PENDAMPINGAN PROGRAM STRATEGIS KEMENTERIAN PERTANIAN DI KABUPATEN JENEPONTO Basir Nappu, dkk ABSTRAK
Pendampingan Program
SL-PTT di Kabupaten Jeneponto 2010.
Dalam upaya pengembangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) secara nasional, Kementerian Pertanian meluncurkan program Sekolah Lapang (SL) PTT padi, jagung, dan kedelai. Tujuan dari pelaksanaan SL-PTT : (1) mempercepat penyebaran teknologi PTT dari peneliti ke petani peserta dan diharapkan terjadi difusi secara alamiah dari alumni SL-PTT kepada petani di sekitarnya; (2) mempercepat pengembangan varietas unggul yang mampu meningkatkan produksi, produktivitas, dan mutu hasil serta mewujudkan pengembangan sistem perbenihan dan produksi tanaman pangan; (3) petani diharapkan terpanggil dan bertanggung jawab untuk bersama-sama meningkatkan produksi dalam upaya mewujudkan swa-sembada pangan. Kegiatan SL-PTT dilaksanakan d kabupaten Jeneponto mencakup SL-PTT Padi, Jagung, dan Kedelai pada musim tanam (MT) April – Agustus 2010, berlangsung mulai bulan Januari sampai Desember 2010. Kegiatan ini berdasarkan pendekatan “Pendampingan dan Pengawalan Teknologi” terutama melalui kegiatan Demonstrasi Plot (Demplot) varietas unggul baru (VUB), penyebaran bahan informasi inovasi teknologi, dan sebagai narasumber pada pelatihan dan pertemuan kelompok. Sebaran lokasi pendampingan SL-PTT di kabupaten Jeneponto terdiri atas 150 lokasi padi dengan demplot 54 unit; 84 lokasi jagung dengan demplot 16 unit; dan 12 lokasi kedelai dengan demplot 4 unit. Berdasarkan hasil evaluasi produktivitas rata-rata yang dicapai untuk padi, yakni: 5,51; 4,70; dan 4,67 t/ha masing-masing pada LL; SL; dan non-SL. Produktivitas rata-rata untuk jagung berturut-turut yakni: 5,04; 4,65; dan 2,46 t/ha masing-masing pada LL; SL; dan non-SL. Sedangkan produktivitas rata-rata untuk kedelai yakni: 1,31; 0,93; dan 0,70 t/ha masing-masing pada LL; SL; dan non-SL. Dari hasil pengujian VUB padi pada lokasi demplot ternyata varietas Inpari-4 unggul di setiap lokasi dengan tingkat produktivitas mencapai > 6 t/ha. Sedangkan varietas Inpari-3 dan Ciherang produktivitasnya masing-masing > 5 t/ha dan > 4 t/ha. Namun jika dibandingkan dengan varietas Membramo yang eksisting di setiap lokasi produktivitasnya hanya mencapai 2 - 3 t/ha. Varietas Inpari-3 dan Inpari-4 selain produktivitasnya cukup tinggi, daya adaptasinya juga tinggi. Pada jagung, varietas-varietas yang diuji ternyata memperlihatkan bahwa varietas Bima-5 unggul pada 2 kecamatan yaitu di kecamatan Kelara dan Batang, produktivitasnya dapat mencapai > 6/ha, sedangkan varietas Bima-2, dan Bima-3 masing-masing 5,0 dan 5,3 t/ha. Di kecamatan Arungkeke, varietas Bima-4 lebih unggul mencapai 5,95 t/ha, sementara varietas Bima-5 hanya 4,68 t/ha. Sebagai pembanding, varietas Bisi-2 yang eksisting di setiap lokasi hanya menghasilkan 3,4 – 4 t/ha. Tingkat adaptabilitas semua varietas jagung adalah cukup tinggi pada setiap lokasi. Untuk pengujian kedelai, tampaknya hanya varietas Gopek Kuning yang memiliki daya tumbuh dan adaptabilitas yang cukup tinggi. Varietas lainnya yaitu Panderman, Grobogan, dan Burangrang daya adaptasinya rendah.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
1
Kata Kunci : SL-PTT, Pendampingan, Varietas, Produktivitas
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah bertekad mempercepat upaya peningkatan produksi padi, jagung, dan kedelai nasional untuk memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat, seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk setiap tahun. Hal ini diimplementasikan melalui program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN), yang ditargetkan mampu meningkatkankan produksi beras 5% setiap tahun (Deptan, 2008). Produktivitas jagung nasional baru mencapai 3,60 t/ha, sementara di tingkat penelitian mampu mencapai 5,0 -10,0 t/ha. Demikian pula produktivitas nasional kedelai baru mencapai 1,3 t/ha, sedangkan di tingkat penelitian sudah mencapai 1,7 – 3,2 t/ha, bergantung pada kondisi lahan dan teknologi yang diterapkan. Angka-angka ini menunjukkan bahwa produksi pangan di tingkat petani masih bisa dinaikkan melalui inovasi teknologi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian telah menghasilkan beberapa inovasi teknologi yang mampu meningkatan produktivitas tanaman pangan, diantaranya varietas unggul. Varietas unggul ini merupakan salah satu teknologi yang berperan penting dalam peningkatan kuantitas dan kualitas produk pertanian (Badan Litbang, 2007). Keberhasilan desiminasi teknologi varietas unggul ditentukan antara lain oleh kemampuan industri benih untuk memasok benih hingga ke petani. Oleh karena itu, sistem perbenihan yang tangguh (produktif, efisien berdaya saing, dan berkelanjutan) sangat diperlukan untuk mendukung upaya peningkatan produksi dan mutu produk pertanian. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, Badan Litbang Pertanian juga telah menghasilkan dan mengembangkan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) yang ternyata mampu meningkatkan produktivitas tanaman pangan dan efisiensi input produksi. Dalam upaya pengembangan PTT secara nasional, Departemen Pertanian meluncurkan program Sekolah Lapang (SL) PTT padi, jagung, dan kedelai. Potensi komoditas pertanian termasuk cukup besar untuk dikembangkan, dan ditingkatkan pemanfaatannya melalui implementasi teknologi dan optimalisasi pemanfaatan sumberdaya lahan. Baik melalui peningkatan produktivitas maupun pemasaran hasil secara profesional. Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam peningkatan produksi adalah: (1) belum semua varietas unggul yang dilepas dapat diadopsi petani; (2) ketersediaan benih belum
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
2
dapat terpenuhi secara tepat (varietas, mutu, jumlah, waktu, lokasi, dan harga); (3) belum optimalnya kinerja lembaga produksi dan pengawasan mutu benih; dan (4) belum semua petani menggunakan benih unggul bermutu/bersertifikat (Badan Litbang, 2007). Komoditas yang dapat dikembangkan di kabupaten Jeneponto antara lain padi, jagung, dan kedelai; a) Padi, meskipun komoditas padi tidak termasuk sebagai komoditas andalan, tetapi masih menjadi komoditas yang diminati oleh sebagaian besar masyarakat tani di kabupaten Jeneponto.
