PENDAMPINGAN SL-PTT PADI JAGUNG DAN KEDELAI DI KABUPATEN PINRANG Matheus Sariubang, dkk. ABSTRAK Program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) adalah program Nasional pemerintah Indonesia yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian. Tujuannya antara lain : Meningkatkan kemandirian pangan nasional melalui usaha peningkatkan produksi pangan nasional, khususnya padi, jagung, kedelai, dan mempercepat inovasi serta pengembangan teknologi PTT padi, jagung dan kedelai spesifik lokasi secara partisipatif, meningkatkan produksi dan pendapatan petani. Model pengembangan SL-PTT mempunyai luas kawasan demplot ± 25 ha untuk komoditas padi dan ± 15 ha untuk jagung, dan 10 ha kedelai dan luas kawasan demfarm padi + 3-5 ha, jagung 1,5 ha dan kedelai seluas 1 ha. Pada kawasan SL-PTT terdapat satu unit Laboratorium Lapangan (LL) yang luasnya ± 1 ha dan merupakan bagian dari kegiatan SL- PTT berfungsi sebagai tempat bagi petani anggota kelompok tani melaksanakan seluruh tahapan SL-PTT. Dalam LL, diterapkan rekomendasi teknologi dari komponen teknologi PTT berdasarkan hasil PMP/KKP setempat. Pada lokasi Demfarm dikembangkan varietas padi yang telah teruji adaptasinya di tahun sebelumnya (2010) sedangkan VUB yang diintroduksi pada lokasi demplot terdiri 4 varietas yakni padi inhibrida (varietas Inpari 4, 7, 8, dan 13), jagung (varietas Bima-3), sedangkan kedelai (varietas Anjasmoro, Grobogan, Argomulyo dan Burangrang). Hal ini dilakukan untuk meyakinkan pengguna dalam memilih VUB guna menilai secara langsung penampilan VUB terbaik dan spesifik lokasi serta produktivitas yang sesuai dengan keinginan mereka. Sebaran lokasi pendampingan SL-PTT padi, jagung dan kedelai di Kabupaten Pinrang seluruhnya berjumlah 1.440 lokasi terdiri dari pendampingan SL-PTT komoditas padi hibrida adalah 880 lokasi yang tersebar pada 12 kecamatan dan 80 desa, padi inhibrida berjumlah 410 lokasi yang tersebar pada 12 kecamatan dan 68 desa, jagung berjumlah 50 lokasi pendampingan yang tersebar pada 9 kecamatan dan 30 desa dan kedelai berjumlah 100 lokasi pendampingan yang tersebar di 7 kecamatan dan 32 desa. Model pendampingan yang dilaksanakan adalah pendampingan teknologi melalui penerapan komponen teknologi PTT di sejumlah lokasi (60% dari jumlah sebaran lokasi pendampingan SL-PTT). Hasil demplot VUB padi menunjukkan bahwa produktivitas padi di 5 kecamatan (Tiroang, Paleteang, Lanrisang, Patampanua, dan Mt.Sompe) 12,9 – 63% lebih tinggi dari pada varietas Ciliwung yang merupakan varietas existing yang dikembangkan petani diluar lokasi SL (Non-SL) tanpa penerapan teknologi PTT. Terlihat bahwa produktivitas pada lokasi LL lebih tinggi 2,9 – 40% dibanding produktivitas pada lokasi SL dan lebih tinggi 16,6 – 73,9% dibanding produktivitas pada lokasi Non-SL. Dengan penerapan Teknologi PTT pada demplot VUB padi dapat meningkatkan produktivitas hingga 29 - 63% dibandingkan pada lokasi Non-SL tanpa penerapan teknologi PTT. Hasil demplot VUB jagung Hibrida produktivitasnya adalah pada lokasi LL lebih tinggi 5,2 – 30,9% dibanding produktivitas jagung pada lokasi SL dan lebih tinggi 10,4 – 40,6% dari produktivitas jagung pada lokasi Non-SL sedangkan hasil demplot VUB kedelai produktivitas kedelai pada lokasi LL lebih tinggi 11,1 – 66% dibanding produktivitas jagung pada lokasi SL dan lebih tinggi 28,5 – 87,5% dari produktivitas jagung pada lokasi Non-SL. Jumlah petani yang berkunjung pada lokasi demplot mencapai 1.022 orang. Kunjungan ke lokasi demplot merupakan suatu nilai partisipasi yang ditunjukkan oleh petani atas kepeduliannya terhadap setiap tahapan aplikasi pada kegiatan demonstrasi. Berkaitan dengan tahapan adopsi dengan strategi pendekatan kelompok, nilai partisipasi yang ditunjukkan oleh petani yakni 67,3 % menyatakan berminat dan akan mencoba, 18,9% yang menyatakan berminat tapi belum ada kepastian untuk menggunakan, sedangkan petani yang menyatakan tidak berminat/masih ragu-ragu sebesar 13,8%.
Kata Kunci : Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), varietas unggul baru padi, usahatani
0 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
I. 1.1.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Salah satu program peningkatan produksi yang digulirkan pemerintah pusat
melalui Kementerian Pertanian, diantaranya melalui Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian dan Badan Litbang Pertanian adalah Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) di 32 propinsi, termasuk di Provinsi Sulawesi Selatan. Berkenaan dengan program SL-PTT sebagai salah satu program strategis Kementrian Pertanian, BPTP di masing-masing provinsi sebagai unit pelaksana teknis Badan Litbang Pertanian dituntut untuk berperan aktif memberikan dukungan dalam bentuk pendampingan untuk melakukan pengawalan penerapan teknologi di lapangan (Kementrian Pertanian, 2010). PTT merupakan pendekatan yang memadukan beberapa komponen teknologi unggulan secara sinergis untuk meningkatkan produksi dan meningkatkan efisiensi penggunaan input produksi dengan tetap menjaga kesuburan tanah melalui teknologi ramah lingkungan secara berkelanjutan. Pada tahun 2009 penerapan SL PTT pada areal seluas 2.241.000 ha telah berhasil menjadi pemicu dalam peningkatan produksi padi 5,91%, jagung 11,34%, kedelai 26,97% dan kacang tanah 1,92% (ARAM III, 2009). Pengalaman menunjukkan bahwa pelaksanaan program SL-PTT dengan sistem belajar langsung di lahan petani dapat mempercepat alih teknologi di tingkat petani. Agar dapat berdaya guna dan berhasil guna, SL-PTT dilaksanakan secara terpadu dengan melibatkan berbagai institusi yang kompeten, baik di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, maupun kecamatan, dan bahkan tingkat desa. 1.2.
Tujuan Meningkatkan kemandirian pangan nasional melalui usaha peningkatkan produksi pangan nasional, khususnya padi, jagung dan kedelai Mempercepat penerapan dan pengembangan teknologi PTT padi, jagung dan kedelai spesifik lokasi oleh petani 1
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Meningkatkan produktivitas dan pendapatan usahatani padi, jagung dan kedelai untuk mendukung peningkatan produksi nasional. 1.3.
