Newsletter Contents Program Studi Banding DAAD ke Jerman dengan Topik „Hilirisasi dan Komersialisasi Hasil Produk Riset dan Teknologi“ Page 1
Volume 5 Edition 3
August 2016 April 2016
Liebe Leserinnen und Leser, dear Readers, pembaca-pembaca yang terhormat!
Biasanya bahasa newsletter kami adalah Bahasa Inggris - lingua franca dalam dunia penelitian dan akademis, tetapi untuk edisi ini ditulis dalam Bahasa Indonesia. Sesuai dengan prinsip “Mehrsprachigkeit” (multibahasa) para staf DAAD di Jakarta Office, dimana kami sehari-hari
Laporan Dr. Leenawaty Limantara Mengenai Hilirisasi dan Komersialisasi Hasil Produk Riset dan Teknologi di Jerman Page 3 Ketika Para Peserta Studi Banding Menjawab Pertanyaan Wawancara Page 6 Sampai Jumpa Lagi Pak Svann dan Pak Carsten! Page 9
mengunakan tiga bahasa – Bahasa Indonesia, Bahasa Jerman dan Bahasa Inggris. Terkadang kami merasa seperti sedang berada di babilon, tetapi tentunya kami semua ingin memperbaiki kompetensi bahasa kami seperti para alumni dan teman-teman DAAD seluruh dunia. Besar harapan saya agar Anda dapat menikmati edisi newsletter dalam bahasa ibu Anda. Viel Vergnügen bei der Lektüre! Have a pleasant read! Selamat menikmati edisi ini! Tema “Mehrsprachigkeit” itu penting sekali untuk kerjasama internasional, juga untuk dosen-dosen Germanistik di Indonesia. Bagi mereka kompetensi bahasa Jerman belumlah cukup, karena mereka harus menerbitkan jurnal-jurnal internasional dalam bahasa Inggris dan juga mereka harus membaca teori-teori umum yang diterbitkan dalam Bahasa Inggris. Oleh karena itu organisasi IGV (Indonesischer Germanistenverband) akan mengadakan seminar tentang “Globale Trends in der Germanistik” pada bulan September di UNPAD. Ikuti Facebook dan Twitter kami untuk mendapatkan informasi tentang hasil kegiatan acara tersebut. DAAD mengucapkan semoga sukses kepada tim
Presentasikan ide Anda selama 3 menit dan menangkan tiket ke Berlin! Klik gambar di bawah untuk info lebih lanjut!
penyelenggara! Tema edisi ini fokus kepada sebuah topik yang menarik terutama untuk Anda yang bekerja di lingkungan universitas, yaitu “Hilirisasi dan Komersialisasi hasil Produk Riset dan Teknologi”. Pada bulan April lalu, satu delegasi Indonesia yang terdiri dari 9 orang pengambil kebijakan dari Kemenristekdikti, lembaga penelitian dan universitas negeri maupun swasta, diundang oleh DAAD, pergi ke Jerman untuk membandingkan sistem inovasi Jerman dengan Indonesia. Mudah-mudahan hasil dari program studi banding para delegasi Indonesia ini membawakan manfaat bagi Anda, dan bagi Indonesia. Vielen Dank für Ihre Aufmerksamkeit! Thanks you for your kind attention! Terima kasih atas perhatian Anda! Irene Jansen
Program Studi Banding DAAD ke Jerman dengan Topik “Hilirisasi dan Komersialisasi Hasil Produk Riset dan Teknologi” Sejalan dengan visi Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (2015-2019) yaitu mewujudkan pendidikan tinggi yang bermutu serta kemampuan iptek dan inovasi untuk mendukung daya saing bangsa, hilirisasi dan komersialisasi hasil riset dan teknologi menjadi salah satu agenda utama Kemenristekdikti. Hilirisasi dan komersialisasi hasil riset dan teknologi dimaknai sebagai membuat hasil riset dan teknologi yang dihasilkan oleh perguruan tinggi menjadi hasil riset yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dan memiliki nilai ekonomi. Diharapkan hasil riset dan teknologi dari perguruan tinggi tidak hanya sekedar terhenti dalam bentuk laporan, publikasi dan paten, seperti yang selama ini banyak terjadi di Indonesia.
August 2016
Page 2
©CarstenThoms/DAAD Jakarta
Kiri-Kanan: Carsten Thoms, Ambariyanto, Leenawaty Limantara, Nurpudji Astuti, L.T. Handoko, Ocyk Karna Radjasa, Ravik Karsidi, Bambang Riyanto Trilaksono, Iskandar Z. Siregar, Djoni Hartono
Terkait dengan agenda pemerintah tersebut, Dinas Pertukaran Akademis Jerman (DAAD) mengundang delegasi Indonesia yang terdiri dari beberapa pengambil kebijakan dari lingkungan Kemenristekdikti dan beberapa pimpinan perguruan tinggi baik negeri maupun swasta di Indonesia untuk mengadakan kunjungan ke Jerman guna melihat lebih jauh bagaimana hilirisasi dan komersialisasi hasil riset dan teknologi berlangsung di Jerman. Kunjungan dilakukan pada 23-30 April 2016 lalu ke berbagai institusi di Jerman, dimana di dalamnya tercakup kunjungan ke lembaga pemberi dana penelitian, lembaga penelitian dasar maupun terapan di dalam universitas maupun non universitas, bisnis start-up, science and technology park, serta asosiasi penelitian industri untuk perusahaan kecil dan menengah Jerman. Delegasi Indonesia yang didampingi oleh Dr. Carsten Thoms, dosen jangka panjang DAAD di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, terdiri dari 9 orang: 1. Prof. Dr. Ambaryanto, Wakil Rektor Bidang Pengembangan dan Kerjasama, Universitas Diponegoro, Semarang 2. Prof. Dr. Bambang Riyanto Trilaksono, Wakil Rektor Bidang Penelitian, Inovasi dan Kerjasama, Institut Teknologi Bandung 3. Prof. Dr. Iskandar Zulkarnaen Siregar, Direktur Riset dan Inovasi, Institut Pertanian Bogor 4. Prof. Dr. Nurpudji Astuti Daud, Kepala Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Senat Akademik Universitas Hasanuddin, Makassar 5. Prof. Dr. Ocky Karna Radjasa, Direktur Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Kemenristekdikti 6. Prof. Dr. Ravik Karsidi, Rektor Universitas Sebelas Maret, Surabaya 7. Dr. Djoni Hartono, Direktur Inovasi dan Inkubator Bisnis, Universitas Indonesia, Depok 8. Dr. Laksana Tri Handoko, Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) 9. Dr. Leenawaty Limantara, Rektor Universitas Pembangunan Jaya, Jakarta Berikut adalah institusi yang dikunjungi:
Kantor pusat DAAD, DFG (German Research Foundation), Heinrich Heine University
Düsseldorf, Friederich Schiller University Jena, Leibniz Institute for Natural Product Research and Infection Biology Hans-KnöllInstitute (HKI), Jena School for Microbial Communication, Fraunhofer Institute for Molecular Biology and Applied Ecology, German Federation of Industrial Research Association, Oncgnostics GmbH, Technology and Innovation Park Jena. Diharapkan newsletter ini juga dapat menjadi media penyebaran informasi dan memberikan sedikit kontribusi bagi para pengambil kebijakan di berbagai tingkatan terkait proses hilirisasi dan komersialisi hasil riset dan teknologi di Indonesia.
