LAPORAN TAHUN 2011 PENDAMPINGAN KEGIATAN SL-PTT PADI DI KABUPATEN JENEPONTO Basir Nappu, dkk ABSTRAK Badan Litbang Pertanian telah menghasilkan dan mengembangkan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) yang ternyata mampu meningkatkan produktivitas tanaman pangan dan efisiensi input produksi. Dalam upaya pengembangan PTT secara nasional sejak tahun 2010, Kementerian Pertanian melaksanakan program Sekolah Lapang (SL) PTT padi, jagung dan kedelai. Bertujuan, antara lain : (1) mempercepat penyebaran teknologi PTT dari peneliti ke petani peserta dan diharapkan terjadi difusi secara alamiah dari alumni SL-PTT kepada petani di sekitarnya; (2) mempercepat pengembangan varietas unggul yang mampu meningkatkan produksi, produktivitas, dan mutu hasil serta mewujudkan pengembangan sistem perbenihan dan produksi tanaman pangan; (3) petani diharapkan terpanggil dan bertanggung jawab untuk bersama-sama meningkatkan produksi dalam upaya mewujudkan swasembada pangan. Model pengembangan SL-PTT mempunyai luas kawasan ± 25 ha untuk padi, ± 15 ha untuk jagung, dan 10 ha kedelai. Di kawasan tersebut terdapat 1 unit laboratorium lapangan (LL) luasnya ± 1 ha dan merupakan bagian dari kegiatan SL-PTT sebagai tempat bagi petani anggota Poktan melaksanakan seluruh tahapan SL-PTT. Dalam LL, diterapkan rekomendasi teknologi dari komponen teknologi berdasarkan hasil PMP/KKP setempat. Pada unit LL terdapat demplot varietas unggul baru (VUB) padi seluas 0,25 ha, jagung 0,15 ha dan kedelai seluas 0,10 ha. Pada tahun 2011, VUB yang diintroduksikan sebanyak 4 varietas padi inhibrida (Varietas Inpari 7, 8, 10 dan 13), sedangkan VUB jagung hanya satu varietas yakni Bima3. Hal ini dilakukan untuk menyakinkan pengguna dalam memilih VUB guna menilai secara langsung penampilan VUB terbaik dan spesifik lokasi serta produktivitas yang sesuai dengan keinginan mereka. Sebaran lokasi pendampingan SL-PTT padi dan jagung, seluruhnya berjumlah 189 lokasi terdiri atas pendampingan SL-PTT padi sebanyak 126 lokasi yang tersebar pada 4 kecamatan 23 desa; sedangkan pendampingan SL-PTT jagung berjumlah 63 lokasi tersebar pada 5 kecamatan 36 desa. Jumlah demplot padi dan jagung sebanyak 17 unit terdiri dari 8 unit demplot padi (1 unit Demfarm, 7 unit Display VUB) dan 9 unit demplot jagung (1 unit Demplot, 8 unit Display VUB). Model pendampingan yang dipraktekkan adalah pendampingan teknologi melalui penerapan komponen teknologi PTT di sejumlah lokasi (60 % dari jumlah sebaran lokasi pendampingan). Hasil demplot VUB padi menunjukkan bahwa rata-rata produktivitas padi Inpari-7 dan Inpari-13 di 4 kecamatan (Turatea, Kelara, Batang, dan Rumbia)masing-masing 62 dan 61 % lebih tinggi dari varietas Membramo yang merupakan varietas eksisting yang dikembangkan petani di luar lokasi SL (non-SL) tanpa penerapan teknologi PTT. Kecuali di kecamatan Batang dan Rumbia terdapat varietas Inpari-8 produktivitasnya relatif rendah 5,01 dan 5,10 t/ha. Perkembangan produktivitas padi pada lokasi SL, LL, dan non-SL memperlihatkan produktivitas yang bervariasi antar lokasi. Tampak bahwa produktivitas padi pada lokasi LL 72- 79 % lebih tinggi dibandingkan produktivitas dan pada lokasi SL dan 42 -66 % lebih tinggi dibandingkan produktivitas di lokasi non-SL. Melalui penerapan teknologi PTT pada demfarm/demplot VUB padi dapat meningkatkan produktivitas hingga 61 % dibandingkan pada lokasi non-SL tanpa penerapan teknologi PTT. Sedangkan, hasil demplot VUB jagung hibrida Bima-3 produktivitasnya adalah 52 - 64 % lebih tinggi dari varietas Bisi-2 yang dikembangkan petani di lokasi non-SL. Kata Kunci : SL-PTT, Pendampingan, VUB, produktivitas www.sulsel.litbang.deptan.go.id
1
I.PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk setiap tahun, pemerintah
bertekad
mempercepat
upaya peningkatan produksi padi, jagung, dan kedelai
nasional untuk memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat.
Hal ini
diimplementasikan melalui program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN), yang ditargetkan mampu meningkatkan produksi beras 5% setiap tahun (Deptan, 2008). Produktivitas jagung nasional baru mencapai 3,60 t/ha, sementara di tingkat penelitian mampu mencapai 5,0 -10,0 t/ha. Demikian pula produktivitas nasional kedelai baru mencapai 1,3 t/ha, sedangkan ditingkat penelitian sudah mencapai 1,7 – 3,2 t/ha, bergantung pada kondisi lahan dan teknologi yang diterapkan. Angkaangka ini menunjukkan bahwa produksi pangan di tingkat petani masih bisa ditingkatkan melalui inovasi teknologi. Badan Litbang Kementerian Pertanian telah menghasilkan beberapa inovasi teknologi yang mampu meningkatan produktivitas tanaman pangan, diantaranya varietas unggul (VUB). Varietas unggul ini merupakan salah satu teknologi yang berperan penting dalam peningkatan kuantitas dan kualitas produk pertanian (Badan Litbang, 2007). Keberhasilan diseminasi teknologi varietas unggul ditentukan antara lain oleh kemampuan industri benih untuk memasok benih hingga ke petani. Oleh karena itu, system perbenihan yang tangguh (produktif, efisien berdaya saing, dan berkelanjutan) sangat diperlukan untuk mendukung upaya peningkatan produksi dan mutu produk pertanian. Dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Badan Litbang Pertanian juga telah menghasilkan dan mengembangkan Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) yang ternyata mampu meningkatkan produktivitas tanaman pangan dan efisiensi input produksi. Dalam upaya pengembangan PTT secara nasional, Kementerian Pertanian meluncurkan program Sekolah Lapang (SL) PTT Padi, Jagung, dan Kedelai. Pengembangan komoditas pertanian memiliki potensi cukup besar dan dapat ditingkatkan pemanfaatannya dengan implementasi teknologi dan optimalisasi sumberdaya lahan, baik melalui peningkatan produktivitas maupun pemasaran hasil www.sulsel.litbang.deptan.go.id
2
secara profesional.
Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam peningkatan
produksi adalah: (1) belum semua varietas unggul yang dilepas dapat diadopsi petani; (2) ketersediaan benih belum dapat terpenuhi secara tepat (varietas, mutu, jumlah, waktu, lokasi, dan harga); (3) belum optimalnya kinerja lembaga produksi dan pengawasan mutu benih; dan (4) belum semua petani menggunakan benih unggul bermutu/bersertifikat (Badan Litbang, 2007). Beberapa komoditas pangan yang dapat dikembangkan di kabupaten Jeneponto antara lain, padi, jagung, dan kedelai; a) Padi, meskipun komoditas padi tidak termasuk sebagai komoditas andalan, tetapi masih menjadi komoditas yang diminati oleh sebagian besar masyarakat tani di kabupaten Jeneponto. Rata-rata luas panen dan produktivitas tanaman padi sawah selama lima tahun terakhir, masing-masing adalah 16.642,60 ha dan 48,15 ku/ha; b) Jagung, termasuk komoditas andalan selama lima tahun terakhir rata-rata luas panen dan produktivitas tanaman jagung masing-masing 38.314,60 ha dan 35,25 ku/ha; c) Kacang tanah dan kedelai, merupakan salah satu jenis tanaman pangan potensial dikembangkan di kabupaten Jeneponto. Rata-rata luas panen dan produktivitas kacang tanah selama lima tahun terakhir masing-masing 409,60 ha dan 14,4 ku/ha,
sedangkan
perkembangan produktivitas kedelai selama lima tahun terakhir sekitar 2,37 % per tahun (Anonim, 2008). Hal-hal yang terkait masalah produktivitas, penyediaan benih unggul dan bermutu, serta implementasi teknologi menjadi dasar pertimbangan dalam pelaksanaan kegiatan pendampingan. 1.2 Tujuan a. Mempercepat
penyebaran teknologi PTT dari peneliti ke petani peserta dan
diharapkan terjadi difusi secara alamiah dari alumni SL-PTT kepada petani di sekitarnya. b. Mempercepat pengembangan varietas unggul baru (VUB) yang mampu meningkatkan
produksi, produktivitas, dan mutu hasil serta mewujudkan
pengembangan sistem perbenihan dan produksi tanaman pangan. c. Petani diharapakan terpanggil dan bertanggung jawab untuk bersama-sama meningkatkan produksi, produktivitas dalam upaya mewujudkan swasembada pangan. www.sulsel.litbang.deptan.go.id
3
1.3 Keluaran a.Terjadinya penyebar-luasan
teknologi PTT dan difusi secara alamiah dari
alumni SL- PTT kepada petani disekitarnya. b.Berkembangnya penggunaan VUB tanaman pangan yang sesuai dengan preferensi konsumen/masyarakat. c.Terjadinya penigkatan produksi dan terwujudnya swasembada
pangan
secara nasional.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
4
II. PROSEDUR PELAKSANAAN 2.1. Ruang Lingkup Ruang lingkup pendampingan oleh BPTP Sulawesi Selatan, meliputi : 1. Proses penentuan CP/CL 2. Demfarm/Demonstrasi Plot (Demplot) 3. Pendampingan dan Narasumber Pelatihan/pertemuan kelompok 4. Koordinasi dengan Pemerintah Daerah 5. Evaluasi dan Monitoring 6. Pelaporan 2.2. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan pendampingan untuk Tahun 2011 di Kabupaten Jeneponto, meliputi : 1. Penentuan CP/CL Mengacu pada panduan umum yang ditetapkan oleh Pemda Jeneponto. 2. Penetapan organisasi pelaksanaan Disusun dan ditetapkan oleh Pemda setempat. 3. Kesepakatan jadwal pelatihan Jadwal pelatihan disusun dan ditetapkan oleh Pemda 4. Prosedur penetapan Demfarm/Demplot dan Display Varietas Unggul Baru (VUB) Pertemuan-pertemuan di tingkat desa dan kecamatan, kelompok tani, konsultasi/diskusi dengan Dinas Pertanian serta Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluh Pertanian Kabupaten Jeneponto: disepakati bahwa lokasi SLPTT dipilih berdasarkan: 1) Produktivitasnya rendah dan masih berpotensi untuk ditingkatkan serta petaninya responsif terhadap teknologi; 2) Sebaiknya berada dalam satu hamparan yang strategis dan mudah dijangkau; 3) Lokasi yang dipilih bukan daerah endemis hama dan penyakit, serta bebas dari bencana kekeringan, kebanjiran dan sengketa. Sedangkan, letak petak LL seluas 1 ha seyogyanya
ditempatkan di bagian pinggir, sering dilewati, dan
mudah dijangkau dengan harapan mudah dilihat dan ditiru oleh petani di luar SL-PTT. Demikian pula dengan
lokasi kegiatan demplot dan display VUB
diplot di bagian pinggir agar mudah diakses oleh petani. www.sulsel.litbang.deptan.go.id
5
5. Penyediaan bahan diseminasi (tercetak dan elektronik) Bahan diseminasi berupa booklet, leaflet dan CD disiapkan oleh BPTP. Media-media
tersebut
berisi
informasi
berbagai
inovasi
teknologi,
didistribusikan ke Dinas Pertanian dan Peternakan, BPP dan Kelompok Tani. Kegiatan pendampingan SL-PTT dilaksanakan di kabupaten Jeneponto, berlangsung mulai bulan Januari sampai Desember 2011. Proses pemilihan atau perakitan teknologi didasarkan pada hasil analisis potensi, kendala, dan peluang atau PRA (Participatory Rural Appraisal). pe0nyuluh dan petani
peserta,
Kegiatan PRA dilakukan oleh peneliti,
agar komponen teknologi yang dipilih sesuai
kebutuhan setempat. Dalam Tahun Anggaran 2011 di kabupaten Jeneponto dialokasikan satu unit Demonstrasi Usahatani (Demfarm) padi seluas 5,0 ha dengan menanam varietas Inpari -7 dan tujuh lokasi Display VUB yakni Inpari-7, Inpari-8, Inpari-10 dan Inpari13, masing-masing seluas 0,25 ha. Selain itu, dialokasikan pula satu unit Demplot jagung seluas 1,0 ha dengan menanam varietas Bima-3 dan 8 unit Display VUB jagung yakni Bima-3 masing-masing seluas 0,15 ha. dilaksanakan pada hamparan lahan sawah
25 ha,
Satu unit SL-PTT padi 1 ha untuk Laboratorium
Lapang, dan 5 ha untuk demfarm serta 0,25 ha untuk display varietas padi. Sedangkan satu unit SL-PTT jagung dilaksanakan pada hamparan lahan seluas 15 ha,
1 ha untuk Laboratorium Lapang, 1 ha untuk Demplot dan 0,15 ha untuk
Display varietas jagung. Strategi ini diharapkan dapat memperluas penyebaran PTT yang akan berdampak terhadap percepatan implementasi program Nasional.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
6
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Sebaran Lokasi Pendampingan Jumlah unit pendampingan SL-PTT komoditas padi di kabupaten Jeneponto sebanyak 126 lokasi dengan demplot 8 unit, terdiri dari 1 unit Demfarm seluas 5,0 ha dan 7 unit Display Varietas Unggul Baru (VUB) masing-masing seluas 0,25 ha dan tersebar pada 4 kecamatan 23 desa. Lokasi kegiatan Demfarm yakni di desa Bonto Mate’ne kecamatan Turatea, sedangkan lokasi
Display VUB padi adalah desa
Camba-Camba kec. Batang, desa Tolo Barat kec. Kelara, desa Rumbia kec. Rumbia, desa Bonto Matene, Paitana, dan Langkura kec. Turatea, desa CambaCamba kec. Batang, desa Tolo Barat kec. Kelara serta desa Rumbia kec. Rumbia. Untuk komoditas jagung sebanyak 63 lokasi pendampingan dengan 9 unit lokasi demplot, terdiri dari 1 unit demplot seluas 1,0 ha dan 8 unit display VUB masingmasing seluas 0,15 ha yang tersebar pada 5 kecamatan, 36 desa. Lokasi Demplot yakni di kelurahan Tolo Utara kec. Kelara, sedangkan lokasi Display VUB jagung yaitu desa Bonto Raya kec. Batang, desa Balang Baru kec. Tarowang, desa Arungkeke kec. Arungkeke, serta desa Tolo Barat, Tolo Kota, dan Tolo Selatan kec. Kelara.
