METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Populasi penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian, maka populasi dalam penelitian adalah KUBE yang dikategorikan berhasil. Diharapakan dari KUBE-KUBE seperti ini akan ditemukan berbagai hal atau komponen penting yang dapat dijadikan sebagai dasar atau acuan dalam pengembangan KUBE di masa mendatang. Dari hasil penjajagan yang dilakukan di lapangan, ukuran keberhasilan KUBE antara satu daerah dengan daerah lainnya belum seragam seragam, tergantung daerah masingmasing. Ada yang melihat keberhasilan KUBE dari keberadaan KUBE, struktur dan organisasi KUBE, jaringan atau kemitraan yang dikembangkan, pendapatan yang diperoleh anggota, kegiatan usaha ekonomis produktif yang dikembangkan. KUBE pada dasarnya memiliki dua kegiatan: (a) kegiatan yang berkaitan dengan usaha ekonomis produktif (UEP) dan (b) kegiatan yang berkaitan dengan usaha kesejahteraan sosial (UKS). Didasarkan pada kenyataan dan pertimbangan di atas, maka ada 4 kriteria KUBE yang dianggap berhasil dan dijadikan acuan dalam penelitian ini, yaitu: (a) dilihat dari aktivitas, ada kegiatan-kegiatan sosial yang dilakukan, seperti: arisan, pengajian, tolong menolong dalam kesulitan keuangan, dan lain sebagainya ; (b) dilihat dari segi waktu, KUBE sudah berdiri se belum tahun 2001; (c) dilihat dari jenis usaha, ada jenis usaha ekonomis produktif yang dikembangkan, seperti: usaha dagang, usaha pembuatan kue, usaha jahit menjahit, dan lain sebagainya; (d) dilihat dari segi pendapatan, ada pendapatan yang diperoleh anggota dari usaha yang dikembangkan. Mengacu pada kriteria yang sudah dipaparkan di atas, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah KUBE yang memenuhi 4 kriteria di atas. Teknik penarikan sampel Didasarkan pada ketersediaan populasi penelitian, heterogenitas penelitian dan kemampuan peneliti baik dana, waktu maupun tenaga maka untuk keperluan penelitian dilakukan penarikan sampel. Beberapa hal perlu dipertimbangkan
66
dalam teknik penarikan sampel ini. Menurut Win van Zanten (1994 : 81) “pengelompokan dapat dibuat berdasarkan kriterium pokok yang relevan untuk tujuan analisis atau untuk meningkatkan keefisienan (efficiency) pendugaan, misalnya (1) jenis kelamin, (2) kelompok umur; (3) propinsi atau kota; (4) kelas pendapatan; (5) jenis pekerjaan, (6) perusahaan, dikelompokkan menurut besar perusahaan, (7) suku bangsa”. Atas pertimbangan di atas dan tingkat keberhasilan KUBE sekarang (hasil penjajagan di lapangan) , maka dilakukan penarikan sampel dengan beberapa teknik. Lokasi penelitian propinsi dan kabupaten / kota dipilih secara purposive. Ada beberapa alasan kenapa memilih lokasi ini, yaitu: (a) wilayah ini merupakan provinsi di mana tingkat keberhasilan KUBE relatif bagus dibandingkan dengan propinsi lainnya, dan (2) tingkat persentase penduduk fakir miskin relatif tinggi dibandingkan dengan jumlah penduduk masing-masing wilayah. Sedangkan pemilihan wilayah kabupaten / kota didasarkan atas keberadaan KUBE dengan kategori berhasil menurut daftar yang ada pada Dinas Sosial Provinsi masingmasing. Didasarkan pada data yang ada dan hasil penjajagan awal di lapangan, keberhasilan KUBE masih belum menggembirakan. Masih relatif sulit menemukan KUBE di satu wilayah dengan kriteria berhasil seperti kriteria yang sudah diajukan di atas , sekalipun sudah te rdaftar sebagai kriteria KUBE berhasil. Berdasarkan hasil identifikasi, jumlah KUBE dengan kriteria berhasil hanya terbatas, maka peneliti menggunakan sensus di dalam penentuan KUBE yang menjadi sampel penelitian. Sedangkan pemilihan anggota KUBE dilakukan dengan teknik cluster ramdom sampling dengan kelompok pengurus dan bukan pengurus. Kemudian di antara pengurus dan anggota dipilih masing-masing dua orang secara acak, sehingga satu KUBE terpilih sebanyak 4 orang. Pemilihan pengurus dan bukan pengurus dilakukan secara acak dengan menunjuk masing-masing dua orang pengurus dan anggota menurut daftar anggota yang masih aktif , baik sebagai pengurus maupun sebagai anggota KUBE. Penentuan dua orang pengurus dan dua orang anggota dilakukan untuk tujuan objektivitas jawaban responden.
67
Sampel penelitian Didasarkan pada teknik sampel yang sudah dipaparkan sebelumnya, diperoleh sampel penelitian seperti Tabel 6. Responden yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengurus dan anggota KUBE yang sebelumnya dikategoikan sebagai fakir miskin. Jumlah responden yang dijadikan sampel dalam penelitian adalah sebanyak 224 orang yang terdiri dari; dua orang pegurus KUBE, dan dua orang anggota dari setiap kelompok KUBE. Namun dalam proses wawancara ada responden yang tidak dapat diwawancarai karena berhalangan, sehingga untuk beberapa KUBE hanya dapat diwawacarai 1 atau 2 orang anggota atau pengurus. Sehingga tidak secara lengkap 1 KUBE terwakili 2 orang pengurus dan 2 orang anggota. Untuk selengkapnya komposisi sampel pe nelitian disajikan pada Tabel 6. Tabel 6: Jumlah Sampel KUBE dan Wilayah Penelitian Propinsi Sumatera Utara Jawa Timur Kalimantan Timur Jumlah
Kab/ Kota
Jlh KUBE Jlh %
Pengurus Jlh %
Anggota Jlh %
4 5
13 22
21,31 36,07
22 44
50 51,8
22 41
50 48,2
2
26
42,62
49
51,6
46
48,4
61
100
115
51,3
109
48,7
Untuk objektivitas informasi yang diperoleh dari sumber sekunder , maka beberapa sumber yang dianggap dapat mewakili, yaitu: (a) tokoh kunci informal dan formal masyarakat setempat, kepala desa dan jajarannya, (b) pendamping, (c) Departemen Sosial, dan Dinas Instansi Propinsi dan Kabupaten / Kota yang secara fungsional menangani KUBE; dan (d) LSM/ Organisasi Sosial yang melakukan pemberdayaan. Penentuan responden ini dilakukan dengan melihat keterkaitan kelompok dengan eksistensi KUBE.
Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian Lokasi penelitian meliputi 3 wilayah propinsi, yaitu: (1) Propinsi Sumatera Utara , yang meliputi: Kota Binjai, Kabupaten Deliserdang, Kabupaten Langkat dan Kota Medan ; (2) Propinsi Jawa Timur, yang meliputi: Kabupaten Blitar,
68
Kabupaten Lamongan, Kabupaten Nganjuk, Kotapasuruan, dan Kota Surabaya; dan (3) Propinsi Kalimantan Timur, yang meliputi: Kota Balikpapan dan Kota Samarindah. Pemilihan wilayah Kabupaten / Kota didasarka n pada keberadaan KUBE dengan kriteria berhasil yang sudah dipaparkan. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan, yaitu penyusunan dan bimbingan proposal penelitian selama 12 bulan hingga pertengahan tahun 2004, kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan penelitian yang dimulai dari pertengahan tahun 2004 hingga 2005 awal. Pembuatan laporan atau penulisan hasil dilakukan sejak pertengahan tahun 2005 hingga sekarang.
Disain Penelitian Untuk menjawab permasalahan penelitian yang sudah dirumuskan, maka disain penelitian yang digunakan, adalah: 1. Analisis deskrip tif eksploratif, yaitu metode yang bertujuan untuk menggali, mengungkapkan, dan menggambarkan secara analitis, faktual dan akurat berbagai hal atau aspek yang berkaitan dengan peubah-peubah yang ada dalam penelitian 2. Korelasional, yaitu metode penelitian yang bertujuan untuk mencari, menggali dan mengungkapkan secara faktual dan akurat berbagai pengaruh dan hubungan yang terjadi di antara peubah-peubah penelitian.
