LAPORAN KEGIATAN PENDAMPINGAN PROGRAM STRATEGIS KEMENTERIAN PERTANIAN DI KABUPATEN LUWU TIMUR 2011
I. PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Peran sektor pertanian dalam menopang perekonomian nasional cukup besar . Sektor
ini telah terbukti mampu bertahan dalam menghadapi krisis ekonomi baik global maupun nasional.
Karena itu Kementerian Pertanian terus berupaya meningkatkan peran sektor
pertanian melalui pencanangan beberapa Program Strategis antara lain Program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT), Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP), Pengembangan Kawasan Hortikultura, dan sebagainya. BPTP Sulawesi Selatan telah ikut mendukung program strategis tersebut dan telah menjalankan peran tersebut diatas khususnya dalam pelaksanaan pendampingan program yang ada di beberapa kabupaten yang ada di wilayah Sulawesi Selatan. Salah satu wilayah yang telah didampingi tahun 2010 dan akan dilajutkan pada tahun 2011 adalah Kabupaten Luwu Timur. Kabupaten Luwu Timur memiliki potensi sumberdaya pertanian yang cukup besar. Sumberdaya lahan sawah dan lahan kering cukup luas, dimanfaatkan untuk usahatani padi, palawija, hortikultura(buah-bauhan), perkebunan dan
usahatani ternak. Dengan kondisi iklim
yang favorabel, tipe iklim A, curah hujan tinggi(basah,>1500mm/th), usahatani dengan bulan kering yang tidak jelas sangat menunjang keberhasilan usahatani di daerah ini. Kondisi yang demikian memberi peluang besar bagi berbagai komodita pertanian tumbuh dengan baik dan memiliki prospektip untuk dikembangkan. Komoditas pertanian yang banyak diusahakan dan memberi kontribusi besar di Kabupaten Luwu Timur diantaranya adalah padi, jagung, kakao, ternak sapi dan ternak kambing. Total produksi dan produktivitas padi dan jagung di daerah ini adalah masing-masing 135 845 ton dan 5,16 ton/ha, serta13 783 ton dan 5,36 ton/ha. Sementara itu luas pertanaman area kakao tercatat 36 564 ha, total produksi 18 744 ton, produktivitas sekitar 0,5 ton/ha.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
1
Selanjutnya data menunjukan terdapat sekitar 7 972 ekor sapi dan 5 552 ekor kambing (BPS Luwu Timur 2008). Tahun 2010, BPTP Sulawesi Selatan telah melaksanakan pendampingan pada beberapa program pertanian yaitu Program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT), Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) dan Pengembangan Kawasan Hortikultura. Khusus di Luwu Timur, BPTP Sulsel telah berperan serta dalam pendampingan SL-PTT Padi, jagung dan kedelai, sebagai narasumber pelatihan dan sebagai pelaksana demonstrasi plot (demplot) Varietas Unggul Baru Padi, Jagung dan Kedelai.
Hasil kegiatan pendampingan
SL-PTT menunjukkan produksi SL-PTT padi meningkat 8 % dibandingkan dengan Non SL-PTT. Sementara SL-PTT kedelai produksinya meningkat 19 % dibandingkan dengan produksi Non SLPTT. Hasil uji Varietas Unggul Baru(VUB) padi menunjukkan pula tingkat adaptabilitas yang cukup baik di Luwu Timur.
Varietas Inpari 8 dan 9 menarik perhatian petani untuk
dikembangkan. Sehubungan dengan itu maka program pendampingan SL-PTT dan demplot VUB perlu dilanjutkan. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) merupakan suatu usaha untuk meningkatkan hasil padi dan efisiensi masukan produksi dengan memperhatikan penggunaan sumber daya alam secara bijak.
Melalui usaha ini diharapkan (1) kebutuhan beras nasional dapat dipenuhi,
(2) pendapatan petani padi dapat ditingkatkan, dan (3) usaha pertanian padi dapat terlanjutkan (Badan Litbang Pertanian, 2007). PTT Padi dirancang berdasarkan pengalaman implementasi berbagai sistem intensifikasi padi yang pernah dikembangkan di Indonesia, hasil penelitian yang menunjukkan sebagian besar lahan sawah telah mengalami kemunduran kesuburan (lahan sakit), dan adopsi filosofi Sistem Intensifikasi Padi (System of Rice Intensification) yang semula dikembangkan di Madagaskar (Deptan, 2008). Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) telah mengantisipasi aplikasi PTT lahan sawah irigasi sejak 1999 di Sukamandi.
Peningkatan hasil padi yang diperoleh dengan
penerapan PTT berbeda menurut tingkat dan skala luasan usaha. Pada tingkat penelitian dan demontrasi dengan luasan terbatas ( 1 – 2,5 ha) melalui model PTT hasil padi dapat meningkat rata-rata 37%.