Sebaran lokasi pendampingan SL-PTT di kabupaten Jeneponto, dapat
dilihat pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Sebaran Lokasi Pendampingan SL-PTT di Kab. Jeneponto, 2011 No/Komoditas
Kecamatan
Lokasi SL-PTT
Sasaran Pendampingan (60%)
I. Turatea
1. Bonto Mate’ne 2. Bungungloe 3. Langkura 4. Paitana 5. Kayuloe Barat 6. Parasangang Beru
1. 2. 3. 4. 5.
I. Padi
Bonto Matene (1 unit Demfarm 5 ha) Bonto Matene ( 1 unit Display VUB 0,25 ha) Paitana (1 unit Display VUB 0,25 ha) Langkura (1 unit Display VUB 0,25 ha) Pa’rasangan Beru
II. Tamalatea
III. Batang
1. Bangkala-Bangkala 2. Bontotangnga 3. Manjangloe 4. Turatea 5. Tonrokassi Timur 6. Tonrokassi Barat 7. Karelayu 8. Tamanroya 1. Togo-Togo 2. Bungeng 3. Bontoraya 4. Maccini Baji 5. Camba-Camba 6. Kaluku
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
1. Togo-Togo 2. Bontoraya 3. Maccini Baji 4. Camba-Camba ( 1 unit Display VUB 0,25 ha) 5. Kaluku
7
IV. Kelara
V.Bangkala Barat
VI. Arungkeke
VII. Rumbia
VIII. Taroang IX. Binamu
X. Bangkala
XI. Bontoramba
I. Kelara
II. Jagung
II. Binamu
1. Tolo Kota 2. Tolo Utara 3. Tolo Barat 4. Tolo Selatan 5. Bonto Lebang 1. Barana 2. Beroangin 3. Bulujaya 4. Banrimanurung 5. Tuju 1. Bulo-Bulo 2. Arungkeke 3. Rappo-Rappo 4. Kampala 5. Boronglamu 6. Palajau 7. Kalumpangloe 8. Balangloe 1. Rumbia 2. Lebangmanai 3. Lebangmanai Utara 4. Bonto Tiro 5. Bontocini 6. Kassi 1. Tino 2. Bontorappo 3. Tarowang 1. Empoang Utara 2. Monro-Monro 3. Sidenre 4. Empoang 5. Panaikang 6. Pabiringa 7. Biringkassi 8. Balang Baru 9. Sapanang 10. Empoang Selatan 11. Balang 12. Bontoa 1. Benteng 2. Pallengu 3. Kapita 4. Marayoka 5. Bontomanai 6. Pallantikang 7. Kalimporo 8. Gunung Silanu 1. Lentu 2. Balumbungan 3. Batu Jala 4. Maero 5. Bontoramba 6. Kareloe 7. Bangkalaloe 8. Datara 1. Tolo Utara 2. Tolo Timur 3. Tolo Barat 4. Tolo Selatan 5. Tolo Kota 6. Bontonompo 7. Samataring 8. Bontolebang 1. Balang Toa 2. Sidenre
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
1.Tolo Kota 2.Tolo Utara 3.Tolo Barat ( 1 unit Display VUB 0,25 ha) 4.Tolo Selatan
1. Arungkeke 2. Rappo-Rappo 3. Kampala 4. Palajau 5. Balangloe
1. Rumbia ( 1 unit Display VUB 0,25 ha) 2. Lebang Manai 3. Lebang Manai Utara 4. Bontotiro 1. Bontorappo 2. Taroang 1. Sidenre 2. Empoang 3. Panaikang 4. Balang Baru 5. Sapanang 6. Empoang Selatan 7.Balamg 8.Bontoa
1. Benteng 2. Pallengu 3. Kapita 4. Marayoka 5.Pallantikang 6. Kalimporo 1. Lentu 2. Balumbungan 3. Batu Jala 4.Maero 5.Kareloe 6.Datara 1. Tolo Utara ( 1 unit Demplot 1 ha) 2. Tolo Barat ( 2 unit Display VUB 0,15 ha) 3. Tolo Selatan ( 2unit Display VUB 0,15 ha) 4. Tolo Kota (1 unit Display VUB 0,15 ha) 5. Bontolebang
1.Sidenre 2. Sapanang
8
III. Tamalatea IV. Batang
V. Tarowang
VI. Arungkeke
VII. Turatea
VIII. Rumbia
IX. Bangkala
X.Bangkala Barat
XI. Bontoramba
3. Sapanang 4. Bontoa 5. Balang Toa 6. Biringkassi 1. Bonto Tangnga 2. Tonrokassi Barat 3. Bontojai 1. Togo-Togo 2. Botoraya 3. Kaluku 4. Maccinibaji 5. Bungeng 6. Camba-Camba 1. Pao 2. Bontorappo 3. Balang Baru 4. Camba Lompoa 5. Bontomasugi 6. Allu Taroang 7. Tarowang 8. Tino 1. Bulo-Bulo 2. Boronglamu 3. Kalumpangloe 4. Arungkeke 5. Arungkeke Pallanti 1. Kayuloe Barat 2. Bontomate’ne 3. Kayuloe Timur 4. Pa’rasangang Baru 5. Bungungloe 6. Bululoe 7. Langkara 1. Pa’borongan 2. Pallantikang 3. Palolli 4.Lebang Manai Utara 5. Lebang Manai 6. Bontocini 7. Bontomanai 8. Bonto Tiro 9. Rumbia 1. Kapita 2. Tombo-Tombolo 3. Marayoka 4. Bontomanai 5. Mallasaro 1. Beroangin 2. Bulujaya 3. Pattiro 4. Barana 5. Pappaluang 1. Batu Jala 2. Baraya 3. Bangkalaloe 4. Bulosibatang
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
3. Bontoa 4. Biringkassi 1. Bontotangnga 2. Bontojai 1.Togo-Togo 2. Bontoraya ( I unit Display VUB 0,15 ha) 3. Kaluku 4.Camba-Camba 1. Pao 2. Bontorappo 3. Balang Beru ( 1 unit Display VUB 0,15 ha) 4. Camba-Camba
1. Kalumpangloe 2. Arungkeke ( 1 unit Display VUB 0,15 ha)
1. Kayuloe Barat 2. Bontomate’ne 3, Kayuloe Timur 4. Bungungloe 5. Bululoe 1, Lebang Manai Utara 2. Lebang Manai 3. Bontocini 4. Bontomanai 5. Rumbia ( 1 unit Display VUB 0,15 ha)
1. Kapita 2. Tombo-Tombolo
1. Beroanging 2. Bulujaya 3. Pattiro 1. Batu Jala 2. Baraya 3. Bangkalaloe 4. Bulosibatang
9
3.2. Hasil Koordinasi di Tingkat Internal Pemda Proses koordinasi dalam pendampingan SL-PTT berlangsung secara periodik, pertemuan dilakukan beberapa minggu sebelum tanam untuk melihat potensi, kendala, dan peluang melalui pelaksanaan PRA. Pertemuan berikutnya dilakukan pada saat pengolahan tanah, pembuatan pesemaian, pemupukan, pengairan, dan pada saat tanaman dalam fase anakan maksimum, primordial bunting, berbunga, pengisian bulir, panen dan pasca panen. Adakalanya diperlukan pertemuan non-reguler jika ada masalah yang mendesak untuk dipecahkan, seperti terjadinya perubahan iklim atau adanya serangan hama dan penyakit tanaman. Kinerja koordinasi pendampingan dapat dilihat dalam Tabel 2. Tabel 2. Kinerja Koordinasi Pendampingan Kabupaten Jeneponto, 2011 No.