Rata-rata luas panen dan produktivitas tanaman padi sawah selama
lima tahun terkhir, masing-masing adalah 16.642,60 ha dan 48,15 ku/ha; b) Jagung, termasuk komoditas andalan selama lima tahun terakhir rata-rata luas panen dan produktivitas tanaman jagung masing-masing 38.314,60 ha dan 35,25 ku/ha; c) Kacang tanah dan kedelai, merupakan salah satu jenis tanaman pangan yang potensial untuk dikembangkan di kabupaten Jeneponto. Rata-rata luas panen dan produktivitas kacang tanah selama lima tahun terakhir masing-masing 409,60 ha dan 14,44
ku/ha, sedangkan
perkembangan produktivitas kedelai selama lima
tahun terakhir sekitar 2,37% per tahun (Anonim, 2008).
Permasalahan produktivitas,
penyediaan benih unggul bermutu, dan implementasi teknologi menjadi dasar pertimbangan dalam pelaksanaan kegiatan pendampingan di kabupaten Jeneponto. 1.2 Tujuan a. Mempercepat penyebaran teknologi PTT dari peneliti ke petani peserta dan diharapkan terjadi difusi secara alamiah dari alumni SL-PTT kepada petani disekitanya. b. Mempercepat pengembangan varietas unggul yang mampu meningkatkan
produksi,
produktivitas, dan mutu hasil serta mewujudkan pengembangan sistem perbenihan dan produksi tanaman pangan. c. Petani diharapkan terpanggil dan bertanggung jawab untuk bersama-sama meningkatkan produksi dalam upaya mewujudkan swasembada pangan. 1.3 Perkiraan Keluaran a. Terjadinya penyebar-luasan teknologi PTT dan difusi secara alamiah dari alumni SL-PTT kepada petani di sekitarnya. b. Berkembangnya penggunaan VUB tanaman pangan yang sesuai dengan preferensi konsumen/masyarakat.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
3
c. Terjadinya peningkatan produksi dan terwujudnya swasembada
pangan secara
nasional. II. PROSEDUR PELAKSANAAN 2.1 Ruang Lingkup Persiapan, kegiatan dalam persiapan SL-PTT adalah pemilihan desa, hamparan lahan dan kelompok tani, pendatataan calon petani dan calon lahan, kemudian dilakukan pemilihan petani peserta, pemilihan lokasi dan areal laboratorium lapang (LL) untuk proses pembelajaran seluas 1 ha, bahan alat belajar, materi, dan waktu belajar. Kegiatan persiapan ini dilakukan dalam pertemuan di masing-masing desa dan kelompok tani. 2.2 Tahapan Pelaksanaan Pertemuan di tingkat desa dan kecamatan, pertemuan di tingkat kelompok tani, dan konsultasi/diskusi dengan Dinas Pertanian :
disepakati bahwa lokasi SL-PTT dipilih
berdasarkan: 1) Produktivitasnya rendah dan masih berpotensi untuk ditingkatkan serta petaninya responsif terhadap teknologi; 2) Sebaiknya berada dalam satu hamparan yang strategis dan mudah dijangkau; 3) Lokasi yang dipilih bukan daerah endemis hama dan penyakit, bebas dari bencana kekeringan, kebanjiran dan sengketa. Sedangkan letak petak LL seluas 1 ha seyogyanya
LL diletakkan di bagian pinggir, sering dilewati, dan mudah dijangkau
dengan harapan mudah dilihat dan ditiru oleh petani di luar SL-PTT. Demikian pula dengan penempatan demplot kegiatan diletakkan di bagian pinggir agar mudah diakses oleh petani. Kegiatan pendampingan SL-PTT dilaksanakan di kabupaten Jeneponto, berlangsung mulai bulan Januari sampai Desember 2010.
Proses pemilihan atau perakitan teknologi
didasarkan pada hasil analisis potensi, kendala, dan peluang atau PRA (Participatory Rural Appraisal). Kegiatan
PRA
dilakukan oleh peneliti, penyuluh dan petani
peserta,
agar
komponen teknologi yang dipilih sesuai dengan kebutuhan setempat. Dalam Tahun Anggaran 2010 di kabupaten Jeneponto dialokasikan 150 unit pendampingan, 54 unit demplot padi, 16 unit demplot jagung, dan 4 unit demplot kedelai. Satu unit SL-PTT padi in-brida dilaksanakan pada hamparan lahan sawah seluas 25 ha, 24 ha di antaranya untuk SL-PTT, 1 ha untuk Laboratorium Lapang (LL), dan 0,25 ha demplot padi inbrida. Untuk padi hibrida, satu unit SL-PTT dilaksanakan pada lahan sawah seluas 15 ha.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
4
Sedangkan satu unit SL-PTT jagung dilaksanakan pada hamparan lahan seluas 15 ha, 14 ha di antaranya untuk SL-PTT, 1 ha untuk LL, dan 0,15 ha demplot jagung. Selanjutnya satu unit SL-PTT kedelai dilaksanakan pada hamparan lahan seluas 10 ha, 9 ha di antaranya untuk SLPTT, 1 ha LL, dan 0,10 ha demplot kedelai.
