MEMBANGUN TIM EFEKTIF
Rancang Bangun Pembelajaran Mata Diklat; Rencana Pembelajaran; Bahan Ajar; Bahan Tayang.
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA Jakarta, 2014
BAHAN AJAR MEMBANGUN TIM EFEKTIF Diklat Kepemimpinan Aparatur Pemerintahan Tingkat II
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA Jakarta, 2014
Membangun Tim Efektif Diklatpim Tingkat II
Page 1
Kata Pengantar
P
egawai Negeri Sipil yang akan memimpin suatu lembaga, unit eselon I dan eselon II merupakan level pimpinan yang harus memiliki kemampuan membangun tim yang efektif untuk menunjang pelaksanaan tugas dalam merumuskan arah kebijakan dan strategi instansi. Membangun Tim efektif ini sangat penting karena level pimpinan yang bersangkutan harus mampu menggalang berbagai pemangku kepentingan atau stakeholders untuk dilibatkan dalam tim secara bersama-sama dengan memiliki semangat kerjasama yang efektif untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi. Dalam upaya mewujudkan tim yang efektif, para pemimpin harus memiliki kemampuan mengidentifikasikan stakeholders yang terkait, memahami nilai dan interest stakeholders serta memiliki kemampuan berkomunikasi yang efektif. Semua kemampuan yang dipersyaratkan itu akan dibahas secara menyeluruh dalam bahan ajar yang ada dihadapan para pembaca. Semoga bahan ajar ini bermanfaat bagi para Widyaiswara yang akan mengampu mata diklat Tim Efektif, baik di Diklatpim Tingkat I maupun Diklatpim Tingkat II.
Jakarta, Januari 2014
Membangun Tim Efektif Diklatpim Tingkat II
Page 2
Daftar Isi
Halaman KATA PENGANTAR
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
A
Latar Belakang
4
B
Deskripsi Singkat
4
C
Manfaat Bahan Ajar Bagi Peserta
4
D
Tujuan Pembelajaran
5
1. Kompetensi Dasar 2. Indikator Keberhasilan
5 5
E
Materi Pokok dan Submateri Pokok
5
F
Petunjuk Belajar
6
BAB II
Pengertian Efektivitas dan Tim yang Efektif
7
BAB III
Identifikasi Stakeholders
9
BAB IV
Nilai dan Interest Stakeholder
12
BAB V
Strategi Berkomunikasi
15
DAFTAR PUSTAKA
Membangun Tim Efektif Diklatpim Tingkat II
19
Page 3
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang alam mata diklat ini pengertian Tim tidak merujuk kepada kelompok yang sengaja dibentuk melalui pemilihan anggota tim secara khusus untuk mencapai tujuan tertentu namun lebih merujuk kepada konsep coalition building. Konsep ini dimaksudkan membangun koalisi dengan seluruh stakeholders yang terkait baik internal maupun eksternal. Keberhasilan membangun koalisi dengan seluruh stakeholders baik yang berasal dari internal maupun eksternal organisasi (termasuk masyarakat atau individu-individu yang tadinya bersikap kontra) maka akan mendapat dukungan penuh dalam mencapai target organisasi. Membangun Tim sebenarnya tidak hanya memerlukan kemampuan teknis namun juga diperlukan jiwa seni dalam memahami kepentingannya, cara berkomunikasi, dan cara mempengaruhinya. Perpaduan kemampuan teknis dan seni mengelola stakeholders ini akan sangat menentukan keberhasilan organisasi dalam memberikan manfaat lebih (added-value) kepada masyarakat melalui berbagai kebijakan, program dan kegiatan yang dialamatkan kepada masyarakat.
D
Membangun Tim Efektif sangat penting dalam sebuah organisasi publik karena organisasi ini bekerja tidak dalam kondisi vakum dan situasi yang sempurna, sehingga di dalam menjalankan tugas fungsinya tidak hanya bersinggungan dengan satu pokok urusan tertentu namun selalu diwarnai dan bersinggungan dengan berbagai kepentingan publik/urusan lainnya. Berbagai kepentingan publik dan urusan di luar tugas dan fungsinya ini lah yang kemudian memaksa sebuah organisasi publik untuk selalu dinamis melakukan upaya perubahan (change) baik yang bersifat gradual (penyesuaian) maupun radikal agar organisasinya tetap dapat memberikan manfaat dan nilai lebih kepada masyarakat. B. Deskripsi Singkat Bahan ajar ini membahas dan membekali peserta dengan kemampuan untuk membangun tim efektif guna mewujudkan strategi organisasi melalui pembelajaran identifikasi stakeholder, pemetaan nilai dan interest stakeholder, dan strategi berkomunikasi. Mata diklat ini disajikan secara interaktif melalui metode ceramah interaktif, diskusi dan praktik. Keberhasilan peserta dinilai dari kemampuannya membangun persepsi yang sama di antara para stakeholder untuk merumuskan strategi organisasi yang tepat.
C. Manfaat Bahan Ajar Bagi Peserta Sebagai peserta yang akan atau telah menduduki jabatan Eselon 2, materi membangun tim efektif ini sangat penting dan bermanfaat guna menyusun strategi organisasi dalam rangka meningkatkan kinerja organisasinya. Kemampuan peserta membangun tim efektif tentu saja akan
Membangun Tim Efektif Diklatpim Tingkat II
Page 4
meningkatkan kemampuannya dalam membangun persepsi yang sama di antara para stakeholder atau pemangku kepentingan baik internal maupun eksternal instansinya untuk mewujudkan strategi organisasi. Jika materi membangun tim efektif dapat dirumuskan dan dikemas menjadi sebuah panduan praktek dan keilmuan, maka hal tersebut akan menjadi sangat mudah untuk dipelajari dan dipahami oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Selanjutnya bila ilmu tersebut disebarluaskan (didesiminasikan) kepada peserta Diklat yang nota bene merupakan aparatur pemerintah, maka kemampuan bekerjasama antar instansi, antar aparatur, antar individu akan dapat mendukung perumusan strategi organisasi guna peningkatan kinerja organisasi instansinya maupun kinerja organisasi stake holdersnya. Lebih lanjut diharapkan para peserta Diklat yang mempelajari bahan ajar ini mampu meramu konsep, kebijakan dan strategi dirinya untuk terus berkomitmen memperbaiki diri dan meningkatkan integritas dirinya pada tujuan organisasi. D. Tujuan Pembelajaran 1. Kompetensi Dasar Setelah menyelesaikan seluruh bahan ajar ini, peserta diharapkan mampu membangun persepsi yang sama di antara para stakeholder untuk mewujudkan strategi organisasi 2. Indikator Keberhasilan Kemampuan khusus yang diharapkan dapat dikuasai oleh peserta Diklat setelah mempelajari seluruh bahan ajar ini adalah: 1) Mengidentifikasi stakeholder dalam mewujudkan strategi organisasi; 2) Memetakan nilai dan kepentingan stakeholder; 3) Menyamakan persepsi stakeholder 4) Mempengaruhi stakeholders 5) Mengajak stakeholders untuk bersama-sama membentuk tim E. Materi Pokok dan Sub-Materi Pokok Dalam rangka mencapai kompetensi dasar yang diharapkan, bahan ajar ini diuraikan dalam beberapa pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang saling terkait baik antara satu pokok bahasan dengan pokok bahasan lainnya maupun antara satu sub pokok bahasan dengan sub pokok bahasan lainnya. Adapun materi pokok bahasan dan sub materi pokok bahasan dalam mata diklat ini yakni sebagai berikut: 1. Materi Pokok 1) 2) 3)
Membangun Tim Efektif Identifikasi stakeholder Nilai dan interest stakeholder
Membangun Tim Efektif Diklatpim Tingkat II
Page 5
4)
Strategi berkomunikasi
2. Sub-Materi pokok 1.1.
Urgensi Kerjasama Dalam Tim
1.2.