Kecamatan
Komponen Penilaian Kinerja Koordinasi (skor 1-3)*)
Nilai
A**)
B**)
C**)
1.
Rumbia
3
2
2
7
2.
Kelara
3
2
2
7
3.
Turatea
3
2
2
7
4.
Binamu
1
2
2
5
5.
Arungkeke
2
2
2
6
6.
Batang
2
2
2
6
7.
Taroang
1
2
2
5
8.
Bangkala Barat
2
2
2
6
9.
Bontoramba
1
2
2
5
10.
Tamalatea
2
2
2
6
11.
Bangkala
1
2
2
5
Faktor Kendala
*) Skor penilaian 1= kurang, 2= baik, 3= sangat baik **) A = Kelengkapan legalitas keterlibatan institusi B = Berfungsinya institusi yang terlibat sesuai fungsi yang telah disepakati bersama C = Sinergi pelaksana di lapangan
Pada Tabel 2 tampak bahwa hasil koordinasi di tingkat internal pemda kabupaten Jeneponto dalam hal sinergitas pelaksanaan SL-PTT di lapangan sudah berjalan dengan baik. Dari 11 kecamatan hanya ada 3 kecamatan yang memiliki nilai 5 yaitu Binamu, Bangkala, dan Bontoramba, sedangkan kecamatan lainnya koordinasinya sudah baik bahkan sangat baik.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
10
3.3.
Pelaksanaan Pendampingan Inovasi Teknologi
3.3.1. Efektifitas Demfarm/Demplot dan Display VUB Paket teknologi yang diterapkan pada kegiatan Demfarm padi (5 ha) adalah penggunaan varietas unggul baru (VUB) padi varietas Inpari-7, dan untuk Display VUB ( 0,25 ha) ada 4 varietas yaitu Inpari-7, Inpari- 8, Inpari-10 dan Inpari-13. Metode pelaksanaannya adalah pesemaian, umur bibit ditanam 20 hari setelah semai, pengolahan tanah secara sempurna (2 kali bajak, 1 kali garu dan perataan), penanaman sistem legowo 2:1 dan 3:1, dengan bibit 1-3 tanaman/rumpun, pemupukan dengan dosis Urea 200 kg, NPK Ponska 250 kg/ha diberikan 2 kali saat tanaman berumur 14 hari setelah tanam, umur 30 hst dan selanjutnya disesuaikan dengan hasil pembacaan dari bagan warna daun (BWD). Penyiangan dilakukan 2 kali yaitu saat tanaman berumur 15 dan 35 hst, pengendalian hama/penyakit terpadu yang disesuaikan dengan tingkat serangan. Panen dilakukan bila padi sudah menguning dengan menggunakan sabit gerigi dan perontokan dengan mesin tresher, pengeringan dan penyimpanan/pemasaran. Pada kegiatan Demplot jagung (1 ha) dan Display VUB jagung (0,15 ha), paket teknologi yang diterapkan adalah pengolahan tanah minimum atau TOT, penanaman varietas Bima-3, jarak tanam 20 cm x 75 cm 1 tanaman/lubang jumlah populasi 66.667, pemupukan dengan dosis Urea 300 kg, NPK Ponska 400 kg/ha diberikan 2 kali saat tanaman berumur 14 hst dan umur 30 hst, penyiangan dilakukan 2 kali umur 15 hst dan umur 35 hst, pengaturan air, pengendalian hama/penyakit secara terpadu tergantung tingkat serangan, panen dilakukan bila klobot sudah kering, biji keras, pemipilan, pengeringan dan pemasaran. Keberadaan Laboratorium Lapang (LL), Demfarm/Demplot dan Display VUB diharapkan dapat mempercepat alih teknologi melalui interaksi antara petani peserta SL-PTT
dengan
petani
non-peserta
SL-PTT.
Keragaan
pelaksanaan
Demfarm/Demplot dan Display VUB, serta penerapan inovasi PTT di kabupaten Jeneponto dapat dilihat pada Tabel 3. Sedangkan, efektifitas Demfarm/Demplot dan Display VUB dapat dilihat dari jumlah petani yang mengunjungi kegiatan tersebut, disajikan pada Tabel 4.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
11
Tabel 3. Keragaan Pelaksanaan Demfarm/ Demplot dan Dislpay VUB Inovasi PTT Padi dan Jagung di Kab. Jeneponto, 2011 No./Komoditas
Lokasi Kec. / Desa
I. Padi
Demfarm
Jenis Inovasi Teknologi 1. Varietas Unggul Baru 2. Tanam Legowo 3:1 3. Pemupakan NPK
Kec. Turatea Bontomatene
Luas (Ha)
Jumlah Petani yang berkunjung
5,00 ha 21
Display Var. Kec. Rumbia 1. Lebang Utara Kec. Kelara 1. Tolo Barat
Manai
Kec. Turatea 1. Paitana 2. Langkura 3. Bontomate’ne 4.Parasangang Beru Kec. Batang 1. Camba-Camba II. Jagung
Demplot Kec. Kelara Tolo Utara Display Var. Kec. Rumbia 1. Rumbia Kec. Kelara 1. Tolo Selatan 2. Tolo Kota 3. Tolo Barat Kec. Batang 1. Togo-Togo 2. Bontoraya Kec. Arungkeke 1. Arungkeke
1. Varietas Unggul Baru 2. Tanam Legowo 3:1 3. Pemupakan NPK
0,25 ha
18
1. Varietas Unggul Baru 2. Tanam Legowo 3:1 3. Pemupakan NPK
0,25 ha
16
1,00 ha
19 11 22 19
0,25 ha
12
1. Varietas Unggul Baru 2. Populasi 3. Pemupakan NPK 1. Varietas Unggul Baru 2. Populasi 3. Pemupakan NPK
1,00 ha
20
0,15 ha
25
1. Varietas Unggul Baru 2. Populasi 3. Pemupakan NPK 1. Varietas Unggul Baru 2. Populasi 3. Pemupakan NPK 1. Varietas Unggul Baru 2. Populasi 3. Pemupakan NPK
0,30 ha 0,15 ha 0,30 ha
12 19 22
0,30 ha
17 19
0,15 ha
21
1. Varietas Unggul Baru 2. Tanam Legowo 3:1 3. Pemupakan NPK 1. Varietas Unggul Baru 2. Tanam Legowo 3:1 3. Pemupakan NPK
Tabel 4. Keragaan Efektifitas Demfarm/Demplot dan Display VUB Padi danJagung di Kabupaten Jeneponto,2011 No.
A. 1.
Lokasi Desa
Kec.
PADI Demfarm Kec. Turatea Bonto Matene
/
Jumlah petani yang berkunjung
43
Efektifitas Demfarm/ Demplot & Display VUB Jumlah Petani yg Menyatakan tdk berminat
Jumlah petani yg berminat tapi belum ada kepastian akan menggunakan
Jumlah petani yang berminat dan akan melaksanakan
-
21
22
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Permasalahan
-
12
1. 2. 1. 2. 3. 4. 1. B.