Keluaran Percepatan penerapan dan pengembangan teknologi PTT padi, jagung dan kedelai spesifik petani di tingkat petani Meningkatnya produktivitas dan pendapatan usahatani padi, jagung dan kedelai untuk mendukung peningkatan produksi nasional
II. PROSEDUR PELAKSANAAN 2.1.
Ruang Lingkup Kegiatan
SL – PTT adalah tempat pendidikan non formal bagi petani dari petani, untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam mengenali potensi, menyusun rencana
usaha
tani,
mengatasi
permasalahan,
mengambil
keputusan
dan
menerapkan teknologi yang sesuai dengan kondisi sumberdaya setempat secara sinergis dan berwawasan lingkungan sehingga usahataninya menjadi efisien, berproduktivitas tinggi dan berkelanjutan, dengan pendampingan dari penyuluh pertanian, petugas pertanian maupun dari peneliti. Adapun ruang lingkup pelaksanaan kegiatan adalah sebagai berikut : -
Koordinasi dengan instansi terkait
-
Pembentukan tim pelaksana
-
Pengadaan benih padi, jagung dan kedelai
-
Penentuan Lokasi pelaksanaan demplot uji varietas
-
Distribusi benih padi, jagung dan kedelai
-
Penyusunan media informasi berupa petunjuk teknis pelaksanaan SL-PTT
-
Pelaksanaan demonstrasi plot uji varietas (penanaman, Pemasangan papan nama kegiatan, pemupukan, pengendalian hama & penyakit, pengamatan, panen & pasca panen)
-
Monitoring dan evaluasi
-
Analisis data, pelaporan dan seminar hasil 2
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
2.2.
Tahapan Pelaksanaan
2.2.1. Proses Penentuan CP/CL Proses penentuan CP/CL pada program SL-PTT dilakukan dengan urutan pelaksanaannya sebagai berikut : 1. Masing-masing kelompok melakukan rapat yang dihadiri ketua kelompok/ anggotanya, aparat desa/kelurahan, Koordinator BPP/BP4K, serta penyuluh pendamping untuk menyusun RDKK dan menginfentarisir jumlah kelompok tani, nama-nama anggota kelompok, luas lahan, kebutuhan benih,
jenis
varietas yang akan dikembangkan serta waktu tanam. 2. RDKK tersebut ditandatangani ketua kelompok tani, diketahui Lurah dan Penyuluh/PPK
setempat
kemudian
diajukan
ke
Dinas
Pertanian
dan
Peternakan Kabupaten Pinrang. 3. Dinas Pertanian dan Peternakan melakukan rekap dan mengklasifikasi/ memploting sesuai potensi lahan dan target yang telah ditetapkan oleh Dinas Pertanian Propinsi.
Setelah itu hasil rekap dilaporkan ke Propinsi sambil
menunggu persetujuan. 4. Dinas Pertanian Propinsi melakukan klasifikasi ulang sesuai petunjuk penetapan CP/CL dan hasilnya dilaporkan ke Pemerintah Pusat. 5. Pemerintah pusat membuat SK penetapan CP/CL sesuai usulan dari tingkat kecamatan. Pendampingan teknologi oleh BPTP dilakukan sesuai petunjuk teknis yang dikeluarkan oleh Badan Litbang Pertanian bahwa 60 % dari jumlah unit SL yang ada di kabupaten. 2.2.2. Penetapan Organisasi Pelaksanaan Organisasi pelaksana ditetapkan oleh unit organisasi BPTP berdasarkan tingkat kebutuhan sesuai bidang keahlian masing-masing.
Adapun susunan
organisasi pelaksana SL-PTT di Kabupaten Pinrang dapat di lihat pada tabel berikut :
3 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Tabel 1. Susunan organisasi pelaksana SL-PTT di Kabupaten Pinrang, Tahun 2010 No
Nama
Bidang Fungsional/lainnya
Status dalam kegiatan
Peneliti
Penanggung Jawab
Penyuluh
Anggota Tim
1
Ir. Matheus Sariubang, MS
2
Repelita Kallo, STP
3
Novia Qomariyah, S.Pt
Peneliti
Anggota Tim
4
Muh. Sidik
Teknisi
Anggota Tim
5
Rahmat
Teknisi
Anggota Tim
2.2.3. Prosedur Penetapan Lokasi Demplot dan Demfarm Penentuan lokasi demplot dan demfarm dilakukan sesuai petunjuk teknis yang dikeluarkan oleh Badan Litbang Pertanian yakni : 1. Berdampingan dengan lokasi LL (laboratorium lapang) yang berada satu hamparan dengan lokasi SL (lahan petani tempat melakukan praktek PTT) 2. Mudah dijangkau sehingga dapat dilihat oleh petani sekitar 3. Produktivitasnya rendah dan masih berpotensi untuk ditingkatkan serta petaninya responsif/kooperatif terhadap inovasi teknologi 4. Bukan daerah endemis hama dan penyakit, bebas dari bencana kekeringan, kebanjiran dan sengketa 2.2.4. Penyediaan bahan diseminasi Dalam melaksanakan penyuluhan, terdapat beberapa hal yang dibutuhkan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan penyuluhan tersebut agar pelaksanaannya menjadi efektif. kebutuhan petani.
Salah satunya adalah Media informasi tercetak yang sesuai Adapun jenis media yang dipersiapkan untuk mendukung
kegiatan SL-PTT adalah buku deskripsi varietas padi, jagung dan kedelai, juknis pelaksanaan demplot, serta modul panduan pelaksanaan SL-PTT padi, jagung dan kedelai.
4 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
III. 3.1.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Lokasi Pendampingan Kabupaten Pinrang terletak 185 km di sebelah Utara Propinsi Sulawesi
Selatan, berada pada posisi 3019’13” sampai 4010’30” Lintang Selatan dan 1190 26’30” sampai 119047’20” Bujur Timur. Wilayahnya berbatasan dengan Kabupaten Tana Toraja di sebelah Utara, Kabupaten Sidrap dan Enrekang di sebelah Timur, Kabupaten Polman Provinsi Sulawesi Barat di sebelah Barat dan Kota Parepare di sebelah Selatan. Kabupaten yang luasnya sekitar 1.962 km2 atau sekitar 3,1% dari luas wilayah daratan Sulawesi Selatan ini mempunyai posisi yang sangat strategis karena merupakan jalur lalu lintas darat yang menghubungkan Provinsi Sulawesi. Secara administratif, Kabupaten Pinrang terdiri atas 12 Kecamatan, 39 kelurahan dan 65 desa. Wilayah ini tersebar mulai dari pesisir hingga pada daerah pegunungan.
Terletak pada ketinggian 0 hingga 2200 m dpl yang iklimnya
tergolong C1 (lembang) hingga E2 (Suppa) menurut klasifikasi Oldeman. Rata-rata curah hujan tahunannya adalah sekitar 1800 mm (Pekkabata dan Suppa) hingga 2874 mm (Lembang) dengan suhu udara rata-rata 280C serta kelembabannya relatif tinggi. Kabupaten Pinrang memiliki lahan sawah seluas 48.090 ha, perkebunan 13.340 ha, padang rumput 6.905 ha, merupakan lahan pertanian yang dapat dioptimalkan produksinya, (Master Plan Kabupaten Pinrang, 2009). 3.2.
Sebaran Lokasi Pendampingan Sebaran lokasi pendampingan SL-PTT padi, jagung dan kedelai di Kabupaten
Pinrang seluruhnya berjumlah 1.450 lokasi. Jumlah unit pendampingan SL-PTT komoditas padi hibrida adalah 880 lokasi yang tersebar pada 12 kecamatan dan 80 desa, sedangkan padi inhibrida berjumlah 410 unit yang tersebar pada 12 kecamatan dan 68 desa,
Sedangkan padi lahan kering berjumlah 10 unit yang
tersebar pada 3 kecamatan dan 5 desa. Demikian pula komoditas jagung seluruhnya berjumlah 50 lokasi pendampingan yang tersebar pada 9 kecamatan dan 30 desa, sedangkan komoditas kedelai berjumlah 100 lokasi pendampingan yang tersebar di 7 kecamatan dan 32 desa.