Strategi ini diharapkan dapat memperluas
penyebaran PTT yang akan berdampak terhadap percepatan implementasi program Nasional.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Sebaran Lokasi Pendampingan Jumlah unit pendampingan SL-PTT komoditas padi di kabupaten Jeneponto sebanyak 150 lokasi dengan demplot 54 unit, lokasi tersebut tersebar pada 11 kecamatan 72 desa. Demkian pula komoditas jagung teridiri dari 84 lokasi pendampingan dengan 16 lokasi demplot yang tersebar pada 11 kecamatan 75 desa. Sedangkan komoditas kedelai berjumlah 12 lokasi pendampingan dengan 4 demplot, lokasi kedelai hanya 1 kecamatan dan 1 desa. Dengan demikian sebaran lokasi pendampingan SL-PTT di kabupaten Jeneponto berjumlah 246 lokasi dengan 74 demplot.
Sebaran lokasi pendampingan SL-PTT di kabupaten Jeneponto dapat
dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Sebaran Lokasi Pendampingan SL-PTT di Kab. Jeneponto No/Komoditas
Kecamatan
Lokasi SL-PTT
Sasaran
Pendampingan
(60%) I. Padi
I. Bangkala Barat
II. Tamalatea
III. Batang
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
1. Barana 2. Beroangin 3. Bulujaya 4. Banrimanurung 5. Tuju 1. Bangkala-Bangkala 2. Bontotangnga 3. Manjangloe 4.Turatea 5. Tonrokassi Timur 6. Tonrokassi Barat 7. Karelayu 8. Tamanroya 1. Togo-Togo 2. Bungeng 3. Bontoraya 4. Maccini Baji
1. 2. 3. 4.
Togo-Togo Bontoraya Maccini Baji Camba-Camba 5
IV. Kelara
V. Arungkeke
VI. Rumbia
VII. Taroang VIII. Turatea
IX. Binamu
X. Bangkala
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
5. Camba-Camba 6. Kaluku
5. Kaluku
1. Tolo Kota 2. Tolo Utara 3. Tolo Barat 4. Tolo Selatan 5. Bonto Lebang 1. Bulo-Bulo 2. Arungkeke 3. Rappo-Rappo 4. Kampala 5. Boronglamu 6. Palajau 7. Kalumpangloe 8. Balangloe 1. Rumbia 2. Lebangmanai 3. Lebangmanai Utara 4. Bonto Tiro 5. Bontocini 6. Kassi 1. Tino 2. Bontorappo 3. Tarowang 1. Bontomate’ne 2. Bungungloe 3. Langkura 4. Paitana 5. Kayuloe Barat 1. Empoang Utara 2. Monro-Monro 3. Sidenre 4. Empoang 5. Panaikang 6. Pabiringa 7. Biringkassi 8. Balang Baru 9. Sapanang 10. Empoang Selatan 11. Balang 12. Bontoa 1. Benteng 2. Pallengu 3. Kapita 4. Marayoka 5. Bontomanai 6. Pallantikang
1. 2. 3. 4.
Tolo Tolo Tolo Tolo
1. 2. 3. 4. 5.
Arungkeke Rappo-Rappo Kampala Palajau Balangloe
1. 2. 3. 4.
Rumbia Lebangmanai Lebangmanai Utara Bontotiro
Kota Utara Barat Selatan
1. Bontorappo 2. Taroang 1. 2. 3. 4.
Bontomate’ne Bungungloe Langkura Paitana
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Sidenre Empoang Panaikang Balang Baru Sapanang Empoang Selatan Balamg Bontoa
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Benteng Pallengu Kapita Marayoka Pallantikang Kalimporo
6
XI. Bontoramba
II. Jagung
I. Turatea
II. Binamu
III. Tamalatea IV. Batang
V. Tarowang
VI. Arungkeke
VII. Kelara
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
7. 8. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3.
Kalimporo Gunung Silanu Lentu Balumbungan Batu Jala Maero Bontoramba Kareloe Bangkalaloe Datara Kayuloe Barat Bontomate’ne Kayuloe Timur Pa’rasangang Baru Bungungloe Bululoe Langkara Balang Toa Sidenre Sapanang Bontoa Balang Toa Biringkassi Bonto Tangnga Tonrokassi Barat Bontojai Togo-Togo Botoraya Kaluku Maccinibaji Bungeng Camba-Camba Pao Bontorappo Balang Baru Camba Lompoa Bontomasugi Allu Taroang Tarowang Tino Bulo-Bulo Boronglamu Kalumpangloe Arungkeke Arungkeke Pallanti Tolo Utara Tolo Timur Tolo Barat
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Lentu Balumbungan Batu Jala Maero Kareloe Datara
1. Kayuloe Barat 2. Bontomate’ne 3.Kayuloe Timur 4.Bungungloe 5. Bululoe 1. 2. 3. 4.
Sidenre Sapanang Bontoa Biringkassi
1. Bontotangnga 2. Bontojai 1. 2. 3. 4.
Togo-Togo Botoraya Kaluku Camba-Camba
1. 2. 3. 4.
Pao Bontorappo Balang Baru Camba Lompoa
1. Kalumpangloe 2. Arungkeke
1. Tolo Utara 2. Tolo Barat 3. Tolo Selatan 7
VIII. Rumbia
IX. Bangkala
X. Bangkala Barat
XI. Bontoramba
III. Kedelai
Tamalatea
4. 5. 6. 7. 8. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Tolo Selatan Tolo Bontonompo Samataring Bontolebang Pa’borongan Pallantikang Palolli Leabang Manai utara Lebang Manai Bontocini Bontomanai Bonto Tiro
4. Bontolebang
1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4. 1.
Kapita Tombo-Tombolo Marayoka Bontomanai Mallasaro Beroangin Bulujaya Pattiro Barana Pappaluang Batu Jala Baraya Bangkalaloe Bulosibatang Maero
1. Kapita 2. Tombo-Tombolo
1. 2. 3. 4.
