36 METODE PENELITIAN
Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah : Peta-peta tematik (curah hujan, tanah, peta penggunaan lahan, lereng, administrasi dan RTRW), data-data statistik, sedangkan peralatan yang dipergunakan adalah Komputer, Software GIS, dan Kuisioner.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat (Gambar 6).
Jangka waktu pelaksanaan penelitian di lapangan selama kurang
lebih 2 (dua) bulan, mulai Juni 2007 sampai dengan Agustus 2007.
Gambar 6 Lokasi penelitian
37 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan Data Data sekunder dikumpulkan dari berbagai instansi yang terkait dengan tema penelitian, yakni Badan Pusat Statistik (BPS), Balai Penelitian Tanah, Badan Penelitian dan Perencanaan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Sukabumi, Dinas Kehutanan Kabupaten Sukabumi, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Sukabumi, Dinas Perkebunan Kabupaten Sukabumi dan instansi terkait lainnya.
Data-data sekunder juga dikumpulkan dari sumber-sumber lain
yang relevan. Data primer dikumpulkan melalui observasi lapangan, pengisian kuisioner dan wawancara langsung terhadap responden terpilih yang terdiri dari petani hutan rakyat, pedagang pengumpul atau tengkulak, pedagang penampung (perantara), industri pengolahan kayu rakyat dan lembaga-lembaga lain yang terkait dengan kegiatan pengusahaan hutan rakyat. Data yang diperoleh selanjutnya diolah dan dianalisis, baik secara statistik maupun deskriptif untuk mengetahui hubungan atau keterkaitan antara variabel yang satu dengan yang lain untuk mencapai sasaran yang diinginkan.
Pada
dasarnya sasaran yang ingin dicapai adalah mengetahui potensi pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Sukabumi (diagram analisis data dapat dilihat pada Gambar 9) Metode Pengambilan Contoh Responden Pengambilan contoh responden dalam penelitian ini adalah menggunakan metode pengambilan contoh tingkat tiga (three stage sampling).
Penentuan
contoh terpilih dilakukan purposive sampling atau contoh diarahkan dengan memperhatikan potensi untuk pengembangan hutan rakyat yang dicirikan dengan luas pemilikan serta posisi lokasi terhadap wilayah Kabupaten Sukabumi. Satuan contoh tingkat pertama adalah kecamatan, satuan tingkat ke dua adalah desa dan satuan contoh ketiga adalah rumah tangga. Satuan contoh tingkat pertama dipilih tiga kecamatan (yaitu Kecamatan Cisolok, Simpenan, dan Parakansalak). Kemudian dipilih 2 (dua) desa untuk masing-masing kecamatan, yaitu Desa Cikahuripan dan Karangpapak (Kecamatan Cisolok ), Desa Loji dan Desa
38 Cidadap (Kecamatan Simpenan), serta
Desa Makasari dan Palasari Girang
(Kecamatan Kalapanunggal). Selanjut diambil masing-masing 10 orang petani hutan rakyat sebagai responden.
Kriteria pengambilan responden adalah petani
yang aktif membudidayakan tanaman kayu-kayuan (tanaman kehutanan di lahan miliknya). Disamping itu juga dipilih beberapa orang responden yang terdiri dari pedagang perantara/tengkulak dan pengolah hasil hutan rakyat serta Industri Pengolahan Kayu (IPK). Tabel 5 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian No
Skala
Tahun
1
Peta Tanah
1 : 200.000
1966
Digital
PPT Bogor
2
Peta Administrasi
1 : 100.000
2005
Digital
BAPPEDDA Kab. Sukabumi
3
Peta RTRW Kab. Sukabumi
1 : 100.000
2005
Digital
BAPPEDDA Kab. Sukabumi
4
Peta Penggunaan Lahan
1: 100.000
2005
Digital
BAPPEDDA Kab. Sukabumi
5
Peta Lereng dan Elevasi
1 : 50.000
2005
Digital
BAPPEDDA Kab. Sukabumi
6
Peta Kawasan Hutan
1 : 100.000
2005
Digital
BAPPEDDA Kab. Sukabumi
7
Peta Kawasan Perkebunan
1 : 100.000
2005
Digital
BAPPEDDA Kab. Sukabumi
8
Data Curah Hujan
-
1981-2005
Tabular
Badan Meteorologi dan Geofisika, Stasiun Klimatologi Bogor, Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi.