Peningkatan tersebut kemudian berkurang menjadi sekitar 27% dan 16%,
masing-masing ditingkat pengakajian dengan luasan sekitar 1 -5 ha dan tingkat implementasi dengan luasan 50 – 100 ha.
Selain itu, dengan PTT hasil gabah dan kualitas beras juga
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
2
meningkat; biaya usahatani padi berkurang, kesehatan dan kelestarian lingkungan terjaga (Badan Litbang Pertanian, 2007). Jagung merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang mempunyai peranan strategis dalam pembangunan pertanian dan perekonomian Indonesia. Komoditas ini mempunyai fungsi multiguna, baik untuk pangan maupun pakan. Penggunaan jagung untuk pakan mencapai 50% dari total kebutuhan. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2000-2004), kebutuhan jagung untuk bahan baku industri pakan, makanan, dan minuman terus meningkat 10-15% per tahun. Dengan demikian, ketersediaan bahan baku jagung sangat berpengaruh terhadap kinerja industri peternakan dan penyediaan protein hewani yang sangat dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia hingga saat ini Indonesia masih mengimpor jagung ± 1 juta t/tahun.
Dalam perekonomian nasional, jagung ditempatkan sebagai kontributor
terbesar kedua setelah padi dalam subsektor tanaman pangan. Sumbangan jagung terhadap PDB terus meningkat setiap tahun, sekalipun saat krisis ekonomi. Pada tahun 2000, kontribusi jagung mencapai Rp 9,4 trilyun dan pada tahun 2003 meningkat secara tajam menjadi Rp 18,2 trilyun. Kondisi demikian mengindikasikan
besarnya peranan jagung dalam memacu
pertumbuhan subsektor tanaman pangan dan pertanian serta perekonomian nasional secara umum. Kedelai termasuk pula komoditas strategis di Indonesia, kebutuhan tiap tahun terus mengikat. Sekitar 1,8 juta ton, dan bungkil kedelai sekitar 1,1 juta ton tiap tahun, sementara produksi kedelai dalam negeri baru 40% memenuhi kebutuhan sehingga 60% kebutuhan harus diimpor. Karena itu produksi dan produktivitas kedelai harus ditingkatkan. Prinsip PTT mencakup empat unsur, yaitu Terpadu, Sinergis, Spesifik Lokasi dan Partisipatif (Badan Litbang pertanian, 2009).
Prinsip tersebut dijabarkan melalui kegiatan
Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT). SL-PTT adalah bentuk sekolah yang seluruh proses belajar-mengajarnya dilakukan di lapangan.
Hamparan sawah milik petani
peserta program penerapan PTT disebut hamparan SL-PTT, sedangkan hamparan sawah tempat praktek sekolah lapang disebut laboratorium lapangan (LL).
Tujuan utama SL-PTT
adalah mempercepat alih teknologi melalui pelatihan dari peneliti atau narasumber lainnya. Melalui SL-PTT diharapkan terjadi percepatan penyebaran teknologi PTT dari peneliti ke petani
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
3
peserta dan kemudian berlangsung difusi secara alamiah dari Alumni SL-PTT kepada petani di sekitarnya (Deptan, 2008).
1.2.
Tujuan 1.
Mempercepat
capaian
keberhasilan
dan
keberlanjutan
Program
SL-PTT
Mengoptimalkan peran BPTP dalam mengintervensi dan menginfiltrasi muatan inovasi pertanian pertanian pada program SL-PTT.
2. Mendapatkan umpan balik dan pelaku utama dan pelaku usaha Program SL-PTT, sebagai bahan untuk saran/usulan kebijakan pengembangan Strategis Kemtan ke depan. 1.3. Perkiraan Keluaran Keluaran yang diharapkan dari pendampingan BPTP di Kabupaten Luwu Timur adalah : 1. Percepatan capaian keberhasilan dan keberlanjutan Program SL-PTT 2. Digunakannya seoptimal mungkin inovasi teknologi pertanian hasil Litbang Pertanian dalam Implementasi SL-PTT. 3. Umpan balik dari pelaku utama dan pelaku usaha Program SL-PTT sebagai bahan untuk saran/usulan kebijakan pengembangan Program Strategis
Kementerian
Pertanian ke depan.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
4
II.
METODOLOGI
2.1. Pendekatan Pendekatan yang dilakukan mencakup : 1.
Pendampingan dan pengawalan teknologi pada lokasi kegiatan.
2.