August 2016
Page 3
Hilirisasi dan Komersialisasi Hasil Produk Riset dan Teknologi di Jerman Oleh Dr. Leenawaty Limantara Rektor Universitas Pembangunan Jaya Ketika membahas teknologi dan menyebutkan mana saja negara-negara penghasil teknologi, tidak bisa tidak, Jerman selalu diperhitungkan dalam daftar negara penghasil teknologi dunia. Tidak sekedar teknologi sederhana, sampai ke teknologi terkini di banyak bidang dikuasai oleh Jerman. Untuk tujuan tersebutlah delegasi Indonesia melaksanakan perjalanannya ke Jerman. Mempelajari dari dekat, dari hulu hingga hilir, bagaimana produk riset dan teknologi universitas dibawa sampai ke pasar. Bagaimana perguruan tinggi tidak hanya menghasilkan sumber daya manusia yang unggul, tetapi juga 2 luaran penting lainnya, yakni iptek dan budaya. Carsten Thoms / DAAD Jakarta
Bermula dari mendalami konsep universitas riset baik di universitas, university of applied sciences dan membandingkannya dengan litbang non university seperti Fraunhofer Institute dan Leibniz Institute, bagaimana secara strategis universitas Jerman mempersiapkan pusat unggulan ipteknya sampai pada munculnya start-up dan taman sains dan teknologi (Science and Technology Park atau yang kita kenal dengan STP) menghasilkan pembelajaran tersendiri buat delegasi Indonesia. Dengan catatan perjalanan ini, semoga dapat menjadi pencerahan bagi pemangku kepentingan, litbang, universitas dan pembaca di tanah air. Keberhasilan hilirisasi dan komersialisasi produk riset dan teknologi di Jerman diperankan dengan sangat strategis oleh beberapa institusi kunci seperti BMWi (the German Federal Ministry for Economic Affais & Energy), AiF (German Federation of Industrial Research Associations), Fraunhofer Institute, dan pusat-pusat layanan universitas (di Indonesia dapat dipadankan dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) atau inkubator bisnis, atau pusat inovasi dan bisnis) dan didukung oleh banyak lembaga lain misalnya ventura seperti Oncgnostics GmbH yang memberikan modal awal, dana dari pemerintah daerah (the Federal States), konsorsium lembaga pemberi modal (misalnya “High-Tech Gruenderfonds" lihat http://high-tech-gruenderfonds.de), investor, bank dll. Jerman punya banyak lembaga dari mulai pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta, yang memiliki perhatian besar pada riset. Kesadaran bahwa riset menjadi kunci penting kemajuan bangsa sangat dihayati oleh pemerintah maupun lembaga swasta di Jerman, oleh masyarakatnya! Dengan komitmen negara untuk mengalokasikan rasio anggaran riset terhadap GDP sebesar 2.842%, Jerman termasuk dalam kelompok negara-negara yang memiliki komitmen riset yang tinggi di dunia selain Korea Selatan (4.292%), Israel (4.109%), Jepang (3.583%), Finlandia (3.174%), dan Swedia (3.161%). Belum lagi kalau dihitung dari luaran penelitiannya entah dari aspek jumlah peraih nobel (tiga besar dunia disamping Amerika dan Inggris), jumlah paten, jumlah produk riset dan teknologi, dll. Dari aspek kualitas, mesin buatan Jerman menduduki posisi mesin paling awet di dunia.
Carsten Thoms / DAAD Jakarta
Penulis datang ke Jerman dengan keingintahuan yang sangat besar, mencari jawaban, memahami dibalik yang terlihat secara visual, spirit apa yang membuat produk riset dan teknologi Jerman mampu bertahan lama (tidak muncul semusim, atau seumur jagung dan hilang entah kemana ditahun berikutnya), dan bagaimana sinergi antar lembaga-lembaga terkait mampu mendukung dan menghantar produk riset dari universitas ke pasar dunia. profesionalitas, fokus, sinergitas dan sistem yang jelas.
Kata kuncinya adalah kualitas sumber daya manusia, komitmen,
August 2016
Page 4 Jerman mengoptimalkan sinergitas antar lembaga pendukung riset
Link and match universitas dan industri merupakan topik utama perguruan tinggi Jerman.
