian ini dilaksanakan bulan Juni sampai dengan Agustus 2007 berlokasi di Kecamatan Tutur Nongkojajar, Kabupaten Pasuruan, Propinsi Jawa Timur dan Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung. Lokasi dipilih dengan alasan: (1) Kecamatan Tutur Nongkojajar merupakan kecamatan yang paling banyak memiliki populasi sapi perah dan produksi susu yang tertinggi di Kabupaten Pasuruan dan Kecamatan Pangalengan merupakan kecamatan kedua yang memiliki populasi dan produksi susu setelah Lembang, di Kabupaten Bandung. (2) Kecamatan Tutur Nongkojajar, Kabupaten Pasuruan dan Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung memiliki syarat-syarat iklim yang sesuai untuk hidup dan berkembangnya sapi perah. (3) Secara umum, Kabupaten Pasuruan dengan Kabupaten Bandung merupakan dua daerah yang memiliki lingkungan sosial budaya yang berbeda.
Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2000: 55). Populasi penelitian adalah peternakan sapi perah rakyat, baik yang usaha tersebut menjadi mata pencaharian pokok maupun sampingan, yang menjadi anggota koperasi secara aktif, dan ada di Kecamatan Tutur Nongkojajar, Kabupaten Pasuruan, Propinsi Jawa Timur, serta Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat. Unit analisis penelitian adalah peternak sapi perah di Kecamatan Tutur Nongkojajar, Kabupaten Pasuruan dan Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung. Sampel adalah kelompok kecil yang diamati atau bagian kecil atau cuplikan dari populasi. Kesimpulan yang diperoleh dari sampel akan diberlakukan
85
untuk populasi, sehingga sampel yang diambil harus betul-betul representatif (Sugiyono, 2000: 56). Survei dilakukan dengan mengambil sampel dari populasi yang ada.
Penentuan sampel tiap grup dilakukan dengan sampling acak berstrata
(stratified random sampling). Pertama, menentukan jumlah Tempat Pelayanan Koperasi (TPK)/Tempat Penyetoran Susu (TPS) secara proporsional sebanyak 30 persen dari total TPK/TPS yang ada. Kedua, berdasarkan data yang ada di TPK/ TPS terpilih dilakukan pengacakan untuk pengambilan responden secara proporsional. KPSP ”Setia Kawan” memiliki Tempat Penyetoran Susu (TPS) sebanyak 13 buah yaitu Wonosari, Gendro, Tlogosari, Blarang, Kayukebek, Andonosari, Pungging, Tutur, Kalipucang, Sumberpitu, Ngembal, ngadirejo, dan Tempuran. Penentuan TPS terpilih sebanyak 30 persen dari TPS yang ada, terpilih secara acak empat TPS yaitu Tlogosari, Tutur, Wonosari, dan Blarang. Tahun 2006, jumlah anggota KPSP ”Setia Kawan” sebanyak 6.503 orang tetapi yang aktif mendapatkan pelayanan koperasi sebanyak 4.730 orang (75 persen). Berdasarkan data peternak yang aktif mendapatkan pelayanan koperasi, responden diambil sebanyak 125 orang secara acak proporsional yang tersebar di empat TPS. Sebaran sampel penelitian terlihat pada Tabel 3. Tabel 3. Sebaran Sampel Penelitian di Kecamatan Tutur Nongkojajar, Kabupaten Pasuruan No 1 2 3 4
Tempat Penampungan Susu Tlogosari Tutur Wonosari Blarang Jumlah
Jumlah Peternak (orang) 914 703 358 659
Jumlah Responden (orang) 43 34 17 31 125
KPBS Pangalengan memiliki 22 Tempat Pelayanan Koperasi (TPK) yaitu Pangkalan, Kebon Jambu, Lembangsari, Cipanas, Wates, Babakan Kiara, Pulosari, Wanasuka, Sukamenak, Los Cimaung, Goha, Citere, Lebak Saat, Bojong Waru, Norogtog, Ciawi, Pangalengan, Warnasari, Cipangisikan, Gunung Cupu, Cisangkuy, Cisabuk, Kertasari, Lodaya, Cihawuk, Cikembang, Citawa, Cibeureum,
86
Pintu dan Sukapura. Selanjutnya TPK dipilih secara acak sebanyak 30 persen, yaitu sembilan TPK yaitu: Wates, Cipanas, Lebak Saat, Wanasuka, Pangalengan, Gunung Cupu, Warnasari, Norogtog, dan Los Cimaung. Pada 31 Desember Tahun 2006, jumlah anggota KPBS Pangalengan sebanyak 7.100 orang tetapi yang aktif sebanyak 4.701 orang. Berdasarkan data peternak yang aktif mendapatkan pelayanan koperasi, sampel penelitian diambil sebanyak 125 orang secara acak proporsional yang tersebar di sembilan TPS. Sebaran sampel penelitian terlihat pada Tabel 4. Tabel 4. Sebaran Sampel penelitian di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tempat Penampungan Susu
Jumlah Peternak (orang)
Wates Cipanas Lebak Saat Wanasuka, Pangalengan Gunung Cupu Norogtog Los Cimaung Warnasari
254 214 167 191 49 300 14 207 235 Jumlah
Jumlah Responden (orang)
19 16 13 15 4 23 1 16 18 125
Desain Penelitian Penelitian ini didesain sebagai penelitian survei bersifat deskriptif kualitatif dan kuantitatif berdasarkan fakta, data, dan informasi yang diperoleh selama penelitian terhadap rumah tangga peternak sapi perah, individu, dan kelompok maupun instansi yang terkait dengan usaha sapi perah. Penelitian ini berupaya untuk menjelaskan dan menguraikan fenomena yang diamati, sehingga mensyaratkan adanya hipotesis penelitian yang selanjutnya dibuktikan melalui penelitian. Gambaran fenomena kompetensi kewirausahaan dan produktivitas peternak sapi perah ini berusaha dijelaskan dengan melihat keterkaitan-keterkaitan karakteristik dan lingkungan usaha yang diduga memiliki hubungan dengan kompetensi kewirausahaan dan produktivitas.