Diseminasi dan percepatan alih teknologi melalui Demonstrasi Farming (Demfram), display (demplot) varietas unggul baru (VUB) dan
menyiapkan, mencetak,
mendistribusikan materi diseminasi berupa bahan cetakan (leaflet dan booklet). 3.
Narasumber dalam setiap pelatihan, pertemuan kelompok, dan temu lapang
4.
Koordinasi dan monitoring pendampingan/pengawalan kegiatan dengan Pemerintah Daerah.
2.2. Ruang Lingkup Ruang Lingkup Pendampingan oleh BPTP Sulawesi Selatan meliputi : 1.
Demontrasi Farming (Demfram) dan Display Varietas Unggul Baru
2.
Pendampingan dan Narasumber Pelatihan/pertemuan kelompok/temu lapang
3.
Upaya koordinatif dengan Pemerintah Daerah
4.
Evaluasi dan Monitoring
5.
Pelaporan
2.3. Kegiatan Tahun Anggaran 2011 Kegiatan Pendampingan untuk Tahun 2011 di Kabupaten Luwu Timur meliputi : 1.
Pendampingan Sekolah Lapang (60%) : SL-PTT Padi 120 unit, Jagung 18 unit, Kedelai 26 unit
2.
Demfarm pada LL SL PTT Padi 1 unit (5 ha)
3.
Display Varietas Unggul Baru Padi 3 unit (0,75 ha), Jagung 2 unit (0,3 ha), kedelai 1 unit (0,4 ha)
4.
Pelatihan terhadap petani dan penyuluh
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
5
2.4. Pengumpulan Data dan Informasi serta Analisis Data Data yang dikumpulkan mencakup informasi kondisi pelaksanaan program SL-PTT di daerah, data produksi SL-PTT, non SL-PTT dan LL (Laboratorium Lapang), keragaan hasil pada plot denfarm, demplot/display VUB, dan informasi pelaksanaan kegiatan pelatihan oleh BPTP. Data dianalisis secara deskriptif.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
6
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Sebaran Lokasi Pendampingan Sebaran lokasi pendampingan SL-PTT di Kabupaten Luwu Timur sebagai berikut : Tabel 1. Sebaran Lokasi Pendampingan SLPTT No.
Pendampingan
Kecamatan
SL-PTT I.
SL-PTT Padi
Jumlah
Jumlah
Desa
Poktan
Keterangan
1.
Burau
9
32
2.
Wotu
6
25
3.
Tomoni
5
24
4.
Tomoni Timur
8
56
5.
Mangkutana
6
25
6.
Kalaena
4
10
7.
Angkona
3
10
8.
Malili
4
4
9.
Wasuponda
1
4
10.
Nuha
2
4
11.
Towuti
7
16
55
210
Luas : 5.250 ha Luas : 450 ha
Jumlah II.
SL-PTT Jagung
Angkona
4
30
III.
SL-PTT Kedelai
1.
Wotu
2.
Tomoni
3.
Mangkutana
4.
Kalaena
5.
Angkona
2 2 1 2 2 1 3
15 3 1 7 2 58 3 11
6.
Wasuponda
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Sasaran Pendampingan 60 %, diprioritaskan pada 7 kecamatan (1 s/d 7)
7
7.
Nuha
8.
Towuti
Jumlah
14
100
Luas : 1.000 ha
Luas pertanaman padi yang masuk Program SL-PTT Padi di kabupaten Luwu Timur adalah 5.250 ha tersebar di 55 desa dan melibatkan 210 Kelompok Tani (Poktan). Sementara itu, luas SL-PTT Jagung sekitar 450 ha terdapat di 4 desa (30 Poktan), sedangkan untuk SLPTT kedelai seluas 1000 ha pada 100 Poktan dan 14 desa.
3.2. Hasil Koordinasi di Tingkat Internal Pemda (mapping perfomance koordinasi
dan pemecahan masalahnya) Bentuk koordinasi yang dilakukan diantaranya adalah melalui rapat/pertemuan koordinasi antar instansi terkait yaitu Dinas Pertanian, Badan Ketahanan Pangan, BPP, PT. Sang Hyang Seri, dan Dinas PU Pengairan.
Tujuan rapat adalah bagaimana menyiapkan segala
sesuatu (sarana, prasarana) dalam menghadapi musim tanam dan masalah yang akan dihadapi serta upaya pemecahannya. Masalah utama yang muncul adalah keterlambatan pengadaan bibit di lokasi menghambat rencana tanam.
Masalah lain adalah pengadaan bibit yang
diinginkan petani. Umumnya petani menginginkan varietas Cisantana (padi) sementara yang tersedia varietas lain. Koordinasi yang terjalin cukup baik dan kinerjanya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kinerja Koordinasi Pendampingan No.