Display Kec. Rumbia Lebang Manai Utara Kec. Kelara Tolo Barat Kec. Turatea Paitana Langkura Bontomate’ne Parasangang Beru Kec. Batang Camba-Camba
1. 2.
JAGUNG Demplot Kec Kelara Tolo Utara Display Kec. Rumbia Lebang Manai Utara Kec. Kelara Tolo Utara Tolo Selatan Kec. Batang Togo-Togo Bontoraya
1.
Kec. Arungkeke Arungkeke
1. 1. 1. 2.
25
-
12
13
-
36
5
6
25
-
48 29 37 23
5 4 8 -
22 7 5 11
21 18 24 12
-
26
3
13
10
39
7
12
20
-
35 38
6 5
12 17
17 16
-
26 31 34
4 2 4
12 15 19
10 14 21
-
22
4
10
8
-
Di kecamatan Turatea, efektifitas Demfarm dapat dilihat dari jumlah petani yang menyatakan berminat dan akan melaksanakan penanaman kembali terutama pada VUB padi yakni Inpari-7. VUB padi lainnya yang banyak disukai petani adalah varietas Inpari-13. Sedangkan pada kegiatan Demplot dan Display VUB jagung di kecamatan Kelara dan kecamatan lainnya umumnya petani menyukai menanam jagung Bima-3 dapat dilihat dari jumlah petani yang menyatakan berminat dan akan melaksanakan penanaman kembali. Efektivitas ketertarikan petani umumnya pada inovasi teknologi VUB, sistem tanam Legowo 3:1 atau 2:1, pemupukan berimbang yang diterapkan. Petani berminat dan akan melaksanakan cara pemupukan yang dicontohkan pada kegiatan Demfarm/Demplot dan Display VUB.
Hal ini tampak
seperti pada kegiatan Demfarm/Demplot padi di kecamatan Turatea terdapat 43 petani yang berkunjung dan 22 petani diantaranya berminat akan melaksanakan. Demikian pula pada kegiatan Demplot jagung di kecamatan Kelara terdapat 39 petani yang berkunjung dan 20 orang petani diantaranya yang berminat dan akan melaksanakan. www.sulsel.litbang.deptan.go.id
13
3.3.2. Uji Varietas Unggul Baru (VUB) Salah satu faktor penyebab rendahnya produktivitas tanaman adalah masih terbatasnya
penggunaan
benih
bermutu
di
tingkat
petani,
meskipun
ada
kecenderungan terjadi peningkatan penggunaan benih bermutu setiap tahun. Hal ini antara lain disebabkan masih mahalnya harga benih bermutu, terbatasnya stok benih pada saat dibutuhkan petani.Keengganan petani menjadi penangkar benih (terutama padi) karena biaya produksinya lebih tinggi sementara harga jualnya hampir sama dengan harga gabah untuk konsumsi. Petani lebih senang menggunakan benih yang mereka produksi sendiri atau dari sesama petani karena tingkat kepercayaannya lebih tinggi. Sementara benih yang dihasilkan dari pengusaha benih seringkali tidak sesuai dengan labelnya, misalnya tingkat kemurnian dan daya tumbuhnya. Benih yang secara morfologis kelihatan bersih dan mempunyai bentuk yang baik, belum menjamin benih tersebut telah bermutu atau sehat. Oleh karena itu Peserta SL-PTT diharapkan dapat memahami konsep, prinsip, dan implementasi teknologi PTT secara benar, sehingga demfarm, demplot dan display varietas yang dilakukan dapat menarik perhatian petani. Keragaan hasil pelaksanaan demfarm/ demplot dan display VUB padi dan jagung, dapat dilihat pada Tabel 5. Berdasarkan hasil pengujian VUB padi pada lokasi demfarm ternyata varietas Inpari-7 unggul di tiap lokasi dengan produktivitas > 6,0 t/ha. Demikian pula pada kegiatan display VUB padi, Inpari-13 dan Inpari-7 produktivitasnya masing-masing 6,40 t/ha dan 6,20 t/ha. Namun jika dibandingkan dengan varietas Membramo yang eksisting di setiap lokasi produktivitasnya hanya mencapai 3,40 t/ha. Varietas Inpari -13 dan 7 selain produktivitasnya cukup tinggi, daya adaptasinya juga tinggi dibandingkan varietas Inpari -8 dan Inpari -10. Pada varietas jagung yang diuji ternyata varietas Bima-3 baik pada demplot maupun display VUB unggul dengan produktivitas mencapai >6,0 t/ha terutama di kecamatan Kelara, Tarowang dan Rumbia. Sedangkan di lokasi lainnya hasilnya di bawah 6,0 t/ha. Varietas Bisi-2 yang eksisting di setiap lokasi hanya mencapai 3,13 – 3,82 t/ha. Tingkat adaptabilitas jagung Bima-3 cukup tinggi pada setiap lokasi .
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
14
Tabel 5. Keragaan Hasil Pelaksanaan Demfarm/ Demplot dan Display VUB Padi dan Jagung, Kabupaten Jeneponto, 2011 No.
Lokasi Kec./Desa
Agroekos istem
Varietas Unggul Baru Nama VUB
Provitas
Varietas Pembanding (eksisting)
Tingkat Adaptabilita s (tinggi, sedang, rendah)
(Ton/ha)
1.
2.
PADI Demfarm Padi 5 ha Kec. Turatea Bonto Matene Display Var.0,25 ha Kec. Kelara Tolo Barat
1.
Kec. Turatea Paitana Langkura Bontomate’ne Parasangang Beru Kec. Batang Camba-Camba
1.
Kec. Rumbia Lebang Manai Utara
1.
JAGUNG Demplot Jagung 1 ha Kec. Kelara Tolo Utara
1. 2. 3. 4.
1.