Adapun sebaran lokasi pendampingan SL-PTT di
kabupaten Pinrang dapat dilihat pada tabel 2 : 5 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Tabel 2. No
Lokasi pendampingan SL-PTT padi, jagung dan kedelai di Kabupaten Pinrang Kecamatan
Padi Inhibrida 1 Wt. Sawitto 2 Tiroang 3 Paleteang 4 Mt. Bulu 5 Suppa 6 MT. Sompe 7 Lanrisang 8 Patampanua 9 Duampanua 10 Batu Lappa 11 Lembang 12 Cempa Jumlah Padi Hibrida 1 Wt. Sawitto 2 Tiroang 3 Paleteang 4 Mt. Bulu 5 Suppa 6 MT. Sompe 7 Lanrisang 8 Patampanua 9 Duampanua 10 Batu Lappa 11 Lembang 12 Cempa Jumlah Jagung Hibrida 1 Wt.Sawitto 2 Tiroang 3 Paleteang 4 Suppa 5 Patampanua 6 Duampanua 7 Batu Lappa 8 Lembang 9 Cempa Jumlah Kedelai 1 Paleteang 2 Mattirobulu 3 Suppa 4 Patampanua 5 Batulappa 6 Duampanua 7 Lembang Jumlah
Lokasi SL-PTT Desa/Kelurahan Poktan
Sasaran pendampingan (60%)
5 5 6 7 5 7 5 10 11 3 7 7 68
39 40 29 40 12 45 24 51 48 9 38 35 410
23 poktan 24 poktan 17 poktan 24 poktan 7 poktan 27 poktan 14 poktan 30 poktan 29 poktan 5 poktan 23 poktan 21 poktan 246
5 5 6 7 4 7 7 10 12 2 8 7 80
75 95 52 95 25 85 70 115 120 13 35 100 880
45 poktan 57 poktan 31 poktan 57 poktan 15 poktan 51 poktan 42 poktan 69 poktan 72 poktan 8 poktan 21 poktan 60 poktan 528
1 5 2 2 5 4 4 4 3 30
1 8 3 3 7 7 12 6 3 50
2 6 3 5 4 6 6 32
2 10 15 15 19 19 20 100
5 2 2 4 4 7 3 2
poktan poktan poktan poktan poktan poktan poktan poktan 30
2 poktan 6 poktan 9 poktan 9 poktan 11 poktan 11 poktan 12 poktan 60
6 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
3.3.
Hasil Koordinasi di Tingkat Internal Pemda Koordinasi diawali pada saat inventarisasi data CP/CL di Dinas Pertanian dan
Peternakan Kabupaten Pinrang kemudian dilanjutkan dengan Koordinasi pada setiap BPP/BP4K untuk mengetahui jadwal tanam yang telah disepakati oleh kelompok, rencana pelaksanaan sekolah lapang, pendistribusian benih untuk kegiatan demplot uji varietas, serta menginventarisir masalah teknis dan kendala yang ada pada tiap kecamatan.
Selanjutnya
dilakukan
koordinasi
ke
kelompok
tani
untuk
menginventarisir kebutuhan teknologi kaitannya dengan komoditas yang akan dikembangkan pada kegiatan SL-PTT. Koordinasi tersebut dilakukan secara periodik tergantung urgensi pelaksanaan pendampingan pada kegiatan SL-PTT di tingkat lapang. Jika terdapat masalah teknis di lapangan yang membutuhkan penanganan yang lebih cepat seperti halnya serangan hama penyakit ataupun kendala banjir, maka segera dilakukan koordinasi pada instansi terkait tergantung permasalahan yang terjadi, diluar dari pada jadwal yang telah disusun. Adapun kinerja koordinasi di tingkat internal pemda dapat dilihat pada table berikut : Tabel 3. Kinerja Koordinasi Pendampingan SL-PTT di Kabupaten Pinrang
No
Kecamatan
Komponen Penilaian Kinerja Koordinasi (skor 1 – 3)*) A**) B**) C**)
1 Wt. Sawitto 2 2 2 Tiroang 2 2 3 Paleteang 2 2 4 Mt. Bulu 2 2 5 Suppa 2 2 6 MT. Sompe 2 2 7 Lanrisang 2 2 8 Patampanua 2 2 9 Duampanua 2 2 10 Batu Lappa 2 2 11 Lembang 2 2 12 Cempa 2 2 *) skor penilaian 1 = kurang, 2 = baik, 3 = sangat baik
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Nilai
Faktor Kendala
-
-
**) A = Kelengkapan legalitas keterlibatan institusi. B = Berfungsinya institusi yang terlibat sesuai fungsi yang telah disepakati bersama. C = Sinergi pelaksanaan di lapangan.
7 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
3.4.
Pelaksanaan Pendampingan Inovasi Teknologi
3.4.1. Efektifitas Demplot Uji Varietas Demplot merupakan demonstrasi plot yang dilakukan secara perorangan berupa peragaan suatu teknologi (bahan, alat atau cara) yang penerapannya secara nyata dilakukan oleh demonstrator kepada sasarannya.
Demonstrator tersebut
adalah petani maju, petani pemandu atau kontak tani.
Teknologi yang
didemonstrasikan harus sudah teruji yakni secara teknis mudah diterapkan, secara ekonomi menguntungkan dan secara sosial budaya dapat diterima masyarakat. Pada demplot uji varietas, diintroduksikan beberapa varietas unggul baru padi, jagung dan kedelai.
Masing-masing VUB tersebut memiliki keunggulan berbeda
sehingga perlu diadaptasikan di wilayah pengembangannya.
Adapun keragaan
pelaksanaan demplot invoasi PTT padi, jagung dan kedelai dapat dilihat pada tabel 4: Tabel 4. Keragaan Pelaksanaan Demplot Inovasi PTT Komoditas padi, jagung dan kedelai di Kabupaten Pinrang No
Nama Lokasi Demplot
Padi Inhibrida 1 Kecamatan Tiroang Kelurahan Pammase Kelurahan Mattirodeceng
2 3 4 5
Kecamatan Paleteang Kelurahan Macinnae Kecamatan Lanrisang Desa Amassangang Kecamatan Mattirosompe Kelurahan Matombong Kecamatan Patampanua Kelurahan Tonyamang
Jenis Inovasi Teknologi yang dikenalkan
- Varietas Unggul Baru - Pemupakan NPK - Sistem tanam legowo - Tanam bibit umur < 21 hari - Tanam 1-3 batang per rumpun sda sda sda sda
Luas Demplot (ha)
Jumlah Petani yang berkunjung
1 0,50 0,50
76 158
0,50 0,50 1,5 1,5 1 1 0,50 0,50
51 142 84 62
8 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Jagung Hibrida 1 Kecamatan Patampanua Desa Padangloang
- Varietas Unggul Baru Bima-3 - Pemupakan NPK
0,20
31
0,10
68
0,30
64
- Benih 1 biji/lubang, jarak tanam 25 x 50 cm Kelurahan Tonyamang Kedelai 1 Kecamatan patampanua Kelurahan Malimpung
sda
- Varietas Unggul Baru - Pemupakan NPK (250-300 kg/ha - Jarak tanam 40 cm antar-baris, 10-15 cm dalam barisan, - Tanam2-3 biji per lubang
Respon petani terhadap suatu teknologi yang dilakukan dengan metode penyuluhan demonstrasi plot dapat diukur dari intensitas kunjungan maupun jumlah petani yang berkunjung pada lokasi pelaksanaan demplot. Namun intensitas kunjungan maupun jumlah petani yang berkunjung juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain proses sosialisasi, letak lokasi demonstrasi, jenis usahatani, serta jenis inovasi teknologi yang diintroduksi/promosi teknologi.