87
Data dan Instrumentasi
Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sampel penelitian, meliputi: (1) Karakteristik peternak yang unsur-unsurnya adalah pendidikan formal peternak (th), jumlah ternak yang dipelihara (ST), jumlah tanggungan keluarga (orang), lama beternak (th), kemampuan mengakses informasi, dan motivasi peternak. (2) Lingkungan usaha yang meliputi: persepsi peternak tentang dukungan lingkungan usaha yaitu: ketersediaan sarana, prasarana, informasi, kelembagaan peternak (kelompok dan koperasi), kelembagaan sosial, kelembagaan penyuluhan, dan kebijakan pemerintah. (3) Kompetensi kewirausahaan peternak meliputi kompetensi teknis, dan manajerial. (4) Produktivitas peternak yang meliputi: produktivitas ternak (kualitas dan kuantitas susu yang dihasilkan, keadaan kesehatan ternak sapi perah yang dipelihara peternak, dan selang beranak) dan kreativitas dan keinovatifan peternak dalam menghasilkan produk olahan susu, pemanfaatan limbah ternak, juga pemanfaatan sumberdaya yang tersedia disekitar peternakan untuk mengatasi keterbatasan pakan hijauan Setelah data primer terkumpul, dilanjutkan dengan wawancara mendalam dengan beberapa tokoh kunci untuk mengetahui lebih dalam aspek-aspek yang berkaitan dengan usaha sapi perah meliputi kebijakan pemerintah, dukungan dan kerja sama dalam kelompok, kondisi sosial budaya masyarakat serta norma-norma yang disepakati masyarakat. Data sekunder diperoleh dari catatan-catatan yang ada pada dinas-dinas terkait, mitra kerja peternak, koperasi-koperasi yang melakukan kerjasama dengan
88
peternak sapi perah, maupun catatan pada kelompok peternak sapi perah, serta perpustakaan, internet dan sumber-sumber lain yang terkait dengan penelitian ini. Data sekunder yang diperlukan meliputi: (1) Keadaan umum daerah penelitian, seperti geografis, iklim, demografi, sosial ekonomi, budaya, politik, iptek, sarana dan prasarana yang tersedia. (2) Perundang-undangan dan kebijakan yang terkait dengan peternakan sapi perah dan persusuan.
Instrumentasi Validitas Instrumen Menurut Umar (2004:99), validitas menunjukkan tingkat mana suatu alat pengukur mengukur hal-hal yang diukur. Validitas alat pengukur data dapat dikelompokkan kedalam beberapa jenis, yakni: validitas konstruksi, validitas isi, validitas prediksi, dan validitas eksternal. Pada penelitian ini validitas diuji berdasarkan validitas konstruksi. (a) Validitas Konstruksi Suatu konsep yang diteliti hendaknya dapat diurai dengan jelas konstruksi/ kerangkanya. Kerangka suatu konsep hendaknya valid. Dengan mengetahui kerangka tersebut, peneliti dapat menyusun tolak ukur operasional konsep tersebut. Upaya mencari kerangka konsep ditempuh berbagai cara, yaitu: Mencari definisi-definisi konsep yang dikemukakan para ahli dalam literatur. Sekiranya sudah ada definisi yang jelas dan dapat operasional dijadikan dasar penyusunan alat pengukur, maka definisi tersebut dapat langsung dipakai untuk menyusun pertanyaan dalam kuisioner. Bila definisi yang dikemukakan belum operasional, maka perlu dijabarkan lebih lanjut agar lebih operasional dan dapat dijadikan dasar penyusunan kuesioner. Seandainya definisi konsep yang ingin diukur tidak diperoleh dari literatur, peneliti harus mendefinisikan sendiri konsep tersebut. Penyusunan dan mewujudkan definisi tersebut ke dalam bentuk yang operasional,
89
peneliti disarankan untuk mendiskusikan konsep tersebut dengan para ahli yang kompeten di bidang tersebut. Jika para ahlipun tidak ditemukan, maka peneliti menanyakan definisi konsep yang akan diukur kepada calon responden, atau orang-orang yang memiliki karakteristik yang sama dengan responden. (b) Validitas Isi Validitas isi adalah suatu alat pengukur yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana isi alat ukur mewakili semua aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka konsep. (c) Validitas Prediktif Alat ukur yang dibuat peneliti sering kali dimaksudkan memprediksi yang akan terjadi di masa yang datang. Suatu instrumen dikatakan valid jika hasil pengukuran sesuai dengan tingkah laku atau gejala yang diramalkan. (d) Validitas eksternal Sebuah instrumen dikatakan memiliki validitas eksternal apabila hasil penelitian tersebut dapat digeneralisasikan, atau dapat diterapkan pada kelompok atau lingkungan lain. Gay (Sevilla dkk, 1993:100), menyatakan bahwa instrumen yang memiliki validitas eksternal yang baik apabila hasil studi yang menegaskan hubungan sebab-akibat diharapkan dapat ditegaskan kembali pada kelompok, kondisi dan waktu yang lain, sepanjang kondisi-kondisinya sama dengan studi yang telah dilakukan sebelumnya. Menghasilkan instrumentasi valid dan dapat diterapkan di berbagai tempat dan waktu maka peneliti dapat mengadopsi alat ukur yang diciptakan ahlinya dan telah terbukti validitasnya. Langkah-langkah menguji validitas kuesioner : (a) Mendefinisikan secara operasional konsep yang diukur. (b) Melakukan uji coba kuesioner pada 30 responden yang memiliki karakteristik relatif sama dengan calon responden penelitian. (c) Menghitung nilai korelasi antara data pada masing-masing pernyataan dan skor total dengan memakai rumus korelasi product moment :
90
r=
n(∑ XY ) − (∑ X ∑ Y )
[n∑ X
2
][
− (∑ X ) n∑ Y 2 − (∑ Y ) 2
2
]
(d) Membandingkan r-hitung dengan r-tabel. Jika r-hitung lebih besar dari r-tabel pada taraf nyata 0,05, berarti instrumen yang dibuat memenuhi kriteria validitas. Tabel 5. Hasil Validitas Instrumentasi Penelitian Variabel Kompetensi Teknis Kompetensi Manajerial Informasi, Sarana dan Prasarana Dukungan Lembaga Peternak Dukungan Lembaga Sosial Dukungan Lembaga Penyuluhan Dukungan Pemerintah Produktivitas Peternak
Kisaran P-Value 0,39 – 0,86 0,37 – 0,73 0,65 – 0,87 0,75 – 0,92 0,80 – 0,90 0,77 – 0,90 0,83 – 0,94 0,90 – 0,99
Uji validitas instrumen yang dilakukan dalam penelitian ini adalah validitas konstruk yaitu dengan cara menyusun indikator pengukuran operasional berdasarkan kerangka teori konsep yang diukur yang dikemukakan oleh para pakar. Validitas konstruk dari sebuah instrumen ditentukan dengan jalan mengkorelasikan antara skor masing-masing item dengan total skor masing-masing item. Taraf kepercayaan yang digunakan dalam uji validitas item penelitian ini adalah 95 % dengan jumlah responden 30 (N=30) (Tabel 5).