Pengertian Efektivitas dan Tim yang Efektif
1.3.
Ciri-Ciri dan yang Sukses
Tim
2.1. Pengertian stakeholders 2.2. Jenis-jenis stakeholders 2.3. Menganalisis stakeholder yang diutamakan 3.1. Nilai-nilai individu dan organisasi 3.2. Memahami Kepentingan stakeholders 3.3. Menganalisis kepentingan stakeholder 4.1. Pengertian komunikasi 4.2. Jenis-jenis komunikasi 4.3. Komunikasi yang efektif antar instansi F. Petunjuk Belajar Supaya dapat memahami seluruh materi bahan ajar ini dengan baik, peserta Diklat daharapkan dapat membacanya secara bertahap. Hal tersebut untuk mengurangi kesenjangan terhadap substansi dalam bahan ajar ini. Peserta Diklat disarankan melakukan curah pendapat dengan sesama peserta Diklat karena metode pembelajaran tersebut dapat mempercepat pemahaman tentang seluruh materi bahan ajar ini.
Membangun Tim Efektif Diklatpim Tingkat II
Page 6
BAB II MEMBANGUN TIM EFEKTIF
Dalam bab II ini akan dijelaskan tentang pentingnya membangun tim efektif dalam suatu organisasi, kemudian dijelaskan secara terinci tentang pengertian efektif yang saat ini seringkali diartikan rancu dengan efisien. Bagian terakhir dari bab ini menjelaskan tentang ciri-ciri dan kriteria suatu tim yang efektif. 2.1.
Urgensi Kerjasama Dalam Tim
Kerjasama dalam satu Tim akan mampu melakukan lebih banyak hal dari pada bekerja sendirian. Banyak hal yang sulit dilakukan secara mandiri, namun dengan mudah dapat diraih dengan kerjasama, karena dalam kerjasama terjadi hubungan yang saling menguatkan antara berbagai pihak yang terlibat dalam kerjasama itu. Banyak pekerjaan yang tidak mungkin secara mandiri dapat dilakukan dengan baik. Jika memaksakan bekerja sendiri, kita akan kehabisan tenaga, sumber daya dan waktu, bahkan hasil dari upaya seperti itu pun belum tentu memuaskan pihak lain (stakeholders) atau customer yang menggunakan jasa/produk tersebut (Nana Rukmana, 2006:iii). Dalam hal ini Tony Lendrum (2003) menjelaskan: “If you always do what you always done, then you will always get what you have always got. Strategic partnering is fundamentally a process of change”. Lebih lanjut Tony Lendrum (2003) mengemukakan: “In partnering it will be the manage change of many, as well as the uncontrollable and dynamic change in a few, that will ensure success”. Oleh karena itu alasan utama pentingnya dibentuk tim dalam suatu organisasi dan melakukan kerjasama yang baik dalam tim yakni agar setiap individu dalam organisasi dapat mengerjakan tugas dengan baik dalam rangka mendukung tujuan organisasi secara keseluruhan, dengan lebih efektif dibandingkan dengan bekerja secara individu (Michael West,1998:xiii).
2.2.
Pengertian Efektivitas dan Tim Efektif.
Sampai saat ini masih ada kerancuan pengertian efektivitas, hal ini muncul karena adanya pakar yang memandang efektivitas sebagai produk dan ada pula yang memandang efektivitas sebagai proses. Namun demikian ada pula sementara pakar yang mengintegrasikan keduanya, salah satunya Mullins L.J. (1989:424 dalam Nana Rukmana, 2006:14), mengemukakan sebagai berikut: “Effectiveness is concern with „doing the right thing‟ and relates to output of the job and what the manager actually achieve, while efficiency is concerned with „doing thing right‟, and relates to inputs and what the manager does. To be efficient the manager must attend therefore to the input requirements of the job, to clarification of objectives, planning, organization, direction, and control. But in order to be effective, the manager must give attention to output of the job, to performance in term to such faktors as obtaining best possible result in the Membangun Tim Efektif Diklatpim Tingkat II
Page 7
important areas of the organization, optimizing use of resources, increasing profitability, and attainment of the aims and objectives of the organization. Therefore, effectiveness must be related to the achievement of some purpose, objectives or task-to the performance of the process of management and the execution of work”.
Dalam hal ini Mullin (1989) menegaskan bahwa efektif itu terkait dengan produk atau output, efektif fokusnya pada mengerjakan sesuatu hal yang benar (doing the right things), sedangkan efisien terkait dengan input dan bagaimana kita mengerjakannya dengan baik dan benar (doing things right). Oleh karena itu Mullin (1989) berpendapat bahwa efektif itu harus terkait dengan pencapaian tujuan dan sasaran suatu tugas atau pekerjaan, dan terkait juga dengan kinerja dari proses pelaksanaan suatu pekerjaan. Steers (1977) mengemukakan bahwa pengertian efektivitas organisasi mempunyai arti berbeda bagi setiap orang, tergantung pada kerangka acuan yang dipakainya. Bagi seorang manager produksi, efektivitas seringkali diartikan sebagai kuantitas atau kualitas keluaran (output) barang atau jasa. Bagi seorang ilmuwan bidang riset, efektivitas dijabarkan dengan jumlah paten, penemuan atau produk baru suatu organisasi. Bagi sejumlah sarjana ilmu sosial, efektivitas seringkali ditinjau dari sudut kualitas kehidupan pekerja (Richard M. Steers, 1977:1). Efektivitas sebagai produk antara lain didukung oleh Robbins yang mendefinisikan efektivitas sebagai perwujudan dari tujuan-tujuan organisasi (Stephen P. Robbins, 1995: 53). Pengertian lain dikemukakan oleh Joseph, yang menyatakan bahwa efektivitas adalah suatu tingkatan terhadap mana tujuan dicapai (Joseph Prokopenko, 1987: 5). Pengertian yang hampir sama dikemukakan pula oleh Hoy dan Miskel yang menilai efektivitas sebagai tingkat pencapaian tujuan. Adapun efektivitas sebagai suatu proses dikemukakan oleh Yuchman dan Seashore (1967) yang menyatakan bahwa efektivitas adalah kapasitas suatu organisasi untuk memperoleh dan memanfaatkan sumber daya yang langka dan berharga dengan sepandai mungkin dalam usahanya mengejar tujuan operasi dan operasionalnya (Richard M. Steers, 1980: 5). Sementara itu Hoy dan Miskel pada sistem resource model mendefinisikan efektivitas sebagai kemampuan organisasi menyelamatkan
keuntungan
posisi
tawar
dalam
lingkungannya
dan
mengkapitalisasi pada posisi tersebut untuk menciptakan nilai dan sumber
Membangun Tim Efektif Diklatpim Tingkat II
Page 8
berharga (Hoy dan Miskel, 1992: 320). Hersey, Blanchard dan Johnson berpendapat bahwa efektivitas adalah fondasi keberhasilan, sedangkan efisiensi merupakan kondisi minimum untuk penyelamatan setelah sukses diperoleh. Effisiensi berkenaan dengan mengerjakan sesuatu dengan benar, sedangkan efektivitas adalah mengerjakan hal yang benar (Paul Hersey, Kenneth H. Blanchard dan Dewey E. Johnson, 1996: 144). Mott berupaya mengakomodasi beberapa manfaat penting untuk memformulasikan model efektivitas secara komprehensif, yakni mengintegrasikan kuantitas dan kualitas produk, effisiensi, adaptasi dan fleksibilitas (Hoy dan Miskel, 1992: 341). Efektivitas itu sendiri paling baik dapat dimengerti jika dilihat dari sudut sejauhmana organisasi berhasil mendapatkan dan memanfaatkan sumber daya dalam usahanya mengejar tujuan operasi dan tujuan operasional (Richard M.Steers, 1977: 205). Peter Drucker (1973: 45) menegaskan: “Effectiveness is the foundation of success, while efficiency is a minimum condition for survival after success has been achieved”. Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian efektivitas mencakup proses atau langkah-langkah kegiatan yang harus dilakukan dengan baik untuk mencapai sasaran organisasi. Atau dengan kata lain, efektivitas mencakup keseluruhan kegiatan input, proses dan output/produk. Berdasarkan pengertian efektivitas sebagaimana diuraikan diatas, agar suatu tim dapat bekerja secara efektif maka setiap anggota tim harus aktif memusatkan perhatian pada tujuan organisasi atau tujuan dibentuknya suatu tim. Disamping itu semua anggota tim secara teratur harus dapat mengkaji ulang cara pencapaian dan metoda kerjanya. Dalam hal ini efektivitas tim mencakup tiga komponen utama (Michael West, 1998: xiii) yakni: a. Efektivitas tugas adalah suatu tingkat dimana tim berhasil meraih hal-hal yang berhubungan dengan tugas. b. Kesehatan mental diartikan sebagai kesejahteraan, pertumbuhan, dan perkembangan para anggota tim. c. Keberlangsungan tim adalah memungkinkan tim untuk terus menerus bekerja sama dan berfungsi efektif.