Prof. Dr. Stefan
Schillberg dari Fraunhofer Institute for Molecular Biology and Applied Ecology (IME) di Aachen memberikan pernyataan
penting
yang
mengesankan
penulis:
“Peneliti di universitas dan litbang di Jerman rutin mengadakan
pertemuan
dengan
industri,
selain
mensosialisasikan perkembangan riset di Universitas agar industri lebih mengenal riset perguruan tinggi. Yang lebih penting adalah bagaimana para peneliti memahami
kebutuhan
industri
yang
merupakan
kebutuhan masyarakat (pasar), sehingga fokus-fokus Carsten Thoms / DAAD Jakarta
riset
yang
dikembangkan
menjawab
kebutuhan
masyarakat bukan sekedar selera peneliti”. Penulis semakin sadar bahwa akar dari belum berhasilnya implementasi konsep besar link and match di Indonesia adalah (1) minimnya dialog “serius dan akrab” antara universitas/litbang dengan industri dan (2) belum adanya “chemistry” (pemaknaannya berupa kepercayaan dan keselarasan) antara apa yang dikerjakan universitas dengan industri di Indonesia. Dengan kata lain sinergitas belum terjadi dalam artian yang sesungguhnya. Masing-masing jalan sendiri atau kalaupun berjalan bersama-sama, sebenarnya belum dalam tataran yang mesra dan bersinergi. Meski melalui upaya Kemenristekdikti terjadi upaya-upaya sadar dan terencana untuk menjodohkan industri dan litbang, harus diakui, ada tugas penting sang fasilitator yang sesungguhnya dapat kita pelajari dari keberhasilan hilirisasi dan komersialisasi produk riset universitas di Jerman. Di Jerman, universitas dan industri menyusun proposal bersama dan mendapatkan dana riset yang
digunakan
oleh
universitas
untuk
mengembangkan produk dan kebutuhan industri partner. Kecepatan kerja antara industri dan universitas tidak mengesankan “gap”, saat penulis dalam kunjungan laboratorium menanyakan hal ini, jawabannya sangat sederhana: Sediakan peneliti yang mendedikasikan diri dan fokus mengawal riset bersama industri dengan spirit 24/7 atau dengan kata lain totalitas, siap waktu dan energi 100%. Kepercayaan antara universitas
Carsten Thoms / DAAD Jakarta
dan industri menyebabkan arus informasi mengalir secara terbuka, tidak ada yang disembunyikan. Arus informasi berbasis kepercayaan ini memungkinkan keterbukaan informasi, ilmu dan teknologi dari dan ke universitas/industri. Peran German Federation of Industrial Research Associations (AIF) sebagai fasilitator menjadi sangat penting dan dirasakan manfaatnya untuk membantu baik pihak industri maupun perguruan tinggi menemukan sinerginya. Hal lain yang penulis catat adalah kekuatan jejaring (networking) antara universitas dan industri, basisnya adalah jejaring personal/ individu dan tanpa birokrasi. Filosofinya: The shorter the distance between the people, the better is the outcomes. Ketika hubungan terbina dengan baik dan komunikasi berjalan lancar, maka kepercayaan, komitmen dan kerjasama tidak lagi memiliki sekat. Maka program-program yang diselenggarakan tidak bersifat hit and run atau program dadakan dengan persiapan yang seadanya atau asal jalan. Harus ada sistemnya.
August 2016
Page 5 Kuncinya: Eksekusi, eksekusi, eksekusi!
Impressum
Hal menarik dari dialog yang dilakukan delegasi Indonesia dan Jerman adalah eksekusi atas setiap rencana atau kesepakatan (jadi ingat satu dari motto Pak Jokowi: kerja, kerja, kerja!). Kontrak, MoU, MoA atau administrasi lain dari konsep atau perencanaan yang disepakati bersama perlu dieksekusi dan dikawal sehingga menghasilkan luaran yang berkualitas. Ratarata peneliti Jerman punya opini yang sama, mulai saja dari kecil, dengan passion dan totalitas, kerjakan hingga berhasil, pada akhirnya akan ada kepercayaan yang membawa lebih banyak lagi hibah dan peluang bagi periset. berpotensi
paten
dan
dapat
Publisher DAAD Jakarta Office Summitmas II 14th Fl. Jl. Jend. Sudirman Kav. 61-62 Jakarta 12190 Indonesia
Kuncinya adalah mengidentifikasi riset-riset yang
dikomersialisasikan,
berkomitmen,
fokus,
menghasilkan
kepercayaan dan bersinergi. Jelas tidak semua riset berpotensi dikomersialisasikan. Bahkan mungkin kurang dari 5% yang berpotensi dikomersialisasikan. Peneliti Jerman sangat meyakini bahwa hal penting yang mendukung keberhasilan hilirisasi selalu diawali dari riset dasar yang berkualitas dan pemahaman pasar melalui market research. Perhatian untuk menumbuhkan
Unsubscribe If you don‘t wish to receive any further issues of our newsletter, please send an email to
[email protected] with the subject „unsub“
riset dasar tidak boleh ditinggalkan agar produk riset dan teknologi yang dikomersialisasikan dapat bertahan lama. Intinya adalah menemukan produk riset dan teknologi yang memiliki novelty dan potensi pasar yang jelas. Dari aspek pembagian royalti atas paten, institusi Jerman banyak menggunakan konsep 30% inventor dan 70% institusi.