LKIK
LKIK
LKIK
LKIK
Display Varietas 0,15 ha Kec. Batang Bontoraya
LKIB
LKIK
LKIK
Kec. Arungkeke Arungkeke
LKIK
1. IV. 1.
Kec. Tarowang Balang Baru
LKIK
V. 1.
Kec. Rumbia Rumbia
LKIB
VI. 1. 2. 3.
Kec. Kelara Tolo Kota Tolo Barat Tolo Selatan
LKIK
Inpari-7
6,20
Membramo
Tinggi
Inpari -7 Inpari -8 Inpari-10 Inpari-13
6,00 5,53 5,90 6,20
Membramo
Tinggi Sedang Sedang Tinggi
Inpari -7 Inpari -8 Inpari-10 Inpari-13 Inpari -7 Inpari -8 Inpari-10 Inpari-13 Inpari -7 Inpari -8 Inpari-10 Inpari-13
6,40 5,14 6,20 6,00 6,10 5,01 6,03 6,40 6,00 5,10 5,70 6,00
Membramo
Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Sedang Tinggi
Bima-3
6,00
Bisi-2
Bima-3
5,40
SHS
Bima-3
5,50
Bisi-2
Sedang
Bima-3
6,00
Bisi-2
Tinggi
Bima-3
6,00
Bisi-2
Tinggi
Bima-3 Bima-3 Bima-3
6,00 5,30 5,60
Bisi-2 Bisi-2 Bisi-2
Tinggi Sedang Sedang
Cigelius
Membramo
Tinggi
Sedang
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
15
3.3.3. Dukungan Perbenihan Per Komoditas Di Sulawesi Selatan, penggunaan benih bermutu mengalami peningkatan. Berdasarkan data BPSBTPH IV penggunaan benih bersertifikat atau bermutu di Sulawesi Selatan baru mencapai 20 % tahun 2000 dan meningkat hingga 55 % tahun 2007. Hal ini terutama disebabkan oleh kebijakan pemerintah dengan bantuan benih gratis, baik untuk pengembangan padi maupun jagung (Distan Sulsel, 2008). Akan tetapi jika tidak ditunjang oleh suatu sistem perbenihan yang baik, program ini dikuatirkan tidak akan berkelanjutan. Untuk mendukung pengembangan benih bermutu di Sulawesi Selatan, diperlukan berbagai upaya baik yang bersifat teknis maupun kelembagaan agar terbentuk suatu system penyediaan benih yang mantap dan berkelanjutan. Hal ini hanya dapat terwujud jika semua pihak yang terlibat dalam sistem tersebut memperoleh keuntungan. Dengan demikian, petani mempunyai akses yang lebih luas dalam memperoleh benih bermutu untuk kepentingan usahataninya dengan harga terjangkau, tepat waktu, dan dalam jumlah yang cukup. Dukungan perbenihan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Dukungan Perbenihan, Kabupaten Jeneponto, 2011 Nama Varietas
Jumlah Benih (Kg)
No.
Kecamatan
I.
PADI
1.
Kelara
12,462
3,600
12,462
3,600
2.
Turatea
61,695
2,925
61,695
2,925
3.
Tamalatea
10,935
2,250
10,935
2,250
4.
Bangkala Barat
48,690
2,925
48,690
2,925
12,495
2,250
12,495
2,250
11,445
1,575
11,445
1,575
12,825
3,825
12,825
3,825
28,440
1,575
28,440
1,575
30,120
3,825
30,120
3,825
22,065
2,250
22,065
2,250
35,625
4,500
35,625
4,500
286,797
31,500
286,797
31,500
5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Batang Tarowang Arungkeke Binamu Rumbia Bangkala
Kebutuhan
Tersedia
Dibutuhkan
Tersedia
Mutu Benih Baik Baik
Buruk
Ket Varietas Membramo
Bontoramba TOTAL
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
16
II.
JAGUNG
1.
Kelara
78,350
7,500
78,350
7,500
2.
Turatea
51,570
23,750
51,570
23,750
3.
Tamalatea
52,590
6,250
52,590
6,250
4.
BontoRamba
90,345
13,125
90,345
13,125
5.
Batang
18,480
15,000
18,480
15,000
6.
Tarowang
70,545
4,375
70,545
4,375
7.
Arungkeke
27,529
10,000
27,529
10,000
8.
Binamu
44,895
10,000
44,895
10,000
9.
Rumbia
79,350
12,500
79,350
12,500
10.
Bangkala
88,650
10,000
88,650
10,000
11.
Bangkala Barat
118,485
12,500
118,485
12,500
TOTAL
721,309
125,000
721,309
125,000
Baik
Bisi-2
Ketersediaan benih bermutu di Sulawesi Selatan pada umumnya dan kabupaten Jeneponto pada khususnya masih jauh dari yang diharapkan. 3.3.4. Efektifitas Pelatihan Teknis Proses belajar pada SL-PTT berawal dari kegiatan yang kemudian memberikan
pengalaman
pribadi,
mengungkapkan
pengalaman
tersebut,
menganalisis masalah yang terjadi, dan menyimpulkan hasil kegiatan. Kalau petani peserta SL-PTT telah merasakan dampak positif dari teknologi yang diterapakan, baik dari aspek materi maupun nonmateri, maka mereka akan menerapkan teknologi itu kembali pada musim beriktunya. Sesuai dengan motto petani SL-PTT “mendengar, saya lupa; melihat, saya ingat; melakukan, saya paham; menemukan sendiri, saya kuasai”, maka setiap kegiatan yang dilakukan sendiri akan memberikan pengalaman yang berharga. Oleh karena itu, petani dituntut untuk mampu menganalisis kegiatan yang telah dilakukan, kemudian menyimpulkan dan menindaklanjutinya. Kesimpulan yang telah dibuat merupakan dasar dalam melakukan perubahan atau pengembangan teknologi.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
17
Tabel 7. Efektifitas Pelatihan Teknis Sasaran Peserta Pelatihan Tingkat Penyelenggaraan Pelatihan A. Tingkat Propinsi (PL I)
Topik / Materi Pelatihan
Asal Institusi
Juklak SL-PTT
Penyuluh
Materi SL-PTT Jagung
Pertanian,
Materi SL-PTT Padi
BPTP
Cara
Praktis
Jumlah Peserta 56 peserta SL-
Distan,
PTT
Jumlah Peserta Pelatihan yang menjadi narasumber di wilayah kerjanya 56
Padi,
Jagung
Membuat
Kompos B. Tingkat Kab (PL II)
-Kebijakan
Peningkatan
Peneliti,
Produksi Tanaman Pangan.
BPTP
-Dinamika Kelompok
Pemandu
-Prinsip
II,
Dasar
Metodologi
Penyuluh
PTT
Lapang
Jagung
Pertanian,
POPT,
-Dasar-Dasar Ekosistem.
PBT
tingkat
dan
Implementasi
SL-PTT
20
Padi,
Penyuluh
Pelatihan. -Pemahaman
24 peserta SL-
Sul-Sel,
kabupaten
Padi,
dan Jagung, -Kajian
Kebutuhan
Masalah
dan Peluang -Filosofi dan dinamika PTT, Benih dan VUB Padi, -Hubungan
Iklim,
Tanaman
dan OPT. -Penyiapan Bibit, Benih dan Cara Tanam Padi dan Jagung. -Pengelolaan
Hara
dan
Pemupukan, -Implementasi Pengen dalian OPT, -Teknologi
Penanga
nan
Pasca Panen, -Teknologi
Hemat
Air,
-
Pengelolaan Pupuk Organik. Mekanisme Pelaksanaan SLPTT -Pengamatan Agroekosisten -Diskusi
Kelompok
Analisis
Agroekosistem -Kelembagaana
Kelompok
Tani -Rencana Tindak Lanjut
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
18
Dalam pelaksanaan SL-PTT dilakukan pelatihan secara berjenjang, mulai dari pemandu Lapang I (PL I) di tingkat Propinsi, PL II di tingkat Kabupaten, hingga pemandu lapang yang terdiri atas penyuluh pertanian, POPT, dan PBT di tingkat kecamatan/desa. Pelatihan bagi PL I diprakarsai oleh Balit Komoditas, Pelatihan PL II diselenggarakan oleh PL I di tingkat Propinsi, Pelatihan penyebarluasan pemandu lapang diselenggarakan oleh PL II di tingkat kabupaten, pelatihan dan bimbingan kepada petani diselenggarakan oleh pemandu lapang. Pada Tabel 7 tampak bahwa efektivitas pelatihan teknis yang dilakukan, seperti pelatihan pada tingkat kabupaten materi pemahaman dan implementasi SLPTT jagung dan padi,
telah dilakukan dan jumlah peserta pelatihan 24 orang dan
yang menjadi narasumber di wilayah kerjanya ada 24 orang termasuk Peneliti dan Penyuluh dari BPTP Sul-Sel. Hal ini menunjukkan bahwa peserta sangat antusias mengikuti pelatihan tersebut. 3.3.5. Efektifitas Penyebarluasan Inovasi Melalui Media Cetak dan Elektronik Penyebarluasan inovasi dilakukan melalui penyediaan bahan diseminasi inovasi berupa bahan media cetak dan elektronik oleh BPTP. Untuk Jeneponto, bahan-bahan tersebut berupa Booklet berisi kumpulan Inovasi Teknologi komoditas Padi dan Jagung. Pertanian.