2.3.
Ciri-Ciri Tim Yang Sukses
Membangun Tim Efektif Diklatpim Tingkat II
Page 9
Sebuah tim yang sukses ( attributes of successful teams) memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Tujuan yang jelas dan bernilai tinggi (a clear, Elevating Goal) Memiliki struktur yang berorientasi pada hasil (Result-Driven Structure) Anggota tim yang cakap (Competent Team Members) Komitment yang sama (Unified Commitment) Berkolaborasi dalam saling percaya dan berkomunikasi (Collaborative Trust and Communication) Sandar keunggulan (Standards of Excellence) Dukungan dan pengakuan (Support and Recognition) 1) Tujuan Yang Jelas dan Bernilai Tinggi
Tujuan yang jelas: konkrit dan terukur
Hasil yang harus dicapai dinilai sangat penting, sehingga dapat memotivasi kerja Tim
2) Memiliki Struktur Yang Berorientasi Pada Hasil
Bentuk harus berfungsi dengan layak
Pemecahan masalah vs kreatif vs taktik
Kejelasan Peran:
Sistem/proses komunikasi
Monitoring kinerja dan umpan balik
Proses pengambilan keputusan
3) Anggota Tim Yang Cakap
Kompetensi teknis (pengetahuan, ketrampilan, kemampuan)
Kompetensi social (komunikasi, kerjasama, kemampuan untuk memecahkan masalah, inisiatif)
Keberagaman/representasi yang berbeda vs pandangan yang sama
Keinginan untuk memberikan kontribusi
4) Komitmen Yang Sama
Dedikasi untuk senantiasa berusaha
Membangun Tim Efektif Diklatpim Tingkat II
Page 10
Identifikasi dengan/penggabungan untuk tim itu sendiri
Sikap, energy, disposisi
5) Saling Percaya dan Berkomunikasi
Saling percaya: kejujuran/integritas, terbuka, konsisten, menghormati
Inisiatif dalam berkomunikasi, terbuka untuk semua kalangan, tepat waktu, saling menghormati
6) Standar Keunggulan
Standar individu
Tekanan dari teman sejawat agar bekerja dan bertanggung jawab
Konsekwensi-konsekwensi
Standar tim yang telah dikembangkan
Evaluasi (dari pimpinan, diri sendiri, teman sejawat)
7) Dukungan dan Pengakuan
Dukungan eksternal dan pengakuan
Dukungan nyata vs dukungan secara filosofis
Penghargaan nyata
Adapun kontribusi pemimpin tim terhadap suksesnya sebuah tim adalah:
Fokus dan konteks (Focus and Context)
Keterpaduan (Cohesion)
Akuntabilitas (Accountability)
Jasa/Dukungan (Service/Support)
Tahap-tahap pembenukan Tim: Pembentukan (Forming) Pencurahan (Storming) Pembentukan norma (Norming) Kinerja (Performing)
Membangun Tim Efektif Diklatpim Tingkat II
Page 11
Ditinjau dari unsur tugas dan unsur sosial, terdapat 4 tipe tim yakni: Tipe A: Tim yang berfungsi penuh; Tipe B: Tim yang menyenangkan; Tipe C: Tim yang mengalami disfungsi Tipe D: Tim dengan efisiensi yang kaku
Ciri-ciri dari masing-masing tipe tim tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:
Refleksivitas Tugas Tinggi Tipe D: Tim dengan efisiensi yg kaku Tipe A: Tim yang Berfungsi penuh -
Efektivitas tugas tinggi
-
Efektifitas tugas tinggi
-
Kesehatan mental buruk/rata2
-
Kesehatan mental baik
-
Keberlangsungan pendek
-
Keberlangsungan lama
Reflektivitas social rendah
Reflektivitas social tinggi
Tipe C: Tim yang mengalami disfungsi
Tipe B: Tim yang menyenangkan
-
Efektivitas tugas rendah
-
Efektivitas tugas rendah
-
Kesehatan mental buruk
-
Kesehatan mental rata-rata
-
Keberlangsungan sangat rendah
-
Keberlangsungan pendek
Refleksivitas Tugas Rendah Untuk mengukur seberapa efektifkah tim yang telah dibentuk, maka dapat dilakukan latihan dikelas dengan mengisi kuesioner sebagaimana terlampir.