Data dan Instrumen Sumber data penelitian Ada beberapa sumber data dan informasi yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Data Primer, yang meliputi: a. Data atau informasi yang diperoleh dari responden yang meliputi pengurus KUBE dan anggota kelompok KUBE.
69
b. Data dan informasi yang diperoleh dari keluarga anggota KUBE c. Hasil observasi di lapangan. 2. Data Sekunder, yaitu data atau informasi yang diperoleh: a. Data atau informasi yang diperoleh dari petugas lapangan Kantor Pemerintah yang menangani pemberdayaan KUBE. b. Data atau informasi yang diperoleh dari Kantor Kelurahan / Desa masingmasing KUBE. c. Data atau informasi yang diperoleh dari pendamping KUBE d. Data atau informasi yang diperoleh dari petugas lapangan LSM/ Organisasi Sosial yang terlibat dalam pemberdayaan KUBE. Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian adalah: 1. Studi dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data melalui studi dokumentasi terhadap laporan-laporan yang berkaitan dengan sumber data sekunder. 2. Wawancara berstruktur (setengah terbuka), yaitu teknik pengumpulan data dengan mengajukan berbagai pertanyaan-pertanyaan secara mendalam kepada responden secara tatap muka dengan pedoman wawancara yang sebelumnya telah disediakan. 3. Survey dan observasi berstruktur, yaitu bentuk pengumpulan data melalui pengamatan langsung di lapangan dan tinggal bersama masyarakat selama beberapa waktu untuk melihat secara langsung kenyataan yang ada di masyarakat.
Peubah dan Pengukuran Peubah-peubah penelitian Gambar 5 memperlihatkan hubungan antar peubah, di mana terdapat 3 peubah bebas X, yaitu: karakteristik individu anggota KUBE (X1 ), pola pemberdayaan yang diberikan (X2` ) dan lingkungan sosial KUBE (X2` ). Terdapat 2 pubah tidak bebas Y (respon), yaitu: dinamika kehidupan kelompok (Y1 ) dan tingkat keberhasilan KUBE (Y2 ). Peubah-peubah ini saling berhubungan dengan yang lainnya seperti yang digambarkan pada Gambar 5.
70
Peubah yang berkaitan dengan karakteristik individu anggota KUBE (X 1) adalah: 1. Jenis kelamin (X1.1 ) 2. Umur (X1.2 ) 3. Pendidikan formal yang dicapai (X1.3) 4. Pelatihan yang diikuti (X1.4 ). 5. Modal awal yang dimiliki (X1.5 ) 6. Pola penghasilan (X1.6 ) 7. Sumber penghasilan utama (X1.7 ) 8. Kebutuhan / harapan anggota (X1.8 ) 9. Persepsi tentang hidup berkelompok (X1.9 )
10. Motivasi anggota (X1.10 ) Peubah yang berkaitan pola pemberdayaan kelompok yang diberikan selama ini (X 2) adalah: 1. Proses pembentukan KUBE (X2.1 ) 2. Pendekatan atau metode yang diterapkan (X2.2 ) 3. Jumlah anggota (X2.3 ) 4. Bantuan (uang dan peralatan) yang diberikan (X2.4) 5. Pendampingan (X2.5) 6. Kebebasan yang diberikan (X2.6) 7. Perlidungan / Proteksi (X2.7) Peubah yang berkaitan dengan lingkungan sosial KUBE adalah (X3) adalah: 1. Norma / nilai budaya yang berlaku dalam masyarakat (X3..1) 2. Keterkaitan kelompok dengan tokoh informal dan formal masyarakat (X 3.2) 3. Akses terhadap keuangan (pemanfaatan, kesulitan, dll.) (X3.3). 4. Peluang pasar (X3.4) 5. Ketersediaan sumber daya (X3.5)
6. Ancaman yang mungkin muncul (X3.6) Peubah yang berkaitan dengan dina mika kehidupan kelompok adalah (Y 1) adalah: 1. Tujuan kelompok (Y1.1) 2. Struktur kelompok (Y 1.2) 3. Fungsi dan tugas kelompok (Y1.3)
71
4. Pembinaan kelompok (Y 1.4) 5. Kekompakan kelompok (Y 1.5) 6. Ketegangan Kelompok (Y1.6 ) 7. Keefektifan kelompok (Y1.7) 8. Kepemimpinan (Y1.8 ) 9. Kepuasan anggota (Y1.9 ) Peubah-peubah yang berkaitan dengan tingkat keberhasilan KUBE adalah (Y2 ) adalah: Aspek Sosial (Y 21): 1. Kerjasama sesama anggota (Y21.1) 2. Kesediaan memberikan pertolongan (Y21.2 ) 3. Kemampuan mengatasi masalah (Y21.3 ) 4. Tingkat partisipasi anggota (Y21.4 ) 5. Keberanian menghadapi risiko (Y21.5 ) 6. Perencanaan usaha (Y 21.6) 7. Pemanfaatan sumber (Y21.7 ) 8. Inovasi Usaha (Y 21.8) Aspek Ekonomi (Y 22): 1. Perkembangan Modal (Y22.1) 2. Pengguliran (revolving fund) (Y 22.2) 3. Pendapatan (Y 22.3) 4. Tabungan (Y22.4 ) 5. Banyaknya jenis usaha (Y22.5 ) 6. Pengelolaan hasil keuntungan (Y22.6 ) 7. Pengelolaan IKS (Y22.7) Pengukuran peubah Menurut Black dan Champion dalam Renzo (1966) definisi pengukuran dalam suatu penelitian merujuk pada sejumlah prosedur yang memungkinkan dilakukannya observasi emperis untuk menunjukkan gejala secara simbolik dan mengkonseptualisasikan apa yang akan dijelaskan. Mengacu pada konsep Steven, Cohen dan Negerl dalam Black dan Champion (1976) serta Miller (1991) definsi pengukuran dalam penelitian ini adalah pemberian angka-angka secara nominal
72
terhadap perangkat sosial atau perangkat psikologis individu yang sesuai dengan aturan dan menetapkan hubungan di antara keduanya secara simbolik. Berdasarkan pada pengertian pengukuran di atas, dalam rangka pengolahan dan pengujian data-data statistik, maka di bawah ini akan dijelaskan kriteria pengukuran variabel atau peubah-peubah yang ada. 1. Untuk kategori jawaban yang bersifat nominal, jawaban akan menggunakan skala pengukuran “nominal”. Kategori pengukuran ini merupakan kategori yang hanya dapat mengungkapkan satu kondisi atau keadaan, seperti jenis kelamin laki-laki atau perempuan, desa atau kota, pekerjaan, dan lain -lain. 2. Untuk kategori jawaban yang bersifat ordinal, dilakukan pengukuran menurut skala Likert (Mueller dalam Kartawidjaja , 1992) yang terdiri dari 4 tingkatan sebagai berikut: a. Kategori “sangat sesuai”, bilamana responden merasakan bahwa pernyataan atau pertanyaan yang diajukan sangat sesuai semuanya dengan yang diharapkan atau diinginkan, diberi skor 4 b. Kategori “sesuai” atau “sedang ”, bilamana responden merasakan bahwa pernyataan atau pertanyaan yang diajukan sebagian besar lebih sesuai dengan yang diharapkan atau diinginkan, diberi skor 3. c. Kategori “kurang sesuai” bilamana responden merasakan bahwa pernyataan atau pertanyaan yang diajukan hanya sebagian kecil sesuai dengan yang diharapkan atau diinginkan, diberi skor 2. d. Kategori “tidak sesuai” bilamana responden merasakan bahwa pernyataan atau pertanyaan yang diajukan sama sekali tidak sesuai dengan yang diharapkan atau diinginkan, diberi skor 1. Untuk kategori jawaban yang bersifat interval dan rasio, akan menggunakan jawaban responden sesuai dengan kategori, jenjang, rangking dan tingkatan pengelompokannya.
