46 III. METODE PENELITIAN
3.1 Populasi Dan Sampel
Populasi dalam penelitian adalah semua Wanita Tuna Susila yang menjadi kelayan dan sedang direhabilitasi di panti rehabilitasi sosial wanita Jawa Barat. Panti rehabilitasi sosial yang menangani wanita tuna susila hanya ada di dua kota, yakni Panti Sosial Karya Wanita ”Marga Rahayu” di Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi dan Balai Pemulihan Sosial Wanita Tuna Susila (BPSWTS) “Silih Asih”, di Kecamatan Palimanan Kabupaten Cirebon, provinsi Jawa Barat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Populasi Wanita Tuna Susila yang mengikuti pendidikan dan latihan di panti rehabilitasi sosial Bina Sosial Wanita Jawa Barat. Periode Juni - September 2006 Nama Lembaga
No
Rehabilitasi
1
PSKW Marga Rahayu
2
Populasi
Sampel
40 orang
30 orang
BPSWTS Silih Asih
100 orang
70 orang
Jumlah
140 orang
100 orang
Sumber: Balai Pemulihan Sosial Wanita Tuna Susila Departemen Sosial Propinsi Jawa Barat Tahun 2006 Sampel penelitian ini adalah sebagian Wanita Tuna Susila yang berada di dua panti tersebut di atas. Sampel diambil secara acak dengan jumlah responden sebanyak 100 orang, Keseluruhan sampel tersebut secara rinci yaitu: 30 orang berasal dari Panti Sosial Karya Wanita “Marga Rahayu” dan 70 orang berasal dari Balai Pemulihan Sosial Wanita Tuna Susila “Silih Asih”. Palimanan Kabupaten Cirebon
47 3.2 Rancangan Penelitian
Penelitian ini dirancang sebagai sebuah survai deskriptif, dengan peubah karakteristik Wanita Tuna Susila dan peubah pengetahuan Wanita Tuna Susila tentang HIV/AIDS.
3.3 Data dan Instrumentasi
3.3.1 Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Data primer yang dikumpulkan meliputi: I. Karakteristik Wanita Tuna Susila adalah ciri-ciri atau sifat-sifat yang ditampilkan Wanita Tuna Susila berhubungan dengan semua aspek kehidupan didalam lingkungannya, yang diduga berhubungan dengan pengetahuan mereka tentang HIV/AIDS ialah: umur, status perkawinan, pendidikan formal, tingkat pendapatan, motivasi Instrinsik menjadi WTS, motivasi Ekstrinsik menjadi WTS, persepsi hidup yang ideal, lamanya menjadi WTS, keadaan ekonomi keluarga, kepatuhan terhadap norma, pengaruh lingkungan sosial daerah asal, tempat menjadi WTS, intensitas hubungan dengan WTS lain, intensitas hubungan dengan pelanggan, dan persepsi seks hanya untuk kesenangan (hedonisme).
(1) Umur Umur adalah jumlah tahun yang dihitung sejak lahir sampai menjadi responden. Lamanya (tahun) yang dihitung sejak lahir hingga penelitian ini dilakukan. Data diukur dengan skala interval. Faktor umur diklasifikasikan menjadi: (1) muda, 13 tahun – 23 tahun, (2) sedang, 24 tahun – 28 tahun, dan (3) tua, 29 tahun – 44 tahun.