9
Data Luas Hutan Rakyat, Produksi Hutan Rakyat Data Lahan Kering, Data Penggunaan Lahan Kering Data Harga Kayu, preferensi masyarakat, saluran pemasaran, analisis finansial.
-
2006
Tabular
Dinas Kehutanan Kab. Sukabumi
-
2005/2006
Tabular
BPS Kab.Sukabumi
-
2007
Tabular
Wawancara Petani, Tengkulak, Pelaku Industri pengolahan kayu, penyuluh kehutanan.
11
13
Jenis Data
Bentuk
Sumber Data
39 Metode Analisis Data
Identifikasi Ketersediaan Lahan Untuk Pengembangan Hutan Rakyat (Analisis dengan Menggunakan GIS). Sasaran lokasi pengembangan hutan rakyat adalah : (1) lahan yang karena kelerengannya tidak memungkinkan untuk budidaya tanaman pertanian, (2) lahan yang ditelantarkan atau tidak digarap lagi sebagai lahan tanaman semusim, (3) lahan yang karena pertimbangan khusus misalnya untuk perlindungan mata air atau bangunan air, (4) lahan milik rakyat yang karena pertimbangan ekonomi lebih menguntungkan apabila dijadikan hutan rakyat dari pada tanaman semusim, dan (5) lahan-lahan tidak produktif lainnya. Kriteria tersebut kemudian diterjemahkan kedalam peta menjadi sebagai berikut : (1) merupakan kawasan budidaya pertanian lahan kering (lahan non sawah); (2) bukan merupakan kawasan hutan (Hutan konservasi, Hutan Lindung dan Hutan Konservasi); (3) bukan merupakan kawasan perkebunan (negara); (4) bukan permukiman; (5) bukan kawasan dalam Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) yang ditetapkan sebagai zone khusus seperti zone industri misalnya. Analisis ketersediaan lahan hutan rakyat ini dilakukan dengan metode tumpang tindih (overlay) dengan menggunakan Software GIS.
Tahapan adalah
sebagai berikut : 1. Peta RTRW Kab. Sukabumi, Peta Penggunaan Lahan, Peta Kawasan Hutan, Peta Perkebunan dan Peta Administrasi ditumpangtindihkan. 2. Selanjutnya melalui proses logical query dengan kriteria lahan untuk hutan rakyat didapatkan Peta Ketersediaan Lahan (lahan potensial) untuk pengembangan hutan rakyat. 3. Untuk mendapatkan Peta Lahan Prioritas untuk pengembangan hutan rakyat dilakukan lagi proses logical query dengan kriteria (1) lahan dengan kelerengan lebih dari 25 % dan (2) lahan-lahan disekitar tubuh air (radius 200 meter). 4. Peta Ketersediaan Lahan dan Peta Lahan Prioritas disajikan dalam skala 1 : 100.000, kemudian dihitung luasan masing-masing lahan sehingga didapatkan luasan lahan per kecamatan. (Gambar 7)
40
Peta Penggunaan Lahan Skala 1:100.000
Peta RTRW Skala 1:100.000
Peta Kawasan Hutan Skala 1:100.000
Peta Perkebunan Skala 1:100.000
Analisis Tumpang Tindih (overlay)
Peta Administrasi Skala 1:100.000
Logical Query Dengan kriteria Lahan untuk Hutan Rakyat
Peta Ketersediaan Lahan untuk pengembangan Hutan Rakyat (Skala 1 : 100.000)
• lahan lereng > 25 % • Lahan sekitar tubuh air Peta Lahan Prioritas Pengembangan Hutan Rakyat (Skala 1 : 100.000)
Gambar 7
Diagram alir analisis ketersediaan lahan untuk pengembangan hutan rakyat.