Validitas dan Reliabilitas Sebelum kuestioner yang final digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Vailiditas atau kesahihan suatu alat ukur adalah
73
bahwa akat ukur tersebut dapat digunakan secara tepat untuk mengukur hal yang sesungguhnya diinginkan (Ancok, 1978) . Jadi dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan variabel yang diteliti secara tepat. Sedangkan reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan instrumen. Reliabel artinya dapat dipercaya dan diandalkan (Arikunto, 1982: 136). Artinya berapakali pun instrumen itu digunakan untuk hal yang sama hasil tetap sama. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah alat atau instrument (kuestioner) yang digunakan sudah sahih, atau sesuai dan cocok dipergunakan untuk mengumpulkan dan mengukur data dan infomasi yang dimaksudkan. Mengacu pada pendapat Downie dan Health dalam Black dan Cahampion (1976) mengatakan bahwa tingkat kesahihan penelitian dapat dilihat dari 3 hal, yaitu (a) kesahihan konstruk (constru ct validity),
(b) kesahihan isi (content
validity) dan (c) kesahihan konkuren (predictive validity). 1. Kesahihan konstruk berkaitan dengan validitas struktur peubah-peubah yang dimasukkan dalam penelitian. Artinya bahwa peubah-pubah independen yang ada secara logis dapat mempenga ruhi peubah-peubah yang dependen. Dalam kosep ini bahwa karakteristik individu anggota KUBE, pola pemberdayaan, lingkungan sosial KUBE akan mempengaruhi dinamika kehidupan KUBE. Selanjuntya dinamika kehidupan KUBE akan mempengaruhi tingkat keberhasilan KUBE. Uji validitas konstrak dilakukan melalui penetapan kerangka konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Ancok dalam Sigarimbun dan Effendi (1978) yang mengatakan bahwa konstrak adalah kerangka suatu konsep. Dengan kerangka konsep ini disusun tolok ukur operasional penelitian dan pertanyaan-pertanyaan yang harus didasarkan pada definisi operasional peubah penelitian. 2. Kesahihan isi berkaitan dengan relevansi peubah-peubah yang dituangkan dalam intrumen dengan kerangka teori yang dijadikan acuan penelitian. Pengujian validitas eksternal
(konstruk validity) dilakukan dengan cara
membandingkan teori-teori tentang berbagai peubah sebagai suatu konsep yang sudah dipaparkan pada kerangka terori dengan peubah-peubah yang sesungguhnya terjadi di lapangan. Dalam kontek ini, variabel-variabel yang
74
dijadikan peubah dalam penelitian ini terlebih dahulu dikaji dengan sumber teori yang dijadikan kerangka acuan dalam penelitian ini. Pengkajian ini dilakukan beberapa kali hingga menemukan suatu kesahihan antara peubahpeubah penelitian dengan kerangka konsep teori yang digunakan. Selain kesesuaian antara konsep yang ditua ngkan dengan kenyataan di lapangan, validitas eskternal ini juga diuji melalui pendapat para ahli (jury opinion), yakni petunjuk para ahli yang relevan dengan bidangnya, dalam hal ini diajukan ke komisi pembimbing. Melalui pengujian ini pertanyaan-pertanyaan yang disusun dalam kuestioner dapat mencakup secara tepat semua aspek, fakta, gejala
yang terjadi di lapangan. Melalui proses ini, maka dapat
dikatakan bahwa validitas eksternal penelitian cukup valid karena adanya kesesuaian antara kenyataan di lapangan yang dituangkan dalam instrumen dengan kerangka konsep / teori penelitian yang digunakan. 3. Kesahihan konkuren berkaitan dengan kesahihan hubungan di antara peubahpeubah yang ada. Kesahihan ini dituangkan dalam skor yang diperoleh dari hubungan di antara berbagai variabel yaitu: karaktersitik individu anggota KUBE, pola pemberdayaan, lingkungan sosial, dinamika kehidupn kelompok, dan tingkat keberhasilan KUBE. Pengujian kesahihan kongkuren ini dilakukan terhadap hasil uji instrumen terhadap 20 responden yang dilakukan di Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten dengan menggunakan teknik Product Moment Coeficient Correlation dari Pearson atau dikenal dengan teknik Korelasi Pearson (Siegel, 1990). Hasil pengujian kesahihan yang dilakukan diperoleh seperti Tabel 7. Tabel 7: Pengujian Kesahihan Hubungan Antara Variabel Utama Variabel Utama
(Y1 )
(Y2)
Karakteristik Individu Anggt KUBR (X 1)
0,872
0,798
Pola Pemberdayaan (X2 )
0,765
0,778
Lingkungan Sosial (X3)
0,821
0,798
Dinamika Kehidupan Kelompok (Y1 )
-
0,821
Keberlanjutan Kelompok (Y2 )
-
-
75
Nilai hubungan terendah sebesar 0,765 yaitu hubungan antara peubah pola pemberdayaan dengan dinamika kehidupan KUBE dan tertinggi sebesar 0,872 yaitu hubungan antara karakteristik individu anggota KUBE dengan dinamika kehidupan KUBE. Ini menunjukkan bahwa hubungan di antara peubah penelitian sangat baik. Menurut Arikunto (1982) reliabilitas menunjukkan keterpercayaan suatu alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Lebih lanjut dikatakan suatu instrume n dikatakan baik bila instrumen tersebut tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Hal yang senada dikatakan oleh Sellfiz dalam Black dan Champion (1976) keterandalan suatu instrumen berkaitan dengan kemampuan alat ukur untuk mengukur gejala secara konsisten, teliti dan sebagai alat ukur yang tepat dalam mengukur gejala yang sama. Untuk mencapai reliabilitas alat ukur yang maksimal telah dilakukan penyempurnaan instrumen melalui pengujian terhadap 20 responden dengan menggunakan rumus Alpha (Arikunto, 1982) sebagai berikut:
r 11
di mana:
r11 k
= =
? s b2 s t2
= =
k ? s b2 = [ --------][1- ---------] (k-1) s t2
Reliabilitas instrumen banyaknya butir pertanyaan setiap kelompok variabel Jumlah varian butir varian totoal
Untuk melihat apakah instrumen yang digunakan reliabel atau tidak, maka nilai r11
yang diperoleh dikonfirmasikan dengan nilai t tabel pada taraf
signigikansi 0. 05 persen. Jika nilai rxy tehitung lebih besar dari t tabel, maka instrumen yang digunakan dinyatakan reliabel, jika sebaliknya maka instrumen dinyatakan tidak reliabel. Dari hasil pengujian yang dilakukan pada taraf signifikansi 0,05 untuk pengujian dua sisi diperoleh hasil seperti Tabel 8 berikut, sedangkan t tabel untuk db = 18 diperoleh sebesar 1.328. Terbukti bahwa t hitung lebih besar dari t tabel yang berarti bahwa alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini cukup reliabel.
76
Tabel 8: Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen No
Variabel
Koefisien r11
1.
Karakteristik Individu Anggt KUBR (X1 )
2.
Pola Pemberdayaan (X2)
0,723 0,765
4.
Lingkungan Sosial (X3)
0.762
6.
Dinamika Kehidupan Kelompok (Y 1)
0,812
7.
Tingkat Keberhasilan KUBE (Y2 )
0,798
Analisis Data Atas dasar tujuan penelitian, model teoritis yang dikembangkan dan hipotesis yang diajukan, maka metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif eksploratif dan analisis hubungan kausal untuk melihat hubunganhubungan yang terjadi antara varibael. Untuk menggali dan mendalami serta menggambarkan secara faktual dan akurat berbagai kondisi dan keadaan yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat miskin melalui pendekatan KUBE digunakan tabel-tabel frekwensi, analisis tabel dan grafik-grafik. Sedangkan untuk melihat pengaruh dan hubungan yang terjadi di antara peubah yang ada digunakan analisis lintasan (path analysis model). Menurut Dilton dan Goldstein (1984) analisis lintas bertujuan untuk (1) melihat dan menjelaskan mekanisme hubungan kausal yang terjadi antar peubah dengan cara menguraikan korelasi menjadi pengaruh langsung dan tidak langsung; (2) dapat menggabungkan keterangan kuantitatif yang diperoleh dari koefisien korelasi dengan keterangan kualitatif melalui hubungan kausal yang telah diformulasikan, dengan demikian dapat menghasilkan suatu interpretasi yang kuantitif; (3) menentukan ukuran pentingnya secara relatif pengaruh langsung dan tidak langsung. Dalam menerapkan model analisis lintas (path analysis model) dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut: 1. Menentukan terlebih dahulu model hubungan-hubungan (model analisis path) yang terjadi di antara peubah-peubah yang ada. Didasarkan pada kerangka
77
teori dan kerangka pemikiran yang sudah dipaparkan sebelumnya, maka model hubungan antara variabel dalam penelitian ini dapat digambarkan seperti Gambar 5.