Respon tersebut
menentukan pula tingkat adopsi dan difusi terhadap suatu inovasi teknologi (Van den Ban, 1998). Disamping itu aksesibilitas sangat menentukan terbentuknya minat petani untuk mencoba suatu inovasi teknologi. Jika teknologi yang diintroduksi merupakan hal baru bagi petani dan memberikan jaminan tentang nilai tambah yang akan diperoleh akibat dari pada penerapan suatu teknologi, tentu akan menarik minat petani untuk menerapkannya. Hal ini terlihat di lapangan, jika hasil uji VUB lebih tinggi dari varietas pembanding (eksisting), maka petani secara langsung mengadopsi varietas sesuai preferensinya. Pada table 4 terlihat bahwa jumlah petani yang berkunjung pada suatu lokasi demplot sangat bervariasi hal ini berkaitan erat dengan respon masing-masing 9 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
petani. Pada lokasi display VUB padi di Kelurahan mattirodeceng adalah lokasi yang paling banyak dikunjungi petani maupun petugas lapangan (158 orang) hal ini terkait erat dengan dilaksanakannya temu lapang pada saat panen di lokasi tersebut. Begitu pula dengan lokasi display VUB yang terletak di Desa Amassangang, jumlah petani yang berkunjung juga relatif banyak (142 orang), hal ini karena kelompok ini sering dikunjungi oleh kelompok tani yang berasal dari kabupaten lain yang melakukan study banding. 3.4.2. Efektifitas Demfarm VUB Padi, Jagung dan Kedelai Demonstrasi Farming (demfarm) merupakan salah satu metode penyuluhan dengan pendekatan kelompok yang dilakukan pada pelaksanaan Program SL-PTT. Demfarm berada di dalam lokasi SL-PTT dengan ketentuan bahwa demfarm padi seluas 5 ha, jagung seluas 1,5 ha dan kedelai 1 ha. Pada unit demfarm introduksi varietas baik padi, jagung maupun kedelai dilakukan berdasarkan hasil uji coba varietas yang memiliki daya adaptasi
baik pada tahun sebelumnya (thn 2010).
Adapun keragaan pelaksanaan demfarm invoasi PTT padi, jagung dan kedelai dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Keragaan pelaksanaan demfarm invoasi PTT padi, jagung dan kedelai di Kabupaten Pinrang, 2011 No
Nama Lokasi Demfarm
Jenis Inovasi Teknologi yang dikenalkan
Padi Inhibrida 1 Kecamatan Lanrisang (Desa - Varietas Unggul Baru Amassangang) - Pemupakan NPK - Sistem tanam legowo - Tanam bibit umur < 21 hari Tanam 1-3 batang per rumpun Jagung 1 Kecamatan Patampanua - Varietas Unggul Baru (Desa Sipatuo) Bima-3 - Pemupakan NPK - Benih 1 biji/lubang, jarak tanam 25 x 50 cm
Luas Demfarm (ha)
Jumlah Petani yang berkunjung
3
82
1,5
148
10 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Kedelai 1 Kecamatan Patampanua - Varietas Unggul Baru (Desa Padangloang) - Pemupakan NPK (250-300 kg/ha - Jarak tanam 40 cm antar-baris, 10-15 cm dalam barisan, Tanam2-3 biji per lubang
1
56
Pada tabel 5 terlihat bahwa intensitas kunjungan petani tertinggi (148 org) berada pada lokasi demfarm jagung di Desa Sipatuo Kecamatan Patampanua. Hal ini terkait dengan persepsi petani terhadap penerapan teknologi dimana persepsi merupakan salah satu faktor kunci yang mempengaruhi apresiasinya terhadap inovasi teknologi. Disamping itu, performance/penampilan tanaman yang sangat baik, juga menarik perhatian petani untuk berkunjung dan varietas Bima-3 tergolong baru diterapkan di daerah tersebut. Terdapat Banyak petani yang ingin mengembangkan varietas ini pada musim tanam berikutnya (on going impact).
Adapun keragaan efektifitas
demplot inovasi PTT komoditas padi jagung dan kedelai di kabupaten Pinrang dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Keragaan Efektifitas Demplot dan Demfarm Inovasi PTT Komoditas padi, jagung dan kedelai di Kabupaten Pinrang
No
Nama Lokasi Demplot
DEMPLOT VUB Padi Inhibrida 1 Kecamatan Tiroang Kelurahan Pammase Kelurahan Mattirodeceng 2 Kecamatan Paleteang Kelurahan Macinnae 3 Kecamatan Patampanua Kelurahan Tonyamang 4 Kec. Mattiro Sompe Kelurahan Mattombong 5 Kecamatan Patampanua Kelurahan Tonyamang Jagung Hibrida 1 Kecamatan Patampanua Desa Padangloang Kelurahan Tonyamang
Jumlah Petani yang berkunjung
Efektifitas Demplot Jumlah Jumlah petani petani yang yang berminat menyatakan tapi belum ada tidak kepastian berminat akan menggunakan
Jumlah petani yang berminat dan akan melaksa nakan
Perma salahan
76 158
9 18
26 32
41 108
-
51
11
6
34
-
142
19
21
105
84
23
11
50
62
8
14
40
31 68
10 11
2 26
19 31
-
-
11 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Kedelai 1 Kecamatan patampanua Kelurahan Malimpung DEMFARM VUB 1 Kecamatan Lanrisang (Padi) Desa Amassangang 2 Kecamatan Patampanua (Jagung) Desa Sipatuo 3 Kecamatan Patampanua (Kedelai) Desa Padangloang Total Persentase (%)
64
14
6
44
82
12
20
50
148
-
25
123
56 1.022
6 141 13,8
7 193 18,9
43 688 67,3
-
Pada tabel 5 menunjukkan bahwa secara keseluruhan petani yang berkunjung pada lokasi demplot berjumlah 1.022 orang.
Kunjungan ke lokasi demplot
merupakan suatu nilai partisipasi yang ditunjukkan oleh petani atas kepeduliannya terhadap setiap tahapan aplikasi pada kegiatan demonstrasi.
Berkaitan dengan
tahapan adopsi dengan strategi pendekatan perorangan (demplot) maupun kelompok (demfarm), nilai partisipasi yang ditunjukkan oleh petani yakni 67,3 % menyatakan berminat dan akan mencoba, 18,9 % yang menyatakan berminat tapi belum ada kepastian untuk menggunakan, sedangkan petani yang menyatakan tidak berminat sebesar 13,8%. Perbedaan yang cukup signifikan dapat kita lihat pada nilai persentase petani yang menyatakan berminat terhadap penerapan teknologi PTT dan petani yang tidak berminat. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat pemahaman petani terhadap inovasi teknologi yang diintroduksi. Inovasi ini mungkin hanya dipahami bagi kategori petani tertentu namun tidak bagi semua petani, dalam artian berbagai hal dapat mempengaruhi tingkat pemahaman dan penerimaan mereka terhadap teknologi yang diintroduksi antara lain tingkat umur, pendidikan, status kepemilikan lahan, orientasi usaha, tingkat kemudahan dalam menerapkan, ketersediaan tenaga kerja, ketersediaan modal usaha, kesesuaian agroekosistem, nilai ekonomi, serta nilai sosial. 3.4.3. Uji Varietas Unggul Baru
12 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Varietas unggul merupakan komponen teknologi yang paling cepat diadopsi petani, karena mudah, murah, dan kompatibel dengan teknologi lain. Penggunaan benih unggul secara kuantitas dan kualitas sangat berpengaruh terhadap produktivitas mutu hasil dan sifat ekonomis produk (Dirjen Perbenihan,
2005).