Reliabilitas Instrumen Pengujian suatu hipotesis penelitian memerlukan data yang memiliki validitas dan reliabilitas tinggi. Pengujian reliabilitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran. Menurut Umar (2004: 108) reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur dalam mengukur gejala yang sama. Reliabilitas kuesioner yang digunakan telah diuji dan dianalisis dengan metode Teknik dari Alpha Cronbach, dengan rumus :
91
r11 =
2 ⎛ k ⎞⎛⎜ ∑ σ b ⎜ ⎟ 1− 2 σt ⎝ k − 1 ⎠⎜⎝
⎞ ⎟ ⎟ ⎠
Keterangan : r11 = koefisien reliabilitas Alpha Cronbach k = banyaknya butir pertanyaan σ t2 = varian total
∑ σ b2 = jumlah varian butir Tabel 6. Koefisien Alpha Cronbach
Variabel Kompetensi Teknis Kompetensi Manajerial Informasi, Sarana dan Prasarana Dukungan Lembaga Peternak Dukungan Lembaga Sosial Dukungan Lembaga Penyuluhan Dukungan Pemerintah Produktivitas Peternak
Koefisien Alpha Cronbach 0,82 0,71 0,72 0,72 0,73 0,72 0,74 0,97
Skala alpha cronbach berkisar antara 0 sampai 1, dengan kriteria ukuran kemantapan dikelompokkan ke dalam lima kelompok, yaitu: (1) Nilai alpha cronbach 0,00 sampai dengan 0,20, berarti kurang reliabel, (2) Nilai alpha cronbach 0,21 sampai dengan 0,40, berarti agak reliabel, (3) Nilai alpha cronbach 0,41 sampai dengan 0,60, berarti cukup reliabel, (4) Nilai alpha cronbach 0,61 sampai dengan 0,80, berarti reliabel, (5) Nilai alpha cronbach 0,81 sampai dengan 1,00, berarti sangat reliabel. Hasil uji reliabilitas yang dilakukan, terlihat pada Tabel 6.
Definisi Operasional dan Pengukuran Peubah Menurut Umar (2003:149) dan Singarimbun dan Effendi (1982:23), definisi operasional adalah penentuan suatu konstruk sehingga menjadi peubah dan dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu yang dapat digunakan oleh peneliti dalam mengoperasionalisasikan konstruk, sehingga memungkin-
92
kan bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama, atau mencoba untuk mengembangkan cara pengukuran konstruk yang lebih baik. Berpedoman pada definisi operasional dalam suatu penelitian, seorang peneliti akan melakukan pengukuran suatu peubah. Definisi operasional dari peubah-peubah yang diteliti adalah sebagai berikut: (1) Karakteristik peternak adalah ciri-ciri yang melekat dalam diri seorang peternak yang tidak dipunyai orang lain dan yang membedakan seseorang dengan orang lain. Dalam penelitian ini karakteristik dilihat dari: (a) Pendidikan adalah jumlah tahun dalam proses belajar formal terakhir yang pernah ditempuh peternak sampai saat penelitian ini dilakukan, dalam stuan tahun. (b) Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya orang yang kebutuhan hidupnya dipenuhi oleh responden secara tetap pada saat penelitian berlangsung, dalam satuan orang. (c) Jumlah ternak yang dipelihara adalah banyaknya sapi perah yang dipelihara oleh peternak diukur dalam satuan ternak (ST). - sapi betina umur 2 tahun atau lebih sama dengan 1 ST, - sapi jantan umur 2 tahun atau lebih sama dengan 1,3 ST, - sapi muda umur 1-2 tahun sama dengan 0,5 ST, - pedet sapihan sampai umur 1 tahun sama dengan 0,25 ST. (d) Lama beternak (th) adalah jumlah tahun peternak telah mengusahakan peternakannya sampai penelitian ini dilaksanakan. (e) Kemampuan mengakses informasi adalah keterampilan peternak mencari dan mendapatkan informasi terkait dengan usaha yang dijalani, diukur dari: (1) frekuensi peternak mengakses media masa (radio, televisi, koran, majalah, buku) untuk mencari informasi berkaitan dengan usaha ternak, dalam satu bulan, (2) frekuensi peternak mendatangi Dinas Peternakan setempat atau dinas terkait, dalam satu bulan, (3) frekuensi peternak mendatangi penyuluh, dalam satu bulan, (4) frekuensi peternak berdiskusi dengan peternak yang lebih maju membahas tentang usaha ternaknya, dalam
93
satu bulan, (5) frekuensi peternak mengikuti seminar hasil penelitian atau membaca jurnal hasil penelitian, dalam satu bulan, dan (6) frekuensi peternak mengakses internet untuk mencari informasi tentang usahanya, dalam satu bulan. (f) Motivasi peternak adalah dorongan untuk mengembangkan usaha peternakan baik yang berasal dari dalam (motivasi intrinsik) maupun yang dari luar (motivasi ekstrinsik). Motivasi intrinsik diukur melalui: (1) tingkat keinginan peternak belajar mandiri dari radio, televisi, koran, majalah, buku untuk mengembangkan kompetensi kewirausahaan dan produktivitas kerja peternak, (2) tingkat keinginan peternak mengetahui program atau informasi yang terkait dengan usaha meningkatkan produktivitas ternaknya, dan (3) tingkat keinginan peternak melakukan uji coba inovasi secara individu maupun berkelompok, (4) tingkat kepuasan peternak terhadap insentif yang diterima peternak dari koperasi, (5) tingkat kepuasan peternak terhadap pelayanan koperasi. Motivasi ekstrinsik diukur melalui tingkat perhatian kelembagaan peternak, kelembagaan sosial, kelembagaan penyuluhan dan pemerintah terhadap pengembangan motivasi peternak mengembangkan usaha peternakan sapi perah. Pengukuran indikator motivasi dengan skala ordinal yang mengacu pada prinsip skala Likert jenjang 5 (sangat tinggi=5, tinggi=4, sedang=3, rendah=2, dan sangat rendah=1) (Oppenheim, 1992:195). Untuk kepentingan pengujian secara statistik, data yang diperoleh ditransformasikan sehingga memiliki kisaran nilai 0–100. Rumus umum transformasi dalam penelitian ini mengacu pada pendapat Sumardjo (1999:113), sebagai berikut: Transformasi Indeks Indikator Jumlah skor yang dicapai – jumlah skor terkecil Indek transformasi = -------------------------------------------------------------X 100 Jumlah skor maksimum tiap indikator – jumlal skor terkecil
Transformasi Indeks Peubah Jumlah indek indikator tiap peubah Nilai Indek Peubah = ---------------------------------------------------- X 100 Jumlah total indek maksimum tiap peubah
94