Membangun Tim Efektif Diklatpim Tingkat II
Page 12
BAB III IDENTIFIKASI STAKEHOLDERS
Dalam bab III ini akan diuraikan tentang Pengertian Stakeholders, Jenis-jenis Stakeholders dan langkah-langkah dalam menganalisis stakeholders, sehingga diharapkan para peserta mampu mengidentifikasikan stakeholders dengan baik. 3.1. Pengertian stakeholders Stake holders adalah perorangan maupun kelompok-kelompok yang tertarik, baik yang berasal dari dalam maupun luar organisasi, yang berpengaruh maupun terpengaruh oleh tujuan-tujuan dan tindakan-tindakan suatu tim (Michael West, 1998: 66) Sejalan dengan definisi tersebut, dalam lingkungan instansi pemerintah, stakeholders juga dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu internal dan eksternal. Stakeholder internal instansi antara lain terdiri dari atasan langsung, kepala instansi yang bersangkutan, seluruh kolega di instansinya, serta para bawahannya. Sedangkan stakeholder eksternal instansi antara lain terdiri dari pejabat dari instansi terkait di pusat maupun daerah, masyarakat, para peneliti dari lembaga penelitian, dan dosen terkait, dan lain-lain. Stakeholders dimaksud dapat bersifat individu maupun organisasi. Dasar-dasar pemahaman pentingnya stakeholder bagi kepentingan setiap instansi : 1. Manajemen stakeholders sangat penting untuk keberhasilan setiap proyek/ kegiatan di setiap organisasi 2. Dengan melibatkan orang yang tepat dengan cara yang benar dalam proyek, dapat membuat perbedaan besar untuk keberhasilannya 3. Ketika kita menjadi lebih sukses dalam karir, maka tindakan yang kita ambil dan proyek-proyek yang kita jalankan akan mempengaruhi lebih banyak orang 4. Semakin banyak orang yang dapat dipengaruhi, semakin besar kemungkinan bahwa tindakan kita akan melibatkan atau mempengaruhi orang-orang yang memiliki kekuasaan dan pengaruh atas proyek kita. Manfaat pendekatan berbasis stakeholder 1. Dapat menggunakan pendapat stakeholder penting untuk membentuk proyek perubahan pada tahap awal. Dukungan stakeholder juga merupakan masukan yang dapat meningkatkan kualitas proyek perubahan. 2. Mendapatkan dukungan dari stakeholder yang kuat dapat membantu untuk memenangkan lebih banyak sumber daya. Hal ini membuat proyek perubahan makin berhasil 3. Dengan sering berkomunikasi di awal dengan stakeholder, kita dapat memastikan bahwa mereka memahami apa yang kita lakukan dan memahami
Membangun Tim Efektif Diklatpim Tingkat II
Page 13
manfaat dari proyek kita. Hal ini berarti mereka dapat mendukung kita secara aktif bila diperlukan 4. Kita dapat mengantisipasi kemungkinan adanya reaksi orang lain untuk proyek kita, melalui rencana tindakan dalam program sehingga akan memenangkan dukungan orang lain tersebut.
3.2. Jenis-Jenis Stakeholder Berbagai jenis stakeholders dari suatu organisasi perlu diketahui khususnya organisasi publik yang banyak keterkaitannya dengan organisasi lain dalam rangka memberikan pelayanan yang prima. Seringkali suatu organisasi tidak peduli dengan beragam stakeholder yang ada disekitarnya, karena menganggap program yang dimiliki oleh organisasinya dapat dikerjakan sendiri dan merasa masih berada dalam kontrolnya secara penuh. Organisasi tersebut seringkali tidak menyadari adanya faktor pendorong dan penghambat (driving force dan restraining force) dalam tahap perencanaan maupun tahap pelaksanaan program. Sehubungan dengan itu mengenali stakeholders dan kemampuan mengidentifikasi jenis-jenis stakeholders itu sangat penting bagi organisasi publik yang mengharapkan adanya perubahan dan peningkatan kinerja organisasi. Adapun jenis-jenis stakeholders yang perlu diketahui oleh para pemimpin dalam jabatan eselon I maupun eselon II yakni sebagai berikut: 1. Stakeholder primer, yakni stakeholders yang langsung dipengaruhi oleh program yang dijalankan oleh organisasi publik tertentu. Pengaruh disini dapat bersifat positif maupun negatif; 2. Stakeholder sekunder, yakni stakeholders yang tidak langsung dipengaruhi oleh program yang dijalankan oleh organisasi publik tertentu. Pengaruh disini dapat bersifat positif maupun negatif pula; 3. Stakeholder utama, yakni stakeholders yang memiliki pengaruh positif / negatif terhadap program pemerintah dan keberadaan stakeholders tersebut sangat penting bagi organisasi yang bersangkutan. Untuk dapat mengkategorikan stakeholders ke dalam stakeholder primer, sekunder maupun utama maka sangat diperlukan pemahaman terhadap kepentingan stakeholder terhadap program dari organisasi publik tersebut. Beberapa kepentingan stakeholder tersebut dapat dikelompokkan berdasarkan aspek ekonomi, politik, sosial budaya, etnis, lingkungan dan keamanan. Disamping itu, dalam upaya mengidentifikasi kepentingan para stakeholder tersebut perlu dikenali pula bagaimana posisi para stakeholder terhadap program yang sedang direncanakan/dijalankan oleh organisasi publik tertentu. Apakah mereka menunjukkan sikap mendukung¸ abstain atau bahkan secara terang-
Membangun Tim Efektif Diklatpim Tingkat II
Page 14
terangan menolaknya karena tidak sesuai dengan kepentingan yang mereka perjuangkan. Dengan mengenali posisi tersebut, maka akan membantu dalam merespon dan bertindak terhdap para stakeholder tersebut. 3.3. Menganalisis Stakeholder Melakukan analisis terhadap stakeholder merupakan langkah yang sangat penting bagi sebuah organisasi publik karena akan memberikan inspirasi tentang bagaimana suatu organisasi harus bekerja bersama dengan stakeholders dengan berbagai tingkat kepentingan dan pengaruh yang berbeda. Dengan melakukan analisis terhadap stakeholder sebuah organisasi dapat memetakan dengan jelas tentang posisi stakeholder terhadap program yang akan dirancang/dijalankan oleh organisasi tersebut. Adapun beberapa manfaat yang dapat diperoleh dengan melakukan analisis stakeholder tersebut, antara lain: 1. Mendapatkan lebih banyak gagasan pengembangan dan implementasi program/perubahan 2. Dapat memberikan gambaran lebih jelas tentang konteks komunitas, potensi kesulitan, dan aset yang ada 3. Sense of ownership terhadap program/upaya perubahan 4. Lebih Fair bagi semua 5. Meminimalisir penolakan terhadap program/perubahan 6. Memperkuat posisi organisasi terhadap stakeholders yang melakukan penolakan 7. Menjembatani modal sosial bagi komunitas 8. Meningkatkan kredibilitas organisasi. 9. Meningkatkan peluang keberhasilan program/perubahan Banyak instrumen dan metode yang telah dipergunakan dalam upaya mengidentifikasi dan menganalisis kompleksitas pengaruh stakeholder yang dapat dipergunakan. Salah satunya adalah pendekatan Net-Map yang diperkenalkan oleh Eva Schiffer. Net-map merupakan instrumen berbasis Social Network Analysis (SNA). SNA sendiri merupakan tipe analisis yang berusaha mengukur keterhubungan antar individu-individu dan membantu menjelaskan bagaimana antar individu tersebut saling terhubung dengan berbagai issues atau program. Dengan analisis ini dapat memetakan secara singkat pola hubungan yang menggambarkan kekuatan dan kelemahan yang ada serta membantu bagaimana melakukan penguatan hubungan untuk dampak yang lebih besar. Adapun Net-map sendiri sudah memodifikasi SNA dengan melibatkan partisipasi aktif stakeholder dalam melakukan analisis. Pada prinsipnya metoda Net-map ini dapat membantu dalam menentukan: 1. Siapa saja aktor/stakeholders yang terlibat 2. Bagaimana mereka terhubung 3. Seberapa besar pengaruh mereka 4. Apakah tujuan mereka Membangun Tim Efektif Diklatpim Tingkat II
Page 15
Dengan menggunakan net-map akan membantu untuk memahami: 1. Kompleksitas hubungan dengan perspektif yang berbeda 2. Network terkait kewenangan formal & informal 3. Bottlenecks serta penyebab keberhasilan & kegagalan 4. Bagaimana memanfaatkan kompleksitas yang ada Bagaimana menggunakan net-map dalam latihan ? 1. Pahami aturan dasar dalam menggunakan net-map sebagai berikut: Peta hubungan yang akan dihasilkan hanya sebagai rangka. Sedangkan diskusi justru sebagai substansinya Hasil akhir dari peta hubungan akan menunjukkan kepada siapa kita dapat bekerja sama Proses yang maksimal akan melahirkan hasil yang maksimal (memberikan pandangan yang mendalam bagaimana mengeksekusinya) 2. Persiapan penggunaan net-map: Tentukan pertanyaan yang akan dijawab Tentukan jenis hubungan (finansial, support, pengganggu/penghambat, hirarki) Tentukan tujuan dari program Putuskan siapa yang harus terlibat dalam diskusi/wawancara 3. Identifikasi aktor/stakeholder yang terkait dengan mengajukan pertanyaan “Siapa stakeholder yang terkait dengan keberhasilan program?” dan tempatkan nama-nama para aktor tersebut di atas kertas flip chart secara tersebar. Semakin kompleks sebuah program akan memiliki semakin banyak stakeholder yang terkait. 4. Gambarkan garis yang menunjukkan keterhubungan antar aktor dengan tanda panah dalam konteks pertanyaan yang telah diajukan sebelumnya. Berikan warna garis yang berbeda dengan jenis hubungan yang berbeda. Bila antar stakeholder memiliki hubungan timbalbalik maka tanda panah juga timbal-balik.