70% ini dapat dirinci lebih lanjut misalnya 35% untuk pusat
unggulannya dan 35% institusi. Apabila universitas melibatkan agen maka royalti 5% diberikan
Editor-in-Chief Dr. Irene Jansen
Editor Ivan Annusyirvan
ke agen oleh institusi. Biaya paten tidak diurus oleh universitas tetapi oleh industri. Ranah pengerjaannya pun jelas, universitas dan institusi riset mengerjakan riset sampai dengan prototipe sedangkan industri mengerjakan komersialisasinya. Poin penting sebagai penutup tulisan ini, penulis ingin mencatat bahwa rata-rata pengelola start
Contact Phone: +62 (21) 520 08 70 / +62 (21) 525 28 07 Fax: +62 (21) 525 28 22 Mail:
[email protected]
-up yang dikembangkan di universitas, university of applied sciences dan litbang non universitas Jerman senantiasa menggarisbawahi kriteria penting terhadap SDM, yakni SDM yang telah memiliki pengalaman baik sebagai akademisi/peneliti (mereka yang mengerti ruh dari produk riset itu sendiri) dan yang pernah bekerja di industri (mereka yang memahami kebutuhan pasar dan memiliki jiwa entrepreneur).
Our consulting hours: Thursday 13.30 - 16.00 WIB
Perpaduan keterampilan ini menyebabkan start-up yang
diinisiasi memiliki potensi sukses yang lebih tinggi dan penghayatan yang mendalam terhadap DNA/nature dari produk. Jadi tidak heran kalau para CEO, marketer dan manager start-up dan inkubator bisnis di Jerman rata-rata bergelar doktor dan berjiwa entrepreneur.
www.daadjkt.org DAAD Indonesia @DAAD_Indonesia
Carsten Thoms / DAAD Jakarta
August 2016
Page 6
Ketika Para Peserta Studi Banding Menjawab Pertanyaan Wawancara Kami mendapatkan kesempatan untuk mewawancarai empat orang peserta dari program studi banding DAAD, yaitu Bapak Dr. L.T. Handoko (LTH), Bapak Prof. Dr. Ravik Karsidi (RK), Ibu Prof. Dr. Nurpudji Astuti Daud (NAD), dan Ibu Dr. Leenawaty Limantara (LL). Di bawah ini dapat Anda baca hasil wawancara kami dengan mereka. Kepada Bapak Handoko, apakah pengertian hilirisasi dan
ada berapa persen yang masuk ke
komersialisasi hasil riset dan teknologi menurut LIPI atau
(kelompok
Kemenristekdikti?
(kelompok prototyping level laboratorium) dan kelompok
LTH: Hilirisasi dan atau komersialisasi merupakan ranah
prototyping industry (TRL 7-9)?
terujung dari proses dan ekosistem dari riset - invensi -
LTH:
konsep
dan
desain
kelompok TRL1-3
teknologi),
TRL
4-6
Sebagian besar riset masih berada di TRL 1-3.
inovasi - hilirisasi / komersialisasi. Karenanya hilirisasi merupakan ranah pasca inovasi. Inovasi sendiri bisa
Kendala dan tantangan apa yang dihadapi oleh universitas
dipahami sebagai invensi yang bisa diaplikasikan,
dalam mengembangkan hasil riset menjadi hasil riset yang
biasanya berupa teknologi dalam berbagai bentuk.
mempunyai nilai komersil? RK:
Topik riset para dosen belum sepenuhnya berorientasi
Sejauh mana proses hilirisasi dan komersialisasi hasil
pada hilirisasi karena pelaksanaan tridharma perguruan
riset dan teknologi di Indonesia sudah berjalan? Apakah
tinggi
teknologi
berorientasi
sederhana,
seperti
teknologi
tepat
guna,
belum
sepenuhnya pada
selaras
kebutuhan
atau
bahkan
masyarakat
luas
termasuk dalam konsep hilirisasi dan komersialisasi hasil
penggunanya. Riset untuk kepentingan dosen masih
riset dan teknologi?
dominan.
LTH: Secara umum proses hilirisasi di Indonesia belum
berkelanjutan.
Hal
ini
perlu
Perlu
penyadaran
regulasi
yang
jelas
secara untuk
berjalan dengan baik. Tetapi hal ini lebih disebabkan
pengelolaan kerjasama antara akademisi dan industri,
oleh fakta bahwa Indonesia belum mencapai ambang
misalnya kontribusi berupa “institutuin fee” dari hasil
batas penghasil invensi berbasis riset ilmiah yang
penelitian
produktif. Hal ini bisa dilihat dari indikator keluaran riset,
pengabdian dan penelitian. Hasil riset yang sudah siap
khususnya publikasi terindeks global dan paten, yang
untuk komersialisasi (misalnya sudah memiliki paten)
masih sangat rendah, bahkan bila dibandingkan dengan
masih
mengalami
negara-negara di kawasan ASEAN. Karena secara
modal
usaha dari universitas untuk produksi secara
global, hanya lebih kurang 10% dari setiap jenjang
masal, sementara regulasi untuk kerjasama dan
ranah diatas yang bisa berlanjut ke ranah selanjutnya.
pembagian keuntungan (royalty) belum secara tegas
Sehingga bisa dikatakan untuk mencapai hilirisasi dari 1
mengatur bentuk komersialisasi ini. Di sisi lain di
produk
perguruan tinggi negeri pengelolaaan dan pengawasan
diperlukan
setidaknya
100
riset
yang
menghasilkan invensi riil.
para
dosen
dalam
hambatan
melaksanakan
karena
terbatasnya
keuangan sangat ketat.
Permasalahan mendasar apa yang dihadapi Indonesia
NAD:
Universitas Hasanuddin baru di sahkan sebagai salah
dalam hilirisasi dan komersialisasi riset dan teknologi?
satu perguruan tinggi negeri berbadan hukum (PTN-
LTH: Seperti
telah
permasalahan
disampaikan paling
poin
diatas,
BH), kendala utama Unhas adalah baru saja terjadi
adalah
sumber
pergantian Direktur Riset dan Inovasi dan masih dalam
pada
mendasar
pembenahan.
masukan di hulu dalam ekosistem riset sampai dengan hilirisasi yang sama sekali belum mencapai batas ambang yang diharapkan. Dilain sisi, tahapan industri
LL:
Menurut saya kendala utamanya terletak pada belum
di Indonesia sebagian besar masih terkonsentrasi di
terjalinnya link and match antara universitas dan
level
kebutuhan
perdagangan
dan
manufaktur
konvensional.
industri.