Menurut Soemardjo (1999:113) transformasi digunakan untuk menghitung nilai keragaman yang terjadi dalam setiap peubah penelitian terutama peubah yang berskala ordinal. Setelah melalui proses transformasi maka skala yang semula ordinal diubah menjadi skala interval atau bahkan skala rasio sehingga layak diuji dengan menggunakan statistik parametrik. Peubah dan indikator karakteristik peternak sapi perah tersaji di Tabel 7. Tabel 7. Peubah, Indikator, dan Parameter Karakteristik Peternak Sapi Perah
Sub Peubah
Indikator
Parameter
(1) Pendidikan
Tingkat pendidikan formal yang telah diikuti peternak
Diukur berdasarkan jumlah tahun pendidikan formal
(2) Jumlah tanggungan keluarga
banyaknya orang yang kebutuhan hidupnya dipenuhi oleh responden
Diukur dari banyaknya orang yang kebutuhan hidupnya dipenuhi oleh responden
(3) Jumlah ternak yang dipelihara
banyaknya sapi perah yang dipelihara oleh peternak
Diukur dalam satuan ternak (ST)
(4) Lama beternak
(5) Kemampuan mengakses informasi
Jumlah tahun peternak mengusahakan peternakannya keterampilan peternak mencari dan mendapatkan informasi terkait dengan usaha yang dijalani
Diukur dari jumlah tahun mengusahakan peternakannya • • • • • •
(6) Motivasi peternak dalam mengembangkan usaha peternakan
frekwensi peternak mengakses media masa Frekuensi peternak mendatangi Dinas Peternakan, dinas terkait frekwensi peternak mendatangi penyuluh frekwensi peternak berdiskusi dengan peternak yang lebih maju frekwensi peternak ikut seminar atau membaca jurnal penelitian frekwensi peternak mengakses internet
Dorongan untuk mengem• tingkat keinginan peternak bangkan usaha peternakan baik belajar mandiri dari media massa yang berasal dari dalam • tingkat keinginan peternak me(motivasi intrinsik) maupun yang ngetahui program atau informasi berasal dari luar (motivasi meningkatkan produktivitas ekstrinsik) • tingkat keinginan peternak melakukan uji coba inovasi secara individu maupun berkelompok • tingkat kepuasan peternak terhadap insentif yang diterima • tingkat kepuasan peternak terhadap pelayanan koperasi. • tingkat perhatian kelompok, koperasi dan pemerintah terhadap pengembangan kompetensi kewi-
95
rausahaan, produktivitas peternak
(2) Kompetensi kewirausahaan adalah kemampuan cerdas untuk bersikap dan berproses menghasilkan produk yang berkualitas dan atau memberikan nilai tambah kepada produk sehingga memiliki nilai komersial tinggi tetapi tetap mengindahkan norma-norma kehidupan dalam masyarakat, yang meliputi: (a) Kompetensi teknis adalah kemampuan cerdas untuk melakukan budidaya sapi perah secara profesional, dengan menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki, serta bersikap percaya diri, sehingga menghasilkan produk susu yang berkualitas. Dalam penelitian ini kompetensi teknis dinilai dari aspek: bibit sapi perah, perkandangan, pakan, reproduksi, pemeliharaan, pemerahan, produktivitas ternak, penyakit, dan recording. (b) Kompetensi manajerial adalah kemampuan cerdas untuk bertindak menjalankan manajemen usaha sesuai dengan kaidah-kaidah manajemen profesional. Kompetensi manajerial dinilai dari aspek: (1) kemampuan melakukan perencanaan usaha, (2) kemampuan mengkoordinasi bidang-bidang yang menjadi tanggungjawabnya, (3) kemampuan melakukan pengawasan, (4) kemampuan melakukan evaluasi, (5) kemampuan berkomunikasi, (6) kemampuan bermitra, (7) kemampuan mengatasi kendala usaha, dan (8) memanfaatkan peluang usaha. Pengukuran indikator kompetensi kewirausahaan peternak dilakukan dengan skala ordinal yang mengacu pada prinsip skala Likert jenjang 5 (sangat tinggi=5, tinggi=4, sedang=3, rendah=2, dan sangat rendah=1) (Oppenheim, 1992:195). Selanjutnya untuk kepentingan pengujian secara statistik, data yang diperoleh ditransformasikan sehingga memiliki kisaran nilai 0–100. Rumus umum transformasi yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada pendapat Sumardjo (1999:113), sebagai berikut. Transformasi Indeks Indikator Jumlah skor yang dicapai – jumlah skor terkecil Indek transformasi = -------------------------------------------------------------X 100 Jumlah skor maksimum tiap indikator – jumlal skor terkecil
Keterangan : Selang nilai Indeks Transformasi Indikator 0 – 100
96
Transformasi Indeks Peubah Jumlah indek indikator tiap peubah Nilai Indek Peubah = ---------------------------------------------------- X 100 Jumlah total indek maksimum tiap peubah Peubah dan indikator kompetensi kewirausahaan tersaji pada Tabel 8. Tabel 8. Sub peubah, Indikator, dan Paratemer Kompetensi Kewirausahaan Sub peubah
Kompetensi Teknis
Indikator • Pengetahuan bibit sapi perah
Parameter - Pengetahuan tentang bibit sapi perah
- Pengetahuan dan keterampilan memilih bibit baik - Sikap peternak terhadap pemilihan bibit
• Perkandangan
• Pakan
- Pengetahuan fungsi kandang - Pengetahuan dan keterampilan tentang syarat kandang sehat - Pengetahuan dan keterampilan tentang jenis kandang - Pengetahuan jenis pakan hijauan - Pengetahuan dan keterampilan pemberian pakan hijauan - Sikap peternak mengatasi keterbatasan pakan hijauan - Pengetahuan dan keterampilan tentang pakan konsentrat - Pengetahuan dan keterampilan tentang gizi pakan - Sikap peternak untuk membuat konsentrat sendiri
• Reproduksi
- Pengetahuan dan keterampilan tentang reproduksi - Pengetahuan dan keterampilan mengawinkan ternak - Sikap peternak tentang meminimalkan selang beranak
• Pemeliharaan
-
• Pemerahan
-
Pengetahuan tentang fase pemeliharaan Pengetahuan dan keterampilan pemeliharaan tiap fase - Sikap peternak terhadap sapi perah yang dipeliharanya Pengetahuan dan keterampilan persiapan pemerahan - Pengetahuan, keterampilan memerah
97
• Produktivitas ternak
Sub peubah
- Pengetahuan dan keterampilan tentang deteksi birahi - Pengetahuan dan keterampilan tentang kebuntingan - Pengetahuan dan keterampilan proses kelaharian - Pengetahuan dan keterampilan untuk meng-culling sapi yang tidak produktif - Sikap peternak terhadap pemilihan ternak-ternak yang produktif
Tabel 8 (lanjutan) Indikator Parameter - Pengetahuan penyakit ternak • Penyakit
- Pengetahuan dan keterampilan tentang pencegahan penyakit - Pengetahuan dan keterampilan penanganan ternak sakit - Sikap peternak terhadap pengetahuan lokal untuk menyembuhkan penyakit ternak
Kompetensi Manajerial
• Recording.