Karakt Individu Anggota (X1)
Pola Pemberdayaan (X2 )
Lingkungan Sosial (X3 )
Dinamika Kehidupan Kelompok (Y1 )
Tingkat Keberhasilan KUBE (Y2 ) Gambar 5: Model Hubungan Antara Variabel
Dalam pemodelan ini, tingkat keberhasilan KUBE ditentukan oleh bagaimana dinamika kehidupan KUBE yang terjadi dan secara tidak langsung dipengar uhi oleh karakteristik individu anggota KUBE, pola pemberdayaan dan lingkungan sosial KUBE. Kemudian dinamika kehidupan KUBE dipengaruhi oleh karakteristik individu anggota KUBE, pola pemberdayaan dan lingkungan sosial KUBE. Dalam hubungan variavel-variabe l ini terlihat bahwa dengan adanya pemberdayaan yang diberikan kepada KUBE terjadi perubahan yang berarti terhadap tingkat keberhasilan KUBE. Hanya saja perubahan tingkat keberhasilan ini ada yang cepat dan ada yang lambat, ada yang disadari betul dan ada yang kurang disadari oleh anggota. Dalam
78
pemodelan ini, hubungan dan pengaruh sebab akibat yang terjadi di antara variabel dapat terjadi baik secara individual maupun secara bersama-sama di antara peubah-peubah penelitian, tetapi yang diamati melalui model ini adalah perubahan yang terjadi secara kelompok. Ada peubah yang mempunyai pengaruh sangat kuat dan ada yang pengaruhnya kecil. (2) Menguji keterkaitan hubungan-hubungan di antara satu peubah terhadap peubah lainnya dilakukan melalui pengujian statistik korelasi rank Spearman, dengan rumus sebagai berikut: N
6 ? d i2 i=1
rs
=
1
(N3 – N)
di mana : N
? d i2 = total jumlah perbedaan ranking d i i=1
rs = koefisien korelasi rank Spearman N = jumlah pasangan pengamatan antara satu variabel terhadap variabel lainnya d i = perbedaan ranking dari tiap pasangan dari variabel pengamatan Menurut Siegel (1990) salah satu syarat di dalam penggunaan korelasi rank Spearmen adalah bahwa kedua variabel yang diukur sekurang-kurangnya dalam skala ordinal sehingga objek-objek atau individu-individu yang dipelajari dapat diranking dalam dua rangking berurutan. Dengan demikian penggunaan korelasi rank Spearmen dapat diterapkan dalam pengujian ini. Untuk pengujian data ordinal melalui uji statistik parametrik, terlebih dahulu dilakukan transformasi data dengan menggunakan rumus transformasi umum seperti berikut:
Indeks Transformasi =
Jumlah skor yang diperoleh per indikator dikurangi Jumlah skor terkecil x 100 Jumlah skor maksimum dikurangi jumlah skor terkecil
79
(3) Penentukan komponen utama (principal component analysis) yang bertujuan untuk: (1) menentukan komponen utama yang dapat menerangkan sebanyak mungkin keragaan total data; (2) untuk menentukan peubah yang saling bebas atau tidak berkorelasi; (3) pereduksian dimensi atau peubah yang saling tumpang tindih. Komponen utama ini dapat dihitung dengan persamaan: KUi = a1iX1 + a2iX2 + ……… + apiXn di mana : KU i a1.i Xn
= Komponen utama ke i, di mana i = 1, 2, …n = vektor ciri ke i, di mana i = 1, 2, …n = variabel bebas hingga ke n
(4) Untuk mencari koefisien lintasan, dapat ditelusuri dari model regresi linear berganda (setelah dibakukan) yang terdiri dari n varibel bebas (Dillon dan Golstein, 1994), dengan rumus: Z0 = p01 Z1 + p02Z 2 + ……… + pokZk + pou U di mana : Z0 Zi poi pou U
= = = = =
peubah tak bebas yang dibakukan peubah bebas yang dibakukan koefisien lintas koefisien lintas peubah sisa peubah sisa
Sedangkan untuk menghitung nilai koefisien lintas peubah sisa dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
P01 =
1 - R1 2
di mana : R12 = koefisien determinasi Dalam analisis penelitian ini dilakukan analisis secara individu dan agregat
kelompok.
Analisis
dengan
menggunakan
agregat
kelompok
menunjukkan hasil yang tidak terlalu berbeda dengan analisis unik kelompok dengan menggunakan informasi individu. Komponen utama merupakan unsur penting dalam keberhasilan KUBE. Komponen utama meliputi 2 hal, yaitu: komponen eksistensi KUBE dan
80
komponen kedinamisan KUBE. Kedua komponen ini dihasilkan dari peubahpeubah yang ada yang dilakukan melalui uji hubungan antara peubah dan analisis lintasan. Hasil pengujian yang signifikan dan memberikan kontribusi yang besar kemudian ditetapkan sebagai komponen utama keberhasilan KUBE. Selanjutnya berdasarkan sifatnya / karakter peubah dikelompokkan sebagai komponen eksistensi dan komponen kedinamisan KUBE (Tabel 32). Agar penerapan model pemberdayaan KUBE yang ditawarkan lebih maksimal, maka disusun strategi pemberdayaan KUBE. Strategi ini disusun berdasarka n hasil analisis hubungan antara variabel yang dilakukan melalui uji korelasi dan analisis lintas (Tabel 34).
Definisi Operasional dan Indikator Pengukuran Untuk menghindari kesimpangsiuran dalam pemahaman konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini, maka akan diberikan terlebih dahulu batasan pengertian beberapa konsep-konsep yang digunakan, kemudian akan dilakukan penentuan indikator pengukuran. 1. Kelompok Usaha Bersama (KUBE) adalah suatu perkumpulan atau perhimpunan warga masyarakat kurang mampu (fakir miskin) yang terdiri dari 5 hingga 10 kepala keluarga dan menjalankan usaha bersama dalam bidang usaha kesejahteraan sosial (UKS) dan usaha ekonomis produktif (UEP) dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial anggota. 2. Masyarakat miskin adalah sejumlah warga yang mempunyai pengeluaran ekuivalen dengan nilai beras sebesar 480 kg per orang per tahun atau 40 kg per orang per bulan untuk masyarakat perkotaan dan sebesar 320 kg per orang per tahun atau 26,7 kg per orang per bulan untuk masyarakat pedesaan (Sajogyo dalam Soeharto). 3. Fakir miskin adalah warga masyarakat yang mempunyai kriteria: a. Tingkat pengeluaran ekuivalen dengan beras 270 kg per orang per tahun atau 22,5 kg per orang per bulan untuk daerah perkotaan dan 180 kg per orang per tahun ata u 15 kg per orang per bulan untuk daerah pedesaan (Sayogo dalam Soeharto, 2002).
81
b. Tingkat pendidikan pada umunya rendah, tidak tamat SLTP dan tidak ada keterampilan tambahan. 4. Karakteristik Individu Anggota KUBE (X 1) a. Jenis kelamin
adalah sifat jasmani yang dimilik anggota KUBE yang
dapat membedakan apakah laki-laki atau perempuan. b. Umur adalah jumlah tahun usia yang dimiliki oleh anggota KUBE hingga saat penelitian ini dilakukan. c. Tingkat pendidikan anggota adalah jenjang sekolah yang ditamatkan atau yang pernah dilalui untuk mengikuti proses belajar pada jejang yang paling tinggi (terakhir). d. Pelatihan anggota adalah pembinaan keterampilan yang diikuti anggota KUBE baik yang diselenggarakan berkaitan dengan eksistensi program KUBE sendiri maupun pun yang tidak berkaitan dengan jenis usaha ekonomis produktif yang dikembangkan ataupun yang kurang sesuai dengan jenis usaha yang dikembangkan. e. Modal yang dimiliki adalah banyaknya uang atau barang awal yang dimiliki oleh KUBE baik yang bersumber dari bantuan orang lain atau modal sendiri yang dijadikan sebagai modal dalam rangka pengembangan usaha KUBE. f. Pola penghasilan adalah sifat jenis pendapatan yang diperoleh setiap KUBE yang dikelompokkan pada tiga sifat jenis pendapatan yaitu jenis kegiatan dengan penghasilan harian , jenis kegiatan dengan penghasilan bulanan dan jenis kegiatan dengan penghasilan tahunan . g. Sumber penghasilan utama adalah jenis mata pencaharian yang menjadi pendapatan keluarga/anggota KUBE secara menetap dan waktunya dihabiskan sebagian besar untuk bekerja mendapatkan penghasilan atau pendapatan dari mata pencaharian utama tersebut. h. Kebutuhan atau harapan yang akan dipenuhi adalah semua hal atau aspek yang berkaitan dengan pemenuhan keperluan, keingingan dan kepentingan anggota KUBE yang dapat mempengaruhi keterlibatan anggota dalam KUBE, yang meliputi: harapan dan keinginan yang akan diwujudkan,
82
Tabel 9: Indikator dan Parameter Karakteristik Individu Anggota KUBE (X1) Peubah :
Indikator dan Parameter Karakteristik Individu Anggota Kelompok KUBE (X 1)
No
Indikator / Parameter
1.