Pada Program SL-PTT yang
bentuk
dilaksanakan
di Kabupaten Pinrang
diseminasinya adalah melalui demplot dan demfarm VUB padi, jagung dan kedelai. Varietas yang diintroduksi adalah jenis padi inhibrida yakni varietas Inpari 4, 7 8 dan 13,
jagung varietas Bima-3, sedangkan kedelai adalah varietas Anjasmoro,
Grobogan, Argomulyo dan Burangrang.
Hal ini dilakukan untuk meyakinkan
pengguna dalam memilih VUB guna melihat sejauh mana kesesuaiannya dengan agroekosistem setempat melalui kegiatan demplot uji adaptasi varietas, sehingga dapat memberikan motivasi kepada petani untuk menilai secara langsung penampilan VUB terbaik dan spesifik diwilayahnya masing-masing serta produktivitas yang sesuai dengan keinginan mereka. Adapun keragaan hasil VUB program SL-PTT di Kabupaten Pinrang dapat dilihat pada tabel 6 Tabel 6. Keragaan Hasil Pelaksanaan Demplot Uji Varietas Unggul Baru (VUB) dan Demfarm pada program SL-PTT di Kabupaten Pinrang No
Nama Lokasi Demplot dan Demfarm VUB
Padi Inhibrida Kecamatan Tiroang Kel.Pammase Kel.Mattirodeceng Kecamatan Paleteang Kel. Macinnae
Agro ekosistem
Kec. Mattiro Sompe Kelurahan Mattombong
Nama VUB
Provitas (Ton/ha)
Varietas Pembanding (eksisting)
Tingkat Adaptabil itas (tinggi, sedang, rendah)
Inpari 13
9,5
Ciliwung
Tinggi
Inpari 8 Inpari 13
11,3 10,6
Ciliwung Ciliwung
Tinggi Tinggi
Inpari 4 Inpari 7 Inpari 8 Inpari 13
5,6 6,8 6,5 5,4
Ciliwung Ciliwung Ciliwung Ciliwung
Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
Lahan sawah irigasi
Inpari 8 Inpari 13
6,1 6,2
Ciliwung Ciliwung
Tinggi Tinggi
Lahan sawah irigasi
Inpari 8 Inpari 13
5,8 7,0
Ciliwung Ciliwung
Tinggi Tinggi
Lahan sawah irigasi
Kecamatan Lanrisang Desa Amassangang
Kecamatan Patampanua Kel.Tonyamang
Varietas Unggul Baru
13 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Jagung Hibrida Kecamatan Patampanua 1 Kelurahan Padangloang
Lahan Kering
Bima-3
2
Lahan Kering
Bima-3
Lahan Kering
Bima-3
Lahan Kering
Anjasmoro Grobogan Argomulyo Burangrang
Kelurahan Tonyamang
3 Desa Sipatuo Kedelai Kecamatan patampanua 1 Kelurahan Malimpung
Sumber : Data primer setelah diolah, 2011
Bisi-2
Tinggi
Bisi-2
Tinggi
Bisi-2
Tinggi
Mahameru Mahameru Mahameru Mahameru
Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
7,3
2,3 2,2 1,9 2,1
Secara umum pertumbuhan dan produktivitas padi pada lokasi demplot dan demfarm menunjukkan hasil yang cukup baik. Hal ini ditandai dengan performance tanaman yang baik dan intensitas serangan OPT yang minimum. Berikut ini hasil pengamatan dan petak ubinan padi di lokasi demplot dan demfarm : Pada tabel 6 menunjukkan bahwa daya adaptasi ke 4 VUB
(Inpari 4, 7, 8,
dan 13) tergolong baik pada 5 kecamatan (Tiroang, Paleteang, Patampanua, Mattiro sompe dan Lanrisang) yakni tingkat adaptasinya kategori tinggi. Ini berarti varietas Inpari cocok dikembang di 5 kecamatan tersebut di atas, namun pengembangannya kedepan tergantung penilaian maupun preferensi masing-masing petani tentunya terdapat berbagai hal yang akan menjadi pertimbangan dengan berbagai sudut pandang terutama pada keunggulan-keunggulan agronomis (tinggi tanaman, panjang malai, jumlah anakan produktif), umur tanaman, daya tahannya terhadap hama dan penyakit, dll sebagainya. Secara rinci potensi pengembangan VUB padi Inhibrida di Kabupaten pinrang dapat dilihat pada peta di bawah ini :
14 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Inpari 8 Inpari13
Inpari 8 Inpari13
Inpari 8 Inpari13 Inpari 13 Inpari 4 Inpari 7 Inpari 8 Inpari13
Gambar 1. Pemetaan varietas padi berdasarkan produktivitas di Kabupaten Pinrang Gambar di atas menunjukkan bahwa pemetaan varietas padi berdasarkan produktivitas direkomendasikan pada masing-masing wilayah kecamatan. Secara berturut-turut adalah : di Kecamatan Tiroang varietas Inpari yang berpotensi untuk dikembangkan adalah Inpari 13, di Kecamatan Paleteang adalah Inpari 8 dan 13, di Kecamatan Patampanua adalah Inpari 8 dan 13, di Kecamatan Mattiro Sompe adalah Inpari 8 dan 13, sedangkan di Kecamatan Lanrisang adalah Inpari 4,7,8 dan 13. Namun pengembangannya ke depan tergantung preferensi petani. Secara rinci 15 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
preferensi petani terhadap uji adaptasi VUB padi di masing-masing lokasi demplot dapat dilihat pada uraian di bawah ini : PREFERENSI PETANI TERHADAP DEMPLOT VUB PADI INHIBRIDA 1. Kecamatan Tiroang
Demplot uji adaptasi varietas padi di Kecamatan Tiroang menunjukkan bahwa varietas Inpari 13, dikategorikan beradaptasi baik (tingkat adaptasi tergolong tinggi) karena produksi yang dicapai di atas rata-rata hasil yakni 10,88 ton/ha GKP. Penilaian petani terhadap varietas Inpari 13 adalah baik dilihat dari segi produksi, dan penampilan tanaman yang pertumbuhannya seragam disamping itu umur genjah, tahan rebah, serta tahan terhadap hama dan penyakit.
16 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
2. Kecamatan Paleteang
Demplot uji adaptasi VUB di Kecamatan Paleteang menunjukkan bahwa varietas Inpari 8 dan 13 keduanya dikategorikan beradaptasi baik (tingkat adaptasi tergolong tinggi) karena produksi yang dicapai masing-masing varietas di atas ratarata hasil, secara berturut produktivitasnya adalah : 11,3 dan 10,6 ton/ha GKP. Terdapat serangan OPT seperti tikus namun masih dalam taraf dapat dikendalikan. Varietas
pembanding
adalah
Ciliwung
yang
ditanam
oleh
petani
dengan
produktivitas 6,5 ton/ha GKP. Penilaian petani terhadap varietas yang diintroduksi cukup beragam. Dilihat dari segi produksi dan tingkat ketahanan terhadap serangan hama penyakit adalah pada varietas Inpari 8, sedangkan dari segi penampilan dan umur tanaman adalah varietas Inpari 13 yakni pertumbuhannya seragam dan umur genjah (99 hari). Varietas Inpari 8 produksinya cukup tinggi namun kurang disukai petani karena tanaman tergolong tinggi sehingga mudah rebah. Preferensi petani dari kedua varietas di atas adalah pada varietas Inpari 13 dengan alasan bahwa umur genjah, produksi tinggi, tahan terhadap serangan hama penyakit. 17 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
3. Kecamatan Lanrisang
Demplot uji adaptasi varietas di Kecamatan Lanrisang menunjukkan bahwa secara keseluruhan varietas inpari 7 dan 8 beradaptasi baik didasarkan pada pertumbuhan tanaman di lapang dan produksinya yang sesuai dengan produksi ratarata sedangkan varietas inpari 13 pertumbuhannya cukup baik namun produksinya tidak maksimal disebabkan adanya serangan tikus. Sama halnya dengan varietas Inpari 4 yang ditanam pada lokasi demfarm produksinya tergolong sedang disebabkan tanaman terserang hama tikus, namun serangan masih dapat dikendalikan. Penilaian petani terhadap VUB secara keseluruhan cukup baik dilihat dari segi pertumbuhan tanaman namun dari segi ketahanan terhadap hama, varietas Inpari 7 agak rentan terhadap hama wereng coklat.