- Pengetahuan tentang data yg perlu dimiliki peternak - Pengetahuan dan keterampilan melakukan recording - Sikap peternak terhadap pencatatan prestasi ternak
• Kemampuan melakukan perencanaan usaha
- Perencanaan produksi - Perencanaan modal - Perencanaan sarana produksi
• Kemampuan mengkoordinasi
- Pengaturan pemeliharaan - Pengaturan proses produksi - Pengaturan pemasaran
- Perencanaan pengembangan usaha - Sikap peternak terhadap usaha peternakan sapi perah
- Pengaturan penempatan tenaga kerja
• Kemampuan melakukan pengawasan
-
• Kemampuan melakukan evaluasi
-
Proses pemeliharaan Proses pemerahan Kualitas susu Sikap untuk menghasilkan produksi yang berkualitas (sehat, aman, halal)
Produktivitas ternak Permodalan Penilaian prestasi kerja peternak Penilaian terhadap kerjasama dengan mitra kerja - Sikap peternak terhadap hasil evaluasi
98
• Kemampuan berkomunikasi
• Kemampuan bermitra usaha
Sub peubah
- Di dalam komunitas peternak - Di luar komunitas peternak - Komunikasi dengan bawahan - Sikap peternak terhadap pentingnya berinteraksi dan komunikasi - Kerjasama dengan pemerintah - Kerjasama dengan sesama peternak
- Kerjasama dengan pemilik modal - Kerjasama dengan toko saprodi - Sikap peternak untuk bermitra usaha
Tabel 8 (lanjutan) Indikator Parameter Kemampuan dan sikap untuk mengatasi ken• Kemampuan dala modal mengatasi kendala - Kemampuan dan sikap untuk mengatasi usaha kendala sumber daya - Kemampuan dan sikap untuk mengatasi kendala sosial
- Kemampuan dan sikap untuk mengatasi kebijakan pemerintah
• Kemampuan memanfaatkan peluang usaha
- Kemampuan memasarkan susu secara mandiri - Kemampuan dan sikap memberi nilai tambah kepada susu yang dihasilkan
- Kemampuan dan sikap memanfaatkan
limbah
(3) Produktivitas peternak merupakan hasil kerja peternak dalam mengusahakan peternakannya sesuai dengan kompetensi yang dimiliki untuk menghasilkan produk-produk yang berkualitas sehingga diterima konsumen dan mampu memberikan input yang maksimal kepada peternak, dilihat dari: (a) produktivitas ternak dilihat dari aspek kuantitas dan kualitas susu yang dihasilkan, kesehatan sapi yang dipelihara, selang beranak, dan (b) kreativitas dan keinovatifan peternak memberi nilai tambah susu ataupun limbah sapi perah dan pembuatan pakan hijauan awetan. Pengukuran indikator produktivitas peternak dilakukan dengan skala ordinal yang mengacu pada prinsip skala Likert jenjang 5 (sangat tinggi=5, tinggi=4, sedang=3, rendah=2, dan sangat rendah=1) (Oppenheim, 1992:195). Selanjutnya untuk kepentingan pengujian statistik, data yang diperoleh ditransformasikan sehingga memiliki kisaran nilai 0– 100. Rumus umum transformasi yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada pendapat Sumardjo (1999:113).
99
Transformasi Indeks Indikator Jumlah skor yang dicapai – jumlah skor terkecil Indek transformasi = -------------------------------------------------------------X 100 Jumlah skor maksimum tiap indikator – jumlal skor terkecil
Transformasi Indeks Peubah Jumlah indek indikator tiap peubah Nilai Indek Peubah = ---------------------------------------------------- X 100 Jumlah total indek maksimum tiap peubah Tabel 9. Sub Peubah, Indikator dan Parameter Produktivitas Peternak Sub Peubah
Indikator Kualitas dan kuantitas susu yang dihasilkan
Produktivitas Ternak
Kreativitas dan Keinovatifan peternak
Parameter - Produksi susu tiap ekor/hari - Harga susu
Kesehatan ternak
- Jumlah ternak yang sakit dalam satu tahun terakhir - Usaha pencegahan dan pengobatan penyakit
Selang beranak
- Jarak kelahiran anak - Produk olahan susu yang dihasilkan
- Penanganan dan pemanfaatan limbah sapi - Pembuatan pakan hijauan awetan
Penilaian produktivitas pada masing-masing indikator adalah sebagai berikut: (a) Penilaian produktivitas yang berkaitan dengan kualitas dan kuantitas susu, - nilai 5: bila sapi perah mampu menghasilkan susu diatas 15 liter/hari dengan harga susu minimal Rp 2.400,00, - nilai 4: bila sapi perah menghasilkan susu 13-15 liter/hari dengan harga susu minimal Rp 2.400,00, - nilai 3: bila sapi perah menghasilkan susu 10-12,5 liter/hari dengan harga susu minimal Rp 2.100,00, - nilai 2: bila sapi perah menghasilkan susu 7,5 – 9,5 liter/hari dengan harga susu minimal Rp 2.100,00, - nilai 1: bila sapi perah menghasilkan susu kurang dari 7,5 liter/hari dengan harga susu minimal Rp 2.100,00. (b) Penilaian produktivitas yang berkaitan dengan kesehatan ternak,
100
(1) Rata-rata jumlah ternak yang sakit dalam setiap satu tahun. - nilai 5: bila rata-rata jumlah ternak yang sakit sebanyak 20 persen dan penyakit dapat disembuhkan, - nilai 4: bila rata-rata jumlah ternak yang sakit sebanyak 40 persen dan penyakit dapat disembuhkan, - nilai 3: bila rata-rata jumlah ternak yang sakit sebanyak 60 persen dan penyakit dapat disembuhkan, - nilai 2: bila rata-rata jumlah ternak yang sakit sebanyak 80 persen dan penyakit dapat disembuhkan, - nilai 1: bila rata-rata semua ternak yang dipelihara sakit semua tetapi penyakit dapat disembuhkan. (2) Usaha pencegahan terhadap penyakit, - nilai 5: bila peternak melakukan vaksinasi terhadap ternaknya secara teratur, sapi dimandikan sebelum diperah, peralatan kandang maupun pemerahan dalam keadaan bersih dan kandang selalu dalam keadaan bersih, - nilai 4: bila peternak melakukan vaksinasi terhadap ternaknya secara teratur, sapi dimandikan sebelum diperah, peralatan kandang maupun pemerahan dalam keadaan bersih tetapi kandang kurang bersih, - nilai 3: bila peternak melakukan vaksinasi terhadap ternaknya secara teratur, sapi dimandikan sebelum diperah, peralatan kandang dan pemerahan serta kandang kurang bersih, - nilai 2: bila peternak melakukan vaksinasi terhadap ternaknya secara teratur, sapi dibersihkan ambingnya sebelum diperah, peralatan kandang dan pemerahan serta kandang kurang bersih. - nilai 1: bila peternak tidak pernah melakukan vaksinasi terhadap ternaknya, sapi dibersihkan ambingnya bila akan diperah, peralatan kandang dan pemerahan serta kandang kurang bersih. (c) Penilaian produktivitas yang berkaitan dengan selang beranak, - nilai 5: bila selang beranak sapi perah ≤13 bulan,