Leabang Manai utara Lebang Manai Bontocini Bontomanai
1. Beroangin 2. Bulujaya 3. Pattiro 1. 2. 3. 4. 1.
Batu Jala Baraya Bangkalaloe Bulosibatang Maero
3.2. Hasil Koordinasi di Tingkat Internal Pemda Proses koordinasi dalam pendapingan SL-PTT berlangsung secara periodik, pertemuan dilakukan beberapa minggu sebelum tanam untuk melihat potensi, kendala, dan peluang melalui pelaksanaan PRA. Pertemuan berikutnya dilakukan pada saat pengolahan tanah, pembuatan pesemaian, pemupukan, pengairan, dan pada saat tanaman dalam fase anakan maksimum, primordial bunting, berbunga, pengisian bulir, panen dan pasca panen. Adakalanya diperlukan pertemuan nonreguler jika ada masalah yang mendesak untuk dipecahkan, seperti terjadinya perubahan iklim atau adanya serangan hama dan penyakit tanaman. Kinerja koordinasi pendampingan dapat dilihat dalam Tabel 2.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
8
Tabel 2. Kinerja Koordinasi Pendampingan No.
Kecamatan
Komponen Penilaian Kinerja Koordinasi (skor 1-3)*)
A**)
B**)
C**)
Nilai
1.
Bangkala Barat
2
2
2
6
2.
Tamalatea
2
2
2
6
3.
Batang
2
2
2
6
4.
Kelara
3
2
2
7
5.
Arungkeke
2
2
2
6
6.
Rumbia
3
2
2
7
7.
Taroang
1
2
2
5
8.
Turatea
3
2
2
7
9.
Binamu
1
2
2
5
10.
Bangkala
1
2
2
5
11.
Bontoramba
1
2
2
5
Faktor Kendala
*) Skor penilaian 1= kurang, 2= baik, 3= sangat baik **) A = Kelengkapan legalitas keterlibatan institusi B = Berfungsinya institusi yang terlibat sesuai fungsi yang telah disepakati bersama C = Sinergi pelaksana di lapangan
Pada Tabel 2 dapat dilihat hasil koordinasi di tingkat internal pemda,
kabupaten
Jeneponto bahwa sinergitas pelaksanaan SL-PTT di lapangan sudah berjalan dengan baik. Dari 11 kecamatan hanya ada 4 kecamatan yang memiliki nilai 5 yaitu Taroang, Binamu, Bangkala, dan Bontoramba.
Sedangkan, kecamatan lainnya koordinasinya sudah baik bahkan sangat
baik. 3.3 Pelaksanaan Pendampingan Inovasi Teknologi 3.3.1 Efektifitas Demplot Lahan yang digunakan untuk PTT atau areal SL-PTT adalah lahan milik petani. Satu unit areal SL-PTT terdiri atas 15-25 ha lahan petani peserta SL-PTT.
Untuk setiap unit areal SL-
PTT dipilih lahan seluas 1 ha untuk LL, dan ada areal percontohan (demplot) seluas 0,10-0,25 ha. Untuk LL dan demplot disediakan bantuan sarana produksi berupa benih unggul bermutu, pupuk Urea, NPK, dan pupuk organik. Bagi petani di areal SL-PTT hanya diberikan
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
9
bantuan berupa benih unggul bermutu. Keberadaan LL (laboratorium lapang) dan demplot diharapkan dapat mempercepat alih teknologi melalui interaksi antara petani peserta SL-PTT dengan petani non-peserta SL-PTT. Keragaan pelaksanaan demplot inovasi PTT di kabupaten Jeneponto dapat dilihat pada Tabel 3. Pada Tabel 3 memuat keragaan demplot inovasi PTT dan jenis inovasi teknologi yang diintroduksikan. Ada 3 varietas unggul baru (VUB) padi yakni: Inpari-3, Inpari-4, dan varietas Ciherang.
Sedangkan, jagung ada 4
varietas yaitu Bima-2, Bima-3, Bima-4, dan Bima-5.
Selanjutnya, kedelai terdiri dari 4 varietas yaitu Gopek Kuning, Burangrang, Grobogan, dan Panderman. Selain varietas, diintroduksikan pula pemupukan berimbang. Efektifitas demplot dapat dilihat dari jumlah petani yang mengunjungi demplot, seperti tampak pada Tabel 3 dan 4. Tabel 3. Keragaan Pelaksanaan Demplot Inovasi PTT di Kab. Jeneponto No./Komoditas
Lokasi Demplot
Jenis Inovasi Teknologi
Luas Demplot (ha)
I. Padi
II. Jagung
III. Kedelai
Kec. Rumbia 1. Lebang Manai 1. Varietas Unggul Baru Utara 2. Pemupukan NPK Kec. Kelara 1. Tolo Barat 1. Varietas Unggul Baru 2. Pemupukan NPK Kec. Turatea 1. Paitana 1. Varietas Unggul Baru 2. Langkura 2. Pemupukan NPK 3. Bontomate’ne 4. Bungungloe Kec. Batang 1. Kaluku 1. Varietas Unggul Baru 2. Camba-Camba 2. Pemupukan NPK Kec. Rumbia 1. Lebang Manai 1. Varietas Unggul Baru Utara 2. Pemupukan NPK Kec. Kelara 1. Tolo Utara 1. Varietas Unggul Baru 2. Tolo Selatan 2. Pemupukan NPK Kec. Batang 1. Togo-Togo 1. Varietas Unggul Baru 2. Kaluku 2. Pemupukan NPK 3. Bontoraya Kec. Arungkeke 1. Kalumpangloe 1. Varietas Unggul Baru 2. Pemupukan NPK Kec. Tamalatea
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
1,0 1,0 8,50
3,25 0,60 0,75 0,75
Jumlah
Petani
yang berkunjung (Orang)
18 14 12 16 19 11 22 19 11 12 20 13 12 19 17 19 19
0,30 0,40
21 18 22
10
1. Maero
1. Varietas Unggul Baru 2. Pemupukan NPK
15
Tabel 4. Keragaan Efektifitas Demplot Inovasi PTT di Kab. Jeneponto No.