Preferensi petani terhadap
varietas yang diintroduksi adalah pada varietas Inpari 8 dengan alasan produksinya relatif tinggi dan tahan serangan tungro.
18 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
4. Kecamatan Mattiro Sompe
Demplot uji adaptasi varietas di Kecamatan Mattiro Sompe menunjukkan bahwa varietas Inpari 13 dikategorikan beradaptasi baik (tingkat adaptasi tergolong tinggi) karena produksi yang dicapai masing-masing varietas di atas rata-rata hasil, secara berturut-turut produktivitasnya adalah : 7,0 ton/ha GKP., sedangkan inpari 8 adaptasinya tergolong sedang terlihat dari hasil yang diperoleh yakni 5,8 ton/ha. Hal ini disebabkan pada beberapa lokasi Inpari 8 terserang tikus namun masih dapat dikendalikan dan pada 2 petakan sawah tanaman ini rebah disebabkan oleh curah hujan yang cukup tinggi. Varietas pembanding adalah Ciliwung yang ditanam oleh petani dengan produktivitas 6,9 ton/ha GKP. Penilaian petani yakni varietas Inpari 8 tidak tahan rebah. Preferensi petani terhadap VUB yang diintroduksi adalah pada varietas Inpari 13 dengan alasan bahwa varietas ini produksinya tinggi, umur genjah dan tahan rebah.
19 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
5. Kecamatan Patampanua
Demplot uji adaptasi varietas Inpari 8 dan 13 di Kecamatan Patampanua menunjukkan bahwa tingkat adaptasinya tergolong tinggi dilihat dari segi produksinya yang relatif setara dengan rata-rata hasil. Secara berturut-turut produktivitas Inpari 8 dan 13 adalah 6,1 dan 6,2. Terdapat serangan hama tikus di beberapa lokasi namun masih tergolong ringan.
Varietas pembanding adalah
Ciliwung yang ditanam oleh petani dengan produktivitas 4,7 ton/ha GKP. Preferensi petani terhadap varietas yang diintroduksi adalah pada kedua varietas tersebut. Varietas ini sangat diminati petani dengan alasan bahwa produksi tinggi dan tahan tungro.
20 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
PREFERENSI PETANI TERHADAP DEMPLOT VUB JAGUNG HIBRIDA
Demplot uji adaptasi jagung hibrida Bima 3 di Kecamatan Patampanua menunjukkan daya adaptasi yang cukup baik (tergolong tingggi) hal ini dilhat dari capaian produktivitas yakni 7,1 ton/ha.
Varietas pembanding adalah varietas
Nusantara yang ditanam oleh petani dengan produktivitas 5,4 ton/ha. Varietas Bima3 sangat diminati petani dengan alasan bahwa produksinya tinggi, tahan penyakit dan cocok dikembangkan di Kecamatan Patampanua yang jenis tanahnya Alluvial dan Agromol. PREFERENSI PETANI TERHADAP DEMPLOT VUB KEDELAI
21 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Demplot uji adaptasi tanaman kedelai di Kelurahan Malimpung Kecamatan Patampanua menunjukkan daya adaptasi yang cukup baik (tergolong tinggi) yakni varietas Grobogan, Burangrang, dan Argomulyo dilihat dari produktivitasnya secara berturut-turut yaitu 2,2, 2,1 dan 1,9 ton/ha. Sama seperti varietas Anjasmoro yang ditanam pada lokasi demfarm, tingkat adaptasinya juga tergolong tinggi dilihat dari capaian produktivitasnya yaitu 2,3 ton/ha. Varietas pembanding adalah Mahameru yang ditanam oleh petani dengan produktivitas 1,7 ton/ha. Penilaian petani terhadap ke empat varietas kedelai yang diintroduksi cukup baik, dilihat dari produktivitas dan performans tanaman di lapang. Preferensi petani terhadap VUB kedelai yang diintroduksi yakni pada varietas Anjasmoro yang ditanam pada lokasi demfarm dengan alasan bahwa varietas Anjasmoro tahan terhadap serangan hama penyakit. 3.4.4. Dukungan perbenihan per komoditas Badan Litbang Pertanian telah menghasilkan berbagai jenis varietas unggul baru tanaman pangan yang berdaya hasil tinggi.
Namun demikian sosialisasi ke
tingkat petani terutama pada sentra-sentra produksi tanaman pangan masih terbatas sehingga varietas tersebut kurang berkembang.
Demikian pula halnya
dengan keberadaan Balai Benih Induk (BBI) selaku penyedia benih sumber di tingkat provinsi, masih terbatas sehingga perlu dukungan nyata dari pihak terkait. Jika di 22 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
sentra-sentra pengembangan tanaman pangan dapat menghasilkan benih bermutu sesuai dengan standar produksi, maka penggunaan benih bermutu dalam sistem usahatani
akan
dapat
ditingkatkan
dan
diharapkan
mampu
memperbaiki
produktivitas tanaman pangan yang dikembangkan di Sulawesi Selatan. Di Sulawesi Selatan, penggunaan benih bermutu mengalami peningkatan. Berdasarkan data BPSBTPH IV penggunaan benih bersertifikat atau bermutu di Sulawesi Selatan baru mencapai 20 % tahun 2000 dan meningkat hingga 55 % tahun 2007. Hal ini terutama disebabkan oleh kebijakan pemerintah dengan bantuan benih gratis (BLBU), baik untuk pengembangan padi maupun jagung (Distan Sulsel, 2008).