Jenis kelamin (X1.1 ): (1) Identitas kelamin yang didimiliki Umur (X1.2): (1) Jumlah tahun usia yang dicapai hingga penelitian dilakukan Tingkat pendidikan (X1.3): (1) Tingkat atau jenjang pendidikan (2) Lama tahun untuk mengikuti pendidikan
2.
3.
Kriteria • laki -laki atau perempuan • tahun
• SD, SLTP, SLTA, dan lainnya • tahun
4.
Pelatihan yang pernah diikuti (X1.4) (1) Pernah tidaknya mengikuti pelatihan (2) Banyaknya pelatihan yang diikuti
• pernahtidak pernah • 1, 2, 3, lebih dari 3
5.
Modal yang dimiliki (X1.5): (1) Modal awal yang dimiliki KUBE sendiri (2) Besarnya uang bantuan yang diterima (3) Besar bantuan peralatan yang diterima (konversi dalam uang)
• besarnya dalam rupaih (Rp) • sda • sda
6.
Pola Penghasilan (X1.6 ) (1) UEP yang dikelola secara intensif (2) Penentuan jenis UEP
• bersifat harian, bulanan, dan tahunan • pemerintah, tokoh masyarakat, secara
(3) Perkembangan keberhasilan UEP.
• tidak berkembang-berkembang baik.
bersama-sama, anggota KUBE 7.
Sumber penghasilan utama (X1.7): (1) Jenis pekerjaan sebagai sumber penghasilan utama (2) jenis pekerjaan yang waktunya lebih banyak 8 Kebutuhan / harapan yang akan dipenuhi (X1.8 ): (1) Kebutuhan yang ingin diwujudkan (2) Harapan bersama yang ingin diwujudkan (3) Pemahaman terhadap pencapaian kebutuhan dan harapan (4) Rasionalitas terhadap pencapaian kebutuhan dan harapan (5) Keterkaitan dengan kehidupan sehari-hari 9. Persepsi tentang kehidupan berklp (X1.9 ): (1) Pemahaman tujuan kelompok (2) Penilaian tujuan kelompok (3) Manfaat hidup berkelompok (4) Kesadaran anggota hidup berkelompok 10. Motivasi anggota (X1.10): (1) Pemahaman nilai dan makna hidup (2) Semangat untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab (3) Kemauan dan dorongan untuk menjalankan tugas dan t. jawab (4) Usaha untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab Ket: sda = sama dengan di atas
• penghasilan yang paling banyak diterima • waktu yang lebih banyak dihabiskan. • tidak terpenuhi-sudah terpenuhi • sda • tidak memahami-sangat memahami • tidak rasional-sangat rasional • tidak terkait-sangat terkait • tidak memahami-sangat memahami • tidak baik-sangat baik • tidak bermanfaat-sangat beranfaat • tidak sadar-sangat sadar • sangat memahami-tidak memahami • sangat bersemangat-tidak bersemangat • sangat tinggi-tidak ada sama sekali • sangat kuat-tidak ada sama sekali
83
pemahaman terhadap pencapaian kebutuhan dan harapan, rasionalitas pencapaian kebutuhan dan harapan, dan keterkaitan dengan kehidupan sehari-hari anggota KUBE. i.
Persepsi tentang berkelompok adalah tanggapan atau penilaian anggota terhadap keseluruhan kehidupan kelompok yang melatarbelakangi keikutsertaan anggota kelompok bergabung dalam KUBE.
j.
Motivasi anggota adalah suatu dorongan atau kemauan yang muncul dari dalam diri anggota KUBE unt uk melaksanakan segala tugas-tugas dan tanggung jawab yang diberikan yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial anggota KUBE.
k. Didasarkan pada pengertian yang sudah diuraikan, maka yang menjadi parameter pengukurann karakteristik individu anggota KUBE dirinci seperti pada Tabel 9. 5. Pola Pemberdayaan (X2) a. Proses pembentukan kelompok adalah keseluruhan kegiatan dan usahausaha yang dilakukan anggota kelompok mulai dari awal adanya ide pembetukan kelompok hingga kesepakatan terbentuknya kelompok KUBE secara permanen. b. Pendekatan atau metode adalah cara penanganan pemberdayaan KUBE yang dilakukan yang berupa pendekatan individu, kelompok, partisipastif, demokratis dan delegatif yang diyakini akan dapat lebih motivasi atau mendorong anggota KUBE untuk terlibat dalam pengembangan KUBE. c. Jumlah anggota adalah keseluruhan orang yang terdaftar dan aktif dalam mengikuti kegiatan KUBE secara rutin. d. Bantuan adalah pertolongan yang bersifat materi (uang atau peralatan) dalam rangka penambahan modal usaha yang dapat mendorong atau memotivasi anggota KUBE sehingga usaha yang dikembangkan dapat lebih berhasil dalam rangka meningkatkan pendapatan anggota KUBE. e. Pendampingan, adalah proses pembinaan melalui penghunjukan seseorang yang bertugas memfasilitasi dan membantu memperlancar keberhasilan pengembangan usaha kelompok untuk jangka wantu tertentu.
84
Tabel 10: Indikator dan Parameter Pola Pemberdayaan (X2 ) Peubah : Pola Pemberdayaan yang diberikan (X 2) No
Indikator / Parameter
Kriteria
1.
Proses pembentukan kelompok (X2.1 ): (1) Ide pembentukan (oleh siapa)
• pihak luar desa, pemerintah, tokoh
(2) (3) (4) (5) (6)
• • • • •
2
3.
4.
5.
6.
7.