Lokasi Demplot
Jumlah Petani yang Berkunjung
Jumlah Petani yg Menyatakan tdk berminat (orang)
(orang)
I. 1. II. 1. III. 1. 2. 3. 4. IV. 1. 2. V. 1. VI. 1. 2. VII. 1. 2. 3. VIII. IX
Kec. Rumbia Lebang Manai Utara Kec. Kelara Tolo Barat Kec. Turatea Paitana Langkura Bontomate’ne Bungungloe Kec. Batang Kaluku Camba-Camba Kec. Rumbia Lebang Manai Utara Kec. Kelara Tolo Utara Tolo Selatan Kec. Batang 1. Togo-Togo 2. Kaluku 3. Bontoraya Kec. Arungkeke 1. Kalumpang Loe Kec. Tamalatea 1. Maero
Permasalahan
Efektifitas Demplot Jumlah petani yg berminat tapi belum ada kepastian akan Menggunakan (orang)
Jumlah petani yang berminat dan akan melaksanakan (orang)
32
-
30
2
-
38
3
4
31
-
41 24 22 18
3 2 2 -
19 5 3 16
19 17 17 2
-
26 24
4 2
8 8
14 14
-
28
6
11
11
-
36 37
5 8
13 12
18 17
-
25 23 24
3 3 2
11 13 12
11 7 20
-
22
2
8
12
-
19
3
6
10
-
Di kecamatan Rumbia efektifitas demplot dapat dilihat dari jumlah petani yang menyatakan berminat dan akan melaksanakan penanaman kembali terutama pada Varietas Unggul Baru padi, khususnya varietas Inpari-4. Sedangkan, di kecamatan Kelara petani pada umumnya menyukai jagung varietas Bima-5. Pada umumnya petani tertarik dengan inovasi teknologi pemupukan berimbang, sangat berminat, dan akan melaksanakan cara pemupukan seperti yang dicontohkan pada demplot.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Di kecamatan Turatea misalnya, terdapat 41 petani
11
yang berkunjung dan 19 petani berminat untuk melaksanakan. Demikian pula di kecamatan Kelara ada 73 petani yang berkunjung dan 35 orang petani yang akan melaksanakan.
3.3.2. Uji Varietas Unggul Baru (VUB) Salah satu faktor penyebab rendahnya produktivitas tanaman adalah masih terbatasnya penggunaan benih bermutu di tingkat petani, meskipun ada kecenderungan terjadi peningkatan penggunaan benih bermutu setiap tahun. Hal ini antara lain disebabkan masih mahalnya harga benih bermutu, terbatasnya stok benih pada saat dibutuhkan petani. Keengganan petani menjadi penangkar benih (terutama padi) karena biaya produksinya lebih tinggi sementara harga jualnya hampir sama dengan harga gabah untuk konsumsi. Petani lebih senang menggunakan benih yang mereka produksi sendiri atau dari sesama petani karena tingkat kepercayaannya lebih tinggi. Sementara benih yang dihasilkan dari pengusaha benih seringkali tidak sesuai dengan labelnya, misalnya tingkat kemurnian dan daya tumbuhnya. Benih yang secara morfologis kelihatan bersih dan mempunyai bentuk yang baik, belum menjamin benih tersebut telah bermutu atau sehat. Karena itu, peserta SL-PTT diharapkan dapat memahami konsep, prinsip, dan implentasi teknologi PTT secara benar, sehingga uji varietas yang dilakukan dapat menarik perhatian petani. Keragaan hasil pelaksanaan uji varietas unggul baru padi, varietas jagung, dan beberapa varietas kedelai dapat dilihat pada Tabel 5. Dari hasil pengujian varietas unggul baru padi pada lokasi demplot ternyata Inpari-4 unggul di setiap lokasi dengan capaian produktivitas > 6 t/ha. Sedangkan varietas Inpari-3 dan Ciherang produktivitasnya masing-masing > 5 t/ha dan > 4 t/ha.
Jika dibandingkan dengan varietas yang telah eksisting di setiap lokasi, Membramo
produktivitasnya hanya sekitar
2 - 3 t/ha.
Varietas Inpari-3 dan Inpari-4 selain
produktivitasnya cukup tinggi, daya adaptasinya juga luas. Pada pengujian varietas jagung, ternyata varietas Bima-5 unggul pada 2 kecamatan yaitu di kecamatan Kelara dan Batang, produktivitasnya dapat mencapai > 6 t/ha, sedangkan varietas Bima-2, dan Bima-3 masing-masing
5,0 dan 5,3 t/ha.
varietas Bima-4 memperlihatkan keunggulan dengan produktivitas Bima-5 hanya mencapai 4,68
t/ha.
Di kecamatan Arungkeke, 5,95
t/ha,
sementara
Varietas Bisi-2 yang eksisting di setiap lokasi hanya
mencapai 3,4 – 4 t/ha. Tingkat adaptabilitas semua varietas jagung cukup tinggi pada setiap
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
12
lokasi. Sedangkan, hasil pengujian kedelai menunjukkan bahwa hanya varietas Gopek Kuning yang memiliki daya tumbuh dan adaptabilitas yang relatif tinggi.
Sebaliknya, varietas lainnya
yaitu Panderman, Grobogan, dan Burangrang memiliki daya adaptasi yang rendah. Tabel 5. Keragaan Hasil Pelaksanaan Uji Varietas Unggul Baru (VUB No.
Nama Lokasi Uji VUB
Agroekosistem
Varietas Unggul Baru Jenis VUB
Produkvit
Varietas Pembanding (eksisting)
Tingkat Adaptabilitas (tinggi, sedang, rendah) Tinggi Tinggi Sedang Sedang Tinggi Sedang Sedang Tinggi Tinggi
as (t/ha) I. 1. II. 1.