1. *)
Kabupaten
Luwu Timur
Komponen Penilaian Kinerja Koordinasi (Skor 1-3) Padi Jagung Kedelai 2
2
2
Nilai
Faktor Kendala
6
Iklim, Birokrasi
skor penilaian 1 = kurang, 2 = baik, 3 = sangat baik
**)
A = Kelengkapan legalitas keterlibatan institusi B = Berfungsinya institusi yang terlibat sesuai fungsi yang telah disepakati bersama C = Sinergi pelaksanaan di lapangan
3.3. Pelaksanaan Pendampingan Inovasi Teknologi www.sulsel.litbang.deptan.go.id
8
3.3.1. Sebaran Lokasi Denfarm dan Demplot/Display VUB Sebaran lokasi Denfarm dan Demplot (Display) VUB disajikan padat Tabel 3. Tabel 3.
Sebaran Lokasi Denfarm dan Demplot (Display) Varietas Unggul Baru (VUB), Luwu Timur, 2011
No Bentuk
Kecamatan
Desa
Varietas
Keterangan
1. Bangun Jaya 2. Mulyasari 1.Pa`tengko 2.Cendana Hitam Timur 1.Lampenai 1.Teromu 2.Wonorejo
Inpari Inpari Inpari Inpari Inpari Inpari Inpari
Luas Luas Luas Luas Luas Luas Luas
Kecamatan
Desa
Varietas
Keterangan
1.Angkona
1. Maliwowo (Markus Tamba)
Srikandi Putih Srikandi Kuning Sukmaraga Bima 3
Luas 1,0 ha
2.Maliwowo (M. Tahir)
Srikandi Putih Srikandi Kuning Sukmaraga Bima 3
Luas 1,0 ha
2. Wotu
Bahari
Luas 1,0 ha
1. Wotu
Bahari
Srikandi Putih Srikandi Kuning Sukmaraga Bima 3 Grobogan, Kaba,Anjasmoro, Argomulyo
2. Tomoni
Mandiri
Grobogan, Kaba,Anjasmoro, Argomulyo
Luas 0,5 ha
Pendampingan 1.
Denfarm Padi
Tomoni
2.
Demplot / Display VUB Padi
1.Tomoni Timur 2. Wotu 3. Mangkutana
No Bentuk
7,8,10 7,13 7,13 8,10 10 8,10,13 7,13
3,0 2,0 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
ha ha ha ha ha ha ha
Pendampingan 3.
Demplot/Display VUB Jagung
4
Demplot/Display VUB Kedelai
Padi
Luas 0,5 ha
Kegiatan pendampingan SL-PTT Padi meliputi demonstrasi farming (denfarm) dan display varietas unggul baru. Kegiatan Denfarm dilaksanakan pada dua lokasi seluas 5 ha. Sedangkan kegiatan Display varietas unggul baru (VUB) dilaksanakan pada 5 lokasi dengan luasan masing-masing antara 0,5 – 1 ha.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Inovasi teknologi yang diperkenalkan yaitu
9
pengenalan VUB (varietas unggul baru) padi Inpari 7,8,10 dan Inpari 13, sistim tanam jajar legowo, dan pemupukan berimbang.
Jagung Kegiatan display varietas jagung dilaksanakan pada 3 lokasi dengan luas masing-masing 1 ha. Inovasi teknologi yang diperkenalkan meliputi pengenalan VUB (varietas unggul baru) Srikandi Putih, Srikandi Kuning, Sukmaraga dan Bima 3, serta pemupukan berimbang.
Kedelai Pendampingan SL-PTT Kedelai dilaksanakan dalam bentuk display varietas pada 2 lokasi masing-masing dengan luasan 1 ha. Inovasi teknologi yang diperkenalkan adalah pengenalan VUB Anjasmoro, Grobogan, Kaba dan Argomulyo, serta pemupukan berimbang.
Keragaan pelaksanaan Demplot Inovasi PTT Padi, Jagung, dan Kedelai disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Keragaan Pelaksanaan Demplot Inovasi PTT Padi, Jagung, dan Kedelai No 1.
2.
3.