48 (2) Status Perkawinan Status Perkawinan adalah status marital yang disandang oleh responden yang diklasifikasikan menjadi: (1) menikah, (2) pernah menikah, dan (3) belum menikah. (3) Pendidikan Formal Pendidikan formal adalah tingkat pendidikan responden yang pernah mengikuti proses belajar di bangku sekolah secara formal Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas dan Perguruan Tinggi, yang dikatagorikan menjadi: (1) rendah 2 tahun – 6 tahun, (2) sedang 6,5 tahun – 10 tahun, dan (3) tinggi 11 tahun – 15 tahun (4) Tingkat Pendapatan Adalah pendapatan keluarga yang diperoleh suami, isteri atau anggota keluarga lainnya dari berbagai sumber penghasilan dalam waktu satu bulan, baik berupa uang maupun barang atau jasa, dengan katagori: (1)rrendah, Rp 450.000,- sampai Rp 1.200.000,- (2) sedang Rp 1.250.000,- sampai Rp 3.100.000,-, dan (3) tinggi Rp 3.150.000,- sampai Rp 7.600.000,(5) Motivasi Instrinsik Menjadi WTS Motivasi Instrinsik yaitu berupa dorongan dari dalam diri responden sehingga melakukan tindakan menjadi wanita tuna susila (WTS), dan terjerumus kedalam dunia pelacuran. Kategorinya: (1) rendah bila berkisar dari skor tujuh sampai skor sebelas, (2) sedang skor dua belas sampai dengan enam belas, dan (3) tinggi skor tujuh belas sampai dengan skor dua puluh delapan (6) Motivasi Ekstrinsik Menjadi WTS yaitu, berupa dorongan dari luar diri responden sehingga melakukan tindakan menjadi wanita tuna susila (WTS), dan terjerumus kedalam dunia pelacuran. Kategorinya: (1) rendah bila berkisar dari skor empat sampai skor delapan, (2) sedang skor sembilan sampai dengan sepuluh, dan (3) tinggi skor sebelas sampai dengan skor dua puluh
49 (7) Persepsi hidup Ideal yaitu idealnya hidup wanita pada umumnya yaitu harus bisa mengatur lima hal yaitu: 1) mengatur suami, 2) mengatur anak, 3) mengatur rumah, memasak, membersihkan rumah, 4) mengatur kekayaan atau ekonomi rumah tangga, 5) mengatur hubungan dengan tetangga. Katagorinya: kurang ideal, ideal dan sangat ideal. Kategori: (1) kurang ideal skor lima sampai skor dua belas, (2) ideal skor tiga belas sampai dengan skor enam belas, dan (3) sangat ideal skor tujuh belas sampai dengan skor dua puluh satu (8) Lamanya Menjadi WTS Lamanya responden menyandang/terjun sebagai wanita tuna susila sampai penelitian ini dilakukan. Kategorinya: (1) tidak lama dua bulan sampai enam bulan, (2) lama dari tujuh bulan sampai dengan tiga belas bulan dan (3) sangat lama empat belas bulan sampai dengan tiga ratus bulan (9) Mendapat perlakuan kekerasan Kuantitas Wanita Tuna Susila mendapatkan perlakuan kekerasan seksual dan kekerasan lainnya dari pelanggan atau teman kencannya. Kategorinya: (1) tidak pernah, (2) pernah, dan (3) sering (10) Keadaan Ekonomi Keluarga Latar belakang kehidupan keluarga wanita tuna susila adalah keadaan kehidupan dalam keluarganya, yang terdiri dari faktor sandang, pangan papan dan faktor pendidikan. Kategorinya: (1) rendah, (2) sedang, dan (3) tinggi. (11) Kepatuhan Terhadap Norma Susila Kepatuhan terhadap norma-norma susila, yang berlaku di masyarakat, kesungguhan untuk menjalankan atau mematuhi kebiasaan-kebiasaan yang telah diakui masyarakat, dan norma susila yang seharusnya dilakukan dalam kehidupan di masyarakat. Kategorinya: (1) tidak patuh, (2) patuh, dan (3) sangat patuh