101
- nilai 4: selang beranak sapi perah >13-15 bulan, - nilai 3: selang beranak sapi perah >15-17 bulan, - nilai 2: selang beranak sapi perah >17-19 bulan, - nilai 1: selang beranak sapi perah >19 bulan. (d) Penilaian produktivitas yang berkaitan dengan keinovatifan peternak, (1) Produk olahan susu - nilai 5: bila peternak membuat produk makanan berbahan dasar susu untuk dijual, - nilai 4: bila peternak dapat membuat produk makanan berbahan dasar susu untuk dikonsumsi sendiri, - nilai 3: bila peternak mengetahui cara-cara membuat produk makanan berbahan dasar susu, - nilai 2: bila peternak pernah mendengar cara-cara membuat produk makanan berbahan dasar susu, - nilai 1: bila peternak tidak mengetahui cara-cara membuat produk makanan berbahan dasar susu. (2) Pemanfaatan limbah sapi, -
nilai 5: bila peternak telah memanfaatkan limbah kotoran ternak untuk dapat menghasilkan uang, - nilai 4: bila peternak telah memanfaatkan limbah kotoran ternak untuk menghemat pengeluaran rumah tangga, misal: kotoran dibuat untuk pupuk tanaman pertaniannya, - nilai 3: bila peternak mengetahui tentang manfaat limbah kotoran untuk pupuk, bio gas, bio arang budidaya cacing, dan lainlain, - nilai 2: bila peternak pernah mendengar tentang memanfaatkan limbah kotoran ternak untuk pupuk, bio gas, bio arang, budidaya cacing, dan lain-lain,
102
- nilai 1: bila peternak tidak pernah mendengar tentang memanfaatkan limbah kotoran ternak untuk pupuk, bio gas, bio arang, budidaya cacing, dan lain-lain. (3) Pembuatan pakan hijauan awetan, - nilai 5: bila peternak selalu membuat dan memanfaatkan pakan hijauan awetan pada saat musim kemarau, - nilai 4: bila peternak kadang-kadang (tidak selalu) membuat dan memanfaatkan pakan hijauan awetan pada saat musim kemarau, - nilai 3: bila peternak pernah membuat dan memanfaatkan pakan hijauan awetan pada saat musim kemarau, - nilai 2: bila peternak mengetahui cara membuat pakan hijauan awetan, - nilai 1: bila peternak tidak mengetahui cara membuat dan pakan hijauan awetan. (4) Lingkungan usaha adalah faktor-faktor di sekitar peternak yang tidak dapat dikendalikan peternak yang mendukung kelancaran usaha peternakan sapi perah, dilihat dari: ketersediaan informasi, sarana, prasarana usaha, kelembagaan peternak, kelembagaan sosial, kelembagaan penyuluh, dan kebijakan pemerintah. (a) Sarana dan prasarana usaha adalah dukungan unsur-unsur yang diperlukan untuk kelancaran usaha beternak sapi perah, dilihat dari: (a) ketersediaan sarana produksi, (b) ketersediaan prasarana, (c) tersedianya Pusat Kesehatan Hewan, (d) ketersediaan pusat Inseminasi Buatan, (e) ketersediaan lembaga keuangan, (f) ketersediaan lembaga pemasaran. (1) Ketersediaan sarana produksi adalah banyaknya unsur-unsur yang dibutuhkan peternak dalam budidaya sapi perah, dilihat dari: (a) luas lahan untuk menanam hijauan pakan, (b) ketersediaan hijauan pakan disekitar usaha ternak, (c) jumlah toko/penyalur pakan dan obat-obatan, (d) ketersediaan pakan konsentrat, dan (e) keterjangkauan harga. (2) Ketersediaan prasarana produksi adalah keadaan unsur-unsur yang mendukung peternak menjalankan usahanya, yaitu: (a) kondisi jalan,
103
(b) jenis, kondisi, dan kecukupan alat transportasi yang dipunyai individu/kelompok /koperasi, dan (c) jenis dan kondisi peralatan yang digunakan individu /kelompok/koperasi untuk memasarkan produknya, (d) ketersediaan Bahan Bakar Minyak(BBM). (3) Ketersediaan informasi adalah banyaknya pesan-pesan yang berkaitan dengan budidaya dan pengembangan usaha sapi perah yang tersedia dan dapat diakses peternak untuk meningkatkan kompetensi kewirausahaan dan produktivitas peternak, yaitu: (a) tingkat kemudahan memperoleh informasi, (b) kesesuaian materi pesan dengan usaha peternakan, dan (c) kedekatan sumber informasi dengan peternak. (4) Tersedianya Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) adalah ketersediaan sarana kesehatan dan besarnya dukungan tenaga medis peternakan untuk mendukung usaha peternakan sapi perah di lingkungan kerjanya, dilihat dari: (a) jarak peternakan dengan Puskeswan, (b) jumlah tenaga medis, (c) ketersediaan obat, vaksinasi dan alat medis, dan (d) kecepatan merespon keluhan peternak. (5) Ketersediaan pusat Inseminasi Buatan adalah ketersediaan sarana IB dan besarnya dukungan tenaga inseminator untuk mendukung usaha peternakan sapi perah di lingkungan kerjanya, dilihat dari: (a) jarak peternakan dengan pusat IB, (b) jumlah inseminator, (c) ketersediaan semen, (d) keterampilan inseminator, dan (e) kecepatan inseminator merespon laporan peternak. (6) Ketersediaan lembaga keuangan adalah besarnya dukungan Bank dan lembaga ekonomi lainnya dalam mendukung permodalan usaha peternakan sapi perah di lingkungan kerjanya, dilihat dari: (a) kemudahan memperoleh kredit, (b) kemudahan birokrasi, (c) keringanan dalam pengembalian pinjaman. (7) Ketersediaan lembaga pemasaran adalah upaya pemerintah dalam menyediakan sarana, prasarana dan informasi pasar yang dapat dipergunakan oleh peternak sapi perah dalam memperkenalkan dan memasarkan produk peternakan sapi perah kepada masyarakat, dilihat dari:
104