Lokasi Jenis Inovasi Padi Kec. Wotu, Tomoni, - Introduksi VUB Tomoni Timur, dan Inpari 7,8,10,13 Mangkutana Sistem tanam jajar legowo Pemupukan Berimbang Jagung Introduksi VUB : Kec. Angkona, Wotu Bima, Sukmaraga, Srikandi Kuning dan Srikandi Putih Pupuk Berimbang Kedelai Introduksi VUB : Kec. Wotu dan Anjasmoro, Tomoni Grobokan, Kaba, Argomulyo Pupuk Berimbang
Luas Demplot
Keterangan
Demfarm 5,0 ha Display : 0,5 – 1,0 ha 3 x 1,0 ha
2 x 0,5 ha
3.3.3. Keragaan Efektivitas Demplot Inovasi Denfarm dan Demplot Inovasi
cukup menarik perhatian petani sekitar yang ditandai
dengan kunjungan ke lokasi Demplot/Denfarm. Banyak yang berkunjung dan mengembangkan
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
10
inovasi teknologi khususnya pengembangan VUB. Keragaan efektivitas demplot disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Keragaan Efektivitas Demplot Inovasi PTT Komoditas Padi No
Nama Lokasi Demplot
Jumlah petani yang berkunjung
Jumlah petani yang menyatakan tidak berminat
Efektifitas Demplot Jumlah petani Jumlah petani yang berminat yang berminat tapi belum ada dan akan kepastian akan melaksanakan menggunakan
Permasalahan
PADI 1.
Tomoni
>100 orang
-
-
>100 orang
2.
Tomoni Timur
>100 orang
-
-
>100 orang
3.
Mangkutana
>100 orang
-
-
>100 orang
4.
Wotu
>100 orang
-
-
>100 orang
>100 orang
-
-
>100 orang
JAGUNG 1.
Angkona
2.
Wotu
Sumber Benih/Ketersediaan benih untuk pengembangan belum terjamin
KEDELAI 1.
Wotu
>100 orang
-
-
>100 orang
2
Tomoni
>100 orang
-
-
>100 orang
3.3.4.
Uji Varietas Unggul Baru (per komoditas) Komoditas yang diuji adalah padi, jagung dan kedelai.
Varietas padi yang diuji
mencakup varietas Inpari 7, 8, 10 dan 13 pada 4 lokasi yaitu Kecamatan Tomoni, Tomoni Timur, Mangkutana dan Kecamatan Wotu.
Varietas kedelai terdiri dari varietas Anjasmoro,
grobokan, Kaba, dan varietas Argomulyo diuji di Kecamatan Wotu dan Tomoni sedangkan varietas jagung terdiri dari varietas Srikandi Putih, Srikandi Kuning, Bima 3 dan Sukmaraga diuji di Kecamatan Angkona dan Wotu. Keragaan Hasil pelaksanaan Uji VUB tertera pada tabel 6. Tabel 6. Keragaan Hasil Pelaksanaan Uji VUB N o
Nama Lokasi Uji VUB
Agroekosistem
Varietas Unggul Baru yang diuji
Nama VUB
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Provitas (Ton GKP/ha)
Varietas Pembanding (eksisting)
Nama VUB
Tingkat adaptabilit as (tinggi, sedang, rendah)
Provitas (Ton GKP/ha)
11
PADI 1.
Tomoni
Sawah irigasi
2.
Tomoni Timur
Sawah irigasi
3.
Mangkutana
Sawah irigasi
4.
Wotu
Sawah irigasi
a.Inpari 7 b.Inpari 8 c.Inpari 10 d.Inpari 13 a.Inpari 7 b.Inpari 8 c.Inpari 10 d.Inpari 13 a.Inpari 7 b.Inpari 8 c.Inpari 10 d.Inpari 13 a.Inpari 10
Lahan kering dataran rendah iklim basah Lahan kering dataran rendah iklim basah
Bima 3 Sukmaraga Srikandi Putih Srikandi Kuning Bima 3 Sukmaraga Srikandi Putih Srikandi Kuning
6,3 6,3 7,7 6,3 6,5 6,3 6,58 6,5
8,8 6,8 7,2 8,8 8,3
Mekongga
6,0
Cigeulis
6,2
Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Tinggi
8,45 7,25
Mekongga
4,5
Tinggi Tinggi
8,20 9,30
Ciherang
6,0
Tinggi
NT 10
4,2
Nusantara
6,0
Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Sedang Sedang Sedang
JAGUNG 1.
Angkona
2.
Wotu
KEDELAI 1.
Wotu
Lahan kering dataran rendah iklim basah
Anjasmoro Grobokan Kaba Argomulyo
1,2 1,66 2,0 0,67
Burangrang
1,3
Rendah Sedang Tinggi Rendah
2.
Tomoni
Lahan kering dataran rendah iklim basah
Anjasmoro Grobokan Kaba Argomulyo
1,35 0,67 0,70 1,7
Mahameru
1,0
Sedang Rendah Rendah Sedang
Secara umum terlihat bahwa VUB Padi Inpari 7,8,10 dan 13 beradaptasi sangat baik di lokasi uji sementara untuk jagung tingkat adaptabilitasnya tinggi di daerah Angkona, dan di Wotu, sedangkan untuk kedelai varietas Kaba dan Grobogan cukup tinggi di Wotu, dan Anjasmoro dan Argomulyo cukup baik di Tomoni. Dokumentasi kegiatan Demonstrasi Farming dan Display VUB Padi, Jagung dan Kedelai tersaji pada lampiran. 3.3.5.