50 (12) Pengaruh Lingkungan Sosial Daerah Asal Pengaruh lingkungan sosial daerah tempat tinggal, sebagai tempat lahir dan pergaulan yang mempengaruhi terhadap perilaku wanita tuna susila (WTS). Kategorinya: (1) tidak berpengaruh, (2) berpengaruh, dan (3) sangat berpengaruh (13) Jarak ke tempat bekerja sebagai WTS Jauhnya jarak responden dari tempat tinggalnya menjadi wanita tuna susila. Data diukur dalam kilometer dengan skala ordinal. Kategorinya: (1) dekat, (2) sedang, dan (3) jauh (14) Intensitas Interaksi dengan WTS lain Kuantitas/frekuensi responden berhubungan dengan WTS yang lain dalam satu minggu: sering, kadang-kadang atau jarang dalam kurun waktu tersebut. Kategorinya: (1) rendah, (2) sedang, dan (3) tinggi (15) Yang melatih/mengajari tentang seksual Pengetahuan yang dimiliki responden tentang cara melakukan hubungan seksual dengan pelanggan, berdasarkan hasil informasi dan kompetensi kognitif dari yang mengajari/melatih tentang seksual. Kategorinya: (1) rendah, (2) sedang, dan (3) tinggi (16) Intensitas Hubungan dengan Pelanggan Adalah frekuensi hubungan antara responden dengan pria pelanggan dalam waktu satu minggu. Kategorinya: (1) rendah, (2) sedang, dan (3) tinggi. (17) Persepsi Hedonisme Tanggapan bahwa responden melakukan hubungan seks hanya untuk mendapatkan kepuasan seksual. Kategorinya: (1) rendah, (2) sedang, dan (3) tinggi. II. Pengetahuan Wanita Tuna Susila tentang HIV/AIDS adalah pengetahuan yang benar tentang materi pencegahan dasar yang terdiri atas: pengertian, penyebab AIDS dan infeksi sekunder sebagai akibat AIDS, cara penularan, cara pencegahan, pengetahuan kesehatan reproduksi (kespro), bahaya HIV/AIDS
51 pada kesehatan manusia, Akibat HIV/AIDS, hubungan sosial dengan penderita HIV/AIDS, dampak sosial ekonomi AIDS dan hubungan narkoba dengan HIV/AIDS. Pengukurannya dengan menggunakan skala interval dengan skor masing-masing: 0 – 100; dengan rincian sebagai berikut: (1) Pengertian Human Immunodeficiency Virus (HIV) yaitu virus penyebab sindroma AIDS, Acquired Immuno Deficiency Syndrome (sekumpulan gejala penyakit, yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh) Acquired artinya didapat, bukan merupakan penyakit keturunan, immuno berarti sistem kekebalan tubuh, deficiency artinya kekurangan, sedangkan syndrome adalah kumpulan gejala. AIDS merupakan fase akhir dari infeksi virus HIV. (2) Penyebab AIDS dan Infeksi Sekunder sebagai Akibat AIDS Human Immunodeficiency Virus (HIV) yaitu virus penyebab terjangkitnya HIV, yang menghancurkan sistem kekebalan tubuh penderita dan dapat menyebabkan penyakit AIDS. AIDS merupakan suatu kumpulan gejala berbagai penyakit yang disebabkan oleh virus yang mempengaruhi sistem kekebalan. Sistem kekebalan menjadi tidak mampu memerangi infeksi. (3) Cara Penularan HIV bisa menular lewat 3 cara, (1) melalui hubungan seksual dengan seseorang yang sudah terinfeksi HIV tanpa memakai kondom, (2) melalui transfusi darah, transplantasi organ tubuh, pemakaian alat-alat yang telah tercemar HIV, (3) melalui ibu yang terinfeksi HIV kepada janin yang dikandungnya atau kepada bayi yang disusuinya. (4) Cara Pencegahan Tindakan yang harus dilakukan untuk mencegah penularan HIV adalah : (1) tidak melakukan hubungan seksual dengan pengidap HIV/AIDS atau orang yang termasuk kelompok perilaku resiko tinggi, (2) tidak melakukan hubungan seks dengan banyak pasangan, (3) menggunakan kondom dari awal sampai selesai, apabila melakukan hubungan seksual dengan