Kec. Rumbia Lebang Manai Utara Kec. Kelara Tolo Barat
III. 1. 2. 3. 4. IV. 1. 2. V. 1.
Kec. Turatea Paitana Langkura Bontomate’ne Bungungloe Kec. Batang Kaluku Camba-Camba Kec. Rumbia Lebang Manai Utara
LKIK
VI. 1. 2.
Kec. Kelara Tolo Utara Tolo Selatan
LKIK
VII 1. 2. 3. VIII .
Kec. Batang Togo-Togo Kaluku Bontoraya Kec. Arungkeke Kalumpangloe
LKIK
IX
Kec. Tamalatea 1. Maero
LKIK
LKIB LKIK
LKIK LKIK
LKIK
Inpari-3 Inpari-4 Ciherang Inpari-3 Inpari-4 Ciherang Inpari-3 Inpari-4 Ciherang
5,28 6,03 4,53 5,75 6,53 4,90 5,74 6,74 5,06
Membramo
Inpari-3 Inpari-4 Ciherang Bima-2 Bima-3 Bima-4 Bima-5 Bima-2 Bima-3 Bima-4 Bima-5 Bima-2 Bima-3 Bima-4 Bima-5 Bima-2 Bima-3 Bima-4 Bima-5 Gopek Kuning Panderman Grobogan Burangrang
5,53 6,01 5,03 5,35 5,10 4,90 5,56 5,55 6,80 6,60 5,65 5,25 5,40 6,13 5,63 5,95 4,68 0,80 0,31 0,40 0,31
Membramo
Membramo Membramo
Bisi-2
Bisi-2
Bisi-2
Bisi-2
Wilis Orba
Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Rendah Rendah Rendah
Ket. : LKIB = Lahan Kering Iklim Basah LKIK = Lahan Kering Iklim Kering
3.3.3 Dukungan Perbenihan Per Komoditas Di Sulawesi Selatan, penggunaan benih bermutu mengalami peningkatan. Berdasarkan data BPSBTPH IV penggunaan benih bersertifikat atau bermutu di Sulawesi Selatan baru www.sulsel.litbang.deptan.go.id
13
mencapai
20 % tahun 2000 dan
meningkat hingga 55 % tahun 2007. Hal ini terutama
disebabkan oleh kebijakan pemerintah dengan bantuan benih gratis, baik untuk pengembangan padi maupun jagung (Distan Sulsel, 2008). Akan tetapi jika tidak ditunjang oleh suatu sistem perbenihan yang baik, program ini dikuatirkan tidak akan berkelanjutan. Untuk mendukung pengembangan benih bermutu di Sulawesi Selatan, diperlukan berbagai upaya baik yang bersifat teknis maupun kelembagaan agar terbentuk suatu system penyediaan benih yang mantap dan berkelanjutan. Hal ini hanya dapat terwujud jika semua pihak yang terlibat dalam sistem tersebut memperoleh keuntungan. Kondisi demikian diharapkan petani mempunyai akses yang luas dalam memperoleh benih bermutu untuk kepentingan usahataninya dengan harga terjangkau, tepat waktu, dan jumlah yang cukup. Dukungan perbenihan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Dukungan Perbenihan Nama Varietas No. Kecamatan
Jumlah Benih (kg)
Kebutuhann Tersedia Dibutuhkan Tersedia Baik
I.
PADI
1.
Binamu
28,440
1,575
28,440
1,575
2.
Turatea
61,695
2,925
61,695
2,925
3.
Tamalatea
10,935
2,250
10,935
2,250
4.
Bontoramba
35,625
4,500
35,625
4,500
5.
Batang
12,495
2,250
12,495
2,250
6.
Tarowang
11,445
1,575
11,445
1,575
7.
Arungkeke
12,825
3,825
12,825
3,825
8.
Kelara
12,462
3,600
12,462
3,600
9.
Rumbia
30,120
3,825
30,120
3,825
10.
Bangkala
22,065
2,250
22,065
2,250
11.
Bangkala Barat
48,690
2,925
48,690
2,925
TOTAL
286,797
31,500
286,797
31,500
II.
Mutu Benih
JAGUNG
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Buruk
Ket Varietas
Baik
Membramo
Baik
Bisi-2
14
1.
Binamu
44,895
10,000
44,895
10,000
2.
Turatea
51,570
23,750
51,570
23,750
3.
Tamalatea
52,590
6,250
52,590
6,250
4.
Bont Ramba
90,345
13,125
90,345
13,125
5.
Batang
18,480
15,000
18,480
15,000
6.
Tarowang
70,545
4,375
70,545
4,375
7.
Arungkeke
27,529
10,000
27,529
10,000
8.
Kelara
78,870
7,500
78,870
7,500
9.
Rumbia
79,350
12,500
79,350
12,500
10.
Bangkala
88,650
10,000
88,650
10,000
11.
Bangkala Barat
118,485
12,500
118,485
12,500
TOTAL
721,309
125,000
721,309
125,000
III.
KEDELAI
1.
Tamalatea
2.
Baik 27,125
2,000
27,125
2,000
BontoRamba 6,335
2,800
6,335
2,800
3.
Bangkala
18,375
2,000
18,375
2,000
4.
Bangkala Barat
12,530
1,200
12,530
1,200
64,365
8,000
64,365
8,000
Orba,Wilis
Ketersediaan benih bermutu di Sulawesi Selatan pada umumnya dan kabupaten Jeneponto pada khususnya masih jauh dari yang diharapkan.