Dukungan perbenihan per komoditas (aspek distribusi, mutu benih, ketersediaan) Kondisi perbenihan untuk Program SL-PTT di Kabupaten Luwu Timur tertera pada Tabel
7.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
12
Tabel 7. Dukungan Perbenihan No
Jumlah Benih (Kg)
Mutu Benih
Nama Varietas Yg dibutuhkan 1.
Padi
2. 3.
Yg tersedia
Baik
Buruk
131.250
131.250
Baik
-
Jagung
6.750
6.750
Baik
-
Kedelai
40.000
40.000
Baik
-
Kebutuhan benih padi, jagung dan kedelai di Kabupaten Luwu Timur dapat terpenuhi dan bermutu baik. Kebutuhan petani tentang benih tidak ada, pertanaman relative baik. 3.3.6. Efektivitas Pelatihan Teknis Pelatihan teknis dan temu lapang yang dilakukan dalam rangka mendukung kegiatan SLPTT di kabupaten Luwu Timur disajikan dalam Tabel 8. Dokumentasi Kegiatan Pelatihan dan Temu Lapang tersaji pada Lampiran.
Tabel 8. Efektivitas Pelatihan Teknis Tingkat Penyelenggaraan Pelatihan
Sasaran Peserta Pelatihan Lokasi Topik/materi Pelatihan Asal Institusi
Pelatihan Teknis (Teori dan Praktek)
1. 2.
Tomoni
Pembuatan Pupuk Organik dan MOL
Petani Penyuluh
70
Tomoni
Pembuatan Pupuk Organik dan MOL
Petani Penyuluh
70
Petani
80
Timur Temu Lapang
Jumlah Peserta (Org)
Wotu
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Jumlah Peserta Pelatihan yang menjadi narasumber diwilayah kerjanya
13
Penyuluh PL III
-
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
-
Pemahaman dan Implementasi SLPTT Padi, Jagung dan Kedelai
-
Teknologi Pengelolaan Air dan Hara Spesifik Lokasi
-
Kajian kebutuhan dan peluang atau pemahaman masalah dan peluang
-
Teknologi pemanfaatan jerami/pengemban gan sawah berbasis jerami
-
Filosofi dinamika PTT
-
Benih dan varietas unggul padi, jagung dan kedelai
-
Penyiapan bibit dan cara tanam padi, jagung dan kedelai
-
Model laboratorium lapang (LL) SL-PTT Pad, jagung dan kedelai
-
Implementasi pengendalian terpadu
-
Teknologi Penanganan Pasca Panen Padi, jagung dan kedelai
-
Hubungan iklim terhadap tanaman dan OPT
-
Pengamatan agroekosistem dan PHSL
Penyuluh Pendamping SL-PTT
-
30 peserta SL PTT Padi
-
30 peserta SL PTT jagung
-
30 peserta SL PTT kedelai
90
dan
OPT
14
Pelatihan teknis diselenggarakan oleh BPTP Sulsel dan Dinas Pertanian Luwu Timur. Materi/topik untuk pelatihan teknis oleh BPTP Sulsel difokuskan pada pembuatan pupuk organik dan MOL dari bahan-bahan yang melimpah dan mudah diperoleh di lapang (pedesaan). Materi pelatihan teknis yang diselenggarakan oleh Dinas Pertanian (PL III) mencakup inovasi-inovasi teknologi yang erat berkaitan dengan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Acara pelatihan dihadiri oleh pemerintah setempat (kecamatan), Desa, BPP dan Kelompok Tani.
Peserta
Pelatihan baik pelatihan teknis maupun PL III sangat antusias. tanggap dan bersemangat mengikuti pelatihan. Pelatihan sangat bermanfaat bagi mereka karena member tambahan pengetahuan dan sekaligus meningkatkan kemampuan dan ketrampilan mereka. Pelatihan serupa belum pernah mereka dapatkan.
Apa yang mereka sudah dapatkan akan diterapkan pada lahannya, dan
ditularkan pada petani-petani lain (pengguna). Selanjutnya pada kegiatan temu lapang, petani juga sangat antusias mengikutinya.
Respon petani sangat positif dan berkeinginan untuk
mengembangkan (menanam) VUB varietas Inpari 10 dan varietas inpari lainnya yang mereka pernah lihat.