(a) banyaknya saluran pemasaran yang digunakan peternak untuk memasarkan produk, (b) upaya promosi yang dilakukan peternak dan pemerintah, dan (c) informasi pasar tentang jumlah kebutuhan susu. (b) Kelembagaan peternak adalah besarnya dukungan/peran koperasi dan kelompok peternak kepada usaha peternakan sapi perah, diukur dari: (a) suasana atau hubungan kerja di koperasi dan kelompok peternak, (b) keaktifan individu peternak dalam kegiatan berkoperasi dan berkelompok, (c) kesesuaian tujuan individu peternak dengan tujuan koperasi dan kelompok, (d) kejelasan struktur organisasi, (e) kejelasan tugas masing-masing anggota, (f) frekuensi pembinaan dan pengembangan koperasi dan kelompok kepada anggota, (g) kesesuaian program yang telah, sedang dan akan dijalankan oleh koperasi dan kelompok terhadap tujuan yang disepakati, (h) kemampuan komunikasi antar anggota koperasi dan kelompok, dan (i) kepatuhan individu terhadap peraturan koperasi dan kelompok. (c) Kelembagaan sosial adalah besarnya dukungan masyarakat dan normanorma terhadap usaha peternakan sapi perah, dilihat dari: (a) tingkat pengetahuan masyarakat setempat yang dapat digunakan untuk mendukung usaha peternakan, (b) tingkat dukungan tradisi/kebiasaan setempat yang memberikan kebebasan warganya dalam menambah pengetahuan berkaitan dengan usahanya, dan (c) tingkat dukungan pemimpin informal dalam mengembangkan produktivitas kerja dan kreativitas warganya. (d) Kelembagaan penyuluhan adalah besarnya dukungan lembaga penyuluhan kepada usaha peternakan sapi perah, dilihat dari: (a) proses pemberian penyuluhan, (b) tingkat dukungan dalam mencarikan mitra usaha, (c) tingkat dukungan dalam meningkatkan pendapatan keluarga peternak, (d) tingkat dukungan terhadap pengembangan pengetahuan masyarakat setempat, dan (e) tingkat dukungan berkaitan dengan advokasi terhadap kebijakan pemerintah tentang Persusuan di Indonesia. (e) Kebijakan Pemerintah adalah besarnya dukungan peraturan dan ketentuan yang ditetapkan oleh dinas-dinas terkait di daerah dan pusat kepada usaha peternakan sapi perah, diukur dari: (a) tingkat dukungan pemerintah pusat
105
dan daerah pada penyediaan informasi dan mudah diakses, (b) tingkat dukungan pemerintah pusat dan daerah pada pengadaan sarana dan prasarana produksi, (c) tingkat dukungan pemerintah pusat dan daerah terhadap pemasaran susu dan hasil olahannya, (d) tingkat transparasi penentuan harga jual dan kebijakan impor susu, dan (e) tingkat realisasi program. Pengukuran indikator lingkungan usaha dilakukan dengan skala ordinal yang mengacu pada prinsip skala Likert jenjang 5 (sangat tinggi=5, tinggi=4, sedang=3, rendah=2, dan sangat rendah=1) (Oppenheim, 1992:195). Untuk kepentingan pengujian statistik, data yang diperoleh ditransformasikan sehingga memiliki kisaran nilai 0 – 100. Rumus umum transformasi yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pendapat Sumardjo (1999:113), sebagai berikut: Transformasi Indeks Indikator Jumlah skor yang dicapai – jumlah skor terkecil Indek transformasi = -------------------------------------------------------------X 100 Jumlah skor maksimum tiap indikator – jumlal skor terkecil
Transformasi Indeks Peubah Jumlah indek indikator tiap peubah Nilai Indek Peubah = ---------------------------------------------------- X 100 Jumlah total indek maksimum tiap peubah Peubah, indikator, dan parameter lingkungan usaha sapi perah tersaji pada Tabel 10. Tabel 10. Sub Peubah, Indikator dan Parameter Lingkungan Usaha Peternak Sub Peubah
Indikator Sarana dan prasarana • ketersediaan usaha sarana produksi
• ketersediaan prasarana
Parameter - luas lahan untuk menanam hijauan pakan - ketersediaan hijauan pakan disekitar usaha - jumlah toko/penyalur pakan dan obat-obatan - ketersediaan pakan konsentrat - keterjangkauan harga - kondisi jalan - jenis, kondisi, dan kecukupan transportasi - jenis dan kondisi peralatan yang digunakan untuk memasarkan produk - ketersediaan Bahan Bakar Minyak (BBM)
• tersedianya Pusat - jarak peternakan dengan Puskeswan Kesehatan Hewan - jumlah tenaga medis
- ketersediaan obat, vaksinasi, alat medis - kecepatan merespon keluhan peternak.
106
• ketersediaan pusat Inseminasi Buatan
Sub Peubah
-
jarak peternakan dengan pusat IB jumlah inseminator ketersediaan semen keterampilan inseminator kecepatan inseminator merespon laporan peternak.
Tabel 10 (lanjutan) Indikator Parameter - kemudahan memperoleh kredit • ketersediaan lem- kemudahan birokrasi baga keuangan
- keringanan pengembalian pinjaman.
• ketersediaan lembaga pemasaran
- banyaknya saluran pemasaran yang digunakan peternak - upaya promosi - informasi pasar.
Kelembagaan peternak
Dukungan koperasi dan kelompok peternak kepada usaha peternakan sapi perah
- hubungan kerja di koperasi dan kelompok peternak - keaktifan peternak dalam kegiatan - kesesuaian tujuan peternak dengan tujuan koperasi dan kelompok - kejelasan struktur organisasi - kejelasan tugas anggota - frekuwensi pembinaan dan pengembangan anggota - kesesuaian program yang telah, sedang dan akan dijalankan dengan - tujuan yang telah disepakati - kemampuan komunikasi antar anggota - kepatuhan individu terhadap peraturan
Kelembagaan sosial
Dukungan masyarakat dan normanorma terhadap usaha sapi perah
- tingkat pengetahuan masyarakat setempat mendukung usaha peternakan - tingkat dukungan tradisi yang memberi-
Dukungan lembaga penyuluhan kepada usaha peternakan sapi perah
- proses pemberian penyuluhan - tingkat dukungan mencarikan mitra usaha - tingkat dukungan dalam meningkatkan pendapatan peternak dan keluarganya
Dukungan peraturan dan ketentuan yang ditetapkan dinas-dinas terkait baik di daerah maupun pusat kepada usaha sapi perah
- tingkat dukungan berkaitan dengan advokasi terhadap kebijakan pemerintah - penyediaan informasi, sarana, dan prasarana produksi - pemasaran produk susu dan olahannya - tingkat transparasi penentuan harga jual dan kebijakan impor susu - tingkat realisasi program-program pemerintah pusat dan daerah.
