ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1.
Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah observasional analitik yaitu penelitian yang dilakukan untuk menyelidiki adanya hubungan atau komparasi tanpa memberikan perlakuan pada sampel.
4.2.
Populasi Sampel, Sampel, dan Besar Sampel 4.2.1. Populasi Sampel Populasi penelitian diambil dari pasien klinik Konservasi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga periode Agustus-Oktober 2012 yang memiliki karies tinggi. 4.2.2. Sampel Sampel penelitian adalah pasien klinik Konservasi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga periode Agustus-Oktober 2012 yang memiliki karies tinggi, dengan saliva pasien sebagai unit analisis. 4.2.3. Kriteria Sampel Kriteria sampel adalah pasien pria dan wanita berusia 20 hingga 40 tahun yang memiliki karies tinggi dengan keadaan umum baik, tidak memiliki kelainan sistemik seperti demam, diare yang terlalu lama, diabetes, gagal ginjal kronis, tidak berada di bawah pengaruh
SKRIPSI
PERBEDAAN JUMLAH KOLONI ...VEMMIA ANINDITA DHARSONO
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
obat-obatan yang dapat mempengaruhi sekresi saliva seperti analgesik, antikonvulsan, antiemetik, antihistamin, antihipertensi, antinausea, antiparkinson, antipruritik, diuretik, dekongestan, ekspektoran, muscle relaxant, obat-obatan psikotropik, sedatif dan antispasmodic, tidak mengkonsumsi antibiotik dalam kurun waktu satu bulan, tidak sedang hamil, tidak sedang dalam radioterapi kepala dan leher, dan tidak merokok. 4.2.4. Perkiraan Besar Sampel Sampel dipilih secara consecutive sampling dengan perkiraan besar sampel yang akan diteliti dipakai rumus uji hipotesa menurut Lemeshaw: n = 2ơ (Z ½α + Zβ)2 (µ1 - µ2)2 = 2(0,97853) ((1,96 + 0,842)2) (12,3889 – 10,8333)2 = 2ơ2 (Z ½α + Zβ)2 (µ1 - µ2)2 = 6,3449921 = 6
N
= jumlah sampel
µ1 = rerata respon kelompok 1
ơ
= standart deviasi
µ2 = rerata respon kelompok 2
Z ½α = adjusted SD untuk α Zβ
SKRIPSI
= adjusted SD untuk β
PERBEDAAN JUMLAH KOLONI ...VEMMIA ANINDITA DHARSONO
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
42
Jumlah sampel yang diambil pada penelitian ini adalah 18 sampel pria dan 18 sampel wanita untuk meningkatkan validasi penelitian. 4.2.5. Teknik Pengambilan Sampel Pengambilan sampel diambil dengan menggunakan teknik simple random sampling.
4.3.
4.4.
Variabel Penelitian Variabel Bebas
: Jenis kelamin
Variabel Terikat
: Jumlah koloni Streptococcus mutans dalam saliva
Definisi Operasional Jumlah Streptococcus mutans adalah angka yang menunjukkan jumlah Streptococcus mutans yang ada dalam saliva penderita pria dan wanita dengan karies tinggi, yang diperoleh dengan cara menghitung koloni bakteri atau Colony Forming Unit (CFU/ml) yaitu hasil perkalian jumlah koloni pada plate agar dengan faktor pengencer. Penderita karies tinggi ditentukan melalui pemeriksaan DMFT dan pemeriksaan saliva menggunakan GC Saliva Check Buffer Kit. Pemeriksaan DMFT dilakukan dengan cara melihat dan menghitung jumlah gigi karies, gigi yang hilang atau diekstraksi karena karies, dan gigi yang telah ditumpat. Penderita dikatakan memiliki resiko karies tinggi jika memiliki skor DMFT >6. Pemeriksaan saliva dengan menggunakan GC Saliva Check Buffer Kit meliputi pemeriksaan hidrasi, viskositas, pH,
SKRIPSI
PERBEDAAN JUMLAH KOLONI ...VEMMIA ANINDITA DHARSONO
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
43
kuantitas dan kapasitas buffer saliva. Masing-masing pemeriksaan dinilai dengan skor merah untuk hasil paling paling buruk, kuning untuk hasil yang baik, dan hijau untuk keadaan saliva yang paling baik. Penderita dikatakan memiliki resiko karies tinggi jika hasil pemeriksaan terdiri dari skor merah, skor kuning, dan maksimal 1 skor hijau.
4.5.
Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan sampel dilakukan di klinik Konservasi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga, sedangkan pekerjaan laboratorium dikerjakan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga. Penelitian dilakukan bulan Agustus hingga Oktober 2012.
4.6.