5. Berikan tanda kekuatan pengaruh setiap aktor dengan mengajukan pertanyaan “Seberapa besar pengaruh stakeholder x terhadap y dalam konteks program yang sedang dibahas”. Penggambaran besarnya pengaruh dilakukan dengan menempatkan tugu pada sisi stakeholder. Semakin tinggi perngaruh stakeholder terhadap issue/program maka semakin tinggi tugu yang ditempatkan. Dalam banyak pengalaman, beberapa aktor akan Membangun Tim Efektif Diklatpim Tingkat II
Page 16
memiliki tugu yang sama tinggi karena memang mereka memiliki pengaruh yang sama kuat terhadap issue/program tersebut.
6. Lakukan pengamatan kembali terhadap peta hubungan yang telah dihasilkan dan yakinkan akurasi dari peta tersebut
7. Test kembali peta tersebut dengan mengklarifikasi kembali tiap aktor dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dengan mengajukan pertanyaan “apakah aktor ini benar-benar mendukung program?”
8. Diskusikan kembali Diskusikan kembali peta hubungan tersebut dengan mengkaitkan apakah arti keterhubungan bagi strategi organisasi publik, darimana pengaruh akan datang, dan apa yang akan terjadi apabila terdapat perbedaan kepentingan/tujuan?
Membangun Tim Efektif Diklatpim Tingkat II
Page 17
BAB IV NILAI DAN INTEREST STAKEHOLDER Dalam bab IV ini akan diuraikan tiga sub pokok bahasan yakni Nilai-nilai individu dan organisasi, Memahami kepentingan anggota tim dan stakeholders, dan Menganalisis kepentingan stakeholder. 4.1. Nilai-nilai Individu dan organisasi Nilai-nilai yang kita bawa ke tempat kerja mempengaruhi tindakan yang kita lakukan dalam melaksanakan tugas-tugas organisasi tempat kita bekerja. Oleh karena itu, agar dapat bekerja sama dengan baik, para anggota tim harus memiliki beberapa nilai yang sama dalam melaksanakan pekerjaannya.Sebagai contoh, dalam lingkungan pelayanan kesehatan, setiap orang melakukan pekerjaan yang didasarkan pada nilai-nilai untuk menolong sesama. Pada tingkatan dimana visi merefleksikan dasar nilai-nilai tim, maka nilai-nilai yang ditetapkan tersebut akan memotivasi loyalitas, upaya dan komitmen tim yang bersangkutan. Upaya menyatukan nilai-nilai setiap individu ke dalam tujuan organisasi bukanlah pekerjaan mudah. Namun demikian, nilai-nilai mengenai kesempurnaan dalam bekerja, menghormati orang lain, pentingnya peningkatan kesejahteraan setiap anggota tim merupakan nilai yang dapat diterima secara universal oleh setiap anggota tim. Sebagai contoh, suatu tim yang bertugas mengumpulkan dana, memiliki nilai untuk memperlakukan setiap orang dengan cara yang santun, hormat dan bijaksana. Mungkin pula diputuskan untuk meningkatkan dan mengembangkan berbagai keterampilan anggota tim, untuk mendorong kesempurnaan yang lebih baik dalam kerjasama tim maupun dalam menjalin hubungan baik dengan sesama anggota tim. Bekerja dalam tim yang memiliki visi dan nilai-nilai yang tidak selaras dengan nilai-nilai yang melekat pada diri kita, tentu saja akan banyak mengghadapi kesulitan kerjasama tim untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi. Sebagai contoh, tim personalia yang mengontrak orang dengan menawarkan hanya sedikit keamanan kerja, upah yang rendah, dan kesempatan yang terbatas dalam meningkatkan karier, akan membuat mereka malas bekerja keras. Banyak orang yang bekerja dalam situasi yang dirasa bertentangan dengan nilai-nilai yang mereka anut, akan berakibat kurang semangat dalam bekerja dan kemungkinan yang bersangkutan akan mencari alternative pekerjaan lain. Nilai-nilai organisasi umumnya dibuat setelah menetapkan visi organisasi, karena nili-nilai yang ditetapkan ini diyakini sangat penting dianut dan dilaksanakan oleh semua anggota tim dalam organisasi untuk mencapai visi organisasi. Sebagai contoh, Visi Tim Pusat Perawatan Kesehatan Springwood (Michael West, 1998: 2224): “Menyadarkan para pasien untuk bertanggung jawab atas kesehatan dirinya dan membuat kemajuan kesehatan lebih baik menjadi orientasi utama kami dari pada pengobatan penyakit. Kami juga memiliki komitment untuk menjalin kerjasama dengan para pasien, diantara kami sendiri, dan masyarakat luas. Kami sangat menekankan pendekatan holistic terhadap kesehatan, perkembangan, dan
Membangun Tim Efektif Diklatpim Tingkat II
Page 18
kesejahteraan para pasien kami. Dasar komitmen kami adalah memberikan pelayanan kesehatan terbaik dengan tujuan meningkatkan kualitas kehidupan seluruh masyarakat”. Visi ini didasarkan pada nilai-nilai sebagai berikut: Menghormati manusia lain, Bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama, Pentingnya kebebasan setiap orang untuk menentukan pilihan, Pentingnya keadilan untuk memperoleh pengobatan dan kesempatan bagi semua orang dalam ruang lingkup pelayanan kesehatan, Komitmen untuk bekerja seefektuf dan sebaik mungkin, dengan keseluruhan tujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan pasien kami, mereka yang hidup dalam masyarakat, dan semua yang bekerja di bidang kesehatan. Visi pelayanan kesehatan sebagaimana dijelaskan diatas menentukan nilai-nilai utama yang mendasari semangat dan mengarahkan kerja tim. Hal ini juga menunjukkan tingkat keterpaduan antara berbagai aspek pernyataan visi dan mewakili suatu idealisme yang menjadi tujuan organisasi/tim. 4.2. Memahami Kepentingan Anggota Tim dan Stakeholders Untuk mengetahui keefektifan dari tim yang dibentuk, maka nilai, minat dan kepentingan dari para stakeholder yang tergabung dalam tim perlu diperhatikan. Untuk itu widyaiswara dapat mengajak diskusi para peserta untuk mengetahui perkembangan minat dan nilai-nilai yang dianut anggota tim. Para peserta dapat dibagi ke dalam kelompok, dan tiap kelompok diminta untuk melakukan diskusi kelompok untuk mendapatkan nilai dan minat tersebut melalui kisi-kisi pembentukan tim kerja yang efektif, yang terfokus dalam 12 C dalam Team Building, sebagai berikut: 1. Clear Expectation - Ekspekstasi yang jelas : sudahkah pemimpin eksekutif mengkomunikasikan harapan untuk kinerja tim dan hasil yang diinginkan dengan jelas? Apakah anggota tim memahami mengapa dibentuk tim? Apakah organisasi menunjukkan tujuan yang konstan dalam mendukung tim dengan sumber manusia, waktu dan uang? Apakah pekerjaan tim menerima penekanan yang memadai seperti sebuah prioritas dalam hal waktu, diskusi, perhatian dan minat yang diarahkan seperti cara yang ditunjukan oleh pemimpin eksekutif? 2. Context - Konteks: Apakah anggota tim memahami mengapa mereka berpartisipasi dalam tim? Apakah mereka memahami bagaimana strategi dalam tim akan membantu organisasi mencapai tujuan bisnis seperti yang dikomunikasikan? Bisakah anggota tim menentukan pentingnya pencapaian tujuan korporat? Apakah tim memahami dimana pekerjaan yang sesuai dalam konteks keseluruhan dari tujuan, prinsip, visi dan nilai organisasi? 3. Commitment-komitmen: Apakah anggota tim ingin berpartisipasi dalam tim? Apakah anggota tim merasa misi tim adalah hal penting? Apakah anggota Membangun Tim Efektif Diklatpim Tingkat II