52 pasangan baru atau anggota kelompok beresiko tinggi, (4) mengobati penyakit kelamin secara tuntas. (5) Pengetahuan Kesehatan reproduksi (Kespro) Pengetahuan tentang kesehatan seksual dan reproduksi dan penyakit menular seksual (PMS), pengetahuan tentang organ reproduksi dan fungsinya, perilaku seksual yang menyebabkan kehamilan, aborsi, dan penyakit kelamin. (6) Bahaya HIV/AIDS bagi kesehatan manusia Selain bahaya yang mengancam pada kesehatan jasmani, penderita HIV/AIDS sering mengalami masalah-masalah psikologis (kecemasan, depresi, rasa bersalah, dan timbulnya dorongan untuk bunuh diri) sehingga dapat menyebabkan kematian. (7) Akibat HIV/AIDS Dikucilkan oleh rekan-rekan/masyarakat, diskriminasi, dirumah diusir dan dikantor diberhentikan dari pekerjaan. (8) Hubungan Sosial Dengan Penderita AIDS Berbagi (memakai) baju, handuk dan toilet, penggunaan peralatan yang sama (misalnya telepon), makan dari perkakas yang sama, kolam renang bersama-sama pengidap HIV dalam satu tempat, merawat orang yang terinfeksi HIV, mencuci kloset, sprei dan lainnya yang digunakan pengidap HIV. (9) Dampak Sosial Ekonomi AIDS Dari sisi ekonomi HIV/AIDS telah menjadi masalah karena mahalnya biaya perawatan, berkurangnya usia produktif, kehilangan sumber daya manusia yang pada akhirnya dapat menjadi faktor penyebab kemiskinan. (10) Hubungan Narkoba dengan AIDS Bahaya narkoba dalam menyebarkan penyakit HIV/AID, bila narkobais tidak
peduli
terhadap
penggunaan
menyebarluaskan virus HIV/AIDS.
jarum
suntik
yang
berisiko
53 3.3.2 Instrumentasi Instrumentasi atau alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk kuesioner yang berisi daftar pertanyaan yang akan dijawab oleh responden dan berhubungan dengan peubah-peubah yang akan dikaji dalam penelitian. Selain itu digunakan metode wawancara (interview) untuk memperkuat data hasil penelitian, dengan teknik: (1) secara berkelompok dengan responden yang berisi tentang kehidupan dunia WTS, Pengetahuan tentang HIV/AIDS, penyakit menular seksual (PMS) dan bahayanya pada kesehatan, (2) secara perorangan (untuk lebih akurat) tentang latar belakang kehidupan keluarga, keadaan ekonomi, tempat mereka berasal dan penyakit-penyakit yang pernah mereka derita. Untuk memperoleh proses tabulasi atau rekapitulasi data dan analisis, maka kuesioner dibuat dengan struktur sebagai berikut: a. Berisi petunjuk cara pengisian kuesioner b. Daftar pertanyaan untuk peubah karakteristik Wanita Tuna Susila berbentuk kombinasi antara pertanyaan langsung, tertutup dan tidak tertutup yang terdiri dari: (1) Umur, (2) Status perkawinan, (3) Pendidikan Formal, (4) Tingkat Pendapatan, (5) Motivasi Instrinsik Menjadi WTS, (6) Motivasi Ekstrinsik Menjadi WTS, (7) Persepsi untuk hidup yang Ideal, (8) Lamanya Menjadi WTS, (9) Mendapat perlakuan Kekerasan, (10) Keadaan Ekonomi Keluarga, (11) Kepatuhan Terhadap Norma Susila, (12) Pengaruh Lingkungan Sosial Daerah Asal, (13) Tempat sebagai WTS, (14) Intensitas Interaksi dengan WTS lain, (15) Yang melatih/mengajari tentang seksual, (16) Intensitas Hubungan dengan Pelanggan, dan (17) Persepsi seks sebagai Hedonisme c. Pengetahuan Wanita Tuna Susila tentang HIV/AIDS berbentuk pernyataan langsung dan tertutup. Bentuk pernyataan tersebut terdiri dari 40 butir pertanyaan dengan bentuk “Benar” atau “Salah” (B - S). 3.3.3 Uji Validitas (Validity Test) Validitas menunjukkan sejauh mana alat ukur yang digunakan dapat mengukur apa yang akan diukur. Ada beberapa cara untuk mengukur validitas
54 (kesahihan) alat ukur, yaitu validitas konstruk, validitas isi, validitas eksternal, validitas prediktif, validitas budaya, dan validitas rupa. (Singarimbun dan Effendi, 1999:124-132). Teknik pengujian validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas konstruk, yaitu menyusun tolok ukur operasional dari suatu kerangka konsep dan teori. Upaya-upaya yang dilakukan dalam hal ini adalah: (1) konsultasi dengan dosen pembimbing, (2) konsultasi dengan para ahli dan berbagai pihak yang dianggap menguasai materi daftar pertanyaan yang digunakan, dan (3) melakukan uji coba daftar pertanyaan sebelum dilakukan sebagai alat pengumpul data.