Cenderung
jalan
sendiri-
Artinya belum banyak industri berbasis kreatifitas dan
sendiri. Peneliti di Universitas menciptakan inovasi dan
terlebih inovasi atau invensi hasil riset.
produk yang dianggap penting oleh yang bersangkutan sementara kebutuhan pasar berbeda.
Bilamana mengacu pada tingkat kesiapan teknologi atau TRL (Technology Readiness Level), dari hasil riset yang
August 2016
Page 7 Terkait sinkronisasi dan kolaborasi kebijakan antara
LL:
Perbanyak dialog dengan stakeholder, industri dan
universitas atau lembaga litbang, pemerintah dan dunia
masyarakat, untuk mengetahui kebutuhan produk
usaha, siapa yang seharusnya menginisiasi hal tersebut,
hilirisasi yang sungguh diperlukan oleh industri itu
pemerintah atau dunia usaha?
seperti apa. Survei pasar juga sangat diperlukan agar
LTH: Sebagai regulator, sinkronisasi dan kolaborasi lembaga
saat kita mengembangkan riset dan melakukan
litbang - pemerintah - industri harus diinisiasi dan
hilirisasi, kita sudah jelas terhadap keterserapan
diwadahi oleh pemerintah, setidaknya di tahap awal.
produk di masyarakat. Dari
aspek
kebijakan,
yang
dilakukan
adalah
Langkah-langkah serta kebijakan apa yang sudah diambil
menciptakan warna khas atau keunggulan riset yang
dan selanjutnya harus diambil untuk mensukseskan
khas universitas. Di Universitas Ma Chung di Malang,
hilirisasi dan komersialisasi riset dan teknologi?
yang sebelum ini saya pimpin, keunggulannya pada
LTH: Yang pertama harus dilakukan adalah peningkatan
pengembangan riset pigmen untuk menghasilkan
produktifitas absolut, baik kuantitas maupun kualitas,
vitamin A alami, pigmen fungsional dan energi
dari ranah terhulu yaitu riset itu sendiri. Kedua, harus
terbarukan sedang di Universitas Pembangunan Jaya
digalakkan insentif berbasis regulasi untuk mendorong
dengan pusat unggulan urban studies bergandengan
ekonomi kreatif berbasis iptek.
tangan langsung dengan 23 anak perusahaan PT. Pembangunan Jaya (Jaya group) menjawab masalah-
Kebijakan apa yang sejauh ini sudah diambil untuk
masalah masyarakat terkait urban development dan
mendukung
urban lifestyle.
proses
hilirisasi
dan
komersialisasi
di
universitas tempat Bapak/Ibu bekerja? RK:
Di UNS kami menawarkan hibah riset yang ditujukan
Apakah sudah ada contoh konkrit kerjasama yang telah
untuk
terjalin di universitas tempat Bapak/Ibu bekerja selama
hilirisasi
atau
penciptaan
bisnis
baru
(enterpreuner) yang bersumber dari dana PNBP UNS.
ini?
Hibah Penelitian yang ditujukan untuk hilirisasi dan
RK: 1. Budidaya ikan sidat dan pembuatan pakan ikan sidat
enterpreunership terdiri dari „Hibah Penelitian Unggulan
yang bekerjasama dengan perusahaan dari Jepang.
UNS“, dengan luaran berupa business plan dan set up
Kendala yang dihadapi adalah keterbatasan modal
usaha bersama dengan mitra industri, dan „Hibah
untuk
Penelitian Unggulan“, dengan luaran berupa Centre of
permintaan (1 tahun diminta 8 ton baru bisa terjangkau
Excellence
2 ton).
yang
mengarah
pada
komersialisasi
hasil riset. Kebijakan selanjutnya adalah percepatan dan dukungan
dapat
memasok
produk
sesuai
dengan
2. Pengembangan baterai SMARTUNS-Baterai Lithium
perolehan HKI (dan paten) dengan
bekerjasama dengan BSN (Bandar Standardisasi
mendorong penelitian ke tingkat Technology Readiness
Nasional) untuk pembuatan standardisasi baterai dan
Level (TRL) yang tinggi untuk menuju hilirisasi.
casingnya,
Pemetaan TRL untuk hasil penelitian di UNS, hasil
membutuhkan pabrik dan modal cukup besar.
namun
untuk
menuju
komersialisasi
penelitian dengan TRL yang tinggi (8-9) didorong
3. Pengembangan zat pewarna alam dengan PT. Indaco
menuju komersialisasi berupa fasilitasi spin off dengan
4. Pengembangan
industri
dan
pemberian
hibah
penelitian
untuk
sepeda
listrik
dengan
industri
perakitannya.
komersialisasi. Yang terakhir adalah pembentukan
5. Pengembangan Parapoduns, alat bantu penderita
Badan Badan Pengembangan Usaha (BPU) dan
paraplegia untuk dapat melakukan gerakan secara
regulasi yang mendukung hilirisasi dan komersialisasi.
mandiri, bekerjasama dengan industry perakitannya.
NAD: Kebijakan dalam penelitian yang dibawahi LPPM
NAD:
Saat ini telah terbentuk konsorsium rumput laut yang
(Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyara-
bekerja sama dengan pelaku industri dan pengusaha
kat) telah menerapkan pendampingan pembuatan draft
di Indonesia, selain itu telah terjalin hubungan yang
paten untuk didaftarkan ke Dirjen HaKi dan selain itu
sangat baik dengan Pemerintah Daerah dan Balai
untuk outcome hasil penelitian dilakukan pendampingan
Industri Propinsi Sulawesi Selatan.
penulisan hasil penelitian yang akan dipublikasikan dalam jurnal nasional maupun internasional
August 2016
Page 8 Melihat dari kebutuhan yang ada, sebaiknya riset dasar
6. Menetapkan regulasi untuk memprioritaskan aplikasi
atau riset aplikasi yang harus lebih dikembangkan di
teknologi baru hasil temuan riset agar lebih mudah
Indonesia?
untuk penetrasi ke pasar industri.