3.3.4. Efektifitas Pelatihan Teknis
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
15
Proses belajar pada SL-PTT berawal dari kegiatan yang kemudian memberikan pengalaman pribadi, mengungkapkan pengalaman tersebut, menganalisis masalah yang terjadi, dan menyimpulkan hasil kegiatan. Kalau petani peserta SL-PTT telah merasakan dampak positif dari teknologi yang diterapakan, baik dari aspek materi maupun non-materi, maka mereka akan menerapkan teknologi itu kembali pada musim beriktunya. Sesuai dengan motto petani SL-PTT “mendengar, saya lupa; melihat, saya ingat; melakukan, saya paham; menemukan sendiri, saya kuasai”, maka setiap kegiatan yang dilakukan sendiri akan memberikan pengalaman yang berharga. Oleh karena itu, petani dituntut untuk mampu menganalisis kegiatan yang telah dilakukan, kemudian menyimpulkan dan menindaklanjutinya. Kesimpulan yang telah dibuat merupakan dasar dalam melakukan perubahan atau pengembangan teknologi. Tabel 7. Efektifitas Pelatihan Teknis Sasaran Peserta Pelatihan Tingkat Pelanyelenggaraan Pelatihan A. Tingkat Propinsi (PL I)
Topik / Materi Pelatihan
Asal Institusi
Juklak SL-PTT
Penyuluh Pertanian,
Materi SL-PTT Jagung
Distan, BPTP
Jumlah Peserta
Jumlah Peserta Pelatihan yang menjadi narasumber di wilayah kerjanya
60
-
30
8
Materi SL-PTT Padi Materi SL-PTT Kedelai Materi SL-PTT Jagung Cara
Praktis
Membuat
Kompos B. Tingkat Kab (PL II)
Pemahaman
dan
Pemandu Lapang II,
Implementasi
SL-PTT
Penyuluh Pertanian,
Padi, Jagung, Kedelai dan
POPT, PBT tingkat
Kacang
kabupaten
Tanah.
Filosofi
dan dinamika PTT, Benih dan
VUB
Pengelolaan
Padi, Hara
dan
Pemupukan, ImplementasiPengendalian OPT, Dinamika Kelompok, Teknologi
Penanganan
Pasca Panen, Teknologi Hemat
Air,
Mekanisme
Pelaksanaan SL-PTT
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
16
Dalam pelaksanaan SL-PTT dilakukan pelatihan secara berjenjang, mulai dari Pemandu Lapang I (PL- I) di tingkat Propinsi, PL- II di tingkat kabupaten, hingga pemandu lapang yang terdiri atas penyuluh pertanian, POPT, dan PBT di tingkat kecamatan/desa. Pelatihan bagi PLI diprakarsai oleh Balit Komoditas, kemudian pelatihan PL- II diselenggarakan oleh PL- I di tingkat Propinsi. Sedangkan, pelatihan penyebarluasan pemandu lapang diselenggarakan oleh PL- II di tingkat kabupaten, serta pelatihan dan bimbingan kepada petani diselenggarakan oleh pemandu lapang. Pada Tabel 7 di atas dapat dilihat efektivitas pelatihan teknis yang dilakukan, seperti pelatihan pada tingkat kabupaten, materi pemahaman dan implementasi SL-PTT jagung, padi, dan kedelai telah dilakukan dan jumlah peserta pelatihan yang menjadi narasumber di wilayah kerjanya
ada 8 orang. Hal ini menunjukkan bahwa peserta sangat
antusias mengikuti pelatihan tersebut. 3.3.5 Efektifitas Penyebarluasan Inovasi Melalui Media Cetak dan Elektronik Tabel 8. Efektifitas penyebarluasan inovasi (leaflet) No.
1.
Judul Materi Leaflet
Teknologi Budidaya Padi
Jumlah Eksemplar 100
Jumlah Inovasi yang dimuat
Target Penerimaan Media Informasi 8 paket (var. unggul, benih 200 bermutu/berlabel, legowo
2:1,
pemupukan
tanam pengairan, berimbang,
pengendalian H/P, panen dan pasca panen). 2.
Teknologi Budidaya Jagung
100
8 (var. unggul, benih bermutu
200
/berlabel, tanam, pemupukan, penyiangan, pengendalian H/P, panen, dan pasca panen). 3.
Teknologi Budidaya Kedelai
100
8 (var. unggul, benih bermutu /berlabel,
pengolahan
200
tanah,
tanam, pengairan, pemupukan, penyiangan, pengendalian H/P, panen, dan pasca panen) 4.
Kompos Jerami
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
100
Cara membuat kompos, peng
200
17
enalan bahan kompos Promi), teknologi penggunaan kompos, 5.
Penggunaan BWD
100
Cara penggunaan BWD, dosis
200
pemupukan dengan BWD.
Tabel 9. Efektifitas penyebarluasan inovasi (Bookleat) No.
1.
Judul Materi Booklet
Jumlah Eksempla r
Jumlah Inovasi yang dimuat
SL-PTT Kabupaten Jeneponto
100
3 paket (SL-PTT Padi, Jagung
2010
Target Penerimaan Media Informasi 200
dan Kedelai)
3.4. Perkembangan Produktivitas
Kebutuhan pangan terus meningkat, seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Pada tahun 2020, permintaan jagung di negara sedang berkembang diperkirakan akan melebihi permintaan beras dan gandum. Karena itu berbagai upaya pemerintah untuk meningkatkan produktivitas tanaman pangan.
SL-PTT yang
dilakukan
yang
di
kabupaten
Jeneponto
sudah
menunjukkan
hasil
cukup
menggembirakan. Data menunjukkan bahwa produktivitas yang dicapai di kecamatan Kelara di SL mencapai 5,5 t/ha, sementara di LL bisa mencapai 6,0 t/ha, sedangkan pada non-SL hanya mencapai 4,20 t/ha. Hasil evaluasi produktivitas rata-rata padi di kabupaten Jeneponto pada SL 4,70 t/ha, pada LL 5,58, pada non-SL 4,67 t/ha (Tabel 10). Berdasarkan hasil evaluasi produktivitas rata-rata jagung per kecamatan pada Table 10 terlihat bahwa di kecamatan Batang dan Rumbia capaian produktivitas paling
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
18
tinggi yaitu masing-masing 5,2 t/ha dan 5,0 t/ha pada SL; 5,8 t/ha dan 5,3 t/ha pada LL, serta hanya 4,8 t/ha dan 2,6 t/ha pada non-SL. Hasil evaluasi produktivitas ratarata tingkat kabupaten dapat
mencapai 4,65 t/ha; 5,04 t/ha ; dan 2,50 t/ha masing-
masing pada SL; LL; dan non-SL (Tabel 11). Tabel 10. Hasil Evaluasi Produktivitas Rata-rata Padi Per Kecamatan di LL, SL, dan Non-SL No.