3.3.4 Uji Reliabilitas (Reliability Test) Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan, sebagai alat ukur untuk pengumpul data (Singarimbun dan Effendi,1999:125), bahwa yang dimaksud reliabilitas adalah istilah yang dipakai sejauhmana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih. Uji Cronbach Alpha, diterapkan untuk menguji reliabilitas instrumen dengan alternatif jawaban per butir pertanyaan dengan rumus sebagai berikut :
α
N =
n-1
1-
Vi Vt
n = Jumlah item Vi = Varian item ke i Vt = Varian total Uji Reliabilitas dilakukan dari data pretest kuesioner Uji coba dilaksanakan pada minggu ketiga bulan Juli 2006. Responden untuk Uji reliabilitas sebanyak 20 orang terdiri dari: 10 orang Wanita Tuna Susila di Panti Sosial Karya Wanita Marga Rahayu Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi, dan 10 orang Wanita Tuna Susila dari Balai Pemulihan Sosial Wanita
55 Tuna Susila Silih Asih di Kecamatan Palimanan Kabupaten Cirebon, yang diambil secara acak. Pengujian instrumen terdiri dari pengujian peubah pengetahuan Wanita Tuna Susila tentang HIV/AIDS. Alat ukur cukup reliabel untuk digunakan jika nilai α > 0,500 dan mendekati 1,00 (Arikunto,1989). Hasil uji reliabilitas diperoleh nilai sebesar α = 0,947
3.3.5 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dari bulan Agustus 2006 sampai dengan bulan September 2006. Data primer dikumpulkan dari Wanita Tuna Susila yang dijadikan responden dengan menggunakan instrument penelitian berupa daftar pertanyaan (lampiran 2). Data primer tentang karakteristik wanita tuna susila juga diperoleh dengan wawancara terhadap Kepala Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Kecamatan Nagrak Kabupaten Sukabumi, Kepala Balai Pemulihan Sosial Wanita Tuna Susila (BPSWTS) Kecamatan Palimanan Kabupaten Cirebon, Kepala Seksi Pemulihan, Pejabat Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi, Dinas Sosial, Puskesmas, dan staf pengajar/Instruktur Bimbingan dan Penyuluhan dari kedua Panti Sosial Wanita PSKW Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi dan BPSWTS Kecamatan Palimanan Kabupaten Cirebon, Propinsi Jawa Barat . Data sekunder dikumpulkan melalui tinjauan terhadap catatan-catatan kemajuan wanita tuna susila yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan dan pelatihan pencegahan HIV/AIDS bagi Wanita Tuna Susila Jawa Barat .
3.3.6 Analisis Data Data yang dikumpulkan terlebih dahulu ditabulasi dengan pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kualitatif adalah melakukan analisa deskriftif terhadap data dan hasil pengamatan. Sedangkan pendekatan kuantitatif dilakukan untuk menguji hubungan-hubungan variabel-variabel yang diamati dan dianalisis dengan bantuan program SPSS (Statistical Program for Social Science). Untuk membantu dalam mendeskripsikan peubah karakteristik Wanita Tuna Susila dengan pengetahuan Wanita Tuna Susila tentang HIV/AIDS
56 dan bahayanya pada kesehatan manusia, dengan menggunakan teknik korelasi Konkordansi Kendall W pada tarap kepercayaan 0,05 – 0,01 (Siegel,1994:285). Selain itu juga dilakukan analisis kualitatif deskriftif atas dasar hasil-hasil pengamatan dan catatan selama proses pengumpulan data di lapangan. Adapun rumus Konkordansi Kendall W sebagai berikut:
W =
S 1/12 k 2 (N3 – N)
dimana: S = jumlah kuadrat deviasi observasi dari mean Ri k = banyak himpunan ranking penjenjangan N = banyak obyek atau individu yang diberi ranking