Analisis Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Unggulan Hutan Rakyat Berdasarkan data yang ada dan beberapa kajian yang sudah dilakukan oleh Dinas Kehutanan Kabupaten Sukabumi ada 3 (tiga) jenis komoditas yang menjadi unggulan
untuk
dikembangkan,
yaitu
Jati
(Tectona
grandis),
Sengon
(Paraserianthes falcataria) dan Mahoni (Swietenia macrophylla). Analisis Kesesuaian lahan dilakukan dengan Metode FAO (1976) dengan cara membandingkan antara karakteristik lahan dengan persyaratan tumbuh komoditas tanaman hutan rakyat. Tahapannya adalah sebagai berikut : 1. Peta Lahan Tersedia, Peta Lereng, Peta Tanah dan Peta Curah Hujan ditumpangtindihkan untuk mendapatkan satuan peta ketersediaan lahan beserta karakteristiknya. 2. Selanjutnya satuan peta ketersedian lahan dipadukan dengan persyaratan tumbuh tiga komoditas hutan rakyat.
41 3. Kemudiaan satuan peta ketersedian lahan dimasukan ke dalam kelas-kelas kesesuaian lahan berdasarkan faktor pembatas yang paling minimal. (Gambar 8).
• • • •
Peta Tanah Peta CH Peta Lereng Peta Ketersediaan lahan
Overlay
Peta Lahan Tersedia Skala 1 : 200.000
Matching
Persyaratan Komoditas
Peta Kesesuaian Komoditas Hutan Rakyat Skala 1 : 200.000
Gambar 8 Diagram alir penentuan kesesuaian lahan untuk komoditas hutan rakyat terpilih
Analisis Location Quotient (LQ) Potensi pengembangan hutan rakyat di lokasi penelitian terutama dilihat dari luasan lahan yang digunakan untuk usaha hutan rakyat dan atau potensial untuk pengusahaan hutan rakyat jika dibandingkan dengan luas lahan secara keseluruhan.
Potensi utama dalam pengembangan hutan rakyat di lokasi
42 penelitian adalah tersedianya lahan yang dimiliki yang dapat digunakan untuk pengembangan hutan rakyat. Untuk membuktikan hal tersebut, perlu dilakukan analisis untuk mengetahui apakah kegiatan penggunaan lahan di lokasi penelitian merupakan kegiatan basis, terutama jika dilihat dari luas lahan untuk kegiatan hutan rakyat jika dibandingkan dengan luas lahan secara keseluruhan. Untuk mengetahui apakah suatu kegiatan di suatu wilayah merupakan sektor basis atau bukan basis di gunakan analisis Location Quetiont yang biasa disingkat LQ.
Luas pemanfaatan lahan untuk pengusahaan hutan rakyat
dibandingkan dengan luas lahan secara keseluruhan dengan model :
LQij =
X ij / X i .. X j / X ..
.......................................................................................(2)
Dimana : LQij
=
Indeks kuosien lokasi
Xij
=
Jumlah luas areal suatu aktivitas pada tingkat wilayah kecamatan
Xi..
=
Jumlah luas areal total seluruh aktivitas pada tingkat wilayah kecamatan
X.j
=
Jumlah luas areal total suatu aktivitas pada tingkat wilayah Kabupaten Sukabumi
X..
=
Jumlah luas areal total seluruh aktivitas pada tingkat wilayah Kabupaten Sukabumi
Kriteria penilaian dalam penentuan ukuran derajat basis dan non basis adalah : 1. Jika nilai LQ lebih besar dari satu (LQ>1), maka pemanfaatan lahan untuk aktivitas hutan rakyat tersebut merupakan sektor basis 2. Jika nilai LQ sama atau kurang dari satu (LQ<1) berarti sub sektor yang dimaksud termasuk ke dalam sektor non basis pada kegiatan pemanfaatan lahan di wilayah Kabupaten Sukabumi.
43 Analisis Location Index (LI) Localization Index merupakan salah satu index yang menggambarkan pemusatan relatif suatu aktivitas dibandingkan dengan kecenderungan total di dalam wilayah atau secara umum analisis ini digunakan untuk menentukan wilayah mana yang potensial untuk mengembangkan aktivitas tertentu. Persamaan Localization Index ini bisa dikatakan merupakan bagian dari persamaan LQ. Persamaan Localization Index adalah :
n
X ij
i =1
X .J
LI j = 1 / 2∑{
dimana
−
X i.. } .......................................................................... (3) X ..