Untuk mendukung pengembangan benih bermutu di Sulawesi Selatan,
diperlukan berbagai upaya baik yang bersifat teknis maupun kelembagaan agar terbentuk suatu system penyediaan benih yang tepat waktu dan berkelanjutan. Hal ini hanya dapat terwujud jika semua pihak yang terlibat dalam sistem tersebut memperoleh keuntungan, sehingga petani mempunyai akses yang lebih luas dalam memperoleh benih bermutu untuk kepentingan usahataninya dengan harga terjangkau, tepat waktu, dan dalam jumlah yang cukup. Pada kegiatan SL-PTT beberapa instansi terkait yang ikut mendukung penyediaan benih antara lain : Balitkabi, Balit Sereal, Balai Benih Induk (BBI) Maros, dan BPTP Sul-Sel (Kebun Percobaan Mariri). Adapun dukungan perbenihan pada kegiatan demplot uji varietas dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 7. Dukungan Perbenihan pada program SL-PTT di Kabupaten Pinrang Nama Varietas Yang Yang dibutuhkan tersedia Padi inhibrida 1 Inpari 4 √ 2 Inpari 7 √ 3 Inpari 8 √ 4 Inpari 13 √ Jumlah Jagung Bima-3 √ Jumlah Kedelai Grobogan √ Argomulyo √ Anjasmoro √ Burangrang √ Jumlah No
Jumlah Benih (kg) Yang Yang dibutuhkan tersedia
Baik
Mutu Benih Kurang baik
Buruk
100 25 50 80
100 25 50 80 255
√ √ √ √
-
-
30
30 30
√
-
-
5 5 35 5
5 5 35 5 50
√ √ √ √
-
-
23 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
3.4.5. Efektifitas Temu Lapang dan Pelatihan Teknis a. Pelatihan Teknis Sama seperti tahun 2010, pada tahun 2011 program SL-PTT, pelaksanaan pelatihan bagi petugas dilakukan secara berjenjang, mulai dari pemandu Lapang I (PL I) di tingkat Propinsi, PL II di tingkat Kabupaten, hingga pemandu lapang yang terdiri atas penyuluh pertanian, POPT, dan PBT di tingkat kecamatan/desa. Pelatihan bagi PL I diprakarsai oleh Balit Komoditas, Pelatihan PL II diselenggarakan oleh PL I di tingkat Propinsi, Pelatihan pemandu lapang diselenggarakan oleh PL II di tingkat kabupaten, pelatihan dan bimbingan kepada petani diselenggarakan oleh pemandu lapang. Tujuanannya untuk memberikan pelatihan teknis Penyuluh Pertanian Lapangan
(PPL) peserta SL-PTT. Selanjutnya
Pelaksanaan
Sekolah
Lapang
dilaksanakan di tingkat petani yang difasilitasi oleh PPL selaku petugas pendamping kegiatan SL-PTT yang dilakukan secara
fleksibel tergantung kemampuan/waktu
petani untuk dapat bertemu, oleh karena itu dijadwalkan secara periodik dengan waktu pertemuan dirundingkan bersama petani peserta sehingga dapat dihadiri dan tidak mengganggu/merugikan waktu petani. Di Kabupaten pinrang Sekolah Lapang direncanakan 12 kali pertemuan di tiap kelompok tani dalam satu periode musim tanam, tetapi yang efektif dilakukan pada masing-masing kelompok tani adalah rata –rata 8 kali pertemuan pada satu musim tanam. Adapun metode pelaksanaannya adalah setiap kelompok pelaksana kegiatan SL-PTT diundang dan dilakukan pertemuan dalam kelas untuk diadakan sosialisasi program SL-PTT, dilanjutkan dengan penyampaian materi kebijakan pemerintah maupun materi teknis oleh instansi terkait.
Setelah menerima materi di kelas,
peserta diarahkan ke lapang untuk melakukan praktek sesuai materi yang dibahas pada hari itu. Setelah melakukan praktek lapang, peserta dibagi menjadi beberapa kelompok
untuk
mendiskusikan
hasil
pengamatan
mereka
dilapang
lalu
mempresentasikan hasil tersebut dan dilanjutkan dengan acara diskusi. Selain pelatihan pemandu lapang (PL I, II maupun III) dilakukan pula pelatihan petani oleh BPTP Sul-Sel dalam mendukung pelaksanaan ujicoba varietas unggul baru baik pada lokasi demplot maupun demfarm sesuai kebutuhan petani. 24 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
b. Temu Lapang Kegiatan ini adalah pertemuan petani pelaksana SL-PTT, kelompok tani lainnya dengan peneliti, penyuluh untuk bertukar informasi tentang pengalaman selama menerapkan teknologi PTT padi di tingkat lapang. Untuk memperluas dampak dari pelaksanaan kegiatan demplot maupun demfarm, pelaksanaan temu lapang melibatkan instansi terkait dan kelompok tani. Pelaksanaan temu lapang yang dilakukan pada lokasi demplot uji VUB di Kecamatan Tiroang dengan menghadirkan 80 orang petani maupun pejabat pemerintah. Temu lapang ini dimaksudkan untuk mengapresiasi keberhasilan yang dicapai pada lokasi demplot agar VUB yang diintroduksikan diketahui dan diadopsi serta berdifusi secara menyeluruh ditingkat petani, sehingga keberhasilan penerapan teknologi PTT tidak hanya diketahui oleh petani pelaksana SL-PTT melainkan juga oleh petani lainnya agar motivasi dan proses difusi teknologi akan terbentuk dan berjalan sesuai tujuan yang diinginkan. Adapun
Efektivitas pelatihan teknis pada kegiatan SL-PTT di Kabupaten
Pinrang dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 8. Efektivitas pelatihan teknis pada kegiatan SL-PTT di Kabupaten Pinrang
Tingkat Pelanyelenggaraan Pelatihan Pelatihan Tingkat Propinsi (PL I) Tingkat Kab (PL II)
Temu Teknis Tingkat Kabupaten
Tingkat BP3K
Kecamatan/
Sasaran Peserta Pelatihan Topik / Materi Pelatihan
Materi SL-PTT Jagung Materi SL-PTT Padi Materi SL-PTT Kedelai - Pertanian Organik
- Panen dan pasca panen padi - Pembuatan pupuk organik dari jerami padi - Peluang pengembangan padi organik di Sul-Sel - Pengenalan SL-PTT dan Komponen teknologi PTT - Pengenalan dan penentuan varietas, pesemaian yang baik,
Asal Institusi
Jumlah Peserta
Penyuluh Pertanian, Distan, BPTP Pemandu Lapang II, Penyuluh Pertanian, POPT, PBT tingkat kabupaten Penyuluh pendamping SL-PTT dan Koordinator BPK Penyuluh dan Klp. tani
-
Jumlah Peserta Pelatihan yang menjadi narasumber di wilayah kerjanya -
50 org
-
50org
40 org
-
25 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Pelatihan tingkat desa
Petani
Pelatihan tingkat desa
Petani
Temu lapang
perlakuan benih serta konsep PHT - Mengendalikan hama tikus dengan metode LTBS
Petani pelaksana SL-PTT Petani pelaksana SL-PTT Petani pelaksana SL-PTT dan Pemda Kab.Pinrang
- Pembuatan pupuk organik menggunakan bio aktivator “Promi” - Teknologi PTT dan uji coba VUB Inpari 13
3.4.6. Efektifitas Penyebarluasan Elektronik
Inovasi
Melalui
60 org
-
60 org
-
80 org
-
Media
Cetak
dan
Tabel 9. Efektifitas penyebarluasan inovasi melalui media cetak pada kegiatan SLPTT di Kabupaten Pinrang Jumlah Jumlah inovasi Target Penerima No Judul Materi Eksemplar yang dimuat Media Informasi Booklet 1 Deskripsi Varietas Padi Terbaru 2011 2 Deskripsi Varietas Jagung 3 Petunjuk Teknis PTT padi, jagung dan kedelai
3.5.
30 exp
1
PPL dan Klp.Tani
5 exp
1
PPL dan Klp.Tani
50 exp
11
Perkembangan Produktivitas
Tabel 10. Hasil Evaluasi Produktivitas Rata-rata Padi Per Kecamatan pada lokasi LL, SL, dan Non-SL di Kabupaten Pinrang, 2010 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Kecamatan
Wt.Sawitto Tiroang Paleteang Mt. Bulu Suppa MT. Sompe
Jumlah Unit SL yang disampling 20 15 22 26 11 28
Produktivitas (Ton GKP/ha) SL
LL
Non-SL
6,8 6,3 6,1 7,0 6,1 6,6
7,0 8,0 8,5 8,0 7,6 8,0
6,0 5,8 5,4 4,6 5,0 5,8 26
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
7. 8. 9. 10. 11. 12.