Yang banyak dipertanyakan adalah bagaimana ketersediaan bibit VUB yang
dimaksud, dimana memperolehnya.
Banyak diantara petani yang mengharapkan agar hasil
gabah demplot dapat mereka peroleh untuk dijadikan benih dalam rangka pengembangan selanjutnya. 3.3.7. Efektivitas Penyebaran Inovasi Penyebarluasan inovasi dalam bentuk brosur dan leaflet, booklet, CD/DVD dapat dilihat pada Tabel 9, 10, dan 11 Tabel 9. Efektivitas penyebarluasan inovasi (Brosur dan Leaflet) No
Judul Materi Brosur dan Leaflet
Jumlah eksemplar
Jumlah inovasi yang dimuat
Target Penerimaan Media Informasi
1.
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah
Penyuluh dan Kelompok Tani
2.
Pemanfaatan Organik Pertanian Pupuk Organik
Penyuluh dan Kelompok Tani
3.
Limbah sebagai
Pengendalian Hama dan Penyakit pada tanaman padi di Sulawesi Delatan www.sulsel.litbang.deptan.go.id
15 – 20
Penyuluh dan Kelompok Tani
15
No
Judul Materi Brosur dan Leaflet
Jumlah eksemplar
Jumlah inovasi yang dimuat
Target Penerimaan Media Informasi
4.
Pengelolaan Air Sistem Basah Kering (AWD)
Penyuluh dan Kelompok Tani
5.
Pembuatan Pupuk Organik Cair
Penyuluh dan Kelompok Tani
6.
Kripik Cair
7.
Lembaga Keuangan Agribisnis
Penyuluh dan Kelompok Tani Penyuluh dan Kelompok Tani
8.
Pengelolaan Tanaman Terpadu PTT Jagung
Penyuluh dan Kelompok Tani
9.
Pengelolaan Tanaman Terpadu PTT Kedelai
Penyuluh dan Kelompok Tani
10.
Teknologi Produksi Kacang Tanah
Penyuluh dan Kelompok Tani
11.
Pembuatan Saus Tomat
12.
Teknologi Sambung Samping pada Tanaman Kakao
Penyuluh dan Kelompok Tani Penyuluh dan Kelompok Tani
13.
Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP)
Penyuluh dan Kelompok Tani
14.
Formulasi Pakan Lokal berkualitas untuk ternak sapi
Penyuluh dan Kelompok Tani
Mikro
Tabel 10. Efektivitas penyebarluasan inovasi (Booklet) No
1.
Judul Materi Booklet
Jumlah eksemplar
Jumlah inovasi yang dimuat
Deskripsi Varietas Padi
Penyuluh dan Kelompok Tani
15 – 20 Kumpulan Pertanian
inovasi teknologi Balai Pengkajian
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Target Penerimaan Media Informasi
18
Penyuluh
dan
16
Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan
Kelompok Tani
(BPTP)
Peraturan Menteri Pertanian No.45/Permentan/OT.140/8/2011
Penyuluh dan Kelompok Tani
Buletin Analisis Hujan Statiun Klimatologi Maros
Penyuluh dan Kelompok Tani
BMKG
Tabel 11. Efektivitas penyebarluasan inovasi melalui media Audiovisual ( CD, DVD) No
Judul Materi Booklet
Jumlah eksemplar
Jumlah inovasi yang dimuat
Target Penerimaan Media Informasi
1.
Data Base Hasil Litkaji BPTP Sulsel
Penyuluh dan Kelompok Tani
2.
Bank Informasi Teknologi Padi (BITP)
Penyuluh dan Kelompok Tani
3.
Peta dan Tabel Kalender Tanam Provinsi Sulsel dan Sulbar
Penyuluh dan Kelompok Tani
Dukungan BPTP Sulsel dalam kegiatan pendampingan SL-PTT tahun 2011 salah satunya adalah penyebarluaskan inovasi teknologi mendukung SL-PTT dalam bentuk brosur dan leaflet, bookleat dan audiovisual CD/DVD.