:
LIj
=
Localization Index suatu aktivitas
Xij
=
Jumlah luas areal suatu aktivitas pada tingkat wilayah kecamatan
Xi..
=
Jumlah luas areal total seluruh aktivitas pada tingkat wilayah kecamatan
X.j
=
Jumlah luas areal total suatu aktivitas di tingkat wilayah Kabupaten Sukabumi
X..
=
Jumlah luas areal total seluruh aktivitas di tingkat wilayah Kabupaten Sukabumi
Untuk menginterpretasikan hasil analisis ini, digunakan kriteria sebagai berikut : 1. Jika nilainya mendekati 0 berarti aktivitas tersebut cenderung tersebar atau merata di beberapa lokasi atau mempunyai peluang tingkat perkembangan relatif indifferent atau sama di seluruh lokasi. 2. Jika nilainya mendekati 1 berarti aktivitas tersebut akan cenderung berkembang memusat atau terkonsentrasi di suatu lokasi, artinya aktivitas tersebut akan berkembang lebih baik jika dilakukan di lokasi-lokasi tertentu.
44 Kelayakan Pengusahaan Hutan Rakyat Analisis Finansial Data yang digunakan dalam analisis finansial berasal dari kompilasi hasil wawancara langsung dengan 60 (enam puluh) orang petani hutan rakyat, 10 (sepuluh) orang pelaku pemasaran kayu rakyat dan 3 (tiga) industri pengolahan kayu rakyat yang dipilih secara purposive sampling. Analisis finansial digunakan untuk mengetahui kelayakan proyek (dalam hal ini pengusahaan hutan rakyat menggunakan metode Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Benefit Cost Ratio (BCR) sebagai berikut :
1. Analisis NPV (Net Present Value) NPV atau nilai bersih sekarang adalah alat yang digunakan untuk menghitung nilai sekarang dari laba suatu investasi apakah investasi tersebut memberi keuntungan atau bahkan sebaliknya. NPV dihitung dengan cara menghitung nilai sekarang laba (nilai sekarang pendapatan dikurangi nilai sekarang investasi / biaya operasional) tahun pertama hingga tahun terakhir umur proyek investasi. Kemudian nilai sekarang laba tahun pertama hingga tahun terakhir dijumlahkan. Proyek investasi ini baru layak dijalankan (go) jika total nilai sekarang lebih besar dari 0 (nol).
Persamaan Net Present Value (NPV) adalah sebagai berikut : n
NVP =
(Bt − Ct )
∑ (1 + i ) t =1
t
........................................................ ....................(5)
Bt
=
Pendapatan dari hutan rakyat pada tahun ke - t
Ct
=
Biaya pengusahaan hutan rakyat pada tahun ke - t
i
=
Tingkat suku bunga yang berlaku
t
=
Jangka waktu daur ( i = 1, 2, ..,n)
2. Analisis Gross Benefit Cost Ratio (Rasio B/C) Rasio Gross B/C adalah rasio dari pendapatan (B=Benefit) dibandingkan dengan biaya (C=Cost) yang telah dihitung nilai sekarangnya
45 (telah didiscount factor). Analisis ini pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan analisis NPV. Proyek investasi baru layak dijalankan (go), jika rasio B/C lebih besar dari 1 (satu).