Kelembagaan penyuluhan
Kebijakan Pemerintah
kan kebebasan warga menambah pengetahuan
- tingkat dukungan pemimpin informal
- tingkat dukungan pengembangan pengetahuan
107
Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2007. Data yang dihimpun dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder yang diperoleh dengan menggunakan beberapa teknik, yaitu: (1) Wawancara, yaitu menggunakan kuesioner yang telah disediakan sebelumnya terhadap responden terpilih. (2) Observasi/pengamatan langsung terhadap kegiatan peternak khususnya yang berkaitan dengan kegiatan budidaya ternak dan manajemen usaha peternak dan dampaknya pada produktivitas kerja (3) Dokumentasi, yaitu mengumpulkan data-data sekunder yang tersedia pada instansi-instansi yang terkait dengan penelitian, perpustakaan, buku, media massa ataupun internet dan media lainnya. (4) Wawancara mendalam terhadap tokoh-tokoh masyarakat atau responden terpilih yang dianggap mampu memberikan penjelasan secara mendalam.
Analisis Data Dalam konteks penelitian, analisis merupakan suatu proses kerja dari rentetan tahapan pekerjaan sebelum penelitian didokumentasikan melalui tahapan penulisan laporan. Menurut Purnawan (Umar, 2004:140-141), analisis dapat dilihat dari perspektif mekanis dan substansif , sebagai berikut: (1) Secara Mekanis, dalam tahapan analisis akan terjadi :
¾ Perubahan angka dan catatan hasil pengumpulan data menjadi informasi yang lebih mudah dipahami,
¾ Penggunaan alat analisis bermanfaat untuk membuktikan hipotesis ataupun pendiskripsian peubah penelitian secara benar, bukan kebetulan,
108
¾ Interpretasi atas berbagai informasi yang diperoleh, dalam kerangka yang lebih luas, atau inferensi ke populasi, untuk menjawab pertanyaanpertanyaan yang muncul.
(2) Secara substansif, dalam tahapan analisis dilakukan proses:
¾ Membandingkan dan mentes teori atau konsep dengan informasi yang ditemukan,
¾ Mencari dan menemukan adanya konsep baru dari data yang dikumpulkan, ¾ Mencari penjelasan apakah konsep baru ini berlaku umum atau baru terjadi bila ada prakondisi tertentu. Jenis analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Untuk mengkaji kompetensi kewirausahaan dan produkstivitas peternak dalam menjalankan usahanya digunakan analisis deskriptif kualitatif. (2) Untuk menganalisis hubungan antara kompetensi kewirausahaan dengan produktivitas peternak digunakan analisis korelasi Product Moment (rxy) dengan rumus: rxy =
N ∑ XY − ∑ X ∑ Y
[(N ∑ X ) − (∑ Y )][N ∑ Y − (∑ Y ) ] 2
2
2
2
(3) Untuk menganalisis pengaruh kompetensi kewirausahaan terhadap produktivitas peternak sapi perah digunakan metode regresi linier berganda, dengan rumus : Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + ...... + bnXn + e Keterangan : Y = peubah terikat b0 = intersep b1 – bn = koefisien regresi X1 – Xn = peubah bebas e = error
109
(4) Untuk menganalisis besarnya pengaruh langsung, tidak langsung, bersamasama dan pengaruh di luar model digunakan metode Analisis Jalur (Path
Analysis) dengan rumus : rij = pij + ∑k pij rjk Keterangan : r = koefisien korelasi p = koefisien jalur ijk = variabel i, j, dan k
Selanjutnya menghitung besarnya koefisien jalur digunakan matriks berikut : r1j
1
r2j
r12
r13
r14 ........ r1j
pi1
r21 1
r23
r24 ........ r2j
pi2
r3j
r31 r32
1
r34 ........ r3j
pi3
.
...........................................
.
.
............................................
.
rij
ri1 ri2
pij
ri3
ri4
...........
rij
Besarnya persentase pengaruh langsung masing-masing peubah bebas (X) terhadap peubah terikat (Y) dapat dihitung dengan mengkuadratkan nilai koefisien jalur lalu dikalikan 100 % untuk masing-masing peubah. Selanjutnya untuk menghitung besarnya pengaruh bersama-sama peubah bebas (X) terhadap peubah terikat (Y) dihitung dengan rumus : R2j123 ...i = pj.1 r1.j + pi.2 r2.j + ..... + pi.j ri.j Untuk menghitung besarnya pengaruh dari luar model, digunakan rumus : Pie = 1 − R 2j123.....i Hasil perhitungan Pie dikuadratkan dan dikalikan 100%, maka diperoleh besarnya persentase pengaruh di luar model.
Prosedur Pengujian Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian (research questions) atau pernyataan tujuan penelitian. Dikatakan sebagai jawaban sementara disebabkan jawaban yang diberikan didasarkan pada teori
110
yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empirik yang diperoleh melalui pengumpulan data di lapangan. Data yang telah diperoleh selanjutnya dianalisis untuk mengetahui hubungan peubah bebas dengan peubah terikat. Analisis ini menggunakan Analisis Korelasi Product Moment (rxy), dengan langkah-langkah sebagai berikut :
(1) Hipotesis H0 : Tidak ada hubungan nyata dan positif antara peubah bebas (X) dengan peubah tidak bebas (Y), (ρ = 0) Ha : Ada hubungan yang nyata dan positif antara peubah bebas (X) dengan peubah tidak bebas (Y), (ρ ≠ 0) (2) Taraf signifikansi, 0,05 (ά = 0,05) dan 0,01 (ά = 0,01) (3) Kriteria pengujian Jika nilai probabilitas ≥ nilai ά 0,05 atau jika r hitung ≥ r tabel maka H0 ditolak, dan Jika nilai probabilitas < nilai ά 0,05 atau jika r hitung < r tabel maka H0 diterima. (4) Mencari nilai koefisien korelasi Product Moment (rxy) dengan rumus : rxy =
N ∑ XY − ∑ X ∑ Y
[(N ∑ X ) − (∑ Y )][N ∑ Y − (∑ Y ) ] 2
2
2
2
Keterangan : X = peubah bebas Y = peubah terikat N = banyaknya sampel (5) Pengambilan keputusan apakah H0 diterima atau ditolak dengan berdasarkan pada kriteria pengujian sebelumnya (langkah ke 3). Peubah bebas yang memiliki hubungan nyata dengan peubah tidak bebas selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis regresi berganda. Untuk menganalisis besarnya pengaruh langsung, tidak langsung, bersama-sama dan pengaruh di luar model digunakan metode Analisis Jalur (Path Analysis)