LTH:
Riset
dasar
dan
aplikatif
tidak
seharusnya
7. Memberikan keleluasaan bagi perguruan tinggi untuk
didikotomikan, karena keduanya merupakan satu
menghimpun modal untuk hilirisasi dan komersialisasi
kesatuan untuk menjamin penguatan dan keberhasilan
hasil risetnya.
riset dan penguasaan teknologi dalam jangka panjang.
8. Mengkampanyekan
cinta
dan
bangga
dengan
produksi dalam negeri hasil temuan peguruan tinggi. Menurut LIPI atau Kemenristekdikti, apakah solusi yang terbaik terkait hilirisasi dan komersialisasi hasil riset dan
NAD:
Sebagai ketua Komisi II yang membidangi Riset dan
teknologi di Indonesia?
Pengabdian Masyarakat, bidang ini telah membentuk
LTH:
Sesuai ekosistem alami dari riset sampai dengan
kelompok kerja bekerjasama dengan LPPM untuk me-
hilirisasi, secara konsisten harus dilakukan penguatan
nyusun aturan dalam pelaksanaan penelitian, mulai
riset
sisi
dari perekrutan dosen sebagai reviewer sampai
penciptaan dan atau perbaikan lingkungan yang
dengan hasil penelitian dari skema penelitian yang
ramah
yang
ada, yang akan menjadi acuan bagi para pelaksana
berbasis iptek, harus digalakkan di berbagai daerah
dan akan meningkatkan kinerja para peneliti. Dalam
sesuai potensi lokal masing-masing. Sehingga pada
pelaksanaannya hal ini didukung sepenuhnya oleh
saatnya sinergi serta simbiosis mutualisme antara riset
universitas, dalam hal ini Wakil Rektor 4 yang mem-
dan industri bisa terjadi secara alami tanpa perlu
bidangi riset dan pengabdian masyarakat.
secara untuk
masif
di
ekonomi
semua kreatif,
arah.
Dilain
khususnya
melakukan jalan pintas. Karena riset secara umum berbentuk incremental development, serta dilakukan secara bertahap dan terukur.
LL:
Menurut saya upaya-upaya yang signifikan sudah dilakukan misalnya oleh Kemenristekdikti melalui Pusat Unggulan Ipteknya, mempertemukan litbang
Sebagai salah satu pengambil kebijakan di tingkat
universitas dengan industri.
universitas,
bagi
universitas lebih proaktif, menindaklanjuti kerjasama
pengambil kebijakan di tingkat yang lebih tinggi agar
yang diinisiasi. Hilirisasi hasil litbang merupakan
proses hilirasi dan komersialisasi hasil riset dan teknologi
sebuah kompleksitas proses, yang seringkali kurang
ke depannya dapat lebih membuahkan hasil?
dipahami peneliti. Terutama ketika terkait dengan
RK: 1. Memberikan kesempatan kepada dosen untuk lebih
regulasi, hukum, perijinan, dan birokrasi.
apakah
Bapak/Ibu
memiliki
saran
Bagian ini
terlibat dalam dunia praktisi, penelitian dosen bersama
membutuhkan
mahasiswa yang berorientasi pada problem solving
kementerian lain yang terkait. Komunikasi lintas
dan pengembangan teknologi dari permasalahan
departemen dalam satu kementerian dan lintas
dunia industri.
kementerian untuk menyukseskan hilirisasi seperti
2. Menerapkan regulasi yang jelas dalam hubungan
memotong
dukungan
Tinggal bagaimana
mata
rantai
kemenristekdikti
birokrasi,
dan
memperjelas
untuk
prosedur akan membantu terwujudnya produk anak
mendorong kerjasama yang saling menguntungkan
bangsa. Sehingga peneliti fokus pada kualitas hasil
antara kedua belah pihak.
litbangnya, sementara institusi dan lembaga negara
kerjasama
antara
akademisi
dan
industri
3. Menawarkan scheme penelitian yang menuju pada
terkait
mendukung
pada
hilirisasinya
pengawasan
membuat basis data/database seluruh peneliti dengan
dan
monitoring
untuk
pencapaian
4. Menawarkan scheme untuk set up bisnis barbasis
Hal
penting
lain
proses
usaha hilirisasi dan komersialisasi serta melakukan luarannya yang berkelanjutan.
(birokrasi).
kelancaran
adalah
kepakaran dan rekam jejaknya, litbang dan warna khas
atau
keunggulan
risetnya,
industri
dan
penemuan ilmiah dan memonitor perkembangannya
pengembangan produk yang diharapkannya, yang
sampai luarannya tercapai.
dapat diakses oleh peneliti secara nasional sehingga
5. Mempermudah perolehan HKI termasuk paten. Saat ini terkendala di kementerian yang mengeluarkan sertifikat HKI/paten.
dimungkinkan terjalinnya kerjasama serta peningkatan efisiensi dan efektivitas sumber daya.
August 2016
Page 9 Fasilitasi portal komunikasi antar peneliti dan industri
bagi pengembangan seperti
atau siapapun yang memiliki minatan khusus dalam
pengembangan SME/UKM (PSPUKM dan PS KWU)
pengembangan hilirisasi produk tertentu sehingga
sebagai center of excelent di UNS. SME dapat
berkembang komunitas atau konsorsium, komunikasi
diberikan pelayanan fasilitas konsultasi dan kegiatan
lintas lembaga yang didasari oleh kebutuhan dan
riset2 sederhana seperti feasibility study, cost benefit
tujuan yang sama. Sebagai contoh ada banyak
analysis,
asosiasi
uji coba produk.
pedagang
berkomunikasi tinggi.
atau
dengan
pengusaha peneliti
tapi
di
tidak
perguruan
Kunjungan
technology ke
pusat studi tentang
equipment,
sampai
Friedrich-Schiller-University
pada Jena.