15 20 25 17 20
Lanrisang Patampanua Duampanua Batu Lappa Lembang Cempa
6,0 7,0 7,2 6,4 7,5
8,4 8,7 8,0 7,1 8,2
5,0 6,0 6,1 5,9 6,6
Pada tabel 10 menunjukkan bahwa perkembangan produktivitas padi pada lokasi SL, LL, dan Non-SL memperlihatkan produktivitas yang berbeda pada setiap lokasi. Terlihat bahwa produktivitas pada lokasi LL lebih tinggi 2,9 – 40% dibanding produktivitas pada lokasi SL dan lebih tinggi 16,6 – 73,9% dibanding produktivitas pada lokasi Non-SL. Hal ini disebabkan pada lokasi SL penerapan teknologi PTT belum sepenuhnya dilakukan oleh petani. Petani menerapkan 1 - 3 komponen tetapi belum melakukan sinergi dari beberapa komponen PTT sehingga hasil yang dicapai belum maksimal.
Oleh karena itu masih terbuka peluang untuk meningkatkan
produktivitas sehingga melalui kegiatan SL-PTT dengan penerapan komponen teknologi secara utuh spesifik lokasi, diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani serta orientasi jangka panjang dapat mendukung peningkatan produksi nasional. Hasil demplot menunjukkan bahwa semua VUB padi inhibrida yang diuji adaptasikan (Inpari 4, 7, 8, 10 dan 13) di 5 kecamatan di Kabupaten Pinrang produktivitasnya 12,9 – 63% lebih tinggi dari pada varietas Ciliwung yang merupakan varietas existing yang dikembangkan petani diluar lokasi SL (Non-SL) tanpa penerapan teknologi PTT. Persentase peningkatan hasil tersebut secara otomatis
dapat
meningkatkan
pendapatan
usahataninya,
sehingga
dapat
disimpulkan bahwa dengan penerapan teknologi PTT pencapaian hasil dapat dimaksimalkan. Namun pada lokasi demfarm, produksi yang dicapai pada varietas Inpari 4 7,1% lebih rendah dibandingkann varietas ciliwung yang ditanam petani pada lokasi Non-Sl hal ini disebabkan serangan hama tikus yang merusak tanaman sekitar 50 %. Serangan tersebut terjadi pada vase pertumbuhan vegetatif sehingga recovery pada tanaman padi berlangsung cepat sehingga tanaman padi masih dapat di panen. Hal ini menjadi pembelajaran bagi petani, sehingga pada pertanaman selanjutnya, pengendalian hama tikus tentunya harus dilakukan sedini mungkin untuk mengantisipasi rusaknya tanaman yang disebabkan oleh tikus. 27 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Tabel 11. Hasil Evaluasi Produktivitas Rata-rata Jagung Per Kecamatan pada lokasi LL, SL, dan No-SL di Kabupaten Pinrang, 2010 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Jumlah Unit SL yang disampling 5 5 5 5 5 5 5 5
Kecamatan
Produktivitas (Ton GKP/ha) SL
LL
Non-SL
Wattang Sawitto 5,6 6,0 Tiroang 4,0 4,5 Paleteang 4,4 5,2 Suppa 5,7 6,0 Patampanua 5,5 6,2 Duampanua 4,8 5,3 Batu Lappa 5,4 6,3 Lembang 4,2 5,5 Cempa Pada tabel 11 menunjukkan bahwa produktivitas jagung pada lokasi
4,8 3,2 4,0 5,0 4,9 4,0 4,0 3,8
LL lebih
tinggi 5,2 – 30,9% dibanding produktivitas jagung pada lokasi SL dan lebih tinggi 10,4 – 40,6% dari produktivitas jagung pada lokasi Non-SL. Hal ini
disebabkan
petani pada lokasi Non-SL mengelola usahataninya secara konvensional, belum menerapkan komponen teknologi PTT seutuhnya. Tingginya produksi yang dicapai pada lokasi LL yang menerapkan komponen PTT, memberikan informasi bagi petani bahwa penerapan komponen PTT dapat memberikan hasil yang maksimal. Hasil demplot menunjukkan bahwa VUB jagung yang diuji adaptasikan (Bima3) produktivitasnya 21,6% lebih tinggi dari pada varietas Bisi-2 yang dikembangkan petani diluar lokasi SL (Non-SL). Tabel 12. Hasil Evaluasi Produktivitas Rata-rata Kedelai Per Kecamatan pada lokasi LL, SL, dan No-SL di Kabupaten Pinrang, 2010 No.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Kecamatan
Paleteang Mattirobulu Suppa Patampanua Batu Lappa Duampanua Lembang
Jumlah Unit SL yang disampling 2 2 2 2 2 2 2
Produktivitas (Ton GKP/ha) SL
LL
Non-SL
1,0 1,3 1,4 1,6 1,2 1,8 1,6
1,5 1,6 1,8 2,0 1,8 2,0 2,0
0,8 1,0 1,2 1,4 1,1 1,5 1,4
Pada tabel 12 menunjukkan bahwa produktivitas kedelai pada lokasi LL lebih tinggi 11,1 – 66% dibanding produktivitas jagung pada lokasi SL dan lebih tinggi 28,5 – 87,5% dari produktivitas jagung pada lokasi Non-SL. Hal ini
disebabkan 28
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
petani
pada
lokasi
Non-SL
mengelola
usahataninya
secara
konvensional
menggunakan benih asalan, dan belum menerapkan komponen teknologi PTT seutuhnya. Hasil demplot menunjukkan bahwa 4 jenis VUB kedelai yang diuji adaptasikan (Anjasmoro, Argomulyo, Burangrang dan Grobogan) Kecamatan Patampanua produktivitasnya 35,7 – 64,2% lebih tinggi dari pada varietas Mahameru yang dikembangkan petani diluar lokasi SL (Non-SL) tanpa penerapan teknologi PTT. Hal ini
menunjukkan
bahwa
ke
empat
varietas
yang
diintroduksi
dapat
direkomendasikan untuk dibudidayakan karena beradaptasi baik.
29 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1.
Kesimpulan
1. Penerapan Teknologi PTT yang diikuti penggunaan varietas unggul padi pada demplot oleh petani pelaksana SL-PTT mampu meningkatkan produktivitas hingga 29 - 63% dari produktivitas yang diperoleh petani pada lokasi Non-SL. 2. Permintaan petani terhadap varietas jagung Bima-3 meningkat di Kecamatan Patampanua, namun benih tersebut tersedia dalam jumlah terbatas di Balit Sereal Maros. 4.2.
Saran
1. Setelah pelaksanaan demplot Uji adaptasi VUB padi jagung dan kedelai, untuk menjamin keberlanjutan penggunaan VUB, maka perlu dipikirkan bagaimana memproduksi benih tersebut di setiap sentra produksi tanaman pangan melalui petani penangkar yang terlatih dan diawasi langsung oleh petugas dari lembaga pembina dan lembaga sertifikasi.
30 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
V. DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009. Pinrang
Laporan Tahunan.
Dinas Pertanian dan Peternakan, Kabupaten
Anonim, 2009. Master Plan Agropolitan, Bappeda, Kabupaten Pinrang. Badan Litbang Pertanian. 2007. Pengelolaan tanaman terpadu (PTT) padi sawah irigasi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. 39 hal. BPS, 2009. Kabupaten Pinrang dalam angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Pinrang. Departemen Pertanian, 2008. Panduan Pelaksanaan SL-PTT Jagung. Depatemen Pertanian. Suprihatno B., AA Daradjat, Satoto, Baehaki S.E., N Widiarta, A Setyono, SD Indrasari, OS Lesmana dan H Sembiring. 2007. Deskripsi Varietas Padi. Badan Litbang Pertanian. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.
31 www.sulsel.litbang.deptan.go.id