Proses merealisasikan ide Frekwensi pertemuan Proses yang terjadi dalam pertemuan Kesepakatan anggota yang dicapai Dasar hukum yang dijadikan acuan
Pendekatan / metode yang diterapkan (X2.2): (individu, kelompok, gabungan individu/kelompok, partisipatif, demokratis, delegatif). (1) Proses penerapannya (2) Respon/reaksi anggota kelompok Jumlah anggota sekarang ini (X2.3): (1) Jumlah anggota yang terdaftar hingga saat ini (2) Jumlah anggota yang aktif dalam kegiatan, termasuk rapat, pembinaan, dll. (3) Perubahan dan pergantian anggota yang terjadi hingga sekarang. Bantuan yang diberikan (X2.4): (1) Jenis bantuan yang diterima (2) Besar bantuan yang diterima (3) Kesesuaian jenis bantuan (4) Kesesuaian besar bantuan (5) Dampak bantuan yang diberikan (6) Keutuhan bantuan yang diterima (7) Prosedur penerimaan bantuan. Pendampingan (X2.5): (1) ada tidaknya pelayanan pendampingan (2) Keaktivan pendampingan. (3) Peranan pendamping (fasilitator, katalisator, dinamisator) (4) M asukan atau saran-saran yang diberikan (5) Komitmen pendamping (6) Keterlibatan dalam pengambilan keputusan Kebebasan yang diberikan (X2.6 ): (1) Kebebasan anggota dalam pembentukan kelompok dan kepengurusan (2) Kebebasan dalam penentuan jenis usaha (3) Kebebasan anggota dalam pengelolaan usaha Perlindungan / proteksi adalah (X 2.7): (1) Perlindungan terhadap harga (2) Perlindungan terhadap mutu (3) Perlindungan terhadap daya saing (4) Perlindungan terhadap penyediaan modal
Ket: sda = sama dengan di atas
masyarakat / orsos; anggota. sda minggu, triwulan, bulan, tahun tidak efektif-sangat efektif tidak sepakat-sangat sepakat tdk ada, kebiasaan, kesepakatan, tertulis
• tidak tepat-sangat tepat • tidak menerima-sangat menerima • orang • orang • tidak ada-ada
• • • • • • •
tidak ada, barang, uang banyaknya dalam rupiah (Rp) tidak sesuai-sangat sesuai sda tidak berpengaruh-sangat berpengaruh persentase (%) sulit sekali-sangat mudah
• tidak ada, ada • tidak aktif-sangat aktif • kurang-sangat baik • tidak berguna-sangat berguna • tidak ada-sangat tinggi • tidak ada-selalu terlibat • tidak bebas-sangat bebas • sda • sda • • • •
tidak melindungi-sangat melindungi sda sda sda
85
f. Kebebasan yang diberikan adalah perlakuan atau tindakan yang ditunjukkan pada KUBE yang memungkinan KUBE dengan leluasa menentukan pilihannya dalam hal pembetukan dan kepengurusan KUBE, dalam penentuan jenis usaha, dan pengelolaan usaha yang dikembangkan oleh KUBE. f. Perlindungan / proteksi adalah usaha-usaha yang dilakukan untuk menjaga atau mengamankan usaha kelompok guna
mencapai
keberhasilan
yang meliputi: perlindungan terhadapa harga, mutu, daya saing dan modal. keberhasilan yang lebih optimal melalui penyediaan modal, pemasaran hasil usaha dan pengembangan usaha kelompok. Didasarkan pada pengertian yang sudah diuraikan, maka yang menjadi parameter pengukuran pola pemberdayaan diperinci seperti pada Tabel 10. 6. Lingkungan Sosial KUBE (X3 )
Lingkungan
Sosial KUBE
adalah
segala
aspek-aspek
yang
mempengaruhi kehidupan KUBE yang bersifat ekternal yang meliputi: norma/ nilai budaya masyarakat yang ada,
keterikatan masyarakat dengan tokoh
informal maupun formal, akses terhadap lembaga-lembaga keuangan (pemanfaatan, kemudahan, dan lain-lain), dan peluang-peluang pasar yang ada, ketersediaan sumber daya dan ancaman yang muncul. a. Keterkaitan dengan norma / nilai budaya adalah segala kebiasaankebiasaan, aturan-aturan yang hidup dan berlaku dalam masyarkat baik secara formal maupun informal yang mengikat atau mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung terhadap kinerja anggota KUBE dalam menjalankan program dan kegiatan-kegiatan KUBE. b. Keterkaitan KUBE dengan tokoh informal dan formal adalah adanya hubungan yang mungkin terjadi antara KUBE dengan tokoh-tokoh masyarakat yang mempunyai pengaruh positif ma upun negatif baik langsung maupun tidak langsung dalam rangka pengelolaan KUBE oleh anggota kelompok. c. Akses terhadap lembaga keuangan adalah kemudahan dan kesempatan yang
ada
untuk
mendapatkan,
menggungkan
dan
memanfaatkan
86
pelayanan-pelayanan perbankan dalam rangka mengembangkan program dan kegiatan-kegiatan KUBE Tabel 11: Indikator dan Parameter Lingkungan Sosial KUBE (X3) Peubah : Lingkungan Sosial KUBE (X3) No
Indikator / Parameter
Kriteria
1
Keterkaitan KUBE dengan nilai budaya masyarakat (X3.1): (1) Keterkaitan dengan kebiasaan/ tradisi yang ada (2) Dukungan nilai/norma masyarakat
• sangat terkait- tidak terkait • sda
Keterkaitan KUBE dengan tokoh informal dan formal (X3.2): (1) Hubungan dengan tokoh formal dan informal (2) Intervensi yag dilakukan (3) Ide atau gagasan yang diberikan (4) Keperdulian yang ditunjukkan
• • • •
tidak baik -sangat baik tidak terlibat-sangat terlibat tidak ada-sangat banyak tidak ada-sangat tinggi
Akses te rhadad lembaga keuangan (X3.3): (1) Pelayanan perbankan yang disediakan (2) Kejelasan informasi akan pelayanan (3) Keterjangkauan pelayanan (4) Kemudhan untuk mendapatkan (5) Pemanfaatan pelayanan perbankan.
• • • • •
tidak tersedia-sangat tersedia tidak jelas-sangat jelas tidak terjangkau-sangat terjangkau sangat sulit-sangat mudah tidak dimanfaatkan-sangat dimanfaatkan
Peluang pasar (X3.4 ): (1) Nilai bisnis UEP (2) Daya saing UEP (3) Kualitas produksi UEP (4) Keterjangkauan pasar (5) Peluang penguasaan pasar
• • • • •
tidak ada-sangat tinggi tidak ada-sangat tinggi sangat rendah-sangat tinggi tidak terjangkau-sangat terjangkau tidak ada-sangat tinggi
Jaringan kerja (X3.5): (1) Ada tidaknya jaringan kerja yang terbentuk (2) Kemanfaatan jaringan kerja (3) Kejelasan peranan dalam jaringan (4) Prospek jaringan di masa yang akan datang
• • • •
tidak ada-sudah terjalin dengan baik tidak bermanfaat-sangat bermanfaat tidak jelas-sangat jelas tidak baik -sangat baik
2
3
4
5
6.
Ketersediaan sumber daya(X3.6): (1) Akses terhadap sumber daya (2) Ketersediaan informasi tentang sumber daya (3) Ketersediaan sumber daya yang dapat dimanfaatkan (4) Kesempatan utk mendapatkan sumber daya (5) Kemudahan menjangkau sumber daya (6) Pemanfaata sumber daya.
• tidak ada-sangat tersedia • tidak ada-sangat tersedia • sda • tidak ada-sangat banyak • sangat sulit-sangat mudah • tidak dimanfaatkan-sangat
dimanfaatkan 7.
Ancaman (X3.7): (1) Acaman ketersediaan bahan baku (2) Ancaman pencurian hasil usaha (3) Ancaman pemutusan jaringan kerja
Ket: sda = sama dengan di atas
• tidak ada-sangat tinggi • sda • sda
87
d. Peluang pasar adalah posisi tawar dan permintaan yang menguntungkan dan bahkan memungkinkan untuk menguasai pasar terhadap semua produk-produk yang dihasilkan oleh KUBE e. Jaringan / kemitraan kerja adalah hubungan kerja sama yang terbentuk dengan berbagai kelompok usaha (baik industri besar, menengah dan kecil) dalam rangka pengembangan usaha kelompok yang dijalankan. f. Ketersediaan sumber daya adalah ada tidaknya tidaknya peluang KUBE dalam pemanfaatan segala potensi dan kekuatan yang ada dalam rangka pengembangan usaha KUBE g. Ancaman adalah sesuatu hal yang dapat merugikan, menyulitkan, menggangu, menyusahkan atau mencelakakan kegiatan atau usaha -usaha kelompok yang sudah dibangun yang mengakibatka n kelompok sulit atau tidak dapat mengembangkan usaha yang sudah dilakukan dalam bentuk ketersediaan bahan baku, gangguan pencurian hasil usaha, pemutusan jaringan kerja dan gangguan pihak luar yang mungkin terjadi. Didasarkan pada pengertian yang sudah diuraikan, maka yang menjadi parameter pengukuran lingkungan sosialKUBE dirinci seperti pada Tabel 11.
7. Dinamika Kehidupan Kelompok (Y1 ) a. Tujuan kelompok adalah hasil yang ingin dicapai atau diwujudkan oleh KUBE baik secara bersama -sama maupun secara individual dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial anggota KUBE. b. Struktur kelompok adalah susunan hierarkhis dan pembagian tugas serta wewenang yang terjadi di antara anggota dalam rangka mencapai tujuan. c. Fungsi tugas kelompok adalah segala ses uatu yang harus dilakukan oleh KUBE yang bertujuan untuk memfasilitasi dan mempermudah usahausaha KUBE dalam rangka mencapai tujuan KUBE. d. Pembinaan kelompok adalah upaya yang dilakukan untuk tetap memelihara,
mempertahankan
dan
mengembangkan,
mengatur,
memperkuat dan mengekalkan kehidupan KUBE (survival oriented).