Wadah ini bisa dibantu perkembangannya
Disana skema aktivitasnya adalah sbb: dimulai dari
tentunya bergantung pada keseriusan tujuan yang
adanya reseach funding atau contract research -->
ingin dicapai oleh aktor yang ada didalamnya.
R&D Marketing --> technology transfer --> economy benefit. Jika suatu riset berhasil dihilirkan maka
Pelajaran apa yang dapat diambil terkait hilirisasi dan
financial revenuenya dibagi 3 yaitu: 30% untuk
komersialisasi hasil riset dan teknologi di Jerman?
inventor, 35% untuk lembaga tempat bekerja atau
LTH:
Secara
bahwa
riset group untuk pengembangan lebih lanjut dan 35%
tantangan atas proses hilirisasi dialami oleh para
untuk universitas sebagai pemberi anggaran. Juga ada
kolega di Jerman. Meski mereka secara jelas sudah
program start-up KWU, dengan skema program mulai
jauh melampaui ambang batas produktifitas riset.
dari
Nampaknya pemberdayaan ekonomi kreatif berbasis
teknologi --> persiapan start up --> estabisment dan
iptek masih menjadi kendala, karena secara kultural
growth.
inovasi
umum
saya
teknologi
menemukan
lebih
fakta
didominasi
oleh
riset --> identifikasi potensi-potensi transfer
industri
manufaktur besar. Sehingga ini menjadi pelajaran
NAD:
Kunjungan ke Jerman memperkuat pusat HaKi yang
berharga bagi Indonesia, untuk segera memulai
ada di Unhas, untuk hasil penelitian yang berpotensi
pemberdayaan ekonomi kreatif berbasis iptek, sembari
paten telah dilakukan pendampingan untuk pembuatan
mendorong peningkatan keluaran riset secara masif.
draft paten yang diikuti oleh para peneliti/inventor dan Rektor telah membentuk Pusat Inovasi dan Bisnis
RK:
Kunjungan
ke
German
Federation
of
Industrial
Research Associations disana ada Asosiasi Penelitian
untuk mendukung proses hilirisasi dan komersialisasi hasil produk para peneliti.
Industri Pemerintah Jerman. Model mereka ini cocok
Sampai Jumpa Lagi Pak Svann dan Pak Carsten! Di pertengahan tahun 2016 ini, DAAD kantor regional Jakarta harus mengucapkan kata perpisahan kepada dua orang anggota keluarga besarnya yang selama beberapa tahun ke belakang ini telah banyak memberikan kontribusi yang sangat berarti kepada DAAD. Mereka adalah Bapak Dr. Svann Langguth dan Bapak Dr. Carsten Thoms. Pak Svann menjabat posisi Wakil Direktur DAAD Jakarta selama 5 tahun, dalam periode 2011-2016 dan sekaligus bertugas sebagai dosen DAAD di Program Studi Bahasa Jerman, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia. Sedangkan Pak Carsten bertugas sebagai dosen jangka panjang Ivan Annusyirvan/DAAD Jakarta
DAAD di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Sebagai perwujudan rasa terima kasihnya, DAAD Jakarta mengadakan acara perpisahan yang digabung dengan sebuah seminar atau kami namakan „A Farewell Seminar“ di Kedutaan Besar Jerman di Jakarta pada tanggal 13 Juni 2016. Acara ini tentunya dihadiri oleh rekan kerja DAAD, rekan kerja dari UI, IPB, dan beberapa universitas lainnya yang selama ini telah menjalin ikatan persahabatan dan kekeluargaan dengan mereka. Terima kasih Pak Svann! Terima kasih Pak Carsten!
August 2016
Page 10
My Three-Month Internship at DAAD Jakarta Office My name is Maike Schutzeichel from Menden, Germany and I worked for the DAAD Jakarta Office as an intern from March until May 2016. I study International Cultural and Business Studies at the University of Passau. Before finishing my master’s degree, I wanted to experience working abroad and witness the differences, advantages and also the disadvantages compared to working life in Germany. Since I was part of the university group “Project Southeast Asia”, I studied Bahasa Indonesia for a couple of semesters in Passau and thus, developed a special interest in the Indonesian culture. As such, I decided to apply for an internship at the DAAD Jakarta office. During my internship, I was lucky enough to support the (now former) DAAD lecturer Mr. Langguth by editing the upcoming NADI which is the alumni journal of the DAAD Jakarta office. Practically speaking, this means (among other things) looking for a suitable topic, searching for articles and getting in contact with DAAD alumni to find out their stories in relation to the DAAD Jakarta. The work has been rich in variety. Back home in Germany, I could examine the result of my work when receiving the NADI by mail. Moreover, I was able to help prepare and attend a lot of events like conferences, workshops, network meetings and study fairs. I enjoyed the amazing Indonesian hospitality. The focus of my studies at the University of Passau is intercultural communication. Thus, I
Me and Nasi Tumpeng during my farewell lunch at DAAD Jakarta Office
appreciate working in an intercultural team and the theory being put into practice. While exploring and getting to know Indonesia in everyday life and during my travels, I could notice a lot of interesting differences in comm unication and behavior which also enhanced the knowledge I gained from university. Thanks to my great colleagues, I was able to experience a lot of Indonesian traditions like the cutting of the Nasi Tumpeng during my farewell lunch. Thank you for such a wonderful experience! Author: Maike Schutzeichel
Two semesters at Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta With support of a DAAD scholarship I have had the pleasure of spending my last two semesters as an exchange student at the Faculty of Law at Universitas Gadjah Mada (UGM) in Yogyakarta, Indonesia. These two semesters have been a great and interesting time full of new experiences and impressions. I was looking for something different when I decided to study abroad and that is what I found coming to Indonesia. At university I studied Islamic Law, Adat Law (ancient Indonesian community rules) and several fields of International Law. I learned about a legal system that follows a structure I know from the western world but at the same time is influenced by Adat Law and Islamic Law and in this asAt Pantai Ngrenahan (Gunung Kidul), Yogajakarta
pect quite different from what I know from Europe. In my daily life I experienced a diverse society in the constant process of mastering the art