Informasi yang dimuat berupa inovasi teknologi,
informasi/data yang erat kaitannya dengan pengembangan inovasi. 5. Perkembangan Produktivitas Produktivitas rata-rata kegiatan SL-PTT di Kabupaten Luwu Timur tertera dalam Tabel 12 berikut : Tabel 12. Hasil Evaluasi Produktivitas Rata-rata Per Kecamatan di LL, SL dan Non-SL PADI N o 1 2 3 4
KECAMATAN Burau Wotu Tomoni Tomoni imur
LL VARIETAS Ciherang Ciherang Mekongga Cigeulis/
SL PROVITAS
6,8 6,6 6,8
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
VARIETAS
PROVITAS
Non- SL VARIETAS PROVITAS
Ciherang Ciherang Mekongga Cigeulis/
6,5 6,5 6,6
Ciherang Ciherang Mekongga Cigeulis/
6,1 6,0 6,2 17
5 6 7 8 9 10
Mangkutana Kalama Angkona Malili Wasuponda Nuha
11
Towuti Rata-rata
N KECAMATAN o JAGUNG 1 Angkona
mekongga Mekongga Mekongga Ciherang Cigeulis Ciherang Ciherang, ciliwung Ciherang
6,7 6,8 6,8 6,2 6,2 -
6,5 6,6 LL VARIETAS PROVITAS
NT 10, Nusantara
6,2
KEDELAI 1 Wotu 1,7 2 Mangkutana 1,7 3 Kalaena Burangrang 1,7 4 Tomoni 1,6 , Mahameru, 1,7 5 Angkona Argomulyo 1,4 6 Wasuponda 7 Nuha 1,6 8 Towuti 1,6 Rata-rata 1,6
mekongga Mekongga Mekongga Ciherang Cigeulis Ciherang Ciherang, ciliwung Ciherang
6,4 6,5 6,7 6,1 6,0 6,0 6,4 SL
VARIETAS
PROVITAS
NT 10, Nusantara
5,7
Burangran g, Mahameru , Argomulyo
1,5 1,4 1,4 1,5 1,5 1,2 1,5 1,4 1,4
mekongga Mekongga Mekongga Ciherang Cigeulis Ciherang Ciherang, ciliwung Ciherang
4,5 6,1 6,4 5,5 5,4 -
5,5 5,7 Non- SL VARIETAS PROVITAS
NT 10, Nusantara
4,2
1,3 1,3 1,2 Burangrang, 1,2 Mahameru, 1,0 Argomulyo 1,0 1,2 1,0 1,2
Secara umum tampak bahwa produktivitas yang dicapai pada plot Laboratorium Lapang (LL) lebih tinggi dibandingkan dengan hamparan SL dan Non SL, dan hasil plot lebih tinggi daripada plot Non SL untuk semua komoditi padi, jagung, dan kedelai. Rata-rata produktivitas padi pada LL, SL, dan Non SL berturut-turut areal 6,6 t/ha, 6,4 t/ha dan 5,7 t/ha sementara untuk jagung berturut-turut 6,2 t/ha, 5,7 t/ha dan 4,2 t/ha. Untuk Kedelai berturut-turut 1,6 t/ha, 1,4 t/ha dan 1,2 t/ha.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
18
V. PENUTUP
1. Kegiatan pendampingan SL-PTT di Kabupaten Luwu Timur disambut baik oleh pemerintah daerah dan petani. Kegiatan ini mampu meningkatkan produktivitas pada sekitar 0,5 – 1,0 t/ha, jagung 0,5 – 2 t/ha dan kedelai 0,2 – 0,4 t/ha. 2. Introduksi VUB Inpari 7,8,10 dan 13 mampu menghasilkan produksi 1 – 3 t/ha lebih tinggi dibandingkan dengan varietas eksisting.
Selanjutnya introduksi VUB jagung Bima 3,
Sukmaraga, Srikandi putih, srikandi kuning juga berproduksi lebih tinggi 0,5 – 2 t/ha dari varietas yang banyak digunakan petani, sementara itu introduksi VUB kedelai Anjasmoro, Grobogan, Kaba dan Argomulyo juga memperlihatkan produktivitas yang lebih tinggi, 0,3 – 0,7 t/ha dibandingkan dengan varietas kedelai eksisting. 3. Pendampingan dalam bentuk pelatihan, temu lapang disambut baik oleh penyuluh-petani dan pemerintah setempat. 4. Program pendampingan SL-PTT, Denfarm, demplot inovasi teknologi VUB, PTT dan pelatihan-pelatihan perlu terus dikembangkan melalui dukungan dan koordinasi kuat dari pemerintah daerah (Dinas), penyuluh, petani dan peneliti (BPTP).
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
19
V. Daftar Pustaka BPS, 2009. Kabupaten Luwu Timur Dalam Angka. Badan Pusat Statistik. Badan Litbang Pertanian, 2007. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah Irigasi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. 40 Hal. Badan Litbang Pertanian, 2009. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah. Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. 21 Hal.
Badan
BPTP Sulawesi Selatan, 2010. Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. 9 Hal. Balitpa, 2004. Inovasi Teknologi untuk peningkatan Produksi padi dan Kesejateraan petani. Balai Penelitian Tanaman Padi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian Departemen Pertanian, 2008. Panduan Pelakasanaan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi. Departemen Pertanian. 38 Hal
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
20
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
21