88
Tabel 12: Indikator dan Parameter Dinamika Kehidupan Kelompok (Y1 ) Peubah : Dinamika Kehidupan Kelompok (Y1) No
Indikator / Parameter
1
Tujuan kelompok (Y1.1 ): (1) Tujuan kelompok (2) Kejelasan rumusan tujuan kelompok (3) Sosialisasi tujuan kelompok (4) Kesesuaian tujuan dengan tujuan individu Struktur kelompok (Y1.2 ): (1) Struktur kelompok (2) Pembagian tugas di antara anggota (3) Hubungan struktural yang terjadi (4) Pemahaman kelompok terhadap struktur kelompok yang ada. Fungsi tugas kelompok (Y1.3 ): (1) Fungsi memberikan informasi (2) Fungsi menyelenggarakan koordinasi (3) Fungsi menjelaskan (4) Fungsi pemecahan masalah (problem solving)
2
3
4
5
6
7
8
9
Pembinaan dan pengembangan kelompok (Y1.4): (1) Penumbuhan partisipasi anggota (2) Penyediaan fasilitas (3) Penyelenggaraan berbagai aktivitas (4) Sosialisasi aturan / norma (5) Sosialiasi program dan kegiatan (6) Penciptaan hubungan di antara kelompok (7) Penentuan standar kerja yang dijalankan Kekompakan kelompok (Y1.5): (1) Perwujudan kesatuan dan persatuan kelompok (2) Identifikasi keanggotaan (3) Homogenitas (kesamaan dan kebersamaan) (4) Kerjasama anggota (5) Keharmonisan hubungan kelompok Ketegangan kelompok (internal dan ekternal) (Y1.6) (1) Persaingan internal (2) Persaingan ekternal (3) Konflik internal yang terjadi (4) Kempimpinan yang diterapkan (5) Tantangan dan peluang yang ada (6) Penerapan sanksi Keefektivan kelompok (Y1.7): (1) Hasil atau produktivitas yang sudah dicapai (2) Semangat kerja dan kesungguhan anggota (3) Keberhasilan anggota dalam mencapai kebutuhan pribadinya Kepemimpinan kelompok (Y1.8): (1) Gaya kepemimpinan yang diterapkan (2) Peranan sebagai pengurus yang dijalankan (3) Tanggung jawab yang dibangun (4) Pelimpahan wewenang (5) Kekuasaan yang dijalankan (6) Persuasi yang diterapkan Kepuasan anggota (Y1.10 ): (1) Perasaan atas hasil keuntungan diperoleh (2) Keinginan untuk meneruskan kelompok KUBE (3) Keinginan untuk bertemu sesama anggota (4) Tingkat kepuasan anggota (5) Tingkat partisipasi anggota
Ket: sda = sama dengan di atas
Kriteria • • • •
tidak ada-ada dan sudah dicapai tidak jelas-sangat jelas tidak dilakukan-sering dilakukan tidak sesuai-sangat sesuai
• • • •
tidak ada-ada dan sudah dijalankan tidak merata-sangat merata tidak baik-sangat baik tidak memahami-sangat memahami
• • • •
tidak lancar-sangat lancar tidak baik-sangat baik sda sda
• tidak ada-sangat baik • tidak tersedia-sangat tersedia • tidak ada-sangat bayak • tidak ada-sangat sering • sda • tidak ada-sangat baik • tidak ada-sudah diterapkan • • • • •
tidak ada-sangat baik tidak ada-sudah ada tidak ada-sudah diterapkan tidak ada-sangat baik tidak harmonis-sangat harmonis
• • • • • •
tidak baik-sangat baik sda tidak dapat diatasi -dapat diatasi mengarah otoriter-mengarah demokratis tidak ada-sangat tinggi tidak ada-sangat kuat
• sangat rendah-sangat tinggi • sda • tidak ada-sangat tinggi
• mengarah otoriter-mengarah demokratis • buruk -sangat baik • tidak ada-sangat tinggi • tidak ada-sangat baik • sangat besar-sangat proporsional • tidak ada-sangat baik • tidak puas-sangat puas • tidak ada-sangat tinggi • tidak ada-sangat senang • tidak ada-sangat tinggi • sda
89
e. Kekompakan kelompok adalah perwujudan kesatuan KUBE yang dicirikan oleh adanya indentifikasi anggota, adanya kesamaan dan keberdamaan serta kerjasama yang kuat dari semua atau di antara anggota KUBE sehingga mampu dan tahan menghadapi setiap goncangan yang mungkin timbul baik dari dalam maupun dari luar KUBE. f. Ketegangan kelompok adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan tantangan bagi KUBE, seperti: persaingan internal dan ekternal, konflik internal yang terjadi, kepemimpinan yang kurang sesuai dengan kehidupan KUBE, tantangan dan peluang yang muncul
serta penerapan sanksi
terhadap anggota KUBE g. Keefektivan kelompok adalah keberhasilan KUBE dalam mencapai tujuannya, yang dapat dilihat dari produktivitas yang sudah dicapai, semangat kerja dan kesungguhan anggota dalam menjalankan tugas dan keberhasilan anggota dalam mencapai kebutuhan pribadinya. h. Kepemimpinan adalah usaha -usaha yang dilakukan pemimpin untuk mempengaruhi anggota kelompok sehingga mau mengikuti apa yang diinginkan
yang
ditunjukkan
melalui
gaya
kepemimpinan
yang
ditampilkan, peranan yang dijalanakan, tanggung jawab yang diberikan, pelimpahan wewenang, kekuasaan dan persuasi yang dijalankan. i.
Kepuasan kelompok adalah perasaan atas hasil yang diperoleh dari KUBE yang meliputi keuntungan atau
pendapatan yang diperoleh, keinginan
untuk meneruskan KUBE, keinginan untuk bertemu sesama anggota KUBE dan tingkat partisipasi anggota dalam kegiatan KUBE. Didasarkan pada pengertian yang sudah diuraikan, maka yang menjadi parameter pengukurannya diperinci seperti pada Tabel 12.
8. Tingkat Keberhasilan KUBE (Y 2) Tingkat keberhasilan adalah prestasi atau kesuksesan yang sudah dicapai oleh KUBE yang berkaitan dengan aspek sosial dan aspek ekonomi.
90
Aspek Sosial (Y2.1) a. Kerjasama anggota adalah usaha-usaha bersama yang dilakukan dalam rangka menyelesaikan tugas-tugas yang ada yang meliputi keoordinasi yang dilakukan
anggota,
kesediaan
membantu
orang
lain,
dan
penyelesaian tugas bila ada kesulitan b. Kesediaan memberikan pertolongan adalah kemauan yang tulus untuk membantu orang lain yang mengalami kesulitan yang ditandai dengan keperdulian terhadap orang la in, sikap penerimaan terhadap orang lain, dan kesungguhan memberikan pertolongan pada orang lain c. Kemampuan mengatasi masalah adalah
sikap penerimaan terhadap
masalah yang ada, kemauan untuk mengatasi hambatan dan tantangan yang ada, kemauan untuk mendengarkan nasehat orang lain, kerjasama mengatasi hambatan dan tantangan, dan keuletan mengatasi masalah. d. Tingkat partisipasi anggota adalah banyaknya pertemuan yang diadakan dalam sebulan, rata-rata kehadiran anggota dalam setiap pertemuan, masukan dan saran-saran yang diberikan, keterlibatan anggota dalam pengambilan keputusan, pelaksanaan keputusan, keterlibatan dalam penilaian, keikutsertaan dalam pelaksanaan keputusan bersama yang sudah dihasilkan dan keperdulian anggota terhadap keberhasilan kelompok. e. Keberanian menghadapi risiko adalah sikap dan rasa percaya diri untuk memulai jenis usaha / kegiatan baru, pengembangan usaha, penerapan inovasi, dan kesiapan untuk menerima kegagalan yang mungkin terjadi f. Perencanaan usaha adalah kegiatan yang dilakukan KUBE untuk mengidentifikasi, menggali dan menganalisis kebutuhan serta memanfaatkan sumber yang tersedia dalam rangka pengembangan usaha. g. Pemanfaatan sumber daya adalah kemampuan anggota KUBE di dalam mengidentifikasi, mengolah dan memanfaatkan segala potensi dan kekuatan yang ada termasuk pemanfaatan limbah untuk kepentingan kesejahteraan
para
anggota
KUBE
dengan
tetap
mempertahankan kelestarian dan daya dukung lingkungan.
menjaga
dan
91
h. Inovasi usaha adalah penerapan ide / teknologi baru ke da lam sistem yang sudah ada sehingga usaha dan kegiatan yang dikembangkan menjadi lebih produktif,
yang
meliputi
kegiatan
pemahaman
terhadap
makna
pembaharuan, kemampuan menerapkan inovasi, keberhasilan dalam penerapan inovasi, keaktifan dalam mendapatkan informasi inovasi baru.