Alat dan Bahan Penelitian Alat: 1. Kaca mulut 2. Pinset 3. Sonde 4. Ekskavator 5. Nier bekken 6. Tabung reaksi steril 7. Mikropipet 8. Bunsen burner 9. Rak tabung reaksi
SKRIPSI
PERBEDAAN JUMLAH KOLONI ...VEMMIA ANINDITA DHARSONO
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
44
10. Inkubator 11. Colony counter Bahan: 1. Kapas 2. Cotton roll 3. Alkohol 70% 4. Spiritus 5. Korek api 6. GC Saliva Check Buffer Kit 7. Media TYC (Trypton Yeast Cystine) agar 8. Larutan BHI (Brain Heart Infusion) steril.
B
A
C D
F
E
H
I
G J
Gambar 4.1. Alat dan Bahan Keterangan Gambar:
SKRIPSI
A. Alkohol 70%
E. GC Saliva Check Buffer Kit
B. Tabung reaksi steril
F. Bunsen burner
C. Larutan BHI
G. Mikropipet
D. Rak tabung reaksi
H. Alat diagnostic (kaca mulut, sonde)
PERBEDAAN JUMLAH KOLONI ...VEMMIA ANINDITA DHARSONO
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
I. Cotton roll
J. Media TYC ag
4.7.
Cara Kerja 4.7.1. Pengambilan Sampel 1. Sampel penelitian adalah pasien klinik Konservasi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga periode bulan Agustus-Oktober 2012 berusia 20 hingga 40 tahun berkeadaan umum baik dengan resiko karies tinggi berdasarkan pemeriksaan DMFT dan pemeriksaan GC Saliva Check Buffer Kit. Pemeriksaan dilakukan di klinik Konservasi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga. 2. Pemeriksaan DMFT dilakukan dengan cara memeriksa keadaan klinis rongga mulut dan menghitungan jumlah gigi yang karies, gigi yang hilang atau diekstraksi karena karies, dan gigi yang telah ditumpat. Pasien dikatakan memiliki karies tinggi jika memiliki skor DMFT lebih dari 6. 3. Pemeriksaan saliva dengan menggunakan GC Saliva Check Buffer Kit mencakup pemeriksaan derajat hidrasi, viskositas, pH, kuantitas, dan kapasitas buffer. Pengambilan dan pemeriksaan saliva dilakukan pada pagi hari. Pada tes hidrasi, bibir bawah pasien ditarik dan dikeringkan dengan kasa, untuk kemudian dicatat waktu yang diperlukan untuk muculnya titik-titik saliva dari kelenjar saliva minor.
SKRIPSI
PERBEDAAN JUMLAH KOLONI ...VEMMIA ANINDITA DHARSONO
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Kriteria merah diberikan jika waktu yang dibutuhkan lebih dari 60 detik, kuning jika waktu yang dibutuhkan 30 hingga 60 detik, dan hijau jika waktu yang dibutuhkan kurang dari 30 detik. Pada tes viskositas, pasien diminta untuk meletakkan ujung lidah pada daerah palatum untuk kemudian dilihat konsistensi saliva pada mukosa dasar mulut. Kemudian dilakukan web test dengan bantuan tongue blade atau kaca mulut dengan cara mengangkat saliva dengan instrumen tersebut, lalu diamati panjang maksimal regangan salivanya. Saliva normal dapat membentuk web dengan panjang 2 hingga 5 cm, sedangkan saliva yang kental seperti pada pasien xerostomia, dapat memiliki panjang hingga 15 cm. Kriteria merah menunjukkan saliva yang tampak kental, berbusa, dengan web yang panjang, sedangkan kuning menunjukkan saliva yang tampak tidak terkumpul pada dasar mulut dan tampak sedikit lengket, dan hijau menunjukkan adanya saliva yang terkumpul dan membentuk lapisan yang tipis dan berkilau pada dasar mulut. Tes pH dilakukan pada unstimulated saliva yang dianggap sebagai indikator umum tingkat keasaman rongga mulut, dengan cara pasien diminta untuk meludah pada tempat yang telah disediakan sebanyak 1 ml, kemudian strip pH dimasukkan ke dalam saliva. Setelah 10 detik, pH ditentukan berdasarkan instruksi pabrik. Kriteria merah, menunjukkan pH
SKRIPSI
PERBEDAAN JUMLAH KOLONI ...VEMMIA ANINDITA DHARSONO
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