Page 19
memiliki komitmen untuk menyelesaikan misi tim dan hasil yang diharapkan? Apakah anggota tim menganggap jasa mereka sama berharganya seperti organisasi dan karir mereka sendiri? Apakah anggota tim mengantisipasi pengakuan atas kontribusi mereka? Apakah anggota tim berharap ketrampilan mereka akan tumbuh dan berkembang dalam tim? Apakah anggota tim senang dan tertantang dengan peluang tim ? 4. Competence- kompetensi: Apakah tim merasa memiliki orang yang tepat untuk berpartisipasi? (Misalnya, dalam proses peningkatan, apakah masingmasing langkah dalam proses disampaikan dalam tim?) Apakah tim merasa bahwa anggotanya memiliki pengetahuan, ketrampilan dan kapasitas untuk menangani isu dimana tim dibentuk? Jika tidak, apakah tim memiliki akses mendapatkan bantuan yang dibutuhkan? Apakah tim merasa memiliki sumber, strategi dan dukungan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan misinya ? 5. Charter- Hak: sudahkan tim mengambil area tanggungjawab yang diberikan dan menyusun misi, visi dan strateginya untuk menyelesaikan misi?. Sudahkah tim menentukan dan mengkomunikasikan sasarannya; antisipasi hasil dan kontribusinya; batas waktunya; dan bagaimana akan mengukur baik hasil kerja dengan proses yang diikuti tim dalam menyelesaikan tugasnya? Apakah kepemimpinan tim atau koordinasi kelompok lain mendukung apa yang sudah didesain oleh tim? 6. Control - Kontrol: Apakah anggota tim memiliki kebebasan dan pemberian wewenang yang cukup untuk merasa memiliki dalam menyelesaikan tugasnya? Pada saat yang bersamaan, apakah anggota tim memahami batasan-batasan dengan jelas? Seberapa jauh anggota boleh memberikan solusi? Apakah batasan (misal: sumber dana dan waktu) ditetapkan diawal proyek sebelum tim mengatahui hambatan dan mengerjakan ulang? 7. Collaboration - Kolaborasi: Apakah anggota tim bekerja secara efektif antar personal? Apakah anggota tim memahami peran dan tanggungjawabnya sebagai anggota tim? Bisakah pendekatan peyelesaian masalah, proses peningkatan, menentukan tujuan dan pengukuran dilakukan bersama? Apakah anggota tim bekerja sama untuk menyelesaikan tujuan kelompok? Sudahkah tim menentukan norma-norma atau aturan perilaku dalam area seperti resolusi konflik, konsensus pembuatan keputusan dan rapat manajemen? Apakah tim menggunakan strategi yang memadai untuk menyelesaikan rencana tindakan? 8. Communication- komunikasi: Apakah anggota tim jelas dengan prioritas kerja mereka? Adakah metode yang ditetapkan bagi tim untuk memberikan feedback dan menerima feedback kinerja yang jujur? Apakah organisasi memberikan informasi bisnis secara teratur? Apakah tim memahami konteks keberadaan mereka secara keseluruhan? Apakah anggota tim berkomunikasi secara jelas dan jujur satu dengan yang lain? Apakah tim membawa opini yang berbeda-beda ? Apakah konflik muncul dan bisa diselesaikan?
Membangun Tim Efektif Diklatpim Tingkat II
Page 20
9. Creative Innovation-inovasi kreatif: Apakah organisasi tertarik dengan perubahan? Apakah organisasi menghargai pemikiran kreatif, solusi unik, dan ide baru? Apakah organisasi memberikan penghargaan pada mereka yang telah mengambil resiko untuk membuat peningkatan? Apakah organisasi memberikan pelatihan, pendidikan, akses buku dan film dan kunjungan lapangan untuk menstimulasi pemikiran baru ? 10. Consequences- konsekwensi: Apakah anggota tim merasa bertanggung jawab atas pencapaian tim? Apakah penghargaan dan pengakuan diberikan saat tim berhasil? Apakah anggota tim menghabiskan waktunya saling menunjuk daripada menyelesaikan masalah? Apakah organisasi mendesain sistem penghargaan baik untuk tim dan individu? 11. Coordination- koordinasi: Apakah tim dikoordinasi oleh kepemimpinan tim terpusat yang mendampingi mereka untuk mencapai apa yang dibutuhkan agar sukses? Sudahkah prioritas dan alokasi sumber direncanakan dilintas departemen? Apakah tim memahami konsep internal customer - proses selanjutnya, siapapun yang mereka berikan produk atau jasanya? Apakah tim lintas fungsi dan multi departemen bekerja sama dengan efektif? Apakah organisasi mengembangkan proses fokus pada pelanggan, fokus orientasi dan meninggalkan pemikiran tradisional? 12. Cultural Change-perubahan budaya: Apakah organisasi mengakui basis tim, kolaborasi, pemberian wewenang, memungkinkan budaya organisasi dimasa depan akan berbeda dari yang tradisional? Apakah organisasi sedang merencanakan atau dalam proses merubah bagaimana memberikan reward, pengakuan, appraisal, rekruitmen, pengembangan, perencanaan, motivasi dan mengelola orang yang dipekerjakan? Hasil diskusi setiap kelompok kemudian dipresentasikan di depan klas untuk mendapatkan masukan dari kelompok lain. 4.3. Menganalisis Kepentingan Stakeholders Kepentingan stakeholders ini perlu dianalisis dengan baik dan cermat, karena akan sangat menentukan apakah stakeholders itu akan mendukung atau menentang terhadap berbagai program organisasi yang direncanakan. Kalau kita tidak memperhatikan kepentingan stakeholders jangan diharap mereka akan mendukung atau berkontribusi dalam mensukseskan program kerja yang sudah kita canangkan. Didalam menganalisis kepentingan stakeholders dapat dilakukan melalui langkahlangkah berikut: 1) Identifikasikan seluruh kelompok atau individual yang memiliki kepentingan/minat untuk terlibat penuh dalam kerjasama tim. Pimpinan Pelanggan
Membangun Tim Efektif Diklatpim Tingkat II
Page 21
Penerimaan terhadap pelayanan yang diberikan Tim/kelompok lain dalam organisasi Anda Masyarakat umum, serta Anda dan para rekan kerja di dalam tim Anda 2) Identifikasikan kriteria efektivitas setiap hal yang digunakan stakeholders untuk menilai efektivitas tim Anda. Berdasarkan daftar butir 1), termasuk didalamnya: Pencapaian sasaran organisasi Penyediaan kualitas barang tepat pada waktunya dan pelayanan purna jual yang baik Pelayanan yang bermanfaat, tepat waktu, sempurna dan penuh perhatian; Pemberian informasi yang berguna; Kerjasama yang efektif; Penyediaan barang atau jasa yang diperlukan masyarakat; Penguasaan kualitas pengalaman kerja yang baik dan pertumbuhan serta perkembangan pribadi/tim. (kriteria ini dapat lebih diperinci sesuai dengan tim Anda dan para stakeholders mungkin dapat menambahkan beberapa kriteria lagi) 3) Membuat skala dari satu (tidak terlalu penting) sampai tujuh (sangat penting) pada setiap kriteria. Jika mungkin, mintalah setiap anggota tim untuk juga melakukan hal serupa. Ini berguna untuk mengindetifikasi bidang yang disepakati dan tidak disepakati. 4) Membuat skala penilaian dari satu (untuk yang tidak terlalu efektif) sampai tujuh (untuk yang sangat efektif) pada setiap kriteria, sehingga dapat dirasakan seberapa jauh tim telah mencapainya.