Persamaan Benefit Cost Ratio (BCR) adalah sebagai berikut : n
BCR =
Bt
∑ (1 + i )
t
t =1 n
Ct ∑ t t =1 (1 + i )
........................................................ ....................(6)
Bt
=
Pendapatan dari hutan rakyat pada tahun ke - t
Ct
=
Biaya pengusahaan hutan rakyat pada tahun ke - t
i
=
Tingkat suku bunga yang berlaku
t
=
Jangka waktu daur ( i = 1, 2, ..,n)
3. Internal Rate Return (IRR) Internal Rate Return menghitung tingkat bunga pada saat arus kas sama dengan 0 (nol) atau pada saat laba (pendapatan dikurangi laba) yang telah didiscount factor sama dengan 0 (nol). IRR ini berguna untuk mengetahui pada tingkat bunga berapa proyek investasi tetap memberikan keuntungan. Jika bunga sekarang kurang dari IRR maka proyek dapat diteruskan sedangkan jika bunga lebih dari IRR maka proyek investasi lebih baik dihentikan. Persamaan Internal Rate of Return (IRR) adalah sebagai berikut :
IRR = i´ +
)(
NVP ' i ' − i' ' ' '' NPV − NPV
(
)
.......................................................(7)
Dimana : i'
=
Tingkat discount rate yang menghasilkan NPV'
i''
=
Tingkat discount rate yang menghasilkan NPV''
NPV'
=
NPV pada tingkat bunga i'
NPV''
=
NPV pada tingkat bunga i''
46 Analisis Deskriptif Saluran Pemasaran Saluran pemasaran adalah saluran yang digunakan produsen untuk menyalurkan produknya kepada konsumen. Dalam proses penyaluran produk dari petani hingga ke tangan konsumen memiliki banyak alternatif saluran pemasaran dan melibatkan lembaga-lembaga pemasaran yang merupakan badan yang menyelenggarakan kegiatan dan fungsi pemasaran. Produk-produk yang melalui beberapa lembaga pemasaran akan mengalami peningkatan harga. Peningkatan harga ini terjadi karena adanya biaya yang harus dikeluarkan dalam proses pendistribusian pemasaran.
dan keuntungan yang diambil oleh masing-masing lembaga
Biaya-biaya yang digunakan oleh lembaga pemasaran ditujukan
untuk melakukan fungsi pemasaran yang akan dapat meningkatkan kegunaan bentuk, waktu dan tempat dari produk yang didistribusikannya. Secara
umum
lembaga-lembaga
yang
terlibat
dalam
proses
pendistribusian produk dari fungsi pemasaran dari produsen ke konsumen adalah pedagang pengumpul sampai pedagang besar. Semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses barang dari produsen ke konsumen akan semakin besar perbedaan harga komoditas tersebut diantara tingkat produsen dan konsumen akhir dan semakin besar pula harga yang harus dibayar oleh konsumen akhir. Perbedaan harga tersebut disebut margin pemasaran. Kelembagaan dan Persepsi Masyarakat terhadap Kegiatan Pengembangan Hutan Rakyat (Analisis Deskriptif) Untuk mengetahui persepsi masyarat dan kelembagaan pengusahaan hutan rakyat dilakukan analisis deskriptif terhadap data yang telah dikumpulkan melalui wawancara dan kuisioner.
Persepsi masyarakat petani yang dimaksud
adalah tujuan utama budidaya hutan rakyat, proses pengusahaan hutan rakyat, teknik-teknik dalam budidaya hutan rakyat, dan apa yang mendorong petani melakukan budidaya hutan rakyat.
Sedangkan kelembagaan pengusahaan hutan
rakyat meliputi keanggotaan kelompok tani, peran penyuluh kehutanan dalam pengembangan hutan rakyat, dan peran pemerintah dalam memfasilitasi kegiatan pengembangan hutan rakyat.
47
Peta RTRW Peta Land Use Peta Administrasi Peta Kawasan Hutan Peta Perkebunan
Kriteria Lahan untuk Hutan Rakyat
overlay
Peta Ketersediaan Lahan
Peta Lereng Peta CH Peta Jenis Tanah
overlay
Land Mapping Unit
matching
Persyaratan Tumbuh Komoditas terpilih (Jati, Mahoni, Sengon)
Peta Kesesuaian Lahan untuk Pengembangan Hutan Rakyat Komoditas Terpilih
Peta Pemusatan Budidaya Hutan Rakyat
Arahan Pewilayah dan Pengembangan Hutan Rakyat Analsis LQ Analisis LI
Data Luas Aktual Hutan Rakyat, dan Aktivitas pertanian lainnya
Analisis Persepsi Masyarakat Tentang Pengembangan Hutan rakyat
Analisis Ekonomi dan Pemasaran
Gambar 9 Diagram alir analisis dan pengolahan data
Analisis Kelembagaan Pengembangan Hutan Rakyat
Data Hasil Survey dan wawancara