Booklet disalurkan ke kelompok Tani, Penyuluh, dan Dinas
Efektivitas penyebarluasan inovasi berbentuk
leaflet dan booklet,
disajikan pada Tabel 8 dan 9. Tabel 8. Efektifitas penyebarluasan inovasi (leaflet) No.
1.
Judul Materi Leaflet
Teknologi Budidaya Padi
Jumlah Eksemplar 100
Jumlah Inovasi yang dimuat
8
paket
(var.
bermutu/berlabel, 2:1,pengairan,
Unggul, tanam
benih legowo
Target Penerimaan Media Informasi Klp. Tani Penyuluh
pemupukan
berimbang, pengendalian H/P), panen dan pasca panen. 2.
Teknologi Budidaya Jagung
100
8
(var.
unggul,
/berlabel,
tanam,
benih
bermutu
pemupukan,
Klp. Tani Penyuluh
penyiangan, pengendalian H/P, panen, pasca panen.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
19
3.
Teknologi Pemupukan Berimbang
100
7 (dosis, jenis, cara dan waktu, teknik
Klp. Tani
pengambilan sampel tanah dan cara
Penyuluh
analisis. 4.
Pengolahan Jerami-Kompos
50
Cara membuat kompos, pengenalan
Klp. Tani
bahan
Penyuluh
kompos
Promi),
teknologi
penggunaan kompos, 5.
Penggunaan BWD
100
Cara
penggunaan
BWD,
dosis
Klp. Tani
pemupukan dengan BWD.
Penyuluh
Tabel 9. Efektifitas penyebarluasan inovasi (Bookleat) No.
1.
Judul Materi Booklet
Jumlah Eksemplar
SL-PTT Kabupaten Jeneponto 2011
150
Jumlah Inovasi yang dimuat
Target Penerimaan Media Informasi Penyuluh
2 paket (SL-PTT Padi dan Jagung )
3.4. Perkembangan Produktivitas Kebutuhan pangan terus meningkat, seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Pada tahun 2020, permintaan jagung di negara sedang berkembang diperkirakan akan melebihi permintaan beras dan gandum.
Karena itu berbagai
upaya pemerintah untuk meningkatkan produktitas tanaman pangan. SL-PTT yang dilakukan
di
kabupaten
Jeneponto
telah
menunjukkan
hasil
yang
cukup
menggembirakan. Produktivitas padi yang dicapai seperti di kecamatan Rumbia di SL mencapai 4,27 t/ha, sementara di LL bisa mencapai 5,52 t/ha, sedangkan pada Non-SL hanya mencapai 3,78 t/ha. Hasil evaluasi produktivitas rata-rata padi di kabupaten Jeneponto pada SL 4,75 t/ha, LL 5,58, dan Non-SL 3,80 t/ha (Tabel 10). Tabel 10. Hasil Evaluasi Produktivitas Rata-rata Padi Per Kecamatan di LL, SL, dan Non-SL No.
Kecamatan
Julah Unit SL yang disampling
Produktivitas (ton GKP/ha) SL
LL
Non-SL
1.
Kelara
12
4,52
5,60
3,20
2.
Turatea
18
4,40
5,80
3,65
3.
Batang
12
4,31
5,51
2,61
4.
Tamalatea
10
4,23
5,38
2,44
5.
Arungkeke
13
4,.19
5,55
2,61
6.
Rumbia
13
4,27
5,52
3,78
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
20
7.
Taroang
10
4,26
5,10
2,90
8.
Bontoramba
13
4,20
5,55
3,85
9.
Binamu
12
4,26
5,20
2,80
10.
Bangkala
12
4,23
5,56
3,86
11.
Bangkala Barat
18
4,60
5,38
2,53
4,75
5,58
3,80
Jeneponto
Berdasarkan hasil evaluasi produktivitas rata-rata jagung per kecamatan tampak bahwa di kecamatan Kelara dan Batang mencapai hasil tertinggi, masingmasing 5,30 dan 5,23 t/ha pada SL; 5,90 dan 5,87 t/ha pada LL, serta hanya 3,82 dan 3,20 t/ha pada Non- SL. Sedangkan hasil evaluasi produktivitas jagung ratarata kabupaten masing-masing mencapai 4,65 dan 5,64 t/ha pada SL dan LL, serta pada non- SL hanya 3,82 t/ha (Tabel 11). Tabel 11. Hasil Evaluasi produktivitas rata-rata jagung per kecamatan di LL, SL, dan Non-SL No.
Kecamatan
Jumlah Unit SL yang disampling
Produktivitas (ton /ha) SL
LL
Non-SL
1.
Kelara
18
5,30
5,90
3,82
2.
Turatea
15
5,15
5,20
3,54
3.
Batang
10
5,23
5,87
3,20
4.
Tamalatea
8
4,79
5,05
3,53
5.
Arungkeke
10
4,00
4,03
3,13
6.
Rumbia
12
5,06
5,33
3,67
7.
Taroang
12
4,77
5,02
3,51
8.
Bontoramba
6
4,41
5,10
3,54
9.
Binamu
6
4,70
4,97
3,48
10.
Bangkala
11
4,93
5,24
2,62
11.
Bangkala Barat
10
4,92
5,23
2,62
4,65
5,64
3,82
Jeneponto
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
21
Demfarm dan Display VUB Padi Berdasarkan hasil evaluasi, produktivitas Demfarm padi mencapai
6,20
t/ha,
sedangkan
varietas
pembanding
varietas Inpari-7 adalah
Cimelati,
produktivitasnya hanya mencapai 4,30 t/ha di kecamatan Turatea. Pada kegiatan Display VUB, produktivitas padi varietas Inpari-13 mencapai 6,40 t/ha tertinggi dibandingkan Inpari -7, Inpari-8 dan Inpari-10, sedangkan varietas Cimelati sebagai pembanding Turatea.
produktivitasnya hanya 4,30 t/ha di kecamatan
Demikian pula display varietas Inpari-13 di kecamatan Kelara
produktivitasnya 6,20 t/halebih tinggi dari Inpari-7, 8 dan 10. Varietas Membramo sebagai pembanding produktivitasnya hanya 3,80 t/ha. Display VUB di kecamatan Batang yakni varietas Inpari-7 dan Inpari -13 produktivitasnya sama yakni 6,10 t/ha, sedangkan Inpari-8 dan Inpari -10 masing-masing 5,01 dan 6,03 t/ha. Demikian pula di kecamatan Rumbia, varietas Inpari-7 dan Inpari-13 produktivitasnya masingmasing 6,00 t/ha lebih tinggi
dari Inpari -8 dan Inpari-10.
Sebagai varietas
pembanding Intani-2 produktivitasnya hanya 4,20 t/ha. Produktivitas tertinggi pada display varietas adalah Inpari-13 di kecamatan Turatea 6,40 t/ha. Hasil evaluasi keragaan produktivitas padi di lokasi Demfarm dan Display VUB, dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Hasil Evaluasi Produktivitas Padi di Lokasi Demfarm dan Display VUB No.