Membangun Tim Efektif Diklatpim Tingkat II
Page 22
BAB V STRATEGI BERKOMUNIKASI
Didalam bab V ini akan dijelaskan tentang beberapa sub pokok bahasan yang terkait dengan strategi komunikasi yakni diawali dengan penjelasan tentang pengertian komunikasi, lalu diuraikan tentang jenis-jenis dan gaya komunikasi, kemudian sub pokok bahasan terakhir yang akan diuraikan yakni komunikasi yang efektif antar instansi.
5.1. Pengertian Komunikasi Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan atau informasi dari suatu pihak ke pihak yang lain dengan tujuan tercapai persepsi atau pengertian yang sama. Komunikasi adalah salah satu fungsi dasar dari manajemen dalam organisasi dan pentingnya hampir tidak bisa terlalu ditekankan. Ini adalah proses transmisi informasi, gagasan, pikiran, pendapat dan rencana antara berbagai bagian organisasi. Komunikasi dalam organisasi sangat penting karena dengan adanya komunikasi maka seseorang bisa berhubungan dengan orang lain dan saling bertukar pikiran yang bisa menambah wawasan seseorang dalam bekerja atau menjalani kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, untuk membina hubungan kerja antar pegawai maupun antar atasan bawahan perlu membicarakan komunikasi secara lebih terperinci. Tidak mungkin terjadi hubungan antar manusia tanpa komunikasi. Untuk itu komunikasi yang baik dan efektif diperlukan tidak hanya untuk hubungan antar manusia dengan baik tetapi juga untuk keperluan bisnis agar baik dan sukses. Jadi yang dimaksud dengan Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005). Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Isinya berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi, misalnya: memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan surat-surat resmi. Medianya juga dapat melalui rapat, brainstorming, forum discussion group, seminar, dan lain-lain. Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial. Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya secara individual. Komunikasi Organisasi juga dapat didefinisikan sebagai pertunjukkan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari dari unit-unit komunikasi dalam hubungan hierarkis antara yang satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan.
Membangun Tim Efektif Diklatpim Tingkat II
Page 23
5.2. Jenis dan Gaya Komunikasi dalam organisasi Pada prinsipnya ada dua jenis komunikasi yakni komunikasi verbal dan non verbal. Komunikasi verbal diungkapkan dengan suara sedangkan komunikasi non verbal dilakukan melalui bahasa tubuh. Dalam uraian ini penekanannya lebih pada komunikasi verbal yang dilakukan oleh semua individu yang ada dalam organisasi maupun individu sebagai bagian dari organisasi stakeholders. Dalam lingkungan organisasi dapat diidentifikasikan tiga jenis komunikasi (verbal dan non verbal) berdasarkan arahnya yakni vertikal (keatas), horizontal (kesamping) dan diagonal (atas-samping; bawah-samping). Arah arus komunikasi Vertikal adalah arus komunikasi dalam hubungan hirarki organisasi (atasan kepada bawahan langsung dan sebaliknya). Sedangkan arah arus komunikasi Horizontal merupakan arah komunikasi antar kolega sejawat/sejajar posisi/tingakatan yang sama. Adapun arah arus komunikasi diagonal adalah arus komunikasi dari atasan kepada bawahan atau sebaliknya namun bukan dalam unit yang sama. Dalam kehidupan sebuah organisasi tradisional, bagian terbesar dari komunikasi lebih cenderung pada arah ke bawah yang dimanifestasikan dalam bentuk instruksi, pengarahan, penjelasan dan sebagainya. Seiring dengan dinamika perkembangan kematangan sebuah organisasi maka arah komunikasi menjadi semakin terbuka pada ketiga arah tersebut. Terutama dalam kondisi tuntutan pekerjaan yang semakin membutuhkan kerja tim antar unit dalam sebuah organisasi. Adapun terkait dengan gaya komunikasi menurut Steward L.Tubbs dan Sylvia Moss terdapat enam gaya komunikasi, sebagai berikut: Gaya komunikasi mengendalikan Gaya komunikasi mengendalikan (dalam bahasa Inggris: The Controlling Style) ditandai dengan adanya satu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan orang lain. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu arah atau one-way communications. Pihak – pihak yang memakai controlling style of communication ini, lebih memusatkan perhatian kepada pengiriman pesan dibanding upaya mereka untuk berharap mendapatkan respon. Mereka tidak mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian untuk berbagi pesan. Mereka tidak mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian pada umpan balik, kecuali jika umpan balik atau feedback tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi mereka. Para komunikator satu arah tersebut tidak khawatir dengan pandangan negatif orang lain, tetapi justru berusaha menggunakan kewenangan dan kekuasaan untuk memaksa orang lain mematuhi pandangan-pandangannya. Pesan-pesan yag berasal dari komunikator satu arah ini, tidak berusaha „menjual‟ gagasan agar dibicarakan bersama namun lebih pada usaha menjelaskan kepada orang lain apa yang dilakukannya. Gaya komunikasi ini sering dipakai untuk
Membangun Tim Efektif Diklatpim Tingkat II
Page 24
mempersuasi orang lain supaya bekerja dan bertindak secara efektif, dan pada umumnya dalam bentuk kritik. Namun demikian, gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, tidak jarang bernada negatif sehingga menyebabkan orang lain memberi respons atau tanggapan yang negatif pula. Gaya komunikasi dua arah Dalam gaya komunikasi ini, tindakan komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya, setiap anggota organisasi dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam suasana yang rileks, santai dan informal atau disebut The equalitarian style of communication. Dalam suasana yang demikian, memungkinkan setiap anggota organisasi mencapai kesepakatan dan pengertian bersama. Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya landasan kesamaan. ini ditandai dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan maupun tertulis yang bersifat dua arah (two-way communication). Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi yang bermakna kesamaan ini, adalah orang-orang yang memiliki sikap kepedulian yang tinggi serta kemampuan membina hubungan yang baik dengan orang lain baik dalam konteks pribadi maupun dalam lingkup hubungan kerja. The equalitarian style ini akan memudahkan tindak komunikasi dalam organisasi, sebab gaya ini efektif dalam memelihara empati dan kerja sama, khususnya dalam situasi untuk mengambil keputusan terhadap suatu permasalahan yang kompleks. Gaya komunikasi ini pula yang menjamin berlangsungnya tindak berbagi informasi di antara para anggota dalam suatu organisasi. Gaya Komunikasi Berstruktur Gaya komunikasi yang berstruktur ini memanfaatkan pesan-pesan verbal secara tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan pekerjaan serta struktur organisasi. Pengirim pesan (sender) lebih memberi perhatian kepada keinginan untuk memengaruhi orang lain dengan jalan berbagi informasi tentang tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang berlaku dalam organisasi tersebut. Gaya Komunikasi Dinamis Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif, karena pengirim pesan atau sender memahami bahwa lingkungan pekerjaannya berorientasi pada tindakan (action-oriented). The dynamic style of communication ini sering dipakai oleh para juru kampanye ataupun supervisor yang membawa para wiraniaga (salesmen atau saleswomen). Tujuan utama gaya komunikasi yang agresif ini adalah menstimulasi atau merangsang pekerja/karyawan untuk bekerja dengan lebih cepat dan lebih baik. Gaya komunikasi ini cukup efektif digunakan dalam mengatasi persoalan-persoalan
Membangun Tim Efektif Diklatpim Tingkat II
Page 25
yang bersifat kritis, namun dengan persyaratan bahwa karyawan atau bawahan mempunyai kemampuan yang cukup untuk mengatasi masalah yang kritis tersebut. The Relinguishing Style Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran, pendapat ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan untuk memberi perintah, meskipun pengirim pesan (sender) mempunyai hak untuk memberi perintah dan mengontrol orang lain. Pesan-pesan dalam gaya komunikasi ini akan efektif ketika pengirim pesan atau sender sedang bekerja sama dengan orang-orang yang berpengetahuan luas, berpengalaman, teliti serta bersedia untuk bertanggung jawab atas semua tugas atau pekerjaan yang dibebankannya. The Withdrawal Style Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang memakai gaya ini untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena ada beberapa persoalan ataupun kesulitan antar pribadi yang dihadapi oleh orang-orang tersebut. Dalam deskripsi yang kongkrit adalah ketika seseorang mengatakan: “Saya tidak ingin dilibatkan dalam persoalan ini”. Pernyataan ini bermakna bahwa ia mencoba melepaskan diri dari tanggung jawab, tetapi juga mengindikasikan suatu keinginan untuk menghindari berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu, gaya ini tidak layak dipakai dalam konteks komunikasi dalam organisasi. Kemudian setelah memahami strategi berkomunikasi tersebut diatas, maka persyaratan sederhana untuk membangun tim yang efektif perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) Untuk membangun sebuah tim yang solid, yang harus kitav lakukan adalah dengan mengenali siapa diri kita. Pahami, siapa kita sebenarnya, kenali karakter kita, bagaimana sikap kita terhadap orang lain, dan bagaimana kita melihat peluang yang ada 1) Kita harus yakin bahwa kita adalah bagian dari sebuah tim yang hebat. Kuatkan keyakinan kita bahwa kita dapat diterima dengan baik oleh orang lain. Perasaan takut ditolak, takut bergaul, minder, adalah akar dari ketidakpercayaan diri sehingga kita malas untuk bekerja sama dengan orang lain. 2) Jalin komunikasi yang efektif dengan orang-orang sekeliling kita, terutama tim kita. Sering-sering bersilaturahmi dengan mereka, sharing, berbagi apa saja dengan tim kita. Kita jangan membiasakan berkomunikasi ketika ada maunya saja, atau hanya kalau ada pekerjaan. Sering-sering berkunjung kerumah, atau mengenal secara individu agar lebih akrab. 3) Gali apa keinginan, visi dari anggota tim kita. Rumuskan tujuan, visi, misi dan motto dari tim kita. Rumusan visi dan misi Tim yang kita buat, haruslah benarbenar keluar dan merupakan aspirasi dari anggota tim. Bukan sebuah instruksi, paksaan dan pesanan dari orang-orang tertentu. Membangun Tim Efektif Diklatpim Tingkat II
Page 26
4) Budayakan melakukan dialog secara berkala dengan tim kita. Dengan dialog kita akan mendapatkan banyak hal, terutama permasalahan yang ada pada tim. 5) Berusaha terus untuk menjadi manusia pembelajar, artinya terus melakukan perubahan diri kearah yang lebih baik. 6) Mengusahakan agar tim yang kita bentuk menjadi tim pembelajar yang memberikan kesempatan dan mendorong setiap individu yang ada dalam tim tersebut untuk terus belajar dan memperluas kapasitas dirinya. Tim pembelajar merupakan organisasi yang siap menghadapi perubahan dengan mengelola perubahan itu sendiri. 5.3. Komunikasi Efektif Antar Instansi Komunikasi antar instansi dilakukan oleh individu-individu yang berada dimasing-masing organisasi. Komunikasi ini dapat dilakukan secara horizontal yakni antar pejabat yang satu level dalam organisasi yang berbeda, atau komunikasi diagonal yakni komunikasi yang dilakukan antar individu yang berbeda level dalam organisasi yang berbeda. Sebagai contoh pejabat eselon I dalam satu organisasi berkomunikasi dengan pejabat eselon 2 atau eselon dibawahnya dalam organisasi yang berbeda. Pada umumnya komunikasi ini akan berlangsung secara efektif kalau dilakukan secara horizontal atau antar pejabat dalam satu level dari organisasi atau instansi yang berbeda. Komunikasi diagonal antar instansi juga akan efektif sendainya memiliki strategi komunikasi yang baik antara lain kemampuan mengemas substansi yang akan disampaikan kepada pejabat yang lebih tinggi dengan cara komunikasi yang baik.
Membangun Tim Efektif Diklatpim Tingkat II
Page 27
Daftar Pustaka
1. Lendrum, Tony. 2003. The Strategic Partnering Handbook, The practitioners guide to partnerships and alliances, Australia: The McGraw-Hill Companies 2. Rukmana D.W., Nana. 2006.Strategic Partnering For Educational Management, Model Manajemen Pendidikan Berbasis kemitraan, Bandung: Penerbit Alfabeta 3. West, Michael.1988. Effective Teamwork, terjemahan, Yogyakarta: Penerbit Kanisius 4. Peran komunikasi dalam organisasi http://mansyth.wordpress.com/2013/03/31/peran-komunikasi-dalam-organisasiperusahaan/ 5. Komunikasi Organisasi. http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_organisasi, 31 Maret 2013 6. http://www.slideshare.net/adityalakzak/makalah-teh-cucu , 31 Maret 2013 7. Membangun Tim Efektif. http://trustcomakassar.org/membangun-tim-efektif/ 8. Dua belas tips membangun tim yang efekti http://pengusahamuslim.com/dua-belas-tips-team-building-bagaimanamembangun-tim-yang-efektif#.UiSaZtKw0ac 9. Membangun Tim yang Efektif http://rasyquantum.blogspot.com/2005/05/membangun-tim-efektif.html
Membangun Tim Efektif Diklatpim Tingkat II
Page 28