of balancing the wide range of mindsets of its people. I have been warmly welcomed at UGM by my fellow students and made friends quickly. In addition, the people working at UGM were always there to answer any questions and to assist me with administrative issues like the visa process or enrolling in courses at the Faculty. Besides studying and living in Yogyakarta, I also took the opportunity of exploring Indonesia in my spare time. While exploring this – indeed very diverse – country, I met a lot of kind and curious people, who really appreciate one learning their language and were always fond of introducing me to their country and culture, whether it was by inviting me for lunch at their house or sharing their knowledge about their area with me. I spent eleven great months in an environment that is entirely different from that of Germany — from the climate to the organization of society. I am very grateful for this experience. I want to thank all people at UGM who cared for me during my stay in Yogyakarta and of course I thank the DAAD for its full support. And for now I have only one thing left to say: Sampai jumpa lagi Indonesia. Author: Leonie Därr
August 2016
Page 11 Please click here to register online
August 2016
Page 12
Advertisements by German Universities
ESB Business School – truly international Study at the heart of Europe, in Germany – the economic leader of the world’s largest domestic market - and you will find a truly international business school: ESB Business School in Reutlingen. We’re located in Baden-Württemberg - a prosperous region that is home to many global companies. Our students have access to a network of renowned partner companies, giving our degree programmes real practical relevance. More than 100 partner universities all over the world, students from 84 nations on the ESB campus and international double degree programmes ensure the worldwide employability of our graduates. ESB Business School is part of public, state-funded Reutlingen University and offers a range of top-ranked programmes in business and operations management in German and/or English.
Bachelor programmes: International Business (English) International Management Double Degree (German, plus language of partner university) International Operations and Logistics Management (German and English) Production Management (German and English 70:30)
Master programmes European Management Studies (German, French and English 40:40:20)
International Accounting, Controlling and Taxation (German and English 80:20) International Business Development (German and English 70:30) International Management (English) Operations Management (German and English) Strategic Sales Management – part time (German) Business and Process Management – part time (German)
MBA programmes
International Management Full-time (English) International Management Part-time (German and English 70:30)
http://www.esb-business-school.de/en/degree-programmes/
August 2016
Page 13
The top-ranked International Graduate Programs at the University of Kaiserslautern The TU Kaiserslautern is a top-ranked German research-oriented university (Place 10 of all German universities, Place 5 for Departments, Wirtschaftswoche, 2014; top ranked among the worldwide 150 universities under 50 years old, Times Higher Education Ranking 2016) for science, technology, and industry. Our University offers high-quality graduate education and (post)doctoral research training in innovative fields of economic relevance, many of them as English-taught programs. Our features: International study environment highly affiliated to industry and research “Science Alliance Kaiserslautern”, network of high-profile science institutions on & nearby campus “University of Teaching Excellence " award for outstanding student-teacher ratio 16 International Graduate Programs: - Electrical and Computer Engineering: M.Sc. Electrical & Computer Engineering, European Master in Embedded Computing Systems - Computer Science: M.Sc. Computer Science, M.Sc. Computer Science in Applications, European Master in Software Engineering
- Mathematics: M.Sc. Mathematics International, M.Sc. Technomathematics, M.Sc. Mathematics, M.Sc. Economathematics, M.Sc. Actuarial and Financial Mathematics - Commercial Vehicle Technology: M.Sc. Commercial Vehicle Technology - Biology: M.Sc. Biology (specializing in Microbial & Plant Biotechnology, Molecular Cell Biology, Neurobiology, Ecology) - Social Sciences: M.Sc. Cognitive Science - Physics: M.Sc. Advanced Quantum Physics (starting from winter semester 2017/2018) - Distance Master: M. Eng. Software Engineering for Embedded Systems, M.Eng. Nanotechnology Doctoral research positions are available in all 12 departments & disciplines of TU Kaiserslautern Application deadlines*:
Application requirements for international master students*:
April 30 for winter term starting on Oct 1 Oct 31 for summer term starting on April 1
Bachelor degree or equivalent English language proficiency
*Further details for program specific variations: www.uni-kl.de/en/international/master/prospective-students/application-admission/ Contact:
TU Kaiserslautern
E-Mail:
[email protected]
Department of International Affairs: ISGS
Homepage: www.uni-kl.de/en/international
Gottlieb-Daimler-Straße 47 67663 Kaiserslautern, Germany
August 2016
Page 14
LL.M. International Finance (for Asian Graduates) at the Institute for Law and Finance, Goethe University Frankfurt am Main
Key facts LL.M. International Finance Degree is conferred by Goethe University Frankfurt For graduates holding a first degree in law, business or economics Program language is English From October to July the following year
Why study at ILF, Goethe University Frankfurt am Main? Interdisciplinary curriculum with excellent law and business / finance courses Top lecturers consisting of leading professors from Goethe University and experts from the professional world Located in Frankfurt, the financial center of continental Europe Increased interaction with ILF international students via combined courses with them German and Advanced Business and Legal English language courses Exclusive and intensive intercultural and communications courses Organized student excursions (e.g. Basketball Game, Berlin, ECB, Germany Stock Exchange)
Tuition fees € 16,000, Scholarships of €1,600 will be granted if applications received by 28 February each year Application deadline 15 May each year: Countries where APS certificates are required (i.e. China, Mongolia and Vietnam) 1 July each year: All other Asian Countries For more information, see www.ilf-frankfurt.de/LLM-International -Finance or contact
[email protected]