kurang dari 5,8, sedangkan kuning menunjukkan pH antara 5,8 sampai 6,8, dan hijau menunjukkan pH di atas 6,8. Pada tes kuantitas, pasien diminta untuk mengunyah permen paraffin tanpa rasa. Setelah 30 detik, pasien diminta untuk membuang saliva. Kemudian pasien diminta untuk mengunyah permen paraffin lagi dan diminta untuk tidak menelan salivanya. Selama 5 menit, saliva yang keluar setelah stimulasi pengunyahan permen paraffin dikumpulkan dalam wadah yang telah disiapkan setiap 1 menit. Nilai ambang flow rate saliva adalah 0,7 ml/menit, apabila flow rate lebih rendah dari ambang tersebut maka akan terdapat peningkatan resiko karies. Kriteria merah dipilih jika volume saliva kurang dari 3,5 ml, kuning jika volume saliva antara 3,5 hingga 5 ml, dan hijau jika volume saliva lebih dari 5 ml. Setelah volume diukur, saliva yang telah terkumpul digunakan untuk tes kapasitas buffer. Pada tes kapasitas buffer, 3 ml saliva diambil dengan pipet untuk kemudian diteteskan pada test strip, masing-masing 1 ml untuk 3 kolom pad pada test strip. Apabila terdapat kelebihan saliva, test strip dimiringkan sebesar 90o. Setelah 5 menit, warna-warna pada test strip dibandingkan dengan panduan dari pabrik. Masing-masing warna memiliki skor yang kemudian dijumlah dan dinilai berdasarkan kriteria warna. Kriteria merah
SKRIPSI
PERBEDAAN JUMLAH KOLONI ...VEMMIA ANINDITA DHARSONO
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
digunakan jika skor akhir antara 0-5, kuning jika skor akhir antara 6-9, dan hijau jika skor akhir antara 10-12. Pasien dikatakan memenuhi kriteria resiko karies tinggi, jika hasil pemeriksaan menunjukkan skor merah, kuning, dan maksimal 1 skor hijau. 4. Pasien diinstruksikan untuk menghindari asupan makanan dan minuman (kecuali air) satu jam sebelum pengambilan saliva. 5. Sebelum dilakukan pengambilan saliva, pasien diminta untuk berkumur dan dalam kondisi tenang. Selama pengambilan saliva, kepala harus sedikit condong ke depan dan mulut harus tetap terbuka dan saliva dibiarkan mengalir ke dalam wadah yang telah disediakan hingga terkumpul saliva sebanyak 2 cc. 6. Transport saliva dari klinik Konservasi ke Laboratorium Mikrobiologi dengan cara meletakkan tabung yang berisi saliva ke dalam termos es.
4.7.2. Penanaman Streptococcus mutans 1. Penanaman
Streptococcus
mutans
dilakukan
dengan
pengenceran sampai 102 sesuai dengan standart McFarland. Sebagai pengencer digunakan larutan BHI steril. 2. Pada pengeceran pertama, 0,5 ml sedimen keruh diambil dengan mikropipet dan dimasukkan ke dalam tabung pertama yang berisi 4,5 ml larutan BHI (pengenceran 101).
SKRIPSI
PERBEDAAN JUMLAH KOLONI ...VEMMIA ANINDITA DHARSONO
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3. Kemudian untuk pengenceran berikutnya dari sedimen yang telah diencerkan 101, diambil 0,5 ml dengan mikropipet, lalu dimasukkan ke dalam tabung kedua yang juga berisi 4,5 ml larutan BHI (pengenceran 102). 4. Larutan yang sudah diencerkan hingga 102 diambil 0,1 ml kemudian dituang pada media TYC, kemudian diratakan dengan spreader. 5. Media agar yang sudah ditanami bakteri dimasukkan ke dalam candle jar, lalu disimpan di dalam inkubator pada suhu 37oC selama 1x24 jam.
4.7.3. Identifikasi dan Penghitungan Koloni 1. Setelah diinkubasi selama 1x24 jam, candle jar dikeluarkan dari inkubator dan petri dish dikeluarkan 2. Koloni berwarna putih keabuan, tampak seperti frosted glass, cembung, berdiameter ± 1 mm, dan dapat mengandung cairan (glukan larut air) pada bagian atas atau berupa genangan polisakarida di sekitar koloni. 3. Penghitungan dibantu dengan menggunakan colony counter.
4.8.
Analisis Data Analisis statistik pada penelitian dilakukan dengan menggunakan program SPSS. Uji analisis statistik ini dilakukan untuk melihat normalitas distribusi data penelitian dengan uji Kolmogrov Smirnov Test. Selanjutnya
SKRIPSI
PERBEDAAN JUMLAH KOLONI ...VEMMIA ANINDITA DHARSONO
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
dilakukan uji homogenitas data menggunakan Levene Test. Kemudian membandingkan dua variabel yang berbeda menggunakan uji Independent “T” Test dan Mann Whitney Test.
4.9.
Alur Penelitian Populasi pasien pria dan wanita dengan karies tinggi di RSGMP FKG Unair periode Agustus-Oktober 2012
Saliva 2 cc
Sedimen 1 cc
Pengenceran 102
Penanaman pada media TYC
Penghitungan jumlah koloni dengan colony counter
Data
Analisis data
Kesimpulan
SKRIPSI
PERBEDAAN JUMLAH KOLONI ...VEMMIA ANINDITA DHARSONO