Aspek Ekonomi (Y22): a. Modal yang dimiliki adalah banyaknya uang atau barang awal yang dimiliki oleh kelompok baik yang bersumber dari bantuan orang lain atau modal sendiri serta bagaimana pengelolaan dan perkembangan modal tersebut hingga saat ini. b. Pengguliran adalah pengalihan bantuan kepada kelompok miskin yang lain yang dilakukan secara cicilan dan bertahap sesuai dengan perkembangan usaha yang dilakukan dan kemampuan anggota yang menerima bantuan. c. Pendapatan adalah besarnya hasil atau keuntungan yang diterima oleh anggota KUBE dari hasil pengembangan usaha yang dilakukan oleh anggota KUBE maupun hasil keuntungan yang diperoleh dari luar KUBE. d. Tabungan adalah simpanan yang disisihkan dari hasil pendapatan untuk jaminan hidup selama satu bulan ke depan yang meliputi ketersediaan kebutuhan makan untuk jangka waktu satu bulan ke depan dan kepemilikan tabungan dalam bentuk uang. e. Jenis usaha yang dikembangkan adalah banyaknya ragam usaha produksi yang dikelola hingga sekarang ini dan bagaimana perkembangan pengelolaan dan keberhasilan masing-masing jenis usaha yang ada. f. Pengelolaan hasil keuntungan adalah pengaturan hasil pendapatan yang diperoleh dari hasil usaha yang dikembangkan, yang meliputi pembagian hasil keuntungan, transparansi dalam keuntugan, ketepatan pembagian keuntungan, dan frekwensi pembagian keuntugan. g Pengelolaan Iuran Kesejahteraan Sosial (IKS) adalah pengaturan dan pemanfaatan dana IKS yang terkumpul untuk kesejahteraan anggota yang
92
meliputi besarnya dana IKS, ketepatan pembayaran dana IKS, kemudahan prosedur dalam pemanfaatan dana IKS dan kemanfaatan dana IKS Didasarkan pada pengertian yang sudah diuraikan, maka yang menjadi parameter pengukuran keberlanjutan usaha diperinci seperti pada Tabel 13. Tabel 13: Indikator dan Parameter Tingkat Keberhasilan KUBE (Y2 ) Peubah : Keberlanjutan usaha (Y2 ) No
Indikator / Parameter
Kriteria
Aspek Sosial 1
2.
3
Kerjasama sesama anggota (Y21.1) (1) Koordinasi yang dilakukan anggota (2) Kesediaan membantu orang lain (3) Penyelesaian tugas bila ada kesulitan Kesediaan memberikan pertolongan (Y2.2 ) (1) Keperdulian terhadap orang lain (2) Sikap penerimaan terhadap orang lain, (3) Kesungguhan memberikan pertolongan Kemampuan mengatasi masalah (Y 21.3): (1) Penerimaan terhadap masalah yang muncul (2) Kemauan mengatasi hambatan dan tantangan (3) Kemauan mendengarkan nasehat orang lain (4) Kerjasama mengatasi hambatan dan tantangan (5) Keuletan mangatasi masalah
Tingkat partisipasi anggota (Y21.4) (1) Banyaknya pertemuan yang diadakan dalam sebulan (2) Rata-rata kehadiran anggota setiap pertemuan (3) Masukan atau saran-saran yang diberikan oleh anggota (4) Keterlibatan anggota dalam pengambilan keputusan (5) Keterlibatan anggota dalam pelaksanaan keputusan (6) Keterlibatan anggota dalam evaluasi (7) Tindak lanjut terhadap keputusan / saran-saran (8) Keperdulian terhadap keberhasilan KUBE 5. Keberanian menghadapi risiko (Y21.5): (1) Keberanian untuk memulai jenis usaha / kegiatan baru (2) Keberanian untuk pengembangan usaha (3) Keberanian untuk menerapkan inovasi baru (4) Kesiapan untuk menerima kegagalan yang ada 6 Perencanaan usaha (Y21.6): (1) Kemampuan mengidentifikasi kebutuhan (2) Kemampuan menganalisis masalah dan kebutuhan (3) Kemampuan merencanakan pemanfaatan sumber daya Ket: sda = sama dengan di atas
• tidak ada-sangat baik • tidak merata-sangat merata • terbatas sekali-sangat baik • terbatas sekali-sangat tinggi • tidak menerima-sangat baik • tidak tulus -sangat tulus • • • • •
tidak menerima-sangat menerima tidak ada-sangat tinggi sda sda sda
4.
• kali • persen (%) • tidak ada-sangat banyak • tidak terlibat-sangat terlibat • sda • sda • tidak ada-semua ditindaklanjuti • tidak perduli -sangat perduli. • tidak ada-sangat tinggi • sda • sda • sda • tidak ada-sangat baik • sda • sda
93
Tabel 13: Lanjutan No
Indikator / Parameter
Kriteria
7.
Pemanfaatan sumber daya (Y21.7 ): (1) Kemampuan mengidentifikasi sumber daya (2) Kemampuan mengolah sumber daya (3) Pemanfaatan limbah (4) Kelestarian lingkungan (5) Daya dukung sumber daya
• • • • •
8.
Inovasi usaha (Y 21.8 ): (1) Pemahaman terhadap makna pembaharuan usaha (2) Kemampuan menerapkan inovasi (3) Keberhasilan menerapkan inovasi (5) Keaktifan untuk mendapatkan informasi inovasi baru
Aspek Ekonomi 1. Modal yang dimiliki (Y 22.1 ): (1) Modal awal yang dimiliki KUBE (2) Besarnya modal saat ini (3) Perkembangan modal yang ada (4) Besarnya bantuan yang diterima selama ini (5) Pengelolaan modal yang ada 2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pengguliran bantuan (Y22.2) (1) Ada tidaknya pengguliran (2) Bentuk penguliran (3) Besarnya dana pengguliran Pendapatan anggota (Y22.3) (1) Besarnya pendapatan dari KUBE per bulan (2) Besar pendapatan keluarga pe bulan Tabungan anggota (Y 22.4 ) (1) Ketersediaan makan untuk satu bulan ke depan (2) Ada tidaknya tabungan keluarga
tidak ada-sangat baik sda sda sangat rusak-sangat lestari sda
• tidak mem ahami-sangat memahami • tidak ada-sangat tinggi • sda • tidak aktif-sangat aktif
• • • • •
besarnya dalam rupiah (Rp) besarnya dalam rupiah (Rp) besarnya dalam persentase (%) besarnya dalam rupiah (Rp) sangat intensif-tidak intensif
• tidak ada-ada • uang / barang • 1 % , 2 % , lebih dari 2 % dari modal. • dalam rupiah • sda • tidak tersedia- tersedia • tidak ada-ada
Jenis (UEP) yang dikembangkan (Y 22.5 ): (1) Banyak jenis UEP yang dikelola pada awalnya (2) Banyak jenis UEP yang bertambah
• 1, 2, 3, lebih dari 3 jenis usaha • sda
Pengelolaan hasil keuntungan (Y22.6): (1) Pembagian hasil keuntungan (2) Keterbukaan dalam keuangan (3) Ketepatan pembagian keuntungan (4) Frekwensi penerimaan keuntungan
• • • •
tidak adil -sangat adil tertutup-sangat terbuka tidak tepat-sangat tepat rutin per minggu, bulan, semester, tidak tentu (kadang-kadang)
Pengelolaan Iuran Kesejahteraan S osial (IKS) (Y 2.7 ): (1) Ada tidaknya dana IKS (2) Besarnya dana IKS (3) Ketepatan pembayaran IKS (4) Kemudahan prosedur pemanfaatan dana IKS (5) Sasaran k egunaan dana IKS
• • • • •
tidak ada dana IKS-ada tidak sesuai-sangat sesuai terlambat-tepat waktu sangat sulit-sangat mudah tidak tepat-sangat tepat
Ket: sda = sama dengan di atas