Kecamatan
Jumlah Unit SL yang disampling
Produktivitas (Ton GKP/ha) SL
LL
Non-SL
1.
Bangkala Barat
18
4,55
5,35
2,50
2.
Tamalatea
10
4,21
5,38
2,42
3.
Batang
12
4,20
5,51
2,61
4.
Kelara
12
5,52
6,00
4,20
5.
Arungkeke
13
4,.19
5,55
2,61
6.
Rumbia
13
4,27
5,52
2,78
7.
Taroang
10
4,26
5,60
2,90
8.
Turatea
18
4,24
5,58
2,65
9.
Binamu
12
4,26
5,58
2,80
10.
Bangkala
12
4,23
5,56
2,86
11.
Bontoramba
13
4,2
5,55
2,85
4,70
5,51
4,67
Jeneponto
Tabel 11. Hasil Evaluasi Produktivitas Rata-Rata Jagung Per Kecamatan di LL, SL, dan Non-SL No.
Kecamatan
Julah Unit SL yang disampling
Produktivitas (Ton /ha) SL
LL
Non-SL
1.
Bangkala Barat
10
4,92
5,23
2,62
2.
Tamalatea
8
4,79
5,05
2,53
3.
Batang
10
5,23
5,87
4,82
4.
Kelara
18
4,81
5,10
2,55
5.
Arungkeke
10
4,00
4,03
2,13
6.
Rumbia
12
5,06
5,33
2,67
7.
Taroang
12
4,77
5,02
2,51
8.
Turatea
15
4,75
5,07
2,54
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
19
9.
Binamu
6
4,70
4,97
2,48
10.
Bangkala
11
4,93
5,24
2,62
11.
Bontoramba
6
3,41
5,10
1,79
4,65
5,04
2,46
Jeneponto
Hasil evaluasi produktivitas rata-rata kedelai per kecamatan di LL, SL dan non-SL masih jauh dari yang diharapkan.
Hal ini disebabkan daya tumbuh benih yang tidak maksimal.
Produktivitas tertinggi di kecamatan Bontoramba 1,0 t/ha pada SL; 1,36 t/ha pada LL, dan 0,75
t/ha pada non-SL.
Produktivitas rata-rata tingkat kabupaten hanya mencapai 0,93;
1,3; dan 0,70 t/ha masing-masing pada SL; LL; dan non-SL (Tabel 12). Tabel 12. Hasil Evaluasi Produktivitas Rata-Rata Kedelai Per Kecamatan di LL, SL, dan Non-SL No.
Kecamatan
Jumlah Unit SL yang disampling 6
Produktivitas (t /ha) SL
LL
Non-SL
0,91
1,30
0,68
1.
Bangkala
2.
Bangkala Barat
5
0,93
1,31
0,70
3.
Tamalatea
4
0,85
1,24
0,64
4.
Bontoramba
5
1,01
1,36
0,75
0,93
1,31
0,70
Kabupaten Jeneponto
IV. PENUTUP Hasil pengujian varietas unggul baru padi pada lokasi demplot menunjukkan bahwa varietas Inpari-4 unggul di setiap lokasi demplot dengan capaian produktivitas
> 6 t/ha,
sedangkan varietas Inpari-3 dan Ciherang produktivitasnya masing-masing sekitar > 5 t/ha dan > 4 t/ha. Namun jika dibandingkan dengan varietas Membramo yang telah eksisting di tingkat petani, produktivitasnya hanya 2 - 3 t/ha. Pada jagung, hasil-hasil pengujian yang dilaksanakan di berbagai lokasi demplot ternyata varietas Bima-5 dengan produktivitas > 6 t/ha unggul pada 2 kecamatan yaitu di kecamatan Kelara dan Batang. Bima lainnya.
Di kecamatan Arungkeke, Bima-4 lebih unggul dari varietas
Produktivitas varietas
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Bima-4 mencapai
5,95
t/ha, sedangkan Bima-2 dan
20
Bima-3 masing-masing hanya mencapai 5,0 dan 5,3 t/ha. Tingkat adaptabilitas semua varietas jagung cukup tinggi pada setiap lokasi. Sedangkan dari uji varietas kedelai diperoleh bahwa hanya varietas Gopek Kuning yang memiliki
daya adaptasi
cukup luas dan daya tumbuh yang optimal. Varietas lainnya yaitu
Panderman, Grobogan, dan Burangrang daya adaptasinya rendah.
Hasil evaluasi produktivitas rata-rata padi di kabupaten Jeneponto pada SL, LL, dan Non-SL berturut-turut yakni 4,70; 5,58; dan 4,67 t/ha. Sedangkan hasil evaluasi produktivitas
rata-rata jagung kabupaten
mencapai 4,65;
5,04 ; dan
2,5 t/ha
masing-masing pada SL; LL; dan non- SL. Sedangkan pada komoditas kedelai tingkat kabupaten produktivitasnya hanya
0,93 t/ha pada SL; 1,3 t/ha pada LL; dan 0,70 t/ha pada
non-SL. Peningkatan produktivitas padi, jagung, dan kedelai melalui pendekatan SL-PTT merupakan salah satu strategi yang dilakukan pemerintah untuk mencapai sasaran utama pembangunan pertanian 2010 - 2014 yaitu peningkatan produksi dan swa-sembada pangan berkelanjutan. Meskipun masih ditemui beberapa permasalahan, namun dengan pendekatan SL-PTT sudah terbukti dapat memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap produksi pangan nasional.
V. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2006. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Jeneponto Tahun 2006 2026. Jeneponto Anonim , 2006. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Jenponto. Tahun 20062008. Jeneponto. Badan Libang Pertanian, 2007. Produksi Benih Sumber Padi (Pedoman Umum). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. BPS, 2009. Jeneponto Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Jeneponto. Departemen Pertanian, 2008. Panduan Pelaksanaan SL-PTT Jagung. Depatemen Pertanian
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
21