Kecamatan
Produktivitas (t/ha) Dem. Farm Inpari-7
Display VUB Inpari-7
Inpari-8
Inpari-10
Varietas Pembanding Inpari-
13 1.
Turatea
6,20
6,20
5,53
5,90
6,40
Cimelati
2.
Kelara
-
6,00
5,53
5,90
6,20
Membramo = 3,80
= 4,30
3.
Batang
-
6,10
5,01
6,03
6,10
Cigelius
= 4,50
4.
Rumbia
-
6,00
5,10
5,70
6,00
Intani-2
= 4,20
Demplot dan Display VUB Jagung Berdasarkan hasil evaluasi, produktivitas jagung Demplot
di kecamatan Kelara
varietas Bima-3 pada
menghasilkan 6,0 t/ha, sedangkan varietas
pembanding Bisi-2 di lokasi itu produktivitasnya hanya 3,55 t/ha (Tabel 13). www.sulsel.litbang.deptan.go.id
22
Tabel 13. Hasil Evaluasi Produktivitas Jagung di lokasi Demplot dan Display VUB No.
Kecamatan
Produktivitas (t/ha) Demplot
Display VUB
Bima-3
Bima-3
Varietas Pembanding Bisi-2
1.
Kelara
6,00
6,00
3,55
2.
Batang
-
5,90
3,82
3.
Rumbia
-
6,00,
3,62
4.
Tarowang
-
6,00,
3,65
5.
Arungkeke
-
5,50
3,13
Pada kegiatan Display VUB, keragaan hasil jagung Bima-3 berkisar 5,50 6,00 t/ha.
Kecuali di kecamatan Batang dan Arungkeke, produktivitas rata-rata
Bima-3 mencapai 6,00 t/ha lebih tinggi dari Bisi-2 (pembanding), hanya berkitar 3,13 – 3,82 t/ha di semua lokasi.
PELATIHAN INOVASI TEKNOLOGI SL-PTT PADI Kegiatan pelatihan ini bertujuan untuk : a. Meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan wawasan petani dalam pengembangan usahataninya melalui SL-PTT. b. Menyebarluaskan informasi teknologi serta cara budidaya yang baik yang diperlukan untuk mempercepat peningkatan produksi dan produktivitas serta pendapatan petani. Metode Pelatihan Waktu dan Tempat Pelatihan Inovasi Teknologi SL-PTT padi di kabupatan Jeneponto dilaksanakan dengan cara penyajian materi dan demonstrasi pengolahan pupuk organik kompos 2 kali di lokasi yang berbeda, yakni : I. Di desa Bontomate’ne, kecamatanTuratea pada tanggal 8 Nopember 2011, II. Desa Sarroanging, kecamatan Batang, pada tanggal 16 Nopember 2011.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
23
Materi dan Nara Sumber No Judul Materi 1.
Meningkatkan pendapatan menjaga
Tujuan hasil
dan Membekali
Cara
petani Drs. Muh. Taufik
petani, tentang cara budidaya MSi kelestarian padi sawah yang baik
lIngkungan 2.
Nara Sumber
praktis
dan benar membuat Membekali
kompos
petani Ir.
Benyamin
cara Saranga
tentang pembuatan
pupuk
organic
dari
jerami
dengan
dekomposer
promi
Pelaksanaan Pelatihan Inovasi Teknologi kegiatan pendampingan SL-PTT padi dilaksanakan 2 kali, yakni : I. Di desa Bontomatene Kecamatan Turatea, dihadiri Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Pertanian , Kepala BPP Turatea, Kepala Desa Bontomatene, tokoh masyarakat,
Ketua KTNA,
PPL dan petani Kecamatan
Turatea, peneliti dan penyuluh BPTP Sul-sel. II. Di desa Saroanging Kecamatan Batang dihadiri petani dan PPL se kecamatan Batang, Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Kabupaten Jeneponto, Kepala BPP Batang, Kepala Desa Saroanging, tokoh masyarakat desa Saroaangng, Ketua KTNA Kecamatan Batang serta peneliti dan penyuluh BPTP Sulsel. Jumlah peserta yang mengikuti pelatihan inovasi teknologi SL-PTT, baik di desa Bontomate’ne maupun di desa Sarroanging masing-masing berjumlah ± 60 orang.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
24
Kegiatan pelatihan tersebut mendapat respon yang sangat baik dari petani, penyuluh dan peserta lainnya dan mengharapkan agar kegiatan yang sama dilakukan di desa/kecamatan lain guna mendukung program peningkatan produksi padi di kabupaten Jeneponto.
Dokumentasi Kegiatan Pelatihan disajikan pada
lampiran Gambar 8 dan 9.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
25
IV. PENUTUP
Berdasarkan keragaan hasil padi baik di lokasi Demfarm maupun Display VUB, ternyata varietas Inpari-7 dan Inpari-13 unggul dengan produktivitas berkisar 6,00 - 6,40 t/ha. Sebagai pembanding, varietas membramo yang eksisting di setiap lokasi produktivitasnya hanya 3,80 t/ha. Varietas Inpari -7 dan Inpari -13 selain produktivitasnya cukup tinggi, daya adaptasinya juga lebih tinggi dari varietas Inpari -8 dan Inpari -10. Pada jagung, hasil-hasil pengujian di berbagai lokasi demplot dan display VUB, menunjukkan bahwa varietas Bima-3 dengan produktivitas 6,00 t/ha unggul pada 3 kecamatan yaitu di kecamatan Kelara, Rumbia, dan Tarowang. Sedangkan, varietas Bisi-2 yang eksisting di setiap lokasi hanya berkisar
3,13 – 3,82 t/ha.
Tingkat adaptabilitas varietas jagung Bima-3 cukup tinggi pada setiap lokasi. Hasil evaluasi produktivitas rata-rata padi di kabupaten Jeneponto pada SL 4,70; LL 5,58; dan non-SL 4,67 t/ha. Sedangkan hasil evaluasi produktivitas ratarata jagung
mencapai 4,65 pada SL; LL 5,64, dan non-SL 3,82 t/ha .
Diperlukan pendampingan yang intensif untuk lebih menambah pengetahuan, keterampilan, dan semangat petani. Untuk mencapai potensi hasil yang diharapkan, petak-petak percontohan (LL) dan kegiatan BPTP dalam skala Demfarm perlu diperbanyak di berbagai lokasi agar petani dapat melihat dengan jelas hasil inovasi teknologi melalui petak percontohan tersebut. Meskipun masih ditemui beberapa permasalahan,
namun
dengan
pendekatan
SL-PTT
sudah
terbukti
dapat
memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap produksi pangan nasional.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
26
V. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2006. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Jeneponto Tahun 2006 -2026. Jeneponto Anonim , 2006. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Jeneponto. Tahun 2006-2008. Jeneponto. Badan Litbang Pertanian, 2007. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah.. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, 40 Hal. Badan Litbang Pertanian, 2009. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah.. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, 21 Hal. Balitpa, 2004. Inovasi Teknologi Untuk Peningkatan Produksi Padi dan Kesejakhteraan Petani. Balai Penelitian Padi, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. BPS, 2009. Jeneponto Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Jeneponto. BPTP Sulawesi Selatan, 2010. Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan Sekolah Lapangan Terpadu (SL-PTT). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 9 Hal. Departemen Pertanian, 2008. Panduan Pelaksanaan SL-PTT Jagung. Depatemen Pertanian. Hermanto, Didik, S.W., dan Edi, H., 2009. Deskripsi Varietas Unggul Padi 1949 – 2009. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 220 Hal.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
27